• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINAL REPORT. Malang (Jawa Timur), Lahat (Sumatera Selatan), Aceh Barat (Aceh) Drs. Tudiono, MKes. United Nations Population Fund.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FINAL REPORT. Malang (Jawa Timur), Lahat (Sumatera Selatan), Aceh Barat (Aceh) Drs. Tudiono, MKes. United Nations Population Fund."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

FINAL REPORT

TECHNICAL ASSISTANCE FOR THE PILOT DISTRICTS TO FOLLOW UP IMPLEMENTATION OF DISTRICT ACTION PLAN

(RENCANA AKSI DAERAH/RAD)

ON INTEGRATED RIGHTS-BASED FAMILY PLANNING (RFP) AND MATERNAL HEALTH (MH) PROGRAMME

Malang (Jawa Timur), Lahat (Sumatera Selatan), Aceh Barat (Aceh)

Drs. Tudiono, MKes

United Nations Population Fund December 2020

(2)

FINAL REPORT ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR SINGKATAN ... vi

RINGKASAN EKSEKUTIF ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Gambaran daerah dan Tujuan implementasi pilot project rencana aksi daerah (RAD) Integrasi Kesehatan Ibu dan Keluarga Berencana berbasis Hak ... 1

1.2 Lingkup kerja ... 2

1.3 Tujuan ... 2

BAB II. KONTEKS DAERAH ... 4

2.1 Strategi dan tantangan implementasi program integrasi kesehatan ibu dan keluarga berencana berbasis hak ... 4

a. Kabupaten Malang ... 5

b. Kabupaten Lahat ... 6

c. Kabupaten Aceh Barat ... 7

BAB III. PROSES DUKUNGAN TEKNIS ... 9

3.1 Gambaran Proses ... 9

3.2 Komposisi anggota dan pembagian tugas ... 10

3.4 Identifikasi pelajaran/ praktik terbaik/ masalah yang muncul saat impementasi program integrasi kesehatan ibu dan keluarga berencana berbasis hak ... 11

3.5 Identifikasi dukungan teknis ... 19

3.6 Exit Strategy ... 21

BAB IV. ENCANA AKSI ... 22

1.4 Rekomendasi ... 22

4.2 Rencana tindak lanjut ... 23

LAMPIRAN ... 24

(3)

FINAL REPORT iii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal pengumpulan data ... 10

Tabel 2. Susunan Tim Konsultan ... 10

Tabel 3. Hasil monitoring ... 12

Tabel 4. Faktor penghambat lingkungan eksternal Kabupaten ... 14

Tabel 5. Faktor penghambat lingkungan internal Kabupaten ... 15

Tabel 6. Faktor penghambat input ... 16

Tabel 7. Faktor penghambat proses ... 17

Tabel 8. Identifikasi dukungan teknis ... 19

(4)

FINAL REPORT iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka kerja kegiatan ... 3 Gambar 2. Kasus kematian ibu melahirkan ... 4 Gambar 3. Siklus dan Tahapan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Ibu – KB Berbasis

Hak Terintegrasi... 11

(5)

FINAL REPORT v DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses pengumpulan data ... 24 Lampiran 2. Sinkronisasi kegiatan RAD dengan Renstra Lahat ... 29 Lampiran 3. Sinkronisasi kegiatan RAD dengan Renstra Aceh Barat ... 33

(6)

FINAL REPORT vi DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

DP3AKB : Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana DPPKB : Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

KB : Keluarga Berencana

Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia MH : Maternal health (Kesehatan Ibu)

OPD : Organisasi Perangkat Daerah Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah RAD : Rancangan Aksi Daerah Renja : Rencana kerja

Renstra : Rencana Strategis

RFP : Right-based family planning (Keluarga Berencana berbasis hak) RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

SIMKIT : Sistem Informasi Monitoring Kewaspadaan Ibu Terintegrasi UNFPA : United Nations Population Fund

(7)

FINAL REPORT vii RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Kabupaten Malang

Sejalan dengan proses Pilkada 9 Desember 2020 dan rangkaiannya, Kabupaten Malang membutuhkan Dukungan Teknis untuk mengintegrasikan RAD ke dalam RPJMD 2021-2024 dan Renstra OPD terkait (2021-2024). Selain itu perlu dilakukan advokasi kepada Bupati dan Wakil Bupati Terpilih, untuk memperoleh dukungan kebijakan upaya penurunan kasus kematian ibu melahirkan. Untuk akselerasi penurunan kasus kematian ibu, juga diperlukan Pendampingan Proses Penjabaran RAD ke Renja melalui Resntra (Internal OPD);

Pendampingan proses implementasi RAD dalam Internal OPD)dan Pendampingan proses implementasi RAD di lintas OPD pada lintas OPD. Untuk itu pada tahun 2020, di Kabupaten Malang belum melakukan kegiatan tindak lanjut implementasi RAD.

Dukungan Teknis tersebut diharapkan dapat dilakukan mulai Pebruari 2021 (setelah pelantikan Bupati/Wakil Bupati terpilih) hingga Agustus 2021 (sebelum RPJMD dan Renstra OPD 2021-2024 disahkan).

2. Kabupaten Aceh Barat

Di Kabupaten Aceh Barat, pada tahun 2020, telah melakukan revisi RPJMD dan Renstra OPD, yang akan segera disahkan tahun 2021. RAD telah diintegrasikan ke dalam revisi RPJMD dan Rentra OPD, bahkan telah dilakukan penyesuaian klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur sesuai dengan permendagri No 90 tahun 2019. Hasil penelusuran dokumen Renstra DP3AKB menunjukkan bahwa RAD telah diintegrasikan ke dalam revisi Renstranya Hasil penelusuran dokumen Renja Dinas Kesehatan dan DP3AKB tahun 2020, menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan dan DP3AKB pada tahun 2020 telah melakukan berbagai kegiatan yang sesuai dengan RAD, namun belum semua kegiatan dalam RAD yang (dijadwalkan tahun 2020) dilaksanakan. Misalnya membentuk dan memfungsikan “pos komando” penggerak, pengawas, dan pengendali implementasi integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak; dan memfungsikan Sistem Informasi Monitoring Kewaspadaan Ibu Terintegrasi (SIMKIT).

Dengan demkian Dukungan Teknis yang diharapkan Kabupaten Aceh Barat dari aspek kontekstual lingkungan internal kabupaten (revisi RPJMD dan Renstra OPD tinggal menunggu pengesahan dan penetapan dasar hukum) hanya dimungkinkan untuk Pendampingan

(8)

FINAL REPORT viii Implementasi RAD (dalam hal ini termasuk menjabarkan program dan kegiatan RAD ke dalam Kerangka Acuan Kerja Kegiatan/Sub-kegiatan OPD terkait). Pendampingan penjabaran rentra ke dalam Renja OPD bisa dimulai sebelum tersusunnya RENJA OPD 2022 pada April 2021.

Sedangkan Pendampingan Implementasi RAD-nya sendiri baru bisa dilakukan pada 2022, kecuali jika pada 2021 dilakukan Perubahan APBD (APBD-P 2021) sehingga bisa dilakukan pendampingan setelah APBD-P tersebut disahkan.

Selain itu, Kabupaten Aceh Barat juga membutuhkan updating RAD, mengingat perlu ada refocusing kegiatan dan anggaran terkait dengan kebijakan dari pemerintah yaitu pencegahan dan penanggulangan pandemi covid19, serta permendagri Nomor 90 tahun 2019 tentang klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur perencanaan.

