• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN PRESTASI KERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN LOA KULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN PRESTASI KERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN LOA KULU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DAN

MOTIVASI KERJA GURU DENGAN PRESTASI KERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN LOA KULU

Sarrul Bariah

FKIP Universitas Kutai Kartanegara

Abstract. The purpose of the study is to study the relationship among the clinic supervision and working motivation to working performance of elementary school teacher in Loa Kulu District, Kutai Kartanegara Regency. The study was conducted at SDs in Loa Kulu district by 60 randomly selected respondents derived from the teachers at SDs in Loa Kulu District. The instruments of the study were questionnaires dealing with clinic supervision, working motivation and the working performance of the teachers. The techniques used to analyze the data are descriptive statistics, simple and multiple correlations, and simple and multiple regressions.The results of the study indicate that there is positive and significant relationship between: (1) clinic supervision and the teachers’

working performance (2) the working motivation and teachers’

working performance and (3) the clinic supervision together with working motivwtion and and teachers’ working performance.

Key Words: clinic supervision, motivation, working performance

PENDIDIKAN nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan sekaligus professional dalam bidang tugasnya.

Sumber daya yang berkualitas perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Sudrajat (2016:19) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi

(2)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan mengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.

Berdasarkan pengalaman dan wawancara penulis kepada beberapa guru SD Negeri di Kecamatan Loa Kulu adanya motivasi guru yang rendah dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;

lingkungan kerja, kepemimpinan kepala sekolah, supervisi klinis kepala sekolah, kebutuhan pribadi, dan sarana prasarana sekolah. Motivasi guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tugas Supervisi klinis Guru menurut Undang-Undang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan marupakan bentuk kinerja guru. Kinerja guru akan meningkat dipengaruhi oleh motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi guru dapat diciptakan oleh adanya suasana dan dukungan dari berbagai pihak sekolah, khususnya kepala sekolah.

Usman (2006:222) mengatakan bahwa motivasi adalah salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai yang diharapkan. Dia juga mengatakan pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer dapat memotivasi pegawainya dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan pola masing-masing. Bawahan perlu dimotivasi karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Dalam hal ini kepala sekolah sebaiknya sering memberi motivasi kepada staf tata usaha agar senantiasa siap melaksanakan tugas walaupun kepala sekolah tidak ada di sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan yang semakin efektif dan efisien.

Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak semakin maju, sehingga menuntut penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah profesional harus dapat mengupayakan peningkatan motivasi guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan- keterampilan manajerial untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.

(3)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 Faktor terpenting yang mempunyai pengaruh motivasi adalah kebutuhan- kebutuhan pribadi, tujuan- tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan, dengan cara apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut akan terrealisasi. Ini berarti apabila para pegawai menyukai pekerjaan mereka, menganggap bahwa tugas mereka penuh tantangan dan mereka menyukai lingkungan kerja secara umum maka biasanya mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara atusias.

Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi guru juga dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Dengan terciptanya iklim sekolah yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang kondusif sangat mencerminkan motivasi kerja guru yang tinggi.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui adanya pengaruh keprofesioalan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul:

“Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi Klinis dan Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Guru SD Negeri di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.”

KAJIAN TEORI

1. Hakekat Supervisi Klinis

Supervisi klinis sebagai sistem instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan dukungan, membantu dan melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja guru dalam mendidik para siswa (Sagala, 2010:194). Selanjutnya Snyder dan Anderson dalam Sagala mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu teknologi perbaikan pengajaran, tujuan yang dicapai, memadukan tujuan sekolah dan pertumbuhan personal. Sejalan dengan pendapat tersebut Cogan dalam Sagala menegaskan bahwa supervise klinis adalah upaya yang dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru di kelas, dengan tujuan untuk mengembangkan professional guru dan perbaikan pengajaran.

Menurut Cogan dalam Sagala tujuan pokok dari supervisi adalah menghasilkan guru yang professional dan bertanggungjawab secara profesi serta memiliki komitmen yang tinggi memperbaiki diri sendiri atas bantuan orang lain (Sagala, 2010:195).

Selanjutnya Anderson menggambarkan tujuan supervisi klinis adalah untuk peningkatan instruksional dan hasil-hasil belajar. Tujuan yang yang ingin dicapai dalam supervisi klinis adalah meningkatkan kualitas instruksional dan kualitas belajar peserta didik sehingga menghasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi melalui praktik (Sagala, 2010:195).

