• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Pengantar Prof. Dr. Sukron Kamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata Pengantar Prof. Dr. Sukron Kamil"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar

Prof. Dr. Sukron Kamil

TIM PENULIS ANTOLOGI

(2)

KONTRIBUSI FAH UNTUK BANGSA

Memotret Dunia Membangun Peradaban

Tim Penulis Antologi

Editor:

Halid

(3)

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Kontribusi FAH untuk Bangsa

MEMOTRET DUNIA MEMBANGUN PERADABAN

Tim Penyusun Antologi FAH Dr. Halid, M.Ag. (Ketua)

Minatur Rokhim, M.A. (Sekretaris) Moh. Supardi, M.Hum. (Anggota) Dr. Zakiya Darojat, MA. (Anggota) M. Agus Suriadi, M.Hum. (Anggota)

Dr. M. Adib Misbachul Islam, M.Hum. (Anggota) Dr. Ita Rodiah, M.Hum. (Anggota)

Akhmad Zakky, M.Hum. (Anggota)

Penyunting dan Layout Ahmadi Sahmi Sitompul Akhmad Yusuf, S.Hum.

Desain Cover Ucup Tepong

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang All Rights Reserved

Cetakan 1, Juni 2018 ISBN: 978-602-790-814-7

Hak Cipta “Kontribusi FAH untuk Bangsa: Memotret Dunia Membangun Peradaban” milik Adabia Press

Diterbitkan oleh:

Adabia Press

Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Tarumanegara, Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15419 Telp. 021-22741771 / 021-7443329

Website: fah.uinjkt.ac.id / Email: [email protected]

(4)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | iii Kata Pengantar Dekan FAH

Dalam usianya yang ke-61/60 tahun, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta --yang berdiri pada tahun 1957, jika yang dihitung berdirinya prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA), atau pada tahun 1960 sejak menjadi fakultas tersendiri-- kontribusinya untuk bangsa dan Dunia tentu tidak bisa dinafikan oleh siapa pun, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, kontribusi FAH untk bangsa dan Dunia sudah sangat banyak dan secara kulaitas sudah kuat (memiliki signifikansi). Asumsi itu bisa dilihat dari kontribusi alumninya, dosen-dosen, nilai- nilai dan tentu saja FAH sebagai kelembagaan pendidikan ilmu budaya berbasis Islam.

Dilihat dari kelembagaan, FAH tentu telah berperan banyak dalam mencerdaskan anak-anak bangsa, terutama dari kalangan santri (masyarakat Muslim yang taat) dari berbagai pulau di tanah air, dari Sabang sampai Merauke, bahkan Dunia, minimal Asia Tenggara. Bidang pendidikan tinggi dalam bidang ilmu budaya merupakan core kontribusi FAH untuk bangsa dan Dunia. Mereka yang telah mengenyam pendidikan di FAH pun telah berperan banyak dalam berbagai bidang, sebagaimana nanti akan dijelaskan. Sebagiannya, bahkan sudah purna tugas, baik karena pensiun maupun karena sudah meninggal dunia. Jumlah mereka yang telah dicerdaskan oleh Fakultas pun tidak sedikit. Saat ini jumlah mahasiswa FAH sekitar 2.500 orang dari jumlah peminat sekitar 10.000 pada tahun 2017. Sebelum menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) pada tahun 2002, mahasiswa FAH dari dua prodi, BSA dan SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) rata-rata antara 150-180. Minimal banget per angkatan 120 orang. Dalam bidang pendidian ilmu budaya ini, bidang yang disumbangkan, bukan hanya bidang BSA dan SKI, tetapi belakangan sejak priode IAIN with wider mandate (1998-2002) merambah pada bidang tarjamah sebagai linguitik terapan Arab dan Indonesia, ilmu perpustakaan, dan juga sastra Inggris.

Dari kelembagaan FAH juga telah lahir berbagai publikasi ilmiah, baik nasional, maupun internasional, sebagai hasil riset para dosen dan mahasiswanya.

Bentuknya juga beragam. Ada yang dalam bentuk buku, dan ada juga dalam bentuk artikel/tulisan di berbagai jurnal ilmiah dan media masa nasional dan internasional.

Sebagian buku yang ditulis oleh civitas akademika FAH dan kemudian diterbitkan oleh penerbit nasional, bukan hanya dibaca oleh civitas akademika PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) dan swastanya yang berada di bawah koordinasi Kemenag (Kementerian Agama), melainkan juga oleh civitas akademika perguruan tinggi negeri dan swasta di bawah Kemenristekdikti (Kemetrian Riset, Teknolodi, dan Pendidikan Tinggi). Tentu saja public umumnya juga telah menikmatinya. Bahkan, FAH secara kelembagaan sendiri juga memiliki penerbitan buku lewat Adabia Press dan dua jurnal ilmiahnya: Jurnal al-Turas dalam skala nasional, meski menerima tulisan dalam bahasa PBB (Perserikatan Bangsa-Bansa), minimal Arab dan Inggris, dan Jurnal Insaniyat, jurnal internasional yang sudah terindeks

(5)

DOAJ (Directory of Open Access Journals) yang menerima tulisan dalam bahasa Inggris dan juga Arab.

Tentu saja secara kelembagaan, kontribusi FAH secara kelembagaan juga bisa dilihat dari berbagai kegiatan akademik lainnya. Misalnya seminar nasional dan internasional yang sebagiannya ada prosidingnya, bahkan untuk seminar/konferensi internasionalnya belakangan terindeks di Thomson. Juga acara perlombaan, festival kebudayaan, baik di tingkat Jabodetabek, nasional, dan internasional, pentas seni, maupun diskusi publik. Dalam bidang seni, yang menonjol adalah bidang kaligrafi Arab, karena salah satu dosen FAH adalah Didin Sirajudn yang menjaid kaligrafer tingkat Asia Tenggara.

