A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan
pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana yang cukup besar
untuk mewujudkannya. Untuk memenuhi dana yang sangat besar tersebut,
pemerintah harus menggali sumber penerimaan yang dapat menutupi pengeluaran
negara tersebut. Penggalian sumber-sumber daya yang ada disuatu negara adalah hal
yang paling efektif dilakukan, baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya
Alamnya. Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya utama yang terlebih dulu
harus dikembangkan, agar semua potensi yang ada pada diri seseorang itu dapat
dimanfaatkan untuk penggalian sumber daya yang lainnya.
Sumber Daya Alam yang selama ini kita harapkan, tidak mampu lagi untuk
menopang pemenuhan pengeluaran negara, terlebih Sumber Daya Alam yang kita
andalkan saat ini mempunyai nilai guna yang relatif terbatas dan sedikit yang suatu
saat mungkin akan habis, contoh minyak bumi. Maka pemerintah dalam hal ini
berupaya keras mencari sumber daya lain yang dapat menutupi kebutuhan negara
yaitu dari sektor pajak. Sumber penerimaan dari pajak mempunyai nilai guna yang
tidak terbatas, apalagi dengan bertambahnya subjek pajak dan/ atau objek pajak
Sesuai dengan sistem pemerintah yang berlaku di Indonesia, Pajak dikelola
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat
merupakan sumber penerimaan negara (APBN), dan sebaliknya Pajak yang dikelola
oleh pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah (APBD). Jenis Pajak
yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perhutanan, Perkebunan, dan Pertambangan (PBB
P3), dan Bea Materai. Berdasarkan Undang-Undang, setiap masing-masing jenis
pajak telah ditetapkan dengan jelas mengenai siapa-siapa yang menjadi subjek pajak
dan apa yang menjadi objek pajaknya serta berapa tarif pajak yang berlaku sesuai
dengan aturan yang ada.
Penerimaan sektor pajak adalah penyumbang terbesar didalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai belanja
negara, gaji pegawai pemerintah, biaya pendidikan, penanggulangan bencana alam,
subsidi BBM, pelunasan hutang luar negeri, pembangunan nasional dan pengeluaran
lainnya yang setiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak
dituntut untuk memaksimalkan penerimaan disektor fiskal sehingga diperlukan
upaya-upaya yang efektif dan efisien dalam mencapai target penerimaan pajak yang
setiap tahunnya semakin meninggkat. Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat
Indonesia akan hak dan kewajiban perpajakan menjadi kendala utama penerimaan
langkah terbaik untuk meminimalkan kendala tersebut sehingga target penerimaan
pajak dapat dimaksimalkan.
Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2008: 1). Sedangkan menurut
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun
subjektif maka subjek pajak itu akan berubah menjadi wajib pajak. Pada prinsipnya
subjek pajak terbagi 2 (dua) yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri. Subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, hal ini sesuai dengan asas
bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
dari luar negeri. Sedangkan wajib pajak luar negeri terutang pajak atas penghasilan
yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak dalam negeri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Pajak yang
dipotong atas penghasilan yang dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak
dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib
membayarkan. Oleh karena itu, untuk meringankan beban pajak terutang bagi wajib
pajak, maka besarnya pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh subjek pajak dalam negeri (Orang Pribadi maupun Badan), dan Bentuk
Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang dipotong PPh pasal 21 tersebut dapat dikreditkan terhadap total
pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak sesuai dengan undang-undang
Pada dasarnya pajak penghasilan pasal 23 atas penghasilan yang dipotong
oleh pihak yang wajib membayarkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu pada Pasal 23. Pemahaman tentang
Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 ini sangat penting diketahui,
karena dapat digunakan sebagai pengurang (kredit) pajak terutang wajib pajak.
Dengan bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dan penulis akhirnya mengangkat judul, ”Tata Cara Pemotongan
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang
wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
1. Tujuan PKLM
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
1.1 Untuk mengetahui wajib pajak dalam negeri yang bersangkutan telah
telah dipotong oleh pihak yang membayarkan sesuai dengan
Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.
1.2 Sebagai media memberikan solusi yang dianggap perlu yang timbul antara
teori dan penerapan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 23.
