• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENCEGAHAN

KEDARURATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN

PENGATURAN LALU LINTAS

SAAT TERJADI KEADAAN DARURAT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Jl. Medan Merdeka Barat 8 Jakarta 10110 www.hubdat.web.id www.dephub.go.id Tel. 021-3506121,3506122,3506124 Fax. 021-3506129, 3506122, 3506127, 3506124 Batam, 6 Aprilr 2017

(2)

Definisi Kecelakaan

Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di

Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja

melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa

Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban

manusia dan/atau kerugian harta benda.

(3)

Definisi Keselamatan

Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang

dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang

disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan,

dan/atau lingkungan.

(4)

Peralatan Pertolongan Pertama

Perlengkapan bagi Kendaraan Bermotor beroda empat atau

lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. sabuk keselamatan;

b. ban cadangan;

c. segitiga pengaman;

d. dongkrak;

e. pembuka roda;

f.

helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi

Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak

memiliki rumah-rumah; dan

g. peralatan

pertolongan

pertama

pada

Kecelakaan Lalu Lintas

.

(5)

Perlengkapan Keadaan Darurat

1. Alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan/atau sebaliknya; 2. Lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan diatas atap ruang kemudi;

3. Rambu portabel; 4. Kerucut pengaman; 5. Segitiga pengaman; 6. Dongkrak; 7. Pita pembatas; 8. Serbuk gergaji;

9. Sekop yang tidak menimbulkan api; 10. Lampu senter;

11. Warna kendaraan khusus;

12. Pedoman pengoperasian kendaraan yang baik untuk keadaan normal dan darurat;

13. Ganjal roda yang cukup kuat dan diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh pembantu pengemudi.

(6)

Hak Utama

Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut:

a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas; b. ambulans yang mengangkut orang sakit;

c.

Kendaraan

untuk

memberikan

pertolongan

pada

Kecelakaan Lalu Lintas;

d. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;

e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara;

f. iring-iringan pengantar jenazah; dan

g. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(7)

Sistem Manajemen Keselamatan

1) Perusahaan Angkutan Umum wajib membuat,

melaksanakan, dan menyempurnakan sistem

manajemen keselamatan dengan berpedoman

pada rencana umum nasional Keselamatan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan.

2) Kendaraan Bermotor Umum harus dilengkapi

dengan alat pemberi informasi terjadinya

Kecelakaan Lalu Lintas ke Pusat Kendali Sistem

Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(8)

KECELAKAAN LALU LINTAS

Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas Pasal 226

(1) Untuk mencegah Kecelakaan Lalu Lintas dilaksanakan melalui: a. partisipasi para pemangku kepentingan;

b. pemberdayaan masyarakat; c. penegakan hukum; dan

d. kemitraan global.

(2) Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pola penahapan yang meliputi program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

(3) Penyusunan program pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan oleh forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di bawah koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(9)

Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas

Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas

Dalam hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas, petugas Kepolisian

Negara Republik Indonesia wajib melakukan penanganan

Kecelakaan Lalu Lintas dengan cara :

a. mendatangi tempat kejadian dengan segera;

b. menolong korban;

c. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara;

d. mengolah tempat kejadian perkara;

e. mengatur kelancaran arus Lalu Lintas;

f. mengamankan barang bukti; dan

(10)

Pertolongan dan Perawatan Korban

(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor yang terlibat Kecelakaan

Lalu Lintas, wajib:

a. menghentikan Kendaraan yang dikemudikannya;

b. memberikan pertolongan kepada korban;

c. melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara Republik

Indonesia terdekat; dan

d. memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian

kecelakaan.

(2) Pengemudi Kendaraan Bermotor, yang karena keadaan

memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, segera melaporkan

diri kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat.

(11)

Bantuan Perusahaan

(1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c,

Pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib

memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya

pengobatan

dan/atau

biaya

pemakaman

dengan

tidak

menggugurkan tuntutan perkara pidana.

(2) (2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban

akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

229 ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau

Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada

korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan

tuntutan perkara pidana.