Kontribusi FAH untuk bangsa dan Dunia secara kelembagaan juga bisa dilihat dari pengabdian masyarakat civitas akademiknya, terutama dosennya yang mengajar. Para dosen FAH sejak dulu ada banyak yang menjadi da’i, nara sumber seminar/diskusi, narasumber wawancara/penulis di media masa, baik cetak maupun elektronik, dan juga juri dalam musabaqah (lomba), terutama di bidang tilawah (seni membaca al-Qur’an) dan kaligrafi Arab. Dalam soal dakwah ini, bahkan ada canda bahwa sebagain dosen di FAH tidak pernah menjadi makmum dalam salat Jumat, meski ini tentu tidak mungkin.

Selain secara kelembagaan, kontribusi FAH bisa dilihat dari alumni- alumninya yang berkonstribusi untuk bangsa dan kemanusiaan, baik dalam skala lokal dan nasional, maupun internasional. Para alumni FAH selain juga menjadi dosen di almamaternya (FAH) atau di luar almamaternya, juga sebagainnya berkiprah bukan sebagai dosen. Sebagian mereka bahan menjadi tokoh Nasional. Mereka bergerak sebagai peneliti/pengamat, da’i, guru, kiyai di pesantren, politisi, diplomat, wartawan, banker, pengusaha, pekerja seni, dan aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Sebagain mereka sudah beyond ilmu prodi yang di dalaminya saat kuliah di FAH.

Baik secara kelembagan, terutama para dosen, maupun alumninya bisa dipastikan memegang dan menyebarkan nilai-nilai yang menjadi ciri utama FAH dan juga IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang cocok untuk konstruksi bangsa dan peradaban Dunia modern. Secara keislaman, yang dikembangkan dan disebarkan oleh FAH, baik secara kelembagaan maupun alumni adalah nilai-nilai Islam yang sesuai dengan kemodernan dan keindonesiaan. Buku-buku yang ditulis oleh Prof.

Nurcholish Madjid, alumni BSA FAH yang juga menjadi dosen FAH pada tahun 1980-an, dan juga buku-buku dan karya akademik dari Prof. Azyumardi Azra, dosen FAH saat ini (meski bukan alumni FAH), memperlihatkan asumsi itu.

Buku-buku dan publikasi imiah para dosen dan alumni FAH dalam konteks keislaman berisi pola Islam yang sesuai dengan sains dan teknologi, termasuk di dalamnya rasionalisme, meski tidak disakralkan; nation state yang multikultural;

bahkan secular state, minimal dalam arti negara yang menduniawikan hal-hal yang duniawi dan mengukrawikan (mensakralkan) hanya hal-hal ukhrawi; kapitalisme, minimal dalam arti pelipatgandaan keuntungan dalam aktivitas ekonomi berdasarkan

(6)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | v rasio instruimental (teknologi), rasio ilmiah, dan rasio hukum; humanisme/HAM;

dan keluarga berencana. Tentu saja keislaman yang dikembangkan juga adalah keislaman yang sesuai dengan NKRI (Negara kesatuan Republik Indonesia) yang bukan sebagai Islamic state. Meski sejak dulu ada satu atau dua mahasiswa ikut terlibat dalam gerakan semisla NII (Negara Islam Indonesia) secara sembunyi-sembunyi, mainstream visi Islam di FAH adalah visi yang menerima NKRI, tidak sepakat dengan keharusan membentuk Islamic state. Bahkan, salah kajian kebudayaan Islam yang dikembangkan pun adalah kajian kebudayaan Islam berbasis kebudayaan Indonesia, baik dalam studi sejarah maupun sastra, semisal isu sastra Islam Nusantara.

Sesuai dengan nilai di atas, di FAH juga diajarkan sikap yang terbuka terhadap kebenaran dan ilmu, meski bukan lahir dari kalangan Muslim. Karena itu, meski awalnya FAH merupakan copy dari Fak Adab Universitas al-Azhar Kairo, terutama sejak akhir 1970-an, ilmu-ilmu sosial dan budaya modern Barat mewarnai kurikulum dan studi di FAH. Buku-buku keilsaman yang ditulis oleh para intelektual Barat seperti dalam bidang sejarah Islam dan sastra Arab menjadi rujukan. Dan yang mengajar di FAH bukan hanya alumni Timur Tengah seperti KH. Abdurrahman Wahid yang menjadi dosen FAH pada tahun 1970-an dan 1980-an, melainkan alumni Barat, bukan saja orang Arab yang menjadi dosen tamunya, melainkan juga Barat, semisal dari Belanda. Karena itu, FAH pun memiliki jaringan Timur dan Barat dan itu terus terpelihara hingga saat ini.

Nilai lain yang diyakini, dikembangkan, dan disebarkan oleh FAH, baik oleh kelembagaan terutama dosen-dosennya maupun alumninya yang berpengaruh pada kontribusi mereka untuk bangsa dan Dunia adalah pentingnya penguasaan bahasa asing, terutama Arab dan Inggris. Bahasa Arab bahkan hingga kini masih menjadi bahasa gaul FAH, meski sudah mulai agak redup. Para duta besar Arab dan juga Barat, juga para akademisinya, biasa datang dengan akrab ke Fakultas dalam beragam acara.