3. Kabupaten Lahat

Pada tahun 2020, Kabupaten Lahat melakukan revisi RPJMD dan Resntra OPD, namun masih dalam proses perubahan, dan belum diketahui kapan dilakukan pengesahan revisi RPJMD dan Renstra OPD. Dengan demikian integrasi RAD ke dalam revsisi RPJMD dan Renstra OPD masih dalam proses.

Pada tahun 2020, di Kabupaten Lahat, belum melakukan kegiatan tindak lanjut implementasi RAD. Hasil penelusuran dokumen Renja DPPKB tahun 2020, menunjukkan bahwa DPPKB telah melakukan berbagai kegatan rutin OPD yang mirip dengan kegiatan RAD. Banyak kegiatan RAD yang dijadwalkan pada tahun 2020 belum dilakukan, antara lain:

(1) membentuk dan memfungsikan “pos komando” penggerak, pengawas, dan pengendali implementasi integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak; dan (2) memfungsikan Sistem Informasi Monitoring Kewaspadaan Ibu Terintegrasi (SIMKIT).

Sejalan dengan proses Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD yang telah dilakukan saat ini, Kabupaten Lahat membutuhkan semua Dukungan Teknis yang tersedia, termasuk advoksi ulang kepada Bupati untuk memperoleh dukungan kebijakan dalam hal penyediaan anggaran untuk implementasi RAD. Proses pendampingannya harus dilakukan segera sebelum Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD disahkan. Diharapkan pengesahan tersebut dilakukan sebelum April 2021 agar Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD bisa dijabarkan ke dalam RENJA OPD 2022.

(9)

FINAL REPORT 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran daerah dan Tujuan implementasi pilot project rencana aksi daerah (RAD) Integrasi Kesehatan Ibu dan Keluarga Berencana berbasis Hak

Indonesia merupakan salah satu negara yang menyepakati rencana aksi global tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang merupakan lanjutan dari MDGs. Kesehatan ibu dengan target menurunkan kematian ibu dan peningkatan akses keluarga berencana masuk dalam indikator tujuan 3 yaitu kehidupan yang sehat dan sejahtera.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan ibu dan keluarga berencana yang dibuktikan dengan menjadikan hal tersebut salah satu prioritas rencana pembangunan jangan menengah nasional (RPJMN), serta masuk dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan dan BKKBN.

Dalam mencapai tujuan tersebut, UNFPA dibawah kepemimpinan BAPPENAS dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan Kemendagri telah memberikan dukungan pada program kesehatan ibu dan keluarga berencana melalui intervensi integrasi perencanaan dan penganggaran program kesehatan ibu dan keluarga berencana. Pilot project telah dilakukan di 3 kabupaten yaitu Malang, Lahat, dan Aceh Barat pada tahun 2017 hingga 2019. Output dari pilot project tersebut adalah:

• Menguatnya kapasitas penanggung jawab program dalam menyusun perencanaan berdasaskan hasil dalam program kesehatan ibu – KB berbasis Hak.

• Tersusunnya Rencana Aksi Daerah Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi.

Pada akhir pilot project di akhir Desember 2019, dalam Pertemuan Evaluasi Akhir di Jogyakarta yang dihadairi semua pemangku kepentingan terkait, muncul usulan dan harapan dari 3 daerah pilot project agar pendampingan yang telah dilakukan bisa dilanjutkan. Usulan dan harapan tersebut kemudian ditindaklanjuti melalui kegiatan konsultasi ini.

Karena adanya pandemi Covid-19 dan lain-lain, tindak lanjut Pertemuan Evaluasi Akhir tersebut baru bisa dilaksanakan di bulan November 2020. Tentunya banyak perkembangan yang telah terjadi selama lebih dari 10 bulan terakhir di 3 kabupaten tersebut baik secara eksternal kabupaten maupun secara internal kabupaten. Semua itu perlu dikaji

(10)

FINAL REPORT 2 ulang untuk dapat menentukan titik “0” situasi terakhir sebagai acuan menetapkan solusi yang dibutuhkan.

1.2 Lingkup kerja

a. Mengidentifikasi dukungan teknis yang dibutuhkan sesuai dengan masing-masing daerah pilot project

b. Melakukan koordinasi untuk melihat kemajuan RAD

c. Melakukan koordinasi supervisi program pelaksanaan RAD dengan Bappeda dan tim RFP- MH kabupaten, melibatkan tim RFP tingkat pusat dan UNFPA

d. Menguatkan komunikasi dan kemitraan di tingkat nasional dan sub nasional (provinsi dan kabupaten)

e. Menyiapkan exit strategy dengan pemangku kepentingan kabupaten yang memastikan keberlanjutan RAD Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi di tiga kabupaten f. Memberikan laporan kemajuan mengenai kemajuan program/kegiatan

g. Memberikan bantuan dan memfasilitasi dalam menyediakan dokumentasi best practice serta tantangan yang harus diatasi untuk memajukan program intergrasi RPF – MH 1.3 Tujuan

a. Umum

Memberikan backstopping teknis kepada kabupaten percontohan dalam pelaksanaan dan tindak lanjut Rencana Aksi Daerah (RAD) Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi.

b. Khusus

1. Mengidentifikasi hambatan tindak lanjut implementasi RAD di tiga wilayah Kabupaten Malang (Jawa Timur); Kabupaten Lahat (Sumatera Selatan), dan Kabupaten Aceh Barat (NAD).

2. Mengidentifikasi dukungan teknis yang dibutuhkan berdasarkan konteks lokal di tiga wilayah Kabupaten Malang (Jawa Timur); Kabupaten Lahat (Sumatera Selatan), dan Kabupaten Aceh Barat (NAD).

3. Menyiapkan exit strategy dengan pemangku kepentingan kabupaten yang memastikan keberlanjutan RAD Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi di tiga kabupaten.

(11)

FINAL REPORT 3 1.4 Project Map

Penyusunan kerangka kerja kegiatan ini dimulai dari 1) mengembangkan Kerangka Kerja untuk menganalisis faktor penyebab/penyulit; kemudian 2) mengembangkan Kerangka Kerja untuk mencari solusi (dukungan teknis) yang dibutuhkan. Terakhir, 3) menggabungkan 2 (dua) Kerangka Kerja tersebut menjadi Kerangka Konsep. Konsep tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka kerja kegiatan

(12)

FINAL REPORT 4 BAB II

KONTEKS DAERAH

2.1 Strategi dan tantangan implementasi program integrasi kesehatan ibu dan keluarga berencana berbasis hak

Perencanaan program integrasi kesehatan ibu dan KB berbasis hak telah dimulai tahun 2017. Saat perencanaan, dilakukan pendampingan yang kegiatannya berakhir pada Desember 2019. Penurunan kasus kematian ibu merupakan tujuan besar dari program ini. Terdapat trend jumlah AKI yang tercatat dari tahun 2015. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Kasus kematian ibu melahirkan

Pada Gambar 1 terlihat jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Malang, lebih banyak dibandingkan dengan Kabupaten Lahat dan Aceh Barat. Jumlah kasus kematian ibu Kabupaten Malang pada tahun 2015 sampai 2018 mengalami penurunan, namun terjadi kenaikan pada tahun 2019.. Di Kabupaten Lahat dan Aceh Barat, jumlah kematian ibu melahirkan relatif sedikit dan stagnan.