1.3 Untuk megetahui proses pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar.
1.4 Untuk mengetahui tentang cara kerja fiskus dalam memberikan pelayanan
kepada wajib pajak.
1.5 Sebagai bahan informasi yang dapat diterapkan dan dibagikan penulis dalam
lingkungan sosial.
2. Manfaat PKLM
Adapun yang menjadi manfaat penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) :
2.1Bagi mahasiswa :
a) Mengetahui proses pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23
lebih mendalam untuk menerapkannya dalam lingkungan kerja secara
nyata.
b) Sebagai motivasi untuk belajar dan mencari tahu berbagai ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu perpajakan yang selama ini
c) Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta
kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia
kerja yang sebenarnya.
d) Merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan
secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
e) Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan
pengalaman kerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2.2 Bagi Instansi :
a) Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi
mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran
maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan
untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.
b) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai
dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai
sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
c) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dengan lembaga
pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
2.3Bagi Universitas :
a) Guna mempersiapkan tenaga kerja yang mumpuni dibidangnya, siap
bersaing dan profesional dalam lingkungan kerja yang nyata.
b) Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai dengan
bidang keahliannya.
c) Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang
dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas
Sumatera Utara.
d) Membuka interaksi antara dosen dengan instansi pemerintah yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
C. Uraian Teoritis
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum (Soemitro, 1993: 2). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Yang menjadi objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan
bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21 (Resmi, 2008: 269).
Pada dasarnya subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh didalam negeri maupun
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Pajak Penghasilan Pasal 23
merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak dalam negeri
atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri, dan pengenaannya langsung
dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan. Untuk meringankan beban
pajak terutang yang dapat terjadi karena pemotongan oleh pihak yang membayarkan
dipotong tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak.
Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak yang dibayar atau dipotong
tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan dilaporkan sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,
dan perarturan-peraturan yang berlaku mengatur ketentuan besarnya pajak
penghasilan yang dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan, tarif dalam
hal wajib pajak yang menerima penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), jenis jasa lain yang menjadi objek pajak penghasilan pasal 23, objek
pajak yang tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 23.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dan peserta ingin mengetahui tentang:
1. Data yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan
wajib pajak dan pelaporannya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur.
2. Sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur kepada wajib pajak.
3. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
4. Bagaimana struktur organisasi dan bagaimana tugas seorang fiskus di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, khususnya di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Timur.
5. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan jenis pajak lainnya pada
tahun 2013 dan target penerimaan tahun 2014 di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi
sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan
objek dan lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). dan surat pengantar, serta hal-hal yang
mendukung untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
2. Studi Literatur
Didalam tahapan ini penulis mencari berbagai bacaan seperti buku-buku
tentang ketentuan perpajakan Indonesia, Undang-Undang tentang perpajakan,
bahan-bahan kuliah, internet, dan lain-lain maupun literatur yang ada kaitannya dengan
3. Observasi Lapangan
Didalam tahapan ini, sebelum penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), penulis terlebih dahulu melakukan observasi lapangan, baik tempat
ataupun sasaran praktik maupun pengantaran surat-surat yang menyangkut Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
4. Pengumpulan Data
Penulis akan melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Penghasilan Pasal
23 melalui data primer yaitu data yang bersumber dari pihak yang memahami
tentang Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23, dalam hal ini dari pegawai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dan data sekunder data yang
bersumber dari buku-buku ilmiah tentang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internert,
Undang-Undang tentang perpajakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan perpajakan.
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis
sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik
kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang telah diterima dan
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatakan pegawai
pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu Tata Cara Pemotongan dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek Praktek Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari
sumber dana yang perlu.
3. Daftar Dokumentasi (Documentation Guide)
Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas
G. Sistematika Penyusunan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar
pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis,
ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data serta sistematika
penulisan pelaporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi,
wilayah kerja, dan gambaran pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan ketentuan perpajakan tentang tata cara
pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan selama
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang
diperoleh mengenai Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukan tentang kesimpulan dan saran-saran
mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan permasalahan
yang penulis hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri