• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Lalu lintas dan Angkutan Jalan dapat kita tarik dasar-dasarnya yang terdiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Lalu lintas dan Angkutan Jalan dapat kita tarik dasar-dasarnya yang terdiri"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kendaraan bermotor khususnya roda dua yang jumlahnya mencapai separuh dari populasi penduduknya. Di zaman yang serba moderen ini alat transportasi seperti mobil dan sepeda motor sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang, oleh karenanya tidak heran padatnya lalu lintas di indonesia semakin menjadi-jadi.

Lalu lintas dan Angkutan Jalan dapat kita tarik dasar-dasarnya yang terdiri dari “lalu lintas,jaringan,angkutan,dan prasarana yang didalamnya terdapat kendaraan,pengemudi,dan pengguna jalan beserta pengelolanya”. Lalu lintas merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan dunia transportasi terlebih transportasi darat yang meliputi kendaraan roda empat dan roda dua.

Dalam berkendara hal yang harus diperhatikan adalah keselamatan, namun

inilah yang sering sekali dilupakan oleh pengendara. Penyebab tingginya angka

kecelakaan lalulintas salah satu faktornya adalah kurangnya kesadaran dari

masyarakat dalam berlalulintas.Misalnya tidak memperhatikan dan menaati

peraturan lalu lintas yang sudah ada, tidak memiliki kesiapan fisik maupun

mental pada saat mengemudikan kendaraan. Kondisi-kondisi tersebutlah yang

dapat menimbulkan atau terjadinya kecelakaan yang dapat membahyakan

pengendara itu sendiri maupun pengguna jalan lainya.Poin keselematan disini

(2)

2 bukanlah dalam artian bagi diri sendiri melainkan keselamatan bagi seluruh pengguna jalan.

Penyebab lain dari tingginya angka kecelakaan dapat kita lihat perkembangan dari zaman ke zaman dimana saat ini transportasi telah berevolusi kepentingannya menjadi kebutuhan utama yang mempengaruhi aktivitas baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. Oleh karena itu akibat dari kecelekaan transportasi memiliki dampak yang sangat berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Selain dari pada itu masyarakat saat ini sering sekali melakukan pelanggaran terhadap rambu lalu lintas itu sendiri.

Pelanggaran adalah melakukan seusatu dengan disengaja atau lalai dalam melakukan baik itu perbuatan maupun tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangna yang ada. Pelanggaran lalulintas adalah

“perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan mengemudikan kendaraan umum ataupun bermotor, termasuk juga pejalan kaki, yang berjalan dengan tidak mematuhi peraturan perundang-undnagan lalulintas yang berlaku.”

1

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa pelanggaran lalu lintas perbuatan seseorang dalam keadaan mengemudikan kendaraan bermotor maupun tidak mengendarai sesuatu dengan tidak/lalai dalam mematuhi peraturan-pearturan berlalulintas. yang dimana akibat dari lalai/tidak menaati peraturan lalu lintas tersebut menimbulkan kecelakaan lalu lintas bagi pengguna jalan lainnya dan itu termasuk perbuatan melanggar hukum.

1

Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung dan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, 1993, tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara

Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Tertentu diakses pada 18 Maret 2019

(3)

3 Ramdlon Naning juga menjelaskan bahwasanya yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas jalan adalah “perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas”.

2

Dari hal-hal tersebut diatas menarik bagi penulis untuk menyoroti salah satu pelanggaran lalu lintas di Kota Malang. Pelanggaran lalu lintas disini yang akan menjadi perhatian dan sorotan penulis adalah banyaknya fenomena pengendara roda dua khususnya melakukan putar balik di area larangan rambu lalu lintas dilarang memutar balik.

Rambu lalu lintas larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan.

Rambu dilarang memutar balik ini termasuk rambu larangan.Digunakan untuk memberitahukan pengguna jalan bahwa di area tertentu mereka dilarang untuk memutar balik kendaraanya.

Berbicara tentang pelanggaran memutar balik sudah sangat sering kita lihat, sering kali pengendara tidak mengindahkan adanya rambu lalu lintas, padahal hal tersebut dapat membahayakan pengendara dan kendaraan lain yang melintas di jalan. Salah satu rambu yang banyak dilanggar pengendara yaitu rambu dilarang memutar balik kendaraan. Rambu dilarang memutar balik dapat diketahui dengan “tanda panah memutar balik berwarna hitam ditambah garis tepi dan melintang diagonal berwarna merah di atas tanda panah tersebut”.