Berkaitan dengan masih tingginya kasus kematian ibu melahirkan di Kabupaten Malang, maka menurut Kementerian Kesehatan (Kepmenkes 01.07/Menkes/319/2020) Kabupaten Malang ditetapkan sebagai daerah prioritas penurunan kasus kematian ibu

30

21

18 17

28

21

8

10

6

4

7

3 2

6

9

3

7

5

0 5 10 15 20 25 30 35

2015 2016 2017 2018 2019 Nov-20

KASUS KEMATIAN IBU MELAHIRKAN

Malang Lahat Aceh Barat

(13)

FINAL REPORT 5 a. Kabupaten Malang

1. Tantangan implementasi program di Kabupaten Malang

Tantangan yang dihadapi dalam implementasi program kesehatan ibu dan KB berbasis hak Kabupaten Malang sebagai berikut:

a) Pengawasan dan pengendalian fasilitas pelayanan kesehatan swasta

Jumlah fasyankes swasta khususnya fasyankes yang memberikan pelayanan KIA cukup dominan dan tersebar di Kabupaten Malang. Kualitas dan kapasitas fasyankes swasta tersebut sangat bervariasi meskipun demikian fasyankes tersebut memiliki pangsa pasar tersendiri sehingga banyak ibu hamil memeriksakan diri dan bersalin ke sana.

Tantangan yang ada adalah bagaimana semua fasyankes swasta tersebut dapat masuk dalam mekanisme dan koordinasi integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak. Sejauh ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mengalami kesulitan untuk mengawasi dan mengendalikan fasyankes swasta tersebut. Dalam situasi tersebut dibutuhkan kebijakan pimpinan daerah untuk menata semua itu dengan sanksi yang tegas.

b) Tantangan integrasi aplikasi sistem informasi yang ada

Upaya integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak di Kabupaten Malang sudah dilakukan sebelum kegiatan pendampingan dilakukan. Upaya tersebut menghadapi kendala karena kuatnya ego sektoral dan masalah komitmen. Dalam kondisi demikian, DPPKB mengembangkan aplikasi Contra War. Di lain pihak, dinas kesehatan juga mengembangkan aplikasi sistem informasi lainnya. Selain itu, terdapat suatu aplikasi sistem informasi dari Program Emas sebelumnya. Semua aplikasi sistem informasi tersebut bersifat terfragmentasi satu sama lain padahal memiliki irisan tujuan yang sama yaitu menurunkan kematian ibu dan bayi. Jika semua aplikasi sistem informasi tersebut bisa diintegrasikan, maka akan terjadi sinergi dan efisiensi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dipecahkan di Kabupaten Malang.

c) Tantangan luasnya wilayah dan besarnya jumlah penduduk

Kabupaten Malang merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Jawa Timur dan memiliki jumlah penduduk lebih dari 3 juta jiwa. Melakukan pelayanan sekaligus mengelola sistem kesehatannya merupakan tantangan tersendiri. Dalam lingkup kesehatan ibu – KB berbasis hak, dengan masih banyaknya jumlah kematian ibu, Kabupaten Malang

(14)

FINAL REPORT 6 membutuhkan pendekatan lain untuk mengelola sistem kesehatannya. Hal tersebut perlu disadari bersama oleh semua pemangku kepentingan.

2. Strategi implementasi program di Kabupaten Malang

Strategi operasional implementasi program kesehatan ibu dan KB berbasis hak terdiri dari strategi operasional utama dan strategi operasional pendukung.

a) Strategi operasional utama

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu – KB berbasis hak dan pelayanan rujukan melalui peningkatan tata kelola integrasi Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak. Tata kelola yang diterapkan berupa:

Pencegahan primer: peningkatan akses dan kualitas penjaringan wus berisiko

Pencegahan sekunder: peningkatan kualitas tatakelola komplikasi bumil dan bulin berisiko

Pencegahan tersier: Peningkatan kualitas tatakelola kegawatdaruratan bumil dan peningkatan kualitas tatakelola rujukan kegawatdaruratan ibu di RS PONEK b) Strategi operasional pendukung

1) Menjamin ketersediaan sumberdaya untuk mendukung integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak.

2) Meningkatkan peranserta aktif masyarakat untuk mendukung integrasi kesehatan ibu –KB berbasis hak;

3) Memantapkan kepemimpinan dalam mendukung integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak

b. Kabupaten Lahat

1. Tantangan implementasi program di Kabupaten Lahat

Tantangan dalam implementasi program kesehatan ibu dan KB berbasis hak Kabupaten Lahat antara lain:

a) Tantangan kesenjangan akses dan kualitas pelayanan.

Tantangan kesenjangan ini terjadi antar wilayah, gender, dan antar kelompok tingkat sosial ekonomi; dan pelayanan reproduksi yang masih lemah. Upaya mengatasi tantangan tersebut menjadi prakondisi yang sangat dibutuhkan untuk menurunkan kasus kematian ibu.

b) Tantangan jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu SDM

(15)

FINAL REPORT 7 Tantangan terkait SDM ini juga merupakan prakondisi vital yang sangat dibutuhkan untuk menurunkan kasus kematian ibu. Peningkatan jumlah SDM sangat tergantung pada formasi yang tersedia dan kebijakan moratorium. Penyebaran SDM terkait dengan banyak faktor dan tidak hanya masalah besaran insentif. Peningkatan mutu SDM membutuhkan sumber daya terutama anggaran yang tidak sedikit.

2. Strategi implementasi program di Kabupaten Lahat

Strategi operasional terdiri dari strategi operasional utama dan strategi operasional pendukung.

a) Strategi operasional utama

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu – KB berbasis hak dan pelayanan rujukan melalui peningkatan tata kelola integrasi Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak. Strategi operasional utama terdiri dari:

 Peningkatan akses dan kualitas penjaringan WUS berisiko

 Peningkatan kualitas tatakelola kegawatdaruratan bumil dan bulin berisiko

 Peningkatan kualitas tatakelola kegawatdaruratan bumil dan bulin normal

 Peningkatan kualitas tata kelola kegawatdaruratan bufas berisiko

 Peningkatan tata kelola pelayanan KB Berbasis Hak bagi WUS (PUS) Berisiko b) Strategi operasional pendukung

1) Menjamin ketersediaan sumberdaya untuk mendukung integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak.

2) Meningkatkan peranserta aktif masyarakat untuk mendukung integrasi kesehatan ibu –KB berbasis hak;

3) Memantapkan kepemimpinan dalam mendukung integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak

c. Kabupaten Aceh Barat 1. Tantangan

Tantangan Integrasi Kesehatan Ibu - KB Berbasis Hak yang dihadapi Kabupaten Aceh Barat adalah:

a) Tantangan Kesenjangan Akses dan Kualitas Pelayanan.

Tantangan kesenjangan ini terjadi antar wilayah, gender, dan antar kelompok tingkat sosial ekonomi; dan pelayanan reproduksi yang masih lemah. Upaya mengatasi

(16)

FINAL REPORT 8 tantangan tersebut menjadi prakondisi yang sangat dibutuhkan untuk menurunkan kasus kematian ibu.

b) Tantangan Jumlah, Penyebaran, Komposisi, dan Mutu SDM

Tantangan terkait SDM ini juga merupakan prakondisi vital yang sangat dibutuhkan untuk menurunkan kasus kematian ibu. Peningkatan jumlah SDM sangat tergantung pada formasi yang tersedia dan kebijakan moratorium. Penyebaran SDM terkait dengan banyak faktor dan tidak hanya masalah besaran insentif. Peningkatan mutu SDM membutuhkan sumber daya terutama anggaran yang tidak sedikit.

c) Tantangan kesesuaian dengan agama dan sosial budaya

Sensitivitas budaya (termasuk dalam hal ini adalah agama, adat dan sosial) menjadi tantangan dalam mengimplementasikan program.

