Strategi Efektif Menghadapi Sengketa Transfer Pricing di Pengadilan Pajak
Teks penuh
(2) Curriculum Vitae. Danny Septriadi, SE, MSi., LLM Int.Tax Senior Partner. Danny Septriadi is one of the World’s Leading Transfer Pricing Advisers in 2015-2019 by Expert Guides. He is also selected as one of the World’s Leading Transfer Pricing Advisers 2020 & World’s Leading Indirect Tax Advisers 2021 by International Tax Review, United Kingdom.. Master's degree in International Tax Law from Vienna University of Economics and Business Administration, Austria AWARDS & ACHIEVEMENTS: • World’s Leading Indirect Tax Advisers 2021 by ITR UK • World’s Leading Transfer Pricing Advisers 2020 by ITR UK • Indonesian Transfer Pricing Leaders 2015-2019 by Expert Guides • Experience as expert witness in Arbitration Disputes in London, United Kingdom • Experience as expert witness in Indonesian District Court • Experience as expert witness in Transfer Pricing in Indonesian Tax Court. Danny Septriadi is the author of several books (12 books)..
(3) Curriculum Vitae. Yusuf Wangko Ngantung, LL.B, LL.M Int. Tax, ADIT., BKP Associate Partner of International Tax & Transfer Pricing Dispute Services DDTC. Yusuf W. Ngantung is the 1st winner of WTS Tax Award in 2014. He is co-author of the Indonesian chapter in the 3rd edition (2019), 4th edition (2020) & 5th edition (2021) book entitled “The Transfer Pricing Law Review,” published by Law Business Research. He is also co-author of Indonesian chapter in 17th European & International Tax Law & Policy book entitled "Controlled Foreign Company Legislation," published by IBFD.. • Bachelor's degree in Tax Law from Universiteit Leiden, the Netherlands • Master's degree in International Tax Law from Vienna University of Economics and Business Administration, Austria, under scholarship from DDTC. Yusuf Wangko Ngantung and R. Herjuno Wahyu Aji, “Chapter 19: Indonesia,” in Controlled Foreign Company Legislation, ed. Michael Lang, et al. (IBFD, 2020).. Romi Irawan and Yusuf Wangko Ngantung, “Chapter 9: Indonesia,” in The Transfer Pricing Law Review, 4th Edition, ed. Steve Edge and Dominic Robertson (Law Business Research, 2020).. Shortlisted as Tax Litigation and Disputes Practice Leader of the Year by International Tax Review (ITR) Asia-Pacific Tax Awards 2021, in UK..
(4) AGENDA 1. Studi kasus sengketa transfer pricing: • Kasus 1 : Loss-making Companies • Kasus 2: Intra-group services. 2. Identifikasi isu hukum/pokok sengketa. 3. Sumber hukum dan UU Kekuasaan Kehakiman. 4. Penemuan hukum oleh Hakim (Recht Vinding). 5 6. 7. Hakim menentukan bukti. 8. Audi et Alteram Partem. 9. Duty to Give Reason. 10. Pentingnya memahami Pasal 84 ayat (1) huruf e, f dan h UU Pengadilan Pajak (UU PP). 11. Pentingnya memahami Pasal 85 UU PP. Beban Pembuktian dalam sengketa transfer pricing. 12. Kesalahan penalaran/logical fallacies. Alat bukti di persidangan. 13. Upaya penyelesaian sengketa transfer pricing melalui MAP dan perubahan terkini dalam UU HHP.
(5) Studi Kasus 1. Justifikasi Kondisi Kerugian yang Tidak Dipengaruhi oleh Transaksi Hubungan Istimewa. 5.
