• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS FISIOLOGIS DAN PERFORMANS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPONS FISIOLOGIS DAN PERFORMANS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)RESPONS FISIOLOGIS DAN PERFORMANS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU. TESIS. Oleh : AISYAH NURMI 107040005. PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013. Universitas Sumatera Utara.

(2) RESPONS FISIOLOGIS DAN PERFORMANS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU. TESIS. Oleh : AISYAH NURMI 107040005. Untuk memperoleh Gelar Magister Peternakan dalam Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara. PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013. Universitas Sumatera Utara.

(3) Judul. Nama Mahasiswa NIM Program Studi. : RESPONS FISIOLOGIS DAN PERFORMANS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU : Aisyah Nurmi : 107040005 : Ilmu Peternakan. Menyetujui : Komisi Pembimbing. Ketua. (Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si). Anggota. (Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS). An. Ketua Program Studi. Dekan Fakultas Pertanian. (Dr.Nevy Diana Hanafi, SPt, M.Si). (Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS). Tanggal Ujian : 26 Oktober 2013. Tanggal Lulus : 26 Oktober 2013. Universitas Sumatera Utara.

(4) Tesis ini telah diuji di Medan pada Tanggal : 26 Oktober 2013. PANITIA PENGUJI TESIS Ketua. : Dr.Ir.Ma’ruf Tafsin, M.Si. Anggota : Prof.Dr.Ir.Hasnudi, MS Penguji :1.Prof.Dr.Ir.Sayed Umar, MS 2.Dr.Nevy Diana Hanafi, S.Pt. M.Si. Universitas Sumatera Utara.

(5) LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis RESPONS FISIOLOGIS DAN PERFORMANS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN. WAKTU. PEMBERIAN. PAKAN. DAN. PANJANG. PEMOTONGAN BULUadalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri dibawah arahan komisi pembimbing.. Semua data dan sumber. informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain.. Medan,. Oktober 2013. Aisyah Nurmi NIM. 107040005. Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRAK AISYAH NURMI. Respons Fisiologis dan Performans Domba Lokal dengan Perbedaan Waktu Pemberian Pakan dan Panjang Pemotongan Bulu. Dibimbing oleh: MA’RUF TAFSIN dan HASNUDI. Peningkatan produktivitas domba lokal perlu dilakukan perbaikan manajemen, baik manajemen pakan maupun pemeliharaan.Penelitian ini bertujuan untuk menguji waktu pemberian pakan, panjang pemotongan bulu dan interaksinya terhadap respon fisiologis, performans, dan analisa usaha domba lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pemukiman Transmigrasi Perusahaan Inti Rakyat Pola Ternak (UPT PIR Nak) Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas, berlangsung selama tiga bulan mulai bulan Januari hingga Maret 2013.Domba yang digunakan sebanyak 24 ekor dengan bobot badan 15,91+3,69 kg. Rancangan statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x4, dimana faktor A (A1= pemberian pakan pukul 08.00 dan 16.00 WIB, A2= pemberian pakan waktu malam hari pukul 20.00 dan 04.00 WIB) dan faktor B (B1=0 cm, B2=1 cm, B3=2 cm, B4=bulu alami). Parameter yang diamati yaitu suhu tubuh, denyut jantung, laju respirasi dan performans domba lokal, setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA), jika hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu pada domba lokal mempengaruhi suhu tubuh pagi. Perlakuan waktu pemberian pakan pada pukul 20.00 dan 04.00 WIB berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap respirasi siang dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap denyut jantung malam. Pemotongan panjang bulu 2 cm berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap suhu tubuh pagi, respirasi pagi, denyut jantung malam dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap respirasi siang. Tidak ada interaksi antara waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu terhadap PBBH dan konsumsi BK domba lokal. Waktu pemberian pakan pukul 20.00 dan 04.00 WIB berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBBH dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BK. Pemotongan panjang bulu 2 cm berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBBH dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BK. Perlakuan waktu pemberian pakan pukul 20.00 dan 04.00 WIB dan panjang pemotongan bulu 2 cm secara ekonomis efisien dan layak untuk dilakukan. Kesimpulan penelitian ini bahwa perbedaan waktu pemberian pakan dan panjang pemotongan bulu mempengaruhi respons fisiologis domba lokal. Pemberian pakan domba lokal pukul 20.00 dan 04.00 WIB dengan panjang pemotongan bulu 2 cm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain serta menguntungkan secara ekonomis.. Kata-kata kunci : domba lokal, respons fisiologis, penampilan, waktu pemberian pakan, pemotongan bulu. Universitas Sumatera Utara.

(7) ABSTRACT AISYAH NURMI. Physiological Responses and Performances of Local Sheep with a Different Feeding Time and Shearing. Under the supervised by: MA’RUF TAFSIN, and HASNUDI. Increased productivity of local sheep need to be improved management, better feed management and maintenance. The main objective of this research is test the efficiency of time feeding, shearing and its interaction with physiological responses, performance, and analysis of local sheep business. The research was conducted in Unit Resettlement The Nucleus Enterprise System (NES) of Livestock Barumun District of Aek Nabara Barumun Padang Lawas regency, lasts for three months from January to March 2013. There were 24 local sheep with initial average body weight 15,91 ± 3,69 kg were used in this research. Design of this experiment was completely randomized design factorial with factor A was feeding time (A1 = feeding at 08.00 and 16.00, A2 = the evening feeding time at 20.00 and 04.00 pm ), and factor B was shearing (B1=0 cm, B2=1 cm, B3=2 cm, B4=natural hair). The variables observed included body temperature, heartbeat, respiration rate andperformances in local sheep, with three replication was used to analyze the data, and any significant differences were further tested by using Duncan’s test. The results showed that there is an interaction between feeding time and shearing at the local sheep of body temperature in the morning. Feeding time at 20.00 and 4.00 pm was highly significant (P<0.01) on day respiration, and significantly (P<0.05) on heart rate night. The lokal sheep shearing at 2 cm significantly (P<0.05) on body temperature in the morning, morning respiration, heart rate at the evening, highly significant ( P<0.01 ) on day respiration. There is no interaction between feeding time and shearing the local sheep on ADG and dry matter consumption. Feeding time at 20.00 and 04.00 am had significantly (P <0.05) ADG and was highly significant (P<0.01) on dry matter consumption. Shearing at 2 cm significantly (P<0.05) on ADG and was highly significant (P< 0.01) on dry matter consumption. Treatment feeding time at 20.00 and 04.00 pm and shearing at 2 cm efficiently and economically feasible. The conclusion of this study that differences in the length of time feeding and shearing affect the physiological responses of local sheep. Local sheep feeding at 20.00 and 4.00 pm and shearing at 2 cm gives better results than other treatments and provide highest economically viable .. Key words: local lamb, physiological responses, performances, feeding time, shearing. Universitas Sumatera Utara.