2. Strategi implementasi program di Kabupaten Aceh Barat

Strategi operasional memberikan acuan dalam penyusunan pokok-pokok kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Strategi operasional terdiri dari strategi operasional utama dan strategi operasional pendukung.

a) Strategi operasional utama

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu – KB berbasis hak dan pelayanan rujukan melalui peningkatan tata kelola integrasi Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak.

Strategi tersebut antara lain:

 Peningkatan akses dan kualitas penjaringan WUS berisiko.

 Peningkatan kualitas tatakelola kegawatdaruratan bumil dan bulin berisiko

 Peningkatan kualitas tatakelola kegawatdaruratan bumil dan bulin normal

 Peningkatan kualitas tata kelola kegawatdaruratan bufas berisiko

 Peningkatan tata kelola pelayanan KB Berbasis Hak bagi WUS (PUS) Berisiko b) Strategi operasional pendukung

1) Menjamin ketersediaan sumberdaya untuk mendukung integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak.

2) Meningkatkan peranserta aktif masyarakat untuk mendukung integrasi kesehatan ibu –KB berbasis hak;

3) Memantapkan kepemimpinan dalam mendukung integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak.

(17)

FINAL REPORT 9 BAB III

PROSES DUKUNGAN TEKNIS 3.1 Gambaran Proses

Kegiatan yang dilakukan dapat dikelompokkan ke dalam 5 jenis kegiatan yaitu: (1) Konsolidasi Internal Tim Konsultan; (2) Pertemuan Konsultan dengan Bappenas, NPCU, dan UNFPA; (3) Pengumpulan data melalui pertemuan monitoring-evaluasi di 3 daerah; (4) Pengumpulan data tambahan; serta (5) Pertemuan validasi data. Semua kegiatan dilakukan secara daring.

1. Konsolidasi Internal Tim Konsultan

Meskipun kegiatan ini bersifat konsultasi individual (Drs. Tudiono, M.Kes), tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan bersama semua anggota tim yang terlibat dalam kegiatan pilot project sebelumnya (Catatan: dengan perubahan personil asisten). Kegiatan ini pada prinsipnya merupakan tindak lanjut dari pilot project tersebut sehingga upaya konsolidasi tim tidak terlalu sulit. Konsolidasi tersebut dilakukan beberapa kali secara daring baik sejak saat persiapan atau pra kegiatan, pelaksanaan, hingga penyusunan laporan. Rincian kegiatan tersebut tidak dilaporkan karena bukan fokus dalam laporan ini.

2. Pertemuan Konsultan dengan Bappenas; NPCU; dan UNFPA

Pertemuan ini dilakukan pada Kamis 19 November 2020 jam 09.00 – 10.30 secara daring. Beberapa hasil yang diperoleh:

a. Arahan dan penekanan harapan yang diinginkan dalam kegiatan konsultasi ini dari Bappenas dan UNFPA;

b. Disepakatinya Kerangka Kerja untuk kegiatan ini

c. Disepakatinya jadwal pertemuan 3 daerah yaitu pada Jumat 27 November 2020, dan Senin 30 November 2020.

3. Pengumpulan data melalui pertemuan monitoring-evaluasi di 3 daerah

Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui pertemuan monitoring-evaluasi implementasi RAD secara daring untuk setiap kabupaten pilot project. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam. Jadwal pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Proses kegiatan lebih rinci terdapat pada Lampiran 1.

(18)

FINAL REPORT 10 Tabel 1. Jadwal pengumpulan data

Tanggal Kegiatan

27 November 2020 (Pukul 09.00-11.00 WIB) Pengumpulan data Kabupaten Malang, dengan instansi:

 Bappeda

 DPPKB

 Dinas Kesehatan

 RSUD Lawang

 RSUD Kanjuruhan

27 November 2020 (Pukul 14.30-16.30 WIB) Pengumpulan data Kabupaten Aceh Barat, dengan instansi:

 Bappeda

 DP3AKB

 Dinas Kesehatan

 RSUD Cut Nyak Dhien

30 November 2020 Pengumpulan data Kabupaten Lahat,

dengan instansi:

 Bappeda

 DPPKB

 Dinas Kesehatan

 RSUD Lahat

11 Desember – 15 Desember 2020 Pengumpulan data tambahan berupa wawancara dan pengumpulan dokumen untuk triangulasi.

14 Desember 2020 Pertemuan validasi dengan Pusat dan pemerintah daerah

3.2 Komposisi anggota dan pembagian tugas

Pelaksanaan dukungan teknis dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari konsultan, konsultan pendukung, asisten, manager dan koordinator lapangan. Data selengkapnya pada Tabel 1.

Tabel 2. Susunan Tim Konsultan

No Nama Kedudukan dalam Tim

1 Drs. Tudiono, MKes : Konsultan

2 Dr. dr. Dwi Handono Sulistyo, MKes : Konsultan pendukung 3 Meia Audinah, S.Kp.G., MPH : Asisten

4 Yoga Prajanta, SE : Manager

5 Muhamad Syarifuddin, MPH : Koordinator lapangan Aceh Barat 6 Habibi Zamuli, MPH : Koordinator lapangan Lahat 7 Yunita Sari Thirayo, MPH : Koordinator lapangan Malang

(19)

FINAL REPORT 11 3.4 Identifikasi pelajaran/ praktik terbaik/ masalah yang muncul saat impementasi program integrasi kesehatan ibu dan keluarga berencana berbasis hak

Proses penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi dilakukan dalam 4 tahapan (dengan catatan: Tahapan ke-5 merupakan Tahapan Implementasi RAD) dapat dilihat pada Gambar 2.

Secara ringkas, gambaran semua tahapan tersebut adalah:

1) Tahap 1: Advokasi Kebijakan dan Komitmen 2) Tahap 2: Lokakarya Penyusunan RAD

3) Tahap 3: Advokasi Integrasi RAD kedalam RPJMD; dan Advokasi RAD ke dalam Rencana Strategis OPD; serta Penetapan Dasar Hukum RAD

4) Tahap 4: Lokakarya Penjabaran RAD Tahun ke-1 ke dalam RENJA OPD melalui Renstra OPD

5) Tahap 5: Implementasi RAD.

Gambar 3. Siklus dan Tahapan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi

(20)

FINAL REPORT 12 1. Tindak lanjut RAD di tiga daerah pilot project

Proses pendampingan perencanaan program integrasi kesehatan ibu dan KB berbasis hak telah dilakukan tahun 2017 sampai dengan Desember 2019. Hasil monitoring terhadap kegiatan tersebut terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil monitoring

Aspek Malang Lahat Aceh Barat

Pendampingan sampai

dengan 2019 Tahap 2 Tahap 2 Tahap 2

Kegiatan RAD tahun 2020

Tidak Ada

Kegiatan Tidak ada kegiatan Ada Kegiatan Integrasi RAD ke

Renstra OPD Belum Dilakukan Belum Dilakukan Telah dilakukan Pendampingan tahap 2 telah dilakukan pada masing-masing daerah pilot project.

Kabupaten Malang masih harus menyelesaikan tahap 3 dan 4, agar dapat mengimplementasikan program dalam RAD. Dari sisi konteks lingkungan internal kabupaten, saat penyusunan RAD, RPJMD dan Renstra OPD telah memasuki tahun ke-4/5. Dalam kondisi demikian, upaya revisi RPJMD dan revisi Renstra OPD saat itu sesuai ketentuan tidak bisa lagi dilakukan. Akibatnya, RAD saat itu tidak bisa diintegrasikan ke dalam RPJMD dan Renstra OPD.

Hasil monitoring dan evaluasi serta validasi informasi/data, diperoleh penegasan bahwa di Kabupaten Malang pada tahun 2020 belum ada kegiatan untuk menindaklanjuti implementasi RAD dalam DPA masing-masing OPD.

