iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini
dengan judul “Penerapan Model Pembelajarann Berdasarkan Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi
Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Pencawan Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi
penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan yang tulus dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd
selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam
membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai
dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd, Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd, dan Bapak
Drs. Syafari, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan
saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta staf-staf pegawai
direktorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED
beserta staf-stafnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Abil
Mansyur, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Drs. Syafari,
M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen
serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak
membantu penulis.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ibunda tercinta
Yusnah yang telah memberikan doa, kasih sayang yang melimpah dan dorongan
v
dan Abangda tersayang (Salihati, M.Taufik, Bahriman, Suratna, A.Albar, Yusnita,
Ali Marnis) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru
serta staf Tata Usaha SMP Pencawan Medan, yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para sahabat: Yenni,
Febi, Rini, Yulia (Coe), Lisa, Dwi, Aida, Riri, Iyud, Bang Key, Rita, Desi, dan
teman-teman Ekstensi 2008 yang telah banyak mendukung dan memberikan
motivasi kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini,
beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi
bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2013
Penulis,
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA PADA MATERI ARITMATIKASOSIAL KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014
ELIDAR TANJUNG(408311013) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP Pencawan Medan T.A 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas VII1 SMP Pencawan Medan dan objek penelitian ini adalah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmatika sosial.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dan lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran ketika model pembelajaran berdasarkan masalah diterapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes diagnostik sampai tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes diagnostik yaitu 4 dari 30 siswa atau 13,33% dengan rata-rata kelas 44,5. Hasil analisis data pada siklus I setelah dilakukan model pembelajaran berdasarkan masalah menunjukkan banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 15 dari 30 siswa atau 50% dengan rata-rata kelas 68,25. Hasil analisis data akhir siklus II dengan pembelajaran yang sama diperoleh banyak siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 26 dari 30 siswa atau 86,67% dengan rata-rata kelas 84,75. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I hingga siklus II. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar isi vi
DaftarTabel viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Belajar 10
2.1.2. Pengertian Masalah dalam Belajar Matematika 11 2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 14 2.1.4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based - Instruction) 16 2.1.5. Tahapan – Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah 25 2.1.6. Keunggulan dan Kesulitan Model PBI 27 2.1.7. Materi Ajar Aritmatika Sosial 28
2.1.7.1. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung Dan Rugi 28
2.1.7.2. Rabat, Bruto, Tarra dan Netto 30
2.1.7.3. Bunga Tabungan 33
2.2. Kerangka Konseptual 35
2.3. Hipotesis Tindakan 37
BAB III METODE PENELITIAN 38
3.1. LokasidanWaktuPenelitian 38
3.2.SubjekdanObjekPenelitian 38
3.3.Jenis Penelitian 38
3.4.DefinisiOperasional 38
3.5. Alat Pengumpulan Data 39
3.5.1. Tes 39
3.5.2. Observasi 41
3.6. ProsedurPenelitian 41
vii
3.7.1.PenilaianTesKemampuanPemecahanMasalah 48
3.7.2. PenilaianHasilObservasi 50
3.8. IndikatorKeberhasilan 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53
4.1. HasilPenelitian 53
4.1.1. HasilPenelitianSiklus I 53
4.1.1.1. Permasalahan 53
4.1.1.2. PerencanaanTindakan 55
4.1.1.3. PelaksanaanTindakan 55
4.1.1.4. Obsrvasi 57
4.1.1.5 Analisis Data Hasil Siklus I 57
4.1.1.5.1 Hasil TesKemampuanPemecahanMasalah I 57
