• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unversitas Pendidikan Ganesha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Unversitas Pendidikan Ganesha"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN PROJEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGETAHUAN IPA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB

I Dw Ayu Agung Mirayanthi1, I Ngh. Suadnyana2, DB.Kt.Ngr. Semara Putra3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Unversitas Pendidikan Ganesha

e-mail: dwayu_mira@yahoo.co.id1, suadnyanainengah@gmail.com2, ngurahsemara@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek pada tema Cita-citaku. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri Denpasar Utara yang terdiri dari 34 siswa. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Data hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa dikumpulkan melalui metode tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif

Pada pra siklus rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa adalah 70,79. Kemudian pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA menjadi 78,2.

Dan pada siklus II kembali terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA yaitu menjadi 83,38. Untuk kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 86,59 Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi 92.15. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dengan penilaian projek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas IVB SDN 22 Dauh Puri.

Kata kunci: Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Projek, hasil belajar, pengetahuan IPA, Berpikir kreatif.

Abstract

This classroom action research aimed to improve students’ learning outcomes of science and creative thinking ability by applying scientific approach with project assessment on the theme “Cita-citaku”. This study consisted of two cycles. Subjects of this study were students in IV B class of SD Negeri 22 Dauh Puri North Denpasar which consists of 34 students. The object of this research was the learning outcomes of science and creative thinking abilities students. The data of the learning results of science and creative thinking abilities of students were collected through test method. The collected data were analyzed by using quantitative descriptive analysis method. On pre-cycle, the average of students’ learning outcomes of science was 70.79. Then, on the first cycle, it occur improvement in the average of science learning becoming 78.2. On the second cycle, there were improvements again in the average of science learning from the first cycle becomes 83.38 . For creative thinking abilities of students on the first cycle, the average score was 86.59. Then, on the second cycle, it occur improvement in the average ability to think creatively becoming 92.15. So, it could be concluded that scientific approach with project assessment can improve students’ learning outcomes of science and their creative thinking abilities at class IVB SDN 22 Dauh Puri.

Keywords: Scientific Approaches with Project Assessment, learning outcomes, science, creative thinking.

(2)

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang kenyataan-kenyataan atau fakta serta gejala alam di muka bumi ini. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di dalam kehidupan sehari- hari. tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP,2006) dalam buku Susanto (2013:171) adalah: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan. (2) Mengembangkan pengetahuan IPA yang nantinya bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan sikap ilmiah.

Mata pelajaran IPA sangat penting diterapkan mulai dari tingkat pendidikan dasar yaitu sekolah dasar. Karena IPA sangat memiliki peranan penting bagi kemajuan IPTEK yang begitu pesat yang sangat memengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan. Tetapi mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Begitu pula yang terjadi di SD Negeri 22 Dauh Puri khususnya pada siswa kelas IVB. Anggapan tersebut akan sangat mengakibatkan rendahnya hasil belajar IPA siswa. Rendahnya hasil belajar IPA ini juga di pengaruhi karena pembelajaran IPA di kelas tidak diciptakan dengan suasana yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Oleh karena kurang menariknya pembelajaran IPA ini maka

akan timbul rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Ini disebabkan karena bagi mereka pembelajaran IPA tersebut hanya pembelajaran yang bersifat hafalan belaka yang membuat siswa bosan

Keberhasilan belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh faktor internal siswa saja melainkan ditentukan juga oleh faktor eksternal yang salah satunya yaitu kepiawaian seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, terknik dan strategi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IVB di SD Negeri 22 Dauh Puri terdapat beberapa masalah yang disampaikan yaitu: (1) Hasil belajar IPA siswa di kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri masih jauh dari harapan. (2) Siswa kurang tertarik atau cepat bosan dengan materi yang diajarkan. (3) Siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang bersemangat. (4) Guru belum bisa memilih strategi yang tepat untuk proses mengajar agar dapat menciptakan siswa kreatif.

Salah satu pendekatan yang cocok diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IVB di SD Negeri 22 Dauh Puri adalah pendekatan saintifik dengan penilaian projek. Karena pendekatan saintifik itu merupakan pendekatan yang dalam proses pembelajarannya memberikan pengalaman belajar yang tidak bersifat hafalan melainkan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri (Daryanto, 2014:51). Dan materi yang diberikan dalam pendekatan saintifik ini adalah berbasis fakta atau suatu fenomena tertentu.