“belum ada pak…kegiatan RAD yang dilakukan tahun ini (2020), karena belum diintegrasikan ke Renstra OPD” (Sekretaris DPPKB Malang)

Tahun ini (2020), Kabupaten Malang akan menyelenggarakan Pilkada. Jika segala sesuatunya berjalan lancar, diperkirakan pada bulan Februari 2021, Bupati baru beserta wakilnya akan dilantik. Setelah pelantikan, Kabupaten Malang mempunyai waktu 6 bulan untuk menyusun RPJMD dan Renstra OPD baru (2021-2024). Sebagai catatan: menurut informasi Kepala Bappeda, saat ini RPJMD versi teknokratis telah disiapkan. Dalam konteks demikian, upaya integrasi RAD ke dalam RPJMD dan Renstra 2021-2024 terbuka kemungkinannya pada bulan Februari hingga Agustus 2021.

Serupa dengan Kabupaten Malang, tindak lanjut RAD di Kabupaten Lahat belum bisa dilakukan karena berdasarkan Siklus dan Tahapan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan

(21)

FINAL REPORT 13 Ibu – KB Berbasis Hak Terintegrasi (Gambar 3), proses pendampingan saat pilot project di Kabupaten Lahat baru sampai Tahap 2 (Lokakarya Penyusunan RAD) dan sebagian Tahap 3.

Dari sisi konteks lingkungan internal kabupaten, penyusunan RAD saat itu bersamaan dengan proses penyusunan RPJMD dan Renstra OPD. Dengan demikian upaya mengintegrasikan RAD ke dalam RPJMD telah dilakukan oleh Bappeda, tetapi upaya mengintegrasikan RAD ke dalam Renstra OPD belum dilakukan. Akibatnya, RAD belum bisa dijabarkan ke dalam RENJA OPD.

Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan, menunjukkan kurang kuatnya bukti dari semua OPD terkait telah menindaklanjuti RAD dalam DPA masing-masing. Hasil klarifikasi, menunjukan bahwa pada tahun 2020:

(1) Dinas Kesehatan belum melakukan kegiatan sebagai tindak lanjut implementasi RAD., karena adanya pandemi Covid-19 yang memaksa daerah melakukan refocusing anggaran sesuai arahan dari Pusat.

(2) DPPKB menyatakan telah melakukan kegiatan sebagai tindak lanjut implementasi RAD, (3) RSUD Lahat menyatakan telah melakukan kegiatan tindak lanjut implementasi RAD,

namun kegiatan tersebut tidak secara langsung terkait dengan integrasi kesehatan Ibu dan KB berbasis hak

Hasil penelusuran dokumen Renja DPPKB tahun 2020, menunjukan bahwa DPPKB telah melakukan berbagai kegatan rutin OPD yang mirip dengan kegiatan RAD. Banyak kegiatan RAD yang dijadwalkan pada tahun 2020 belum dilakukan, antara lain: (1) membentuk dan memfungsikan “pos komando” penggerak, pengawas, dan pengendali implementasi integrasi kesehatan ibu – KB berbasis hak; dan (2) memfungsikan Sistem Informasi Monitoring Kewaspadaan Ibu Terintegrasi (SIMKIT).

Pada tahun ini (2020), Kabupaten Lahat sedang melakukan proses Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD sesuai ketentuan yang ada. Pihak Bappeda belum menetapkan batas akhir proses revisi tersebut karena membuka kesempatan semua OPD dapat menyelesaikan Revisi Renstra-nya dengan baik. Dalam konteks demikian, terbuka peluang untuk mengintegrasikan RAD ke dalam RPJMD dan Renstra OPD sepenuhnya secara sistematis. Makin cepat dilakukan, akan makin baik. Diharapkan bisa dimulai segera (Catatan: diperkirakan sebelum April 2021, Revisi RPJMD dan Renstra OPD harus selesai agar selanjutnya bisa dijabarkan ke dalam RENJA OPD). Hasil Sinkronisasi bisa dilihat pada lampiran 2.

(22)

FINAL REPORT 14 Hasil tindak lanjut RAD di Kabupaten Aceh Barat berbeda dengan Kabupaten pilot project lain, di Kabupaten Aceh Barat telah dilakukan integrasi RAD ke dalam Renstra OPD, Dan nomenklaturnya telah disesuaikan dengan Permendagri No 90 tahun 2019. Berdasarkan Permendagri No 90 tahun 2019 tidak dimungkinkan menambah sub kegiatan baru, sehingga kegiatan RAD dititipkan pada sub kegiatan yang paling sesuai/mirip.

Tindak lanjut RAD di Kabupaten Aceh Barat setelah dilakukan sinkronisasi dengan Renja tahun 2020 didapatkan hasil bahwa sebagian besar implementasi RAD pada tahun 2020 telah dilaksanakan dan dianggarkan oleh Dinas Kesehatan dan DP3AKB. Kegiatan yang sama sekali belum diimplementasikan pada kedua OPD tersebut adalah memfungsikan Sistem Informasi Monitoring Kewaspadaan Ibu Terintegrasi (SIMKIT). Beberapa penyebab belum berfungsinya SIMKIT karena adanya mutasi-mutasi pegawai, keterbatasan anggaran dan keterbatasan SDM dalam pengoperasian SIMKIT. Hasil sinkronisasi dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Faktor lingkungan eksternal kabupaten

Dari sisi konteks lingkungan eksternal, semua kabupaten pilot project memiliki 2 (dua) penghambat atau penyulit untuk melaksanakan rencana kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu terjadinya pandemi Covid-19 dan akan berlakunya Permendagri No. 90 Tahun 2019 (Tabel 4).

Tabel 4. Faktor penghambat lingkungan eksternal Kabupaten

Aspek Malang Aceh Barat Lahat

Pandemi Covid-19 Ada Ada Ada

PERMENDAGRI No. 90/2019 Ada Ada Ada

Faktor Eksternal Kabupaten berupa Kebijakan pemerintah tentang pencegahan dan penanggulangan Covid-19 berpengaruh pada refocusing anggaran dan kegiatan yang berakibat pembatalan atau penundaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Seperti ungkapan informan sebagai berikut:

“karena ada rasionalisasi terkait dengan pandemi sehingga di capaian di kesehatan KB kita sampai bulan November kemarin itu hampir turun 20% dari selama ini sebelum pandemi”

(DPPKB Malang)

“Terutama adanya dampak pandemi covid19 di mana salah satunya kita tidak dapat melaksanakan posyandu, ibu hamil enggan memeriksakan kondisi kehamilan ke faskes sehingga lost control” (Dinas Kesehatan Lahat)

(23)

FINAL REPORT 15

“Dampak pandemi covid ini sudah jelas, memang kegiatan kita ee sangat dibatasi ya untuk menjaga pemutusan mata rantai daripada covid-19” (Dinas Kesehatan Aceh Barat)

Permendagri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah, berpengaruh dalam perencanaan yang telah disusun. Klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur kegiatan RAD harus disesuaikan dengan peraturan tersebut. Hal itu memperpanjang proses untuk mengimplementasikan RAD.

Penjelasan tersebut diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalopun kemendagri sesuai dengan rencana konsistensinya bentul-betul sudah harus dilaksanakan berarti kami harus menyesuaikan” (Bappeda Malang)

“kalau di permendagri 13 tahun 2006 kita masih bisa menambah kode rekening, dan itu masih cocok dalam program yang ada pada permendagri, sedangkan di permendagri nomor 90 kita tidak bisa menambah kegiatan” (Bappeda Aceh Barat)

2. Faktor lingkungan Internal Kabupaten

Pada Tabel 5 terlihat adanya faktor internal yang menjadi penghambat kabupaten Malang, Lahat dan Aceh Barat dalam mengimplementasikan RAD.