Kini FAH bahkan telah menjadi semacam destinasi para akademisi internasional, baik dari TImur maupun Barat. Sebagian mereka, bukan hanya mengajar sebagai dosen tamu, melainkan menjadikan FAH sebagai tempat kerja untuk riset yang mereka lakukan. Karena antara lain nilai pentingnya bahasa asing itu, wajar jika sebagian dosen, sebagian alumni, dan juga mahasiswa FAH memiliki intensitas bepergian ke luar negeri untuk berbagai tugas. Sebagian dosen, selain banyak yang studi di luar negeri, juga banyak melakukan collaborative research, sabbatical leave, research fellow, dan juga dosen tamu di berbagai negara, meski bidang yang disebut terakhir masih sangat sedikit.

Wajar juga, jika kini FAH sedang menapaki kakinya untuk melangkah menjadi bagian dari World Class University. Paling tidak di tingkat Asia Tenggara dan juga Dunia Islam. Selain collaborative research, sabbatical leave, research fellow yang dilakukan para dosennya, kini sebagian prodi FAH juga sudah terserifikasi internasional. Misalnya sertifikasi AUN-QA (ASEAN University Network-Quality Assurance) untuk prodi SKI. Publikasi internasionalnya juga kini semakin meningkat, baik publikasi di jurnal internasional milik sendiri (Jurnal Insaniyat), terutama jurnal

(7)

internasional di luar milik FAH dan juga non-Indonesia yang terindeks di Scopus atau Thomson. Belakangan publikasi internasional juga dalam bentuk prosiding internasional yang terindeks di Thomson. Demikian juga dengan mahasiwanya.

Mahasiswa FAH kini semakain banyak yang ikut terlibat dalam kegiatan internasional, baik dalam lomba, pertukaran mahasiswa, maupu konferensi/seminar atau muktamar mahasiswa tingkat internasional.

Nilai lain yang juga diyakini, dikembangkan, dan juga disebaraluaskan oleh dosen dan alumni FAH yang berpengaruh pada kontribusi mereka untuk bangsa dan Dunia juga adalah tidak terpakunya mereka oleh “kamar-kamar kecil/skat” ilmu keprodian. Para dosen dan alumni FAH saat mereka menjadi mahasiswa berbeda tradisi dengan para dosen dan alumni Fakultas Tarbiyah misalnya saat mereka menjadi mahasiswa, yang sejak priode IAIN, mahasiswa Tarbiyah sudah jelas profesi yang akan digelutinya setelah lulus. Para mahasiswa di FAH menganggap dirinya tidak sejelas profesi yang akan digeluti para mahasiwa Tarbiyah. Apalagi belakanga jika dibanding dengan prodi-prodi umum yang komersial semisal kedokteran. Mereka bahkan sering diledek sebagai mahasiswa madesu (masa depan suram), meski sejak menjadi UIN, itu tidak berlaku bagi mahasiswa Prodi Sastra Inggris dan Prodi Imu Perpustakaan. Namun, ketidakjelasan profesi itulah yang agaknya menjadi berkah, bahakn kekuatan. Sebagian mereka tidak mau terikat oleh ilmu yang didalaminya dengan mengkaji ilmu-ilmu bantu, bahkan karena didorong oleh rasa “haus Ilmu”

mendalami ilmu-ilmu sosial dan budaya modern yang dinilai penting, bahkan ada juga yang merambah ilmu komputer. Ditambah dengan factor umumnya mahaswa FAH, terutam pada priode IAIN, dari latar belakang ekonomi yang tidak begitu mapan, mereka sebagaimana Steve Jobs, memegang teguh, bahkan meneriakkan, Stay Hungry. Stay Poolish (Tetaplah Lapar [merasa lapar]. Tetaplah Bodoh [merasa bodoh]).1

Yang terjadi kemudian mahasiswa, dosen dan alumni FAH pun terbiasa mengkaji kajian ilmu budaya yang didalaminya lewat pendekatan intra dan interdisipliner, bahkan mutidipiliner. Yang dimaksud pendekatan intradisipliner adalah pendekatan yang dipakai dalam suatu bidang kajian ilmiah tertentu dengan menggunakan ilmu lain yang sejenis, misalnya kajian ilmu budaya tertentu semisla sejarah dan sastra dengan mengunakan ilmu filsafat yang sama-sama imu budaya.

Sedangkan pendekatan interdisipliner menggunakan ilmu lain seperti kajian sastra dalam ilmu budaya dengan menggunakan ilmu sosoial seperi ilmu politik. SEmentra mutidisiplner adalah pendekatan dlam kakjian ilmu, semisla ilmu budaya, dengan menggunakan atau meminjam banyak ilmu laian dalam akajiannya. Mislanya kajian sastram hubungannya dengan Islam, dan politik.

1 Tim Grad, Steve Jobs: Stay Hangry. Stay Foolish, Yogyakarta: Gradien Mediatama, 2011, 16- 118 dan Assep Purna, 101 Kisah Inspiratif, Jakarta: Ggas Media 2011, h. 75-78.

(8)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | vii Karena itu, dalam hasil kajian sebagain para dosen dan alumni FAH pun terdapat sisi kedalaman, kritisisme, dan pengayaan. Mereka memenuhi apa yang disebut Clifford Geertz. Menurutnya: “Analisis budaya bukanlah sebuah sains eksperimental yang mencari suatu kaidah, tetapi sebuah sains interpretatif yang mencari makna”.2

Sesuai uraian di atas, buku ini berisi kontribusi FAH UIN Jakarta untuk bangsa, dalam sisi memotret Dunia dan dan membangun peradaan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Buku ini adalah testimoni dari para penulisnya sebagai dosen FAH yang sebagiannya adalah juga alumni FAH. Untuk lebih jelasnya, para pembaca bisa menelusuri berbagai “kelokan dan tikungan” yang telusuri para penulisnya. Hal-hal yang lebih detail dari uraian di atas, bahkan sisi subjektif para penulis, dimuat dalam buku antologi ini. Disebut subjektif, karena dalam buku ini terdapat sebagian tulisan yang tidak seluruhnya berbasis rasionalisme dan empirisisme sebagai ukuran ilmiah. Sebagain tulisan memuat kesan dan hal-hal yang bersumber pada emosi (‘athifah), bahkan sebagian gaya penulisan yang dipakai penulis adalah gaya penulisan cerpen, yang dalam wilayah sastra dan manajemen motivasi, hal-hal emosional dianggap penting.