2

Ramdlon Naning, 1983, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin

Penegak Hukum dalan Lalu Lintas, Surabaya, Bina Ilmu, hlm. 57

(4)

4 Biasanya alasan pengendara melanggar rambu tersebut yakni untuk memangkas jarak tempuh kendaraan karena tempat yang ada rambu untuk memutar balik kendaraan berada lebih jauh.

3

Dari data “Satlantas Polres Malang Kota 2018, ada rata - rata 75 pelanggaran tercatat dalam sehari. Rinciannya, total ada 13.361 pelanggaran sejak Januari hingga Juni. Dari angka tersebut, 7.586 adalah pelanggaran marka atau rambu lalu lintas”. Sedangkan untuk pelanggar yang mendominasi adalah pengendara roda dua dengan 11.787 pelanggaran. Jumlah pelanggaran tahun ini tidak jauh berbeda dengan pelanggaran di semester 1 2017. Ketika itu, pelanggaran tercatat sebanyak 13.835. “Angka tersebut didominasi pelanggaran marka atau rambu lalu lintas yang jumlahnya 6.344. Pengendara roda dua atau sepeda motor juga memuncaki rating pelanggaran dengan 12.245 catatan”.

4

Melihat data diatas, tingkat kesadaran dalam berkendara di kota malang sangatlah memprihatinkan. Hal ini sejalan dengan fakta-fakta dilapangan yang dimana Di Jalan Veteran, Kota Malang, para pengendara sering mengacuhkan rambu-rambu lalu lintas. Tepatnya di depan Universitas Brawijaya (UB), dimana di jalan ini merupakan akses yang sering dilewati pengendara dikota malang karena bertepatan dengan daerah kampus,sekolah dan juga terdapat pusat perbelanjaan.Jl.Soekarno-Hatta didepan kampus Poli Teknik Malang,

3

https://www.gridoto.com/read/221860461/street-manners-melanggar-rambu-dilarang-putar- balik-bisa-dipidana-2-bulan-sob diakses pada tanggal 11 November 2019 pukul 10.00 WIB

4

https://radarmalang.id/enam-bulan-13-361-warga-kota-malang-langgar-lalu-lintas/ diakses

pada tanggal 11 November 2019 pukul 10.00 WIB

(5)

5 sering kali pengendara melanggar secara bersama-sama atau berjamaah dengan cara putar balik. Padahal, di tempat itu ada larangan putar balik. Kesulitan pihak kepolisian dalam mengurangi tinkat pelanggaran yang dalam hal ini putar balik pada tempat larangan putar balik, masih menjadi tugas yang harus diselesaikan guna menjaga ketertiban dalam berlalu lintas. Karena hal tersebut dapat mengurangi sebab-sebab kecelakaan maupun penyebab kemacetan dikota malang.

Disini penulis lebih menitik beratkan pada pelanggaran putar balik di tempat larangan “Memutar balik” yang marak terjadi di kota malang, bahkan hal ini sudah menjadi kebiasaan pengendara yang kesadaran berlalulintasnya sangat kurang. Dimana para pengendara roda dua jika sudah merasa tergesa – gesa selalu saja mengabaikan rambu larangan putar balik agar dapat memotong waktu perjalanan. Terkadang jika keadaan lalu lintas yang padat tidak sedikit pengendara yang langsung putar balik pada titik larangan “putar balik” untuk menghindari kemacetan ataupun mempersingkat waktu perjalanan.

Sedangkan pada aturan yang sudah tertulis dalam Pasal 106 Undang- undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang berbunyi :

1) “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.”

2) “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda”.

3) “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan

wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik

jalan”.

(6)

6 4) “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan

wajib mematuhi ketentuan”:

a. rambu perintah atau rambu larangan;

b. Marka Jalan;

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

d. gerakan Lalu Lintas;

e. berhenti dan Parkir;

f. peringatan dengan bunyi dan sinar;

g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.

5) “Pada saat diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan”:

a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor;

b. Surat Izin Mengemudi;

c. bukti lulus uji berkala; dan/atau d. tanda bukti lain yang sah.