4.1.1.5.2 Hasil Observasi 61
4.1.1.6 Refleksi 64
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II 67
4.1.2.1 Permasalahan 67
4.1.2.2 Perencanaan Tindakan 67
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan 68
4.1.2.4 Observasi 70
4.1.2.5 Analisis Data Hasil Siklus II 71
4.1.2.5.1 Hasil Tes KemampuanPemecahanMasalah II 71
4.1.2.5.2 Hasil Observasi 76
4.1.2.6 Refleksi 79
4.2Pembahasan Hasil Penelitian 80
4.3. TemuanPenelitian 84
BAB V KSIMPULAN DAN SARAN 86
5.1. Kesimpulan 86
5.2. Saran 86
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.TahapanPembelajaranBerdasarkanMasalah 26 Tabel 3.1.RubrikPenskoranTesKemampuanPemecahan 40
MasalahMatematikaSiswa
Tabel 3.2.Persentaseskor total setiapindikatorkemampuan 49 pemecahanmasalah
Tabel 3.3. Tingkat KemampuanPemecahaMasalah 50 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Diagnostik 54 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah 58
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan 59 Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan 59
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa 60
Kembali Hasil Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel. 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 61
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam 62 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam 63 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I
Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Siswa pada Siklus II 71
Tabel 4.10 Tingkat KemampuanSiswaMemahami 72 MasalahPadaTesKemampuanPemecahanMasalah II
Tabel 4.11Tingkat KemampuanSiswaMerencanakan 73 PemecahanMasalahPadaTesKemampuanPemecahanMasalah II Tabel 4.12Tingkat KemampuanSiswaMenyelesaikan 73
PemecahanMasalahPadaTesKemampuanPemecahanMasalah II Tabel 4.13Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa 74
Hasil Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.14Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 75 Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam 76 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus II
Tabel 4.16 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam 78 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus II
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RencanaPelaksanaanPembelajaran I 89 Lampiran 2 RencanaPelaksanaanPembelajaran II 98 Lampiran 3 RencanaPelaksanaanPembelajaran III 108 Lampiran 4 RencanaPelaksanaanPembelajaran IV 117 Lampiran 5 LembarAktifitasSiswa I 123 Lampiran 6 LembarAktifitasSiswa II 128 Lampiran 7 LembarAktifitasSiswa III 132 Lampiran 8 LembarAktifitasSiswa IV 136 Lampiran 9 Kisi – Kisi TesDiagnostik 140
Lampiran 10 TesDiagnostik 141
Lampiran 11 AlternatifTesDiagnostik 143 Lampiran 12 PedomanPensekoranTesDiagnostik 147 Lampiran 13 LembarValiditasTesDiagnostik 148 Lampiran 14 Kisi – Kisi TesKemampuanPemecahanMasalah I 150 Lampiran 15 TesKemampuanPemecahanMasalah I 151 Lampiran 16 AlternatifTesKemampuanPemecahanMasalah I 153 Lampiran 17LembarValiditasTesKemampuanPemecahanMasalah I 161 Lampiran 18 Kisi – Kisi TesKemampuanPemecahanMasalah II 164 Lampiran19 TesKemampuanPemecahanMasalah II 165 Lampiran 20 AlternatifTesKemampuanPemecahanMasalah II 167 Lampiran 21 LembarValiditasTesKemampuanPemecahanMasalah II 173 Lampiran 22 PensekoranTesKemampuanPemecahanMasalah 175 Lampiran 23 LembarObservasi GuruSiklus I & II 176 Lampiran 24 LembarObservasiSiswaSiklus I & II 184
Lampiran 25 HasilTesDiagnostik 192
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai
dari sekolah dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan
bekerjasama. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan
ide-ide atau gagasan.
Matematika merupakan salah satu dari ilmu pendidikan yang secara
mendasar berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat dibutuhkan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang dikemukakan oleh
Cornelius (dalam Abdurrahman 2009:253) bahwa:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana megenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Mengingat peran matematika yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika memerlukan perhatian yang
serius. Berbagai macam uapaya telah dikemukakan untuk memperbaiki
pembelajaran matematika. Upaya – upaya tersebut antara lain pembelajaran
dengan cara siswa aktif, pembelajaran dengan kooperatif, pembelajaran melalui
belajar dengan penemuan. Pembelajaran dengan penilaian berdasarkan portofolio,
Contextual Teaching and Learning (CTL), dan pembelajaran dengan berbasis
masalah (Suryanto dan Sugiman, 2001:1).
Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam
2
dirujuk pemerhati metematika. Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai
suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan
yang tidak segera dapat dicapai.
Russendi dalam Firdaus(2009), mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari – hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap siswa.
Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat diatas, maka pemecahan
masalah dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, sebagai upaya mencari jalan
keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan. Disamping tiu pemecahan masalah
merupakan persoaln-persoalan yang belum dikenal serta mengandung proses
berfikir tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika
ditegaskan juga oleh Branca dalam Firdaus(2009),
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengejaran matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan
umum pembelajaran matematka, mengandung pengertian bahwa matematika
dapat membantu mengasah kemampuan memecahkan persoalan, baik dalam
pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karenanya
kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran
matematika. Pandangan pemecahan masalah sebagai inti dan utama dalam
kurikulum matematika, berarti pemecahan lebih mengutamakan proses dan
strategi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan daripada hanya sekedar hasil.
Sehingga keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut
3
Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,
dapat menghambat kemampuan belajar matematika siswa dalam pemecahan
masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menghendaki situasi belajar yang alamiah, yaitu siswa belajar
dengan sungguh-sungguh dengan cara mengalami dan menemukan sendiri
pengalaman belajarnya. Ketika siswa brlajar matematika, maka yang dipelajari
adalah penerapan matematika yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi
pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya. Salah
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran berdasarkan
masalah atau Problem Based Instruction.
Menurut Nurhadi (2004: 109), Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari mata pelajaran.
Adapun ciri – ciri pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) adalah
mengorientasikan siswa pada masalah – masalah autentik, suatu pemusatan antar
disiplin pengetahuan, penyelidikan autentik, kerjasama, menghasilkan karya
(publikasi hasil) (Ibrahim: 2000:4). Model pembelajaran ini bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir di kalangan siswa lewat latihan penyelesaian
masalah, oleh sebab itu siswa dilibatkan dalam proses maupun perolehan produk
penyelesaiannya. Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan
keterampilan berpikir lewat fakta empiris maupun kemampuan berfikir rasional,
sehingga latihan yang berulang – ulang ini dapat membina keterampilan
intelektual dan sekaligus dapat mendewasakan siswa.
Siswa berperan sebagai self-regulated learner, artinya pembelajaran model
ini siswa harus dilibatkan dalam pengalaman nyata atau simulasi sehingga dapat
bertindak sebagai seorang ilmuwan atau orang dewasa. Model ini tentu tidak
dirancang agar guru memberikan informasi sebanyak – banyaknya kepada siswa,
4
dorongan agar siswa bersedia melakukan sesuatu dan mengungkapkannya secara
verbal.
Pembelajaran matematika akan berkmakna bagi siswa, jika pembelajaran
dilakukan sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Dari pengetahuan
awal tersebut, guru memberikan materi/sumber belajar yang sesuai dengan
kompetisi dasar yang diinginkan, selanjutnya dikondisikan dengan bimbingan
guru agar siswa aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran
akan bermakna jika guru mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengelamannya
yang telah dimiliki siswa.
Berdasarkan observasi awal di SMP Pencawan Medan, dalam proses
pembelajaran siswa tidak selalu dapat memahami apa yang disampaikan oleh
guru. Banyak diantara siswa mengikuti pelajaran tidak lebih dari ruitnitas untuk
mengisi daftar absensi, mencari nilai tanpa diiringi kesadaran untuk menambah
wawasan maupun keterampilan. Peristiwa yang sering menonjol adalah siswa
kurang kreatif, kurang terlibat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki
inisitiatif dan konstribusi baik secara intelektual maupun secara emosional.
Kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut jika mengerjakan soal yang berbentuk maalah
dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Gejala –
gejala seperti ini merupakan bukti bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
dalam belajar matematika belum tumbuh.
