• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Dirjen Pajak, KEP - 210/PJ./2001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Keputusan Dirjen Pajak, KEP - 210/PJ./2001"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 210/PJ./2001

TENTANG

ANGSURAN BULANAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DALAM MASA TRANSISI TAHUN PAJAK 2001 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang :

bahwa sehubungan dengan perubahan Pasal 25 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001, untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan kepada Wajib Pajak dalam memahami dan memenuhi kewajiban perpajakan, terutama dalam menghitung PPh Pasal 25, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Masa Transisi Tahun Pajak 2001;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

ANGSURAN BULANAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DALAM MASA TRANSISI TAHUN PAJAK 2001 Pasal 1

Besarnya angsuran Pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum bulan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan 2000 sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

Pasal 2

Besar angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2001 mulai bulan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan 2000 dihitung dengan cara sebagai berikut :

1. PPh terutang atas PKP menurut SPT Tahun 2000 dihitung menggunakan tarif lama.

2. Perhitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 sesuai dengan tarif lama.

3. PPh terutang atas PKP menurut SPT Tahun 2000 dihitung dengan menggunakan tarif baru.

4. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Tahun Pajak 2001 adalah perbandingan PPh Terutang tarif baru (angka 3) dengan tarif lama (angka 1) dikalikan dengan besarnya angsuran menurut tarif lama (angka 2).

Contoh 1:

SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2000 :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(2)

- Penghasilan Kena Pajak (PKP) - PPh Terutang (tarif lama)

- Kredit Pajak (PPh Pasal 22,23 & 24),23, dan 24

- PPh Pasal 25 + 29

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

200.000.000,00 51.250.000,00 15.250.000,00 36.000.000,00

PPh Pasal 25 TAHUN 2001:

Berdasarkan ketentuan lama : Rp 36.000.000,00 : 12 =

Rp.

3.000.000,00

Berdasarkan ketentuan baru : Penghasilan Kena Pajak (PKP) = PPh Terutang (tarif baru) =

Rp.

Rp. 200.000.000,00

42.500.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 per bulan :

42.500.000,00 x Rp 3.000.000,00 = Rp 2.487.804,87 51.250.000,00

Contoh 2 :

SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun 2000 - Penghasilan Kena Pajak (PKP)

- PPh Terutang (tarif lama)

- Kredit Pajak (PPh Pasal 22,23 & 24),23, dan 24

- PPh Pasal 25 + 29

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

200.000.000,00 51.250.000,00 15.250.000,00 36.000.000,00

PPh Pasal 25 TAHUN 2001:

Berdasarkan ketentuan lama : Rp 36.000.000,00 : 12 =

Rp.

3.000.000,00 Berdasarkan ketentuan baru :

Penghasilan Kena Pajak (PKP) = PPh Terutang (tarif baru) =

Rp.

Rp. 200.000.000,00

36.250.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 per bulan :

36.250.000,00 x Rp 3.000.000,00 = Rp 2.121.951,22 51.250.000,00

Pasal 3

Cara penghitungan besar angsuran PPh Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberlakukan terhadap :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(3)

(a)

Penentuan besar angsuran pajak yang dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tahun pajak yang lalu yang diterbitkan dalam tahun berjalan 2001;

Contoh 1:

Jika dalam SPT Tahunan PPh tahun pajak 2000 tidak terdapat unsur kompensasi kerugian.

Menurut SPT PPh Badan Tahun Pajak 2000 - Penghasilan kena pajak

- PPh terutang (tarif lama)

- kredit pajak PPh Pasal 22,23 & 24

Rp.

Rp.

Rp.

100.000.000,00 21.250.000,00 3.250.000,00 Menurut SKP Tahun Pajak 2000 yang diterbitkan dalam bulan Juni 2001

Penghasilan Kena Pajak Rp 200.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak

PPh Terutang

Kredit Pajak PPh Pasal 22,23, dan 24 PPh yang harus dibayar sendiri

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

100.000.000,00 21.250.000,00 3.250.000,00 48.000.000,00 Penghitungan PPh Pasal 25 mulai bulan Juli 2001 dan seterusnya :

Berdasarkan ketentuan lama : Rp 48.000.000,00 : 12 = Rp 4.000.000,00 Berdasarkan ketentuan baru :

- Penghasilan Kena Pajak (PKP) - PPh Terutang (tarif baru)

Rp.

Rp.

200.000.000,00 42.500.00000 Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2001 mulai Juli 2001:

42.500.000,00 x Rp 4.000.000,00 = Rp 3.317.073,17 51.250.000,00

Contoh 2 :

Jika dalam SPT Tahunan PPh 2000 terdapat unsur kompensasi kerugian

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(4)

a)

Dalam hal jumlah kerugian habis

dikompensasi dengan Penghasilan neto tahun pajak 2000 sehingga tidak ada lagi sisa kerugian yang dapat

dikompensasi dengan Penghasilan tahun pajak 2001.