(8) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Respons Fisiologis dan Performans Domba Lokal dengan Perbedaan Waktu Pemberian Pakan dan Panjang Pemotongan Bulu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perlakuan terbaik dari waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu terhadaprespons fisiologis (suhu tubuh, laju respirasi danlaju denyut jantung ) dan performans (pertambahan berat badan dan konsumsi) pada domba lokal. Penulis haturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Michwar Zaini, S.Ag, MH selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan atas bantuan studi lanjut. yang penulis terima, Bapak Dr. Ir. Ma’ruf. Tafsin, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir.Hasnudi, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP (alm) dan Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP,. yang pernah membimbing penulis untuk menyusun tesis ini,. Bapak. Prof.Dr.Ir.Sayed Umar selaku penguji, Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, MSi. Selaku Ketua/Sekretaris Program Magister Ilmu Peternakan dan Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Hendra Saputra, SE, sahabat peternak di UPT PIR Nak Barumun atas keikhlasannya membantu terlaksananya penelitian ini, serta seluruh keluarga Kenari 8, suamiku Tri Kingkin Wibowo, S.Pt dan puteraku tercinta Daniel Wibowo atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini memberi manfaat bagi para pembaca.. Medan, 26 Oktober 2013. Aisyah Nurmi. Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR ISI ABSTRAK.................................................................................................. ABSTRACT................................................................................................ DAFTAR ISI………………………………………………………………. DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ i ii iii vii viii ix. BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1 Latar Belakang........................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................................. Hipothesis ................................................................................................ 1 3 3 3. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………….……………………….. Karakteristik Domba Lokal ..................................................................... Klasifikasi ..................................................................................... Produktifitas Domba lokal ............................................................. Pakan Ternak Domba ............................................................................. Hijauan…………………………………………………………….. Limbah Pertanian dan Perkebunan………………………………… Kebutuhan Nutrisi Domba ...................................................................... Kebutuhan Energi .......................................................................... Kebutuhan Protein.......................................................................... Respon Fisiologis Domba Terhadap Lingkungan .................................... Lingkungan .................................................................................... Suhu dan Kelembapan ............................................................. Pemotongan Bulu Domba ........................................................ Respon Fisiologis ........................................................................... Suhu Tubuh ............................................................................. Laju Respirasi ......................................................................... Laju denyut Jantung ................................................................ Konsumsi dan Waktu Pemberian Pakan .................................................. Konsumsi air Minum...................................................................... Feed Convertion Ratio ............................................................................ Pertumbuhan Domba .............................................................................. Pertambahan Bobot Badan ............................................................. Analisis Usaha ......................................................................................... 4 4 4 4 5 5 6 10 11 12 12 12 14 15 17 17 18 19 20 21 22 22 23 25. BAB III. BAHAN DAN METODE…………………………………….. 29 Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................. 29 Bahan Dan Alat Penelitian ...................................................................... 29 Metode Penelitian ................................................................................... 30 Peubah Penelitian.................................................................................... 31 Respon Fisiologis Ternak........................................................................ 31 Suhu Tubuh ........................................................................ 31 Laju Respirasi ..................................................................... 31. Universitas Sumatera Utara.

(10) Denyut Jantung ................................................................... Konsumsi Bahan Kering Pakan ............................................................... Pertambahan Bobot Badan ...................................................................... Analisis Usaha ........................................................................................ Prosedur Penelitian................................................................................... 32 32 32 33 34. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….... Keadaan Umum Penelitian ...................................................................... Kondisi lingkungan penelitian ....................................................... Kondisi ternak ............................................................................... Suhu dan kelembapan kandang di lingkungan penelitian ................ Respons Fisiologis Domba ..................................................................... Suhu tubuh ..................................................................................... Laju respirasi ................................................................................. Denyut jantung .............................................................................. Performans ............................................................................................. Konsumsi bahan kering ................................................................. Pertambahan bobot badan harian ................................................... Analisis Usaha ........................................................................................ Total biaya produksi ...................................................................... Total hasil produksi ....................................................................... Analisis laba rugi ........................................................................... Income Over Feed Cost...................................................................... R/C Ratio ....................................................................................... BEP................................................................................................. 36 36 36 36 37 39 39 41 46 47 49 53 55 55 57 57 58 58 58. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 62 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63 LAMPIRAN............................................................................................... 71. Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR TABEL. No. Halaman. 1. Komposisi nilai nutrisi rumput lapangan ......................................... 5. 2. Kandungan nutrisi dedak padi ......................................................... 6. 3. Kandungan nutrisi ampas tahu......................................................... 7. 4. Kandungan nutrisi tepung jagung .................................................... 7. 5. Kandungan nutrisi lumpur sawit ...................................................... 8. 6. Kandungan nutrisi molases............................................................. .. 9. 7. Kebutuhan harian zat - zat makanan untuk ternak domba.................. 8. Rataan suhu dan kelembapan dilingkungan penelitian ..................... 38 9. Rataan suhu tubuh domba selama penelitian (oC).......................... . 38 10. Rataan laju respirasi domba selama penelitian (kali/menit)................ 11. Rataan denyut jantung domba lokal selama penelitian (kali/menit... 40 12. Rataan konsumsi bahan kering (BK) pada domba lokal selama penelitian.............................................................................................. 48 13. Rataan PBBH pada domba lokal selama penelitian (gram/ekor/hari).................................................................................... 52 14. Analisa Usaha Pengaruh Perlakuan selama penelitian........................ 59. Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR LAMPIRAN. No. Halaman. 1. Nilai nutrisi bahan penyusun ransum penelitian berdasarkan BK zat makanan...................................................................................... 71. 2. Bagan Alur Penelitian........................................................................ 72. 3. Suhu Tubuh Pagi ............................................................................... 73. 4. Suhu Tubuh Siang.............................................................................74 5. Suhu Tubuh Malam...........................................................................75 6. Laju Respirasi Pagi............................................................................76 7. Laju Respirasi siang..........................................................................77 8. Laju Respirasi Malam......................................................................78 9. Denyut Jantung Pagi.......................................................................... 79. 10. Denyut Jantung Siang....................................................................... 80 11. Denyut Jantung Malam..................................................................... 81 12. Konsumsi BK Total........................................................................... 82 13. PBBH Selama Penelitian.................................................................. 83 14. Asumsi harga selama penelitian....................................................... 84. Universitas Sumatera Utara.

(13) DAFTAR GAMBAR. No. Halaman. 1.Suhu dan Kelembapan di dalam kandang penelitian.............. 38. Universitas Sumatera Utara.

(14) RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, pada tanggal 7 Juni 1970. Penulis merupakan anak ke tiga dari pasangan Bapak M.Yacub Daulay dan Ibu Esah Rangkuti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1983 di SD Negeri 15 Padangsidimpuan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan yang diselesaikan pada tahun 1986. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Padangsidimpuan dan selesai pada tahun 1989.. Penulis diterima sebagai. mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada bulan Juni tahun 1989 dan terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang diselesaikan pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan linear ke Sekolah Pascasarjana Fakultas Pertanian USU Program Magister Ilmu Peternakan pada tahun 2010. Penulis menikah dengan Tri Kingkin Wibowo, S.Pt pada tahun 1998 dan dikaruniai seorang putera yaitu Daniel Wibowo.. Universitas Sumatera Utara.

(15) ABSTRAK AISYAH NURMI. Respons Fisiologis dan Performans Domba Lokal dengan Perbedaan Waktu Pemberian Pakan dan Panjang Pemotongan Bulu. Dibimbing oleh: MA’RUF TAFSIN dan HASNUDI. Peningkatan produktivitas domba lokal perlu dilakukan perbaikan manajemen, baik manajemen pakan maupun pemeliharaan.Penelitian ini bertujuan untuk menguji waktu pemberian pakan, panjang pemotongan bulu dan interaksinya terhadap respon fisiologis, performans, dan analisa usaha domba lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pemukiman Transmigrasi Perusahaan Inti Rakyat Pola Ternak (UPT PIR Nak) Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas, berlangsung selama tiga bulan mulai bulan Januari hingga Maret 2013.Domba yang digunakan sebanyak 24 ekor dengan bobot badan 15,91+3,69 kg. Rancangan statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x4, dimana faktor A (A1= pemberian pakan pukul 08.00 dan 16.00 WIB, A2= pemberian pakan waktu malam hari pukul 20.00 dan 04.00 WIB) dan faktor B (B1=0 cm, B2=1 cm, B3=2 cm, B4=bulu alami). Parameter yang diamati yaitu suhu tubuh, denyut jantung, laju respirasi dan performans domba lokal, setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA), jika hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu pada domba lokal mempengaruhi suhu tubuh pagi. Perlakuan waktu pemberian pakan pada pukul 20.00 dan 04.00 WIB berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap respirasi siang dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap denyut jantung malam. Pemotongan panjang bulu 2 cm berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap suhu tubuh pagi, respirasi pagi, denyut jantung malam dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap respirasi siang. Tidak ada interaksi antara waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu terhadap PBBH dan konsumsi BK domba lokal. Waktu pemberian pakan pukul 20.00 dan 04.00 WIB berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBBH dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BK. Pemotongan panjang bulu 2 cm berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBBH dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BK. Perlakuan waktu pemberian pakan pukul 20.00 dan 04.00 WIB dan panjang pemotongan bulu 2 cm secara ekonomis efisien dan layak untuk dilakukan. Kesimpulan penelitian ini bahwa perbedaan waktu pemberian pakan dan panjang pemotongan bulu mempengaruhi respons fisiologis domba lokal. Pemberian pakan domba lokal pukul 20.00 dan 04.00 WIB dengan panjang pemotongan bulu 2 cm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain serta menguntungkan secara ekonomis.. Kata-kata kunci : domba lokal, respons fisiologis, penampilan, waktu pemberian pakan, pemotongan bulu. Universitas Sumatera Utara.

