PEMERIKSAAN KLINIS PADA KUCING Kelompok 9
Lola Adriana N
1(O11114003), Muthia Milasari (O11114010), Ririwan D.A Massale (O11114504), Riswulan (O11111253)
Asisten : Faradhillah Nur Aliah
2
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Korespondensi penulis : lola.adrianan96@gmail.com ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada kucing.
Kemudian mempraktekkan tata cara atau tahapan pemeriksaan fisik untuk menemukan atau mengenali gejala-gejala penyakit. Sebelum melakukan pemeriksaan, didahului dengan melakukan sinyalemen dan anamnesa dengan keterangan dari klien. Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat dignostik lain. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berbagai macam peralatan dalam mendiagnosa penyakit antara lain timbangan, thermometer, penlight, reflex hammer, dan stethoscope. Praktikum dilaksanakan di Klinik Pendidikan Hewan Unhas dengan menggunakan hewan objek kucing. Yang diamati pada kucing dalam praktikum ini berpedoman pada rekam medik atau Physical Examination Form yang telah disiapkan yang berisi data-data umum hingga khusus yang menunjang diagnosis klinik.
Kata kunci : Anamnesa, diagnosis klinik, kucing, pemeriksaan klinis, sinyalemen PENDAHULUAN
Keberadaan kucing dapat membantu mendidik anak, seperti berada di dekat binatang tersebut untuk melakukan observasi, memberikan perhatian, dan menghargai sifat mandiri. Kalau melihat dari sejarahnya, manusia memelihara kucing sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu kala. Zaman dahulu, kucing hanya dijadikan sebagai “satpam” gudang / lumbung gandum dan serangga (Suwed dan Budiana, 2012).
Masyarakat dunia yang memelihara kucing sangat banyak, termasuk di Indonesia. Awal mula orang memelihara kucing belum di ketahui secara pasti kapan dan di mana. Namun demikian, sejarah
peradaban Mesir kuno menemukan bukti bahwa kucing di duga telah didomestikasikan sejak tahun 8000 SM.
Budaya Mesir kuno menganggap bahwa kucing merupakan penjelmaan dan dewa.
Hubungan antara manusia dan kucing terjadi ketika manusia sudah hidup bertani.
Bukti bahwa saat itu sudah di domestikasi adalah dengan ditemukannya kuburan manusia bersama kucing dalam satu tanah di pulau Cypruss, yang diperkirakan dikubur pada tahun 6000 SM. Selain itu ditemukan pula tulang kuburan pada kuburan manusia pada tahun 6700 (Sulaiman, 2010).
Sama dengan hewan lainnya,
kucing juga memiliki sejarah yang
panjang. Tidak diketahui secara pasti dimana kucing mulai didosmetikasi. Orang mesir kuno yang kaya dengan budaya menganggap kucing sebagai penjelmaan dewa. Hubungan kucing dan manusia diduga sejak 8000 SM ketika manusia hidup mengembara (berpindah-pindah), mulai menetap, dan bertani (Susanty, 2004).
Tahun 1800-an kembali ditemukan kuburan atau tepatnya situs yang berisi 300.000 mumi kucing dalam keadaan masih utuh. Hal tersebut menandakan bahwa dahulu kucing merupakan hewan istimewa. Orang Mesir kuno telah menganggap kucing sebagai penjelmaan dewi Bast atau Bastet atau Thet, yakni salah satu tokoh dari mitologi Mesir yang tugasnya menjaga tempat. Pada zaman tersebut, hukuman bagi mereka yang membunuh kucing adalah hukuman mati (Suwed dan Rodame, 2011).
Awalnya kucing berasal dari alam liar, lalu perlahan-lahan mengalami proses domestikasi. Kini, kucing menjadi hewan peliharaan yang sangat dekat dengan manusia. Bahkan di negara maju kucing sudah banyak dipertandingkan dalam ajang cat show (Suwed dan Rodame, 2011).