Namun, tiada gading yang tak retak. Apa yang dilakukan FAH melalui civitas akademikanya dari berabagai angkatan, termasuk priode saat ini, tidak seideal yang dibayangkan juga. Ada banyak sisi yang belum maksimal dilakukan, baik pengajaran, riset, maupun, pengabdian masyarakat, bahkan juga manajerial. Sebagian tulisan memuat sisi-sisi yang belum maksimal tersebut. Tulisan yang mengkritis Fakultas yang sengaja dibiarkan tanpa sensor sengaja ditampilkan untuk melihat keutuhan FAH. Dengan begitu, yang terekam/tergambar dalam buku tidak saja sisi positif FAH, melainkan juga sisi yang masih negatif yang masih perlu penguatan, bahkan sebagiannya saat ini telah mengalami penurunan, ketimbang sebelumnya.

Yang masih perlu penguatan antara lain adalah penguatan teknologi informasi (TI) di kalangan dosen, pegawai, dan mahasiswa. Alasannya, karena kini dunia sedang dilanda arus disruption (revolusi) TI yang tak bisa ditolak, jika ingin bertahan dan berkembang. Misalnya perlunya penguatan pengajaran dan pelayanan administrasi berbasis on line dan juga rekayasa dan pengembangan perpustakaan berbais on line di Prodi Ilmu Perpustakaan. Perubahan kurikulum yang jarang dilakukan juga disorot sebagian penulis yang harus ditingkatkan. Hal ini karena kurikulum harus disesuaikan denga perkembagan dan tuntutan zaman.

Sedangkan yang mengalami penurunan saat ini adalah akhlak anak-anak mahasiswa zaman now yang melanda FAH, terutama di prodi semisal sastra Inggris.

Ini merupakan sesuatu yang mendesak mengingat UIN Jakarta secara umum

2 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, New York: Oxford University Presss, 1996.

(9)

kekuatannya terletak di aspek Islam, sementara aspek akhlak dalam Islam merupakan sesuatu yang sentral.

Terakhir, dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada tim penulisan buku antologi ini sehingga tulisan dari berbagai dosen dan alumni FAH bisa terkumpul, teredit, dan bisa diterbitkan dalam buku yang ada di hadapan pembaca ini. Terutama, Pak Khalid al-Kaf, M. Adib Misbahul Islam, Setyadi Sulaiman, Arif Rahman Hakim, Ahmad Sahmi Sitomul, dan Akhmad Yusuf.

Jazakumulllah. Ini adalah buku ketiga FAH pada periode saya dipercaya memimpin FAH. Sebelumnya ada Buku: Dari Tahapan Tradisi ke Transformasi: Sejarah FAH UIN Syaruf HIdayatullah Jakarta dan juga buku kumpulan tulisan di berbagai jurnal internasional berjudul: Islam and Contemporary Social Problems: Perspective of Cultural Sciences. Semoga ini menjadi bagian dari amal jariyah pimpinan FAH, tim yang terlibat, dan juga para penulis buku ini. Semoga juga bermanfaat banyak.

Ciputat, 6 Juni 2018 Prof. Dr. Sukron Kamil Dekan FAH 2015-2019

(10)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | ix Kontribusi FAH untuk Bangsa

MEMOTRET DUNIA MEMBANGUN PERADABAN

DAFTAR ISI PENGANTAR DEKAN FAH -» iii

Prof. Dr. Sukron Kamil

DAFTAR ISI -» ix BAGIAN PERTAMA

ASPIRASI DAN REFLEKSI

1. Penginterdisiplineran Studi Kebahasainggrisan -» 1 Abdurrosyid

2. Rusabesi: Geliat Intelektualisme Sastra di Luar Kampus -» 13 Akhmad Zakky

3. Program Studi Kebudayaan Islam Asia Timur Sebuah Keniscayaan -» 17 Darsita S

4. Menyoal Permenristekdikti No.20 Tahun 2017: Reward atau Punishment…? -

» 22

Frans Sayogie

5. Mengajar [Sejarah] Islam di Fakultas Adab: Refleksi Diri -» 29 Fuad Jabali

6. Kampus, Teknologi, dan Manajemen: Belajar Mengantisipasi Perubahan, Bukan Menghadapi Masalah -» 46

Halid

7. Pendaran Imajinatif via The Linguist Club: Quo Vadis Jurusan Sastra Inggris -» 56

Hilmi Akmal

8. Antara Dosen, Mahasiswa, dan Bahasa Inggris -» 61 Ida Rosida

9. Diskusi Dosen Sastra Inggris Menegangkan tapi Mengasyikkan -» 65 Inayatul Chusna

10. Hendak Ke Mana Adab…? Catatan Seorang Alumni -» 69 Jajang Jahroni

11. Kontribusi Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam dalam Penguatan Institusi FAH UIN Jakarta -» 73

M. Ma’ruf Misbah

12. Prodi Tarjamah Mengembangkan Inovasi, Menduniakan Prestasi -» 78 Moch. Syarif Hidayatullah

(11)