(16) ABSTRACT AISYAH NURMI. Physiological Responses and Performances of Local Sheep with a Different Feeding Time and Shearing. Under the supervised by: MA’RUF TAFSIN, and HASNUDI. Increased productivity of local sheep need to be improved management, better feed management and maintenance. The main objective of this research is test the efficiency of time feeding, shearing and its interaction with physiological responses, performance, and analysis of local sheep business. The research was conducted in Unit Resettlement The Nucleus Enterprise System (NES) of Livestock Barumun District of Aek Nabara Barumun Padang Lawas regency, lasts for three months from January to March 2013. There were 24 local sheep with initial average body weight 15,91 ± 3,69 kg were used in this research. Design of this experiment was completely randomized design factorial with factor A was feeding time (A1 = feeding at 08.00 and 16.00, A2 = the evening feeding time at 20.00 and 04.00 pm ), and factor B was shearing (B1=0 cm, B2=1 cm, B3=2 cm, B4=natural hair). The variables observed included body temperature, heartbeat, respiration rate andperformances in local sheep, with three replication was used to analyze the data, and any significant differences were further tested by using Duncan’s test. The results showed that there is an interaction between feeding time and shearing at the local sheep of body temperature in the morning. Feeding time at 20.00 and 4.00 pm was highly significant (P<0.01) on day respiration, and significantly (P<0.05) on heart rate night. The lokal sheep shearing at 2 cm significantly (P<0.05) on body temperature in the morning, morning respiration, heart rate at the evening, highly significant ( P<0.01 ) on day respiration. There is no interaction between feeding time and shearing the local sheep on ADG and dry matter consumption. Feeding time at 20.00 and 04.00 am had significantly (P <0.05) ADG and was highly significant (P<0.01) on dry matter consumption. Shearing at 2 cm significantly (P<0.05) on ADG and was highly significant (P< 0.01) on dry matter consumption. Treatment feeding time at 20.00 and 04.00 pm and shearing at 2 cm efficiently and economically feasible. The conclusion of this study that differences in the length of time feeding and shearing affect the physiological responses of local sheep. Local sheep feeding at 20.00 and 4.00 pm and shearing at 2 cm gives better results than other treatments and provide highest economically viable .. Key words: local lamb, physiological responses, performances, feeding time, shearing. Universitas Sumatera Utara.

(17) BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Indonesia semakin berkembang, salah satunya adalah usaha peternakan domba. Umumnya usaha peternakan domba bertujuan untuk menghasilkan daging guna memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Domba merupakan ternak ruminansia kecil penghasil daging yang memiliki karakteristik berbulu kasar atau wool, bukan rambut (hair) seperti pada kambing atau sapi. Bulu domba menutupi seluruh permukaan tubuh domba untuk melindungi tubuh domba dari cekaman lingkungan. Bulu domba juga mempunyai sifat sebagai insulator yang sangat baik dan tidak mudah terbakar. Pencukuran bulu domba direkomendasikan untuk tujuan sanitasi dan kemungkinan infasi berbagai ektoparasit dalam manajemen rutin budidaya domba. Bulu yang diperoleh dari hasil pencukuran di Indonesia masih dianggap sebagai limbah dan belum banyak dimanfaatkan.Pencukuran bulu domba masih jarang dilakukan, selain itu efek yang diperoleh dari pencukuran terhadap produktivitas, kesejahteraan ternak dan sanitasi. Produktivitas ternak dapat dilihat dari pertambahan bobot badan harian dan konsumsi pakan, sedangkan untuk sanitasi dapat dilihat dari tingkat kebersihan tubuh domba dan jumlah ektoparasit yang terdapat di tubuh domba tersebut. Produktivitas ternak merupakan fungsi dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain pakan, pengelolaan dan perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit. Ternak harus dipelihara pada kondisi lingkungan yang nyamanagar dapat berproduksi dengan baik. Ternak domba merupakan hewan berdarah panas yang mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran tertentu dengan cara homeostasis melalui proses termoregulasi.. Pada temperatur lingkungan yang rendah domba akan. memanaskan tubuhnya melalui pembakaran zat makanan dalam darah, sebaliknya pada temperatur yang tinggi domba akan berusaha menurunkan temperatur tubuhnya melalui kulit maupun pernafasan. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan. Universitas Sumatera Utara.

(18) mengalami stres. Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan. Stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan atau penurunan temperatur lingkungan. Indonesia berada pada daerah tropis yang memiliki suhu sangat panas dengan kelembaban tinggi. Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi kurang menguntungkan bagi ternak domba. Salah satu faktor yang dapat menghambat pembuangan panas tubuh pada domba adalah wol, yang akan mempengaruhi produksi ternak. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilakukan pencukuran wol. Masalah pokok peternakan di negara-negara tropis yaitu tingginya kelembaban udara dan suhu harian yang menyebabkan ternak mengalami cekaman panas. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan antara lain: memandikan ternak, pemberian naungan,penyiraman air, pemberian air minum, mengatur perlakuan pemberian pakan dan pencukuran bulu yang berkaitan dengan perolehan panas dari dalam tubuh dan tambahan panas (heat gain) dari lingkungan. Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan yang dikonsumsi dan pertambahan berat badan.Selain pakan yang diberikan kepada ternak untuk meningkatkan bobot badannya, faktor waktu pemberiannya juga sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ternak. Manajemen pemeliharaan yang masih tradisional menyebabkan performa pertumbuhan domba tidak optimal. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas domba adalah perbaikan manajemen, baik manajemen pakan maupun pemeliharaan. Pakan merupakan faktor terpenting dalam usaha peternakan sehingga diperlukan manajemen pemberian ransum yang tepat. Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan, temperatur. lingkungan,. ukuran. tubuh. ternak.Berdasarkan kenyataan tersebut. ternak. dan. keadaan. fisiologi. maka perlu diadakan suatu penelitian. mengenaimanajemen yaitu pemotongan bulu dan waktu pemberian pakan yang. Universitas Sumatera Utara.

(19) efektif untuk meningkatkan produktivitas domba lokal sehingga tercapai efisiensi produksi dan efisiensi ekonomi. .. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengujiefisiensi waktu pemberian pakan, pemotongan bulu dan interaksinya terhadap respon fisiologis, performans, dan analisa usaha domba lokal.. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkandapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu yang efisien sebagai upaya adaptasi domba lokal.. Hipotesis 1. Adanya pengaruh waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu terhadap respons fisiologis dan performanspada domba lokal. 2. Adanya interaksi antara waktu pemberian pakan dan pemotongan bulu terhadap respons fisiologis dan performans domba lokal. 3. Adanya pengaruh positif denganwaktu pemberian pakan dan pemotongan bulu terhadap analisa usaha domba lokal. Universitas Sumatera Utara.

