Bab 4
Hasil
Analisis, dan Penelitian,
Pembahasan
31
IV.1. Pengantar
Bagian ini memaparkan hasil penelitian, meliputi hasil analisis dan pembahasan.
Analisis dilakukan terhadap data-data berkaitan dengan identifikasi masalah, potensi sumberdaya lokal, kelembagaan sekolah, kontekstualisasi Kurikulum 2013, dan pengembangan model kurikulum dengan mengambil dua kasus penting, yaitu masalah ketersediaan air bersih dan pengembangan sistem transportasi perkapalan. Dua kasus ini diambil dari empat kasus yang dipandang penting oleh warga masyarakat, yaitu kebutuhan air bersih, transportasi perkapalan, pertanian dan perikanan.
Berikut ini dipaparkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan berbagai persoalan di atas. Termasuk di dalamnya pengembangan model kurikulum berbasis masyarakat sungai yang penting dan mendesak untuk dikembangkan, yaitu masalah ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan pengembangan sistem transportasi perkapalan.
IV.2. Masalah-Masalah Pembangunan
Sebelum meminta responden menyampaikan pendapatnya tentang masalah- masalah pembangunan yang dihadapi, responden diberikan pengantar tentang tujuan dari penelitian ini. Pertama-tama, tentang misi dan orientasi Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya penguasaan pengetahuan, pengetahuan dalam praktik, untuk mengembangkan keterampilan, dan menumbuhkan sikap religius dan etik sosial. Kedua, tentang perlunya kontekstualisasi Kurikulum 2013 untuk menjawab kebutuhan di masyarakat. Kemudian, ketiga, tentang beberapa informasi penting yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu mengenai identifikasi masalah dan kebutuhan; potensi-potensi sumberdaya yang ada untuk mengatasi masalah; kelembagaan sekolah dan implementasi Kurikulum 2013; dan pengembangan model kurikulum akan dilakukan dalam konteks masyarakat sungai.
Dari identifikasi masalah yang dilakukan, ditemukan empat masalah penting yang dihadapi warga masyarakat, yaitu masalah pembangunan pertanian, perikanan,
32
ketersediaan air bersih, dan masalah transportasi perkapalan. Sebagaimana dikemukakan Bapak Topan, tokoh masyarakat, sebagian besar pekerjaan masyarakat disini adalah bekerja di sektor pertanian dan perikanan. Disarankan, untuk mengatasi masalah ini pendidikan dikembangkan terutama untuk mengatasi masalah produksi pertanian dan perikanan yang kurang memadai. Selain itu, sebagai masyarakat di daerah persungaian diharapkan ada kurikulum untuk pemanfaatan sumberdaya sungai.
Gambar 4.1.
Air sungai yang keruh tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari
Masalah ini juga dikemukakan Bapak Rahyani, tokoh masyarakat, yang menyampaikan bahwa pekerjaan sebagian besar masyarakat Aluh-aluh adalah pertanian dan perikanan. Meskipun, hasilnya mengalami pasang surut sehingga produksi kurang maksimal. Hal ini dikarenakan teknologi yang digunakan masih sederhana dan kultur tanah yang kurang mendukung. Untuk itu perlu muatan kurikulum yang bisa meningkatkan produksi pertanian yang hasilnya sekarang baru 25%. Teknologi pertanian lebih mengarah pada sistem tanah rawa. Konsumsi ikan di Kalimantan Selatan sangat tinggi, oleh karena itu sangat penting diterapkan kurikulum yang lebih menekankan
33
teknologi tepat guna untuk meningkatkan produksi perikanan.
Di sisi lain, sebagaimana dikemukakan Bapak Rasyid, berkaitan lingkungan terutama kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih, jangkauan PAM yang masih terbatas, pembuangan limbah, seperti sampah dan kotoran ke sungai masih menjadi masalah. Hal sama disampaikan bapak Arsah, tokoh masyarakat, bahwa masyarakat Aluh-aluh tidak ada akses air bersih, sehingga mandi dengan air sungai yang asin.