Miacis dipercaya sebagai nenek moyang kucing, selain nenek moyang anjing dan beruang. Binatang liar yang memiliki rupa mirip musang ini hidup pada masa Eosen sekitar 50 juta tahun silam.
Selanjutnya, miacis mengalami evolusi menjadi berbagai keturunan kucing.
Adapun perkembangan evolusi keluarga kucing terbagi dalam tiga kelompok, yaitu Panthera, Acinonyx, dan Felis. Felis adalah sejenis kucing kecil, salah satunya African Wild Cat (Felis sylvestris) yang kemudian berkembang menjadi kucing modern. Kini, kucing menjadi hewan peliharaan yang sangat dekat dengan manusia. Bahkan di negara maju kucing sudah banyak dipertandingkan dalam ajang cat show (Suwed dan Rodame, 2011).
Kucing termasuk salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1%
dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung.
Kucing mengalami domestikasi begitu sempurna dan mampu berhubungan erat dengan manusia. Secara umum jenis kucing dikelompokkan berdasarkan bulunya, yaitu short hair, medium hair, dan long hair (Suwed dan Rodame, 2011).
Untuk menentukan diagnosis penyakit suatu hewan perlu diketahui terlebih dahulu rekam medik dan ciri-ciri fisik normalnya, sebelum kemudian dilakukan pemeriksaan fisik yang memerlukan instrumen penunjang. Dalam laporan ini akan di bahas lebih lanjut mengenai metode pemeriksaan klinis kucing dan alat-alat diagnostik beserta fungsi dan cara penggunannya berdasarkan hasil praktikum.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Taksonomi Kucing
Taksonomi adalah sistem hirarkis
untuk pengklasifikasian dan
mengidentifikasi organisme. Sistem ini dikembangkan oleh Ilmuwan Swedia, Carlos Linnaeus, pada abad ke-18. Ada tujuh kategori utama, yaitu kingdom, filum, kelas, ordo, family, genus, dan spesies. Taksonomi kucing memiliki nama ilmiah Felis catus secara lengkap adalah sebagai berikut (Sawed dan Rodame, 2010):
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Family : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis catus
Sedangkan tiga spesies kucing menurut The Opinion 2027 (Vol 60, part 1, Bulletin of Zoological Nomenclatur, March 31
st, 2003) The International Commission on Zoological Nomenclatur adalah (Sulaiman, 2011) :
1. Felis silvetris silvetris : kucing liar Eropa
2. Felis silvetris Ilybica : kucing liar Afrika
3. Felis silvetris catur : kucing domestik.
Yang termasuk dalam golongan kucing domestik ialah kucing hasil evolusi kucing liar yang beradaptasi dengan lingkungan dekat manusia sepanjang ribuan tahun usia kehidupan. Proses adaptasi ini menghasilkan jenis kucing yang berbeda di berbagai wilayah. Untuk menyatakan perbedaan berbagai kucing domestik, maka muncul lah nama ilmiah spesifik pada tingkat penjenjangan subspecies berdasarkan ciri dominan khas yang terdapat pada golongannya, seperti (Sulaiman, 2011) :
1. Felis sisvetris catus anura – Manx (dari Isle of Man, Irlandia)
2. Felis sisvetris catus siamensis – Siamese (dari Siam)
3. Felis sivestris catur cartusenensis – Chartreux (dari Perancis)
4. Fekis sivestris catus agrorentis – Turkish Angora (dari Turki)
5. Felis sivestris catur persica – Pesian atau kucing Persia (dari Persia)
2.Cara Pemeriksaan Klinis pada Kucing Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indra pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan). Untuk lebih jelasnya tata cara tersebut diuraikan dibawah ini (Widodo et al., 2011):
- Inspeksi atau peninjauan atau pemantapan dapat dilakukan dengan cara melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang secukupnya sebelum hewan di dekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang di inspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala, leher, badan samping kiri dan kanan, belakang
dan kaki-kaki/extremitas, aspek kulit, aspek rambut, orifisium eksternum mulut, anus, vulva/vagina atau preputium. Ketegasan (konformitas) dan kompaksitas dari pertulangan juga dapat ditemukan dengan cara inspeksi ini.