(12)

Ganti Kerugian

1) Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu

Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib

mengganti kerugian yang besarannya ditentukan

berdasarkan putusan pengadilan.

2) Kewajiban

mengganti

kerugian

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) pada Kecelakaan Lalu Lintas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2)

dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi

kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.

(13)

Asuransi Kecelakaan

1) Perusahaan

Angkutan

Umum

wajib

mengikuti program asuransi kecelakaan

sebagai wujud tanggung jawabnya atas

jaminan asuransi bagi korban kecelakaan.

2) Perusahaan

Angkutan

Umum

wajib

mengasuransikan orang yang dipekerjakan

sebagai awak kendaraan.

(14)

Keadaan Darurat

Setiap Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib

memasang segitiga pengaman, lampu isyarat

peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat

berhenti atau Parkir dalam keadaan darurat di

Jalan.

(15)

Sanksi

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

Bermotor yang tidak memasang segitiga

pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya,

atau isyarat lain pada saat berhenti atau Parkir

dalam keadaan darurat di Jalan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1) dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua)

bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00

(lima ratus ribu rupiah).

(16)

Isyarat Lain

Yang dimaksud dengan “isyarat lain” antara lain

lampu darurat dan senter.

Yang dimaksud dengan “keadaan darurat”

adalah Kendaraan dalam keadaan mogok,

Kecelakaan Lalu Lintas, dan mengganti ban.

(17)

Kondisi Darurat

Kecelakaan Lalu Lintas

Kondisi Darurat Kebakaran

Kebakaran kendaraan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang terkait faktor teknis kendaraan, faktor manusia maupun faktor muatan limbah B3 yang diangkut. Adapun penyebab kebakaran antara lain:

1. Kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan terbakarnya bahan bakar dan muatan yang bersifat mudah terbakar.

2. Ban gundul atau gesekan antara ban ganda.

3. Sistem listrik/elektrik, hubungan pendek akibat rusaknya isolator, atau hubungan antara kawat yang longgar.

4. Longgarnya penghubung bahan bakar dan kinerja sistem pembakaran bahan ba kar yang kurang bagus.

5. Sifat muatan limbah B3 yang mudah terbakar, reaktif, penyegelan yang kurang tepat atau berlebihan, atau kurangnya ventilasi udara dalam k argo muatan.

6. Kelalaian manusia (misalnya: merokok dalam radius kurang dari 8 meter dari muatan).

(18)

Kriteria Darurat

Tumpahan Limbah B3

Penanganan Darurat

Kriteria tumpahan limbah B3 yang dapat dikategorikan menimbulkan kondisi darurat adalah sebagai berikut:

• Jumlah tumpahan yang sangat besar (> 5 0 liter). • Sifat/karakteristik bahan beracun dan berba haya. • Dampak terhadap kesehatan dan lin gkungan.

• Dampak susulan yang berbahaya akibat tumpahan. • Jangka waktu dampak.

Pada saat menghadapi kondisi darurat karena tumpahan limbah B3, pengemudi melakukan langkah-langkah sebagai be rikut:

Melakukan identifikasi lokasi dan dampak tumpahan, apabila dampak tumpahan cukup luas, hubungi tim tanggap darurat.

Apabila dampak tumpahan dapat ditangani langsung, segera lakukan langkah-langkah penanganan langsung dengan peralatan yang tersedia.

(19)

 Mengisolasi area dengan memasang pita pembatas, rambu

portable, segitiga pengaman atau kerucut lalu lintas (traffic

cone).

 Mempersiapkan semua peralatan untuk penanggulangan

kebocoran,

seperti

serbuk

gergaji,

pasir,

atau

absorbent/bahan penyerap khusus.

 Mencari sumber tumpahan atau kebocoran dan segera

melakukan penanggulangannya secepat mungkin.

 Mengumpulkan tumpahan sebanyak mungkin untuk

mencegah mengalirnya tumpahan ke parit atau sungai,

terutama pada waktu hujan.

 Menyimpan bahan penyerap yang telah terkontaminasi ke

dalam

drum

yang

disegel/seal

atau

tangki,

lalu

memindahkannya ke tempat penyimpanan yang sesuai di

bawah arahan pengawas.

