• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Bagian Produksi Pabrik 'X' di Kota Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Bagian Produksi Pabrik 'X' di Kota Tasikmalaya."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai profil komitmen organisasi pada karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan teknik survei. Populasi sasaran dalam penelitian ini berjumlah 87 orang.

Menurut Meyer & Allen, komitmen organisasi memiliki tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur komitmen organisasi adalah adalah alat ukur Organizational Commitment Questionare (OCQ) yang dibuat oleh Allen & Meyer, yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Berdasarkan uji validitas menggunakan rumus Spearman dan reliabilitas menggunakan rumus split-half, diperoleh 49 item yang diterima dengan validitas berkisar antara 0,584 – 0,956 dan reliabilitas 0,99.

Dari hasil penelitian didapati bahwa 22% karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Kota Tasikmalaya memiliki tipe profil I dengan Affective ↑ Continuance ↑ Normative ↑, 20% karyawan memiliki tipe profil II dengan Affective ↑ Continuance ↑ Normative ↓, 10% karyawan memiliki tipe profil III dengan Affective ↑ Continuance ↓ Normative ↑, 3% karyawan memiliki tipe profil IV dengan Affective ↑ Continuance ↓ Normative ↓, 6% karyawan memiliki tipe profil V dengan Affective ↓ Continuance ↑ Normative ↑, 8% karyawan memiliki tipe profil VI dengan Affective ↓ Continuance ↑ Normative ↓, 17% karyawan memiliki tipe profil VII dengan Affective ↓ Continuance ↓ Normative ↑ dan 14% karyawan memiliki tipe profil VIII dengan Affective ↓ Continuance ↓ Normative ↓.

(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study to obtain a picture of the description of organizational commitment on production staff at “X” Factory at Tasikmalaya. This study uses a description method with survey techniques. Target population in this study amounted to 87 people.

According to Meyer & Allen, organizational commitment component there are three, that is affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. The meter used to measure organizational commitment is Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) there are made by Meyer & Allen, that have been modified by researcher. Based on test validity using Spearman’s formula and reliability using the split-half formula, obtained 49 items received ranged from 0,584 – 0,956 and 0,99 reliability.

From the research found 22% production staff of “X” factory at Tasikmalaya are profile I with Affective ↑ Continuance ↑ Normative ↑, 20% of the production staff are profile II with Affective ↑ Continuance ↑ Normative ↓, 10% of the production staff are profile III with Affective ↑ Continuance ↓ Normative ↑, 3% of the production staff are profile IV with Affective ↑ Continuance ↓ Normative ↓, 6% of the production staff are profile V with Affective ↓ Continuance ↑ Normative ↑, , 8% of the production staff are profile VI with Affective ↓ Continuance ↑ Normative ↓, 17% of the production staff are profile VII with Affective ↓ Continuance ↓ Normative ↑ , and 14% of the production staff are profile VIII with Affective ↓ Continuance ↓ Normative ↓.

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ………... i

LEMBAR PENGESAHAN ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ………….. v

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ………. vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……….. viii

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR BAGAN ……….……… xiii

DAFTAR TABEL ………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian …….……… 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ………..………. 9

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis ……….………… 9

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pikir ………...……… 10

1.6 Asumsi Penelitian ………..………… 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Kerja 2.1.1 Pengertian Komitmen Kerja ……….……….… 21

2.1.2 Komponen Komitmen Kerja ……….……….... 22

2.1.3 Indikator Komitmen Kerja ………..……….. 25

2.1.4Faktor-faktor yang berpengaruh pada Komitmen Kerja… 29 2.1.5 Proses Komitmen Organisasi ……….… 33

2.1.6 Konsekuensi Komitmen Organisasi ………... 34

2.2Teori Perkembangan 2.2.1Masa Dewasa Awal 2.2.1.1Pengertian Masa Dewasa Awal……….. 35

2.2.1.2Karakteristik Masa Dewasa Awal ………. 36

2.3Pengertian Karyawan ………... 37

2.3.1Pengertian Karyawan Produksi ……..……….. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Rancangan dan Prosedur Penelitian ……….. 38

3.2Bagan Rancangan Penelitian ………...….. 38

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.3.2Definisi Operasional ……….…… 39

3.4Alat Ukur 3.4.1Kuesioner ……….……… 43

3.4.2Prosedur Pengisian ……….……….. 44

3.4.3Sistem Penilaian .……….. 45

3.4.4Data Pribadi dan Data Penunjang 3.4.4.1 Data Pribadi ………. 46

3.4.4.2 Data Penunjang ……… 46

3.4.5Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.5.1Validitas Alat Ukur ……….. 47

3.4.5.2Reliabilitas Alat Ukur ……….……….. 48

3.5Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi 3.5.1Populasi Sasaran ………….……….. 49

3.5.2Karakteristik Populasi …..………... 49

3.5.3Teknik Penarikan Sampel ………. 49

3.6Teknik Analisis Data ……….. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Responden dan Data Penunjang 4.1.1Gambaran Responden berdasarkan Usia ………...…. 52

4.1.2Gambaran Responden berdasarkan Pendidikan terakhir.… 53 4.1.3Gambaran Responden berdasarkan Masa kerja.…………. 53

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

4.2.1 Gambaran Responden berdasarkan Profil Komitmen

Organisasi ……….. 54

4.2.2 Gambaran Responden berdasarkan Komponen Komitmen Organisasi ………. 55

4.2.2.1Gambaran Responden berdasarkan Komponen Affective Commitment ………. 55

4.2.2.2Gambaran Responden berdasarkan Komponen Continuance Commitment………. 56

4.2.2.3Gambaran Responden berdasarkan Komponen Normative Commitment ………. 56

4.3 Pembahasan ……… 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 63

5.2 Saran 5.2.1 Saran Teoritis………..…….. 64

5.2.2 Saran Praktis……….……… 64

DAFTAR PUSTAKA ………...………… 66

DAFTAR RUJUKAN ………...………… 67

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

1.1Skema Kerangka Pikir

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kisi – Kisi Alat Ukur

3.2 Tabel Penilaian Alat Ukur Komitmen organisasi

4.1 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Usia

4.2 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

4.3 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Masa kerja

4.4 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Profil Komitmen Organisasi

4.5 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Kompenen Affective Commitment

4.6 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Kompenen Continuance

Commitment

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil Pabrik

Lampiran 2 Kisi-Kisi Alat Ukur Komitmen Organisasi

Lampiran 3 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Komitmen

Organisasi

Lampiran 4 Kuesioner Komitmen Organisasi

Lampiran 5 Hasil Komitmen Organisasi

Lampiran 6 Gambaran Responden berdasarkan Data Penunjang

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyak perusahaan manufaktur

yang berkecimpung dalam perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan

tersebut harus mampu melakukan kegiatan usahanya dengan lebih baik dan

mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya agar dapat bersaing

dengan perusahaan lainnya. Salah satu sumber daya yang sangat penting dan

harus dimiliki setiap perusahaan adalah sumber daya manusia. Sumber daya

manusia merupakan aset utama perusahaan yang selalu berperan aktif dalam

setiap kegiatan organisasi baik sebagai perencana, pelaksana, dan bahkan sebagai

penentu terwujudnya tujuan perusahaan.

Jumlah produsen sepatu-sandal di Indonesia tercatat sebanyak 170

perusahaan. Saat akhir krisis tahun 1997 jumlah tersebut berkurang menjadi 83

perusahaan. Industri sepatu-sandal di Indonesia telah mengalami kemajuan

signifikan. Diawali dari produsen sepatu-sandal dalam negeri yang masih

dikategorikan sebagai industri kecil dengan kualitas rendah, telah

berkembang menjadi produsen sepatu-sandal skala besar yang mampu

memproduksi sepatu-sandal berstandar Internasional. Hingga tahun 2011,

perusahaan sepatu di Indonesia mencapai 388 perusahaan. Seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk, taraf hidup, gaya hidup, dan kesadaran

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha mengalami peningkatan. Kondisi ini mendorong tumbuhnya

perusahaan-perusahaan yang memproduksi sepatu-sandal. ( http://www.metrotvnews.com ) Pabrik “X” merupakan suatu pabrik yang memproduksi sol sepatu dan

sandal yang berdiri di kota Tasikmalaya. Pabrik ini memiliki 107 orang karyawan,

terdiri dari 1 orang supervisor, 1 orang sekretaris dan 1 orang bendahara, serta 104

orang karyawan bagian produksi, yang meliputi 56 orang pria dan 48 orang

wanita dengan rentang usia 20-45 tahun. Seluruh karyawan di Pabrik “X”

Tasikmalaya ini berstatus sebagai pegawai tetap.

Karyawan bagian produksi dibagi menjadi lima bagian, pertama yaitu

bagian penggilingan dan pencetakan. Pada bagian ini, bahan baku digiling melalui

mesin pengiling menjadi butiran-butiran, kemudian diproses menjadi bahan karet

mentah sehingga dihasilkan lembaran karet yang kemudian dilanjutkan dengan

pencetakan. Kedua merupakan tahap pengguntingan, yang dilakukan setelah

proses pencetakan sol kemudian digunting sesuai dengan pola. Ketiga adalah

bagian pengecatan, sol yang telah digunting kemudian diberi warna dengan

menggunakan alat semprot cat. Keempat merupakan bagian sortir, yang bertugas

untuk memisahkan sol sandal yang layak untuk dipasarkan dan yang tidak. Bagian

kelima merupakan bagian yang terakhir adalah bagian pengepakan, yang bertugas

untuk mengepak sol sandal untuk dimasukan ke dalam karung lalu kemudian

disimpan ke dalam gudang. Para karyawan bagian produksi ini dituntut untuk

dapat bekerja menghasilkan sol sandal dalam jumlah banyak perharinya, rata-rata

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Menurut supervisor bagian produksi, karyawan di pabrik tetap

menunjukkan hasil yang memuaskan yang dapat dilihat dari tercapainya target

harian yang telah ditetapkan dalam bekerja seperti tercapainya jumlah sol yang

dihasilkan pada bagian penggilingan dan pencetakan sol. Karyawan sebagian

besar menggunting sol sesuai dengan pola yang ada. Pada bagian pengecatan,

kerapihan karyawan dalam melakukan pengecatan sol tergolong baik dan juga

warna yang sesuai dengan pesanan. Hanya sekitar 0.8% dari total keseluruhan sol

yang dihasilkan terjadi kesalahan ketika proses pengguntingan dan pengecatan.

Sebagian besar karyawan juga melakukan pekerjaannya dengan tepat dalam hal

menyortir sol yang layak dan tidak layak untuk dipasarkan. Pada bagian

mengepak, karyawan menghitung dengan benar junlah yang harus dimasukan.

Meskipun gaji yang diberikan oleh pabrik berada pada minimum UMR

yang berlaku bagi buruh di kota Tasikmalaya, tanpa adanya uang makan ataupun

uang transportasi tambahan, mereka dapat mencapai target-target mereka dalam

bekerja. Sementara dari hasil wawancara dengan karyawan pabrik sol lainnya,

pabrik lainnya memberikan tambahan uang makan disamping gaji pokoknya dan

juga memberikan fasilitas keamanan kegiatan produksi seperti masker dan sarung

tangan.

Pabrik “X” beroperasi selama 24 jam sehari mulai hari Senin hingga

Sabtu. Pabrik membagi jam kerjanya pada hari Senin-Jumat menjadi 3 shift, yaitu shift 1 mulai pukul 07.00 – 15.00, shift 2 pada pukul 15.00 – 23.00 dan shift 3 mulai pukul 23.00 – 07.00 dengan istirahat selama 1 jam pada setiap shiftnya.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha Pabrik ini membagi waktu kerjanya menjadi 3 shift dengan merotasi waktu kerja para karyawannya setiap minggunya. Undang-undang ketenagakerjaan

mengatakan bahwa waktu kerja 8 jam dalam 1 hari adalah untuk 5 hari kerja

dalam 1 minggu (Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 77 ayat 2).

Sedangkan jika dibandingkan dengan pabrik sol lainnya, pabrik sol tersebut tidak

mengadakan kegiatan produksi pada hari sabtu atau libur untuk para karyawan

bagian produksi.

Pabrik “X” tidak memberikan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK) yang merupakan asuransi kesehatan kepada semua karyawannya.

Pabrik “X” hanya memberikan layanan JAMSOSTEK kepada para karyawannya

yang bekerja dari awal pabrik ini didirikan, yaitu sekitar 28 orang. Dimana

terdapat undang-undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang

mengatakan bahwa setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk

memperoleh jaminan sosial tenaga kerja (Undang-Undang No. 13 Tahun 2003,

Pasal 99 ayat 1). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan pabrik sol lainnya,

menurut hasil wawancara dengan karyawan pabrik lain, pabrik mereka

menyediakan jaminan sosial kepada seluruh karyawan bagian produksinya.

Kurangnya fasilitas yang diberikan oleh pabrik seperti upah minimum,

tidak adanya jamsostek yang diberikan kepada para karyawan, tidak menghasilkan

menurunnya hasil produksi dan di pabrik ini tingkat turnovernya tergolong rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor bagian produksi, dikatakan

bahwa setiap harinya mereka dapat mencapai target produksi. Pada tahun

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha pertengahan tahun 2012 ini Pabrik “X” hanya kehilangan sekitar 10%

karyawannya. Tingkat absensi di pabrikpun dapat dikatakan sangat rendah.

Dengan upah yang minimum serta fasilitas-fasilitas Pabrik “X” yang kurang

memadai, para karyawan mampu bertahan dan tetap bekerja pada Pabrik “X” ini.

Komitmen organisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja

anggota organisasi. Mowday & Steers (dalam Meyer & Allen, 1997)

mengemukakan bahwa setiap anggota organisasi dapat memiliki penghayatan

yang beragam terhadap organisasi tempat mereka bekerja yang ditampilkan dalam

bentuk sikap dan perilaku yang mencerminkan komitmen terhadap organisasi atau

perusahaan tempat mereka bekerja.

Komitmen organisasi sangat diperlukan untuk meningkatan kinerja

karyawan. Komitmen akan mendorong pilihan kebiasaan karyawan yang

mendukung perusahaan untuk bekerja lebih efektif. Karyawan yang memiliki

komitmen organisasi tinggi akan berorientasi pada pekerjaan (Robbin, 2002).

Untuk dapat melakukan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan job description, maka karyawan diharapkan memiliki komitmen organisasi. Meyer dan Allen

(1991, dalam Meyer & Allen, 1997) merumuskan suatu definisi mengenai

komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan

karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki

implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam

berorganisasi. Berdasarkan definisi tersebut anggota yang memiliki komitmen

terhadap organisasinya akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Setiap lembaga, perusahaan, organisasi mengharapkan karyawan yang

memiliki komitmen organisasi sesuai dengan standar organisasinya. Dengan

memiliki komitmen organisasi karyawan dapat mengabdikan dirinya untuk

bekerja sebaik mungkin di dalam organisasi tersebut. Melihat begitu pentingnya

sumber daya manusia pada suatu organisasi, maka organisasi perlu melihat

komitmen organisasi yang dimiliki oleh setiap karyawannya. Dengan memiliki

komitmen organisasi, maka karyawan akan tetap dapat bekerja dengan maksimal

walaupun dihadapkan dengan berbagai situasi, tuntutan, dan masalah dalam

melaksanakan tugasnya. Komitmen karyawan terhadap organisasinya juga akan

mempengaruhi perilakunya terhadap organisasi. Peningkatan komitmen organisasi

berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan turnover yang rendah (Meyer

& Allen, 1997).

Meyer & Allen (1997) membagi Organizational Commitment menjadi 3

komponen, yaitu Affective Commitment, Continuance Commitment dan

Normative Commitment. Anggota organisasi dengan affective commitment yang kuat, cenderung bertahan akan pekerjaannya karena keinginannya sendiri.

Anggota organisasi yang terkait dengan organisasi yang bekerja dengan dasar

continuance commitment yang tinggi bekerja atas dasar kebutuhan. Adapun

anggota organisasi dengan normative commitment yang tinggi bertahan akan

pekerjaannya karena merasa adanya keharusan atau kewajiban dengan organisasi.

Ketiga komponen ini muncul dalam diri setiap anggota organisasi, namun muncul

dalam kadar yang berbeda-beda sehingga akan menghasilkan perilaku yang

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Komitmen karyawan ini merupakan suatu hal yang penting dan harus

diperhatikan oleh perusahaan, karena dengan memiliki karyawan dengan

komitmen yang tinggi dapat membuat karyawan merasa memiliki kepedulian

yang besar terhadap perusahaan dan dapat menampilkan keaktifan yang besar

dalam setiap aktifitasnya dalam bekerja. Karyawan Pabrik “X” juga menampilkan

kinerja yang baik yang dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas sol yang dihasilkan

dapat memenuhi target setiap harinya.

Berdasarkan wawancara dengan 10 orang karyawan, sebanyak 29%

karyawan mempunyai lama kerja antara 1 - 3 tahun, dan sebanyak 71% karyawan

mempunyai lama kerja antara 4-7 tahun. Dari wawancara tersebut diperoleh data

sebagai berikut, sebanyak 20% karyawan bekerja di pabrik “X” karena

pekerjaannya yang menurutnya mudah dilakukan. Mereka juga mengatakan

bahwa mereka menyenangi lingkungan kerja di pabrik. Mereka menyenangi

rekan-rekan kerja yang lainnya dan juga kerja sama yang terjadi di pabrik.

(affective commitment)

Sebanyak 60% karyawan lainnya merasa bahwa mereka akan kehilangan

penghasilan mereka apabila mereka mengundurkan diri dari pabrik (continuance

commitment). Terlebih lagi, mereka merasa tidak memiliki kesempatan untuk bekerja di bidang lain karena usia dan kemampuan mereka, namun mereka merasa

cukup puas dengan imbalan yang diterimanya. Mereka juga mengatakan bahwa

karena usia, mereka memilih tempat bekerja yang jaraknya dekat dengan tempat

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha Sebanyak 20% karyawan mengatakan bahwa ia merasa wajib bekerja di

pabrik karena ayahnya pun telah bekerja lama di pabrik ini (normative

commitment). Mereka mengatakan bahwa mereka bekerja karena ingin menggantikan ayah atau ibu mereka yang telah bekerja lama dan telah pensiun

dari pabrik. Mereka merasa bahwa mereka seperti memiliki kewajiban untuk

bekerja di pabrik setelah pensiunnya orangtua mereka untuk membantu pabrik dan

juga sebagai balas budi karena telah membantu keluarga mereka dalam hal

penghasilan.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah disebutkan diatas maka

peneliti ingin melihat bagaimana gambaran mengenai profil komitmen organisasi

pada karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Kota Tasikmalaya.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui profil komitmen organisasi pada karyawan

bagian produksi Pabrik “X” di kota Tasikmalaya.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

profil komitmen organisasi pada karyawan bagian produksi di Pabrik“X” di kota

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang lebih

rinci mengenai profil komitmen organisasi yang dilihat dari faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasi pada karyawan bagian produksi di Pabrik

“X” di kota Tasikmalaya.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi tambahan kepada Ilmu Psikologi khususnya pada

Psikologi Industri dan Organisasi mengenai profil komitmen organisasi

pada karyawan.

2. Memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian mengenai profil komitmen organisasi pada karyawan bagian

produksi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan bagi

pemilik Pabrik “X” mengenai profil komitmen organisasi yang dimiliki

karyawan bagian produksi sehingga dapat membantu pihak pabrik untuk

meningkatkan komitmen karyawan dan dapat menguntungkan pihak

pabrik.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha karyawan bagian produksi sehingga dapat mengetahui komitmen yang

harus dipertahankan oleh karyawan dan juga mendorong karyawan

mempertahankannya, serta cara untuk meningkatkan komitmen karyawan

yang tergolong rendah.

1.5Kerangka Pikir

Sebagian besar karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Tasikmalaya

berada pada masa dewasa awal, yaitu sekitar usia 20-40 tahun. Rentang usia

tersebut merupakan usia produktif, dimana seseorang mampu melepaskan

ketergantungannya mula-mula dari orangtua, selanjutnya dari teman-teman hingga

mencapai taraf otonomi baik secara ekonomi maupun pengambilan keputusan

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bekerja, para karyawan Pabrik “X” di

Tasikmalaya dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhannya

masing-masing. Sebagai bukti kemandirian pada masa dewasa awal, mereka sudah

mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih menetap serta dapat

membuat keputusan tentang nilai-nilai, keluarga, gaya hidup, maupun karir

(Santrock, 2002).

Individu dewasa juga memiliki kesadaran yang besar dalam komitmen

untuk memilih pekerjaan. Pemilihan pekerjaan ataupun karir dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor termasuk kecerdasan, kepribadian, dan

pengalaman-pengalaman dalam keluarga (Santrock, 2002). Terdapat beragam karir yang dapat

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Meyer dan Allen (1991, dalam Meyer & Allen, 1997) merumuskan suatu

definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk

psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan

organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk

melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi tersebut

anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat

bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak

memiliki komitmen terhadap organisasi.

Komitmen terhadap organisasi merefleksikan tiga komponen utama, yaitu

komitmen dipandang merefleksikan orientasi afektif terhadap organisasi,

pertimbangan kerugian jika meninggalkan organisasi, dan beban moral untuk

terus berada dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997).

Meyer & Allen (1997) mengatakan bahwa Organizational Commitment

merupakan keterikatan karyawan terhadap tempat ia bekerja. Meyer & Allen

(1997) membagi komitmen organisasi menjadi 3 komponen, yaitu Affective

Commitment, Continuance Commitment dan Normative Commitment. Affective Commitment merupakan ikatan yang berasal dari keterikatan emosional anggota organisasi terhadap pekerjaannya. Karyawan dengan affective commitment yang kuat, cenderung bertahan akan pekerjaannya karena keinginannya sendiri.

Karyawan yang memiliki komponen affective commitment yang tinggi memiliki

kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi. Hal ini berarti bahwa

karyawan tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha commitment yang lebih rendah, misalnya karyawan bagian produksi pabrik ini merasa nyaman dengan lingkungan kerjanya, senang melakukan pekerjaan yang

harus dikerjakannya seperti mencetak sol, menggunting pola sol, mengecat,

mengepak, ikut berpartisipasi dalam kegiatan pabrik.

Continuance Commitment diartikan sebagai tidak adanya alternatif pilihan lainnya kecuali tetap bertahan dalam organisasi dan anggota organisasi tersebut

akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasinya. Anggota organisasi

yang terkait dengan organisasi yang bekerja dengan dasar continuance

commitment yang tinggi bekerja atas dasar kebutuhan. Mereka bertahan bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut

akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi, misalnya

karyawan bagian produksi pabrik ini akan tetap bertahan bekerja di pabrik karena

ia tidak memiliki pekerjaan lainnya dan harus memberi nafkah kepada

keluarganya. Berkaitan dengan hal ini, maka karyawan bagian produksi tersebut

tidak dapat diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi

pada pabrik. Karyawan bagian produksi ini memilih untuk tetap bekerja pada

pabrik karena gaji yang dibutuhkannya untuk memenuhi kebutuhannya.

Normative Commitment merupakan keyakinan seseorang untuk bertanggung jawab dan merasa wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi.

Adapun anggota organisasi dengan normative commitment yang tinggi bertahan

akan pekerjaannya karena merasa adanya keharusan atau kewajiban dengan

organisasinya. Normative commitment berkembang sebagai hasil dari pengalaman

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Normative commitment menimbulkan kewajiban pada karyawan untuk memberi

balasan atas apa yang telah diterimanya dari pabrik. Misalnya karena keluarga

sudah sejak lama bekerja di pabrik, maka karyawan bagian produksi ini memilih

untuk bekerja di pabrik, atau mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk

bekerja karena pabrik telah memberikan imbalan kepadanya.

Meyer & Allen (1991, dalam Meyer & Allen, 1997) menyatakan bahwa

perasaan semacam itu akan memotivasi individu untuk bertingkahlaku secara baik

dan melakukan tindakan yang tepat bagi organisasi. Namun, adanya normative

commitment diharapkan memiliki hubungan yang positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan, seperti job performance, work attendance, dan organizational citizenship. Normative commitment akan berdampak kuat pada suasana pekerjaan (Meyer & Allen, 1997). Ketiga komponen ini muncul dalam diri setiap anggota

organisasi, namun muncul dalam kadar yang berbeda-beda sehingga akan

menghasilkan perilaku yang berbeda pula sebagai latar belakang dalam

mempertahankan pekerjaannya.

Dari ketiga komponen komitmen tersebut, yaitu Affective, Continuance

dan Normative Commitment, dapat dihasilkan delapan profil komitmen yang merupakan hasil dari perbedaan derajat dari setiap komponen komitmen. Profil

komitmen yang pertama adalah komitmen dengan affective, continuance dan

normative yang tinggi. Karyawan bagian produksi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap pabrik, merasa wajib untuk terus berada di pabrik karena tidak

adanya pilihan pekerjaan lain serta merasa akan mengalami kerugian jika

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha bekerja di pabrik karena pekerjaan yang mudah misalnya hanya mengecat sol

dengan menggunakan semprotan cat atau menggunting pola sol dan ia merasa

bahwa dirinya harus bekerja karena pabrik akan memberikan imbalan sesuai

dengan pekerjaannya.

Profil komitmen yang kedua adalah komitmen dengan affective dan

continuance yang tinggi, namun normative rendah. Karyawan bagian produksi ini bekerja bukan karena kewajibannya untuk bekerja, melainkan karena dirinya

memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi bagi organisasi serta dirinya

memiliki kesadaran bahwa dirinya akan mengalami kerugian jika dirinya

meninggalkan organisasi. Karyawan bagian produksi ini bekerja karena

membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya dan merasa sangat nyaman

dengan pekerjaannya. Mereka merasa nyaman dengan pekerjaannya dan ia juga

tidak memiliki pilihan pekerjaan lainnya selain bekerja di pabrik tersebut.

Profil komitmen yang ketiga adalah komitmen dengan affective yang

tinggi, serta continuance yang rendah dan normative yang tinggi. Karyawan

bagian produksi ini memiliki ikatan emosional dengan pabrik, nyaman dan ikut

berperan aktif kegiatan yang diadakan oleh pabrik, dan juga memiliki kewajiban

untuk terus bekerja di pabrik tersebut. Namun, ia memilih untuk keluar dari pabrik

ini jika terdapat kesempatan bagi dirinya untuk meninggalkan pekerjaan untuk

pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik dari sekarang. Seorang karyawan

merasa sangat nyaman dengan tugas yang dikerjakannya di pabrik dan ia merasa

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

Profil komitmen yang keempat adalah komitmen dengan affective yang

tinggi, serta continuance dan normative yang rendah. Karyawan merasa sangat nyaman bekerja di pabrik dan ingin terlibat di dalam kegiatan yang ada. Karyawan

tidak mengalami kerugian secara finansial jika meninggalkan pabrik, dan juga

tidak memiliki kewajiban untuk terus bekerja di pabrik. Karyawan ini merupakan

karyawan yang dengan sangat menyukai pekerjaannya, namun apabila dirinya

memiliki kesempatan serta penghasilan yang melebihi penghasilannya sekarang di

luar organisasi namun karyawan ini akan tetap memilih untuk keluar dari pabrik

dan memilih pekerjaan yang lebih baik dari pada pekerjaannya yang sekarang.

Profil komitmen yang kelima adalah komitmen dengan affective yang

rendah, serta continuance dan normative yang tinggi. Karyawan bagian produksi ini memiliki kewajiban untuk bekerja di pabrik dan ia juga menyadari bahwa

dirinya akan mengalami kerugian apabila dirinya meninggalkan pabrik, sehingga

mereka memilih untuk tetap bertahan bekerja di pabrik ini. Mereka adalah

karyawan yang tidak memiliki ikatan emosional dengan pabrik dan kurang

memiliki motivasi untuk ikut serta dalam setiap kegiatan yang diadakan pabrik.

Karyawan bagian poduksi ini bekerja karena kewajiban akan pekerjaannya agar ia

mendapatkan upah atas pekerjaan yang dikerjakannya untuk memenuhi

kebutuhannya.

Profil komitmen yang keenam adalah komitmen dengan affective yang

rendah, serta continuance yang tinggi dan normative yang rendah. Karyawan

bekerja karena adanya keharusan bagi dirinya, ia menyadari bahwa dirinya akan

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha untuk bekerja di tempat lain sehingga memutuskan untuk tetap bertahan bekerja

dipabrik ini. Karyawan kurang memiliki kedekatan secara emosional dengan

pabrik, ia bekerja hanya untuk kebutuhan dirinya sendiri.

Profil komitmen yang ketujuh adalah profil komitmen dengan affective

dan continuance yang rendah, serta normative yang tinggi. Karyawan bekerja di pabrik karena dirinya memiliki suatu keyakinan dan keharusan untuk terus bekerja

di pabrik. Karyawan tidak memiliki kedekatan secara emosional dengan pabrik

dan juga tidak memikirkan mengenai kerugian yang ia dapatkan dari pabrik

sehingga apabila ada pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya yang sekarang

ia lebih memilih untuk berhenti bekerja di pabrik ini. Namun, karena rasa

tanggung jawab dan kewajibannya yang tinggi karyawan bagian produksi ini

memilih untuk tetap bertahan bekerja di pabrik ini, misalnya karena dilandaskan

oleh adanya hutang-budi.

Profil komitmen yang kedelapan adalah profil komitmen dengan affective, continuance serta normative yang rendah. Karyawan pabrik mengerjakan tugasnya tanpa memiliki suatu bentuk komitmen yang jelas. Karyawan bagian

produksi ini tidak memiliki kedekatan secara emosional dengan pabrik, ia tidak

merasa senang bekerja di pabrik dan tidak merasa menjadi bagian dari pabrik.

Karyawan ini juga tidak mengalami kerugian secara finansial apabila dirinya

meninggalkan pabrik serta ia tidak memiliki kewajiban untuk terus bekerja di

pabrik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi adalah

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha (Allen & Meyer, 1997). Karakteristik pribadi mencakup usia, dan lamanya

seseorang bekerja pada suatu organisasi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa

tidak ada kaitannya perbedaan jenis kelamin dengan komponen komitmen kerja.

Terdapat hubungan antara usia dan lamanya seseorang bekerja/masa jabatan

dengan komponen komitmen kerja. Semakin ia menikmati pekerjaannya, dan

lebih mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dengan usia yang semakin

tua karyawan akan menunjukkan affective commitment yang tinggi. Karyawan

dengan masa jabatan yang telah dijalaninya dalam bekerja membuatnya

mendapatkan semakin banyak pengalaman kerja, semakin betah, maka semakin

kuat ikatan yang terbentuk dengan organisasi sehingga affective commitment

semakin tinggi.

Karakteristik pribadi juga berhubungan dengan continuance commitment.

Pada pencapaian usia yang semakin tua, alternatif pilihan kerja yang bisa

didapatkan semakin sedikit sehingga setelah mendapatkan pekerjaan tertentu,

orang dengan usia yang lebih tua akan lebih mempertahankan keanggotaannya

dalam organisasi. Mereka akan lebih tertarik untuk menunjukkan unjuk kerjanya

sehingga orang yang lebih tua usianya memiliki continuance commitment yang

dominan.

Karakteristik pekerjaan adalah berupa pengalaman berorganisasi tercakup

ke dalam kepuasan dan motivasi anggota organisasi selama berada dalam

organisasi, dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau

pemimpinnya. Hubungan yang kuat terjadi antara kepuasan karyawan dan

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha

didalamnya adalah fasilitas dan imbalan. Hal ini berkaitan dengan continuance

commitment. Imbalan dan fasilitas yang diberikan organisasi dan dibutuhkan oleh karyawan dalam bekerja dapat menjadi pendorong bagi individu untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Imbalan yang sepadan

dengan pekerjaan yang diberikan dan semakin lengkap fasilitas yang diberikan

pada karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya akan membuat mereka

semakin mudah melaksanakan pekerjaannya akan membuat karyawan tetap

bertahan dalam pekerjaannya.

Dalam karakteristik organisasi komponen komitmen kerja memiliki kaitan

dengan peran karyawan di dalam organisasi, affective commitment akan rendah

pada karyawan yang tidak yakin tentang apa yang mereka atau yang perilaku yang

diharapkan tidak sesuai dengan yang tampak. Hubungan antara karyawan dengan

atasan juga memungkinkan meningkatnya affective commitment, affective

commitment akan tinggi pada karyawan yang atasannya melibatkan mereka dalam membuat keputusan dan yang memberikan mereka pertimbangan dan rasa

keadilan. Bila organisasi membuat karyawan menjadi seseorang yang khusus

dalam organisasi tersebut, dan organisasi telah memberikan sesuatu yang

membuat karyawan merasa kesulitan untuk membalasnya maka normative

commitment akan meningkat. Pandangan tentang pekerjaan lain dapat dipengaruhi oleh sistem organisasi yang dimiliki oleh suatu organisasi.

Dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, profil komitmen organisasi pada

karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Tasikmalaya akan diukur. Profil

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha affective commitment, continuance commitment dan normative commitment. Dari ketiga komponen tersebut maka didapatkan 8 profil komitmen yang merupakan

hasil dari perbedaan derajat dari setiap komponen komitmen.

1.1Skema Kerangka Pikir

Karyawan bagian produksi

Pabrik “X”

Faktor yang berpengaruh terhadap komitmen kerja:

1. Karakteristik Pribadi 2. Karakteristik

Organisasi

3. Karakteristik Kerja

Komitmen organisasi

Profil I:

Affective ↑ Continuance ↑ Normative ↑

Profil III:

Affective ↑ Continuance ↓ Normative ↑ Profil II:

Affective ↑ Continuance ↑ Normative ↓

Profil IV:

Affective ↑ Continuance ↓ Normative ↓

Profil V:

Affective ↓ Continuance ↑ Normative ↑

Profil VI:

Affective ↓ Continuance ↑ Normative ↓

Profil VII:

Affective ↓ Continuance ↓ Normative ↑

Profil VIII:

Affective ↓ Continuance ↓ Normative ↓ 3 Komponen Komitmen:

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi Penelitian

1. Komitmen organisasi karyawan bagian produksi Pabrik “X” di kota

Tasikmalaya terdiri dari 3 komponen, yaitu affective commitment,

continuance commitment, dan normative commitment.

2. Karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Tasikmalaya memiliki salah satu

dari 8 profil komitmen yang dihasilkan dari 3 komponen komitmen

organisasi.

3. Profil komitmen organisasi karyawan bagian produksi Pabrik “X” di kota

Tasikmalaya dipengaruhi oleh faktor karakteristik pribadi individu,

(30)

63

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui pengolahan data

mengenai komitmen organisasi pada karyawan bagian produksi Pabrik “X” di

Tasikmalaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Profil komitmen yang memiliki persentase terbesar pertama pada

karyawan bagian produksi Pabrik “X” di Kota Tasikmalaya adalah profil I

yaitu profil komitmen dengan komposisi affective, continuance dan

normative commitment yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih banyak karyawan yang memiliki ikatan emosional dengan pabrik,

memiliki kebutuhan yang harus dipenuhinya melalui bekerja di pabrik

serta memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk tetap bekerja di

pabrik.

b) Profil komitmen yang memiliki persentase terbesar kedua adalah Profil

VII yaitu profil komitmen dengan komposisi affective commitment dan

continuance commitment yang rendah, normative commitment yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak karyawan juga bertahan bekerja di

pabrik karena memiliki kewajiban dan adanya rasa tanggung jawab untuk

tetap bekerja di pabrik.

c) Terdapat kecenderungan hubungan antara karakteristik kerja, terutama

(31)

Universitas Kristen Maranatha 64

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui pengolahan data

mengenai komitmen organisasi pada karyawan bagian produksi Pabrik “X” di

Tasikmalaya, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoritis

a) Bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai hubungan

antara karakteristik kerja yaitu, fasilitas dan imbalan dengan profil-profil

komitmen organisasi.

b) Disarankan kepada peneliti lain untuk memperluas cakupan penelitian

dengan meneliti sampel penelitian di pabrik atau usaha yang lain, sehingga

dalam penelitian selanjutnya hasil yang diperoleh dapat lebih terlihat

mengenai profil komitmen organisasi secara signifikan.

5.2.2. Saran Praktis

a) Disarankan kepada Pimpinan Pabrik untuk tidak hanya memperhatikan

reward, seperti upah atau bonus yang diberikan kepada karyawan, namun juga menciptakan suasana nyaman dalam bekerja dan juga tanggung jawab

kepada karyawan untuk tetap bekerja di pabrik. Hal ini dapat mendorong

para karyawan untuk dapat bertahan dalam bekerja di pabrik.

b) Disarankan kepada Supervisor Pabrik “X” Kota Tasikmalaya untuk tidak

hanya memberi reward berupa materi saja, namun diberi kepercayaan dan

tanggung jawab lebih untuk bisa mengembangkan kemampuan mereka

(32)

Universitas Kristen Maranatha 65

Karyawan juga ikut dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan organisasi agar

(33)

64

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological testing: Design, analysis, and use.

Massachusetts : Allyn & Bacon

Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen. Yogyakarta : Andi Offset Kaplan, R. M. & Saccuzzo. 2005. Psychological testing: Principles, application,

and issues (6th ed.). Belmont: Thomson Wadsworth.

Meyer, J.P dan Allen, N.J. 1997. Commitment in the workplace: Theory, research, and application. London : SAGE Publications Ltd

Mowday,R. T., Porter, L.W., & Steers, R. (1982). Organizational linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. San Diego, CA: Academic Press

Nazir, Mohammad. 2003. Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Santrock, J.W. 2002. Life-span Development Perkembangan Masa Hidup.

Jakarta : Erlangga

Siegel, Sidney. 1988. Statistik non Parametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta : PT. Gramedia

Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi Jilid 1 Edisi 8. Jakarta: PT

(34)

65

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Hudaya, Pamela. Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada

Karyawan Sales di Perusahaan ‘X’ Kota Bandung. 2011. Bandung

Limanda, Mezza. Studi Deksriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada

Agen Asuransi Wanita yang sudah berumah tangga di PT. Prudential Life Assurance Kota Bandung. 2011. Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

www.kamusbahasaindonesia.org

Referensi

Dokumen terkait

Numerical simulations show that this method holds the favorable aspects including the advantage of using tiny control gain, the capability of chaotifying across a large range

Beberapa tanda-tanda awal NIHL (Walsh 2000); a) Tinitus (dengingan di dalam telinga). b) Sulit mendengar pembicaraan (berdiskusi) saat berada di pesta atau restoran yang sibuk,

Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk perhitungan nilai perlawanan

[r]

Volume bola terbesar yang dapat dimasukkan ke dalam dus berbentuk kubus dengan panjang rusuk 12 cm adalah ….. Perhatikan bangun

Akan tetapi dalam pelaksanaannya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga ketiganya talah melakukan pelanggaran terhadap hukum persaingan usaha karena

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa enzim hBD-2 yang berasal dari serum darah memiliki konsentrasi yang tinggi pada OMSK dibandingkan orang