- Palpasi atau perabaan dapat dilakukan dengan tangan. Di setiap bagian-bagian ragawi baik bagian tengkorak, leher, bagian rongga dada atau thorax, bagian perut atau abdomen, bagian panggul atau pelvis dan alat gerak atau ekstremitas dapat di nilai kualitasnya dengan cara palpasi. Untuk ragawi bagian luar dapat diperiksa adanya pulsus-pulsus arteri subkutanea, kelenjar getah bening atau limfonodus, trachea, pertulangan dada (ossa costae), lekuk liku pertulangan kaki-kaki, dan konformitas tulang dahi dengan mudah di palpasi.
- Perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk mengelurkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi ini adalah mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa. Perkusi diarahkan atau diletakkan pada bidang datar di daerah yang dipenuhi udara pada bagian bawahnya. Daerah yang di bawahnya banyak ditemukan udara adalah sinus-sinus hidung, rongga dada sepertiga bagian bawah, daerah abdomen bagian mesogastrikus, serta daerah abdomen bagian usus-usus kecil.
Pantulan balik gema yang diperoleh dari hasil ketukan dibandingkan terhadap denting atau gema ketukan yang ditimbulkan oleh pleximeter. Pantulan balik gema dapat meredup atau dapat nyaring dipertinggi jika dibandingkan dengan gema perkusi.
- Auskultasi atau mendengar dilakukan
dengan mendengarkan suara yang
ditimbulkan oleh kerja organ baik pada
saat sehat fungsional maupun pada
kasus-kasus terntentu. Auskultasi dapat
dilakukan dengan cara langsung, yaitu
telingan diletakkan di atas daerah atau
organ yang di duga mengeluarkan suara
yang dimaksud, atau dengan cara tidak
langsung dengan menggunakan stetoskop. Suara yang dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat berasal dari gerak paru-paru pada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara katub- katub jantung, suara peristaltik lambung, dan suara peristaltik usus- usus.
- Mencium atau membaui, dimaksudkan untuk mengetahui perubahan aroma atau bau yang ditimbulkan atau dikeluarkan dari lubang umlah hewan yang nantinya akan dapat menuntun pemeriksa fisik hewan pada kejadian penyakit tertentu. Bau yang biasa diperiksa pada hewan yaitu bau urin, bau mulut, dan bau feses.
- Mengukur dan menghitung, dengan cara mengukur dan menghitung secara kuantitatif menggunakan satuan-satuan yang lazim untuk pengukuran atau perhitungan, yaitu kali per menit dan derajat celcius.
- Pungsi pembuktian atau proof punctio merupakan uatu tindakan medik untuk mendapatkan ketegasan tunggal dari beberapa kemungkinan yang didapat dari inspeksi dan palpasi sebelumnya.
- Pemeriksaan dengan alat diagnostik lain. Pada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat endoskopi (laringoskopi, bronchoskopi, retroskopi), Ultrasonografi, X-Ray.
Elektrokardiografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography Scanning (CT Scan). Untuk mendapatkan kualitas organ-organ yang lebih lembut dibandingkan pelacak pembuluh dalam organ atau sistem ragawi seperti misalnya : angiografi, bronkhosgrafi, urografi, dan sebagainya.
3. Interpretasi Pemeriksaan Klinis 3.1 Inspeksi
a. Adaptasi Lingkungan
Perilaku yang normal dapat dinilai termasuk perubahan dalam:
1. tingkat aktivitas atau melakukan kegiatan seperti melompat, bermain. Termasuk dengan kotak sampah. Kesulitan dalam
menggunakan kotak sampah dapat perilaku yang tidak semestinya.