Tabel 5. Faktor penghambat lingkungan internal Kabupaten

Aspek Malang Lahat Aceh Barat

RPJMD Baru Ada Tidak Tidak

Refocusing Kegiatan Ada Ada Ada

Revisi RPJMD Tidak Ada Ada

Pergantian Pejabat Tidak Tidak Ada

Pada aspek penghambat, adanya penyusunan RPJMD baru hanya ada di Kabupaten Malang. Penyusunan RPJMD dan Renstra OPD baru yang sejalan dengan Pilkada 9 Desember 2020 menjadi faktor penghambat/penyulit dalam upaya implementasi RAD.

“Di samping kebetulan pada saat ini posisi RPJMD ke depan untuk dari sisi teknokratik kami sudah mendekati final ibu bapak sekalian tinggal nanti kalo itu lancar Februari terpilih kepala daerah nanti itu kita akan mensedonasikan dari sisi politiknya dari bupati terpilih, pada posisi inilah kami mengharapkan ada satu penguatan dari bappenas khususnya” (Bappeda Malang) Refocusingakibat adanya pandemi pada faktor eksternal, berdampak juga pada kondisi internal masing-maisng OPD. Faktor kecilnya alokasi anggaran karena kebijakan refocusing kegiatan untuk pencegahan dan penanggulangan Covid-19, berakibat pada pembatalan atau penundaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Seperti pengakuan informan berikut:

(24)

FINAL REPORT 16

“kegiatan yang bersifat kegiatan itu sebagian besarnya kena refocusing dan itu difokuskan untuk penanggulangan covid dan pencegahannya” (Bappeda Malang)

“Pandemi membuat adanya refocusing anggaran sehingga apa yang telah ditetapkan tidak bisa dilaksanakan secara maksimal” (DPPKB Lahat)

Kabupaten Lahat dan Aceh Barat memiliki penghambat internal yaitu revisi RPJMD.

Penyesuaian RPJMD dengan Permendagri No. 90 Tahun 2019 dan penyesuaian terhadap adanya perubahan kondisi OPD, membuat RAD yang tersusun harus menunggu proses revisi tersebut selesai agar dapat dijalankan. Pernyataan informan sebagai berikut:

“Revisi RPJMD rencananya ada, karena kita mensinkronkan dengan permendagri dan kita juga mensinkronkan dari provinsi juga ada kontrak-kontrak kerja…” (DPPKB Lahat)

“RPJMD Kab. Aceh Barat 2017-2022 sedang proses revisi. Sekarang proses revisi masih berada di Biro Hukum Provinsi Aceh” (Bappeda Aceh Barat)

Kabupaten Aceh Barat mengaku bahwa penggantian atau rotasi jabatan dapat berpengaruh pada tindak lanjut RAD di masing masing OPD. Seperti ungkapan informan berikut:

“orang yang dulunya dikatakan sebelumnya sudah beberapa kali ikut dalam kegiatan ini, ikut terlibat tapi dengan pergantian personil tersebut mungkin bagi pejabat baru ini dia harus belajar kembali” (Bappeda)

3. Faktor input

Faktor input yang dapat menghambat implementasi RAD di 3 kabupaten pilot project dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Faktor penghambat input

Aspek Malang Aceh Barat Lahat

Kemampuan Tenaga Teknis ya ng masih perlu ditingkatkan

Ada Ada Ada

Terbatasnya Alokasi Anggaran Tidak Ada Ada Ada

Kurangnya

Jumlah Tenaga Teknis

Tidak Ada Ada Ada

Operasionalisasi SIMKIT Tidak ada SIMKIT Belum Dioperasikan Belum Dioperasikan Integrasi Simkit dan Catpor Tidak ada SIMKIT Belum Terintegrasi Belum

Terintegrasi Pada faktor input, jumlah dan kompetensi tenaga teknis menjadi penghambat di Kabupaten Lahat dan Aceh Barat. Sedangkan, Kabupaten Malang hanya terbatas pada jumlah tenaga teknis. Jumlah dan kompetensi tenaga teknis merupakan prasyarat untuk kegiatan RAD.

(25)

FINAL REPORT 17 Kegiatan yang dirancang dalam RAD memerlukan jumlah dan kompetensi tenaga teknis yang memadai. Kemampuan tenaga teknis termasuk tenaga di puskesmas perlu ditingkatkan, karena tindak lanjut RAD bergantung dengan kompetensi tenaga teknis, baik di dinas kesehatan, DPPKB, RSUD dan puskemas. Pernyataan informan:

“Kompetensi SDM kami merasakan masih perlunya peningkatan kapasitas… di puskesmas dan di rumah sakit” (Dinas Kesehatan Lahat)

“Pelatihan SDM, kita tidak bisa melaksanakan hanya rumah sakit kita saja, harus menunggu dulu rumah sakit lainnya…” (RSUD Cut Nyak Dhien Aceh Barat)

“Penyuluh yang ada dilapangan sangat kurang sekali” (DPPKB Lahat)

“Nah, itulah yang terkendala bagi kami, jumlah PLKB sangat minim” (DP3AKB Aceh Barat) Faktor penghambat input lain adalah terbatasnya anggaran yang dirasakan oleh Kabupaten Lahat dan Aceh Barat. Namun, Kabupaten Malang tidak merasa kekurangan anggaran. Terbatasnya anggaran terungkap dari informasi informan berikut:

“Di sini penganggaran yang belum optimal yang diterima di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat” (Dinas Kesehatan Lahat)

“bahwa kita keterbatasan anggaran, bisa di katakana anggaran APBD Aceh Barat ini sangat sangat minimalis” (Bappeda Aceh Barat)

SIMKIT adalah sistem informasi yang dirancang untuk kewaspadaan kesehatan ibu yang terintegrasi dengan KB, integrasi dengan sistem catatan dan pelaporan dari Kemenkes akan meningkatkan efektifitas keduanya. Namun, belum ada integrasi SIMKIT tersebut dalam pelaporan data di Kabupaten Lahat dan Aceh Barat.

SIMKIT kita tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya… (RSUD Lahat) 4. Faktor proses

Pada faktor proses, didapatkan beberapa aspek yang dapat menghambat implementasi RAD, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Faktor penghambat proses

Aspek Malang Lahat Aceh Barat

Komunkasi Antar OPD Ada Ada Ada

Integrasi RAD Ke Revisi Renstra OPD Tidak Ada Ada Ada

(26)

FINAL REPORT 18 Penyesuaian Klasifikasi,

Kodefikasi dan Numenklatur Ada Ada Ada

Komunikasi yang efektif antar OPD dan Bappeda sangat diperlukan untuk tindak lanjut perencanaan dan kegiatan. Adanya hambatan komunikasi antar OPD diakui oleh semua kabupaten. Terhambatnya komunikasi tersebut juga dikarenakan dampak pandemi Covid-19, yang membatasi pertemuan. Ungkapan informan sebagai berikut:

“koordinasi belum berjalan dengan baik, baik antar apa yang ada di rumah sakit maupun di luar rumah sakit” (RSUD Lawang)

“Bappeda selaku koordinator dalam hal ini katakanlah untuk mempertemukan kita di kabupaten dengan OPD terkait tidak bisa dilakukan karena refocusing ini” (Bappeda Lahat)

“Dinas kesehatan, rumah sakit dengan KB itu masih agak tersendat-sendat mungkin kolaborasi kita karena juga masa pandemi covid susah bagi kami untuk berkumpul dan berkolaborasi”

(DP3AKB Aceh Barat)

Aspek lainnya adalah adanya integrasi RAD ke Renstra baru di Kabupaten Lahat dan Aceh Barat. Integrasi RAD ke dalam Renstra OPD sesuai RPJMD sebelum revisi belum dilakukan di Kabupaten Lahat. Di samping itu, RPJMD kabupaten akan direvisi dan disahkan tahun 2021, sehingga perlu dilakukan integrasi ke dalam RPJMD yang direvisi dan Renstra OPD yang disesuaikan dengan RPJMD hasil revisi.