Kemudian Sagala mengemukakan tujuan supervisi klinis yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum supervise klinis pada prinsipnya adalah (1) member tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan professional. (2) member respon terhadap pengertian utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya. (3) menunjang pembaharuan pendidikan serta untuk memerangi

(4)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 kemerosotan. (4) siswa dapat belajar dengan baik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai secara maksimal (5) kunci untuk meningkatkan kemampuan professional guru.

Sedangkan tujuan khusus supervise klinis antara lain (1) memberikan balikan yang positif dari kegiatan guru yang baru saja dilalkukan. (2) mendiaknosis, memcahkan atau membantu memecahkan masalah mengajar. (3) membantu guru mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam menggunakan strategi-strategi dan model mengajar (4) sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi, jabatan atau pekerjaan mereka. (5) membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri dan (6) perhatian utama pada kebutuhan guru dalam mengajar.

Penerapan supervise klinis dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten. Menurut Berliner dan Tilmnoff dalam Sagala (2010:198) penerapan supervise klinis (1) memberikan reaksi secara konstruktif (jelas, secara lisan maupun non lisan) terhadap emosi dan perbuatan. (2) aktif mendengarkan apa yang dikatakan, dibaca, dan dideklamasikan siswa. (3) memberikan arahan dan peringatan kepada siswa dengan terus mengawasi. (4) tampil percaya diri dalam mengajarkan materi yang telah diberikan dan mendemonstrasikannya dengan yakin.

(5) mengikuti perkembangan siswa secara teratue dan mempertimbangkn langkah- langkah perintah sesui kondisi. (6) menampilkan expresi positif, kebahagiaan, perbuatan, perasaan yang optimis. (7) dapat menerima tingkatan daya tangkap siswa dan mempertimbangkn langkah-langkah perintah sesui kondisi pembelajaran. (8) mendukung siswa untuk berani bertanggungjawab atas kelas mereka sendiri. (9) memberikan perintah secara instruksional terhadap hal yang tidak diinginkan yang terjadi selama waktu belajar dan (10) mempersiapkan siswa untuk belajar dengan baik

Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa supervisi klinis adalah suatu pendekatan yang efektif melalui proses bimbingan dengan menyediakan konsultasi, dukungan, melayani dan membantu para guru meningkatkan keprofesionalannya mengguakan tahapan observasi, implementasi pembelajaran, dan kegiatan diskusi hasil analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku, memperbaiki pengajaran, mengetahui, memahami, kelebihan dan kelemahan guru dibidang ketrampilan mengajar serta berusaha meningkatkannya kearah yang lebih baik lagi. Adapun indikator supervisi klinis dalam penelitian ini adalah Pertama, kepala sekolah menciptakan hubungan dan bantuan. Kedua, kepala sekolah memahami kebutuhan dan concen guru. Ketiga, kepala sekolah membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengajar guru. Keempat, kepala sekolah mengobservasi dan menganalisa penampilan-penampilan. Kelima, kepala sekolah menanggapi penampilan guru dan memberi saran dan nasihat.

2. Hakekat Motivasi Kerja Guru

Istilah motivasi (motivation) bertasal dari perkataan bahasa Latin, yakni movere yang berarti ”menggerakan” (to move). Mitchell, dalam Winardi (2001:1) menyebutkan rumusan untuk istilah motivasi adalah: ”...motivasi mewakili proses-

(5)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya sikap, diarahkan dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan pada tujuan tertentu.

Motivasi merupakan salah alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan cerdas sesuai dengan yang diharapkan atasannya. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer dapat memotivasi pegawainya secara berbeda-beda sesuai dengan polakerja masing- masing bawahannya yang paling menonjol. Bawahan perlu dimotivasi karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah mendapat motivasi dari atasannya. Motivasi yang timbul dari luar diri pegawai tersebut disebut motivasi ekstrinsik. Sebaliknya, ada pula bawahan yang bekerja atas motivasi dari dalam dirinya sendiri. Motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri disebut motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik biasanya lebih bertahan lama dan efektif dibandingkan motivasi ekstrinsik. Jika seseorang berhasil mencapai motivasinya, maka yang bersangkutan cenderung untuk terus termotivasi. Sebaliknya, jika seseorang sering gagal mewujudkan motivasinya, maka yang bersangkutan mungkin tetap ulet terus berusaha dan berdoa sampai motivasinya tercapai atau justru menjadi putus asa (frustrasi).

Motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau impuls. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan-kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya. Pertanyaan yang penting pemimpin manajerial ialah, “Bagaimana menimbulkan motivasi kerja anggota-anggota kelompoknya?”. Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang.