Masalah lain yang menjadi sorotan adalah soal transportasi perkapalan. Bapak Nurdin, seorang tokoh masyarakat, menjelaskan bahwa sarana dan prasarana transportasi masyarakat menggunakan perahu klotok atau kapal-kapal kecil. Jenisnya bermacam-macam tergantung fungsinya, apakah untuk sarana angkut pribadi, umum, barang atau lainnya. Dalam kaitan ini, diharapkan peserta didik dapat memperbaiki mesinnya dan minimal kalau tidak bisa membuat perahunya dapat membuat gambarnya.
Soal gambar ini menjadi penting karena hal itu menunjukkan ada kreativitas dan imajinasi di kalangan peserta didik.
Gambar 4.2.
Kapal Klotok sebagai satu- satunya sarana transportasi sungai di Kec.
Aluh-Aluh yang perawatan dan pengadaannya terbatas
34
Dalam kaitan ini, Ibu Yuni, guru SMAN 1 Aluh-Aluh mengatakan, kebanyakan guru belum mengerti atau memahami Kurikulum 2013. Bagaimana mengkaitkan Kurikulum 2013 dengan kurikulum lokal. Misalnya, bagaimana cara membuat kapal karena guru tidak tahu caranya. Menanggapi hal ini, peneliti mengajukan ilustrasi bahwa kapal atau perahu di sini ada karena ada yang membuat yaitu bapak-bapak yang tinggal di sini. Jadi sebenarnya bapak-bapak itu mempunyai kurikulum tetapi tidak tertulis.
Seandainya sekolah akan membuat kurikulum dengan materi membuat perahu atau kapal bisa mengundang nara sumber dari masyarakat itu sendiri. Kurikulum 2013 memungkinkan itu dari tekanan penguasaan untuk praktik yang dimiliki. Selain menghormati kearifan lokal, juga melestarikan keahlian yang ada disini, meningkatkan menjadi lebih maju dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar.
Bapak Tupan, Kepala SMA Negeri 1 Aluh-Aluh menyimpulkan melalui praktik Kurikulum 2013 dengan pengetahuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Menyambung hal itu, Bapak Yasin, wakil kepala sekolah bagian kurikulum menanggapi bahwa guru mengimplementasikan muatan kurikulum dalam silabus dan RPP yang akan diajarkan.
IV.3. Potensi Sumberdaya Lokal
Potensi lokal dimaksud sebagai potensi sumberdaya lokal yang dipunyai dan bisa serta pernah dipergunakan dalam mengatasi masalah di atas. Potensi lokal di masyarakat Aluh-aluh sebenarnya sudah ada, tetapi belum tergali secara maksimal.
Misalnya, masyarakat bisa membuat kapal atau perahu, dan juga ada situs-situs peninggalan sejarah, mempunyai banyak sungai sebagai transportasi dan penghasil perikanan serta pertanian. Potensi pertanian belum diberdayakan, sebagai contoh belum pernah dicoba penanaman padi yang bisa panen dalam dua bulan.
Praktik pengalaman lainnya adalah dalam pengelolaan air bersih. Masalah ini pernah diatasi dengan menggali kedalaman air di bawah tanah, tetapi tidak didapatkan air bersih. Juga telah dilakukan pembangunan air bersih oleh PDAM namun hanya mencakup tiga desa dan di pinggir jalan besar saja. Demikian pula, telah dilakukan
pembuatan teknologi penyulingan air bersih di SMAN 1 Aluh-aluh tetapi masih sangat sederhana dan masih dalam masa percobaan.