(20) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Domba Lokal Klasifikasi Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat di pulau Jawa, karena pemeliharaan yang relatif mudah, cepat menghasilkan manfaat, dan dapat digunakan sebagai tabungan. Klasifikasi bangsa domba yang paling umum adalah berdasar pada jenis wool yang dihasilkan. Faktor-faktor lain yang menjadi dasar klasifikasi seperti jenis daging, warna dan ada tidaknya tanduk serta karakteristik kemampuan adaptasinya. Klasifikasi domba menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum. : Chordata(hewan bertulang belakang). Class. : Mammalia(hewan menyusui). Ordo. : Artiodactyla(hewan berkuku genap). Family. : Bovidae(memamah biak). Genus. : Ovis. Species. : Ovis aries. Produktifitas Domba Lokal Sumantri et al. (2007) menyatakan bahwa domba lokal mempunyai posisi yang sangat strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi sosial, ekonomi, dan budaya serta merupakan plasma nutfah digunakan dalam perbaikan bangsa domba di Indonesia melalui persilangan antar bangsa domba lokal dengan domba impor. Populasi domba lokal paling tinggi berada di pulau Jawa, yang tersebar di Jawa Barat (46%), Jawa Tengah (27%) dan Jawa Timur sekitar 18% (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Domba di daerah Jawa Tengah kebanyakan hasil persilangan antara Domba Ekor Gemuk (DEG) dan Domba Ekor Tipis (DET), dengan komposisi darah tidak diketahui pasti. Ciri - ciri domba lokal antara lain muka cembung, telinga pendek dan terletak di belakang tanduk, domba jantan bertanduk, sedangkan domba betina tidak bertanduk, sering terdapat timbunan. Universitas Sumatera Utara.

(21) lemak dipangkal ekor, warna bulu putih, pertumbuhan lambat namun dapat bertahan hidup di tempat yang kering. Murtidjo (2006) menambahkan bahwa karakteristik domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam, hasil daging relatif sedikit dan pola warna bulu sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan umumnya hitam. Menurut Devendra dan McLeroy (1992), ekor pada domba lokal umumnya pendek. Pakan Ternak Domba Hijauan Hijauan merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi ruminansia. Hijauan mengandung hampir semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak selain sebagai bulk atau pengenyang (Awabien, 2007). Menurut Mulyono (2009) pakan hijauan mengandung nutrisi yang dapat menentukan skor pertumbuhan, status reproduksi dan kondisi kesehatan ternak. Pakan hijauan segar dikatakan baik bila komposisi pemberiannya diatur antara yang mengandung protein rendah dan protein tinggi. Hijauan merupakan sumber serat kasar yang tinggi bagi ternak ruminansia. Hijauan yang dimaksud biasanya berupa rumput-rumputan. Tabel 1. Komposisi nilai nutrisi rumput lapangan Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein TDN Serat Kasar Lemak Kasar BETN Abu Energi. Persentase (%) 27,91* 10,62* 64,40** 23,25* 8,33* 47,56* 9,98* 4,32*. Sumber : *) Laboratorium IP2TP Sei Putih, Galang (1997). **) Hartadi et al. (1990).. Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Rumput lapang banyak terdapat di sekitar sawah, pegunungan, tepi jalandan semak-semak. Wiradarya (1993) menyatakan bahwa rumput lapang. Universitas Sumatera Utara.

(22) murahdan pengelolaannya mudah. Pemberian rumput lapang segar sebagai pakan cukup baik dalam produksi maupun reproduksi selama pemeliharaan. Limbah Pertanian dan Perkebunan Bahan baku pakan yang dapat diberikan pada domba terdiri dari dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan bahan pakan yang terdiri dari rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa. Sedangkan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri atas bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein. Konsentrat untuk ternak domba biasanya disebut pakan penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993). Tujuan suplementasi pakan penguat (konsentrat) dalam pakan domba adalah untuk meningkatkan daya guna pakan atau menambah nilai nutrisi pakan,menambah unsur pakan yang defisiensi serta meningkatkan konsumsi dan pencernaan pakan (Murtidjo, 1993). Dedak Padi Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya setelah proses penggilingan padi dengan metode pengayakan. Hasil ikutan dari pengilingan gabah menjadi beras terdiri atas bagian yang kasar dan bagian yang halus yang akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1985). Bila dilihat dari asal-usul pengolahan gabah menjadi beras wajar bila kandungan serat kasar itu tinggi. Tabel 2.Kandungan nutrisi dedak padi Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein TDN Serat Kasar Lemak Kasar. Persentase (%) 89,10a 13,80a 64,30b 8,00a 8,20a. Sumber : a. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008). b. National Research Council (1995).. Universitas Sumatera Utara.

(23) Ampas Tahu Tahu terdapat hampir disetiap daerah, sehingga limbahnya yang disebut ampas tahu juga mudah diperoleh. Meskipun disebut limbah, ampas tahu masih dapat dimanfaatkansebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi ampas tahu sudah rendah karena telah diperas sedemikian rupa. Ampas tahu cepat basi dan baunya kurang sedap apabila tidak segera digunakan. Upaya yang dapat dilakukan agar dapat tahan lama disimpan, harus dijemur hingga kering (Katyanto, 1982). Tabel 3. Kandungan nutrisi ampas tahu Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar Energi Metabolis (Mcal). Persentase (%) 89,26a 19,03a 79,00b 20,44a 5,64a 5,08a. Sumber : a. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008). b. National Research Council (1995).. Tepung Jagung Penggunaan tepung jagung biasanya sebagai sumber energi dengan kandungan energi metabolisnya 3370 kkal/kg. Kandungan serat kasar dan protein tepung jagung (8,9%) rendah, namun mempunyai keunggulan sebagai sumber xanthophyl dan lemak. Jika dilihat dari kandungan asam amino jelas tepung jagung tidak dapat diandalkan sebagai sumber protein (Parakkasi, 1995). Tabel 4. Kandungan nutrisitepung jagung Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar. Persentase (%) 90,00a 10,90a 85,20b 2,90a 2,85a. Sumber :a. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008). b. National Research Council (1995).. Universitas Sumatera Utara.

(24) Lumpur sawit Lumpur sawit merupakan limbah padat dari sisa pengolahan buah kelapa sawit. Lumpur sawit banyak dijumpai di pabrik pengolahan kelapa sawit. Dari peneliti-peneliti terdahulu Dalzell (1978)menunjukkan bahwa lumpur sawit yang selama ini terbuang begitu saja dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan penyusun ransum ternaksetelah melakukanpenelitian dengan menambahkan limbah kelapa sawit pada makanan sapi,akhirnya menyimpulkan bahwa limbah kelapa sawit merupakan bahan pakan yangpotensial, selain itu juga dapat mengatasi masalah polusi dan memberi nilaitambah pada pabrik pengolahan kelapa sawit. Limbah ini diharapkan bila saat ini tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi nanti akan menjadi sumberdaya yang cukup potensial (Tobing dan Lubis, 1988). Tabel 5. Kandungan nutrisi lumpur sawit Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar Sumber :. Persentase (%) 94,00 13,25 79,00 16,00 13,00. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).. Molases Molases adalah hasil samping pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineral cukup tinggi sehingga dapat dijadikan pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Kelebihan dari tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya, disamping harganya murah. Oleh karena itu apabila dicampur dalam pakan maka akan bisa memperbaiki aroma dan palatabilitas ransum. Selain sebagai pakan pendukung, tetes tebu ini bisa juga dijadikan media pembuatan protein sel tunggal yang juga pernah populer sebagai salah satu alternatif pakan ternak (Widayati dan Widalestari, 1996).. Universitas Sumatera Utara.

