• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN AFFAL KULIT PERKAMEN SEBAGAI BAHAN BAKU CINDERAMATA DAN MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN AFFAL KULIT PERKAMEN SEBAGAI BAHAN BAKU CINDERAMATA DAN MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN AFFAL KULIT PERKAMEN SEBAGAI BAHAN BAKU CINDERAMATA DAN MENGURANGI DAMPAK

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Entin Darmawati 1), Sutopo 2) , Nuraini Indrati 2)

1) Staf Pengajar Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta

2) Staf Pengajar Program Studi Desain dan Teknologi Barang Kulit Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta Jl. Ring Road Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, 55188

Telepon: (0274) 383728, Fax: (0274) 383727 www.atk.ac.id E-mail: info@atk.ac.id

ABSTRACT

This study aims to harness the potential of parchment leather affal for raw materials of souvenir coloured with natural dyes. Materials used are parchment affal from sheep/goat, cow and buffalo skin for making puppet. This research used experiment method, consisting of three (3) stages: 1. Identification and inventory of parchment affal potential resulted from leather puppet - making; 2. Process of making souvenirs as accessories for women using natural coloring, with variations : Affal types of parchment ( sheep, cow , buffalo ); accessories design ( earrings;

necklace ; brooch ); coloring substance; 3. the color absorption and the potential added value of the affal parchment leather souvenirs. Independent variables (X1 = Affal parchment; X2 = accessories design; X3= natural dyes substances). Dependent Variables (Y1 = color absorption; Y2 = value - added value). Collected data were analyzed using ANOVA (Analysis Of Variance). Presentation of the data presented is in tables, graphs and images. Results of research show that potential of parchment affal from skin of sheep / goat of every crafter = 288.0 kg, cows 324.0 kg and buffalo 306.0 kg / year and 500.0 grams. Optimum product per affal producing earrings = 166 pieces ( sheep / goats ) ; Brooch = 278 pieces (cow) ; Necklace = 48 pieces (buffalo). Natural color absorption is affected by parchment skin histology. It can be concluded that parchment affal has feasibility to be used as raw material for women's accessories.

Keywords: affal, parchment leather; souvenir

INTISARI

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan potensi affal kulit perkamen untuk bahan baku pembuatan cinderamata motif sungging dengan pewarna alami. Bahan yang digunakan affal kulit perkamen domba; Sapi dan kerbau, sisa pembuatan wayang. Metode penelitian dengan percobaan, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu 1.Identifikasi dan inventarisasi potensi affal kulit perkamen sisa pembuatan wayang kulit; 2. Proses pembuatan cinderamata aksesoris wanita dari affal kulit perkamen tatah sungging pewarnaan alami, dengan variasi: (Jenis affal perkamen;

desain aksesoris; zat warna); 3. Daya serap warna dan nilai tambah potensi affal kulit perkamen untuk produk cinderamata. Variabel independen ( X1 = Jenis affal; X2= Desain aksesoris ; X3= Zat pewarna alami). Variabel dependen (Y1= daya serap warna; Y2= nilai tambah potensi affal kulit perkamen kelayakan produk. Data yang dikumpulkan dianalisis Anova (Analysis Of Variance) Hasil Penelitian menunjukan potensi affal kulit perkamen domba setiap perajin =288,0 kg; Sapi 324,0 kg dan kerbau 306,0 kg /pertahun. Hasil optimal yang didapat setiap 500,0 gram affal domba model anting-anting = 166 ps; affal sapi model bros =278 biji; affal kerbau model Kalung

= 48 Biji, daya serap warna alami dipengaruhi sifat histologi kulit perkamen. Dapat disimpulkan bahwa potensi affal kulit perkamen mempunyai kelayakan produk untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan cinderamata aksesoris wanita dan dapat mengurangi dampak pencemaran Lingkungan.