35
IV.4. Kelembagaan Sekolah dan Kurikulum
Sejalan dengan keberadaan banyak sekolah di sini, dan juga semangat sekolah yang tinggi di kalangan warga masyarakat, serta kelancaran penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan SMA Negeri 1 Aluh-Aluh, perlu dilakukan upaya perbaikan untuk kemajuan sekolah ke depan. Terutama terkait dengan keberadaan sekolah ini di tengah masyarakat sebagai lembaga dalam menjawab kebutuhan pendidikan dan pembelajaran yang lebih bermutu untuk memecahkan masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat. Masalah-masalah yang dihadapi sebagaimana dikemukakan di atas, dan juga potensi sumberdaya yang dimiliki, maka lembaga pendidikan penting ditingkatkan mutunya agar lebih berorientasi pada pemecahan masalah di sekitarnya.
Potensi-potensi sumberdaya yang ada perlu dikembangkan dan dipergunakan bagi sekolah sebagai bekal untuk mendorong kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
Kurikulum 2013 memberikan peluang untuk itu dengan berdasar misi dan orientasi yang dimiliki, yaitu untuk penguasaan pengetahuan, praktik pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sikap religius dan etik sosial di kalangan peserta didik.
Penelitian mendapatkan berbagai tanggapan terhadap bagaimana berbagai pihak merespon kebutuhan ini. SMA Negeri 1 Aluh-aluh bukan sekolah yang mengajarkan keterampilan khusus seperti SMK. Meskipun demikian, SMA Negeri 1 Aluh-Aluh mencoba menerapkan pendidikan berorientasi masalah yang lebih menekankan pengetahuan praktik dan juga mampu menjawab berbagai permasalahan di masyarakat. Harapannya, kurikulum dapat diimplementasikan dengan dikaitkan pada bagaimana pemecahan masalah terutama berkaitan dengan soal air bersih, peningkatan produksi pertanian dan perikanan, pemanfaatan sungai untuk transportasi dan cara membuat perahu atau kapal serta perbengkelannya.
Selain itu, muncul pula masalah teknis bagaimana melaksanakannya. Bapak Rasyid, ketua komite SMA Negeri 1, mempertanyakan bagaimana biaya operasionalnya
nanti bila Kurikulum 2013 dilaksanakan? Diharapkan, nantinya lebih menekankan pada keterampilan, peserta didik tidak hanya diberi pengetahuan bersifat teoritis, tetapi bagaimana mempraktikkan pengetahuan yang didapat. Apakah akan disiapkan laboratorium untuk mendukung hal ini? Di sini perlu ada muatan kurikulum lokal terutama tentang perbengkelan. Bapak Yani, tokoh masyarakat lain, menambahkan rencana ke depan harus ada laboratorium perikanan dan sekarang ini sebenarnya sudah disediakan tanahnya untuk laboratorium tersebut. Kendalanya karena belum ada guru yang berlatar belakang pendidikan perikanan. Khusus dalam kaitannya dengan hal itu, Ibu Yuni, guru mata pelajaran Kimia, akan merencanakan praktik penyulingan air bersih.
Peran sekolah dituntut lebih luas, tidak hanya memberi pengetahuan teoritik, tetapi juga praktik. Sekolah selama ini belum memberikan manfaat kepada masyarakat, hanya memberikan pengetahuan secara teoritik saja kepada anak. Terhadap kelembagaan sekolah ini, guru Biologi mengharapkan dukungan lebih dari lembaga sekolah, terutama menyiapkan anak bisa melanjutkan kuliah, namun mereka juga sudah disiapkan dengan keterampilan untuk hidup atau life skill. Anak dalam hal ini diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan serta mempunyai jiwa wirausaha. Semua mata pelajaran bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Bapak Tupan dalam hal ini mengatakan, sarana yang ada di sekolah, terutama laboratorium IPA masih digunakan bersama untuk mata pelajaran Fisika, Biologi dan Kimia. Sarana dan prasarana yang ada di laboratorium masih kurang memadai. Fasilitas lain seperti perpustakaan memiliki jumlah buku lumayan banyak namun koleksi buku masih terbatas, serta tidak didukung jaringan internet. Keterbatasan sarana menuntut kecakapan Kepala Sekolah dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah agar dapat menggerakkan peran guru, dan ini yang telah dilakukan oleh Kepala SMAN 1 Aluh-aluh. Misalnya, penggunaan modem karena tidak ada jaringan internet, upaya ini dilakukan untuk kelancaran penyiapan bahan ajar. Percobaan penyulingan air bersih dengan alat dan bahan sederhana merupakan terobosan yang sedang dilaksanakan di sekolah ini.