Selanjutnya observasi dilakukan lebih dalam dengan pemberian tes
diagnostik pemecahan masalah ke siswa kelas VII, tes yang diberikan berupa tes
berbentuk uraian, untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika.
Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dalam kesalahan
5 No.
Soal
Hasil Pekerjaan Siswa Keterangan
1,2 Tidak mampu
memahami masalah dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal.
3
Tidak mampu dalam merencanakan
pemecahan masalah dalam merencanakan rumus yang akan digunakan.
5
Tidak mampu dalam menyelesaikan
masalah dimana
penyelesaian yang dilakukan masih salah dan tidak mampu dalam memeriksa kembali penyelesaian
atau dalam
6
Dan dari hasil tes diagnostik tersebut yang diberikan secara klasikal dari
30 orang siswa terdapat 10,0% yang dapat memahami soal atau masalah, tidak ada
siswa (0%) yang dapat merencanakan penyelesaian masalah, tidak ada 0% yang
dapat melaksanakan penyelesaian masalah dengan perencanaan yang telah dibuat,
dan tidak ada siswa yang mampu memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh
tersebut. Sedangkan secara penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan
memecahkan masalah pada tingkat kemampuan sangat tinggi tidak terdapat siswa
(0%), tidak terdapat siswa (0%) siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 4 orang
(13,33%) siswa yang memiliki kemampuan sedand, 4 orang siswa (13,33%) yang
memiliki kemampuan rendah, dan 22 orang (73,33%) siswa yang memiliki
kemampuan sangat rendah.
Proses pembelajaran yang terjadi adalah siswa diarahkan kepada
kemampuan untuk menghafal dan mengingat informasi. Siswa hanya menerima
informasi yang disampaikan oleh guru dan jarang diikutsertakan dalam berpikir.
Artinya, proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. Hal ini harus
diubah sesuai dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau
KTSP, yaitu dengan proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh siswa.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang bermakna. Salah satu fokus pembelajaran matematika saat ini
adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui
pembelajaran yang berbasis masalah. Model Problem Based Instruction
merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa yang bertujuan
membentuk siswa yang aktif dan memiliki kemampuan untuk berfikir analitis,
sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah
(Trianto:2007). Siswa akan dihadapkan dengan suatu masalah yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari mereka dalam materi aritmatika sosial sehingga
dengan Model Problem Based Instruction ini siswa dapat berperan aktif dan
mampu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Model pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction
7
pemecahan masalah matematika siswa. Oleh sebab itu, peranan guru dan siswa
dalam proses belajar dan mengajar sangat penting agar tercapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Pada Materi Pokok Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP
Pencawan Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, ada beberapa masalah
yang diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pembelajaran matematika lebih terpusat pada guru, siswa menjadi pasif
dan lebih banyak menunggu sajian guru.
2. Banyak siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal yang berbentuk
cerita (masalah).
3. Dalam proses pembelajaran siswa tidak seelalu dapat memahami apa yang
disampaikan oleh guru.
4. Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep
tersebut jika mengarjakan soal yang berbentuk soal cerita.
5. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa disekolah pada
umumnya masih rendah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut perlu batasan masalah pada
penelitian ini untuk menghindari kesalahan persepsi dan perluasan masalah, maka
penelitian ini ditekankan pada pembelajaran matematika yang akan diterapkan
dengan metode pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based
Instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika kelas VII SMP Pencawan Medan. Pembatasan
8
Sosial. Selain itu juga dikarenakan keterbatasan pada kemampuan, dana dan
waktu uang dimiliki oleh peneliti.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan model
pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
Aritmatika Sosial?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui model pembelajaran
berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction pada materi Aritmatika
Sosial di kelas VII SMP Pencawan Medan.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru dalam
upaya menyusun pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika melalui pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem
Based Instruction. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membantu guru
dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
sehingga dapat dijadikan sebagai rambu – rambu untuk lebih meningkatkan dan
mengmbangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Bagi siswa
Manfaat bagi siswa, model pembelajaran yang dikembangkan ini
diharapkan akan dapat:
a. Mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual.