(25) Tabel 6. Kandungan nutrisi molases Kandungan Nutrisi. Persentase (%). Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar Sumber :. 67,50 3–4 81,00 0,38 0,08. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).. Molases dapat dipergunakan sebagai pakan ternak.. Keuntungan. penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48–60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan rasanya disukai ternak. Molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti cobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng, sedangkan kelemahannya ialah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jikadikonsumsi terlalu banyak (Rangkutiet al, 1985). Garam Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl) dimana selain berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang berlebihan bagi ternak karena adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997). Garam dapur ditambahkan sebanyak 0,5% untuk meningkatkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25 – 1,75 kg/ekor/hari. Semula pengaruhnya terlihat meningkatkan konsumsi kemudian menurunkan sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995). Garam. merangsang. sekresi. saliva,. terlalu. banyak. garam. akan. menyebabkan retensi air sehingga meninggalkan oedema. Defisiensi garam lebihsering terjadi pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Hal ini disebabkanhijauan dan butiran mengandung sedikit garam (Anggorodi, 1979). Garam dapur dapat ditambahkan sebanyak 5% untuk menurunkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25-1,75 kg/ekor/hari. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur dan berat badan turun (Anggorodi, 1979).. Universitas Sumatera Utara.

(26) Urea Urea merupakan salah satu sumber nitrogen bukan protein (NBP) yang berbentuk kristal putih, bersifat mudah larut dalam air dan mengandung 45% nitrogen (Parakkasi, 1995). Urea dalam proses fermentasi akan diuraikan kembali oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida dan selanjutnya amonia akan digunakan untuk menbentuk asam amino. Ada beberapa syarat dalam penggunaan urea yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan karbohidrat yang mudah dicerna, harus dicampur dengan baik dengan bahan pakan lain, diberikan pada waktu adaptasi dua sampai dengan tiga minggu, serta pemberiannya disarankan disertai dengan penambahan mineral (Parakkasi, 1995). Mineral Menurut Parakkasi (1999), kebutuhan Ca dan P untuk ternak ruminansia menjadi unsur yang sangat penting diperhatikan dalam pemberian pakan. Dari beberapa mineral makro yang dibutuhkan ternak, hanya garam (NaCl), kalsium (Ca) dan phospor (P) yang secara rutin ditambahkan ke ransum ternak. Garam merupakan salah satu bahan baku mikro yang dapat digunakan dalam ransum ternak. Garam paling umum ditambahkan dalam ransum karena kelebihannya yaitu: berasal dari satu sumber, tidak mahal dan relatif mudah diuji. Sifat fisik garam sebagai bahan uji adalah lebih padat, bentuk kubik dan lebih kecil dibanding partikel lain. Pengujian sampel yang mengandung garam dapat dilakukan dengan teknik pengujian Na+ atau Cl-. Garam dapur atau NaCl ini merupakan bahan yang di gunakan untuk melengkapi kekurangan mineral-mineral lainnya yang dibutuhkan oleh ternak. Dikalsium Fospat (Dicalsium Phospate/ DCP) merupakan bahan untuk melengkapi kebutuhan kalsium dan phosphate bagi ternak, dengan kisaran pemberian 1-2%. Kebutuhan Zat Makanan Domba Kebutuhan. zat. makanan. ternak. ruminansia. digunakan. untuk. memenuhikebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Zat makanan yang diperlukan ternak dapat dipisahkan menjadi komponen utama antara lain energi, protein, mineral, dan vitamin. Kebutuhan bahan kering dihitung berdasarkan bobot badan, tingkat produksi susu, bulan laktasi dan lingkungan (National. Universitas Sumatera Utara.

(27) Research Council, 2001).. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas. ternak adalah bahan makanan yang meliputi jumlah dan kualitas pakan. Kebutuhan nutrisi ternak dapat dikelompokkan menjadi komponen utama yaitu energi, protein, mineral, dan vitamin. Komponen-komponen utama tersebut diperoleh dari zat makanan yang masuk kedalam tubuh ternak.. Peningkatan. konsumsi energi dan protein berperan dalam peningkatan konsentrasi insulin dan insulin growth factor (IGF) dalam darah yang berpengaruh terhadap folikel yang hubungannya dengan hormone FSH dan LH (Pulina, 2004). Energi, protein, mineral, vitamin dan air dibutuhkan untuk proses reproduksi secara normal sama halnya dengan kebutuhan nutrisi untuk metabolisme tubuh yang lain (hidup pokok, pertumbuhan dan produksi susu). Pada dasarnya ternak membutuhkan zat makanan atau energi untuk hidup pokok dan untuk energi cadangan yang akan disimpan dalam jaringan baru dan energi untuk proses-proses metabolisme. Secara langsung, nutrisi menyediakan glukosa, asam amino, vitamin, dan elemen kimia esensial. Secara tidak langsung, nutrisi dapat memodifikasi fungsi hormonal, dimana dapat meningkatan kematangan sel telur, ovulasi atau terjadinya birahi, perkembangan embrio, pertumbuhan fetus dan daya tahan anak yang lahir (Freer dan Dove, 2002). Kebutuhan untuk produksi dan reproduksi adalah energi di atas kebutuhan hidup pokok yang dimanfaatkan untuk proses-proses produksi dan reproduksi (National Research Council, 2006). Kebutuhan Energi Kebutuhan energi pada ternak domba dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, kebuntingan, laktasi dan produksi. Banyak sedikitnya jumlah energi dalam pakan (kandungan bahan kering) berpengaruh pada organ reproduksi dan aktivitas ovarium. Bila terjadi ketidak seimbangan energi dalam pakan (intake) dengan energi untuk pertumbuhan akan menurunkan libido pada ternak muda yang sedang tumbuh. Estrus pertama akan tertunda bila pakan kekurangan. energi sebelum pubertas.. Bila kekurangan energi terjadi. setelah pada masa kebuntingan, maka akan mempengaruhi siklus estrus berikutnya dan akan memperpanjang selang beranak (calving interval). Kondisi. Universitas Sumatera Utara.

(28) lingkungan seperti temperatur, kelembapan dan cuaca juga berpengaruh terhadap kebutuhan energi (National Research Council, 2006). Kebutuhan Protein Protein merupakan unsur penting dalam tubuh dan diperlukan terusmenerus untuk memperbaiki sel dalam proses sintesis (National Research Council, 2001). Pada saat pertumbuhan seekor ternak membutuhkan kadar protein yang tinggi untuk proses pembentukan jaringan tubuh. Ternak muda memerlukan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Kebutuhan protein untuk domba dipengaruhi antara lain oleh masa pertumbuhan, umur, fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi protein (National Research Council, 2006). Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien dan tidak seperti bahan makronutrien lain seperti lemak dan karbohidrat, protein dapat berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Protein dapat juga dipakai sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Herman (2003) menyatakan bahwa kebutuhan protein dan pertumbuhan ternak mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan energi, sehingga energi perlu diperhitungkan. Tabel 7. Kebutuhan harian zat - zat makanan untuk ternak domba No.. 1. 2. 3. 4. 5. 6.. BB (kg). BK Kg. %BB. 5 10 15 20 25 30. 0,14 0,25 0,36 0,51 0,62 0,81. 2,8 2,5 2,4 2,6 2,5 2,7. Energi ME TDN (Mcal) (kg) 0,6 0,61 1,01 1,28 1,37 0,38 1,8 0,50 1,91 0,53 2,44 0,67. Protein Total DD (gram) 51 41 81 68 115 92 150 120 160 128 204 163. Ca (gram). P (gram). 1,91 4,3 2,8 3,4 4,1 4,8. 1,4 1,6 1,9 2,3 2,8 2,3. Sumber : National Research Council (1995).. Respon Fisiologis Domba Terhadap Lingkungan Lingkungan Lingkungan adalah semua keadaan, kondisi dan pengaruh-pengaruh sekitarnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Universitas Sumatera Utara.

