• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa yang masih tergolong dalam kelompok negara berkembang. Adanya gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat telah memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan, terutama sejak dicanangkannya gerakan tersebut. Kondisi ini memiliki potensi yang baik sebagai dasar dalam pembangunan olahraga. Dari segi jumlah penduduk yang cukup besar, pada dasarnya merupakan sumber untuk memperoleh bibit-bibit olahragawan yang berpotensi dalam berbagai cabang olahraga. Keolahragaan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat.

Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala nasional maupun internasional, diantaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games di tahun 1962, Piala Asia di tahun 2007, dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games.

Salah satu event yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini adalah Sea Games yang akan digelar di dua kota yakni DKI Jakarta dan Palembang, pada 11-25 November 2011. Sea Games merupakan ajang olahraga dua tahunan yang melibatkan sebelas negara di Asia Tenggara sebagai peserta. Indonesia sudah tiga kali tercatat sebagai tuan rumah untuk ajang olahraga seAsia Tenggara ini, yaitu Sea Games ke-10 1979, ke-14 1987 dan ke-19 1997. Selama tiga kali penyelenggaraan, Indonesia selalu menjadi juara umum. Untuk Sea Games ke-26, Indonesia kembali terpilih sebagai tuan rumah. Berbeda dengan tiga ajang sebelumnya yang pernah diadakan di Indonesia, Sea Games ke-26 ini akan diadakan di empat propinsi di Indonesia: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Selatan.

(2)

Dengan adanya event-event tersebut, maka muncul kebutuhan hunian sementara untuk menampung para atlet dalam rangka pelatihan untuk persiapan pertandingan dan pada saat pertandingan itu sendiri.

Pemerintah melakukan upaya untuk memberikan sarana dan prasarana dalam lingkungan kompleks olahraga dengan harapan agar dapat menunjang para atlet guna mengkonsentrasikan diri dalam meningkatkan prestasi. Besar upaya pemerintah untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. Namun, pada kenyataannya sarana dan prasarana berolahraga di kota-kota besar makin terbatas, bahkan banyak yang sudah berubah atau beralih fungsi. Salah satunya adalah Wisma Atlet Senayan yang tidak berfungsi sebagai penginapan para atlet, bangunannya pun sudah tidak terawat.

Foto 1.1.1 Wisma Fajar

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Pada tahun 1974 dibangun tiga gedung sepuluh lantai yang dijanjikan diperuntukkan tempat penginapan bagi para atlet, namun kenyataannya hingga kini gedung yang bernama Wisma Fajar (Fairbank) itu tidak pernah digunakan oleh atlet lagi. Desain Wisma Fajar memiliki susunan ruang dan layout denah tidak seperti pada wisma atlet pada umumnya, hal itu dikarenakan desain wisma tersebut pada awalnya diperuntukkan sebagai mess bagi pegawai Singapura di Jakarta. Oleh karena itu, tempat penginapan sementara para atlet sekarang ini, yaitu di Hotel Atlet Century.

(3)

Berdasarkan data tersebut, maka munculah inisiatif memberikan suatu ide untuk mendukung para atlet Indonesia dengan merancang kembali Wisma Atlet di Senayan.

Latar Belakang Topik dan Tema 

Arsitek adalah sebuah profesi yang bergerak di bidang desain, yang merancang ruang untuk dihuni oleh manusia seperti sebuah rumah atau bahkan yang skalanya lebih besar dari itu. Dalam desain arsitektur, kebanyakan perancang menempatkan estetika pada urutan pertama dalam pertimbangan desainnya. Padahal, apabila ditelaah lebih jauh bagi si pengguna, belum tentu estetika ini menjadi urutan pertama.

Di sini kaitan manusia dan ruang ataupun manusia dengan manusia dalam ruang menjadi sangat penting. Perilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun bisa juga menjadi penghalang terjadinya perilaku.

