• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA NAMA : MUHAMMAD IQBAL BANGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TATA CARA PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA NAMA : MUHAMMAD IQBAL BANGUN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TENTANG

TATA CARA PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA O

L E H

NAMA : MUHAMMAD IQBAL BANGUN NIM : 132600023

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Muryanto Amin, S.sos, M.Si, selaku Dekan Fisip USU 2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Seluruh Bapak/Ibu Staf Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

(3)

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Bapak Adi Gampo Yahya, MAP,selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah memberikan izin, kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan riset.

8. Kepala Sub Bagian Umum KPP Pratama Medan Kota yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

9. Seksi Waskon I, Seksi PDI, Seksi Ekstensifikasi dan Seksi Pelayanan yang telah meluangkan waktunya dan membantu saya mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

10. Kedua Orang Tua saya tercinta, Feryanto Bangun, SH dan Ibu saya Rosidah, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.

11. Kepada teman – teman seperjuangan saya stambuk 2013 Administrasi Perpajakan Fisip USU terimakasih telah menghibur ,memberikan motivasi serta semangat untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

(4)

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, saya menyadari adanya kelemahan dan kekurangan dari segi isi,bahasa, maupun penyajiannya.Akan tetapi, penulis telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.Penulis juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata-kata dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.

Medan, Juni 2016 Penulis

Muhammad Iqbal B

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISIi ... v

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat ... 5

C. Uraian Teoritis ... 7

D. Ruang Lingkup ... 9

E. Metode Penulisan ... 10

F. Metode Pengumpulan Data ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ... 12

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... 15

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 15

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 20

C. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ... 12

(6)

BAB III GAMBARAN DATA DAN TEORI TUGAS AKHIR ... 24

A. Ketentuan Pemotongan dan Pemungutan PPh Pasal 23 ... 24

B. Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 ... 28

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 38

A. Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 ... 38

B. Sanksi yang diberikan Kepada Wajib Pajak Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 Tidak Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak... 39

C. Wajib Pajak Terdaftar dan yang Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahun 2015 ... 40

D. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Kepada Masyarakat ... 45

E. Sosialisasi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Kepada Wajib Pajak ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

HalamanTabel 3.1 Tabel Jumlah Wajib Pajak Terdaftar yang Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 23 Tahun 2015... 40 HalamanTabel 3.2Tabel Data Pencapaian

Pajak Penghasilan dan Pajak Lainnya 2015 ... 41 HalamanTabel 5.1Tabel

Kegiatan Sosialisasi Tahun 2015 ... 47

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana yang cukup besar untuk mewujudkannya.

Untukmemenuhi dana yang sangat besar tersebut, pemerintah harus menggali sumber penerimaan yang ada baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam. Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya utama yang terlebih dulu harus dikembangkan, agar semua potensi yang ada pada diri sesorang itu dapat dimanfaatkan untuk penggalian sumber daya lainnya. Sumber Daya Alam yang selama ini kita harapkan, tidak mampu lagi untuk menopang pemenuhan pengeluaran Negara, terlebih Sumber Daya Alam yang kita andalkan saat ini mempunyai nilai guna yang relatif terbatas dan sedikit yang suatu saat akan habis, contoh minyak bumi. Maka pemerintah dalam hal ini berupaya keras mencari sumber daya lain yang dapat menutupi kebutuhan negara yaitu sektor pajak. Sumber penerimaan dari pajak memiliki nilai guna yang tidak terbatas.

(9)

Sesuai dengan sistem pemerintah yang berlaku di Indonesia, Pajak dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara (APBN), dan sebaliknya pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah (APBD). Jenis pajak yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (PBB P3) dan Bea Materai.

Penerimaan sektor pajak adalah penyumbang terbesar didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai belanja negara, gaji pegawai pemerintah, biaya pendidikan, penanggulangan bencana alam, pelunasan hutang luar negeri, pembangunan nasional dan pengeluaran lainnya yang setiap tahun meningkat. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak dituntut untuk memaksimalkan penerimaan disektor fiskal sehingga diperlukan upaya- upaya yang efektif dan efisien dalam mencapai target penerimaan pajak yang setiap tahunnya semakin meningkat. Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia akan hak dan kewajiban perpajakan menjadi kendala utama penerimaan disektor pajak. Maka, sosialisasi ke

(10)

seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu langkah terbaik untuk memaksimalkan penerimaan pajak.

Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sedangkan, menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka subjek pajak itu akan berubah menjadi wajib pajak. Pada prinsipnya subjek pajak terbagi 2 (dua) yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, hal ini sesuai dengan asas

(11)

pemungutan pajak kita yaitu Asas Domisili (asas tempat tinggal) yang menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan wajib pajak luar negeri terutang pajak atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

Pajak penghasilan pasal 23 adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak dalam negeri. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan. Oleh karena itu, untuk meringankan beban pajak terutang bagi wajib pajak, maka besarnya pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan

(12)

selain yang dipotong PPh Pasal 21 tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pemahaman tentang pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 ini sangat penting diketahui, karena dapat digunakan sebagai pengurang pajak terutang wajib pajak.

Dengan bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dan penulis akhirnya mengangkat judul, “Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota”.

B. Tujuan dan Manfaat

Laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui wajib pajak dalam negeri yang bersangkutan telah melakukan penghitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan

(13)

Pasal 23 telah dipotong oleh pihak yang membayarkan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan pajak yang berlaku.

1.2 Untuk mengetahui proses pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar.

2. Manfaat

Adapun yang menjadi manfaat penulis dalam melaksanakan Laporan Tugas Akhir :

2.1 Bagi Mahasiswa

a) Mengetahui proses pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 lebih mendalam untuk menerapkannya dalam lingkungan kerja secara nyata.

b) Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2.2 Bagi Instansi

a) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota dengan lembaga pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(14)

b) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

2.3 Bagi Universitas

a) Guna mempersiapkan tenaga kerja yang mumpuni dibidangnya, siap bersaing dan profesional dalam lingkungan kerja yang nyata.

b) Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai bidang keahliannya.

C. Uraian Teoritis 1. Dasar Hukum

1.1. Pasal 1 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1.2. Pasal 2 Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

1.3. Pasal 23 Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

2. Defenisi Pajak

(15)

Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal- balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro,1993: 2).

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang menjadi objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan

(16)

bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh 21.

Pada dasarnya subjek pajak dalam negeri terutang atas seluruh penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh didalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh diluar negeri.

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak dalam negeri atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri, dan pengenaannya langsung dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan. Untuk meringankan beban pajak terutang, maka besarnya pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negeri yang dipotong tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak.

Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak yang dibayar atau dipotong tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dan peraturan-peraturan yang berlaku mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan, tarif dalam hal wajib pajak yang menerima penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), jenis jasa lain yang menjadi objek pajak penghasilan pasal 23, objek pajak yang tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 23.

(17)

D. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup Tugas Akhir yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai:

1. Data yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan Wajib Pajak Dalam Negeri dan pelaporannya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota kepada masyarakat.

3. Bagaimana Struktur Organisasi dan bagaimana tugas seorang fiskus di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

E. Metode Penulisan 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis menyediakan persiapan yang dibutuhkan mulai dari pengenalan objek pajak yang akan dibahas, pengajuan judul, serta hal-hal yang mendukung untuk kegiatan ini.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan Perundang - Undangan di bidang perpajakan, bahan-bahan kuliah, materi brevet,

(18)

internet, majalah, surat kabar, catatan-catatan, maupun bahan tertulis yang ada hubungannya dengan laporan penelitian.

3. Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap objek Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

4. Pengumpulan Data

Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun Tugas Akhir yang terdiri dari :

4.1. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui dan memahami tentang Pajak khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23.

4.2. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung seperti buku-buku literatur, peraturan Perundang - Undangan di bidang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internet, catatan-catatan, maupun bahan tertulis yang ada hubungannya dengan laporan penelitian.

5. Analisis Dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan,

(19)

dan teori yang telah diterima dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis dan secara objektif.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Tugas Akhir ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara ( Interview Guide )

Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatkan pegawai pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23.

2. Daftar Observasi ( Observasi Guide)

Melakukankegiatan pengamatan langsung yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber data yang perlu.

3. Daftar Dokumentasi ( Dokumentasi Guide )

Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas teori-teori dan penjelasan tentang pajak penghasilan pasal 23.

(20)

G. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Tugas Akhir adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan TugasAkhir

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Struktur Organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini penulis menguraikan ketentuan perpajakan tentang tata cara pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

(21)

Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai Tata Cara Pemotongandan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai Laporan Tugas Akhir dan permasalahan yang penulis hadapi selama mengerjakan Laporan Tugas Akhir

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai dari masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri 3 (tiga) Kantor Inspeksi Pajak, yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan.

b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar.