(6) Justifikasi Kondisi Kerugian yang Tidak Dipengaruhi oleh Transaksi Hubungan Istimewa Latar belakang kasus Menurut Otoritas Pajak:. • • • •. Menguji kewajaran transaksi afiliasi XYZ di tahun 2012 menggunakan metode TNMM dengan PLI Return on Sales. Berdasarkan laporan keuangan, laba operasi XYZ di tahun 2012 adalah sebesar 2,50% (< Q1). Selisih antara ROS Q2 dan ROS XYZ dihitung sebagai koreksi atas transaksi pembayaran royalti kepada pihak afiliasi. Otoritas Pajak tidak dapat menerima analisis royalti XYZ karena:. • •. •. Tidak ditemukan data pembanding yang serupa CUP tidak bisa digunakan karena transaksi afiliasi XYZ bukan hanya pembayaran royalti saja.. Otoritas pajak tidak dapat menerima alasan “kondisi abnormal” XYZ yang menyebabkan ROS XYZ berada di bawah rentang kewajaran menurut Otoritas Pajak.. 6. Fakta: Perusahaan XYZ membayar royalti kepada afiliasinya, dengan tarif 3,5%. Perusahaan XYZ telah menyiapkan Dokumen Lokal Penentuan Harga Transfer yang menguji kewajaran tarif pembayaran royalti, menggunakan metode CUP/CUT. Rentang kewajaran royalti XYZ dalam TP Doc adalah 2,5% - 5,00%, dengan median 3,5%.. • •. Rentang Kewajaran ROS menurut Otoritas Pajak. Q 1 3,5%. Q 2 4,5%. Q 3 5,00%.
(7) Justifikasi Kondisi Kerugian yang Tidak Dipengaruhi oleh Transaksi Hubungan Istimewa Analisis TNMM otoritas pajak tidak tepat karena tidak mempertimbangkan analisis kesebandingan. Paragraf 1.6 OECD TP Guidelines: “Comparability analysis is at the heart of the application of the arm’s length principle” Pasal 1(7) PER-43 jo. PER-32 dan Bab I, SE-50 Analisis Kesebandingan ada!ah analisis yang dilakukan oleh WP atau DJP atas kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai Hubungan lstimewa untuk diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi dimaksud. Pasal 4(1)(a) PER-43 jo. PER-32 dan Bab II, 3.a PER-22 Transaksi yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai Hubungan lstimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan lstimewa da!am hal: (1) tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbandingkan; atau 2) terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material atau signifikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga atau laba.. Analisis kesebandingan dilakukan mempertimbangkan kondisi pihak yang diuji, dalam hal ini XYZ. Tanggapan XYZ atas penerapan petode TNMM Otoritas Pajak. Pada tahun 2012, XYZ mengalami hal-hal berikut: • Ekspansi pabrik, tetapi belum sepenuhnya beroperasi • Memiliki proyek baru yang membutuhkan tambahan pinjaman ke bank • Peningkatan biaya tenaga kerja untuk pengecekan proyek baru • Perubahan stockist • Biaya penyusutan mesin • Kenaikan UMR. Terdapat Perbedaan Material yang Perlu Penyesuaian untuk Peningkatan Kesebandingan: 1. Kondisi Ekonomi 2. Strategi Bisnis Perusahaan. 7. XYZ tidak dalam keadaan normal. Perlu dilakukan normalisasi laporan keuangan untuk meningkatkan kesebandingan XYZ dengan perusahaan pembanding. Normalisasi Kesebandingan. Kondisi Abnormal.
(8) Justifikasi Kondisi Kerugian yang Tidak Dipengaruhi oleh Transaksi Hubungan Istimewa Normalisasi laporan keuangan oleh XYZ Paragraf 2.80 OECD TP Guidelines: "Exceptional and extraordinary items of a non-recurring nature should generally also be excluded';. OM XYZ apabila dalam keadaan “normal” memiliki profit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan pembanding.. Normalisasi oleh XYZ dilakukan pada Cost of Goods Sold dan Operating Expense. Q1. Q2. Q3. = OM sebelum normalisasi laporan keuangan = OM setelah normalisasi laporan keuangan. 8.
(9) Justifikasi Kondisi Kerugian yang Tidak Dipengaruhi oleh Transaksi Hubungan Istimewa Putusan Pengadilan Pajak metode yang paling tepat diterapkan dalam menentukan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha terkait dengan pembayaran royaltI XYZ kepada pihak afiliasi adalah metode CUP sebagaimana dilakukan oleh XYZ. Pada tahun 2012, XYZ berada di dalam kondisi abnormal sehingga kinerja keuangan XYZ tidak dapat langsung diperbandingkan dengan perusahaan pembanding. NORMALISASI LAPORAN KEUANGAN: KONDISI ABNORMAL. Putusan Pengadilan Pajak (mengabulkan seluruhnya). “suatu kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi analisis kesebandingan dengan data pembanding di mana kondisi tersebut tidak terjadi secara berulang.”. “…dan agar diperoleh kondisi yang sebanding maka sesuai ketentuan PER-32/PJ/2011 dan OECD Paragraf 1.6, kondisi abnormal tersebut dapat dialukukan penyesuaian.” “bahwa menurut Majelis kondisi tersebut di atas tentunya akan menambah beban biaya yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan laba Pemohon Banding, oleh karena itu apabila Terbanding menggunakan metode TNMM dalam analisis kesebandingan untuk memperoleh laba yang wajar, perlu dilakukan penyesuaian terlebih dahulu agar didapatkan kesebandingan antara laporan keuangan Pemohon Banding dengan laporan keuangan pembanding.”. 9.