Dalam perancangan, arsitek membuat asumsi-asumsi tentang kebutuhan manusia, membuat perkiraan aktivitas dan atau perkiraan bagaimana manusia berperilaku, bagaimana manusia bergerak dalam lingkungannya. Kemudian, arsitek memutuskan bagaimana lingkungan tersebut akan dapat melayani manusia pemakai sebaik mungkin. Dengan premis dasar bahwa perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia maka untuk mendapatkan perancangan yang baik arsitek perlu mengerti apa yang menjadi kebutuhan manusia. Atau dengan kata lain, mengerti perihal perilaku manusia dalam arti luas.

Menurut thesis Agung Robianto, begitu banyak yang mempengaruhi performa atlet, tidak hanya jenis latihan atau model latihan yang diberikan pelatih oleh atlet tersebut, tetapi pola istirahat pun sangat mempengaruhi performa atlet. Para atlet sering tidak mengenal waktu untuk terus berada pada lingkungan kompleks olahraga untuk kegiatan pertandingan maupun pelatihan. Selain itu, menjelang pertandingan pun para atlet cenderung cemas dan stress sehingga butuh privasi agar

(4)

dapat membua t dirinya lebih relaks. Dalam buku The Achiever, beristirahat dapat dilakukan dengan tidur, membaca buku, mengobrol dengan sesama,menonton tv.

Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali.

Layout wisma Fajar memiliki zoning ruang yang berbeda dengan wisma atlet pada umumnya, menyebabkan tidak dapat mewadahi aktivitas keseharian yang sesuai dengan kebutuhan atlet, khususnya istirahat. Dalam terminology Steele, wadah aktivitas (task instrumentality) menyangkut tugas-tugas pelayanan yang dilakukan oleh bangunan, artinya sejauh mana bangunan dapat mewadahi aktivitas keseharian instrumental atau fisikal penghuni sesuai dengan kebutuhan masing- masing. Aktivitas ini misalnya berupa kegiatan makan, menonton tv, tidur, dll.

Pengertian ini sama dengan container of activities dari Broadbent, yaitu bahwa bangunan merupakan wadah kegiatan yang menempatkannya pada tempat khusus dan tertentu. Edward Soja dalam buku Arsitektur, Komunitas, Dan Modal Sosial menyatakan bahwa manusia membentuk dan menggubah ruang, dan kemudian ruang akan membentuk dan menggubah manusia. Perilaku istirahat atlet pun dapat mempengaruhi kamar tidur tersebut.

Setelah mempelajari dan memahami perilaku istirahat atlet, dapat diperkirakan kebutuhan mereka dan dengan berdasarkan pada kebiasaan dan kebutuhan itu dapat diketahui desain apa yang sesuai untuk mereka.

Kamar tidur merupakan salah satu tempat untuk melepaskan lelah setelah beraktivitas seharian. Kamar tidur akan mempengaruhi kualitas istirahat seseorang.

Terdapat keluhan terhadap kamar di wisma atlet Senayan, beberapa atlet mengatakan kamar tersebut sempit dan panas. Mereka menganggap kondisi itu membuat mereka menjadi stress.

(5)

Foto 1.1.2 Kondisi Kamar di Wisma Fajar

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan situasi dan kondisi tersebut, maka konsep behaviour/perilaku dengan mengamati serta mempelajari perilaku istirahat atlet dapat diterapkan dalam perancangan Wisma Atlet Senayan, agar kebutuhan kamar atlet dapat terpenuhi sehingga dapat beristirahat dengan baik.

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari perancangan Wisma Atlet Senayan ini adalah untuk menyediakan hunian atau tempat tinggal yang layak untuk para atlet dengan pengolahan layout ruang yang baik, khususnya pada kamar agar atlet-atlet dapat beristirahat dengan nyaman dengan didasarkan pada studi perilaku istirahat atlet.

Kehadiran proyek pembangunan Wisma Atlet ini juga bertujuan agar mampu memenuhi atau memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada bangunan sekarang Wisma Atlet ini pada dasarnya dikhususkan bagi para atlet, akan tetapi juga dapat digunakan oleh pelatih ataupun masyarakat yang membutuhkan.