Tahun 1976 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu, Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan Kantor Pajak Pelayanan Medan Kota). Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam pelayanan

(23)

pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisir Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari 3 (Tiga) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Dan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan, Kantor Pelayanan Pajak Berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.

(24)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota Madya Medan menjadi 6 (enam) wilayah kerja. Terkahir sesuai Keputusan Menteri Keuangan 1 April 2007 Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi 6 (enam), yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1.1. Kecamatan Medan Timur.

1.2. Kecamatan Medan Tembung.

1.3. Kecamatan Medan Perjuangan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

2.1. Kecamatan Medan Barat.

2.2. Kecamatan Medan Petisah.

2.3. Kecamatan Medan Helvetia.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

3.1. Kecamatan Medan Kota.

3.2. Kecamatan Medan Denai.

3.3. Kecamatan Medan Amplas.

(25)

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

4.1. Kecamatan Medan Polonia.

4.2. Kecamatan Medan Maimun.

4.3. Kecamatan Medan Baru.

4.4. Kecamatan Medan Tuntungan.

4.5. Kecamatan Medan Selayang.

4.6. Kecamatan Medan Johor

5. Kantor Pelayanan Pajak Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

5.1. Kecamatan Medan Belawan 5.2. Kecamatan Medan Marelan 5.3. Kecamatan Medan Labuhan 5.4. Kecamatan Medan Deli 6. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

7. Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai Intitusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan.Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

(26)

rakyat.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 Lantai IV yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor.30- A.tetapi saat ini Kantor Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota telah berpindah dan berada di Jalan Sukamulia No.17-A Kampung Aur Kec.Medan Maimun Kota Medan.

Adapun Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang didirikan untuk melayani masyarakat dalam melaporkan pajak terutangnya, sehingga masyarakat yang berada dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dapat terbantu khususnya bagi wajib pajak badan atau pun wajib pajak orang pribadi (OP). Berdasarkan peraturan Direktorat Jenderal Pajak, maka perlu adanya suatu badan atau instansi berupa Kantor Pelayanan Pajak untuk sebagai wadah atau pun tempat dalam menerima atau pun menampung aspirasi atau pun sekedar keluhan masyarakat tentang pajak dan bagaimana pentingnya membayar pajak kepada Negara. Adapun sejarah dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota merupakan pecahan dari dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang berdasarkan kepada:

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

443/KMK.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001.

(27)

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

58/KMK.01/2002 Tanggal 26 Februari 2002.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu) bagian dari 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan Fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain:

1. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal.

2. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan Perpajakan.

3. Seksi Pengolahan Data (PDI).

4. Seksi Pelayanan.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, dan IV).

6. Seksi Pemeriksaan, 7. Seksi penagihan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 1. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama

(28)

dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, rumah tangga dan keuangan.

2. Seksi Ekstensifikasi dan penyuluhan perpajakan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan serta sosialisasi dan penyuluhan perpajakan.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, pengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan berlaku.

(29)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan wajib pajak (PPh, PPN, dan pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).

6. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen- dokumen penagihan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan

(30)

Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

(31)

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Ketentuan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23 Dasar Hukum:

a. Pasal 1 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b. Pasal 2 Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan; dan

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008.

Atas jasa lain sesuai dengan Pasal 23 Ayat (3) Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, ada baiknya kita mengetahui apa arti pajak. Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada kas Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

(32)

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ada 2 (dua) fungsi pajak yaitu fungsi regular (mengatur), pajak merupakan alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contohnya, pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup komsumtif dan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 0% (nol persen) atas ekspor diterapkan untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasar dunia.

Kemudian, fungsi budgetair (sumber keuangan Negara), pajak sebagai salah satu sumber penerimaan Negara digunakan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.Untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya.Sebagai sumber keuangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak- banyaknya pada kas Negara. Upaya yang ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui sensus pajak, penyediaan aplikasi elektronik oleh Direktorat Jenderal Pajak, penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan lain-lain sehingga mempermudah proses pelaksanaannya. Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada

(33)

dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya.Oleh karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhinya kewajiban pajak subjektif menjadi sangat penting.

Pada umumnya subjek pajak penghasilan dibedakan menjadi 2 yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.Subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh dari dalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.Sedangkan subjek pajak luar negeri terutang pajak di Indonesia atas penghasilan yang berasal dari Indonesia saja. Pajak penghasilan pada umumnya dibagi lagi menjadi Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2), dan Pajak Penghasilan Pasal 15.

Pada kesempatan ini, kita akan membahas lebih jauh mengenai Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dalam laporan ini disingkat menjadi PPh Pasal 23.