2. Selera, perilaku makan dan minum.
3. Mobilitas umum, seperti gerakan, fluiditas gerakan, dan postur tubuh. Hal ini berlaku terutama untuk menemukan masalah pada muskuloskeletal. Mencakup manifestasi gerakan memanjat, melompat. Jika abnormal sangat mungkin bahwa terjadi gangguan pada sendi pada kucing dan karena menyebabkan nyeri. Dari per prospektif perilaku, perubahan
mobilitas umum dapat
dikategorikan aktivitas normal jika dipandang sebagai pengkondisian diri atau perilaku menghindar. Dalam situasi tertentu mengurangi keinginan untuk melompat ke atas atau bawah dan frekuensi melompat
dapat meminimalkan
ketidaknyamanan yang dialami kucing (Rodan et Sarah, 2016).
Mengevaluasi emosi, ekpresi kucing dan reaksi yang ditimbulkan, dapat dinilai dengan melibatkan dan mengukur sejumlah perilakunya. Aspek bahasa tubuh kucing yang perlu diperhatikan antara lain (Anonim, 2011):
• Mata
• Telinga
• Ekor
• rambut
• Kumis
• Postur badan
• Vokalisasi (jika ada yang terjadi) Beberapa kucing mungkin mengirim sinyal campuran dan tampak bertentangan dalam bahasa tubuh mereka. Jika hal ini terjadi, akan lebih baik untuk menilai kucing berdasarkan bahasa tubuh lebih cemas atau agresif (Anonim, 2011).
Bahasa tubuh dari kucing yang malu-
malu atau kucing yang sedang takut
adalah kucing akan menekuk kaki
belakangnya atau berjongkok
merangkak untuk kelihatan lebih kecil.
Ekor sering terselip melilit pada kaki dan kumis terbentang melawan pipi.
Mata terbuka lebar dan pupi terlihat besar dan bulat. Seekor kucing yang sedang takut cenderung mencari tempat dan melarikan diri secepat mungkin dan dapat bergerak dengan kecepatan yang menakjubkan ke segala arah. Jika merasa terjebak atau terpojok, kucing takut akan mencoba untuk bersembunyi di tempat yang sekecil mungkin atau akan berusaha untuk melompat untul menjauh. Terengah-engah, shedding berlebihan, cakar berkeringat, buang air kecil dan buang air besar semua tanda- tanda kucing yang sedang tertekan (Anonim, 2011).
Bahasa tubuh kucing agresif adalah dengan berdiri tegak, semua kaki diperpanjang dan kepalanya lurus ke atas. Piloereksi akan terjadi di sepanjang tulang belakang dan ekor untuk membentuk punggung bukit.
Kucing akan menatap tanpa berkedip dengan mata menyipit dan pupil konstriksi. Telinga turun dan rata dengan kepala kucing. Posisi ekor turun dan naik lagi. Kumis menempel lurus dan bibir ditarik belakang, memperlihatkan giginya. Kucing mungkin menggeram atau menjerit.
kucing ini bisa saja bergerak maju dan menyerang dengan cepat (Anonim, 2011).
Sementara kucing berkomunikasi dengan berbagai gerakan ekor. Ekor yang bergerak-gerak di ujung adalah tanda kegembiraan. Ketika seluruh ekor kucing bergerak bolak-balik, ini merupakan indikasi bahwa kucing sedang kesal dan ingin dibiarkan sendiri. Ekor yang membolak bolak- balik, jatuh ke lantai atau memukul menunjukkan berbagai tingkat iritasi dan gelisah. Ketika memukul ekor ke lantai terjadi lebih intens, kucing mungkin menjadi lebih agresif (Anonim, 2011).