13. Gedung Baru Harapan Baru -» 83 Moh. Supardi

14. Dari Depok ke Depag: Romantika Belajar Ilmu Perpustakaan -» 89 Mukmin Suprayogi

15. Mengawal Teknologi: Peranan FAH UIN Jakarta dalam Memanusiakan Peradaban -» 97

Parhan Hidayat

16. Tata Krama Mahasiswa Dulu dan Kini -» 103 Pita Merdeka

17. Mewujudkan Pendidikan Ilmu Perpustakaan Bermutu di UIN Jakarta -» 108 Pungki Purnomo

18. Menata Manajemen Fakultas Yang Lebih Demokratis: Sebuah Otokritik -» 114

Saefudin

19. Urgensi Peningkatkan Kualitas Prodi di Tengah Keterbatasan -» 120 Saiful Umam

20. Integrasi Ilmu, Kontekstualisasi, dan “Mimpi” World Class University -» 126 Sukron Kamil

21. Membangun Wisdom Sebuah Perjalanan Fikri Yanmu dalam Menepis Mitos -» 138

Usep Abdul Matin

22. Kuasailah Bahasa, Dunia dalam Genggamanmu: Sebuah Refleksi Alumni Fakultas Adab dan Humaniora -» 144

Yaniah Wardani

23. ASN: Antara Profesi dan Pengabdian -» 152 Zubair

BAGIAN KEDUA

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

24. Saya, Mahasiswa, dan Sejarah -» 157 Awalia Rahma

25. Menakar Kurikulum Terintegrasi Keilmuan, Keislaman, dan Keindonesiaan Program Studi Bahasa dan Sastra Arab FAH UIN Jakarta -» 163

Cahya Buana

26. Kegagalan Pengajaran Bahasa Inggris -» 171 Duha Hadiansyah

27. Kepekaan Linguistik, Ujaran Kebencian, dan Komunikasi dalam Dakwah Islam -» 177

Irfan

(12)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | xi 28. Perpustakaan Baru Harapan Baru -» 183

Lolytasari

29. Belajar Sastra Inggris: Memaksimalkan Perpustakaan sebagai Sumber Pembelajaran -» 186

Maria Ulfa

30. Bahasa dan Sastra Arab: Memperkuat Basis Keilmuan, Merespon Tantangan Dunia Kerja -» 193

Mugy Nugraha

31. Perpustakaan FAH: Perkembangan dan Kontribusinya dalam Mendukung Tridharma Perguruan Tinggi -» 197

Muhammad Azwar

32. Belajar Sambil Meneliti: Sebuah Refleksi Diri dalam Proses Pembelajaran di Program Studi Sastra Inggris -» 209

Muhammad Farkhan

33. Kebutuhan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis Budaya Menggunakan Multimedia Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Timur Tengah -» 216

Nuruddin

34. FAH dan Ulama Betawi: Mencari Sinergi dalam Penguatan Kurikulum Lokal -» 225

Saidun Derani

35. ICT dalam Kehidupan Saya sebagai Dosen dan Penerjemah Profesional -» 230 Saifullah Kamalie

BAGIAN KETIGA

ALUMNI,KONTRIBUSI, DAN PROFESI

36. Misteri Dibalik 3 Persoalan Fakultas Adab dan Humaniora -» 235 Abdullah

37. Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Catatan Memoar Seorang Alumni -» 243

Abd. Wahid Hasyim

38. Perjumpaan Ide dan Aktivisme Memoar Seorang Alumni Fakultas Adab di Tengah Transisi IAIN Menuju UIN -» 247

Arief Rahman Hakim

39. Pergulatanku dalam Aktivitas Intra dan Ekstra Kurikuler (1974 – 1978 dan 1981 – 1982) -» 258

Budi Sulistiono

40. Perjalanan Menabur Ombak Kaligrafi -» 266 Didin Sirojuddin AR

41. Pustakawan Muslim Yang Lahir dari Rahim FAH UIN Jakarta -» 277

(13)

Fahma Rianti

42. Fakultas Adab: Mahasiswa, Alumni, dan Kontribusi -» 282 Hadiyan

43. FAH, Karier, dan Pergaulan Civitas Academica Dunia: Refleksi FAH Kekinian Menuju World Class University -» 285

Ita Rodiah

44. Jejak Langkah Dinamika Alumni dalam Pengembaraan Intelektualisme -» 300 M. Agus Suriadi

45. Cintaku Jatuh pada Prodi Bahasa dan Sastra Arab -» 307 M. Husni Tamrin

46. Program Studi Bahasa dan Sastra Arab FAH UIN Jakarta 1997-2018 -» 316 Minatur Rokhim

47. ‘Menjual’ Islam dan Humaniora: Refleksi Seorang Dosen Filologi -» 321 Oman Fathurahman

48. Masa Depan Itu Bernama Fakultas Adab -» 335 Setyadi Sulaiman

49. Adab Bertransformasi -» 339 Sudarnoto Abdul Hakim

50. Tersesat di Jalan Yang Benar: Sebuah Refleksi Diri -» 343 Zakiya Darojat

(14)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | 97 15. MENGAWAL TEKNOLOGI

PERANAN FAHUINJAKARTA DALAM MEMANUSIAKAN PERADABAN

Parhan Hidayat* Prolog

Membaca Tulisan Yuyun Kusdianto (2017) yang berjudul Membusuknya Universitas Kita, terlihat jelas kegelisahan sang penulis tentang adanya indikasi pergeseran perguruan tinggi menuju degradasi fungsi, atau dalam istilah Yuyun disebut sebagai proses pembusukan. Dalam awal tulisannya, Yuyun menegaskan bahwa bagaimana perguruan tinggi kita tengah meniru proses yang dialami oleh perguruan tinggi barat pada tahun 1990an, dimana perguruan tinggi telah jauh meninggalkan fungsinya sebagai institusi yang mengabdi tanpa pamrih untuk pengetahuan dan kemajuan peradaban bangsa. Perguruan tinggi kita sekarang sedang mengadopsi prinsip New Public Management (NPM) yang ditandai dengan adanya sistem reward and punishment, disiplin dan pengabdian, penerapan audit pada semua lini manajemen, yang ujung- ujungnya berorientasi pada modal ekonomi belaka. Demikian Tegas Yuyun.3