PPh Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Untuk meringankan pajak yang terutang wajib pajak, maka besarnya pajak atas penghasilan wajib pajak yang telah dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak

(34)

Wewenang sebagai pemotong PPh Pasal 23 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang implementasinya dapat dilihat pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang diperoleh pada saat wajib pajak mendaftarkan diri ke kantor pajak wilayah domisili/ kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT) terdapat keterangan jenis kewajiban pajak setiap wajib pajak.

Apabila tidak ada penunjukan dari kantor pelayan Pajak Pratama dimana wajib pajak terdaftar maka tidak boleh memotong atau memungut pajak selain jenis pajak yang diwajibkan.

Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Selanjutnya mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK. 03/2008 tanggal 31 Desember 2008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK. 03/2010 tanggal 1 April 2010 tentang tanggal jatuh tempo penyetoran pajak penghasilan pasal 23.

B. Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

(35)

Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan. Subjek pajak yang telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif dalam Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak disebut sebagai wajib pajak. Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa

1.1 Yang menjadi subjek pajak adalah : a. Orang Pribadi

b. Badan

c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

d. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

1.2 Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri

Yang menjadi subjek pajak PPh Pasal 23 adalah subjek pajak dalam negeri, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak memiliki niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia, warisan yang belum

(36)

2. Objek Pajak Penghasilan Pasal 23

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (1) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang menjadi objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan. Yang menjadi Objek PPh Pasal 23 adalah :

2.1.Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil koperasi.

2.2.Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

2.3.Royalti.

2.4.Hadiah, penghargaan, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

2.5.Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud

(37)

dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

2.6.Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultasi, dan jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

2.7.Jenis jasa lain selain jasa sebagaimana dimaksud diatas diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 Tanggal 31 Desember 2008.

3. Pengecualian Objek Pajak Penghasilan Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 (Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23) sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yaitu:

3.1.Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada Bank.

3.2.Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.

3.3.Deviden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan deviden yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 yat (2c) .

3.4.Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i.

3.5.Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada

(38)

3.6.Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman keuangan dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

4. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23

Tarif PPh Pasal 23 sebagaimana diatur pada pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

4.1.Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas penghasilan berupa deviden, bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang, royalti, hadiah, penghargaan, bonus selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ayat (1) huruf e.

4.2.Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas penghasilan dari sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

4.3.Jenis Jasa lain berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 dikenakan Sebesar 2% (dua persen) dari imbalan sehubungan dengan jasa manajemen, jasa teknik, jasa konsultasi, dan atas jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Tarif tersebut dapat lebih besar 100% (seratus persen) jika wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan yang

(39)

dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

5. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23

5.1. Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannnya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan;

5.2. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos Indonesia;

5.3. Pajak Penghasilan Pasal 23 di wajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir;

5.4. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotong kepada orang pribadi atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong; dan

5.5. Pelaksanaan pemotong, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23,

(40)

hal ini dimaksudkan untuk mempermudah, pengawasan terhadap pelaksaan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 tersebut.

Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Dalam pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak. Surat Setoran Pajak ini berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi. Surat Setoran Pajak dianggap sah jika telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Adapun tempat pembayaran adalah Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak.

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 wajib memberikan tanda bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 kepada orang pribadi atau badan yang dipotong setiap melakukan pemotongan atau pemungutan. Bagi penerima penghasilan, bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 ini

(41)

adalah bukti pelunasan Pajak Penghasilan terutang dalam tahun tersebut yang nantinya akan dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunannya.

Apabila masa pajak telah berakhir, pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 wajib melaporkan pemotongan yang telah dilakukan dalam masa pajak tersebut. Pelaporan ini dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23/26 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 terdaftar.

Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23/26 harus disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

6. Contoh Penghitungan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

6.1. PT. Jumbo (pihak pertama) melakukan kontrak dengan PT.Iklan Promo selaku perusahaan agen periklanan (pihak kedua) untuk membuat iklan sekaligus memasang iklan pada PT.Perusahaan Media (pihak ketiga). Nilai Kontrak yang telah disepakati adalah sebesar Rp.255.000.000. rincian tagihan PT.Iklan Promo kepada PT.Jumbo terdiri dari:

a. Jasa pembuatan materi iklan sebesar Rp.100.000.000;

b. Fee agen Rp.5.000.000; dan

c. Biaya pemasangan iklan Rp.150.000.000

Atas biaya pemasangan iklan tersebut, PT.Perusahaan Media menagih kepada PT.Iklan Promo sebesar Rp.150.000.000 yang

(42)

kemudian akan dilakukan reimbursement (penggantian) oleh PT.Jumbo kepada PT.Iklan Promo.

Pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi di atas adalah sebagai berikut:

a. Pemotongan PPh Pasal 23 yang dilakukan PT.Jumbo atas pembayaran jasa pembuatan materi iklan dan jasa keagenan kepada PT.Iklan Promo adalah:

1) Untuk jasa pembuatan materi iklan sebesar:

2% x Rp.100.000.000 = Rp.2.000.000,00 2) Untuk jasa keagenan sebesar:\

2% x Rp.5.000.000 = Rp.100.000,00

b. Pemotongan PPh Pasal 23 yang dilakukan PT.Iklan Promo atas pembayaran jasa pemasangan iklan kepada PT.Perusahaan Media adalah sebesar:

2% x Rp.150.000.000 = Rp.3.000.000,00

c. Dalam hal tidak ada faktur tagihan atau bukti pembayaran dari PT.Iklan Promo kepada PT.Perusahaan Media atas rincian tagihan diatas, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT.Jumbo kepada PT.Iklan Promo adalah sebesar 225.000.000,00, sehingga PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh

(43)

PT.Jumbo atas pembayaran kepada PT.Iklan Promo adalah sebesar:

2% x Rp.255.000.000 = Rp.5.100.000,00

6.2. PT.Artis Besar merupakan perusahaan dibidang manajemen artis. PT.Artis Besar mendapatkan Kontrak dari PT.Televisi Nasional dengan nilai kontrak total sebesar Rp.550.000.000.

Rincian nilai kontrak tersebut meliputi honor artis sebesar Rp.500.000.000 dan jasa keagenan artis sebesar Rp.50.000.000.

Atas pembayaran yang dilakukan PT.Televisi Nasional kepada PT.Artis Besar dipotong PPh Pasal 23 atas jasa keagenan oleh PT.Televisi Nasional sebesar:

2% x Rp.50.000.000 = Rp.1.000.000,00

Selain pemotongan PPh Pasal 23 tersebut, PT.Televisi Nasional mempunyai kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran honor kepada artis.

7. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 wajib melakukan pemotongan atas objek Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap.

Berikut ini adalah pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23:

(44)

7.1. Badan pemerintah;

7.2. Subjek Pajak badan dalam negeri;

7.3. Penyelenggara kegiatan;

7.4. Bentuk Usaha Tetap;

7.5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya; dan

7.6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak.

(45)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, penghasilan yang diberikan oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap (BUT), perwakilan perusahaan diluar negeri lainnya, dan orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama kepada penerima penghasilan, baik wajib pajak dalam negeri (Orang Pribadi dan Badan) maupun Bentuk Usaha Tetap (BUT) akan dikenakan PPh Pasal 23. Pajak yang dipotong adalah sesuai dengan tarif sebagaimana dalam Undang-Undang Pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23.

Pajak yang sudah dipotong bisa dikreditkan oleh wajib pajak, hal ini agar penghasilan wajib pajak tidak dikenakan pajak berganda. Untuk pengkreditannya, wajib pajak yang sudah dipotong PPh Pasal 23 harus melampirkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan agar dapat diakui pemotongannya oleh pihak fiskus. Dengan demikian wajib pajak bisa memperhitungkan pajak yang sudah dipotong itu sebagai pengurang pajak terutangnya untuk satu tahun

(46)

pajak.Bukti Potong PPh Pasal 23 yang lebih dari 1 (satu) harus dilampirkan semuanya.

B. Sanksi yang Diberikan Kepada Wajib Pajak yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 Tidak Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

Setiap Wajib Pajak yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23, tetapi Wajib Pajak tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang merupakan tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, maka tarif pemotongannya lebih tinggi 100%.

Contoh :

PT. X merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2014, beralamat di Jl. Makam Nomor 21 kecamatan Medan Denai. Nomor Pokok Wajib Pajak 01.222.332.1.122.000.

Membayarkan jasa perbaikan mesin produksi yang telah rusak sebesar Rp 10.000.000 kepada Tuan Rasman, yang beralamat di Jl. Dahlan Nomor 11 Kecamatan Medan Kota, dan Tuan Rasman Tidak mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak.