Rumusan lain tentang motivasi diberikan oleh Gallerman (2004:69), dia mengatakan bahwa ”....motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

Menurut Nawawi (2001:351), motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi penyebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang melakukan sesuatu pekerjaan yang tidak disukainya, sehingga kegiatan yang didorong olehsesuatu yang tidak disukai berupa kegiatan yang terpaksa dilakukan cenderung berlangsung tidak efektif dan efesien. Sementara Mukijat (2002:5), berpendapat bahwa motivasi kerja dinyatakan sebagai keinginan seorang individu yang mendorong ia untuk bertindak.

Motivasi kerja dalam pandangan itu berarti dorongan yang datang dari dalam maupun dari luar individu untuk melakuan suatu tindakan. Dorongan dari dalam diri dapat berupa pemenuhan kebutuhan manusia, sementara dorongan dari luar dapat berupa pemenuhan kebutuhan manusia melalui program-program yang diadakan untuk pemenuhan kebutuhan karyawan atau pekerja dari suatu lembaga. Selain itu, motivasi kerja diartikan sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan

(6)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 individu dalam usaha mencapai sasaran. Pengertian itu menunjukkan bahwa motivasi kerja merupakan produk dari interaksi antara individu dengan situasi, artinya seorang yang tidak hadir di dalam pekerjaan tidak diartikan bahwa yang bersangkutan malas atau kurang memiliki motivasi kerja. Karena situasi seseorang tidak dapat hadir dalam pekerjaan.

Komponen utama untuk menganalisis motivasi sebagai dasar tingkah laku individu, yaitu: (1). Komponen internal merupakan dorongan yang berdasarkan kebutuhan atau motif, dan (2). Komponen tujuan yang ingin dicapai. Dengan tercapainya tujuan berarti telah terpenuhi kebutuhan individu. Komponen tujuan sifatnya eksternal yang berada diluar individu. Sehubungan dengan itu Maslow mengemukakan bahwa studi motivasi sebagian merupakan studi tentang tujuan, keinginan dan kebutuhan manusia.

Atkinson (2004:1) mengemukakan satu pendapat bahwa studi motivasi harus melakukan analisis terhadap berbagai faktor yang mendorong dan mengarahkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu. Jadi, motivasi berhubungan dengan hasrat atau keinginan yang ada dalam diri seseorang yang merangsang dia untuk melakukan suatu tindakan, kekuatan respons usaha setelah individu memilih untuk mengikuti tindakan tertentu, dan ketahanan perilaku atau berapa lama orang itu terus- menerus berperilaku menurut cara tertentu. Bertolak dari pemahaman beberapa ahli tersebut di atas, maka motivasi kerja adalah dorongan yang datang dari dalam dan dari luar diri yang menyebabkan seseorang dapat melakukan tindakan.

Ragam motivasi kerja dapat dibedakan ragamnya, yakni motivasi kerja yang datang dari dalam diri (intrinksik) dan motivasi kerja yang berasal dari luar diri.

Ragam motivasi kerja dari dalam berupa pelibatan karyawan, prestasi, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, pertumbuhan dan perkembangan. Sementara ragam motivasi kerja dari luar (ektrinsik) berupa supervisi, kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran dan keamanan, dan kebijakan perusahaan.

Pemahaman mengenai motivasi kerja dan ragamnya sebagaimana dinyatakan di atas juga berlaku di sekolah, maka motivasi kerja guru adalah dorongan yang datang dari dalam dan dari luar diri guru yang menyebabkan guru dapat melaksanakan tugasnya. Sementara ragamnya, motivasi kerja dari dalam antara lain berupa pelibatan guru, prestasi, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pertumbuhan dan perkembangan. selanjutnya ragam motivasi kerja dari luar (ektrinsik) berupa supervisi, kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran dan keamanan, serta kebijakan sekolah.

Istilah motivasi kerja diberi arti yang berbeda oleh para ahli, meskipun mereka sepakat tentang tentang motivasi sebagai penggerak dari sebgaian besar perilaku seseorang. Di samping itu ada kesepakatan bahwa perilaku yang disebabkan oleh motivasi adalah perilaku yang mengarah kepada tujuan dan ada dalam pengendalian secara sadar dari orang yang mempunyai perilaku seperti itu. Berdasarkan ciri umum motivasi di atas, motivasi kerja dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri atau luar diri seseorang untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan sesuai dengan sasaran organisasi dan pribadinya. Dari pengertian motivasi kerja ini, maka apabila membicarakan motivasi kerja, maka akan dikaji apa yang menimbulkan dorongan untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam kegiatan

(7)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 kerja, tujuan-tujuan apa yang ada dalam organisasi kerja yang menjadi sasaran dari dorongan berperilaku, dan bagaimana proses terjadinya hubungan antara apa yang menimbulkan dorongan itu dengan tujuan.