Namun sayang, di akhir tulisannya Yuyun tidak begitu jelas dan detail memberikan cara dan alternatif bagaimana proses menghentikan proses pembusukan itu. Yuyun hanya menceritakan bagaimana proses pembusukan itu terjadi misalnya dengan adanya pemotongan anggaran universitas oleh pemerintah, agar universitas dapat berkompetisi mendapatkan income yang diinginkan dan terciptanya kelas-kelas sosial perguruan tinggi yang akan semakin meningkatkan tensi persaingan. Mungkin saja karena keterbatasan jumlah halaman artikel yang dapat dimuat, atau bisa jadi yuyun hanya menstimulus kepenasaran kita agar mencari tahu lebih banyak lagi caranya.

Sejalan dengan pemikiran Yuyun, Sudaryono (2017) dalam artikelnya yang berjudul Bunuh Diri Masal Perguruan Tinggi Menuju Pendidikan Assembling, menekankan pentingnya meningkatkan fungsi pendidikan perguruan tinggi, bukan hanya pada riset dan publikasi. Pendidikan yang dimaksud oleh Sudaryono adalah pendidikan atas dasar discovery dan pendidikan atas semangat assembling. Dengan menggunakan dua pendekatan ini, perguruan tinggi akan mengarahkan para mahasiswanya untuk melakukan penemuan-penemuan hebat dan kemudian

*Parhan Hidayat, M.Hum adalah Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Korespondesi surel:

[email protected]

3 Pernyataan lengkap Yuyun ini dapat di lihat dalam artikel yang berjudul: Membusuknya Universitas Kita. Tersedia di https://indoprogress.com/penulis/yuyun-kusdianto/

(15)

menerapkannya untuk melahirkan teknologi-teknologi terbaru untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kebanyakan manusia.4

PTKI Menuju Good University Governance

Mencermati tulisan Yuyun dan Sudaryono di atas, sepertinya Perguruan Tinggi Keislaman (PTKI) di lingkungan Kementrian Agama juga tengah meniru langkah dari Perguruan tinggi dunia pertama tahun 1990an dalam istilah Yuyun. Sebagain besar PTKI tengah bersemangat untuk menjalankan good university governance. Hal ini dapat terlihat dengan adanya kewajiban mengisi BKD dan Sistem Laporan Remunerasi untuk para dosen agar berbagai jenis tunjangan dapat terbayarkan.

Selain itu, adanya tuntutan dari pemerintah pusat kepada para dosen untuk menghasilkan publikasi karya ilmiah di tingkat nasional dan internasional juga cukup menambah beban pikiran para dosen.5

Agar Kualitas PTKI dapat terukur, maka diadakanlah berbagai jenis audit mutu internal (AMI) maupun audit mutu eksternal (AME). AMI dilaksanakan dalam bentuk audit Sistem Manajemen Mutu pada seluruh unit di universitas, audit akademik pada seluruh program studi, dan audit program kegiatan kemahasiswaan pada seluruh unit kegiatan mahasiswa (UKM). Sementara itu AME dilaksanakan dalam bentuk akreditasi program studi dan institusi oleh BAN PT, audit ISO oleh Sucofindo, dan audit jaminan mutu oleh lembaga audit ASEAN, AUN QA. Bahkan semenjak terindeksnya beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di QS WUR, beberapa PTKI terkemuka di Indonesia juga bercita-cita tinggi agar turut terindeks dalam sistem perangkingan tersebut, sejajar bersama-sama PTN berkelas di Indonesia.

Pengukuran kualitas dalam bentuk perangkingan seperti yang disebutkan di atas tentu saja sangat bermanfaat misalnya untuk menarik jumlah mahasiswa dan sistem manajemen mutu. Tapi di sisi lain, seperti apa yang dikhawatirkan oleh Yuyun dan Sudaryono, adalah adanya kekhawatiran bila pergerakan perguruan tinggi seperti ini akan membuat perguruan tinggi terjebak dalam budaya manajemen korporasi yang hanya mengejar kualitas untuk mendapatkan modal ekonomi yang lebih besar. Oleh karena itulah perguruan tinggi memerlukan alternatif-alternatif lain dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang berkontribusi besar pada peradaban bangsa.

4 Artikel lengkapnya dapat dibaca di http://www.pertama.id/sudaryono-bunuh-diri- masal-perguruan-tinggi/

5 Kewajiban ini ditetapkan dalam peraturan Menristekdikti No. 20 Tahun 2017, dimana dalam pasal 4 Peraturan tersebut ditetapkan bahwa Lektor Kepala harus menghasil 3 publikasi nasional atau 1 publikasi internasional dalam kurun 3 tahun. Sementara dalam pasal 8 dijelaskan tentang keharusan guru besar untuk menghasilkan 3 publikasi internasional atau 1 publikasi di jurnal internasional bereputasi dalam kurun waktu 3 tahun.

(16)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | 99 Kembali Ke Khittah

Dalam upaya kembali ke tujuan utama pendirian Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang mengabdi tanpa pamrih pada ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban bangsa, alangkah lebih baiknya bila kemudian kita mempertimbangkan apa yang disampaikan oleh Sudaryono di atas. Bila dalam pola manajemen perguruan tinggi yang berbasis New Public Management, Dosen lebih dituntut untuk melakukan penelitian dan publikasi, maka dalam konteks perguruan tinggi yang berfokus pada pengetahuan dan kemajuan peradaban, sebuah penelitian tidak akan terhenti setelah dipublikasikan, tetapi terus dikemas, dirangkai dan diterapkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa. Inilah proses pendidikan berbasis discovery and assembling yang ditegaskan Sudaryono. Dengan cara ini, idealnya perbincangan di ruang dosen tidak lagi dihiasi dengan pertanyaan berapa jumlah artikel yang telah dipublikasi di jurnal internasional, tetapi berapa inovasi yang telah ditemukan dan berapa pengabdian masyarakat yang telah dilakukan.