Kucing mampu membuat berbagai suara yang berbeda dan masing-masing vokalisasi adalah bentuk komunikasi
dan memiliki arti yang berbeda (Anonim, 2011) :
Dengkuran dapat menunjukkan kepuasan atau kecemasan. Kucing dapat dan sering mendengkur saat mereka sakit. Itu dianggap bahwa ini mungkin upaya dari kucing untuk menenangkan dirinya.
“meow” digunakan untuk menyapa orang sedangkan meong digunakan untuk mengidentifikasi dan menemukan suara kucing lain yang serupa.
Erangan panjang dan suara rendah dapat didengar sebelum muntah atau regurgitasi. Seekor kucing yang menderita disorientasi mungkin juga mengerang.
Menggeram, mendesis, meludah dan semua tanda-tanda peringatan dan menunjukkan bahwa kucing dapat menjadi agresif. Sebuah jeritan mungkin terjadi selama pertemuan agresif atau jika kucing mengalami sakit.
Kucing bergesekan dengan objek untuk sejumlah alasan. Menggosok sering digunakan untuk menandai wilayah, yang dilakukan ketika feromon kucing deposito yang disimpan dalam kelenjar sebaceous mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menggosok objek dengan pipi mereka, kepala, sayap atau ekor. Feromon biasanya disimpan pada benda mati, orang dan kucing lainnya (terutama kucing lain yang dipandang sebagai pendamping).
b. Eskpresi Kepala
Ekspresi kepala
mnginterpretasikan tingkat kesadaran kucing dengan memperhatikan reaksinya terhadap lingkungan.
Berupa siaga, responsif, dan tertekan. Misalnya: Ekpresi hewan yang normal adalah wajah cerah, santai, waspada dan responsif.
Seekor anak kucing yang sehat dapat digambarkan seperti "aktif dan main- main," sementara kucing sakit mungkin "cukup tertekan dan tidak aktif" (Rodan et Sarah, 2016).
c. Mata dan Orbita
1. Palpebrae
Kelopak mata kucing
merupakan suatu bagian yang dapat melipat rapat dan membantu bola mata bagian depan. Kelopak mata tidak berhubungan langsung dengan permukaan bola mata karena terdapat suatu lapisan tipis air mata diantara kelopak mata dan permukaan mata. Tepi dari kelopak mata atas dan kelopak mata bawah akan bertemu ketika kelopak mata tertutup. Apabila kelopak mata tidak menutup maka dapat menyebabkan kekeringan pada kornea dan akan menyebabkan iritasi pada mata. Abnormalitas yang sering ditemukan pada kelopak mata adalah entropion (melekuknya tepi palpebrae ke arah bola mata), ektropion (melekuknya tepi palpebrae bawah ke arah luar), trichiasis (penyimpangan abnormal dari silia sehingga akan bergesekan dengan kornea atau konjunctiva), distichiasis, dan tidak adanya kelopak mata (coloboma).
Entropion kemungkinan dapat disebabkan secara kongenital atau dapatan selama hidup. Entropion secara kongenital dicirikan oleh terjadinya entropion secara bilateral tetapi tingkat keparahannya berbeda pada kedua matanya (Eldredge et al., 2008)
2. Cilia
Selain itu, kucing tidak apabila kucing mempunyai bulu mata dengan arah yang salah maka dapat menyebabkan iritasi pada permukaan mata (Eldredge et al., 2008).
3. Membrane nictitans
Kucing mempunyai tambahan struktur pada kelopak mata, yaitu membran nictitan. Membran nictitan pada kucing dan hewan karnivora liar secara normal tidak terlihat karena membran nictitan tersembunyi pada bagian sudut mata. Struktur lain dari kelopak mata kucing adalah Third eyelid.