Karakteristik pendekatan saintifik menurut Kosasih (2014:72) Adalah sebagai berikut:

(1) Materi pembelajaran yang dipahami siswa sesuai dengan standar logika dan taraf kedewasaannya. Siswa menerima pengetahuan tersebut dengan tidak dogmatis, tetapi memungkinkan pula bagi siswa untuk mengkritisi, mengetahui prosedur pemerolehannya, bahkan kelemahan-kelemahannya. (2) Interaksi pembelajaran pada saat proses

(3)

pembelajaran berlangsung secara terbuka dan obyektif. Siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengekspresikan pemikiran, perasaan, sikap, dan pengalaman yang mereka miliki. Tetapi mereka harus tetap memperhatikan sikap ilmiah dan tanggung jawab. (3) Siswa didorong untuk berpikir analitis dan kritis ini artinya bahwa siswa harus tepat dalam memahami suatu materi, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi-materi pembelajaran yang mereka peroleh kedalam kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajarannya pendekatan saintifik ini memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: mengamati, mananya, mencoba atau mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Ridwan 2014:53).

Fakta atau fenomena itu siswa amati, dan kemudian mereka bertanya mengenai apa yang mereka amati, mereka mencari jawabannya sendiri dari berbagai sumber yang relevan dengan materi tersebut, dan bermuara pada sebuah jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan atau ilmiah. Kelima tahapan ini merupakan proses yang begitu berkesinambungan dan diharapkan pula berkaitan dengan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

Selama proses pembelajaran berlangsung, ketiga ranah ini juga diharapkan dapat berkembang pula dengan baik. Para siswa tidak sekedar tahu, tetapi juga bisa, dan memperoleh perubahan sikap atas proses pembelajaran yang dilakukannya.

Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Oleh karena itu penilaian projek ini sangat bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain- lain. Penilaian projek sangat dianjurkan diterapkan karena dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir tinggi (berpikir kritis, kreatif, pemecahan masalah) siswa (kemendikbud). Menurut

Jihad (2013:109) dalam penilaian projek setidaknya ada tiga hal yang perlu dikembangkan yaitu (1) kemampuan pengelolaan, (2) relevansi, (3) keaslian.

Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, dan produk projek (Daryanto,2014:120). Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi: penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan. Penilaian projek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah projek sangat memerlukan penilaian khusus.

Penilaian produk dari sebuah projek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan siswa menghasilkan produk. Penilaian secara analitik merujuk kepada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

Menurut Kunandar (2013:279) kelebihan penilaian projek adalah sebagai berikut: (1) Siswa lebih bebas mengeluarkan ide, (2) Banyak kesempatan untuk berkreasi, (3) Mendidik siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab, (4) Meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran, (5) Dapat meningkatkan kreativitas siswa, (6) Ada rasa tanggung jawab dari siswa terhadap tugas-tugas yang diberikan, (7) Guru dan siswa lebih kreatif.

Jadi Pendekatan saintifik dengan penilaian projek merupakan proses pembelajaran yang dikemas agar siswa memiliki sikap ilmiah. Langkah-langkah pembelajarannya terdiri atas mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan yang akan mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajarannya. Dan penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan yang harus diselesaikan siswa dalam kurun waktu tertentu yang akan mampu

(4)

meningkatkan berpikir kreatif siswa sehingga akan meningkatnya pula hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang didapat oleh seseorang dari hasil kegiatan belajarnya. Menurut Susanto (2013:5) Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegaiatan belajar.

Sedangkan menurut Bundu (2006:17) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sedangkan keterampilan menunjuk pada aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai tujuan. Menurut Jihad (2013:15) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang didapat seseorang yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku seseorang secara nyata sesuai dengan tujuan belajar yang diharapkan. Macam-macam hasil belajar menurut Susanto (2013:6) meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Menurut Wasliman dalam Susanto (2013 :12) hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampun belajarnya.

Faktor interal meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan Faktor eksternal merupakan faktor yang memengaruhi dari luar diri siswa. Yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor- faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya hasil belajar IPA siswa.

IPA adalah singkatan dari ”Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata ”Natural Science” secara singkat sering disebut ”Scince”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan

Scince artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) secara harfiah dapat disebut dengan ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa alam. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Menurut Susanto (2013:167) IPA dapat dilkasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu IPA sebagai produk, proses, dan sikap. IPA sebagai produk ialah kumpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analistis. Bentuk IPA sebagai produk seperti misalnya fakta- fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA.

IPA sebagai proses yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam.

Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasikan. Sedangkan IPA sebagai sikap adalah seseorang ilmuwan harus memiliki sikap ilmiah. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan projek di lapangan. IPA adalah ilmu yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Ini artinya bahwa metode ilmiah merupakan ciri khusus yang menjadi identitas IPA. Menurut Susanto (2013:170) karakteristik IPA adalah sebagai berikut: (1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum , dan teori. (2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. (3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam. (4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagaian atau beberapa saja. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada suatu prinsip-prinsip, proses yang mana akan menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan yang sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dari kegiatan belajar tersebut maka proses pembelajaran IPA

(5)

akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang seperti ini akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.

Kemampuan berpikir adalah kemampuan seseorang menggunakan otak dan hatinya sebagai landasan kepada keyakinan atau tindakan. Kemampan berpikir secara kreatif dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapat ide-ide baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya. Ia dapat diberikan dalam bentuk ide yang nyata ataupun ide yang abstrak. Menurut Susanto (2013: 110) berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur- unsur orsinalitas, kelancaran, fleksibelitas, dan elaborasi. Berpikir kreatif menurut Munandar (2004:68) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu proses yang tercermina dari kelancaran, kelenturan dan orsinalitas dalam berpikir serta kemampuan dalam mengembangkan gagasan. Berpikir kreatif merupakan sebuah proses menjadi sensitif atau sadar terhadap masalah-masalah, kekurangan, dan celah-celah di dalam pengetahuan yang untuknya tidak ada solusi yang dipelajari, membawa serta informasi yang ada dari pikirannya atau sumber-sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan atau mengidentifikasi unsur-unsur yang hilang, mencari solusi-solusi, menduga, menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah, menguji dan menguji kembali alternatif-alternatif tersebut, menyempurnakanya dan akhirnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya.

Berpikir secara kreatif ini dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut: mencipta ide yang baru, mencipta analogi dan metaphora.

Manfaat berpikir kreatif menurut Surya (2013:123) adalah dapat mengembangkan proses berpikir, menunjukkan keberanian mencari, memunculkan dan menemukan gagasan-gagasan baru maupun berbagai alternatif untuk menghadapi dan memecahkan tantangan hidup maupun

keinginan menciptakan hal-hal baru yang orisinal. Komponen berpikir kreatif menurut Torarance dalam (Susanto, 2013:101) adalah sebagai berikut: Kelancaran (fluency), Keluwesan dan fleksibilitas (flexibility), Kerincian atau elaborasi (elaboration), Orsinalitas (originality,). Ciri- ciri anak kreatif dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif (Susanto, 2013:102). Ciri-ciri anak kreatif jika dilihat dari segi kognitif yaitu ditandai dengan adanya beberapa keterampilan tertentu seperti: keterampilan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes/fleksibel (flexibility), berpikir orisinal (originality), keterampilan memerinci (elaboration), dan keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, maka ciri-ciri ini makin melekat pada dirinya. Jika dilihat dari aspek afektif cirri-ciri anak kreatif biasanya memiliki sikap seperti berikut:

rasa ingin tahu yang tinggi, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko, sifat menghargai, percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan menonjol pada salah satu bidang seni.

Tahap-tahap berpikir kreatif menurut Surya (2013:126) adalah sebagai berikut: (1) Tahap Persiapan, (2) Tahap Inkubasi, (3) Tahap Iluminasi, (4) Tahap Verifikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan tingkat kesanggupan berpikir anak untuk menemukan sebanyak-banyaknya, seberagam mungkin dan relevan, jawaban atas suatu masalah, lentur, asli dan terperinci, berdasarkan data dan informasi yang tersedia.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri. Hal ini dikarenakan di kelas tersebut hasil belajar IPA dan berpikir kreatifnya masih kurang dari yang diharapkan. Di samping itu, di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan, sehingga dianggap perlu melakukan penelitian di tempat tersebut.

Kelompok sasaran yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri, yang

(6)

berjumlah 34 orang siswa. Di kelas ini diterapkan pendekatan Saintifik dengan penilaian projek. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . PTK merupakan sebuah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas (Agung,2010). Menurut Susilo, dkk (2007:3) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pelajaran. Definisi lain juga menyebutkan bahwa PTK adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat dengan memanfaatkan interaksi, partisifasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. Selain itu, PTK juga diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang dimunculkan di kelas untuk memperbaiki praktik pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam penelitian ini, jenis penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu kolaborasi atau kerjasama antara guru dan peneliti. Peneliti dan guru menyiapkan instrumen evaluasi/observasi, ikut terlibat dalam pembelajaran dan dalam perencanaan tindakan yang dilaksanakan, serta melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang sudah disiapkan bersama.

Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas dan dua variabel terikat.

Variabel bebas yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Model yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah model spiral. Penelitian ini dilaksanakan dalam

dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, menggunakan metode dan instrumen pengumpulan data, yakni dengan menggunakan metode tes. Menurut Agung (2012:66) “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperolah data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa skor (data interval)”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan yakni metode tes dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang merupakan peserta tes (testee), testee biasanya menjawab sekumpulan pertanyaan atau tugas yang ada dalam tes untuk memperoleh hasil berupa skor tentang pengetahuan atau kemampuan mengenai suatu kompetensi. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar pengetahuan IPA dan tes kemampuan berpikir kreatif. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam metode ini berupa soal-soal latihan untuk mengukur hasil belajar setelah menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian projek.

Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan bahwa metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu obyek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian ini ditentukan oleh kriteria keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif pada akhir penelitian.Indikator keberhasilan untuk hasil belajar pengetahuan IPA adalah dengan kriteria sangat baik (A-) yaitu 3,66 dan indikator keberhasilan untuk berpikir kreatif adalah kriteria rata-rata yaitu dengan nilai 5. Dan ketuntasan klasikal hasil belajar

(7)

pengetahun IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai 80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan dalam pertemuan kedua diberikan tes akhir siklus.

Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 1 hari pembelajaran yaitu 7 x 35 menit. Tetapi yang dikaji dalam hasil penelitian ini adalah hanya mata pelajaran IPA.

Setelah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek kemampuan berpikir kreatif siswa terlihat semakin meningkat. Hal ini terlihat pada skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I adalah 86,59. Skor rata- rata kemampuan berpikir kreatif siswa siklus II mengalami peningkatan dari skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siklus I mencapai 5,56 meningkat menjadi 92,15.

Skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siklus II dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai PAP skala 9 kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada nilai 5 dengan kategori rata-rata dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar Pengetahuan IPA setelah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek jika dilihat mulai dari pra siklus, siklus I sampai dengan siklus II.

Siklus I dari skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA pra siklus 70,79 meningkat mencapai 7,41 meningkat menjadi 78,2 Terjadi peningkatan skor rata- rata hasil belajar IPA siklus II dari skor rata- rata hasil belajar IPA siklus I mencapai 78,20 meningkat menjadi 83,38.

Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II adalah 88,23%.

Skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA pra siklus adalah 70,79.

Ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan IPA pra siklus adalah 61,76%.

Skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siklus I mengalami peningkatan dari skor rata-rata hasil belajar IPA pra siklus

mencapai 7,41 meningkat menjadi 78,2 dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai PAP skala 4 hasil belajar pengetahuan IPA berada pada nilai 3,33 dengan kategori baik (B+). Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus I adalah 76,47% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan mencapai minimal 80%. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan dengan siklus ke II untuk meningkatkan hasil belajar IPA agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sebelum dilajutkan ke siklus II maka diadakan refleksi terlebih dahulu bersama guru kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri.

Setelah dilaksankan tindakan pada siklus II Skor rata-rata hasil belajar IPA siklus II mengalami peningkatan dari skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siklus I mencapai 5,18 meningkat menjadi 83,38 dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai PAP skala 4 hasil belajar pengetahuan IPA berada pada kategori sangat baik (A-). Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II adalah 88,23% sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80%.

Dilihat dari skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Untuk rekapitulasi hasil belajar pengetahuan IPA dari prasiklus, siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

(8)

Hasil untuk kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkannya pendekatan saintifik dengan penilaian projek adalah skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I adalah 86,59% dan dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai PAP skala 9 kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada nilai 4 dengan kategori di bawah rata- rata. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran sudah semakin meningkat, hal ini terlihat dari skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa siklus II mengalami peningkatan dari skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa siklus I mencapai 5,56 meningkat menjadi 92,15.

Setelah dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai PAP skala 9 kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada nilai 5 dengan katagori rata-rata. Skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa siklus II setelah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek berada pada kategori rata-rata. Oleh karena itu, penelitian ini sudah dapat dihentikan pada siklus II karena sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Untuk rekapitulasi hasil kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:

SIMPULAN DAN SARAN

Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA tema Cita-citaku. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA pra siklus adalah 70,79.

Ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan IPA pra siklus adalah 61,76%.