Kata Kunci : Affal, kulit perkamen; cinderamata

(2)

PENGANTAR

Sentra seni kerajinan kulit, dusun Pucung Imogiri, merupakan desa seni kerajinan kulit penghasil produk wayang kulit, sebagai budaya turun temurun masyarakat jawa yang hingga kini masih bertahan. Salah satu produk seni kerajinan yang terkenal, yang dimiliki oleh dusun ini, tidak hanya wayang tetapi produk lain berupa kap lampu, kipas, pembatas buku, tempat lilin, sketsel ruangan, dan lain-lain. Proses pembuatan wayang kulit menggunakan bahan baku kulit perkamen. Pengertian kulit perkamen adalah kulit mentah dengan proses metode pengeringan tanpa melalui proses kimiawi sehingga mendapatkan kulit dalam keadaan kondisi kering memenuhi syarat tertentu untuk bahan baku produk seni kerajinan, khususnya wayang. Hasil pengerjaannya menghasilkan sisa potongan kulit perkamen yang disebut affal. (Yu Shuxian, 2008: 1-6; Abrahart, 2005: 3-8; Zhang Xiaolei, 2008: 12)

Kulit perkamen yang berasal dari kulit hewan, contohnya domba yang dimasa hidupnya mempunyai histologi berpori-pori, bekas rambut yang seratnya lebat sehingga lobang pori-pori berjumlah banyak, dan warna kulitnya bersih putih, lembut dan transparan lembaran, kulit perkamen yang dari hewan sapi mempunyai histologi berpori-pori dan bekas rambut terlihat seratnya berwarna coklat, kulit lebih tebal, dan transparan di banding kulit perkamen domba. Kulit perkamen berasal dari hewan kerbau, bentuk lembaran mempunyai histologi berpori-pori jarang dari bekas rambut kerbau, terlihat serabut kulitnya lebih tebal, berwarna coklat gelap, dan transparan gelap disbanding kulit perkamen hewan sapi atau domba (Abrahart, 2005: 6-7; Covington, 2009: 1-15; Ding Zhiwen, 2008: 1-6).

Potensi limbah sisa potongan yang dihasilkan ini mempunyai peluang untuk bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku produk cinderamata, diantaranya pelengkap aksesoris busana wanita, yaitu anting-anting, kalung, dan bross.

Teknik tatah sungging dengan zat pewarna alami pada limbah kulit perkamen mempunyai nilai tambah, dapat meningkatkan nilai guna serta mengurangi pencemaran lingkungan (Lemmen, 1999: 4-6; Pitojo, 2009: 5-6;

Sastrawijaya,2009). Permasalahannya, adalah bagaimana cara pengelolaan affal

(3)

kulit perkamen dari proses pembuatan wayang kulit sehingga dapat dimanfaatkan sebagai potensi bahan baku aksesoris wanita, yang mempunyai nilai tambah, nilai guna dan secara tidak langsung mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.Identifikasi dan inventarisasi potensi affal kulit perkamen pembuatan wayang kulit sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aksesoris wanita; 2.mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembuatan aksesoris wanita dari bahan affal kulit perkamen dengan variasi jumlah kulit perkamen (domba, sapi, dan kerbau); variasi desain aksesoris (anting, kalung dan bross), dan jenis pewarna alami secang (caesalpinia sappan L), tingi(cereop candolleana L), kunyit(curcuma domestica Roxb)), dan 3. menguji daya serap dan nilai tambah potensi affal kulit perkamen, sehingga didapatkan produk yang kreatif, etnik, berkualitas, dan ramah lingkungan. Hasilnya diharapkan:1.memberikan salah satu peluang wirausaha baru dengan mengembangkan potensi kulit perkamen menjadi produk kulit khususnya, aksesoris wanita, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan potensi unggulan daerah dalam pengelolaan affal kulit perkamen dari pembuatan wayang; 2. sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan pemanfaatan affal kulit perkamen yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan dasar seni kerajinan kulit.;3.ebagai dasar pertimbangan kebijakan Pemerintah dalam mendukung/mendorong mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan mendukung timbulnya wirausaha baru, sehingga perlu adanya pembinaan pembuatan produk kulit dari bahan affal kulit perkamen.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Metode Penelitian Laboratorium dengan percobaan, langkah-langkah tahap pertama: Identifikasi dan inventarisasi jumlah potensi affal kulit perkamen dari hasil pembuatan wayang kulit di Sentra wayang didesa Pocung, Kabupaten Bantul; tahap kedua: Proses pembuatan cinderamata aksesoris wanita dari affal kulit perkamen tatah sungging dengan variasi: (1) Jenis affal perkamen (domba, sapi dan kerbau); (2) Desain Aksesoris (anting; kalung; bross); (3) Zat warna