Dalam pasal 106 undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ini merupakan sebuah pedoman yang sudah sangat jelas bagaimana tata cara dalam berlalu lintas. Jika kita singgung kembali pelanggaran lalulintas memutar balik di area larangan memutar balik nyatanya masih saja dilakukan bagi para pengendara,bahkan aturan mengenai pelanggaran rambu lalu lintas telah diatur dalam pasal 287 ayat (1) Undang- undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang berbunyi :

(1) “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”

5

5

Lihat undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas Dan Angkutan Jalan

(7)

7 Dari Undang – Undang Lalu Lintas yang sudah disebutkan diatas bahwasanya setiap orang wajib mematuhi setiap rambu-rambu lalu lintas yang ada. Dan secara tidak langsung pasal 287 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan diatas telah memberikan peringatan larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas yang dalam hal ini rambu “dilarang memutar balik” masuk dalam kategorinya.

Mengingat Rambu larangan memuutar balik juga dikuatkan yang terdapat dalam pasal 3 Peraturan Menteri perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas yang berbunyi :

“Rambu Lalu Lintas berdasarkan jenisnya terdiri atas”:

a. rambu peringatan;

b. rambu larangan;

c. rambu perintah; dan d. rambu petunjuk.

Terdapat juga pada pasal 11 Peraturan Menteri perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas yang berbunyi :

1) “Rambu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan.”

2) “Rambu larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas rambu”:

a. larangan berjalan terus;

b. larangan masuk;

c. larangan parkir dan berhenti;

d. larangan pergerakan lalu lintas tertentu;

e. larangan membunyikan isyarat suara;

f. larangan dengan kata-kata; dan

g. batas akhir larangan.

(8)

8 Dan yang terakhir penegasan rambu larangan memutar balik terdapat dalam pasal 12 Peraturan Menteri perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas yang berbunyi :

1) “Rambu larangan berjalan terus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a terdiri atas rambu”:

a. larangan berjalan terus karena wajib berhenti sesaat dan/atau melanjutkan perjalanan setelah dipastikan selamat dari konflik lalu lintas dari arah lainnya;

b. larangan berjalan terus karena wajib memberi prioritas kepada arus lalu lintas dari arah yang diberi prioritas;

c. larangan berjalan terus sebelum melaksanakan kegiatan tertentu;

d. larangan berjalan terus pada bagian jalan tertentu dan sebelum mendahulukan arus lalu lintas yang datang dari arah berlawanan;

e. larangan berjalan terus pada perlintasan sebidang lintasan kereta api jalur tunggal sebelum mendapatkan kepastian selamat dari konflik; dan

f. larangan berjalan terus pada perlintasan sebidang lintasan kereta api jalur ganda sebelum mendapatkan kepastian selamat dari konflik.

2) “Rambu larangan masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b terdiri atas rambu”:

a. larangan masuk bagi kendaraan bermotor dan tidak bermotor;

b. larangan masuk bagi kendaraan bermotor jenis tertentu;

c. larangan masuk bagi kendaraan tidak bermotor jenis tertentu;

dan

d. larangan masuk bagi kendaraan dengan berat dan dimensi tertentu.

3) “Rambu larangan parkir dan berhenti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c terdiri atas rambu: a. larangan berhenti; dan b.

larangan parkir.”

4) “Rambu larangan pergerakan lalu lintas tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d terdiri atas rambu”:

a. larangan berjalan terus;

b. larangan belok kiri;

c. larangan belok kanan;

d. larangan menyalip kendaraan lain;

e. larangan memutar balik;

f. larangan memutar balik dan belok kanan;

g. larangan mendekati kendaraan di depan dengan jarak sama atau

kurang dari ... meter; dan

(9)

9 h. larangan menjalankan kendaraan dengan kecepatan lebih dari ...

kilometer per jam.

5) “Rambu larangan dengan kata-kata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf f digunakan dalam hal tidak terdapat lambang untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan, antara lain rambu larangan dengan kata-kata “DILARANG MENAIKKAN ATAU MENURUNKAN PENUMPANG”.

6) “Rambu larangan dengan kata-kata sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditempatkan sesuai dengan kebutuhan.”

7) “Rambu batas akhir larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf g terdiri atas rambu”:

a. batas akhir larangan tertentu; dan b. batas akhir seluruh larangan.

6

Dari Undang – Undang Lalu Lintas dan Peraturan Menteri Perhubungan yang sudah disebutkan diatas maka sudah jelas seharusnya upaya penanggulangan dari undang – undang lalu lintas harus lebih ditingkatkan lagi.