(20)

20

Kewajiban Kendaraan Bermotor yang mengangkut Barang Khusus

(pasal. 162 UU No. 22 Tahun 2009)

memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut;

diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang diangkut;

memarkir Kendaraan di tempat yang ditetapkan;

membongkar dan memuat barang di tempat yang ditetapkan dan dengan menggunakan alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut;

mendapat rekomendasi dari instansi terkait.

beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu Kamseltibcar LLAJ .

(21)

PERSYARATAN

KENDARAAN ANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

• Persyaratan Teknis dan Laik Jalan serta dilengkapi dengan Plakat, Nama Perusahaan, Jatidiri

pengemudi, kotak obat, alat pemadam kebakaran dan emergency call.

Persyaratan

umum

• Memenuhi aspek perancangan kendaraan • Memenuhi aspek konstruksi kendaraan

• Memenuhi aspek perakitan/pembuatan kendaraan • Memenuhi aspek modifikasi, reparasi dan

perawatan

Persyaratan

khusus

• alat komunikasi, lampu tanda bahaya, rambu

portabel, pedoman pengoperasian, dll. (sesuai jenis karakteristik bahan berbahaya)

Perlengkapan

keadaan

(22)

PERSYARATAN PENGAJUAN IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

A. Mengajukan Surat Permohonan yg Ditandatangani di atas Materai oleh Pimpinan Perusahaan [tgl surat ≤3 (tiga) hari dari tgl penyerahan surat]

(23)

PERSYARATAN PENGAJUAN IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

B. Melampirkan Berkas Persyaratan :

1. Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Perubahan Terakhir

2. Pengesahaan Badan Hukum Perusahaan dari instansi yang berwenang (Kementerian Hukum dan HAM)

3. Profil Perusahaan (Company Profile) & SOP (loading/unloading, operasional, tanggap darurat)

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan 5. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP)/SIUP

6. Surat Keterangan Domisili Perusahaan & Pool (tempat penyimpanan kendaraan) 7. Fotocopy STNK

8. Fotocopy Buku Uji

9. Foto Kendaraan Tampak Depan, samping & belakang dilengkapi dg plakat khusus 10.Daftar Pengemudi dan Pembantu Pengemudi yang memiliki kompetensi tertentu

sesuai sifat dan barang khusus yang diangkut 11.Surat Pernyataan Tertulis diatas materai

a. Kesanggupan untuk menjalankan kewajiban pemegang izin penyelenggaraan angkutan barang khusus

b. Keabsahan dokumen

c. Kesanggupan untuk melaporkan kegiatan pengangkutan barang khusus secara berkala

d. Kesanggupan untuk diinspeksi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kualitatif ini untuk mendeskripsikan kesulitan yang dialami peserta didik MTs Muhammadiyah 1 Malang serta upaya pemberian scaffolding dalam menyelesaikan masalah

Pada kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh lebih banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus atau sekonyong-konyong uterus ditekan maka janin akan melenting

Probabilitas hasil sebesar 0.000 atau 0% sedangkan tarif  = 5% dengan demikian [  = 0.000 <  = 0.050 ], sehingga dengan demikian Pendidikan Pelatihan

Menurut Luneta, et.al dalam Tanwey (2006: 110), penilaian kinerja dapat berbentuk (1) tes paper and pencil yang sasarannya adalah agar siswa dapat menampilkan

Tidak seharusnya kita menaruh syak terhadap Pemerintah (Pusat), yang kita tolak adalah sentralisme (sebagai konspirasi autokratik dari orang-orang berbagai Daerah dalam

Anda bisa mendapatkan informasi dan bantuan tentang produk dan layanan Dell dengan menggunakan sumber daya bantuan mandiri ini:.

Tujuan strategis Kemendiknas tahun 2010--2014 dirumuskan berdasarkan jenjang layanan pendidikan dan sistem tata kelola yang diperlukan untuk menghasilkan layanan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja, hal ini membuktikan dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.16