• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana yang cukup besar

untuk mewujudkannya. Untuk memenuhi dana yang sangat besar tersebut,

pemerintah harus menggali sumber penerimaan yang dapat menutupi pengeluaran

negara tersebut. Penggalian sumber-sumber daya yang ada disuatu negara adalah hal

yang paling efektif dilakukan, baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya

Alamnya. Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya utama yang terlebih dulu

harus dikembangkan, agar semua potensi yang ada pada diri seseorang itu dapat

dimanfaatkan untuk penggalian sumber daya yang lainnya.

Sumber Daya Alam yang selama ini kita harapkan, tidak mampu lagi untuk

menopang pemenuhan pengeluaran negara, terlebih Sumber Daya Alam yang kita

andalkan saat ini mempunyai nilai guna yang relatif terbatas dan sedikit yang suatu

saat mungkin akan habis, contoh minyak bumi. Maka pemerintah dalam hal ini

berupaya keras mencari sumber daya lain yang dapat menutupi kebutuhan negara

yaitu dari sektor pajak. Sumber penerimaan dari pajak mempunyai nilai guna yang

tidak terbatas, apalagi dengan bertambahnya subjek pajak dan/ atau objek pajak

(2)

Sesuai dengan sistem pemerintah yang berlaku di Indonesia, Pajak dikelola

oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat

merupakan sumber penerimaan negara (APBN), dan sebaliknya Pajak yang dikelola

oleh pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah (APBD). Jenis Pajak

yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh),

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),

Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perhutanan, Perkebunan, dan Pertambangan (PBB

P3), dan Bea Materai. Berdasarkan Undang-Undang, setiap masing-masing jenis

pajak telah ditetapkan dengan jelas mengenai siapa-siapa yang menjadi subjek pajak

dan apa yang menjadi objek pajaknya serta berapa tarif pajak yang berlaku sesuai

dengan aturan yang ada.

Penerimaan sektor pajak adalah penyumbang terbesar didalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai belanja

negara, gaji pegawai pemerintah, biaya pendidikan, penanggulangan bencana alam,

subsidi BBM, pelunasan hutang luar negeri, pembangunan nasional dan pengeluaran

lainnya yang setiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak

dituntut untuk memaksimalkan penerimaan disektor fiskal sehingga diperlukan

upaya-upaya yang efektif dan efisien dalam mencapai target penerimaan pajak yang

setiap tahunnya semakin meninggkat. Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat

Indonesia akan hak dan kewajiban perpajakan menjadi kendala utama penerimaan

(3)

langkah terbaik untuk meminimalkan kendala tersebut sehingga target penerimaan

pajak dapat dimaksimalkan.

Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2008: 1). Sedangkan menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari

kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan

bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan

pembangunan nasional.

Jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun

subjektif maka subjek pajak itu akan berubah menjadi wajib pajak. Pada prinsipnya

subjek pajak terbagi 2 (dua) yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar

negeri. Subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk

penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, hal ini sesuai dengan asas

(4)

bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun

dari luar negeri. Sedangkan wajib pajak luar negeri terutang pajak atas penghasilan

yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak dalam negeri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2008 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Pajak yang

dipotong atas penghasilan yang dengan nama dan dalam bentuk apapun yang

dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh

badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk

usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak

dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib

membayarkan. Oleh karena itu, untuk meringankan beban pajak terutang bagi wajib

pajak, maka besarnya pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh subjek pajak dalam negeri (Orang Pribadi maupun Badan), dan Bentuk

Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan

kegiatan selain yang dipotong PPh pasal 21 tersebut dapat dikreditkan terhadap total

pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak sesuai dengan undang-undang

(5)

Pada dasarnya pajak penghasilan pasal 23 atas penghasilan yang dipotong

oleh pihak yang wajib membayarkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu pada Pasal 23. Pemahaman tentang

Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 ini sangat penting diketahui,

karena dapat digunakan sebagai pengurang (kredit) pajak terutang wajib pajak.

Dengan bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

membahasnya dan penulis akhirnya mengangkat judul, ”Tata Cara Pemotongan

dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang

wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program

Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan PKLM

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui wajib pajak dalam negeri yang bersangkutan telah

(6)

telah dipotong oleh pihak yang membayarkan sesuai dengan

Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.

1.2 Sebagai media memberikan solusi yang dianggap perlu yang timbul antara

teori dan penerapan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 23.

1.3 Untuk megetahui proses pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar.

1.4 Untuk mengetahui tentang cara kerja fiskus dalam memberikan pelayanan

kepada wajib pajak.

1.5 Sebagai bahan informasi yang dapat diterapkan dan dibagikan penulis dalam

lingkungan sosial.

2. Manfaat PKLM

Adapun yang menjadi manfaat penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) :

2.1Bagi mahasiswa :

a) Mengetahui proses pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23

lebih mendalam untuk menerapkannya dalam lingkungan kerja secara

nyata.

b) Sebagai motivasi untuk belajar dan mencari tahu berbagai ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu perpajakan yang selama ini

(7)

c) Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta

kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia

kerja yang sebenarnya.

d) Merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan

secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM).

e) Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan

pengalaman kerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2.2 Bagi Instansi :

a) Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi

mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran

maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan

untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.

b) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai

dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai

sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

c) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dengan lembaga

pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

(8)

2.3Bagi Universitas :

a) Guna mempersiapkan tenaga kerja yang mumpuni dibidangnya, siap

bersaing dan profesional dalam lingkungan kerja yang nyata.

b) Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai dengan

bidang keahliannya.

c) Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang

dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas

Sumatera Utara.

d) Membuka interaksi antara dosen dengan instansi pemerintah yang

bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan

yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM).

C. Uraian Teoritis

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum (Soemitro, 1993: 2). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib

(9)

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang menjadi objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan

bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan

kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21 (Resmi, 2008: 269).

Pada dasarnya subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh

penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh didalam negeri maupun

penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Pajak Penghasilan Pasal 23

merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak dalam negeri

atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri, dan pengenaannya langsung

dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan. Untuk meringankan beban

pajak terutang yang dapat terjadi karena pemotongan oleh pihak yang membayarkan

(10)

dipotong tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh

penghasilan wajib pajak.

Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak yang dibayar atau dipotong

tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan dilaporkan sesuai dengan

peraturan perpajakan yang berlaku. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,

dan perarturan-peraturan yang berlaku mengatur ketentuan besarnya pajak

penghasilan yang dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan, tarif dalam

hal wajib pajak yang menerima penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP), jenis jasa lain yang menjadi objek pajak penghasilan pasal 23, objek

pajak yang tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 23.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam hal ini mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dan peserta ingin mengetahui tentang:

1. Data yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan

wajib pajak dan pelaporannya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Timur.

2. Sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Timur kepada wajib pajak.

3. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

(11)

4. Bagaimana struktur organisasi dan bagaimana tugas seorang fiskus di

lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, khususnya di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Medan Timur.

5. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan jenis pajak lainnya pada

tahun 2013 dan target penerimaan tahun 2014 di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi

sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan

objek dan lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). dan surat pengantar, serta hal-hal yang

mendukung untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Studi Literatur

Didalam tahapan ini penulis mencari berbagai bacaan seperti buku-buku

tentang ketentuan perpajakan Indonesia, Undang-Undang tentang perpajakan,

bahan-bahan kuliah, internet, dan lain-lain maupun literatur yang ada kaitannya dengan

(12)

3. Observasi Lapangan

Didalam tahapan ini, sebelum penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri (PKLM), penulis terlebih dahulu melakukan observasi lapangan, baik tempat

ataupun sasaran praktik maupun pengantaran surat-surat yang menyangkut Praktik

Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4. Pengumpulan Data

Penulis akan melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Penghasilan Pasal

23 melalui data primer yaitu data yang bersumber dari pihak yang memahami

tentang Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23, dalam hal ini dari pegawai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dan data sekunder data yang

bersumber dari buku-buku ilmiah tentang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internert,

Undang-Undang tentang perpajakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan perpajakan.

5. Analisis dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis

sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik

kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang telah diterima dan

(13)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik

Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatakan pegawai

pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu Tata Cara Pemotongan dan

Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek Praktek Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari

sumber dana yang perlu.

3. Daftar Dokumentasi (Documentation Guide)

Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas

(14)

G. Sistematika Penyusunan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar

pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis,

ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data serta sistematika

penulisan pelaporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi,

wilayah kerja, dan gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan ketentuan perpajakan tentang tata cara

pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan selama

(15)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang

diperoleh mengenai Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan

Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukan tentang kesimpulan dan saran-saran

mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan permasalahan

yang penulis hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Referensi

Dokumen terkait

After the formal acceptance as National Historic City, government officials gave up the original plan to build modern 6-storey buildings, and requested us to work out

The calibration of the ozone and ground level dust sensors was the first task in the experiment. This activity was executed with the collaboration of the regional agency for

Jika seorang dosen telah memenuhi tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut pada nomor 1 butir a dan b, khususnya dalam memenuhi kewajiban utama bidang penelitian dengan

- weighting factors that favour urban growth alongside highways could not be applied due to missing data. In contrast to the case study of Ahmedabad the spatial resolution for

Pengumandahan (detasering). Perjalanan Dinas Jabatan untuk menempuh ujian dinas/ ujian jabatan. Perjalanan Dinas Jabatan untuk menghadap Majelis Penguji Kesehatan

DQE reports are circulated to various mission teams as feedback on daily basis. However, it is required to systematically archive the quality information during various phases

1, Hasil isolasi steroid dari kalus Solanum wrightii Benth Hasil isolasi steroid dengan menggunakan 40 gram serbuk kalus Solanum wrightii Benth, diperoleh ekstrak

TES has nine activities as follows: (1) Strengthening the manufacture of evacuation planning in the area including the tsunami hazard map or tsunami risk map which more detailed