Dari uraian teori-teori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu dorongan yang datang dari dalam dan luar diri yang menyebabkan seseorang dapat melakukan tindakan. Indikator motivasi intrinsik meliputi: tanggung jawab, pengembangan diri, prestasi kerja, tuntutan profesi, disiplin, standar kerja, target yang ingin dicapai, kompetensi diri, dan loyalitas. Sedangkan indikator motivasi ekstrinsik meliputi: penghargaan, supervisi, hubungan interpersonal, penghasilan, kebijakan sekolah, dan tugas tambahan.

3. Hakekat Prestasi Kerja Guru

Kata prestasi berasal dari kata achievement yang berasal dari kata to achieve yang berarti "mencapai" atau sering diterjemahkan menjadi "pencapaian" atau "apa yang dicapai". Bernardi dan Russel dalam Ruky (2005:15) juga berpendapat bahwa

"prestasi kerja adalah catatan tentang hasil yang diperoleh dari fungsi -fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu". Sementara itu, Fattah (2001:19) mengatakan bahwa "prestasi atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu".

Sementara itu, hakekat kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan organisasi.

Sedangkan hakekat guru merupakan suatu pekerjaan yang professional karena memerlukan persyaratan pendidikan tertentu dan memiliki keterampilan tertentu.

Dengan melihat beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa prestasi kerja kerja guru merupakan hasil atau prestasi yang diperoleh akibat melakukan suatu kegiatan dalam suatu organisasi. Atau dengan kata lain bahwa prestasi kerja guru merupakan hasil yang diperoleh seorang guru dalam melaksanakan tugas melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.

Berkaitan dengan prestasi kerja, Gray, et. al dalam Winardi (2001:65) berpendapat bahwa prestasi kerja para pegawai akan lebih tinggi apabila tujuan yang ditetapkan diterima oleh pihak yang harus melaksanakan pencapaiannya merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan penerimaan tujuan oleh para pegawai agar berprestasi dalam hal pengembangan tujuan. Dari pendapat tersebut terlihat bahwa agar dapat meningkatkan prestasi kerja maka sangatlah diperlukan dan diperhatikan partisipasi pegawai dalam penentuan tujuan organisasi. Dengan demikian para pegawai sejak awal sudah dilibatkan dalam menentukan perencanaan suatu kegiatan sehingga dapat mengetahui tujuan yang akan dicapai, yang pada akhirnya dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Guru yang merupakan suatu profesi bertugas mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup sebagai bekal kehidupan bermasyarakat, sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk hidup,

(8)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 sementara melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa untuk dapat menguasai bidang keahlian tertentu sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua di sekolah yang diberi amanat oleh orang tua siswa yang mampu membimbing dan membina siswa agar menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Sementara itu sebagai anggota masyarakat guru juga dituntut untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan banyaknya tugas yang diemban oleh seorang guru, maka sudah selayaknya apabila guru tersebut harus dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, utamanya yang berhubungan dengan tugas pokoknya sebagai seorang pendidik yang tidak dapat digantikan atau diwakili oleh orang lain .

Di sekolah memiliki guru yang profesional, efektif dan berprestasi merupakan kunci keberhasilan bagi proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat (2015), yang menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Dari hasil penelitiannya tersebut dapat dijelaskan bahwa guru memiliki peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru dapat melakukan peran apa saja di kelas, dia dapat tampil dengan sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan motivasi untuk berprestasi. Dalam kelas guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berfikir dengan berbagai alternatif (divergent) dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabannya tidak sekedar terkait dengan fakta di lapangan. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif-hipotetik, dan sintetik.

Menurut pendapat Tabrani Rusyan dalam Djamarah (2002:8) bahwa beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya prestasi kerja dan gairah mengajar guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah masalah rumah tangga, kerja sampingan yang dilakukan sehingga waktu dan konsentrasi untuk mengajar menjadi berkurang, serta rendahnya gaji yang tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Selanjutnya tingkat pendidikan guru juga merupakan faktor ikutan yang mempengaruhi proses belajar mengajar.