(10) Studi Kasus 2. Pembuktian Jasa Intra-Grup. 10.
(11) 11. Pembuktian Jasa Intra Grup Latar belakang kasus. Management Fee Wajib Pajak E-Commerce Baru beroperasi 2 tahun dan masih rugi. X. Pihak Afiliasi Luar Negeri. Jasa tidak memberikan manfaat bagi WP karena WP mengalami kerugian.. Pemeriksa.
(12) 12. Pembuktian Jasa Intra-Grup Pembuktian Jasa Intra-Grup. Dokumen Penyerahan Jasa (Laporan, timesheet, bukti kedatangan). Laporan Auditor Independen (Agreed Upon Procedure Report). Manfaat Jasa tidak hanya dari kinerja keuangan..
(13) 13. Standar Pembuktian Standar Pembuktian / Standard of Proof. Standard of Proof memiliki standard bertingkat. Standar tertinggi. 1 2 3. Selengkapnya dapat diakses pada artikel Dwina Karina, 2020 yang berjudul Standar Pembuktian dalam Sengketa Pajak. Tanpa keraguan (Beyond reasonable doubt) Jelas dan meyakinkan (Clear and Convincing) Lebih mungkin terjadi (Preponderance of evidence). Standar terendah. Bagaimana dengan standar pembuktian dalam sengketa transfer pricing?.
(14) 14. Strategi Efektif Sengketa Transfer Pricing.
(15) 15. Identifikasi Pokok Sengketa Pokok Sengketa Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang No.14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (untuk selanjutnya disebut UU Pengadilan Pajak) disebutkan bahwa Hakim ketua menjelaskan masalah yang disengketakan kepada pihak-pihak yang bersengketa. Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 84 ayat 1 huruf g UU Pengadilan Pajak dijelaskan bahwa Putusan Pengadilan Pajak harus memuat pokok sengketa. Inti dalam transfer pricing itu adalah temuan berdasarkan fakta dan kondisi yang sebenarnya. Question of law. Question of Fact. Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1) UU Pengadilan Pajak menyebabkan putusan dimaksud tidak sah dan diperintahkan untuk disidangkan Kembali dengan acara cepat. (Pasal 84 ayat 2 UU Pengadilan Pajak).
(16) 16. Identifikasi Pokok Sengketa Study the Problem, not the solution. ”. Luangkan waktu untuk benar-benar memahami masalah, dan solusinya bisa menjadi lebih jelas. Albert Einstein berkata:. Take the time to really understand the problem, and the solutions may become clearer. Albert Einstein said: “If I had an hour to solve a problem and my life depended on the answer, I would spend the first fiftyminutes figuring out the proper questions to ask. For if I knew the proper questions, I could solve the problem in less than five minutes.. ”.
(17) Sumber hukum dan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Pasal 50 ayat (1) Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (untuk selanjutnya disebut UU Kekuasaan Kehakiman) yang mengatur “Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Sumber hukum Sumber Hukum Utama Peraturan Perundang-undangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Peraturan Pemerintah (PP) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Pengetahuan Hakim sebagai sumber hukum?. Pengadilan Pajak menganut prinsip pembuktian bebas. Majelis Hakim sedapat mungkin menggunakan bukti berupa surat atau tulisan sebelum menggunakan alat bukti lain. Penjelasan Pasal 69 ayat (1) UU Pengadilan Pajak. Pengetahuan Hakim. Sumber Hukum Kedua Doktrin Hukum. 17. Pengetahuan Hakim’ dapat dijadikan sebagai alat bukti. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam:. Buku/Jurnal Ilmiah. • Pasal 75 UU Pengadilan Pajak. Putusan Pengadilan Pajak. •. Putusan Pengadilan Pajak Negara Lain. Pasal 5 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman. “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.”.