(4)

(merah/secang;coklat/tingi, kuning/kunyit); tahap ketiga: pengujian daya serap warna terhadap waktu pencelupan dan nilai tambah potensi affal kulit perkamen untuk produk cinderamata aksesoris. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel independen ( X1 = Affal kulit perkamen; X2= desain aksesoris wanita dan X3= zat pewarna alami). Variabel dependen (Y1= daya serap warna;

Y2= nilai tambah potensi affal kulit perkamen untuk produk cinderamata aksesoris wanita). Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan Anova (Analysis Of Variance) digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, yang dipengaruhi atau akibatnya oleh variabel independen.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tahap Pertama

Identifikasi dan Inventarisasi Affal Kulit Perkamen Dan Pembahasan Hasil Proses pembuatan Wayang Kulit di Sentra Wayang Kulit Pocung Sentra wayang kulit desa Pocung, Bantul, Yogyakarta, berjumlah 350 perajin, dan yang masih aktif berjumlah 200 perajin dan sementara tidak aktif berjumlah 150 perajin dalam penelitian ini mengambil sampel 10 (sepuluh) perajin untuk mewakili sejumlah perajin di sentra wayang Pocung, untuk diambil sampel affal kulit perkamen hasil pembuatan wayang. Proses Pembuatan wayang kulit menggunakan bahan baku kulit perkamen dari hewan kambing,sapi dan kerbau.

Gambar 1. Identifikasi secara organoleptik kulit perkamen kambing (a), sapi (b) dan kerbau (c) bentuk lembaran sebagai bahan baku wayang kulit

(a) (b) (c)

(5)

Hasil identifikasi secara organoleptik, kulit perkamen mempunyai histologi hidupnya berpori-pori dan bekas rambut yang lebat, sehingga terlihat lobang pori-pori dan lembut penampilan warnanya, bersih putih dan transparan (lihat gambar 1a). Kulit perkamen berasal dari hewan sapi dalam bentuk lembaran (gambar 1.b), dapat dilihat penampilan kulitnya mempunyai pori-pori dan bekas rambut sapi, akan terlihat penampilan warnanya, seratnya berwarna coklat, kulit lebih tebal, dan transparan di banding kulit perkamen domba/kambing. Kulit perkamen berasal dari hewan kerbau dalam bentuk lembaran (gambar 1.c)), dapat dilihat penampilan kulitnya mempunyai pori-pori yang jarang bekas rambut kerbau, akan terlihat penampilan warnanya dan serabut kulitnya berwarna coklat gelap, kulit dan seratnya lebih tebal dan transparan gelap dari pada kulit perkamen berasal dari hewan sapi dan kambing/domba, dan masing-masing mempunyai perbedaan ketebalannya dan luas kulit serta warna kulit perkamen, sehingga kalau digunakan untuk bahan baku cinderamata aksesoris wanita dengan motif tatah sungging akan memperlihatkan perbedaan dalam hal pengerjaannya serta penampilanya yang masing-masing mempunyai cirri-ciri yang khas dan spesifik.

Gambar 2. Affal kulit perkamen domba (a); Kerbau (b) dan Sapi (c)

Hasil inventarisasi, pada proses pembuatan wayang kulit dari bahan baku kulit perkamen domba, sapi, dan kerbau, menghasilkan limbah padat yang dinamakan affal kulit perkamen. Ukuran affal kulit perkamen sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh barang jadi yang akan dibuatnya, sehingga ukuran affal tergantung desain barang jadi yang dibuat. Potensi affal kulit perkamen kambing/sapi/kerbau dari para perajin Pocung, diambil 10 (sepuluh) perajin yang

(a) (b) (c)

(6)

mewakili pembuatan wayang kulit, affal atau limbah padatnya di identifikasi dan inventarisi dalam jumlah (kg) per hari/bulan/tahun. (Lihat tabel 1).