Mengingat bahwa jika tidak ada upaya penanggulangan, maka Pasal 287 ayat 1 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan hal yang sia-sia. Hal ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah volume kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan meningkatnya upaya pencegahan serta penegakan hukum dari aparat penegak hukum atau polisi lalu lintas. Inilah yang menyebabkan masyarakat merasa bahwa jarang ada tindakan dari polisi lalu lintas dan memiliki kecenderungan/kebiasaan untuk terus melakukan pelanggaran. Pihak kepolisian dalam hal ini yang berperan sebagai pengeak hukum bukan hanya terfokus pada persoalan kemacetan lalu lintas bagaimanapun juga peningkatan penanggulangan dan penindakan hukum terhadap pelanggaran bagi pengguna

6

Lihat Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014

Tentang Rambu Lalu lintas

(10)

10 jalan yang melakukan pelanggran lalu lintas putar balik di area “dilarang putar balik” di wilayah hukum kota malang.

Dari beberapa uraian penulis diatas maka, amanat dalam pasal 287 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan masih belum terlaksana dengan baik. Dilihat dari segi pihak kepolisian, dinas perhubungan dan juga pengendara maka dari itu perlu tindakan tegas yang lebih untuk mencapai amanat undang-undang tersebut. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengamatan dan analisa dengan judul “ANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS TERHADAP PELANGGARAN RAMBU LALU LINTAS “DILARANG MEMUTAR BALIK” DI KOTA MALANG (STUDI DI WILAYAH HUKUM POLRESTA MALANG KOTA)”

B. Rumusan Masalah

Menyadari sangat luasnya pembahasan mengenai pelanggaran lalulintas jalan, maka penulis membatasi diri untuk membahas. Permasalahan yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menanggulangi pelanggaran terhadap rambu lalu lintas “Dilarang Memutar Balik” di Kota Malang ?

2. Faktor apa yang menjadi kendala pihak kepolisisan dalam

menanggulangi pelanggaran terhadap rambu lalu lintas “Dilarang

Memutar Balik” di Kota Malang ?

(11)

11 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, tujuan diadakannya penilitian adalah :

a. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menangulangi pelanggaran terhadap rambu lalu lintas “Dilarang Memutar Balik” di Kota Malang

b. Mengetahui faktor apa yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam penegakan pelanggaran terhadap rambu lalu lintas “Dilarang Memutar Balik” di Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa manfaat yaitu secara teoritis dan praktis dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan hukum, khususnya penanggulangan terhadap pelanggaran ranbu lalu lintas

“Dilarang Memutar Balik”.

2. Polisi

Untuk memberikan informasi yang dapat membantu aparat

penegak hukum khususnya Polisi dalam menanggulangi Pelanggaran

rambu lalu lintas “Dilarang Memutar Balik” oleh masyarakat dan sebagai

(12)

12 himbauan serta pemicu semangat yang dapat meningkatkan kualitas para penegak hukum agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan mandatnya.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai penambah wawasan bagi masyarakat karena mematuhi rambu lalu lintas “Dilarang memutar Balik”

sangatlah penting untuk meminimalisir kemacetan dan korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas.

4. Bagi Penulis

Sebagai wawasan hukum untuk memenuhi syarat guna mendapatka gelar Sarjana S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Selain daripada itu tulisan ini diharapkan dapat memperluas wacana keilmuan mahasiswa sebagai civitas akademika.

E. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

yuridis sosiologis, yaitu pembahasan berdasarkan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku dan berkaitan dengan teori-teori hukum, serta

melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat. Sedangkan pendekatan

sosiologis yaitu mengacu pada berlakunya atau realita yang terjadi

dimasyarakat. Penelitian ini adalah untuk mengetahui penegakan hukum

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap pelanggaran rambu

(13)

13 lalulintas “dilarang memutar Balik” di wilayah hukum Polresta Malang Kota.

2. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di wilayah hukum Polresta Malang Kota dengan mengambil beberapa lokasi kasus Jl.Soekarno-Hatta didepan kampus Poli Teknik Malang,Jl.Veteran disekitaran kampus Universitas Brawijaya. Selain itu penelitian dilakukan pada para aparat penegak hukum (Polresta Malang Kota) dan beberapa pengendara yang melakukan pelanggaran rambu lalu lintas “Dilarang Memutar Balik” di wilayah hukum Polresta Malang Kota.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Adalah jenis data yang diperoleh dari sumber informasi yang utama. Data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian dapat berupa hasil wawancara, observasi, ataupun dokumentasi.

b. Data Sekunder

Adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif. Yaitu

diperoleh secara langsung melalui perundang-undangan yang berkaitan

erat dengan penelitian ini.