“Revisi RPJMD rencananya ada, karena kita…. dan mensinkronkan dari provinsi juga ada kontrak-kontrak kerja…” (DPPKB Lahat)

Pada situasi Kabupaten Aceh Barat saat ini sudah tertutup peluang untuk melakukan integrasi RAD ke dalam RPJMD dan Renstra OPD. Hal tersebut mengakibatkan implementasi RAD tidak bisa dilakukan sebagaimana mestinya. Meskipun demikian tetap bisa diupayakan secara terbatas untuk mengakomodasikan program dan kegiatan RAD ke dalam Kerangka Acuan Kerja Kegiatan/Sub Kegiatan setiap OPD terkait.

“Saat penyusunan RAD ini dulu kita memulainya sekitar tahun 2018… itu sebagaimana kita ketahui bahwa qanun atau peraturan daerah tentang RPJMD Aceh Barat sudah di tetapkan…”

(Bappeda Aceh Barat)

Penyesuaikan klasifikasi, kodefikasi dan numenklatur menjadi penghambat semua kabupaten dalam implementasi RAD. Kegiatan dalam RAD yang telah disusun harus disesuaikan dengan ketentuan klasifikasi, kodefikasi dan numenklatur dari Kemendagri, yang menambah panjang waktu untuk mengimplementasikan RAD.

(27)

FINAL REPORT 19

“Revisi RPJMD rencananya ada, karena kita mensinkronkan dengan permendagri” (DPPKB Lahat)

3.5 Identifikasi dukungan teknis

Proses identifikasi dukungan teknis di tiga Kabupaten pilot project telah dilakukan.

Hasil tersebut terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Identifikasi dukungan teknis

Aspek Malang Lahat Aceh Barat

Advokasi Kebijakan & Komitmen (Bupati) Ya Ya Tidak

Pendampingan Updating RAD (Lintas OPD) Ya Ya Ya

Dukungan Input Integrasi RAD - RPJMD

(Bappeda) Ya Ya Tidak

Pendampingan Integrasi RAD - Renstra

(Internal OPD) Ya Ya Tidak

Dukungan Input Dasar Hukum RAD

(Bappeda) Tidak Tidak Tidak

Pendampingan Proses Penjabaran RAD ke Renja (melalui Renstra)

(Internal OPD)

Ya Ya Ya

Pendampingan proses implementasi

RAD (Internal OPD) Ya Ya Ya

Pendampingan Proses Implementasi

RAD (Lintas OPD) Ya Ya Ya

Pada Tabel 6, terlihat bahwa pendampingan teknis untuk advokasi kebijakan dan komitmen dibutuhkan oleh Kabupaten Malang dan Lahat. Pendampingan tersebut dibutuhkan Kabupaten Malang karena Bupati dan Wakil Bupati terpilih akan dilantik pada Februari 2021.

Sehingga perlu dilakukan advokasi kepada Bupati dan Wakil Bupati baru agar lebih memberikan dukungan kebijakan terhadap upaya penurunan kasus kematian ibu dan peningkatan program keluarga berencana. Advokasi ulang juga perlu dilakukan pada Bupati Lahat, untuk menguatkan kembali komitmen dalam menurunkan kasus kematian ibu terutama agar memperoleh dukungan alokasi anggaran untuk implementasi kegiatan RAD. Hal tersebut dinyatakan oleh DPPKB

“Kita juga berharap dengan pendampingan, advokasi ulang agar anggaran-anggaran di RAD bisa tertuang di renja dan juga bisa kita laksanakan…” (DPPKB Lahat)

(28)

FINAL REPORT 20 Pendampingan updating RAD lintas OPD dibutuhkan oleh semua kabupaten pilot project. Bappeda dan dinas kesehatan Kabupaten Malang merasa perlu untuk melakukan updating, agar dapat mereview indikator-indikator capaian yang menjadi kewenangan DPPKB atau dinas kesehatan.

“Untuk dukungan teknis updating RAD kami membutuhkanya” (Dinas Kesehatan Malang)

“Untuk pendampingan updating RAD kami rasa perlu dukungan” (DPPKB Lahat)

“Pendampingan updating RAD ini iya perlu, perlu pendampingan. sangat perlu bahkan” (Bappeda Aceh Barat)

Dukungan input integrasi RAD ke dalam RPJMD dibutuhkan oleh Kabupaten Malang dan Lahat. Hal tersebut dikarenakan, Kabupaten Malang akan menyusun RPJMD baru dan Kabupaten Lahat sedang dalam tahap penyusunan revisi RPJMD. Sedangkan Kabupaten Aceh Barat tidak membutuhkan dukungan input RAD ke dalam RPJMD karena pengajuan revisi RPJMD sudah masuk dalam tahap fasilitasi biro hukum Provinsi Aceh.

“Minimal itu di RPJMD itu minimal sehingga di situ kami bisa dibantu untuk bagaimana tadi ditegaskan juga oleh ibu direktur untuk mengkonekkan antara SPM di bidang kesehatan dan infrastruktur salah satunya” (Bappeda Malang)

“Perlu Pendampingan Integrasi RAD dengan RPJMD atau Revisi RPJMD agar kegiatan di RAD tetap masuk atau selaras” (Dinas Kesehatan Lahat)

“pendampingan integrasi RAD dengan RPJMD atau revisi RPJMD kami rasa tidak perlu lagi, Karena mengapa. RPJMD kita yang 2017 – 2022 sudah kita revisi dan sekarang sudah berada di biro hukum kantor gubernur dalam tahap fasilitas” (Bappeda Aceh Barat)

Pendampingan Integrasi RAD ke dalam Renstra yang dilakukan oleh internal OPD dibutuhkan oleh Kabupaten Malang dan Lahat yang akan menyusun dan merevisi Renstra.

Pendampingan integrasi RAD ke dalam Renstra tidak dibutuhkan di Kabupaten Aceh Barat, karena proses tersebut sejalan dengan perubahan RPJMD.

“Kami berharap dilakukan pendampingan terkait renstra karena 2022 ini kita sudah mulai dengan restra baru, dengan ini kami lebih leluasa mengimplementasikan kegiatan itu” (DPPKB Malang)

“Tidak juga, karena perubahan RPJMD dengan renstra itu sejalan dia, ini juga sudah selesai sebenarnya…” (Bappeda Aceh Barat)

Dukungan input penetapan dasar hukum RAD yang menjadi tugas Bappeda diakui tidak dibutuhkan. Kabupaten Aceh Barat telah menetapkan dasar hukum RAD melalui

(29)

FINAL REPORT 21 peraturan bupati nomor 25 tahun 2019. Kabupaten Lahat juga telah membuat peraturan bupati terkait RAD yang sedang dalam proses di biro hukum Provinsi.

“Tidak perlu juga, karena kita sudah menetapkan dasar hukumnya melalui peraturan bupati..” (Bappeda)

Pendampingan pada proses penjabaran RAD ke Renja melalui Renstra pada masing- masing internal OPD diperlukan oleh semua Kabupaten.