Tabel 1. Hasil Inventarisasi potensi affal kulit Perkamen Kambing/sapi/kerbaudari Perajin Pocung

No. Kode

(Perajin)

Jumlah (Kg) Affal/hari

Jumlah (Kg) Affal/bulan

Jumlah (Kg) Affal/tahun

1. A1 0,10 3,0 36,0

2. A2 0,25 7,5 90,0

3. A3 0,25 7,5 90,0

4. A4 0,15 4,5 54,0

5. A5 0,25 7,5 90,0

6. A6 0,30 9,0 108,0

7. A7 0,25 7,5 90,0

8. A8 0,20 6,0 72,0

9. A9 0,30 9,0 108,0

10. A10 0,10 3,0 36,0

Jumlah = 2,15 64,5 684,0

Rata2 = 0,22 6,5 68,4

*) Kode A: Nama Perajin , Sumber : Sentra wayang kulit, Pocung, Wukirsari, Kab. Bantul, 2013.

Bahan affal yang dihasilkan dari 10 (sepuluh) perajin wayang kulit, di Sentra Pocung, pada tabel 1, terlihat bahwa dapat menghasilkan affal per hari, berjumlah = 2,15 kg atau 0,22 kg atau 220 gram perhari/perajin; jika dikumpulkan per bulan 64,5 kg atau 6,5 kg / per-perajin, dilakukan pengulangan 6 kali pengamatan setiap perajin, sehingga di estimasikan jumlah perhari 0,22 kg/perajin, dapat diestimasikan rata-rata perbulan 6,5 kg/perajin dan rata-rata pertahun 68,4 kg/perajin pengamatan sejumlah 10 (sepuluh) perajin dapat menghasilkan rata-rata per tahun 684,0 kg, menunjukan mempunyai peluang dan berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan cinderamata, khususnya aksesoris wanita antara lain Anting-anting,bros, dan kalung (lihat gambar 1)

Gambar 3. Hubungan jumlah affal kulit perkamen dari hewan domba/sapi/kerbau terhadap potensi per hari

2,4 2,6 2,8 3 3,2

D S K

Domba Sapi Kerbau

(7)

Hasil potensi affal kulit perkamen yang berasal dari hewan kambing/domba/sapi dan kerbau, terlihat bahwa potensi affal dari kulit perkamen sapi paling banyak jumlahnya, yaitu 0,3 kg/perhari atau 8,7/per bulan dan 108 kg/pertahun, sedangkan affal kulit perkamen kerbau 0,28 kg/perhari atau 8,5 kg/per bulan dan 102 kg/pertahun dan affal kulit perkamen kambing/domba 0,26 kg/perhari; 8,0 kg per bulan dan 96 kg per tahun, lihat gambar 3.

Gambar 4. Hubungan jumlah affal kulit perkamen dari hewan kambing/sapi/kerbau terhadap potensi per bulan

Dalam menunjang ekonomi kreatif apabila ditangani dengan baik dan benar, potensi limbah sejumlah = 6,5 kg/perajin per bulan dikalikan perajin yang aktif 200 perajin disentra Pocung, jumlahnya menjadi = 1300 kg/per bulan, kalau dikelola dengan benar merpakan sumber yang potensial mempunyai peluang nilai tambah, dan nilai guna, serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau menunjang pertumbuhan dan pengembangan UKM perkulitan. Tetapi kalau affal atau limbah padat kulit perkamen tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan. Potensi affal pertahun yang dihasilkan, dapat dilihat gambit 5 berikut ini.

7,6 7,8 8 8,2 8,4 8,6 8,8

D S K

Domba Sapi Kerbau

(8)

Gambar 5. Hubungan jumlah affal kulit perkamen dari hewan kambing/sapi/kerbau terhadap potensi per tahun.

Hasil potensi affal kulit perkamen yang berasal dari hewan domba/sapi dan kerbau, (lihat tabel 2) terlihat bahwa potensi affal dari kulit perkamen sapi paling banyak jumlahnya yaitu 0,9 kg/perhari atau 2,6 kg/per bulan dan 324,0 kg/pertahun, selanjutnya affal kulit perkamen kerbau 0,85 kg/perhari atau 25,5 kg/per bulan dan 306,0 kg/pertahun dan affal kulit perkamen kambing/domba 0,8 kg/perhari; 24,0 kg per bulan dan 288,0 kg per tahun Penimbangan affal kulit perkamen untuk aksesoris wanita berasal dari hewan kulit domba, kulit sapi, dan kulit kerbau, tiap perlakuan dilakukan penimbangan sejumlah 500,0 gram dan dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali.