9
c. Membawa siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan.
d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama antar siswa.
3. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh pengalaman
dalam menerapkan strategi pembelajaran dan mampu memberikan pembelajaran
86 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika
menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah, dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika dan pelaksanaannya dalam kategori
tinggi, yaitu rata-rata 84.75% langkah-langkah pembelajaran terlaksana di setiap
pertemuan. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika kelas VII
SMP Pencawan Medan mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan rata-rata
skor tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada setiap aspek dari siklus 1
ke siklus 2 meningkat, yaitu skor tes aspek kemampuan memahami masalah pada
siklus 1 adalah 80,41%, kemudian meningkat menjadi 91,67% pada akhir siklus 2.
Skor tes kemampuan merencanakan pemecahan masalah dari 78,89% pada siklus 1,
meningkat menjadi 88,61% pada akhir siklus 2. Skor tes kemampuan melaksanakan
rencana pada siklus 1 adalah 60,83%, kemudian meningkat menjadi 81,67 % pada
akhir siklus 2. Skor tes kemampuan menafsirkan hasil dari 51,25% pada siklus 1,
meningkat menjadi 76,67% pada siklus 2. Rata-rata skor tes kemampuan pemecahan
masalah matematika pada siklus 1 yaitu 68,25% dan menunjukkan peningkatan pada
tes siklus 2 menjadi 84,75% dengan kategori tinggi.
5.2. SARAN
Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta
kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Kepada Kepala Sekolah disarankan untuk memberikan kesempatan yang
lebih luas kepada guru dalam melakukan pengembangan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Perangkat dan hasil dari penelitian ini dapat
menjadi sumber informasi bagi sekolah tentang kecendrungan kendala
belajar siswa sehingga dapat dirancang suatu pendekatan pembelajaran
87
2. Kepada guru matematika diharapkan dapat menerapkan model
pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Kemudian membuat Lembar Aktivitas
Siswa (LAS) yang bertujuan membantu siswa dalam menyelesaikan soal –
soal pemecahan masalah.
3. Guru diharapkan membentuk kelompok belajar siswa yang anggotanya
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah agar disetiap
kelompok semua anggota aktif berinteraksi dalam mendiskusikan soal-soal
latihan.
4. Kepada siswa yang belum mencapai tingkat kemampuan pemecahan
masalah harus lebih banyak berlatih dalam memahami materi aritmatika
sosial serta lebih teliti dalam menyelesaikan soal dan bagi siswa yang telah
mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah agar selalu berlatih
lebih giat lagi serta dapat menemukan ide-ide baru dalam memahami dan
menyelesaikan soal-soal aritmatika sosial.
5. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan
untuk menyediakan alokasi waktu yang lebih karena pembelajaran ini
menggunakan waktu yang lebih banyak dan memperhatikan
kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M, (1999), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Ahmad, Firdaus, (2009), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, http://madfirdaus.wordpress.com (diakses 1 Juni 2012)
Amustofa, (2009), Strategi Pemecahan Masalah Trigonometri, dalam http://amustofa70.wordpress.com (diakses 1 Juni 2012)
Arifin, Zainal, (2009), Evaluasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Arikunto, S, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Arends, I., R, (2008), Learning To Teach, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
FMIPA Unimed, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Medan, Unimed, Medan.
Hudojo, H, (2003). Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud. Jakarta.
Ibrahim, M., Nur, M., (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press. Surabaya.
Siahaan, Sahat, dkk, (2010), Penerapan Model Belajar Koperatif Yang Berorientasi Pada Pembelajaran Berdasarkan pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2, Unimed, Medan.
Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta: Grasindo
Sinambela, Pardomuan. (2006). Keefektifan model pembelajaran berdasarkan masala (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika Kelas X SMA. PPs UNESA.
Soejadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.