(18) Penemuan Hukum oleh Hakim (Rechtsvinding) Ketentuan Pasal 1 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman. Bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dalam aliran penemuan hukum, hakim memiliki kebebasan yang terikat (gebonden vrijheld) dan keterikatan yang bebas (vrije gebondenheld) untuk menerapkan hukum atas suatu perkara yang diadilinya.. Pengetahuan Hakim Ketentuan Pasal 10 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman. Pengadilan dilarang untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkata yang diajukan dengan dalih hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadili.. Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 75 UU Pengadilan Pajak dijelaskan bahwa pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya.. Keyakinan hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan (Penjelasan Pasal 78 UU Pengadilan Pajak). 18.
(19) Beban Pembuktian dalam sengketa transfer pricing Beban Pembuktian berada pada pihak otoritas pajak sebagai pihak yang melakukan koreksi atas Surat Pemberitahuan/ pihak yang mengajukan klaim melalui penerbitan SKP.. - Pasal 12 ayat (3) UU KUP - Penjelasan Pasal 29 ayat (2). Bahwa adanya Dokumen Penentuan Harga Transfer harus dipertimbangkan terlebih dahulu oleh Direktur Jenderal Pajak sebelum dilakukan koreksi (Pasal 20 PER-32/PJ/2011). alinea ke-3 - Pasal 8 huruf c PMK-17/2013 - Peraturan Menteri Keuangan. No. 123/PMK.03/2006 - Paragraf 3.6.9 UN TP Manual. Paragraf 3.6.10 – Paragraf 3.6.13 UN TP Manual. 19. Dalam Hal Wajib Pajak tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai dan/atau menunjukkan dokumen pendukung penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud dalam PER-32/PJ/2011 maka DJP berwenang menetapkan Harga Wajar atau Laba Wajar berdasarkan data/ dokumen lain dan metode penentuan Harga Wajar yang dinilai tepat oleh DJP sesuai dengan kewenangan berdasarkan Pasal 13 ayat (1) UU KUP (Pasal 20 ayat (4) PER-32/PJ/2011. Beban pembuktian kepada wajib pajak yang tidak patuh atau tidak memiliki “itikad baik” terhadap ketentuan pajak yang ada..
(20) 20. Alat Bukti di Persidangan. Pengadilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Pajak. Tidak diatur tingkat keyakinan dan standar pembuktian yang harus dicapai untuk sampai pada sebuah putusan.. Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 69 UU Pengadilan Pajak disebutkan bahwa alat bukti dapat berupa:. Dalam melakukan interpretasi bukti-bukti dan sumber hukum yang ada maka Majelis Hakim Pengadilan Pajak diharapkan menganut prinsip “in dubio contra fiscum”. - Surat atau tulisan - Keterangan ahli - Keterangan para saksi - Pengetahuan para pihak, dan atau. - Pengetahuan hakim Selengkapnya dapat diakses pada artikel Dwina Karina, 2020 yang berjudul Standar Pembuktian dalam Sengketa Pajak.
(21) 21. Hakim Menentukan Bukti. Pasal 76 UU Pengadilan Pajak secara jelas menyebutkan bahwa Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti. Berdasarkan Penjelasan Pasal 76 UU Pengadilan Pajak dapat diketahui bahwa untuk menentukan kebenaran materiil: 1. Hakim menentukan apa yang dibuktikan 2. Beban Pembuktian. 3. Penilaian yang adil bagi para pihak dan 4. Sahnya bukti dari fakta yang terungkap dalam persidangan, tidak terbatas pada fakta dan hal-hal yang diajukan oleh para pihak.