Tabel 2. Hasil per hari/bulan/tahun Potensi affal kulit perkamen dari hewan domba/sapi /kerbau per perajin

Kode Kulit Perkamen

Jumlah Affal Per hari (Kg)

Jumlah Affal Per bulan(Kg)

Jumlah Affal Per tahun(Kg)

X1.1 Domba 0,80 24 ,0 288,0

X1.2 Sapi 0,90 26,0 324,0

X1.3 Kerbau 0,85 25,5 306,0

*) Kode X1.1= Kulit perkamen kambing/domba;X1.2= Kulit perkamen sapi; X1.3= Kulit perkamen kerbau.

Hasil Potensi affal kulit perkamen dari hewan domba/kambing dari proses pembuatan wayang menghasilkan rata-rata per hari= 0,80 kg/perajin, dan dilakukan pengulangan 6 kali untuk 10 (sepuluh) perajin dan diestimasikan untuk perbulan dan pertahun, sehingga diestimasikan untuk 200 perajin, akan berjumlah 160 kg/perhari dan pertahun berjumlah = 1.920 kg, jumlah yang relative banyak,

90 95 100 105 110

D T K

Domba Sapi Kerbau

(9)

berpotensi sebagai bahan baku pembuatan cinderamata aksesoris wanita. Hasil Potensi affal kulit perkamen dari hewan sapi dari proses pembuatan wayang menghasilkan rata-rata per hari= 0,90 kg/perajin, kalau dikalikan 200 perajin, akan berjumlah 180 kg/perbulan dan pertahun berjumlah = 2.160 kg, jumlah yang relative banyak dan sangat berpotensi, berpotensi sebagai bahan baku pembuatan cinderamata aksesoris wanita. Hasil Potensi affal kulit perkamen dari hewan kerbau dari proses pembuatan wayang menghasilkan rata-rata per hari= 0,85 kg/perajin, kalau dikalikan 200 perajin, akan berjumlah 170 kg/perbulan dan pertahun berjumlah = 2.140 kg, jumlah yang relative banyak, berpotensi sebagai bahan baku pembuatan cinderamata aksesoris wanita.

2.Tahap Kedua

Proses Pembuatan Aksesoris wanita motif tatah sungging dengan pewarna alami dari affal kulit perkamen dan Pembahasan

a. Hasil Pembuatan Aksesoris wanita (Anting/bros/kalung)

Hasil affal kulit perkamen yang sudah dikumpulkan dan ditimbang sejumlah 500,0 gram atau 0,5 kg, selanjutnya dilakukan pengelompokan berdasarkan luas affal kulit perkamen, dan sebelumnya sudah direncanakan pembuatan desain Aksesoris wanita dengan motif tatah sungging : 1. Pembuatan aksesoris wanita anting-anting; 2. Pembuatan aksesoris wanita bros; dan 3.

Pembuatan aksesoris wanita kalung

Gambar 6. Hasil Proses pewarnaan Affal kulit perkamen Aksesoris wanita Anting(a), Bross (b), Kalung pewarna Alami

(a) (b) (c)

(10)

Hasil pembuatan cinderamata aksesoris wanita dari bahan affal kulit perkamen Domba/sapi/kerbau dalam jumlah 500,0 gram dapat di desain menjadi beberapa aksesoris wanita, contohnya pada (gambar 6). Desain anting dengan motif sungging memerlukan berat 1,5 gram dari affal kulit perkamen domba/kambing, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 332 biji Anting atau 166 pasang anting. Desain anting dengan motif sungging memerlukan berat 1,8 gram dari affal kulit perkamen sapi, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 278 biji atau 139 pasang anting. dan untuk desain anting dengan motif tatah sungging memerlukan berat 2,0 gram dari affal kulit perkamen kerbau, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 250 biji atau 125 pasang (gambar 6a)

Aksesoris wanita bentuk bros dari affal kulit perkamen dalam jumlah 500,0 gram dapat di desain menjadi beberapa bros contohnya pada (gambar 6b).