Struktur ini berfungsi untuk membersihkan dan lubrikasi permukaan mata sehingga kucing jarang sekali untuk berkedip. Third eyelid juga membantu melindungi permukaan mata dari luka. Third eyelid akan terlihat pada kucing yang mempunyai gangguan mata atau gangguan saraf, dan kucing yang sakit. Selain itu, melalui penutupan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, serta penonjolan membran nictitan dapat membantu melindungi mata dari pengaruh benda asing seperti rumput-rumputan (Eldredge et al., 2008).
4. Konjungtiva
Kelopak mata ketiga, yang dikenal dengan nama membrane nictitanes, dari luar terlihat sebagai jaringan kecil berwarna merah muda atau berpigmen terletak di sudut dalam mata. Tampak menjadi lebih menonjol ketika kucing tertidur atau sakit. Seekor kucing dengan infeksi saluran pernapasan konjungtiva atasnya akan bengkak, merah dan dapat menutupi sebagian dari kornea (Anonim, 2011). Jika penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran mukosa tampak anemia (warna pucat) dan lembek menandakan indikasi anemia.Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen
dalam darah, kasusnya
berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya gangguan pada hepar.
Hiperemi (warna pink terang)
adanya hemoragi petechial
menyebabkan hemoragi purpura (Eldredge et. al., 2008).
d. Mata dan Orbita
Mata kucing yang sehat nampak basah dan jernih. Mata normal dari kucing sehat memiliki beberapa cairan tergantung pada jenis dan konformasi individu kucing.
Beberapa kucing memiliki beberapa warna air mata di bawah mata sepanjang sisi hidung, cairannya tebal, berwarna kuning, atau berbau busuk (Anonim, 2014).
1. Kornea
Kucing mempunyai mata yang berukuran besar, hal ini dapat dilihat pada kornea mata kucing yang merupakan bagian mata terdepan mempunyai ukuran yang cukup besar (Eldredge et al., 2008).
2. Pupil
Pupil Seekor kucing mirip dengan reptil nocturnal bentuknya adalah elips bukan bulat. Bentuk pupil ini memungkinkan mata untuk membuka dan menutup dengan cepat. Pembukaan di tengah mata adalah pupil. Pupil ini dikelilingi oleh lingkaran atau lapisan elips otot berpigmen yang disebut iris. Pupil membesar dan menjadi bulat, membiarkan lebih banyak cahaya ke dalam mata. Sehingga pupil akan menyempit secara vertikal, sampai cahaya telah hilang (Eldredge et al, 2008).
3. Iris
Mata kucing mempunyai warna yang beragam, yang dihasilkan dari pigmen di iris dan secara genetik terkait dengan warna rambut. Warna iris secara umum adalah kuning kehijauan. Selain itu, kucing juga mempunyai warna biru, hijau, emas, atau tembaga pada iris (Eldredge et al., 2008). Beberapa kucing dapat memiliki iris dari dua warna yang berbeda (Anonim, 2011).
4. Retina
Retina pada kucing merupakan membran yang sensitif terhadap
cahaya dan terletak di bagian belakang bola mata. Retina mengandung dua tipe sel fotoreseptor yaitu sel batang (rods) dan sel kerucut (cones). Sel batang bereaksi terhadap intensitas cahaya, sehingga kucing dapat membedakan warna hitam, putih, dan bayangan abu-abu.
Sedangkan Sel kerucut menyediakan warna. Namun, mata kucing mengandung lebih banyak sel batang (rods) daripada sel kerucut, maka kucing mampu melihat dalam kondisi cahaya yang redup (hitam, putih, dan abu-abu) dan kucing mempunyai keterbatasan dalam melihat warna (Eldredge et al, 2008).
e. Mulut dan Rongga Mulut 1. Mukosa
Gusi umumnya bewarna merah mudah. Warna putih, lavender, abu- abu atau biru menunjukkan bahwa peredaran darah hewan peliharaan tidak dalam kondisi baik (Eldredge et al, 2008).