(22) Audi et Alteram Partem Para pihak tetap dapat mengemukakan hal baru, yang dalam Banding, Surat Uraian Banding, atau bantahan, atau tanggapan, belum diungkapkan.. 22 Bagaimana kalau ada bukti atau dalil tambahan saat agenda persidangan telah memasuki kesimpulan akhir?. Fakta atau hal-hal baru yang dikemukakan Terbanding harus diberitahukan kepada Pemohon Banding untuk diberikan jawaban. (Penjelasan Pasal 76 UU Pengadilan Pajak). Asas Audi et Alteram Partem merupakan asas yang bertujuan agar proses persidangan berjalan seimbang, maka kedua belah pihak memiliki hak untuk diberikan kesempatan yang sama untuk memberikan keterangan dan didengar keterangannya demi keadilan.. Lantas apakah data yang bersifat rahasia (secret comparables) dan tidak dapat diakses oleh publik, sehingga tidak dapat diuji kebenarannya selain oleh satu pihak saja telah melanggar prinsip hukum audi et alteram partem sehingga tidak dapat dipertimbangkan juga?.
(23) 23. Duty to Give Reason. Pasal 50 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman. Pasal 53 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman. Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Penetapan dan Putusan Pengadilan Pajak harus memuat pertimbangan hukum hakim yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Alasan” diartikan sebagai dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dan sebagainya. Selengkapnya dapat diakses pada artikel Jabanto dan Pungkasan, 2020 yang berjudul “Duty to give reason dalam Putusan Pengadilan Pajak”.
(24) Memahami Pasal 84 ayat (1) huruf e, f dan h Undang-Undang Pengadilan Pajak. 24. Putusan Pengadilan Pajak harus memuat:. •e Ringkasan Banding atau Gugatan, dan ringkasan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan,. Pasal 84 ayat (1) huruf e, f dan h UU Pengadilan Pajak. atau Surat Bantahan, yang jelas;. •f Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa. •h Alasan hukum yang menjadi dasar putusan.. Putusan yang tidak memenuhi salah satu dari ketentuan tersebut dianggap tidak sah.
(25) Memahami Pasal 85 Undang-Undang Pengadilan Pajak. Panitera Pengadilan Pajak memiliki kewajiban untuk membuat Berita Acara Sidang (BAS) yang memuat segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan. Pasal 85 UU Pengadilan Pajak. BAS merupakan bagian dari dokumentasi pengadilan sehingga memiliki peran yang vital dalam menjamin proses peradilan yang transparan dan akuntabel. 25. Berdasarkan Ketentuan Pasal 15 PERMA No 7 Tahun 2018 diketahui bahwa di negara Indonesia, BAS merupakan salah satu dokumen yang harus dikirimkan ke Mahkamah Agung dari Pengadilan Pajak untuk dapat diperiksa dalam proses Peninjauan Kembali. (Selengkapnya dapat diakses pada artikel Jabanto dan Pungkasan, 2020 yang berjudul “Peran Berita Acara Sidang”). Akses terhadap BAS menjadi lebih krusial dalam sengketa transfer pricing yang bergantung terhadap fakta. Penting bagi para pihak yang bersengketa untuk memastikan fakta yang disampaikan dalam persidangan telah dicatat secara lengkap dan akurat..
(26) Perpajakan.id: One Stop Solution untuk Riset Putusan Pengadilan Pajak & Mahkamah Agung. 26.
(27) Kesalahan Penalaran Ada beberapa alasan mengapa kita perlu memahami bentuk-bentuk kesalahan penalaran. Alasan-alasan tersebut di antaranya sebagai berikut. 1. 1 Dengan memahami bentuk penalaran yang salah, kita akan dapat berargumentasi dengan lebih baik dan tajam, kritis, dan sesuai dengan logika. 1. 2 Karena kita dapat berpikir secara logis, maka tidak mudah terkecoh dengan argumentasi yang belum tentu benar. 3 Kemampuan berpikir kritis memudahkan kita membuka 1. fakta di balik argumentasi lawan bicara yang seringkali memiliki motif tersembunyi yang secara sekilas tampak benar.. 27 Kesalahan penalaran didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan ketidakdisiplinan pelaku penalaran dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja.
(28) Kesalahan Penalaran ”. Penyesatan Logika merupakan salah satu elemen. penting sebagai bahan kreatifitas lelucon. Seperti tersirat di dalam lelucon tentang seorang yang mengaku dirinya sering berdialog langsung dengan Tuhan. Ketika semua orang tidak percaya, bahkan menuduh dia sebagai penipu, maka insan yang mengaku dirinya sering berdialog dengan Tuhan itu membela diri dengan logika: ”Tidak mungkin saya penipu! Karena tidak mungkin Tuhan sudi berdialog dengan penipu!. ”. 28.