Desain Bros dengan motif tatah sungging memerlukan berat 3,5 gram dari affal kulit perkamen domba/kambing, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 143 Bros. Desain Bros dengan motif tatah sungging memerlukan berat 3,8 gram dari affal kulit perkamen sapi, jadi kalau 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 132 bros, dan untuk desain bros dengan motif tatah sungging memerlukan berat 4,0 gram dari affal kulit perkamen kerbau, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 125 bros.

Aksesoris wanita bentuk kalung dari affal kulit perkamen dalam jumlah 500,0 gram dapat di desain menjadi beberapa kalung contohnya pada (gambar 6.c). Desain kalung dengan motif tatah sungging memerlukan berat 10,0 gram dari affal kulit perkamen domba/kambing, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 50 kalung. Desain Bros dengan motif tatah sungging memerlukan berat 12,0 gram dari affal kulit perkamen sapi, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 42 kalung, dan untuk desain kalung dengan motif tatah sungging memerlukan berat 15,0 gram dari affal kulit perkamen kerbau, jadi berat 500,0 gram mendapatkan kurang lebih sejumlah 33 kalung.

(11)

b. Penerapan Pewarna alami pada affal kulit perkamen pada aksesoris wanita motif tatah sungging terhadap daya serap warna

Tabel 3. Hasil warna dari proses Pencelupan pada kulit Perkamen kambing/domba, sapi, dan kerbau

Penerapan pewarna alami pada affal kulit perkamen dengan pewarna secang (Caesalpnia sappan L) waktu pencelupan 1 jam (merah); 12 jam(merah violet) dan 24 (violet-coklat)kepekatan tan larutan warna 1,8oBe. Kunyit (Curcuma domestica Roxb) waktu pencelupan 1 jam (kuning-muda); 12 jam (kuning), dan 24 jam (kuning-orange) dengan kepekatan larutan warna 2,2 oBe.

Pewarna Tingi (Cereop candolleana L) waktu pencelupan 1 jam (Kuning coklat), 12 jam (coklat), 24 jam (coklat-tua) dengan kepekatan larutan warna 2,5 oBe (tabel 3).

3.Tahap Ketiga

a.Daya serap zat Pewarna alami pada affal kulit Perkamen

Hasil daya serap zat pewarna secang, bentuk anting pada kulit perkamen kambing dengan pemcelupan satu (1) kali 24 jam, warna sudah masuk dan ditandai sisa cairan sudah bening; Daya serap zat pewarna secang pada Kulit perkamen sapi, memerlukan waktu pencelupan satu (1) kali 24 jam, sisa cairan warna baru jernih. Daya serap warna secang dan kulit perkamen kerbau, dengan pencelupan satu (1) kali 24 jam. sisa cairan warna baru jernih. Perbedaan hasil penyerapan zat warna secang memberikan warna yang berbeda ini disebabkan struktur anatomi dan histologi, dimana serat kerbau lebih kasar dibanding kulit sapi dan kambing, juga dipengaruhi oleh banyaknya serabut yang ada dikulit

Kode Zat Pewarna

Kepekatan (oBe)

Pencelupan (1jam)

Pencelupan (12 jam)

Pencelupan (24 jam)

X3.1 Secang 1,8 Merah Merah-violet Violet-coklat

X3.2 Kunyit 2,2 Kuning-

muda

kuning Kuning-

orange

X3.3 Tingi 2,5 Kuning-

coklat

coklat Coklat-tua

(12)

hewan tersebut sangat berpengaruh masuknya/penetrasi zat pewarna kedalam kulit perkamen tersebut.

Daya serap zat pewarna akan menghasilkan perbedaan dari kulit perkamen tersebut. Penampilan warna dari zat pewarna secang pada kerbau lebih muda merah; merah-violet pada kulit perkamen sapi dan yang warna lebih gelap yaitu merah-coklat adalah kulit perkamen domba/kambing.

Hasil Pewarnaan pada cinderamata bentuk bros dari kulit perkamen kerbau; Kulit perkamen sapi dan kulit perkamen kambing/domba, dengan pewarna secang (Caesalpinia sappan L), dengan 1(satu) kali pencelupan waktu 1 x 24 jam, ternyata memberikan warna yang berbeda ini disebabkan adanya perbedaan anatomi dan histologi, dimana serat kerbau lebih kasar dibanding kulit sapi dan kambing, juga dipengaruhi oleh banyaknya serabut yang ada dikulit hewan tersebut sangat berpengaruh masuknya zat pewarna kedalam kulit perkamen tersebut dan memberikan warna dari merah; merah –violet dan merah coklat.