“Perlu Pendampingan Proses Penjabaran RAD ke dalam Renja melalui Renstra, agar kegiatan dlm RAD dapat masukk dalm usulan program atau kegiatan Dinas Kesehatan” (Dinas Kesehatan Lahat)

Pendampingan proses impementasi RAD di internal maupun lintas OPD diperlukan oleh semua kabupaten. Alasan pendampingan untuk mengawal implementasi tetap dijalankan, walaupun ada perubahan jabatan.

“Ini yang paling penting… misalnya ada mutasi-mutasi berganti dengan orang baru bisa saja implementasinya terkendala, itu perlu pendampingan” (Bappeda Aceh Barat)

3.6 Exit Strategy a. Skenario I

Bappenas dan UNFPA masih memberikan dukungan teknis terhadap Kabupaten daerah pilot poject, implementasi RAD bisa tetap dilakukan oleh masing masing OPD teknis dalam koordinasi Bappeda.

b. Skenario II

Jika tidak ada lagi dukungan teknis dari Bappenas dan UNFPA, implementasi RAD tetap bisa dilakukan oleh masing masing OPD, namun peran Bappeda sebagai koordinator dan mentor harus diperkuat.

(30)

FINAL REPORT 22 BAB IV

RENCANA AKSI 1.4 Rekomendasi

a. Kabupaten Malang

Sejalan dengan proses Pilkada 9 Desember 2020 dan rangkaiannya, Kabupaten Malang membutuhkan Dukungan Teknis untuk:

1. Advokasi Kebijakan & Komitmen 2. Pendampingan updating RAD,

3. Dukungan input integrasi RAD ke dalam RPJMD 2021-2024,

4. Pendampingan Integrasi RAD ke dalam Renstra OPD terkait (2021-2024).

Selain itu untuk lebih mempercepat penurunan kasus kematian ibu, perlu dilakukan 5. Pendampingan Proses Penjabaran RAD ke Renja melalui Resntra (Internal OPD) 6. Pendampingan proses implementasi RAD (Internal OPD)

7. Pendampingan proses implementasi RAD di lintas OPD (lintas OPD)

Dukungan Teknis diharapkan dapat dilakukan mulai Februari 2021 (setelah Bupati/Wakil Bupati terpilih dilantik) hingga Agustus 2021 (sebelum RPJMD dan Renstra OPD 2021-2024 disahkan).

b. Kabupaten Aceh Barat

Dukungan Teknis yang diharapkan Kabupaten Aceh Barat dari aspek kontekstual lingkungan internal kabupaten (revisi RPJMD dan Renstra OPD tinggal menunggu pengesahan dan penetapan dasar hukum) hanya dimungkinkan untuk:

1. Updating RAD

2. Pendampingan Proses Penjabaran RAD ke Renja melalui Renstra (internal OPD) (Pendampingan bisa dimulai sebelum tersusunnya RENJA OPD 2022)

3. Pendampingan proses implementasi RAD (Internal OPD) 4. Pendampingan proses implementasi RAD (Lintas OPD).

(bisa dilakukan pada 2022, kecuali 2021 dilakukan Perubahan APBD (APBD-P 2021) c. Kabupaten Lahat

Sejalan dengan proses Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD yang telah dilakukan saat ini, Kabupaten Lahat membutuhkan semua Dukungan Teknis yang tersedia, termasuk

(31)

FINAL REPORT 23 advokasi ulang ke Bupati (untuk memperoleh dukungan alokasi anggaran untuk kegiatan RAD)

1. Proses pendampingannya harus dilakukan segera sebelum Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD disahkan.

2. Diharapkan pengesahan revisi RPJMD dan revisi Renstra OPD sebelum April 2021, agar Revisi RPJMD dan Revisi Renstra OPD bisa dijabarkan ke dalam RENJA OPD 2022.

4.2 Rencana tindak lanjut

a. BAPPENAS dan UNFPA

Perlu mempertimbangkan peluang waktu yang tersedia untuk memberikan dukungan teknis ke kabupaten pilot project yang sangat sempit. Jika peluang tersebut tidak bisa dioptimalkan, dikhawatirkan implementasi RAD akan terlambat 1 (satu) tahun lagi.

b. KEMENKES

Agar memberikan dukungan kebijakan untuk peningkatan program KB dan Kesehatan Reproduksi, dalam rangka mempercepat penurunan kasus kematian ibu melahirkan.

c. BKKBN

Agar dapat meningkatkan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan sehingga integrasi perencanaan-penganggaran Kesehatan Ibu - KB Berbasis Hak (termasuk implementasinya) di daerah bisa lebih baik.

d. KEMENDAGRI

Agar memberikan pengawalan terkait dengan integrasi perencanaan dan penganggaran kesehatan ibu dan KB, melalui kegiatan dalam RAD.

e. Pemerintah Daerah

Memberikan dukungan kebijakan dan alokasi anggaran untuk implementasi kegiatan RAD.

(32)

FINAL REPORT 24 LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses pengumpulan data 1. Proses pengumpulan data

b. Pertemuan I untuk Kabupaten Malang (Jumat 27 November 2020 jam 09.00-11.00)

 Kegiatan dihadiri oleh:

1) Bappenas: Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga, Kasubdit KB, NPCU

2) UNFPA: Programme Specialist Reproductive Health 3) Perwakilan Kemendagri

4) Perwakilan BKKBN

5) Kepala Bappeda serta jajarannya

6) Perwakilan dinas kesehatan: Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dan Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi

7) Perwakilan Dinas PPKB 8) Perwakilan RSUD Lawang 9) Perwakilan RSUD Kanjuruhan.

 Kegiatan dilaksanakan tepat waktu., difasilitasi oleh Bappenas. Kegiatan dimoderatori oleh Kasubdit KB Bappenas. Pembukaan dilakukan oleh Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga Bappenas. Saat pembukaan, dijelaskan mengenai hal-hal yang telah dilakukan pada daerah pilot project serta hasil yang didapat dalam 2 tahun program. Selain itu, juga dijelaskan tujuan kegiatan adalah untuk menindak lanjuti implementasi RAD dan hal yang perlu didiskusikan dalam kegiatan.

 Kegiatan inti adalah proses presentasi dari setiap OPD dan dinas terkait dalam pilot project, yang diarahkan oleh Drs. Tudiono, M.Kes, konsultan PKMK FK-KMK UGM.

 Sebelum pemaparan oleh dinas dan OPD, kegiatan diawali dengan arahan konsultan FK-KMK UGM mengenai hal-hal yang perlu disampaikan dinas dan OPD serta menjelaskan jalannya proses pengumpulan data.

 Paparan pertama disampaikan oleh Kepala Bappeda Kabupaten Malang. Setelah dilakukan presentasi, terdapat tanggapan dari Direktur KPAPO terkait masukan tetang

Referensi

Dokumen terkait

Bertahap dan Penilaian Portofolio terhadap Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar: Studi Eksperimen dalam Pembelajaran Menulis di Kelas C SDN Percobaan dan SDN

Dalam rangka kegiatan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2012 untuk guru-guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panitia Sertifikasi Guru Rayon 115 UM

[r]

in 3 menemukan bahwa untuk kondisi saat ini para guru perlu mengembangkan manajemen pembelajaran, perlu menguasai model, teknik, dan metode manajemen

kami sampaikan Peringkat Teknis Peserta Penawaran E-Lelang Terbatas. Pekerjaan Pekerjaan Penataan Lingkungan (Beautifikasi) Gerbang Tol

Rumusan permasalahan penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMK Wisudha Karya

Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara keadilan distributif dengan employee engagement pada karyawan tetap

$kan lele (Clarias batrachus ! pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar ' cm dan ukuran..  berat tubuh ) sampai '