I.3 Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan karya tulis ini mencakup pembahasan tentang hubungan antara perilaku istirahat atlet terhadap perancangan kamar di wisma atlet agar dapat menciptakan suatu kamar yang sesuai dengan kebuthan atlet-atlet sehingga dapat

(6)

berfungsi secara optimal. Persyaratan dan ketentuan perancangan kamar, kebutuhan ruang dan fasilitas, organisasi ruang, struktur dan utilitas, sirkulasi dalam ruangan serta tampilan kulit bangunan yang akan digunakan, baik yang eksisting maupun penambahan, akan dibahas juga sebagai satu proses yang terintegrasi.

Metodologi Penelitian - Jenis Penelitian

Jenis-jenis penelitian dibedakan berdasarkan jenis data yang diperlukan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu penelitian primer dan penelitian sekunder. Pada penelitian kali ini akan digunakan penelitian primer, dimana penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama, biasanya disebut dengan responden.

Data atau informasi diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner. Yang termasuk dalam kategori ini salah satunya adalah survey ke tempat yang akan dilakukan penelitian. Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif (data yang diperoleh dapat diukur dengan skala pengukuran) yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Pada umumnya survey menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survey menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin besar sampel, semakin mencerminkan populasi hasilnya.

- Populasi

Penelitian akan dilakukan pada perkampungan atlet Senayan. Daerah inilah yang akan dijadikan populasi penelitian. Jumlah populasi dari penelitian ini didapat dari para atlet yang menginap di hotel atlet Century yang dimana pada hotel tersebut terdapat 122 kamar (1 kamar 4 atlet) sehingga jumlahnya adalah 488 atlet.

- Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah teknik pengambilan sample. Untuk memperoleh sample yang akan digunakan pada penelitian ini adalah cluster sampling, teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan sumber data sangat luas. Dalam penelitian kali ini sumber data adalah para atlet, kemudian

(7)

atlet tersebut dibagi menjadi 2, yaitu atlet dalam cabang olahraga beregu dan atlet dalam cabang olahraga individual.

Salah satu cara menentukan ukuran sampel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael dengan menggunakan pendekatan statistik untuk tingkat kesalahan 10%, diambil 10% agar dapat menghemat biaya dan juga waktu, dilakukan dengan formula:

n = N N (d)² + 1 Dimana : n = sampel N = Populasi

d = derajat kesalahan 10%

n = 488 488 (0,1)² + 1

= 83 sampel (pembulatan) - Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan berdasarkan teknik kuesioner kepada atlet-atlet di Senayan, Jakarta Pusat. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

- Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 dan 28 Maret 2011. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui kegiatan atlet sehari-hari, khususnya waktu istirahat atlet.

- Analisis Data

Untuk pengolahan data digunakan statistik Deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

(8)

Metodologi Desain Metode Desain Broadbent

Problem statement didasari ke dalam sistem approach yang dikembangkan oleh G.Broadbent dalam arsitektur yaitu teori pendekatan perancangan arsitektur yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur dapat disarikan menjadi suatu proses penggabungan dari 3 sistem yaitu :

- Human system

Pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dari manusia sebagai pelaku kegiatan. Pertimbangan segi humanis tersebut meliputi ; gaya hidup sosial dan budaya (pola aktivitas dalam hunian, kebiasaan yang ada), standard-standard kenyamanan (dimensi ruang, dimensi furnitur).

Pada tahap ini, perlu adanya tinjauan terhadap psikologi pengguna bangunan, khususnya para atlet agar dapat mempermudah penentuan perencanaan dan desain yang optimal dalam bangunan.

- Environmental System

Pertimbangan terhadap hal-hal yang menyangkut kondisi lingkungan sampai pada tapak yang direncanakan sehingga dapat merancang bangunan yang sesuai.

- Building System

Pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sistem bangunan, seperti penggunaan material, dan desain ruang dalam bangunan tersebut yang disesuaikan dengan perilaku para atlet.