(29) ternak (Ensminger et al., 1990).. Ternak harus selalu berada pada daerah. lingkungan optimal dan mereka harus terpelihara dalam daerah tersebut untuk tetap menjaga berjalannya fungsi pertumbuhan dan reproduksi optimal. Thermo Neutral Zone (TNZ) adalah daerah yang nyaman dengan suhu lingkungan yang sesuai untuk ternak. Daerah TNZ untuk domba dalam pemeliharaan berada pada suhu lingkungan antara 22 – 31°C. Seekor ternak akan berusaha meningkatkan produksi panas dalam tubuhnya jika suhu lingkungan semakin rendah, sebaliknya ternak akan melakukan evaporasi untuk melepaskan panas jika suhu lingkungan meningkat (Yousef, 1985). Lingkungan mempengaruhi domba melalui dua jalan yaitu: 1) melalui hijauan (pakan) dan selanjutnya mempengaruhi pasokan pakan dan air serta pola penyakit yang dikenal faktor tidak langsung; 2) melalui domba secara langsung yaitu pengaruh lingkungan utamanya seperti kecepatan angin, suhu dan kelembaban udara (lingkungan fisik), namun dari semua pengaruh lingkungan pada domba tropis cekaman panas biasanya yang paling serius (Davendra dan Faylon, 1992). Pelepasan panas tubuh dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Panas tubuh ini dilepaskan secara konveksi, radiasi, konduksi dan evaporasi. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan langsung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998). Cekaman lingkungan pada ruminansia dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada pola konsumsi pakan dan pembagian zat makanan untuk kebutuhan pokok dan produksi. Secara fisiologis tubuh ternak akan bereaksi terhadap rangsangan yang mengganggu fisiologis normal. Sebagai ilustrasi ternak. Universitas Sumatera Utara.

(30) akan mengalami cekaman panas jika jumlah rataan produksi panas tubuh dan penyerapan radiasi panasdari sekelilingnya lebih besar daripada rataan panas yang hilang dari tubuh (Davendra dan Faylon, 1992). Suhu dan Kelembapan Sistem pemeliharaan domba di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara tradisional oleh petani ternak. Ternak dilepas atau digembalakan di lapangan atau padang rumput lain pada siang hari. Konsekuensi sistem pemeliharaan demikian adalah terjadinya beban panas yang berlebih atau cekaman panas pada ternak, karena pengaruh langsung dari radiasi matahari dan suhu lingkungan yang tinggi. Kondisi ini memaksa ternak untuk mengaktifkan mekanisme termoregulasi, yaitu peningkatan suhu rektal, suhu kulit, frekuensi pernafasan dan denyut jantung, serta menurunkan konsumsi pakan (Purwanto et al., 1996). Rendahnya persentase bobot karkas pada suhu lingkungan rendah disebabkan oleh tingginya bobot alat pencernaan (jeroan), berhubung tingginya konsumsi pakan di daerah suhu lingkungan rendah. Terjadinya peningkatan konsumsi pakan, diikuti peningkatan bobot jeroan dan isi. Kaitan antara suhu lingkungan dengan konsumsi pakan, dijelaskan melalui pengaruhnya pada aktivitas metabolisme. Data faktor klimat, khususnya suhu lingkungan, baik pada kandang tanpa naungan maupun kandang dengan naungan menunjukkan tidak berada pada kondisi yang nyaman bagi ternak domba, seperti yang dikemukakan oleh Smith dan Mangkuwidjojo (1988) bahwa daerah nyaman bagi domba berkisar antara 18 – 31oC. Peningkatan suhu terjadi sejalan dengan peningkatan besarnya radiasi matahari yang diterima. Suhu rektal kambing dan domba pada kondisi normal adalah 38,5–40oC dengan rataan 39,4 oC (Smith dan Mangkuwidjojo, 1988) atau antara 38,5 dan 39,7oC dengan rataan 39,1 oC (Anderson, 1970). Frandson (1996) menyatakan bahwa ternak yang tidak dinaungi akan mengalami peningkatan suhu tubuh, suhu rektal, suhu kulit, frekuensi pernapasan dan frekuensi denyut jantung sebagai akibat adanya tambahan panas dari luar tubuh terutama yang berasal dari radiasi panas matahari secara langsung.. Universitas Sumatera Utara.

(31) Masalah utama dari ternak yang dipelihara di daerah tropis basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang dideritanya. Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja. produksi. maupun. reproduksi. dipakai. untuk. mempertahankan. keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak. Suhu optimal untuk domba di daerah tropis berkisar antara 24–260C (Kartasudjana, 2001), dengan kelembaban di bawah 75% (Yousef, 1985). Keadaan optimal tersebut tidak terjadi di Indonesia karena suhu rataan harian pada musim hujan wilayah Indonesia adalah 290C dan berkisar 30–320C pada musim kemarau. Pada lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi domba akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya melalui kulit maupun pernafasan (Yeates et al,.1975). Keadaan lingkungan yang kurang nyaman akibat suhu dan kelembaban tinggi juga menyebabkan domba mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum.. Pelepasan panas tubuh dipengaruhi oleh suhu dan. kelembaban udara, dan tingkat cekaman yang terjadi dipengaruhi oleh insulasi wol, kecepatan angin, kelembaban udara, umur ternak dan makanan. Pemotongan Bulu Domba Domba merupakan ternak ruminansia kecil penghasil daging yang memiliki karakteristik berbulu kasar atau wool kasar, bukan rambut (hair) seperti pada kambing atau sapi. Bulu domba menutupi tubuh domba untuk melindungi tubuh domba dari cekaman lingkungan. Bulu domba juga mempunyai sifat sebagai insulator yang sangat baik dan tidak mudah terbakar. Dalam manajemen rutin budidaya domba, sebenarnya pencukuran domba direkomendasikan untuk tujuan sanitasi dan kemungkinan infasi berbagai ektoparasit. Bulu yang diperoleh dari hasil pencukuran masih dianggap sebagai limbah dan belum banyak dimanfaatkan. Bulu domba sebagai hasil ikutan sebenarnya sangat berpotensi untuk dimanfaatkan karena dari setiap domba lokal dapat menghasilkan bulu. Universitas Sumatera Utara.

(32) sebanyak 0,8 kg/tahun (Yamin et al., 1994). Bulu domba hasil persilangan di Indonesia sejauh ini hanya dimanfaatkan sebagai kerajinan, sedangkan bulu domba lokal masih dianggap sebagai limbah karena kualitas bulu yang dihasilkan kasar sehingga sulit untuk ditenun (Yamin et al., 1994). Minimnya. informasi. mengenai. pemanfaatan. bulu. domba. dapat. menyebabkan pencukuran masih jarang dilakukan. Selain itu efek yang diperoleh dari pencukuran terhadap produktivitas, kesejahteraan ternak dan sanitasi juga belum banyak diteliti. Produktivitas ternak dapat dilihat dari pertambahan bobot badan harian dan konsumsi pakan, sedangkan untuk sanitasi dapat dilihat dari tingkat kebersihan tubuh domba dan jumlah ektoparasit yang terdapat di tubuh domba tersebut. Pemotongan bulu domba yang lebih dikenal dengan pencukuran bulu domba merupakan pekerjaan musiman, meskipun pencukuran dapat dilakukan setiap saat. Pencukuran akan kurang baik apabila dilakukan pada musim dingin, kecuali di daerah-daerah yang beriklim lebih panas.Wol pada domba tidak berganti tetapi terus tumbuh secara berkelanjutan. Jumlah zat yang berbeda pada tiap wol tergantung jenis dan kondisi sekelilingnya, seperti iklim dan pakan. Wol yang terdapat pada domba, merupakan rambut yang bergelombang dengan sedikit medulla dan bagian jaringan ikat dari folikelnya tidak padat atau jarang (Frandson, 1992). Tubuh dapat memperoleh panas secara langsung dari sinar matahari. Tingkat penyerapan panas tergantung pada tipe kulit hewan bersangkutan dan bulu yang terdapat pada kulit (insulasi). Pergerakan udara dapat mengubah pengaruh tipe kulit dan insulasi bulu terhadap cahaya tersebut (Parakkasi, 1999). Wol bersifat tidak menghantarkan panas (Johnston, 1983). Pencukuran bulu sebaiknya dilakukan setelah domba berumur lebih darienam bulan. Sebelum dicukur, sebaiknya domba dimandikan agar bulunya bersih.Bulu sebagai penutup tubuh alami pada ternak yang berfungsi sebagai perlindungan dari sengatan radiasi matahari di daerah tropis. Bulu yang halus dan pendek akan menyebabkan ternak lebih toleran terhadap cuaca yang panas (Williamson dan Payne, 1993). Mencukur bulu dapat menurunkan insulasi, meningkatkan pelepasan panas (heat loss), meningkatkan konsumsi pakan, pertumbuhan dan kualitas semen pejantan.. Universitas Sumatera Utara.