Hasil Pewarnaan secang, kunyit, dan tingi pada kulit perkamen kerbau bentuk kalung; Kulit perkamen sapi dan kulit perkamen kambing/domba dengan 1(satu) kali pencelupan waktu 1 x 24 jam, ternyata memberikan warna yang berbeda ini disebabkan adanya perbedaan anatomi dan histologi, dimana serat kerbau lebih kasar dibanding kulit sapi dan kambing, juga dipengaruhi oleh banyaknya serabut yang ada dikulit hewan tersebut sangat berpengaruh masuknya zat pewarna kedalam kulit perkamen tersebut dan memberikan warna dari merah (secang), warna kuning (Kunyit) dan warna coklat (Tingi), dan perbedaan daya serap zat pewarna.

(13)

b.Nilai tambah potensi affal kulit perkamen untuk pembuatan cinderamata (anting,kalung,bross)

Tabel 4. Nilai Tambah Potensi Affal Untuk Produk Cindermata Aksesoris wanita

Desain (Model)

Zat Pewarna Berat (per biji)

Jumlah Per 500 gram

Jumlah pasang /perbiji Anting Secang 1,5 333 166 ps Anting Tingi 1,8 278 139 ps Anting Kunyit 2,0 250 125 ps

Bross Secang 3,5 143 143 bj Bross Tingi 3,8 278 278 bj Bross Kunyit 4,0 125 125 bj Kalung Secang 10,5 48 48 bj Kalung Tingi 10,8 45 45 bj Kalung Secang 11,0 40 40 bj

*) Catatan Pengulangan 3 kali.

Potensi affal kulit perkamen domba/kambing setiap perajin menghasilkan rata-rata perhari sejumlah 0,8 kg/perhari; 24 kg /perbulan dan 288 kg per tahun, dimanfaatkan sebagai bahan baku cindermata akssesoris anting analisis sejumlah 0,8 kg/perhari atau 800,0 gram menjadi produk aksesoris sejumlah : 800,0 gram : 1,5 gram = 532 Biji anting atau 266 pasang anting. Potensi affal kulit perkamen Sapi setiap perajin menghasilkan rata-rata perhari sejumlah 0,9 kg/perhari; 26 kg /perbulan dan 324 kg per tahun, dimanfaatkan sebagai bahan baku cindermata untuk analisis sejumlah 0,9 kg/perhari atau 900,0 gram menjadi produk aksesoris sejumlah : 800,0 gram : 1,8 gram = 444 Biji anting atau 222 pasang anting.

Potensi affal kulit perkamen Kerbau setiap perajin menghasilkan rata-rata perhari sejumlah 0,85 kg/perhari; 25,5 kg /perbulan dan 306,0 kg per tahun, dimanfaatkan sebagai bahan baku cindermata untuk analisis sejumlah 0,85 kg/perhari atau 850,0 gram menjadi produk aksesoris sejumlah : 850,0 gram : 2 gram = 424,0 Biji anting atau 212 pasang anting. Hasil produk cinderamata aksesoris wanita anting dengan berat 500,0 gram menghasilkan = 166 ps (Kulit perkamen domba/kambing; 139 ps (kulit perkamen sapi); 125 ps (kulit perkamen kerbau).

(14)

Perhitungan contoh : kelayakan produk anting akan menghasilkan : 0,8 kg affal kulit perkamen domba/kambing = 800 gram : 1,5 gram/perbiji = 534 biji

atau 266 pasang; sehingga menunjang ekonomi kreatif dan peluang wirausaha baru.