36
37
IV.5. Pengembangan Model Kurikulum
Setelah berdiskusi mengenai permasalahan yang ada di masyarakat, potensi- potensi sumber daya lokal dan kaitan dengan kelembagaan sekolah dan kurikulum, maka disepakati kontekstualisasi dan pengembangan model kurikulum untuk SMA Negeri 1 Aluh-aluh hendaknya memperhatikan empat permasalahan dan sekaligus menjadi kebutuhan untuk mendapat jawaban dari praktik pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
(1) Masalah lingkungan terkait kebutuhan ketersediaan air bersih
(2) Masalah sistem transportasi dan ketersediaan sarana transportasi perkapalan (3) Masalah pertanian terkait pengembangan tanaman pangan di daerah rawa-rawa
atau pertanian rawa
(4) Masalah perikanan terkait pengembangan perikanan air tawar di daerah pertanian rawa-rawa
Gambar 4.3.
Sarana dan prasarana pembelajaran di SMAN 1 Aluh-Aluh yang masih jauh dari Standar Nasional
38
Terdapat beberapa hal penting terkait pengembangan model kurikulum berorientasi pemecahan masalah ini. Mengingat potensi dan kapasitas kelembagaan sekolah yang ada, tidak semua masalah ini harus mendapat jawaban, meski keempatnya tetap penting dipertimbangkan. Dalam hal ini disepakati untuk dipilih dua masalah, yaitu masalah kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih dan pengembangan sistem dan sarana transportasi perkapalan. Namun demikian, dua masalah lainnya bukan berarti harus ditiadakan, tetapi tetap disimpan atau dipertahankan sebagai catatan untuk diberi perhatian sesuai dengan potensi dan kapasitas yang akan berkembang nanti ke depan.
Secara khusus terkait dengan dua masalah yang dipilih, yaitu kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih dan pengembangan sistem dan sarana transportasi perkapalan untuk sampai ke pengembangan model kurikulum perlu dilakukan pendalaman masalah ini lebih mendetail. Hal itu meliputi empat hal penting yang perlu dijawab, yaitu: (1) seberapa jauh masalah ini sesungguhnya dihadapi; (2) potensi sumberdaya lokal apa saja yang telah digunakan atau diberdayakan untuk mengatasi masalah itu; (3) pembelajaran apa yang bisa dipetik dari apa yang sudah dikembangkan, dan; (4) apa yang bisa dikembangkan ke depan melalui pengembangan model kurikulum terkait kedua masalah tersebut.
IV.5.1. Kesehatan Lingkungan melalui Ketersediaan Air Bersih
Model kurikulum ini dikembangkan berdasarkan hasil wawancara dengan responden. Dari hasil wawancara, diperoleh kesimpulan terkait masalah ini perlu dikembangkan model kurikulum tematik, yang mengangkat tema kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih. Hal itu didasarkan pada penggalian masalah sebagai berikut.
Masalah ini terkait dengan masalah relasi manusia-alam-air karena perilaku dan cara hidup warga komunitas di daerah ini tidak terlepas relasi tersebut. Masalah kesehatan muncul dalam kaitannya dengan dimensi relasi ketiganya; manusia-alam-air.