2. Lidah
Lidah kucing panjang dan datar, dengan sisi hampir sejajar. Bentuknya sedikit meruncing di depan dan lebih meruncing di belakang mulut. Bagian atas permukaan lidah ditutupi bagian seperti papila yang memungkinkan kucing untuk mengikis setiap bagian dari daging dari tulang atau menjilat mantel yang bersih. lidah ditutupi dengan taste buds, terutama di ujung dan di belakang. Taste buds ini bereaksi terhadap rangsangan kimia untuk menghasilkan sensasi keasaman, manis, pahit, dan asin (Anonim, 2011).
f. Hidung dan Sinus-sinus
Hidung kucing normal bisa berwarna
hitam, putih atau berwarna sama dengan
rambutnya. Hidung dalam keadaan kering,
basah, hangat atau dingin bukanlah
keadaan yang tidak normal. Setiap cairan
dari lubang hidung normalnya dalam
keadaan bersih. Jika cairan cukup tebal,
berwarna kuning / hijau atau berbau busuk
maka hidung dalam keadaan abnormal
(Anonim, 2011).
Struktur hidung membantu untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup. Hidung juga merupakan organ khusus yang mampu melarutkan molekul aroma dan mendeteksi bau ratusan kali lebih besar dari manusia. Kucing menggunakan indera ini untuk mencari makanan dan berkomunikasi satu sama lain. Kemampuan untuk mendeteksi dan menginterpretasikan feromon membantu untuk membangun dan mempererat hubungan antar-kucing (Anonim, 2011).
g. Leher
Leher memanjang dari bagian belakang tengkorak ke bahu. Terdiri dari 7 tulang leher dan sangat fleksibel (Anonim, 2011). Leher ventroflexion di kucing dapat menunjukkan hipokalemia. Postur membungkuk bisa terindikasi sakit perut kranial. Cara berjalan kaku kemungkinan poliartritis. Kucing enggan untuk memindahkan leher atau mengangkat kepalanya mungkin saja hewan memiliki nyeri leher yang berhubungan dengan herniated disk atau meningitis. Gejalanya seperti kepala miring (Defarges, 2015).
Diperiksa dengan menekukkan dan menarik sedikit leher, kemudian putar kepala di setiap sisi untuk memeriksa rasa sakit. Pada saat yang sama, perhatikan posisi mata untuk nystagmus normal.
Kemudian palpasi trakea dari laring ke dada. Remas trakea sedikit; jika batuk, mungkin menunjukkan tracheitis atau trakea kolaps.
h. Thorax
1. Type pernapasan
Tulang rusuk dan otot dada, bersama dengan diafragma, bertindak sebagai embusan sebuah udara yang bergerak ke dalam dan keluar dari paru- paru (Eldredge et al, 2008).
2. Ritme Penapasan dan Intensitas Ritme dan intensitas penapasan kucing yaitu halus, dan tak terkendali.
Napas cepat disebabkan oleh rasa sakit, stres, demam, atau over heating.
Kondisi lain yang perlu
dipertimbangkan adalah shock, dehidrasi, anemia, paru-paru penyakit, penyakit jantung, dan penumpukan zat asam atau beracun di darah (diabetes,
gagal ginjal, atau keracunan) (Eldredge et al, 2008).
i. Abdomen
Tubuh kucing domestik sebagian besar berisi organ internal. Di dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk, tempat jantung dan paru-paru. Rongga perut berisi lambung, usus kecil, usus besar, hati, kantong empedu, limpa, ginjal, kelenjar adrenal, pankreas dan kandung kemih (Anonim, 2011).
j. Alat Gerak 1. Kaki depan
Kaki depan (kaki, leher dan ekor) terdiri dari tulang hang dipersatukan oleh jaringan dan otot lunak, tendon dan ligamen. Sendi adalah tempat dimana dua atau lebih tulang berkumpul dan memungkinkan untuk gerakan anggota badan. Kucing memiliki sendi yang sangat fleksibel dan dapat melompat cukup tinggi dan memiliki gerakan yang sangat lentur (Anonim, 2011).