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dipotong oleh PT. X adalah sebesar:

= 2 % × Rp 10.000.000 = Rp 200.000,-

Tambahan Pajak Penghasilan karena Tuan Rasman tidak memiliki NPWP:

= 100% x Rp. 200.000 = Rp. 200.000,-

(47)

Maka besarnya Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dipotong PT X terhadap pembayaran jasa atas jasa teknik Tuan Rasman adalah:

= Rp. 200.000 + Rp. 200.000

= Rp. 400.000,-

Adapun tujuan penerapan sanksi ini, agar setiap Wajib Pajak mengetahui begitu pentingnya peranan Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran Pajak juga sebagai pengawasan administrasi perpajakan.

C. Wajib Pajak Terdaftar dan yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, maka penulis akan menyajikan tabel yang berhubungan dengan Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan, baik dari jumlah Wajib Pajak yang terdaftar, Jumlah Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang masuk pada tahun terakhir yaitu 2015. Adapun Tabel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun 2015 Pada

(48)

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

(Orang Pribadi dan Badan)

Jumlah Wajib Pajak yang Lapor SPT Masa PPh Pasal 23

Jumlah Penerimaan atas Pajak Penghasilan

Pasal 23

145.276 1941 8.810.860.676

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 2016 Berdasarkan uraian tabel diatas wajib pajak yang terdaftar adalah 145.276 dan Wajib Pajak yang melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 hanya 1941. Dengan jumlah penerimaan 8.810.860.676.

Berikut ini, penulis juga memberikan laporan pencapaian penerimaan pajak penghasilan dan pajak lainnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

Tabel 3.2

Data Pencapaian Pajak Penghasilan dan Pajak Lainnya Tahun 2015 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Jenis Pajak Rencana

Tahun 2015

Tahun % Growth %

Penerimaan 2015

2015 2014

A. Pajak Penghasilan

(49)

1. PPh Pasal 21 41.795.00 47,602.00 41,042.00 15.98 113.89 2. PPh Pasal 22 30.937.00 11,696.00 13,551.00 (13.69) 37.81 3. PPh Pasal 22 Impor 132,520.00 71,829.00 70,982.00 1.19 54.20

4. PPh Pasal 23 20,528.00 11,711.00 8,992.00 30.24 57.05

5. PPh Pasal 25/29 OP 45,518.00 94,314.00 43,473.00 116.95 207.20 6. PPh Pasal 25/29

Badan

79,233.00 34,584.00 24,598.00 40.60 43.65

7. PPh Pasal 26 3,984.00 1,729.00 1,745.00 (0.92) 43.40

8. PPh Final dan FLN 354,956.00 180,383.00 142,587.00 26.51 50.82 9. PPh Non Migas

Lainnya

0.00 0.00 1.00 (100.00) #DIV/0!

10. PPh Migas 0.00 10.00 3.00 233.33 #DIV/0!

Pajak Penghasilan 709,471.00 453,858.00 346,974.00 30.80 63.97

B. PPN dan PPnBM

1. PPN Dalam Negeri 543,062.00 425,318.00 339,895.00 25.13 78.32 2. PPN Impor 278,959.00 233,715.00 209,533.00 11.53 83.78 3. PPnBM Dalam

Negeri

14.00 (2,280.00) 10.00 (22,900.00) (16,285.71)

4. PPnBM Impor 1,089.00 437.00 740.00 (40.95) 40.13

(50)

5. PPN dan PPnBM Lainnya

0.00 0.00 4.00 (100.00) #DIV/0!

PPN dan PPnBM 823,124.00 657,190.00 550,202.00 19.45 79.84

C. Pajak Lainnya dan PIB

1. Bea/Benda Materai 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!

2. Pajak Tidak Langsung Lainnya

0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!

3. Bunga Penagihan PPh

105.00 64.00 103.00 (37.86) 60.95

4. Bunga Penagihan PPN dan PTLL

54.00 101.00 52.00 94.23 187.04

5. BPP 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!

6. Pemberian Imbalan Bunga (PIB)

0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!

Pajak Lainnya dan PIB 159.00 165.00 155.00 6.45 103.77

Jumlah Penerimaan 1,532,754.00 1,111,213.00 897,331.00 23.84 72.50

(51)

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 2016

Berdasarkan tabel pencapaian penerimaan pajak diatas, terlihat jelas bahwa penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota masih banyak yang tidak mencapai target. Ada beberapa pencapaian penerimaan dari beberapa jenis pajak yang melebihi target atau rencana yang diharapkan seperti PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi. Adapula, yang belum mencapai target penerimaan pajaknya seperti PPh Pasal 22, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25/29 Badan, serta PPh Pasal 26. Pada pencapaian PPh Pasal 23 belum mencapai target yang telah direncanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan rencana penerimaan Rp.

