1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Selama kurun waktu yang cukup panjang, pembangunan nasional telah menghasilkan berbagai kemajuan yang cukup berarti, namun sekaligus juga mewariskan berbagai permasalahan yang mendesak untuk ditangani, diantaranya masih terdapatnya disparitas atau ketimpangan antar daerah. Kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara mengesankan dan mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Namun, perubahan struktur ekonomi ini hanya terjadi pada tingkat nasional, sedangkan pada tingkat daerah secara agregat relatif stagnan, terutama daerah-daerah di luar pulau Jawa. Ini berarti bahwa peranan dan partisipasi daerah-daerah dalam pembangunan ekonomi nasional belum optimal (Harefa, 2008: 2).
Menurut Todaro dan Smith (2011: 17-19) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya bukan merupakan satu-satunya tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi, tetapi pembangunan ekonomi harus pula berupaya untuk menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau upaya untuk menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk dan masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
2
Lebih lanjut menurut Todaro dan Smith (2011: 21-24) keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu: (1) perkembangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat yang memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Ketiga hal tersebut merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan.
Arsyad (2011: 108-109) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada. Selain itu, juga membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Di negara-negara sedang berkembang, perhatian utama terfokus pada dilema komplek antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun hampir sulit untuk diwujudkan secara kebersamaan. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankannya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan,
3
tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasil-hasilnya. Penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan kini merupakan masalah pokok dalam pembangunan dan sasaran utama kebijakan pembangunan di banyak negara (Todaro dan Smith, 2011: 177).
Upaya pembangunan yang hanya berusaha mencapai pertumbuhan domestik bruto yang tinggi tanpa memperhatikan faktor yang lain hanya akan menimbulkan permasalahan yang lainnya. Permasalahan yang timbul akibat kesalahan upaya pembangunan adalah tingkat kemiskinan yang tinggi, distribusi pendapatan yang tidak merata yang berdampak kepada kesenjangan sosial dan ekonomi yang terlalu besar serta permasalahan pertumbuhan produk domestik bruto itu sendiri (Widodo, 2006: 6).
Pemerintah daerah di Indonesia telah mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, dengan mendekatkan pembuatan keputusan ke daerah, pemerintah pusat telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur urusan pembangunan ekonominya sendiri. Pemberlakuan otonomi daerah juga berarti pemerintah daerah harus memiliki rencana ekonomi daerah yang baik untuk menyediakan kesejahteraan bagi penduduknya. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yaitu tentang Pemerintahan Daerah, membawa angin segar bagi daerah untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri sehingga ketimpangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor secara bertahap dapat diperkecil.
4
Provinsi Kalimantan Tengah yang merupakan salah satu daerah terluas yang berada di Pulau Kalimantan dibentuk pada tanggal 23 Mei 1957. Sebelumnya Provinsi Kalimantan Tengah tergabung dalam Provinsi Kalimantan Selatan. Sebelum pemekaran, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 6 kabupaten/kota antara lain Kota Palangkaraya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Pada tahun 2002 Provinsi Kalimantan Tengah dimekarkan menjadi 14 kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur Di Provinsi Kalimantan Tengah.
Gambar 1.1 Peta Kalimantan Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah (diolah)
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, selama tahun 2006-2012 menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB di Provinsi Kalimantan Tengah cenderung stabil dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,23 persen. Laju
5
pertumbuhan ekonomi ini diatas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional dan kawasan regional Kalimantan.
Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Menurut Provinsi, 2006-2012
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah (diolah)
Pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 6,18 persen, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB wilayah kalimantan maka PDRB terbesar pertumbuhannya adalah Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 6,23 persen, Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 5,59 persen, Provinsi Kalimantan Barat sebesar 4,80 persen, dan paling kecil adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar 4,90 persen. Akan tetapi bila dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 maka yang terbesar adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp107.181 dan terkecil adalah Provinsi Kalimantan Tengah sebesar Rp17.900.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Per tu m b uh an Eko no m i (%) Tahun Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Indonesia
6
Gambar 1.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2006-2012 (Miliar Rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah (diolah)
Gambar 1.4 Peranan PDRB per Kapita Antarkabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 (Atas Dasar Harga Konstan 2000)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah (diolah)
Dilihat dari PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 tahun 2012, terlihat bahwa distribusi pendapatan dari 14 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan kecenderungan adanya
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB (Mil iar Ru piah) Tahun Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur 14,64 16,87 11,99 5,385,95 3,333,31 5,657,11 4,133,783,685,3 8,86 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Kota waringin Barat Kota waringin Tim ur Kap ua s Barito Selatan Barito Utara Suk amara Laman da u Seruya n Katin gan Pu lan g Pisau Gunu ng Mas Barito Tim ur Muru ng Raya Pala ngk ara ya PDRB (%) Kabupaten/Kota Peranan PDRB (%)
7
ketidakmerataan yang cukup tinggi. Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki PDRB per kapita tertinggi sebesar 16,87 persen dan terlihat cukup signifikan perbedaannya jika dibandingkan dengan Kabupaten Lamandau yang memiliki PDRB per kapita terendah sebesar 3,31 persen terhadap PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Tengah. Perbedaan tingkat pembangunan akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antardaerah yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan regional antardaerah semakin besar.