Roger Belows dalam Ruky (2005:17) berpendapat bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu penilaian periodik atas nilai seorang individu karyawan bagi organisasinya yang dilakukan oleh atasannya atau seseorang yang berada dalam posisi untuk mengamati/menilai produktivitas kerjanya. Demikian pula menurut Dale S.Beach dalam Ruky, disampaikan bahwa penilaian prestasi kerja merupakan sebuah penilaian sistematis atas individu karyawan mengenai prestasi dalam pekerjaan dan potensinya untuk pengembangan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disampaikan bahwa penilaian terhadap prestasi kerja (dalam hal ini) guru perlu dilakukan supervisi secara periodik dari atasan maupun dari rekan kerjanya agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai prestasi kerja kerja seseorang (guru). Dengan demikian metode ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi atasan (kepala sekolah) dalam menentukan pekerja (guru) yang prestasi kerjanya tinggi dan pekerja (guru) yang prestasi kerjanya kurang. Selanjutnya

(9)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 hasil penilaian tersebut dipergunakan sebagai acuan untuk memberikan kenaikan pangkat dan kenaikan gaji.

Berkaitan dengan prestasi kerja guru, Dharma (2001:152) mendefinisikan bahwa prestasi kerja sebagai sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau Sekelompok orang. Peranan professional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal dan mewujudkan peningkatan kualitas pendidkan dalam satuan pendidikan secara menyeluruh, untuk maksud tersebut, maka peranan profesional tersebut menurut Soetjipto dan Kosasi (2009:59), mencakup 3 (tiga) bidang layanan yaitu: layanan instruksional, layanan administratif, dan layanan bantuan akademik non pribadi. Ketiga bidang layanan tersebut menjadi tugas pokok seorang guru. Layanan Instruksional merupakan tugas utama seorang guru, sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan akademik bantuan non pribadi merupakan layanan pendukung. Guru juga diharapkan mampu melaksanakan sepuluh kemapuan dasar sebagai wujud profesionalisme guru yang tercantum dalam Ditjen Dikdasmenti dan Ditjen Dikti, dikutip oleh Samana, sebagai berikut: (1) Guru dituntut menguasai bahan ajar; (2) Guru mampu mengelola program belajar mengajar;

(3) Guru mampu mengelola kelas; (4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pembelajaran; (5) Guru menguasai landasan-landasan pendidikan; (6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar; (7) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran; (8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; (9) Guru mengenal dan mampu ikut menyelanggarakan administrasi sekolah; dan (10) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsir hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.

Apabila ditelaah, maka delapan dari kesepuluh kemampuan yang telah disebutkan di atas, lebih diarahkan kepada kompetensi guru sebagai pengajar.

Dapat disimpulkan pula bahwa kesepuluh ompetensi tersebut mencakup dua bidang kompetensi guru, yakni kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku.

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kompetensi kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam penampilan actual dalam proses belajar megajar, minimal memiliki empat kemampuan, yakni: (1) Merencanakan proses belajar mengajar; (2) Melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar; (3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar; dan (4) Menguasai bahan pelajaran (Saud, 2009:50).

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif ex post facto (Sudrajat, 2016) dimana peneliti melakukan kajian terhadap dua variabel bebas yaitu supervisi klinis dan motivasi kerja guru dan satu variabel terikat yaitu prestasi kerja guru SD Negeri di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari tiga jenis angket, yaitu angket tentang supervisi klinis, motivasi kerja guru dan angket tentang prestasi kerja guru SD Negeri di Kecamatan Loa Kulu. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 130 guru yang berasal dari 10 SD Negeri yang berada di Kecamatan Loa Kulu dan sampel sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang guru (Sudrajat, 2015). Dalam

(10)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 menganalisis data hasil penelitian digunakan beberapa jenis analisis data yaitu analisis deskriptif, uji persyaratan analisis regresi, analisis korelasi sederhana dan analisis korelasi ganda, dan analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda (Sudrajat, 2015).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan pengujian persyaratan analisis, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas yang semuanya menunjukkan bahwa data tersebut dapat dilakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi. Landasan teoritis yang digunakan untuk pengajuan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan kaidah induktif yang berarti mengambil hipotesis secara khusus, yaitu hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Setelah hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat diketahui, maka dilanjutkan dengan melihat hubungan kedua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

1. Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Prestasi Kerja Guru.

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan supervisi klinis (X1) dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y).” Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana antara variabel supervisi klinis dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu menghasilkan koefisien arah regresi (b) sebesar 0,810 dan konstanta (a) sebesar 17,115. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh persamaan regresi Y = 17,115 + 0,810X1. Selanjutnya untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi dilakukan dengan uji F sebagaimana disajikan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Analisis Varians untuk Regresi Linear Variabel X1 dan variabel Y.