(29) 29. Logical Fallacies Ad Hominem Abusive “PB/TB Mengutip Putusan PP Negara Lain. Apakah menurut PB/TB PP negara lain lebih kompeten dibanding PP Indonesia?”. Strawman “PB/TB selalu mengutip referensi-referensi. luar negeri. Jadi menurut PB/TB, peraturan domestik tidak cukup jelas.”. Red Herring “PB/TB. minta proses pencarian pembanding oleh diperiksa Kembali Kebenarannya (padahal tidak menjadi sengketa di pemeriksaan dan keberatan).”. Causal Fallacy “SPT rugi karena penghasilan yang. seharusnya diterima dialihkan ke negara lain (tanpa adanya bukti)”. Tu Quoque “PB tidak perlu melakukan X karena TB juga tidak melakukan X. Demikian sebaliknya”. A dicto simpliciter ad dictum secundum quid. “Berdasarkan Pasal 18 ayat 3 UU PPh,. tidak terdapat pembatasan kewenangan untuk melakukan koreksi.”.
(30) 30. Kesimpulan Akhir. Untuk dapat menyajikan argumentasi dengan baik, tentu dituntut untuk membaca, membaca dan membaca, apalagi profesi di bidang perpajakan terus berkembang dengan dinamis mengikuti perkembangan ekonomi dan model bisnis.. Membaca, membaca, dan membaca kembali tulisan yang sudah dibuat dan melakukan revisi yang berkelanjutan sampai mencapai suatu standar “Only the best is good enough” adalah suatu keharusan. Selengkapnya dapat diakses pada artikel Davira Rizky Chairunnisa, 2020 yang berjudul “menulis sebagai keahlian dasar dalam profesi perpajakan.”. ”Menulis itu membaca dan berpikir berulang -ulang”.
(31) Mutual Agreement Procedure : Perubahan. 31. UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan menambahkan Pasal 27C pada UU KUP “(4) Dalam hal pelaksanaan prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b belum menghasilkan persetujuan bersama sampai dengan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali diucapkan, Direktur Jenderal Pajak: a. melanjutkan perundingan, dalam hal materi sengketa yang diputus dalam Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali bukan merupakan materi yang diajukan prosedur persetujuan bersama; atau b. menggunakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali sebagai posisi dalam perundingan atau menghentikan perundingan, dalam hal materi sengketa yang diputus merupakan materi yang diajukan prosedur persetujuan bersama. (5) Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti hasil pelaksanaan prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menerbitkan surat keputusan tentang persetujuan bersama. (6). Surat keputusan tentang persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk dasar pengembalian pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1a) atau dasar penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.”. Perundingan MAP terus berlanjut walaupun sudah terdapat Putusan Pengadilan Pajak / Mahkamah Agung.. Materi yang diajukan dalam MAP bisa diajukan atau tidak diajukan dalam materi sengketa keberatan & banding.. Keputusan MAP berdiri sendiri sebagai dasar pengembalian atau penagihan pajak..
(32) Terima kasih Follow us: ddtc.co.id. DDTC Indonesia. DDTC. @DDTCIndonesia. Global & Domestic Recognition: Menara DDTC Jl. Raya Boulevard Barat Blok XC 5-6 No B Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Jakarta Utara, 14240 – Indonesia Phone: +6221 2938 2700 Fax: +6221 29382699.
(33)
Dokumen terkait
Cari persamaan garis lurus
Dengan mengestimasi 2 dari jumlah kuadrat error dari yang optimum maka akan diperoleh grafik pengendali rata-rata bergerak EWMA yang dapat mengendalikan banyaknya kecacatan per
[r]
Denah dan Tampak Ruang Genset dan Ruang Housekeeping Lampiran 14..
Bupati Bondowoso, u.p Ketua Panitia Seleksi Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Air Minum Bondowoso dengan alamat Sekretariat Panitia Seleksi Dewan Pengawas Perusahaan
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode alokasi biaya bersama pada produk sampingan, maka terdapat kesimpulan yang berguna bagi pabrik Tahu
Indikator Soal Level Kognitif Bentu k Soal No Soal For/S um 1 3.2 Menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan memanfaatk an berbagai
Berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari di lingkungan sekitar yang merupakan tempat tinggal siswa kelas V SD negeri di kecamatan Ambal, diperoleh perhatian orang