39
Air bersih (bukan air pada umumnya, karena air di daerah rawa-rawa ini melimpah, tetapi air bersih sangat langka) merupakan kebutuhan dasar untuk konsumsi minum yang langsung mempengaruhi kesehatan tubuh. Selain itu, air juga diperlukan untuk keperluan di luar konsumsi seperti mandi, keperluan rumah tangga dan lainnya. Dalam hal ini, selain kesehatan tubuh juga terkait dengan kesehatan lingkungan. Khusus dalam kaitan dengan kesehatan tubuh, di daerah ini masih banyak penyakit muntaber karena terkait dengan kurangnya air bersih untuk keperluan minum atau konsumsi.
Selain masalah kesehatan, masalah air bersih juga merupakan masalah ketersediaan dan pendistribusian atau terkait dengan soal sosial-ekonomi. Dalam arti, ketersediaan air bersih disini bukan tidak ada sama sekali. Karena kelangkaan itu, sebagian warga masyarakat memperjual dan beli air bersih dalam per satuan liter. Hal itu seperti terjadi di banyak daerah lain yang memiliki kelangkaan air bersih baik di daerah rawa maupun daerah kering. Dua jenis air bersih diperjualbelikan disini, yaitu air diambil
Gambar 4.4 Akses PAM yang belum menjangkau seluruh Kec.
Aluh-Aluh menyebabkan ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap air bersih yang dijual dalam jerigen
40
dari hulu sungai tawar di Martapura dan air bersih dari PDAM. Namun, tentu harganya mahal kurang lebih Rp1.500 per 30 liter pada musim hujan, harga ini mencapai Rp3.000 per 30 liter pada musim kemarau karena air langka.
Selain masalah kelangkaan air dan distribusi, akses terhadap air bersih juga menjadi masalah yang dihadapi warga masyarakat. Hal itu terkait infrastruktur yang tersedia, ketika pasang harus memakai kapal melalui sungai dan ketika surut harus memakai sarana darat, sementara keduanya kurang tersedia untuk sarana transportasi umum.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, selama ini telah dilakukan upaya untuk mendapatkan air bersih dengan berbagai cara. Diantaranya dengan menggali di kedalaman tanah sampai 120 meter tetapi tidak mendapatkan sumber air bersih. Selain itu, juga telah dibangun PDAM tetapi kemampuannya hanya bisa diakses oleh terbatas penduduk yang tinggal di tiga desa sekitar pinggir jalan menuju Kecamatan Aluh-Aluh atau di desa Aluh-Aluh Besar. Selain itu, penduduk sendiri yang belum mendapatkan distribusi air dari PDAM telah berinisiatif untuk menampung air hujan di rumah masing- masing terutama untuk keperluan rumah tangga. Kemudian yang terkini, di SMA Negeri 1 Aluh-Aluh telah diupayakan membuat teknologi penyaringan air bersih dengan teknologi tepat guna atau cara sederhana atas inisiatif kepala sekolah dan praktik dilakukan peserta didik.
Memperhatikan berbagai masalah serta upaya yang telah dilakukan itu, dapat ditarik kesimpulan pengembangan model kurikulum di SMAN 1 Aluh-Aluh sebaiknya diarahkan untuk memberikan pengetahuan dan praktiknya secara tematik sebagai bagian dari tanggungjawab pendidikan terhadap lingkungan dan komunitas sekitar.
Caranya dengan melakukan pemberdayaan komunitas dalam perspektif lingkungan khususnya pengembangan model kurikulum kesehatan lingkungan melalui pengadaan air bersih. Berdasarkan diskusi dengan guru dan pengurus sekolah, masih perlu didiskusikan lebih lanjut apakah penerapan model ini akan dijadikan tematik tersendiri atau diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran terkait. Penelitian ini menyarankan dibuat mata pelajaran tersendiri secara tematik dengan dipandu oleh guru yang secara kolektif melibatkan materi terkait atau oleh tim pengajar, mengingat potensi dan ketersediaan sumberdaya yang ada.
41
Selain jalan darat, transportasi di daerah ini kebanyakan menggunakan sungai dengan sarana kapal kecil dan sedang, terkadang ada juga kapal besar. Masalah yang dihadapi adalah terbatasnya sarana transportasi kapal. Selain itu, juga masalah dalam sistem transportasi sungai yang masih belum terbangun dengan sarana infrastruktur memadai.