Gambar 1.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Provinsi Kalimantan Tengah, 2007-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah (diolah)
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Provinsi Kalimantan Tengah ternyata juga diikuti dengan trend rasio Gini yang semakin meningkat. Pada tahun 2007-2009 rasio Gini sebesar 0,29, setelah tahun 2010 terjadi peningkatan trend rasio Gini. Bahkan pada tahun 2013 rasio Gini mencapai 0,35 yang berarti distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki trend semakin tidak merata. 5,84 6,06 6,17 5,57 6,5 6,77 6,69 0,297 0,29 0,29 0,30 0,34 0,330 0,350 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450 0,500 0,550 0,600 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Per tu m bu han dan Gini Tahun Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Rasio Gini
8
Todaro dan Smith (2011: 66) menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama yaitu tingkat pendapatan nasional rata-rata dan lebar sempitnya kesenjangan distribusi pendapatan. Tingginya pendapatan per kapita yang ada, namun selama kesenjangan distribusi pendapatan masih tinggi, maka tingkat kemiskinan di wilayah tersebut pasti akan parah. Sebaliknya, meratanya distribusi pendapatan di suatu wilayah, jika tingkat pendapatan regional rata-ratanya rendah, maka tingkat kemiskinan juga pasti akan semakin meluas.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan merupakan penelitian yang sangat penting dan bermanfaat bagi pemerintah serta dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam melaksanakan kebijakan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penelitian ini adalah analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah dengan menggunakan aplikasi ADePT yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun terdapat beberapa penelitian dengan tema serupa yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain sebagai berikut yang disajikan dalam Tabel 1.1.
9
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama dan Tahun Metoda/Alat
Analisis
Hasil Penelitian
1 Ichwani (2014) ADePT Terjadi peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Timur. Kesenjangan antarkota-desa meningkat, demikian juga antarkepala rumah tangga berdasarkan pendidikan. Meningkatnya dominasi sektor pertambangan yang bersifat padat modal menyebabkan peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan di Kalimantan Timur.
2 Fattah dan Rahman (2013)
Analisis Tipologi Klassen, LQ dan Indeks Krugman
Dari 23 kabupaten/kota yang diteliti hanya 3 daerah yang pertumbuhan dan pendapatannya tinggi. Analisis LQ menunjukkan perbedaan tajam sektor basis ekonomi. Analisis spesialisasi wilayah menunjukkan spesialisasi ekonomi dapat diunggulkan.
3 Kharisma dan Saleh (2013)
Sistem GMM dengan estimasi data panel dinamis
Provinsi yang lebih miskin cenderung lebih cepat pertumbuhannya di bandingkan provinsi yang lebih kaya terutama di pulau jawa.
4 Sutherland dan Yao (2011)
Koefisien Gini Pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun meningkatkan kesenjangan pendapatan secara signifikan 5 Pafrida (2011) Analisis Deskriptif Tren Kemiskinan dan Analisis Regresi dengan fixed effect model cross section SUR atau pooled EGLS
Kondisi kemiskinan Provinsi DIY 2002- 2009 membaik, pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY mampu memperbaiki distribusi pendapatan. Menurunnya ketimpangan pendapatan karena pengaruh pertumbuhan ekonomi semakin meningkatkan keberhasilan dalam pengurangan kemiskinan.
6 Rodriguez-Pose dan Ezcurra (2010)
Analisis data panel
Desentralisasi pada negara pendapatan tinggi menurunkan kesenjangan pendapatan. Pada negara pendapatan rendah dan menengah cenderung meningkatkan disparitas antarwilayah. 7 Rodriguez-Pose dan
Tselios (2010)
Indeks Theil, Indeks Gini, Indeks Atkinson
Kesenjangan pertumbuhan ekonomi dan pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
8 Goh, Luo, dan Zhu (2008)
Growth Incidence Curves(GIC), Gini coefficient
Pendapatan tumbuh untuk semua segmen populasi, dan sebagai hasilnya tingkat kemiskinan menurun. Pertumbuhan pendapatan tidak merata, paling cepat di wilayah pesisir, dan di antara yang berpendidikan. Pertumbuhan pendapatan sebagian besar dapat dikaitkan dengan peningkatan kembali ke pendidikan dan pergeseran kerja ke sektor sekunder dan tersier.
10
Keaslian penelitian ini dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya adalah terletak dari aspek lokasi, data, periode dan metoda yang digunakan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengusung tema yang sama yaitu tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan bahwa selama ini terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan distribusi pendapatan masyarakat yang semakin tidak merata di Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, apakah tingginya pertumbuhan ekonomi telah terdistribusi secara merata untuk seluruh masyarakat Kalimantan Tengah. Pertumbuhan dan pemerataan diharapkan mampu dirasakan oleh semua lapisan masyarakat sebagaimana tujuan awal pembangunan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukan, maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah?
2. Apakah ketimpangan distribusi pendapatan di Kalimantan Tengah semakin menurun ataukah semakin meningkat?
3. Bagaimana tipologi berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan di Kalimantan Tengah?
11
4. Bagaimana memetakan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu periode waktu 10 tahun (2004-2012);
2. menganalisis dan mengidentifikasi kecenderungan ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah;
3. menganalisis tipologi berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah;
4. memetakan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti, yaitu: 1. sebagai masukan bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam
membuat kebijakan (perencanaan) pembangunan selanjutnya;
2. diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti lain yang tertarik dengan topik pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan.
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam empat bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I merupakan pengantar yang menguraikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat
12
penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II berisi tentang teori, tinjauan terhadap penelitian terdahulu, dan kerangka penulisan. Bab III berisi desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional, serta metoda analisis data. Bab IV merupakan deskripsi data dan pembahasan berisi metodologi dan hasil analisis yang meliputi kondisi distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah, analisis hubungan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah, pemetaan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah, Bab IV merupakan simpulan dan saran yang memuat simpulan akhir dari penelitian dan saran.