Sumber Varians dk JK RJK Fhitung Ftabel

Total 60 1056694

90,851 4,00

Koefisien (a) 1 1053375 1053375

Koefisien (b/a) 1 2026,2 2026,2

Sisa 58 1292,8 22,297

Keterangan:

dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadrat

RJK = Rata-rata Jumlah kuadrat

Berdasarkan tabel 1 maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y = 17,115 + 0,810X1, dengan Fhitung sebesar 90,851 > dari Ftabel sebesar 4,00 pada taraf signifikansi (α) 0,05 adalah signifikan. Persamaan regresi tersebut memberi arti bahwa setiap peningkatan satu satuan skor kedisiplinan guru akan diikuti oleh kenaikan skor kelancaran proses belajar mengajar sebesar 0,810 pada konstanta 17,115. Hasil

(11)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 perhitungan kekuatan hubungan antara pelaksanaan supervisi klinis (X1) dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,781. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi antara variabel supervisi klinis dengan variabel prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu dengan menggunakan uji t. Hasil pengujian hubungan antara kedua variabel tersebut tampak pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Variabel X1 dengan Variabel Y.

N Koefisien Korelasi (ry1) thitung ttabel

60 0,781 9,532 2,000

Dari hasil perhitungan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut, thitung sebesar 9,532 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi (α) 0,05, yaitu sebesar 2,000.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaa supervisi klinis dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

2. Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Guru

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa: “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja (X2) dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y).” Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana tentang hubungan antara motivasi kerja (X2) dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y), menghasilkan koefisien arah regresi (b) sebesar 0,756 dan konstanta (a) sebesar 9,707. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan regresi Y = 9,707 + 0,756X2. Selanjutnya untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi dilakukan dengan uji F sebagaimana disajikan pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Analisis Varians untuk Regresi Linear variabel X2 dan Variabel Y.

Sumber

Varians dk JK RJK Fhitung Ftabel

Total 60 1056694

84,309 4,00

Koefisien (a) 1 1053375 1053375

Koefisien (b/a) 1 1965.6 1965.6

Sisa 58 1353,4 23.32

Berdasarkan pada tabel 3 mengenai pengujian signifikansi persamaan regresi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y = 9,707 + 0,756X2, dengan Fhitung sebesar 84,309 > dari Ftabel sebesar 4,00 pada taraf signifikansi (α) 0,05 adalah signifikan. Hasil perhitungan kekuatan hubungan antara pelaksanaan motivasi kerja (X2) dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,770. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi

(12)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 koefisien korelasi dengan menggunakan uji t. Hasil pengujian tampak pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Variabel X2 dengan Variabel Y.

N Koefisien Korelasi (ry2) thitung ttabel

60 0,707 9,182 2,000

Dari hasil perhitungan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut, thitung sebesar 9,182 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi (α) 0,05, yaitu sebesar 2,000.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja guru (X2) dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y).

3. Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi Klinis dan Motivasi Kerja secara Bersama-sama dengan Prestasi Kerja Guru

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa: “Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan supervisi klinis (X1) dan motivasi kerja guru (X2) secara bersama- sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y).” Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hubungan antara variabel pelaksanaan supervisi klinis (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Y = 5,538 + 0,476X1 + 0,364X2. Persamaan ini memberikan informasi bahwa perubahan skor prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu sebesar 0,476, jika terjadi perubahan sebesar satu satuan skor variabel pelaksanaan supervisi klinis, atau sebesar 0,346 jika terjadi perubahan sebesar satu satuan skor variabel motivasi kerja guru.

Pengujian signifikansi persamaan regresi tersebut didasarkan pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Analisis Varians untuk Uji Signifikansi Regresi Ganda Y = 5,538 + 0,476X1

+ 0,364X2.

Sumber

Varians dk Jumlah

Kuadrat

Rata-rata

Kuadrat Fhitung Ftabel

Jumlah 59 3319,000

51,610 3,14

Regresi 2 2137.679 1068.839

Sisa 57 1181.321 20.725

Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ganda Y = 5,538 + 0,476X1 + 0,364X2 sangat signifikan. Ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pelaksanaan supervisi klinis (X1) dan motivasi kerja guru (X2) secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y). Kekuatan hubungan antara variabel variabel pelaksanaan supervisi klinis (X1) dan motivasi kerja guru (X2) secara bersama-sama dengan dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) ditunjukkan oleh Ry12 sebesar 0,803.

Koefisien korelasi tersebut sangat signifikan.

(13)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017

Tabel 6 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Pelaksanaan Supervisi Klinis dan Motivasi Kerja secara Bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

Cacah Observasi (N) Koefisien Korelasi (Ry12) Fhitung Ftabel

60 0,803 51,573 3,17

Pada tabel 6 tampak bahwa nilai Fhitung sebesar 51,573 lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 3,17 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi ganda antara variabel pelaksanaan supervisi klinis (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) sangat berarti. Melihat hasil koefisien korelasi R12 sebesar 0,803 dan koefisien determinasi sebesar 0,644 menunjukkan bahwa 64,4% variabel prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) dipengaruhi oleh variabel pelaksanaan supervisi klinis (X1) secara bersama-sama dengan variabel motivasi kerja guru (X2).