Setelah dilaksanakan tindakan, skor rata- rata hasil belajar pengetahuan IPA siklus I mengalami peningkatan sebesar 7,41 sehingga skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siklus I menjadi 78,2.

Ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan IPA siklus I 76,47% dan belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siklus II mengalami peningkatan mencapai 5,18 dari siklus I sehingga skor rata-rata hasil belajar IPA meningkat menjadi 83,38 dan sudah mencapai kategori sangat baik (A-) sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA pada siklus II adalah 88,23%

dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80%.

Terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II dari Skor rata-

rata hasil belajar pengetahuan

IPA

Ketuntasan klasikal hasil

belajar pengetahuan

IPA

Pra Siklus 70.79 64.7

Siklus I 78.2 76.47

Siklus II 83.38 85.71

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus I Siklus II Skor rata-rata

kemampuan berpikir kreatif

siswa

86.59 92.15

ketuntasan klasikal kemampuan berpiki kreatif

siswa

38.23 80

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(9)

kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I setelah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek. Hal ini

dapat dilihat pada skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I adalah 86,59 yang berada pada

kategori di bawah rata-rata dan belum mencapai kategori rata-rata sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat menjadi 92,15 yang berada pada kategori rata-rata dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan 5,56 dari siklus I ke siklus II.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu: (1) Guru diharapkan agar dapat menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian projek untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA dan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri Denpasar Utara. (2) Kepala sekolah diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya menentukan kebijakan sekolah serta meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian projek. (3) Peneliti lain diharapkan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi terhadap penelitian yang akan dilakukan, khususnya penelitian yang relevan dengan pendekatan saintifik dengan penilaian projek.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani,Ridwan.2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Agung, A.A Gede. 2010. Metodologi Penelitian

Pendidikan.Singaraja:Undiksha

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.Singaraja:Undiksha

---. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan.Singaraja:Undiksha

Anitah,Sri dkk.2008. Strategi Pembelajaran di SD.Jakarta: Universitas Terbuka

Arikunto,Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto,Suharsimi.2013. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Artami, Yogi. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Siswa Kelas V SD”.Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.

Astawa, I Gede dan Dewa Nyoman Sudana.

Pendidikan IPA SD. Singaraja:

Undiksha

Bundu,Patta. 2006.Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains-SD. Departemen Pendidikan Nasional

Cahyo,Agus.2013. Panduan Aplikasi Teori- teori Belajar Mengajar.Jogjakarta:

Diva Prees.

Costa, Arthur. 1985. Developing Minds.West Street Alexandria:

Association for Supervision and Curriculum Development

Darmadi,Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Daryanto.2014.Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogjakarta:

Gava Media.

Hasbullah.2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Iskandar.2012. Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Referensi

Jihad,Asep dan Abdul Haris.2013. Evaluasi

Pembelajaran. Yogjakarta: Multi

Pressindo.

(10)

Kemendikbud.2014.Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.Jakarta: Kemendikbud.

Raths,Louis dkk. 1986. Teaching For Thinking. New York: Teachers College,Columbia University Ridwan dan Sunarto. 2012. Pengantar

Statistika Untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Samatowa,Usman.2011. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Jakarta:

Indeks.

Sudana dan Astawa. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Undiksha

Sudjana,Nana.2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Audit sumber daya manusia menekankan penilaian (evaluasi) terhadap berbagai aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan apakah aktivitas

62 Hikmah diturunkannya secara gradual adalah untuk menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah saw, tarbiyah bagi umat Islam dari segi keilmuan dan pengamalan,

Diketahui bahwa satu himpunan S dalam sebuah bidang atau dalam sebuah ruang adalah convex polygon (atau himpunan convex) jika dan hanya jika titik X dan Y ada di dalam S,

Penambahan ekstrak daun sirih merah ( P.crocatum ) dengan berbagai dosis dalam pakan berpengaruh nyata terhadap total eritrosit, total leukosit, persentase limfosit,

Hal ini bertujuan untuk memberi batasan terhadap objek rancangan, sehingga objek rancangan memiliki karakter tersendiri.Oleh karena itu pemilihan Tourism Architecture sebagai

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan dilihat dari nilai Capital Adequency Ratio (CAR) tahun 2012

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah melakukan pengukuran respon kanal untuk menghitung korelasi kanal dan kapasitas dari sistem komunikasi HF MIMO

Perlu adanya penelitian tentang capacity curve bangunan di Indonesia, sebagai suatu standardisasi dalam membangun, seperti di Amerika yang sudah memiliki standar nilai