Namun demikian, terdapat potensi sumberdaya yang sudah sejak lama digunakan penduduk sebagai sarana transportasi, yaitu kapal dalam sistem transportasi sungai dan laut. Sarana kapal itu dibuat secara mandiri di daerah Alak-Alak tempat para pengrajin kapal berasal. Salah satu responden penelitian ini merupakan anak dari salah satu keluarga yang sejak lama membuat kapal. Penduduk di Alak-Alak memiliki semacam pengetahuan lokal dan kurikulum tersendiri bagaimana membuat kapal dan diajarkan kepada masyarakat sekitar. Pembuatan kapal itu dilakukan dalam bentuk industri rumah tangga atau home industry.
Dalam sistem transportasi ini, terdapat berbagai jenis kapal yang dapat dibagi menurut fungsinya, antara lain untuk sarana angkut pribadi, ke pasar, mengangkut barang, dan untuk transportasi umum. Kapal untuk angkutan pribadi kurang lebih berukuran 5 x 50 meter yang dibuat sendiri memuat kurang lebih 4 orang dengan biaya untuk satu kapal tanpa mesin sebesar Rp. 1.500.000. Bila ditambah mesin seharga Rp.
1.100.000 atau jika kapal lengkap dengan mesin harganya Rp. 2.600.000. Kapal jenis ini biasanya dipergunakan sebagai kendaraan pribadi untuk pergi bekerja ke sawah atau berpergian di tempat sekitar. Kapal jenis lain antara lain untuk sarana transportasi umum memuat sekitar 30 orang dan pembuatannya kurang lebih sebesar Rp. 13.000.000 dan bila ditambah mesin seharga Rp. 6.000.000 atau keseluruhan sekitar Rp. 20.000.000.
Untuk jenis ini dibuat di Alak-Alak. Salah satu contoh jenis kapal untuk transportasi biasanya dipakai peserta didik dari desa-desa lain untuk pergi ke sekolah di Aluh-Aluh.
Dari studi kasus ini, dapat diambil kesimpulan bahwa masalah sarana transportasi perkapalan dan sistem transportasi di Aluh-aluh bisa dikembangkan dengan memberdayakan pengetahuan dan komunitas lokal ditambah dengan pengetahuan dan teknologi yang lebih maju. Penyediaan kapal saja tidak cukup, namun perlu dilengkapi
IV.5.2. Sarana Perkapalan dan Sistem Transportasi
42
dengan kelengkapan sarana serta komunikasi untuk perbaikan sistem transportasi.
Penggunaan potensi dan sumberdaya pengetahuan atau kurikulum lokal yang sudah ada itu, akan dirancang menjadi sebuah model kurikulum baru bisa dikembangkan dan diajarkan di sekolah menengah atas sesuai misi dan orientasi Kurikulum 2013. Model kurikulum baru diarahkan untuk penguasaan pengetahuan dalam praktik pengetahuan sehingga tumbuh sikap di kalangan peserta didik. Sikap peserta didik yang semakin bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam menggunakan sarana transportasi dan untuk kepentingan publik di lingkungan sekitar.
Sama halnya dengan model kurikulum kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih, dalam hal ini apakah materi diberikan dalam mata pelajaran baru yang dirancang secara tematik atau diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Hal itu masih perlu dipertimbangkan dari segi kelembagaan sekolah dan ketersediaan sumberdaya. Dalam kasus sarana transportasi perkapalan, mengingat ketersediaan sumberdaya yang masih terbatas, sebaiknya dijadikan agenda dulu ke depan. Meski hal itu tetap dijadikan prioritas mengingat pentingnya masalah ini bagi perbaikan sistem transportasi dan ketersediaan sarana transportasi perkapalan yang sangat dibutuhkan di daerah ini.