Hal ini berarti terdapat 35,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang mempengaruhi variabel prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa perubahan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu (Y) dapat dijelaskan oleh variabel pelaksanaan supervisi klinis (X1) dan variabel motivasi kerja guru (X2) melalui persamaan regresi ganda Y = 5,538 + 0,476X1 + 0,364X2.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka diperoleh gambaran bahwa dari ketiga hipotesis penelitian yang diuji, ternyata ketiga hipotesis tersebut memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Selanjutnya, pembahasan hasil penelitian ini akan menjelaskan dua hal yaitu hasil deskripsi tiap-tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan supervisi klinis dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu yang ditunjukkan oleh nilai ry1

sebesar 0,781, nilai thitung sebesar 9,532, dan signifikansi (α) 0,05. Pola hubungan antara kedua variabel tersebut dinyatakan dengan persamaan regresi linear Y = 17,115 + 0,810X1. Persamaan tersebut memberikan informasi bahwa setiap perubahan satu satuan skor variabel pelaksanaan supervisi klinis akan diikuti oleh perubahan skor prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu sebesar 0,810 pada konstanta 17,115. Atau dengan kata lain, semakin baik pelaksanaan supervisi klinis maka akan semakin baik prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu. Sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan supervisi klinis maka akan semakin buruk prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu. Koefisien korelasi ry1 sebesar 0,781 dan koefisien determinasi r2y1 sebesar 0,609 memberikan informasi bahwa 60,9%

perubahan skor prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu dapat dijelaskan oleh variabel pelaksanaan melalui persamaan regresi Y = 17,115 + 0,810X1. Kebenaran pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif

(14)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 dan signifikan antara variabel pelaksanaan supervisi klinis dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

Pada pengujian hipotesis kedua, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu dengan koefisien ry2 sebesar 0,770, nilai thitung sebesar 9,182, dan nilai ttabel sebesar 2,000 pada taraf signifikan (α) 0,05 sebesar. Pola hubungan antara kedua variabel tersebut dinyatakan dengan persamaan regresi linear Y = 9,707 + 0,756X2. Persamaan tersebut memberikan informasi bahwa setiap perubahan satu satuan unit skor variabel pelaksanaan motivasi kerja guru akan diikuti oleh perubahan skor variabel prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu sebesar 0,756.

Atau dengan kata lain, semakin tinggi motivasi kerja guru maka akan semakin baik prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu. Sebaliknya, semakin rendah motivasi kerja maka akan semakin rendah prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu. Koefisien korelasi ry2 sebesar 0,770 dan koefisien determinasi r2y2 sebesar 0,593 memberikan informasi bahwa 59,3% perubahan skor variabel prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu dapat dijelaskan oleh variabel motivasi kerja guru melalui persamaan regresi Y = 9,707 + 0,756X2. Pembuktian adanya hubungan yang positif dan signifikan atara motivasi kerja guru dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan supervisi klinis dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu, yang ditunjukkan dengan nilai Ry12 sebesar 0,803 dan Fhitung sebesar 51,573 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,17 pada taraf signifikansi (α) 0,05.

Pola hubungan ketiga variabel dinyatakan dengan persamaan regresi ganda Y = 5,538 + 0,476X1 + 0,364X2. Persamaan ini memberikan informasi bahwa perubahan skor prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu sebesar 0,476, jika terjadi perubahan sebesar satu satuan pelaksanaan supervisi klinis, atau sebesar 0,346 jika terjadi perubahan sebesar satu satuan skor motivasi kerja. Atau dengan kata lain, bahwa semakin baik pelaksanaan supervisi klinis dan semakin tinggi motivasi kerja maka akan semakin prestasi kerja guru. Dan sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan supervisi dan semakin rendah motivasi kerja maka akan semakin buruk prestasi kerja guru. Koefisien Ry12 sebesar 0,803, dan koefisien determinasi sebesar 0,644 memberikan informasi bahwa 64,4% perubahan skor yang terjadi pada prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu ditentukan secara bersama-sama oleh variabel pelaksanaan supervisi klinis dan motivasi kerja. Secara umum, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat pelaksanaan supervisi klinis dan motivasi kerja guru berpengaruh terhadap prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu. Meskipun demikian, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

(15)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 Pertama, pelaksanaan supervisi klinis cukup baik yang berada pada kategori cukup baik. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan supervisi klinis dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

Kedua, motivasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu cukup baik.