20.528.000.000-, namun pada tahun 2015 PPh Pasal 23 hanya mencapai 57.05% (lima puluh tujuh koma nol lima persen) dengan jumlah penerimaan Rp.11.711.000.000. Walaupun jumlah penerimaan pajak tidak terealisasi sesuai target, tapi ada peningkatan pajak yang cukup signikan dari jumlah pajak sebelumnya dengan pertumbuhan 30.24% (tiga puluh koma dua puluh empat persen).

D. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Kepada Masyarakat

Masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah perpajakan, baik mengenai Pajak Penghasilan, maupun jenis pajak yang lain akan dibimbing oleh Account Representative (AR) dibawah naungan seksi

(52)

Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Masyarakat yang kurang jelas mengenai tata cara pemotongan, pelaporan, dan pengkreditan PPh Pasal 23, serta hak dan kewajiban perpajakan lainnya bisa langsung datang dan menemui AccountRepresentative (AR) wajib pajak bersangkutan di Jalan Sukamulia No.17-A Kampung Aur Kec.Medan Maimun Kota Medan.

Untuk mempermudah pengawasan, setiap wilayah khususnya kelurahan akan dipimpin oleh seorang Account Representative, AR inilah yang nantinya akan memberikan bimbingan kepada masyarakat yang datang berkonsultasi. Masyarakat yang ingin berkonsultasi akan ditanya mengenai tempat wilayah, tempat tinggal (domisili), NPWP, atau juga ditanya mengenai dimana wajib pajak itu terdaftar, sehingga dengan demikian memudahkan AR untuk memberikan penjelasan atau pun mengarahkannya kepada AR wajib pajak jika dalam hal tidak mengetahui AR-nya yang menangani wilayah wajib pajak tersebut.

E. Sosialisasi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Kepada Wajib Pajak

Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak dalam upaya memasyarakatkan pajak sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Negara dalam hal ini memberikan mandat kepada pemerintah

(53)

dan memungut pajak atas penghasilan yang didapat atau pun diperoleh di Indonesia. Namun proses pemungutan pajak ini sendiri tidaklah mudah tanpa partisipasi dan kesadaran masyarakat.

Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak ialah dengan sosialisasi.Sosialisasi merupakan bentuk penyampaian informasi, oleh sebab itu sosialisasi sangatlah diperlukan untuk menyampaikan informasi yang sedang berkembang. Penyampaian informasi ini akan sangat berpengaruh besar terhadap apa yang disosialisasikan. Begitu pula halnya dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, berbagai hal dilakukan untuk pencapaian penerimaan pajak, untuk pemahaman peraturan terbaru, dan lain sebagainya.

Pada saat penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, sosialisasi yang telah dan sedang banyak dilakukan selama Periode 2015, diantaranya adalah sebagai berikut:

(54)

5.1 Tabel Kegiatan Sosialisasi Tahun 2015 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

I. WP Baru (proporsi 16.67%)

NO Unit Kerja Tema/Topik Target Kegiatan Media

Realisasi yang telah

dilakukan

1 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Kepada WP OP

Pegawai/

Karyawan Melalui Pemberi Kerja

WP OP Pegawai/

Karyawan

Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 0

JUMLAH 0

Sumber : KPP Pratama Medan Kota

(55)

II. WP Terdaftar (Proporsi 83.37%)

NO Unit Kerja Target Penyuluhan

Target Kegiatan Media

Realisasi yang telah

dilakukan

1 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Kepada WP OP

Pegawai/

Karyawan Melalui Pemberi Kerja

WP OP Pegawai/

Karyawan

Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 6

2 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Kepada WP

dengan Penghasilan Bruto

Tertentu

WP dengan Penghasilan

Bruto Tertentu

Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 0

3 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Kepada WP

Badan

Pemberi Kerja Swasta

Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 4

(56)

4 KPP Pratama

Medan Kota

Penyuluhan Tentang Pajak Penghasilan Bagi

WP dengan Ozmet Tertentu

Tidak Melebihi 4,8M

WP dengan Penghasilan

Bruto Tertentu

Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 1

5 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Perpajakan Kepada WP yang

Transaksi Penjualan Barang/Jasanya Melalui Internet

WP e- commerce

dengan Penghasilan

Bruto Tertentu

Kelas Pajak/

Klinik Pajak

Langsung 0

6 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Tentang Hak dan

Kewajiban WP Sektor atau KLU

Tertentu

WP Sektor atau KLU Tertentu

Kelas Pajak/

Klinik Pajak

Langsung 4

(57)

7 KPP Pratama

Medan Kota

Penyuluhan Kepada Bendahara dan

Pemberi Kerja

Pemberi Kerja Swasta

Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 4

8 KPP

Pratama Medan

Kota

Penyuluhan Perpajakan Tentang Hak dan

Kewajiban Perpajakan Bagi

Bendahara

Bendahara Workshop /Bimbingan

Teknis

Langsung 5

JUMLAH 24

Sumber : KPP Pratama Medan Kota

Sosialisasi Perpajakan merupakan suatu upaya dari Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada wajib pajak khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan.

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dan telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam hal ini penulis mengambil beberapa kesimpulan mengenai Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

1. Atas Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak ketiga harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23/26 harus disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

2. Wewenang sebagai pemotong PPh Pasal 23 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang implementasinya dapat dilihat pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang diperoleh pada saat wajib pajak mendaftarkan diri ke kantor pajak wilayah domisili/ kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada penerima penghasilan dan merupakan kredit pajak bagi Wajib

(59)

Pajak sebagai pengurang untuk perhitungan pajak terutang setahun dan disampaikan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

4. Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak. Surat Setoran Pajak ini berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi. Surat Setoran Pajak dianggap sah jika telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Adapun tempat pembayaran adalah Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak.

5. Tarif Pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar 15% (lima belas persen) untuk deviden, bunga, royalty, hadiah dan 2% (dua persen) untuk sewa dan jasa. Namun, bagi wajib pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tarif PPh Pasal 23 menjadi lebih tinggi 100%

(seratus persen).

B. Saran

Sebagai hasil akhir dari isi laporan ini, penulis juga menyampaikan saran-saran yang mungkin bermanfaat dalam memotivasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Mahasiswa/i, dan Program Studi Diploma III

(60)

saran-saran yang penulis dapat berikan dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan agar Wajib Pajak tidak menghindari pajak, maka kegiatan sosialisasi terus digiatkan dengan segala cara terutama dengan memanfaatkan media cetak maupun media elektronik yang mudah diakses sehingga dapat memudahkan masyarakat 2. Bagi pihak Instansi khususnya Seksi Pengawasan dan Konsultasi

hendaknya selalu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

3. Hendaknya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan meningkatkan kerja sama dengan Kantor/ Instansi, untuk dapat menjalin hubungan sehingga Kantor/ Instansi tersebut dapat mendukung Program yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di Sumatera Utara.

4. Hendaknya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan membuat program untuk mahasiswa yang akan menyelesaikan kuliahnya sesuai dengan jadwal yang ditentukan, sehingga mahasiswa yang telah menyusun program selanjutnya tidak akan terganggu.

5. Bagi mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan riset agar tetap menjaga kedisplinan, sopan-santun, dan melaksanakan tata aturan yang berlaku pada instansi selama mahasiswa melakukan riset.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Soemitro,Rochmat.1993.Pajak Penghasilan. Bandung : PT.Eresco

Peraturan Perundang-undangan :

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, tentang

Perubahan Keempat atas Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, tentang Perubahan Keempat atas Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Program ini terbuka bagi dosen/peneliti perguruan tinggi yang telah memiliki naskah buku teks pembelajaran yang diturunkan dari pengalaman penelitiannya di Indonesia,

Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo, melalui model Round Teble .Penelitian

- berilah tanda pada kolom Tugas /Jabatan, sesuai tugas saat ini - berilah tanda status keaktifan sesuai kondisi saat ini.. - Isi Tempat Tugas & Mapel

Ideologi sentralisme hukum diartikan sebagai suatu ideologi yang menghendaki pemberlakuan hukum negara (state law) sebagai satu - satunya hukum bagi semua warga

Jika jumlah televisi yang terjual pada bulan Mei 24 buah, maka jumlah televisi yang terjual pada bulan Juni adalah!. Suatu huruf dipilih secara acak dari huruf-huruf pembentuk

Huruf Zho diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan dua gigi seri bagian atas sebagaimana kita mengucapkan huruf Dza, yang membedakannya adalah Zho memiliki sifat Al-

Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim ( schedule f) 0 4 Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin

Menimbang, bahwa oleh karena suami pemohon telah meninggal dunia maka sesuai ketentuan pasal 345 KUHPerdata, pemohon cukup beralasan dijadikan sebagai wali dari anak