Dengan pola fikir discovery and assembling, Perguruan tinggi tidak akan menjadi menara gading, namun menjadi lembaga pendidikan yang mencerahkan dan memajukan peradaban. Penelitan-penelitan terbaru dalam bidang eksakta, sosial dan agama akan dapat langsung terpakai oleh masyarakat yang memerlukan.

Kata-kata assembling mungkin lebih terkenal dalam ranah ilmu sains dan teknologi, tetapi sejatinya dalam ilmu-ilmu sosial terdapat juga ilmu terapan semisal politik, ekonomi dan komunikasi.

Perlu kita sadari pula bahwa teknologi tidak pernah terlahir tanpa sebab.

Teknologi akan bermula dari pengetahuan, sains, kemudian baru menjadi teknologi.

Terciptanya teknologi transportasi seperti mobil, bermula dari adanya kesadaran tentang pentingnya bersosialisasi dengan sesama manusia yang berada di daerah jauh untuk memenuhi berbagai kepentingan. Setelah ada temuan bahwa energi kimia bisa diubah menjadi energi gerak, terciptanya ban mobil dari getah karet, dan ditemukan caranya membuat konstruksi rangka mobil, maka terciptalah mobil sebagai teknologi paling nyaman untuk berkunjung dan bersafari. Singkatnya teknologi terlahir dari kesadaran dan pengetahuan manusia bahwa ia membutuhkan suatu hal untuk menyelesaikan permasalahannya. Namun, dalam konteks tertentu teknologi malah dapat mengakibatkan masalah itu sendiri.

Mengisi Ruang Bolong dalam Teknologi

Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) sebagai bagian penting dari sejarah berdirinya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tentu saja harus menentukan arah dan pandangannya tentang kondisi yang berkembang saat ini. Bila Fakultas lain, misalnya fakultas sains dan teknologi memiliki peluang untuk menciptakan teknologi-teknologi terbaru yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan manusia, maka fakultas adab dan humaniora pun sebenarnya memilki kesempatan

(17)

yang sama untuk memberikan solusi terhadap permasalahan manusia. Fakultas adab dan humaniora yang nota bene lebih menekankan pada ilmu humaniora dalam menjalankan fungsi pendidikannya juga mampu berperan aktif dalam membangun peradaban.

Sebelumnya perlu difahami terlebih dahulu apa itu humaniora. National Foundation on the Arts and the Humanities Act, tahun 1965 menyampaikan bahwa Ilmu humaniora yang meliputi kajian bahasa, sastra, sejarah, yurisprudensi, filsafat, perbandingan agama, etika, dan seni adalah disiplin ilmu yang mengkaji kenangan dan imajinasi, ilmu humaniora memberi tahu kita dari mana kita berasal dan membantu kita menentukan visi mau kemana kita pergi.6

Pengertian humaniora yang kurang lebih sama juga disampaikan oleh The British Academy for Humanities & Social Sciences. Menurut the British Academy, humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari budaya manusia. Humaniora menggunakan metode yang sangat kritis atau spekulatif, dan memiliki elemen sejarah yang signifikan-yang memiliki pendekatan berbeda sama sekali dengan ilmu alam. Ilmu Humaniora meliputi kajian pada bahasa kuno dan modern, sastra, psikologi, agama, dan visual, serta pertunjukan musik dan teater. Ilmu humaniora meliputi area yang sering dikaji oleh ilmu sosial dan terkadang ilmu humaniora juga mengkaji sejarah, arkeologi, antropologi, kajian area, kajian komunikasi, kajian klasik, hukum dan linguistik. Ilmu Humaniora dan ilmu sosial mengajarkan kita tentang bagaimana manusia menciptakan dunia mereka, dan bagaimana dalam posisi sebaliknya manusia diciptakan oleh dunia.7

Dari dua pengertian di atas dapat diambil dua kesimpulan penting. Pertama, humaniora memberi tahu kita darimana kita berasal dan kemana kita akan pergi.

Kedua, humaniora menceritakan bagaimana kita menciptakan dunia dan bagaimana dunia menciptakan kita. Dari dua kesimpulan itu kemudian dapat diambil satu konsep paling fundamental bahwa humaniora adalah ilmu yang berusaha menjaga kita agar tetap menjadi manusia.

Hingar bingar teknologi yang sudah dimulai pada masa revolusi industri dulu, seringkali menyebabkan efek samping pada kemanusiaan. Terciptanya mesin- mesin industri di pabrik-pabrik modern, menyebabkan terpangkasnya jumlah tenaga manusia. Bahkan baru-baru ini, kebijakan PT Jasa Marga yang akan menerapkan sistem non tunai di gerbang-gerbang tol dipastikan akan menciptakan PHK besar-besaran pada karyawannya. Menurut Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, Sumirah, kebijakan ini diperkirakan akan membuat 10 ribu orang

6 Pengertian humaniora ini dikompilasikan oleh Alan Liu dalam tulisannya What are humanities. Tersedia di http://4humanities.org/2014/12/what-are-the-humanities/

7 Pengertian humaniora ini dikompilasikan oleh Alan Liu dalam tulisannya What are humanities. Tersedia di http://4humanities.org/2014/12/what-are-the-humanities/

(18)

MEMOTRET DUNIA,MEMBANGUN PERADABAN | 101 kehilangan pekerjaan.8 Menanggapi kekhawatiran ini, Pihak Jasa Marga kemudian mempersiapkan sebuah program bernama A-Life yang bertujuan memberikan pilihan kepada para karyawan untuk ditempatkan di anak perusahaan Jasa Marga atau alih profesi menjadi wirausahawan.9

Ilustrasi lain, dalam sebuah film fiksi berjudul Geostorm (2017), diceritakan bahwa dunia telah dilanda berbagai bencana yang diakibatkan cuaca ekstrim.