(33) Respon Fisiologis Respon fisiologis domba merupakan respon domba terhadap berbagai macam faktor, baik fisik, kimia maupun lingkungan sekitarnya (Yousef, 1985). Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen (Awabien, 2007). Pertumbuhan fisiologis domba adalah perubahan fungsi kerja biologi domba yang mengalami cekaman panas lingkungan dan peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan: (1) penurunan konsumsi dan kecernaan pakan; (2) gangguan metabolisme pada air tubuh, energi dan keseimbangan mineral; (3) reaksi enzimatis, sekresi hormon dan metabolit darah (Marai et al. 2007).. Tingkat. cekaman yang terjadi dipengaruhi oleh insulasi wol, kecepatan angin, kelembaban udara, umur ternak dan makanan. Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan evaporasi lambat sehingga pelepasan panas tubuh terhambat.Akan tetapi sudah tentu kemampuan tersebut ada batasnya, apabila suhu lingkungan mencapai keadaan diluar batas kemampuannya maka akan timbul gejala-gejala merugikan. Respon fisiologis pada domba dapat diketahui diantaranya dengan melihat suhu tubuh, laju respirasi dan denyut jantung. Suhu Tubuh Suhu rektal adalah suatu indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal tubuh ternak. Suhu rektal juga sebagai parameter yang dapat menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Suhu rektal harian, rendah pada pagi hari dan tinggi pada siang hari (Edey, 1983). Suhu rektal, suhu permukaan kulit dan suhu tubuh meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan (Purwanto et al., 1994). Suhu tubuh atau suhu inti (core temperature) dapat dihitung pada beberapa lokasi. Lokasi yang biasa digunakan adalah rektum, karena cukup mewakili dan kondisinya stabil. Suhu inti mendominasi penentuan suhu tubuh. Temperatur rektum dan kulit saat siang hari meningkat akibat dehidrasi dan frekuensi respirasi dan temperatur tubuh berfluktuasi lebih besar saat dehidrasi. Suhu rektum sering digunakan sebagai ukuran representatif suhu tubuh (Marai et al. 2007). Suhu rektum domba pada zona nyaman adalah 38.3–39.9°C. Universitas Sumatera Utara.

(34) (Marai et al. 2007). Zona nyaman (thermoneutral zone) pada domba adalah 22– 31°C untuk beraktivitas dan reproduksi (Yousef , 1985). Suhu lingkungan yang rendah, dibawah tingkat kritis minimum dapat mengakibatkan suhu tubuh (suhu rektal) menurun tajam diikuti pembekuan jaringan dan kadang diiringi kematian akibat kegagalan mekanisme homeothermis (Ensminger et al., 1990). Suhu rektal domba di daerah tropis berada pada kisaran 38,2 – 40 0C (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Suhu tubuh hewan homeotermis merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Suhu tubuh dapat diamati melalui suhu rektal, karena suhu rektal merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal tubuh ternak. Suhu rektal juga sebagai parameter yang dapat menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Kelembaban dapat pula mempengaruhi mekanisme temperatur tubuh, pengeluaran panas dengan cara berkeringat ataupun melalui respirasi akan lebih cepat (Parakkasi, 1999). Laju Respirasi Laju respirasi digunakan sebagai indikator stres panas karena berhubungan dengan pengurangan gas CO2 pada jaringan tubuh dan masuknya O2 sebagai pembakaran pakan yang akan menghasilkan panas (Marai et al. 2007). Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh (Isnaeni, 2006). Fungsi-fungsi yang bersifat sekunder membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air dan fonasi atau pembentukan suara (Frandson, 1992). Respirasi sangat mempengaruhi kebutuhan tubuh dalam keadaan tertentu, sehingga kebutuhan akan zat-zat makanan, O2 dan panas dapat terpenuhi serta zat-zat yang tidak diperlukan dibuang (Awabien, 2007). Pernafasan pada hewan terdiri dari tiga fase yaitu respirasi external, pertukaran gas, dan respirasi internal. Respirasi external yaitu mekanisme saat hewan mengambil oksigen dari lingkungan dan melepaskan karbondioksida ke lingkungan. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Pada sapi, kerbau, kambing dan domba peningkatan frekuensi respirasi merupakan salah satu mekanisme. Universitas Sumatera Utara.

(35) pengaturan suhu tubuh. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Mekanisme respirasi dikontrol di medula yang sensitif terhadap CO2 dan tekanan darah. Rata-rata frekuensi atau kecepatan respirasi domba adalah 19 kali tiap menit dalam keadaan istirahat (Frandson, 1992). Domba tropis mempunyai frekuensi laju respirasi berkisar 15–25 hembusan per menit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bersamaan dengan peningkatan suhu lingkungan, ternak bereaksi pertama-tama dengan panting (terengah-engah) dan sweating atau berkeringat berlebihan (Edey, 1983). Panting merupakan mekanisme evaporasi melalui pernapasan, sedangkan sweating melalui permukaan kulit. Evaporasi adalah cara efektif untuk menghilangkan beban panas tubuh, setiap gram uap air evaporasi dapat menghilangkan 0,582 kalori panas tubuh pada suhu lebih dari 250C (Yousef, 1985). Laju Denyut Jantung Laju denyut jantung merupakan refleksi utama dari proses homeostatis sirkulasi darah sepanjang status metabolisme yang umum (Marai et al. 2007). AlHaidary (2004) menyatakan bahwa tantangan stres panas mengurangi denyut jantung pada ternak yang diamdan pengurangan tanda denyut jantung menurun karena upaya umum binatang untuk penurunan produksi panas. Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut. Fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan jaringan selalu disuplai darah (Soeharsono, 2010). Denyut jantung dapat diukur dengan menggunakan stetoskop dan stopwatch untuk menghitung waktu. Jantung memiliki suatu mekanisme khusus yang menjaga denyut jantung dan menjalankan potensi aksi keseluruh otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung yang berirama. Ritme atau kecepatan denyut jantung dikendalikan oleh saraf. Akan tetapi dapat diubah juga oleh berbagai faktor selain saraf, antara lain rangsangan kimiawi seperti hormon dan perubahan kadar O2 dan CO2 ataupun rangsangan panas (Isnaeni, 2006). Secara umum kecepatan denyut jantung yang normal cenderung lebih besar pada hewan yang kecil dan kemudian semakin lambat dengan semakin bertambah besarnya ukuran hewan (Awabien, 2007). Kisaran denyut jantung domba normal yang dikemukakan oleh Smith dan Mangkoewidjojo (1988) adalah. Universitas Sumatera Utara.

(36) antara 70–80 kali tiap menit. Isnaeni (2006) mengatakan bahwa denyut jantung dapat meningkat hingga lebih dari dua kalinya pada saat aktif melakukan kegiatan. Konsumsi dan Waktu Pemberian Pakan Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan menurut Parakkasi (1999) adalah faktor hewan itu sendiri yaitu permintaan fisiologis dari hewan tersebut untuk hidup pokok dan produksi. Faktor pakan yang diberikan berkaitan dengan nilai nutrisi yang terkait pada pakan tersebut. Faktor. lingkungan. seperti. suhu. dan. kelembaban. udara. dapat. mempengaruhi tingkat konsumsi. Pada suhu lingkungan tinggi, konsumsi pakan pada umumnya menurun, konsumsi air minum meningkat (Parakkasi, 1999). Pakan konsentrat diberikan sebelum pakan hijauan. Hal tersebut dilakukan agar semua zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi dapat terpenuhi (Ridwan, 2010). Kebutuhan bahan kering untuk domba fase pertumbuhan atau dengan bobot badan sekitar 15-25 kg adalah 3% dari bobot badannya atau sekitar 400500g/ekor/hari (National Research Council, 2006). Pemberian rumput dan konsentrat secara terpisah dengan rasio 40:60 menghasilkan konsumsi bahan kering rumput berkisar 207,57-216,81 g/e/h dan konsumsi bahan kering konsentrat berkisar 311,36-325,21 g/e/h. Pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan cara digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan cara digembalakan dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan sendiri di padang penggembalaan selama 6– 8 jam sehari. Penggembalaan dilakukan sesudah hijauan bebas dari embun dan sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pakan untuk ternak yang dipelihara terus menerus dalam kandang diberikan dengan cara menyediakan rumput secara ad libitum. Pakan yang diberikan terdiri atas hijauan, pakan penguat dan garam atau feed supplement. Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-. Universitas Sumatera Utara.