Tabel I.3.1 Interelasi Dalam Desain Bangunan

ENVIRONMENT

SYSTEM BUILDING SYSTEM HUMAN SYSTEM

Cultural Context

Physical Context

Building Technology

Internal Ambience

User Requirements

Client Objectives Sosial Land

use

Space Separating System :

Organic : Rest

Ketentuan untuk perubahan

(9)

mass Existing

built

Services System : Environmental

Sensory Environtment:

Lighting Ventilation

Spatial : functional territorial

Fitting System:

Furnishing Equipment

Social : privacy

Hasil dari sistem approach tersebut digunakan sebagai alat pandu (guideline) dalam membuat skematik desain.

I.4 Sistematika Pembahasan

Karya ilmiah yang mengawali proses perencanaan dan perancangan Wisma Atlet di Senayan ini disusun dalam beberapa bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang perlunya redesign Wisma Atlet di Senayan, latar belakang pemilihan topik behavior/perilaku sebagai solusi dalam perancangan Wisma Atlet di Senayan, maksud dan tujuan pendirian Wisma Atlet di Senayan, lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan Wisma Atlet di Senayan, sistematika pembahasannya, serta kerangka pemikiran proses perencanaan dan perancangan Wisma Atlet di Senayan.

2. BAB II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan teoritis umum terhadap proyek wisma atlet dan tinjauan khusus mengenai topik/tema hubungan perilaku istirahat/tidur atlet terhadap perancangan kamar di wisma atlet, disertai beberapa studi literatur dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis sebagai pembanding yang relevan.

(10)

3. BAB III : PERMASALAHAN

Identifikasi dan rumusan permasalahan-permasalahan yang timbul dari proyek Wisma Atlet di Senayan tersebut.

4. BAB IV : ANALISIS

Analisis permasalahan dalam beberapa aspek yang dirumuskan melalui perilaku istirahat atlet dan perancangan kamar atlet. Dari analisis tersebut akan dihasilkan solusi atau konsep perancangan yang diterapkan sebagai landasan dalam merencanakan dan merancang bangunan.

5. BAB V : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep perancangan sebagai hasil analisis dan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada bagian permasalahan. Konsep perancangan merupakan dasar/landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga karya arsitektur menjadi bernilai baik dan benar, indah, kuat, dan fungsional. Konsep perancangan dilengkapi dengan skematik desain sebagai alur pemikiran dalam perancangan.

(11)

I.5 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Wisma Atlet Senayan belum memenuhi kebutuhan para atlet seutuhnya.

Maksud dan Tujuan

Menyediakan hunian yang layak untuk para atlet dengan pengolahan lahan yang baik, khususnya pada kamar.

Permasalahan Landasan

Teori

Analisa

Menganalisa permasalahan kemudian menerapkannya ke dalam perancangan.

Konsep Perancangan

Sesuai dengan maksud dan tujuan serta hasil kesimpulan dari analisa.

Skematik Desain

Tinjauan Umum Wisma atlet

Perilaku Ruang

Tinjauan Khusus Istirahat Atlet

Perancangan Kamar Literatur, Studi

Banding 

DESAIN

Gambar

Foto 1.1.1 Wisma Fajar
Foto 1.1.2 Kondisi Kamar di Wisma Fajar
Tabel I.3.1 Interelasi Dalam Desain Bangunan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, penulis menguraikan mengenai pembahasan dari rumusan masalah yang ada di Bab I diantaranya adalah penolakan eksekusi pengosongan Stadion Sriwedari Solo

No Nama Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Yuli Handayani (2010) Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Ispa Pneumonia Pada Balita Di

 Disajikan gambar berkaitan dengan energi potensial dan energi kinetik, peserta didik dapat menentukan salah satu variabel dalam persamaan Ep = mgh atau Ek

Hasil yang diperoleh adalah: (1) mayoritas somatotype tipe mesomorph terdapat pada atlet sepak bola tingkat siswa sekolah lanjut tingkat atas, sedangkan tipe

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

(2009) menemukan bahwa sebuah kerangka asimetri informasi yang sederhana memiliki peran yang sangat penting dalam menjelaskan kebijakan dividen perusahaan (waktu

Santosa, “Kesiapan Infrastruktur TIK Dan Sumber Daya Manusia Dalam Penerapan Blueprint E-Government (Studi Kasus: Pemerintah Kota Balikpapan),” Universitas Gadjah Mada,