2. Kaki Belakang
Tulang utama dari kaki belakang, dari atas ke bawah, adalah pelvis (tulang pinggul), femur (tulang paha), tibia dan fibula (tulang kering atau kaki bagian bawah), tarsus atau hock (pergelangan kaki), kaki dan jari kaki.
Sendi panggul adalah antara panggul dan tulang paha. Pengumpula (lutut) terdiri dari femur, tibia dan fibula. Hock atau tarsal sendi (pergelangan kaki) terdiri dari beberapa tulang kecil dengan tibia dan fibula di atas dan kaki bawah.
kucing biasanya memiliki lima jari pada setiap kaki depan dan empat pada setiap kaki belakang. Setiap jari memiliki cakar ditarik atau kuku di ujung.
Beberapa kucing memiliki kondisi genetik yang dikenal sebagai polydactyly, di mana mereka memiliki beberapa, jari kaki tambahan di bagian depan dan / atau kaki belakang (Anonim, 2011).
k. Ekor
Banyak kucing menggunakan ekor mereka untuk mengekspresikan emosi dan kereta ekor dapat menjadi petunjuk bahasa tubuh yang penting.
Kebanyakan kucing memiliki ekor
panjang tapi keturunan tertentu dilahirkan dengan ekor secara alami pendek atau tidak ada ekor sama sekali (seperti Bobtails Amerika dan Manx) (Anonim, 2011).
3.2 Palpasi 1. Thorax
Untuk melihat integritas tulang rusuk dengan meraba kedua sisi os costae secara bersamaan untuk menilai simetri. Untuk meraba tulang belakang dengan memberikan tekanan ke bawah secara lembut pada processsus spinosus dan kemudian sepanjang processsus spinosus; semakin meningkatkan derajat tekanan.
Perhatikan keberadaan hyperesthesia tulang belakang atau cacat.
2. Alat Gerak
Pemeriksaan tubuh untuk simetri, massa, nyeri tekan. Palpasi setiap anggota tubuh dan sendi: Catatan kelainan pada angulasi, deformitas, pembengkakan, pendarahan, tonjolan tulang, patah tulang jelas atau luksasi sendi, atrofi. Palpasi daerah pinggul untuk konformasi dan simetri (Anonim, 2011).
l. Abdomen
Meraba perut mulai gerakan dari tengkorak sampai ekor dan dari arah dorsal ke ventral. Beberapa hewan tidak merasakan sakit, otot-otot perut tegang dalam menanggapi pemeriksaan. Gunakan ujung jari untuk merasakan ukuran dan bentuk dari organ atau untuk mendeteksi massa apapun. Perhatikan setiap distensi abdomen, nyeri jelas, atau massa. Hati adalah organ yang paling kranial dan biasanya tidak dapat diraba adalah normal . Ginjal di perut dorsocranial. Ginjal kanan lebih kranial dari kiri; Oleh karena itu, hanya akhir ekor dapat dirasakan. ginjal kucing yang lebih bebas bergerak daripada anjing. Pada kucing, setiap ginjal biasanya dapat digenggam dengan lembut dan teraba seluruhnya. Limpa terletak di sisi kiri perut. Ekornya bisa dirasakan tergeletak di dasar perut (Defarges, 2015).
Untuk palpasi usus, palpasi seluruh rongga perut. Awalnya, menggunakan 1 tangan di anjing kecil dan kucing,
membawa jari bersama-sama bagian punggung dan lembut memindahkan mereka bagian perut (Defarges, 2015
).
J. Lymponodus Popliteus
Dilakukan inspeksi, untuk mengetahui kemungkinan adanya kebengkakan pada limfoglandula. Palpasi dilakukan di daerah limfoglandula, dengan cara memperhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simestrisnya kanan dan kiri (Anonim, 2011).
3.3 Auskultasi
1.