Contoh : Menurut SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2000 :

- Penghasilan neto

- Kompensasi kerugian tahun pajak 1999 - Penghasilan Kena Pajak

- PPh terutang (tarif lama)

- Kredit Pajak PPh Pasal 22,23, dan 24

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

100.000.000,00 20.000.000,00 80.000.000,00 15.250.000,00 3.250.000,00 Menurut

SKP Tahun Pajak 2000 yang diterbitkan dalam bulan Juni 2001 :

- Penghasilan neto - Kompensasi kerugian - Penghasilan Kena Pajak - PPh terutang (tarif lama)

- Kredit Pajak PPh Pasal 22,23, dan 24 - PPh yang harus dibayar sendiri

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

120.000.000,00 20.000.000,00 100.000.000,00 21.250.000,00 3.250.000,00 18.000.000,00 Penghitungan

angsuran bulan PPh Pasal 25 mulai bulan Juli 2001 dan seterusnya:

Besar angsuran PPh Pasal 25, Juli 2001:

Berdasarkan ketentuan lama :

Rp18.000.000,00 : 12 =

Rp

1.500.000,00 Berdasarkan ketentuan baru : PPh terutang (tarif baru)

= Rp 12.500.000,00 Angsuran PPh Pasal 25 Juli 2001

Rp12.500.000,00 x

Rp1.500.000,00

= Rp 882.352,94 Rp21.250.000,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(5)

b)

Dalam hal jumlah kerugian tidak habis

dikompensasi dalam tahun pajak 2000, sehingga masih terdapat sisa kerugian yang dapat

dikompensasikan dengan

penghasilan neto tahun pajak 2001.

Contoh : Menurut SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2000 :

- Penghasilan neto

- Jumlah kerugian tahun 1999 - Kompensasi kerugian - Penghasilan Kena Pajak

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

100.000.000,00 320.000.000,00 100.000.000,00 Rp N I H I L Menurut

SKP Tahun Pajak 2000 yang diterbitkan Juni 2001

- Penghasilan neto - Kompensasi kerugian

- Sisa kerugian Tahun 1999 yang dapat dikompensasi

Rp.

Rp.

Rp.

150.000.000,00 150.000.000,00 170.000.000,00

Penghitungan angsuran bulanan PPh Pasal 25 TAHUN 2001 Karena sisa kerugian yang dapat

dikompensasi dengan penghasilan neto Tahun Pajak 2001 lebih besar dari

penghasilan Neto menurut SKP tahun pajak 2000, maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2001 adalah NIHIL.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(6)

(b)

Penentuan besar angsuran PPh Pasal 25 TAHUN 2001 dalam hal terdapat Penghasilan tidak teratur Contoh

Menurut SPT Tahunan PPh Badan 2000 - Penghasilan teratur neto

- Penghasilan tidak teratur - Penghasilan neto - PPh terutang (tarif lama)

- Kredit Pajak PPh Pasal 22,23, dan 24 - PPh yang harus dibayar sendiri

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

300.000.000,00 200.000.000,00 500.000.000,00 141.250.000,00 51.500.000,00 89.750.000,00 Penghitungan besar angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2001 :

- Penghasilan neto - Penghasilan tidak teratur - Penghasilan teratur neto - PPh terutang (tarif lama)

- Kredit Pajak PPh Pasal 22,23, dan 24 - Dasar angsuran PPh Pasal 25

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

500.000.000,00 200.000.000,00 300.000.000,00 81.250.000,00 51.500.000,00 29.750.000,00 Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2001:

Berdasarkan ketentuan lama Rp 29.750.000,00 : 12 = Rp 2.479.166,66 Berdasarkan ketentuan baru :

Penghasilan neto = Rp 300.000.000,00 PPh terutang (tarif baru) = Rp 72.500.000,00 Besar angsuran bulanan PPh Pasal 25 TAHUN 2001 72.500.000,00 x Rp2.479.166,66 = Rp 2.212.179,48 81.250.000,00

Pasal 4

Dengan berlakunya Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini maka Suplemen Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, dan Suplemen SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-425/PJ/2000 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 2001 DIREKTUR JENDERAL, ttd

HADI POERNOMO

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tujuannya adalah untuk (1) menge- tahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok usaha dan energi kelas

Selain itu untuk mengurangi limbah radioaktif yang ada di hotcell PTBBN, maka PTBBN bekerja sama dengan PTKMR- BATAN untuk melakukan suatu kegiatan penelitian

Huruf Zho diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan dua gigi seri bagian atas sebagaimana kita mengucapkan huruf Dza, yang membedakannya adalah Zho memiliki sifat Al-

auf allen anderen behandelten, sehr heterogenen PC’s (2.) gab und gibt es bis jetzt keine Probleme mit nach der Installation nicht oder fehlerhaft laufenden Programmen..

- berilah tanda pada kolom Tugas /Jabatan, sesuai tugas saat ini - berilah tanda status keaktifan sesuai kondisi saat ini.. - Isi Tempat Tugas & Mapel

Ideologi sentralisme hukum diartikan sebagai suatu ideologi yang menghendaki pemberlakuan hukum negara (state law) sebagai satu - satunya hukum bagi semua warga

Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat guru mengenai proses belajar pada siswa kelas III. Selain itu wawancara juga di

Hal ini diperlukan karena saat ini sering ditemukan kapasitor dengan nilai sebenarnya yang tidak sesuai dengan nilai yang tertulis pada badan kapasitor itu sendiri,