KESIMPULAN

Berdasar hasil penelitian, pembahasan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan :

1. Hasil identifikasi dan inventarisasi affal kulit perkamen di Sentra industri Pocung, Wukirsari, Kab. Bantul, dari hasil pembuatan wayang kulit setiap perajin rata-rata menghasilkan affal kulit perkamen domba = 0,80 kg/ perhari;

24,0 kg/ perbulan; 288,0 kg/pertahun; affal kulit perkamen sapi= 0,90 kg/

perhari; 26,0 kg/ perbulan; 324,0 kg/pertahun; affal kulit perkamen kerbau = 0,85 kg/ perhari; 25,5 kg/perbulan; 306,0/pertahun, sehingga sangat berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku cinderamata.

2. Hasil pemanfaatan kulit perkamen affal untuk pembuatan cinderamata aksesoris wanita menghasilkan jumlah maksimal dari berat 500,0 gram menghasilkan produk anting-anting jumlah = 166 pasang (Domba/kambing);

produk Bross jumlah = 278,0 biji (sapi); Produk Kalung jumlah = 48,0 biji (domba/kambing).

3. Daya serap zat pewarna pada kulit perkamen ternyata sangat dipengaruhi sifat histologi kulit domba, sapi,kerbau dan waktu pencelupan warna, potensi affal untuk kelayakan produk cinderamata ternyata mempunyai nilai tambah dan nilai guna,menunjang ekonomi kreatif dan peluang usaha baru dan dapat mengurangi dampak pencemaran Lingkungan.

SARAN

Perlu dikembangkan produk-produk cindermata yang lebih kreatif dan inovatif sehingga bisa menunjang bidang pariwisata, sebagai unggulan potensi daerah.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abrahart, E.N, 2005. Dyes and Their Intermeiates, Secon Edition, London, Edward Arnold.

Covington, D, Anthony, 2009, Tanning Chemistry, Cambridge : The Royal Society of Chemistry.

Ding Zhiwen, 2008, Reuse Technology of Leather Wastes, China, China Leather

& Footwear industry Research Institute.

Lemmens dan Wulijarni, S, 1999, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, Cetakan 1, Bogor, PT. Balai Pustaka (Persero) dan Prosea Indonesia.

Pitojo, Setojo, dan Zumiati, 2009, Pewarna Nabati Makanan, cetakan ke-5, Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sastrawijaya, 2009. Pencemaran Lingkungan, Cetakan 2, Jakarta : PT. Asdi Mahasatwa.

Yu Shuxiant, 2008, Clean Technology And Theory Of Leather Manufacturing, China, China Leather & Footwear Industry Research Institute.

Zhang Xiaolei, 2008, Ecological Tecnology of Leather Manufacture, China , China Leather & Footwear Industry Research Institute.

Gambar

Gambar 1. Identifikasi secara organoleptik kulit perkamen kambing (a), sapi (b)  dan kerbau (c) bentuk lembaran sebagai bahan baku wayang kulit
Gambar 2. Affal kulit perkamen domba (a); Kerbau (b)                                                           dan Sapi (c)
Tabel 1. Hasil Inventarisasi potensi affal kulit Perkamen   Kambing/sapi/kerbaudari Perajin Pocung
Gambar 4.  Hubungan  jumlah  affal kulit perkamen dari hewan  kambing/sapi/kerbau terhadap potensi per bulan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar menggunakan

Berdiri tegak bertumpu pada kedua kaki menghadap ke net, kedua tangan diletakkan di depan dada dan telapak tangan posisi membuka. Sikap awal untuk menentukan efisiensi gerakan

bahwa kain uji mempunyai anyaman keper lusi 2 1 ¿ karena memiliki ciri-ciri : Pada kain terlihat garis miring yang tidak putus-putus, garis miring berjalan ke arah kiri

Dari beberapa hasil penulisan tersebut sangat berbeda dengan yang akan penulis teliti saat ini, yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Berdirinya Yayasan Pondok

1. Jumlah serangga sasaran yang sempit dapat menyebabkan insektisida kimiawi menjadi pilihan untuk menanggulangi masalah serangga hama. thuringiensis harus dilakukan

Sudah banyak program pemerintah untuk menanggulangi dan mengurangi dampak dari banjir lahar di Kecamatan Cangkringan, Namun yang terjadi di masyarakat adalah

Pada wilayah dengan ketinggian lebih dari 400 m dpl jumlah keragaman spesies dalam plot area persawahan lebih tinggi dibandingkan pada wilayah dataran rendah..

Hasil dari penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh Mardisar dan Sari (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan