• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2015 tentang penetapan Peraturan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2015 tentang penetapan Peraturan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2015 tentang penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang No. 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Mengamanatkan bahwa segala urusan pemerintah daerah diserahkan kepada pihak pemerintah daerah. Saat ini daerah diberi kewenangan penuh untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Kewenangan yang lebih luas, bertanggung jawab kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan melaksanakan kewenangan atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi daerah masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah memberikan hak kepada daerah untuk menentukan sendiri arah dan tujuan pembangunan di daerahnya. Ini terjadi sebagai konsekuensi penyerahan kewenagan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah secara penuh untuk mengurus rumah tangga daerahnya sendiri, pembangunan di daerah di nilai mampu apabila daerah sendiri yang menanganinya. Dengan otonomi, pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk mengelola pendapatan asli daerah.

Daerah sudah mempunyai kewenangan penuh untuk dapat menggali sumber pendapatan yang potensial untuk dapat mendukung pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan otonomi daerah dimaksudkan agar daerah dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri, oleh karena itu perlu upaya serius dilakukan oleh daerah untuk meningkatkan keuangan daerahnya. Tanpa

(2)

2 pendapatan keuangan yang baik maka daerah tidak mampu melaksanakan tanggung jawab serta kewenangan dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya secara maksimal.

Setiap daerah memiliki kebijakan keuangan masing-masing sesuai dengan peraturan daerah. Adapun Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Keadaan keuangan daerah sangat menentukan ciri khas, bentuk, serta rancangan- rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Namun perlu juga diperhatikan bahwa peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia.

Dengan adanya Pendapatan Asli Daerah maka akan meminimalisir ketergantungan daerah terhadap bantuan pusat. Oleh karena itu daerah diberikan kewenangan untuk menggali potensi daerahnya masing-masing untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan Daerah. Pasal 6 terdiri dari beberapa komponen yaitu pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah.

Dimana yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PAD yaitu pajak daerah. Pajak merupakan pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan Undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh wajib pajak, membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa daerah bergantung terhadap pengelolaan keuangannya masing-masing, hal tersebut bisa menjadi alat ukur kita dalam melihat bagaimana pemerintah saat ini dalam mengelola keuangan pusat maupun daerah yang masih mempunyai

(3)

3 beberapa kekurangan. Salah satu contohnya yaitu berbagai potensi-potensi PAD yang belum dikelola secara maksimal oleh pemerintah daerah khususnya Badan Keuangan Daerah Kota Batu yang mempunyai peran penting dalam pembangunan di daerah tersebut. Adapun salah satu potensi pendapatan asli daerah di Kota Batu yaitu pajak daerah. Hal tersebut bertujuan agar pemerintah daerah memiliki kebebasan dalam menggali dan melaksanakan otonomi daerah.

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Kota Batu diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batu No. 14 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.

Dalam pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan untuk sektor perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Public Broadcasting Service (PBS) Kota Batu, menyebutkan bahwa Pertumbuhan ekonomi Kota Batu tahun 2018 cukup besar yakni 6,56%. Angka tersebut setidaknya digerakkan oleh 2 sektor paling tinggi, yaitu sektor konstruksi (9%) dan penyediaan akomodasi dan makanan

(4)

4 (8,75%). Pertumbuhan paling kecil ada pada sektor pertambangan dan penggalian (2,30%)1. Salah satu indikator penting yang menopang tingginya pertumbuhan ekonomi adalah besarnya angka PAD yang diperoleh. Brata (2004) yang dikutip oleh Adi dan Harianto (2007) menyatakan bahwa terdapat dua komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yaitu PAD serta sumbangan dan bantuan.

Meski demikian, jika ditelaah lebih jauh ternyata besarnya nilai pertumbuhan ekonomi Kota Batu tidak serta merta dapat menyelesaikan beberapa persoalan krusial seperti kesenjangan anggaran (PAD) terhadap potensi daerah, dan tingginya angka kemiskinan di Kota Batu. Nilai PAD yang diperoleh setiap tahunnya cukup signifikan dengan potensi daerah yang tersedia termasuk pendapatan pada sektor pariwisata sebagai potensi unggulan Kota Batu. Perkembangan pariwisata berserta bebagai komponen pendukungnya (hotel, vila, permainan dan hiburan) bertaburan di Kota Batu yang secara jelas mendatangkan manfaat PAD bagi Kota batu.

Mulai awal tahun 2013, Pemerintah Kota Batu mengambil alih kewenangan pengelolaan PBB-P2 Kota Batu. Hal ini sejalan dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah, bahwa paling lambat desentralisasi dilakukan di awal tahun 2014. Atas desentralisasi tersebut, pemerintah Kota Batu menerima limpahan daftar piutang PBB dari KPP Pratama Kota Batu.

Secara umum hal yang kemudian menjadi masalah adalah bahwa Pemerintah Kota Batu belum memvalidasi data piutang PBB senilai 14.764.577.225. Dimana nilai piutang tersebut merupakan akumulasi piutang PBB sejak tahun 1996, sehingga piutang tersebut tidak dapat ditagih

1 BPS Kota Batu dalam angka 2018

(5)

5 lagi2. Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan PBB, seperti Tim Pendataan PBB yang kurang maksimal dan pemungutan PBB yang tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus diantaranya; Adanya perbedaan data pembayaran antara warga dengan KPP, Banyaknya pemilik tanah yang berasal dari luar Kota Batu mempersulit perangkat desa untuk menyampaikan SPPT, Ada tanah yang penjualannya tidak dilaporkan kepada perangkat desa, sehingga pemilik tanah yang baru tidak diketahui perangkat desa.3

Dengan demikian maka, dapat dipastikan bahwa persoalan Pajak PBB di Kota Batu masih banyak menyisahkan kejanggalan, dan ketidak jelasan dalam pengelolaannya sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. disisi lain, jika mengacu pada nilai piutang yang mengendap, selalau meningkat dalam beberapa tahun terkahir, Bahkan hingga akhir tahun 2017 piutang pajak PBB mencapai angka Rp 31.3 milliyar. Berikut adalah rincian piutang pajak PBB selama 5 tahun terakhir (2013-2017).

Tabel, 1.1 Piutang PBB Kota Batu dari tahun 2013-2107

Sumber: LHP-BPK Kota Batu tahun 2017

2Catatan Atas Laporan Keuangan LHP LKPD Kota Batu 2014 hal. 64

3Hasil anlisa data primer

No Tahun Piutang

2013 Rp 2.180.186.079 2014 Rp 3.688.562.551 2015 Rp 21.172.138.776 2016 Rp 26.395.847.022 2017 Rp 31.377.751.191

(6)

6 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengkaji sejauh mana peran Badan Keuangan Daerah Kota Batu dalam pengelolaan pajak bumi dan bangunan agar dapat memberi kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah Kota Batu sehingga mampu melaksanakan pembangunan secara maksimal dan dapat menjadi daerah yang jadi teladan bagi daerah lainnya. Maka dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)Di Kota Batu”

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengelolaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kota Batu ?

1.2.2 Faktor apasajakah yang menghambatat pengelolaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kota Batu ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui pengelolaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kota Batu

1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghabtat pengelolaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kota Batu

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritik

(7)

7 Yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dibidang pengelolaan pajak bumi dan bangunan , baik pengetahuan untuk peneliti, maupun untuk pembaca.

1.4.2 Manfaat Praktik

Dapat memberikan rekomendasi perbaikan pengelolaan pajak bumi dan bangunan pada Dinas pendapatan daerah Kota Batu

1.5 Definisi Konsep

Definisi Konsep adalah sekumpulan gagasan atau ide yang sempurna dan bermakna berupa abstrak, entitas mental yang universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya sehingga konsep membawa suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama dan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan.

1.5.1 Pengelolaan pajak bumi dan bangunan

A. Pengelolaan

Pengelolaan berasal dari kata kelola dan merupakan terjemahan dari kata manajement (Bahasa Inggris). Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia, Istilah Ingris tersebut lalu menjadi Manajemen atau menejemen. Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi antar manusia

(8)

8

Balderton; Pengelolaan yaitu menggerakan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.

Murniati A.R.; pengelolaan adalah proses mengkordinasikan dan mengintegrasikan semua sumber daya, baik manusia maupun tekbikal untuk mencapai berbagai tujuan khusus yang ditetapkan dalam suatu organisasi.

Dari pengertian pengelolaan diatas dapat menarik garis besar pengertian pengelolaan, yaitu: suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.

B. Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam peraturan daerah Kota Batu nomor 14 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan. Dalam pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan untuk sektor perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.4

Jadi pengelolaan pajak bumi dan bangunan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai pengelolaan pajak bumi dn bangunan yang lebih baik.

1.5.2 Peningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

4http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-pengelolaan.htmllogin pada, sabtu 23 november 2019 pukul 23:54

(9)

9 Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah5.

Pendapatan asli daerah Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi6.

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.

Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada Kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan asli daerah.

5Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah

6menurut Herlina Rahman(2005:38) Pendapatan Asli Daerah

(10)

10 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi7.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah langkah dari peneliti untuk menggambarkan sebuah istilah tentang metode dan konsep riset yang ditandai dengan menyebutkan tindakan pokok seperti manipulasi dan observasi. Definisi operasional ialah semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji dalam mengartikan makna penelitian.

Definisi operasional adalah pengertian dari keseluruhan hal-hal yang akan digunakan dalam penelitian misalnya variabel dan istilah. Defini ini memiliki tujuan untuk memperjelas variabel sehingga lebih konkrit dan dapat diukur. Hal-hal yang harus di definisikan diantaranya tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya, apa saja kriteria pengukurannya, instrumen yang digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya.

1.6.1 Pengelolaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah meliputi:

a. Dasar kebijakan pengelolaan pajak bumi dan bangunan, Perda no. 14 tahun 2011 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan Perkotaan

b. Program peningkatan pajak bumi dan bangunan

c. Sosialisasi program peningkatan pajak bumi dan bangunan

7Penjelasan UU No.33 Tahun 2004

(11)

11 d. Pelaksanaan program peningkatan pajak bumi dan bangunan

e. Dampak program peningkatan pajak bumi dan bangunan terhadap peningatan PAD di Kota Batu

1.6.2 Faktor penghambatat pengelolaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kota Batu

a. Terjadinya keterlambatan penyampaian SPPT kepada wajib pajak.

b. Masyarakat atau wajib pajak berada di luar kota

c. Masyarakat selalu menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran pajak baru di bayarkan.

d. Tidak membayar pajak.

e. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar utang pajak.

f. Banyaknya pemilik baru tanah dan bangunan yang belum terdaftar.

(12)

12 Keranga Berpikir

UU nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah Peraturan Daerah Kota Batu No. 14 tahun 2011 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Badan Keuangan Daerah g Kota Batu

Tugas Pokok dan Fungsi BKD Kota Batu

Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan

1. Perumusan masalah (penyusunan agenda) 2. Pelaksanaan

3. Monitoring (Pengawasan) Faktor penghambat

pengelolaan PAD Pendapatan

Asli Daerah

(13)

13 1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang lengkap sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.

Metode penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi ; menyelidiki dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test ; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Bisa disimpulkan bahwa metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sampai pada kesimpulan yang mengacu pada penganalisaan data tersebut.

1.7.2 Sumber Data

Adapun sember data yang digunakan dari penelitian ini antara lain :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dan didapatkan langsung dari obyek yang diteliti.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta arsip-arsip, buku literatus, dan internet yang berkaitan dengan judul penelitian.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian, yang ada hubungannya antara metode pengumpulan data dengan

(14)

14 masalah penelitian yang ingin selesaikan. Untuk mengumpulkan data diperlukan instrument atau alat, dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang akan diuraikan sebagai berikut :

a. Observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena-fenomena social yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu pola khusus dari sebuah interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik dengan suatu proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah kumpulan dari dokumen-dokumen dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai informasi tersebut.

1.7.4 Subyek Penelitian

Adapun subyek dari penlitian ini antara lain : a. Badan Keuangan Daerah Kota Batu.

b. Sub-bagian Badan Keuangan Daerah Kota Batu (bidang pajak dan perimbangan keuangan dan bidang perencanaan pendapatan daerah).

c. Wajib pajak

1.7.5 Lokasi Penelitian

(15)

15 Adapun lokasi penelitian yang dilakukan di Kantor Badan Keuangan Daerah Kota Batu, Jl. Panglima Sudirman No.507, Pesanggrahan, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65313

1.7.6 Analisa Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dihasilkan tema yang dapat dirumuskan menjadi hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.8 Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dikumpulkan melalui observasi, wawancara (yang dilakukan kepada subyek penelitian) dan dokumentasi, untuk memperoleh data primer maupun data sekunder. Data yang dikumpulkan dalam tahap ini lebih berfokus pada data Pengelolaan PBB dalam meningkatkan PAD di Kota Batu.

b. Reduksi data

Dalam tahap ini data yang telah diperoleh (data primer maupun data sekunder) yang berupa gambar, tabel-tabel, dan hasil wawancara akan diklasifikasikan, diidentifikasi, dipilih dan dipilah sedemikian rupa sehingga data akan terbagi menjadi beberapa jenis. Hasil dari wawancara dengan subyek penelitian (data primer) akan dipisahkan dengan data berupa dokumen (data sekunder) yang telah diperoleh sebelumnya, meliputi data penentuan program PBB, dokumen pengelolaan PBB, dokumen pendapatan PBB, dan peraturan daerah tentang PBB, serta data-data pendukung lainnya.

8 Lexy J. Moleong, 2011, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Hlm.282

(16)

16 c. Display data

Pada tahap ini peneliti akan menganalisis, menguraikan, memahami dan menggambarkan kembali data-data yang telah diperoleh dengan bahasa peneliti agar lebih mudah dipahami. Pada tahap ini data-data yang telah diperolah telah tersusun ke dalam klasifikasi/kelompok masing- masing. Kemudian dipaparkan atau dideskripsikan, dan mencari korelasi atau hubungan dari kelompok-kelompok data sehingga nantinya diperoleh data baru yang merupakan hasil dari korelasi dan kompilasi dari kedua klasifikasi data sebelumnya.

d. Penyajian Kesimpulan

Penyimpulkan atau membuat kesimpulan sementara dari kesuluruhan data yang telah diperoleh, yaitu bagaimana implementasi pengelolaan PBB serta persoalan yang dihadapi oleh BKD. Kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk laporan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 kepada MK sebagai lembaga yudikatif, mencerminkan semakin kuatnya prinsip Negara hukum ( rechtaat)

Menurut penulis alasan di atas cukup untuk menjelaskan tentang aborsi janin terindikasi penyakit genetik. Kalaupun hal itu dirasa belum cukup untuk menjelaskan maka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan sertifikasi pendidik merupakan sebuah proses politis yang dirancang oleh para pembuat kebijakan sesuai dengan perundangan yang

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

Berdasarkan dukungan sosial yang rentan mengalami sindrom depresi postpartum adalah yang selain mendapat dukungan tinggi sebesar (26,7%). Kesimpulan : Sebagian besar ibu

Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran

Faktor-faktor yang menyebabkan kedua subjek dapat melakukan hubungan seksual pranikah adalah kurang terbukanya orang tua mengenai masalah seksual, adanya kesempatan

Beban pendinginan pada suatu bangunan merupakan pemakai energi yang terbesar dari total energi yang dikonsumsi pada suatu bangunan. Beban pendinginan juga dirancang agar