Selanjutnya dari hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu..

Ketiga, prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu cukup baik yang didukung oleh nilai rata-rata data prestasi kerja guru yang berada pada kategori cukup baik. Dari hasil analisis regresi dan korelasi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan supervisi klinis dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di kecamatan Loa Kulu.

SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian terdahulu, di bawah ini diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang membutuhkan profesionalisme, oleh karena guru diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Peningkatan motivasi kerja guru sangat diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang menjadi tugas pokok guru.

b. Guru diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerjanyaa. Salah satau upaya guru dalam meningkatkan kinerjanya adalah melalui peningkatan motivasi kerjanya.

Peningkatan motivasi diri dan kesadaran akan tanggung jawab merupakan unsur pokok dalam meningkatkan kinerja guru.

2. Bagi Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah hendaknya dapat melakukan kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada di sekolah tempat kepala sekolah tersebut bekerja yaitu kepemimpinan yang situasional yang melibatkan guru dalam pengambilan keputusan, menjaga hubungan kerja yang baik dengan guru, melakukan pengawasan atas penugasan yang diberikan kepada guru, dan memberikan umpan balik atas pekerjaan guru.

b. Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah hendaknya mampu melaksanakan tugas-tugas seperti: memberikan balikan yang positif dari kegiatan guru yang telah dilakukannya, mendiagnosis atau membantu memecahkan masalah mengajar yang dihadapi oleh guru, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam menggunakan strategi- strategi dan model mengajar, menilai tugas-tugas untuk jabatan atau pekerjaan guru, dan menaruh perhatian utama pada kebutuhan guru dalam mengajar.

Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan oleh kepala sekolah dalam unpaya meningkatkan motivasi kerja, dan kinerja guru di sekolah yang dipimpinnya.

(16)

Jurnal Intelegensia, Volume 2, Nomor 2, September 2017 DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, John, W. 1994. An Empirical Test of a Need Theory of Human Need.

Prenceton: D.Van Nostrand Company, Inc

Dharma, Agus. 2001. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: CV Rajawali.

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Goleman, John. 2004. Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (Terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Utama.

Fattah, Nanang. 2001.

Mukijat. 2002. Karir Pegawai, Perencanaan dan Pengembangan : Bandung Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2001. Administrasi Pendidikan, Jakarta; Haji Masagung,

Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Sudrajat, Didi. 2015. The Demise of Teaching English for Young Learners in Kutai Kartanegara, Indonesia. Journal of Language and Literature, 6 (4): 7 – 10.

Sudrajat, Didi. 2015. Pengantar Statistika Pendidikan Disertai Aplikasi Program SPSS. Surakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya.

Sudrajat, Didi. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Dengan Pendekatan Kuantitatif.

Surakarta: Indo Pustaka Sinergis.

Sudrajat, Didi. 2016. Studi tentang Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Inggris di SD di Kota Tenggarong. Cendekia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 9(1):13-24.

Sukardi.2003. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya.Jakarta: PT.

BumiAksara

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Managemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 1 Analisis Varians untuk Regresi Linear Variabel X 1  dan variabel Y.
Tabel 2 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Variabel X 1  dengan Variabel Y.
Tabel 4 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Variabel X 2  dengan Variabel Y.
Tabel  6  Uji  Signifikansi  Koefisien  Korelasi  antara  Pelaksanaan  Supervisi  Klinis  dan  Motivasi Kerja secara Bersama-sama dengan prestasi kerja guru SD Negeri di  kecamatan Loa Kulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah ditemukan bahwa terdapat hubungan antara subtipe molekuler dengan

Usulan yang dapat diakomodir menjadi indikator kinerja pada kegiatan di Renja SKPD Dinas Pertanian Kota Semarang Tahun 2015 adalah pelatihan- pelatihan, SLPTT dan

NAMA DOSEN PENGAJAR DAN PENGUJI MATA KULIAH KEPRODIAN PADA PROGRAM STUDI PJKR, PKO SEM.. Fisiologi Manusia

[r]

Proyek Akhir berisi tentang proses pembuatan mesin penyapu lantai, yang melatari pembuatan proyek ini adalah keinginan untuk membuat sebuah alat yang

Penelitian ini merupakan penelitian ( library research ) atau kajian pustaka yang mengumpulkan data dari literatur dan sumber- sumber lain yang mendukung dan mempunyai

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar jamaah haji di Kabupaten Jepara merasakan sangat puas terhadap pelayanan KBH, terutama dalam pelayanan bimbingan manasik di tanah