(37) rata 10% dari berat badan atau 4,5–5 kg/ekor/hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2–3 kali sehari(Sitepu, 2011). Konsumsi Air Minum Air minum sangat penting untuk menjamin berlangsungnya proses metabolisme didalam tubuh, mengatur suhu tubuh dan untuk memproduksi susu. Kebutuhan air minum seekor domba kurang lebih 1,5 – 2,5 liter per hari. Ternak mendapat asupan air dari makanan, terutama hijauan yang dikonsumsi, namun jumlah ini tidak mencukupi kebutuhan, terutama didaerah panas atau jika ternak digembalakan setiap hari. Oleh karena itu, air minum harus tersedia didalam kandang setiap saat. Meskipun sebagian besar air didapat dari hijauan rumput atau daun-daunan, domba tetap harus diberi minum.. Air diperlukan untuk. membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diperlukan tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan. Bila bobot hidup ternak 40 kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1 liter (3 liter). Kebutuhan air minum untuk domba berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008). Volume kebutuhan air pada domba sangat bervariasi dipengaruhi oleh jenis, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan. Air minum harus selalu bersih dan hindari terkontaminasi oleh air kencing/urin ataupun kotoran, karena air minum yang telah terkontaminasi biasanya tidak dikonsumsi ternak. Ganti air minum setiap hari atau bila terlihat sudah keruh. Domba membutuhkan air minum setiap saat dalam jumlah yang cukup dan harus tersedia didalam kandang.Krogh (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah suhu lingkungan. Suhu ruangan di bawah thermoneutral menyebabkan kosumsi pakan meningkat, sedangkan suhu ruangan di atas kisaran tersebut menyebabkan penurunan konsumsi pakan. Penurunan konsumsi pakan, antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi air minum yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan yang bertambah panas.Keadaan lingkungan yang. Universitas Sumatera Utara.

(38) kurang nyaman akibat suhu dan kelembaban tinggi juga menyebabkan domba mengurangi konsumsi makan dan meningkatkan konsumsi air minum. Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang terkonsumsi bila bahanpakan tersebut diberikan ad libitum. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatkonsumsi pakan menurut Parakkasi (1999) adalah faktor hewan itu sendiri yaitupermintaan fisiologis dari hewan tersebut untuk hidup pokok dan produksi. Faktorpakan yang diberikan berkaitan dengan nilai nutrisi yang terkait pada pakan tersebut. Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara dapat mempengaruhi tingkat konsumsi. Feed Convertion Ratio(FCR) Feed Convertion Ratio merupakan suatu angka yang dapat dijadikan patokan atau ukuran untuk menilai efektivitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan atau produksi ternak (Arifien, 2002). Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitannya dengan biaya produksi. Semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan makin tinggi. Wahju (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimal, tetapi pertumbuhan yang baik disertai biaya ransum yang minimum akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Konversi pakan ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu suhu lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan,kandungan energi dan penyakit (Parakkasi, 1999). Konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, musim dan suhu dalam kandang. Konversi pakan antara lain dipengaruhi oleh bahan pakan dan formulasi ransum (Prawoto et al, 2001). Pertumbuhan Ternak Domba Pertumbuhan pada ternak dikategorikan menjadi dua proses yang saling berkesinambungan, yaitu pertumbuhan sebelum kelahiran (pre-natal) dan pertumbuhan setelah kelahiran (post-natal). Pertumbuhan post-natal terdiri atas periode pertumbuhan sebelum penyapihan dan setelah penyapihan (Aberle et al. 2001). Proses pertumbuhan pada ternak 75% terjadi hingga umur satu tahun dan. Universitas Sumatera Utara.

(39) 25% pada saat ternak mencapai dewasa. Pertumbuhan setelah periode sapih (postweaning) memiliki hubungan kuat dengan bobot sapih dan efisiensi pakan. Pertumbuhan murni mencakup perubahan-perubahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan. murni dilihat dari sudut kimiawinya merupakan pertambahan. protein dan zat-zat mineral yang ditimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukan merupakan pertumbuhan murni (Anggorodi, 1994).Pertumbuhan umumnya diukur dengan berat dan tinggi. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Tingkat pertumbuhan domba berkisar antara 20-200 g per hari. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba antara lain tingkat pakan, genetik, jenis kelamin, kesehatan dan manajemen (Gatenby, 1991). Pertumbuhan kambing dan domba adalah suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dicapai. Faktor lingkungan seperti iklim, pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam pencapaian dewasa. Kebanyakan domba jenis tropik tidak menunjukkan kemampuannya untuk bertahan pada saat kekeringan dan setengah kelaparan. Dibandingkan dengan daerah dingin domba ini tidak menunjukkan reaksi baik terhadap pemberian pakan yang baik dan pada penggembalaan yang normal, pertumbuhan lambat dan jarang menjadi sangat gemuk (Williamson dan Payne, 1993). Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan pengukuran bobot badan. Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan pakan ternak.. Universitas Sumatera Utara.

(40) Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil dari zat-zat makanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Tillman et al., 1998). Analisis Usaha Analisis usaha merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik awal untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha.. Gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki. prospek cerah dapat dilihat dari anlisis usahanya (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Analisis juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Biaya Produksi Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan nilaiuang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatandanpenyusutanbarang modal. Menurut Mulyadi (1993) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi ataukemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu.Menurut Hansen dan Mowen (2004), biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara.

(41) bagiorganisasi. Sedangkan menurut Supriyono (2000), biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003) adalah sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang. Biaya produksi adalah semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk jadi untuk dijual. Selanjutnya ada pengertian lain adalah biaya- biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Menurut Nuraini (2003) bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen. Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap antara lain terdiri dari lahan usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, pajak usaha dan iuran (Siregar, 2007). Penerimaan Ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam memproduksi suatu barang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu ongkos (cost) dan penerimaan (revenue). Penerimaan adalah jumlah uang. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Hypertext dalam HTML berarti bahwa kita dapat menuju ke suatu tempat, misalnya website atau halaman homepage lain dengan cara memilih suatu link yang biasanya di garis bawahi

Kepada Rekanan peserta pelelangan yang keberatan atas penetapan pemenang kegiatan tersebut diberikan kesempatan untuk mengadakan sanggahan secara tertulis kepada atasan dari

Gambaran diatas memacu penulis yang hobi dalam bidang musik untuk membuat situs mengenai informasi seputar dunia musik, baik berupa produk alat musik terbaru, tempat kursus

Pelelangan dinyatakan gagal dikarenakan sampai batas waktu ditetapkan tidak terdapat penyedia yang mendaftar dan memasukan penawaran, sehingga pelelangan dinyatakan

Sehingga para user yang tidak bisa datang secara langsung menikmati keindahan Kota Tanjung Balai Karimun secara langsung, karena di dalam aplikasi ini memberikan kemudahan bagi

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dengan parameter kesamaan umur pohon 15 tahun, hasil waktu tempuh iris alat sadap karet semi mekanis dengan 6 mata

konseling di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri umumnya dapat membantu atau mempermudah pasien dalam menerima suatu informasi karena menurut penelitian yang dilakukan oleh