Pemerintah dari seluruh negara di dunia kemudian bekerjasama menciptakan sebuah mesin raksasa pengendali cuaca global yang ditempatkan di ruang angkasa.

Mesin raksasa pengendali cuaca itu diberi nama Dutch Boy. Ketika pengelolaan mesin itu akan dialihkan dari yang semula dipegang penuh oleh Amerika, menjadi berada dalam pengelolaan negara-negara lain, munculah berbagai insiden yang menyebabkan bencana kemanusiaan. Sebuah kawasan pedesaan di Afghanistan terkena cuaca ekstrem yang menyebabkan seluruh warga desa membeku. Cuaca ekstrem lain menyebabkan Hongkong terpanggang dalam suhu panas yang menyebabkan ledakan gas massal yang mengerikan. Bencana itu ternyata direkayasa oleh seorang penasehat presiden Amerika, Leonard Dekkom, yang memasukan virus komputer pada sistem Dutch Boy. Dekkom tidak setuju dengan peralihan manajemen tersebut dan memutuskan untuk menciptakan badai cuaca berskala besar (Geostorm) di seluruh dunia, sehingga akhirnya Dia sendiri yang menjadi pemimpin dunia. Teknologi yang seharusnya diciptakan untuk kebaikan manusia, telah berubah menjadi senjata pembunuh massal.

Epilog

Dapat disimpulkan bahwa baik secara nyata maupun secara abstrak telah menunjukan bahwa teknologi itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun tekonologi dapat juga menjadi mesin dengan daya rusak yang sangat massif bila tidak dikendalikan oleh rasa perikemanusiaan. Rasa perikemanusiaan itulah yang menjadi wilayah dari ilmu humaniora. FAH UIN Jakarta sebagai fakultas utama yang mengajarkan adab dan kemanusiaan bertugas “melembutkan hati” peradaban yang sekarang ini lebih banyak didominasi teknologi. Upaya melembutkan hati peradaban itu dapat dilakukan dengan menggali nilai dan smakna sejarah di program studi Sejarah dan Peradaban Islam, menginsyafi keindahan karya sastra dan bahasa di program studi BSI dan BSA, menikmati terjemahan karya-karya terbaik di program studi Tarjamah, dan mengakumulasi serta mengapresiasi

8 Berita dapat dilihat di https://www.suara.com/bisnis/2017/10/23/173725/efek-tol- non-tunai-dari-10-ribu-pegawai-bisa-tinggal-900-orang

9 berita ini dapat dilihat di

http://industri.bisnis.com/read/20171015/98/699265/antisipasi-phk-karyawan-ini-yang- dilakukan-jasa-marga

(19)

informasi-informasi penting dari kemasan informasi yang dihasilkan oleh program studi Ilmu Perpustakaan. Semoga.

(20)

9 7 8 6 0 2 7 9 0 8 1 4 7

Buku Kontribusi FAH untuk Bangsa MEMOTRET DUNIA MEMBANGUN PERADABAN yang ada di hadapan pembaca ini adalah kumpulan aspirasi dan inspirasi dari kalangan akademisi yang membincang berbagai permasalahan terkait dengan dunia kampus.

Buku ini terdiri dari 4 Bagian: Bagian Pertama: Aspirasi dan Refleksi;

Bagian Kedua: Kurikulum dan Pembelajaran; Bagian Ketiga: Alumni, Kontribusi, dan Profesi; dan Bagian Keempat: Potret Tokoh FAH (Tokoh Nasional dan Internasional serta Para Dekan FAH). Setiap bagian mewakili masing-masing penulis sebagai representasi bagi setiap akademisi, sehingga buku ini juga mewakili insan akademik yang ada di Indonesia.

Terbitnya buku ini sebagai bagian dari kepedulian dan partisipasi para akademisi dalam membangun kampus dan dunia akademik agar lebih positif dan produktif; juga agar bisa bersaing dalam pentas nasional dan internasional. Semoga…!!!

Tim Antologi FAH

Referensi

Dokumen terkait

STUDI FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA TUKANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI YOGYAKARTA, Ivan Evani, NMP 07 02 12911, tahun 2013, Manajemen Konstruksi,

Partisipasi masyarakat sering kali dianggap sebagai bagian yang tidak lepas dalam upaya pengembangan masyarakat, dengan melihat partisipasi sebagai kesatuan dalam proses

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kejadian human error pekerja pada target produksi yang berbeda, khususnya

Faktor-faktor ekstern antara lain: 1) Kondisi lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan,

STUDI KESIAPAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROPINSI SUMATERA SELATAN, Pri Kurnia Fandrito, NPM 11 51 01736, tahun 2012,

Untuk mengikuti pelelangan dengan system e-procurement , perusahaan jasa konstruksi dituntut untuk memahami tata cara pelelangan dengan e-procurement , dari

Pendidikan akan berpengaruh pada mata pencaharian dan tingkat penghasilan seseorang, hal ini juga berpengaruh pada pendidikan anak anak dari masyarakat desa nagasaribu yang

(4) martarikan, marjula-jula ialah gotong-royong yang dilakukan orangtua baik laik-laki sebegai alternatif menabung untuk keperluan acara adat. Para orangtua akan terlebih