(14)

14 F. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi kepustakaan guna memperoleh bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan cara mempelajari berbagai peraturan perundang- undangan, putusan pengadilan, buku-buku, dan berbagai informasi mengenai objek penelitian yang diperoleh baik dari media elektronik maupun media cetak.

b. Wawancara

Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan IPTU Endiex Purwantoro selaku Kepala Urusan Pembinaan Operasi Satuan Lalu Lintas Polisi Resort Kota Malang Kota yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti untuk memperoleh data primer. Metode wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan metode terpimpin yaitu dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah disusun oleh penulis sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti.

c. Dokumentasi

Yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh para

pihak, dalam hal ini berkenaan dengan proses penelitian serta ditambah

dengan penelusuran perundang-undangan yang terkait dengan

permasalahan yang diangkat oleh penulis.

(15)

15 d. Internet

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan melalui internet dan website untuk melengkapi bahan hukum dalam penulisan ini

G. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah deskripstif kualitatif dengan alur berpikir deduktif, yaitu dimulai dari peraturan hukumnya kemudian dibawa kedalam permasalahan yang sebenarnya. Deskriptif adalah menganalisis data dengan cara memaparkan secara terperinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu terhadap pelanggaran rambu lalulintas “Dilarang Memutar Balik” dengan sarana hukum pidana. Sedangkan kualitatif adalah menganalisis pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah disistematiskan tersebut dengan cara yang didapat dari teori-teori hukum positif untuk dapat menjelaskan permasalahan penelitian hukum ini dalam bentuk kalimat yang mudah dimengerti, logis dan bersifat ilmiah.

H. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum yang ada dalam penelitian ini, dibagi 4 (empat) bab, yang mana akan dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut dengan sistematika yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latarbelakang yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, metode penelitian serta

(16)

16 sistematika penulisan dari penelitian, sehingga dapat memudahkan para pembaca dalam memahami penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang berkaitan dengan tema utama dari penelitian yang dilakukan. Teori-teori dalam tinjauan pustaka digunakan sebagai landasan pemecahan masalah mengenai Penanggulangan terhadap pelanggaran rambu lalulintas “Dilarang Memutar Balik” di Kota Malang.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis memaparkan, menguraikan, dan menganalisa terkait tema utama dari penelitian yang telah dilakukan. Teori-teori yang digunakan dalam tinjauan pustaka diperuntukkan sebagai landasan solusi atas permasalahan yang diteliti yaitu Penanggulangan terhadap pelanggaran rambu lalulintas “Dilarang Memutar Balik” di Kota Malang.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini adalah bagian akhir yang berisi kesimpulan dan saran dari

penelitian. Kesimpulan pada bagian ini menjadi kesimpulan akhir yang berisi

pemikiran, pendapat dan solusi atas penelitian yang dilakukan. Saran dan hasil

penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan hasil pe- nilaian tentang aspek keterbacaan, konstruksi dan keterpakaian produk oleh guru menunjukkan bahwa pe- ngembangan instrumen asesmen

oleh STP akan sama dengan pada saat Initial Convergence. Berikut adalah hasil printscreen dari Recovery Convergence. Pengukuran Recovery Convergence. Bentuk tabel perubahan

Adapun kekurangan yang dimiliki perusahaan adalah perusahaan tidak melakukan survey konsumen, tidak menyelesaikan pesanan tepat waktu, tidak membuat formulir permohonan

Pada suhu yang lebih tinggi, asam lemak bebas yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut bersama-sama uap panas dan terpisah

Salah satu aplikasi pajak yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dapat digunakan oleh wajib pajak baik wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan

ةباتكلا طاشن اذ ةرثكلا ةرمثلا كا و .ةباتكلا نأش ىإ ةركفلا ربعتب اضيأ ةباتكلا تفّرع عاطتساام ذيماتلا. ذخأ.. بوصأ ديفتسي

For all students of SMAN Englishindo, we announce English Speech Contest.. Time : Saturday, 22

Sampel sedimen yang diambil merupakan sedimen yang mengendap dan terkontaminasi minyak bumi, sehingga bakteri anaerob dapat tumbuh dengan oksigen yang lebih rendah