• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini

dengan judul “Penerapan Model Pembelajarann Berdasarkan Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi

Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Pencawan Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIMED.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi

penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan yang tulus dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd

selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam

membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai

dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd, Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd, dan Bapak

Drs. Syafari, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan

saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta staf-staf pegawai

direktorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED

beserta staf-stafnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Abil

Mansyur, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Drs. Syafari,

M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen

serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak

membantu penulis.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ibunda tercinta

Yusnah yang telah memberikan doa, kasih sayang yang melimpah dan dorongan

(2)

v

dan Abangda tersayang (Salihati, M.Taufik, Bahriman, Suratna, A.Albar, Yusnita,

Ali Marnis) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru

serta staf Tata Usaha SMP Pencawan Medan, yang telah banyak membantu

penulis selama penelitian.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para sahabat: Yenni,

Febi, Rini, Yulia (Coe), Lisa, Dwi, Aida, Riri, Iyud, Bang Key, Rita, Desi, dan

teman-teman Ekstensi 2008 yang telah banyak mendukung dan memberikan

motivasi kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini,

beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi

bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2013

Penulis,

(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI ARITMATIKASOSIAL KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014

ELIDAR TANJUNG(408311013) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP Pencawan Medan T.A 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas VII1 SMP Pencawan Medan dan objek penelitian ini adalah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmatika sosial.

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dan lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran ketika model pembelajaran berdasarkan masalah diterapkan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes diagnostik sampai tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes diagnostik yaitu 4 dari 30 siswa atau 13,33% dengan rata-rata kelas 44,5. Hasil analisis data pada siklus I setelah dilakukan model pembelajaran berdasarkan masalah menunjukkan banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 15 dari 30 siswa atau 50% dengan rata-rata kelas 68,25. Hasil analisis data akhir siklus II dengan pembelajaran yang sama diperoleh banyak siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 26 dari 30 siswa atau 86,67% dengan rata-rata kelas 84,75. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I hingga siklus II. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

DaftarTabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Pengertian Masalah dalam Belajar Matematika 11 2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 14 2.1.4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based - Instruction) 16 2.1.5. Tahapan – Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah 25 2.1.6. Keunggulan dan Kesulitan Model PBI 27 2.1.7. Materi Ajar Aritmatika Sosial 28

2.1.7.1. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung Dan Rugi 28

2.1.7.2. Rabat, Bruto, Tarra dan Netto 30

2.1.7.3. Bunga Tabungan 33

2.2. Kerangka Konseptual 35

2.3. Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODE PENELITIAN 38

3.1. LokasidanWaktuPenelitian 38

3.2.SubjekdanObjekPenelitian 38

3.3.Jenis Penelitian 38

3.4.DefinisiOperasional 38

3.5. Alat Pengumpulan Data 39

3.5.1. Tes 39

3.5.2. Observasi 41

3.6. ProsedurPenelitian 41

(5)

vii

3.7.1.PenilaianTesKemampuanPemecahanMasalah 48

3.7.2. PenilaianHasilObservasi 50

3.8. IndikatorKeberhasilan 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53

4.1. HasilPenelitian 53

4.1.1. HasilPenelitianSiklus I 53

4.1.1.1. Permasalahan 53

4.1.1.2. PerencanaanTindakan 55

4.1.1.3. PelaksanaanTindakan 55

4.1.1.4. Obsrvasi 57

4.1.1.5 Analisis Data Hasil Siklus I 57

4.1.1.5.1 Hasil TesKemampuanPemecahanMasalah I 57

4.1.1.5.2 Hasil Observasi 61

4.1.1.6 Refleksi 64

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II 67

4.1.2.1 Permasalahan 67

4.1.2.2 Perencanaan Tindakan 67

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan 68

4.1.2.4 Observasi 70

4.1.2.5 Analisis Data Hasil Siklus II 71

4.1.2.5.1 Hasil Tes KemampuanPemecahanMasalah II 71

4.1.2.5.2 Hasil Observasi 76

4.1.2.6 Refleksi 79

4.2Pembahasan Hasil Penelitian 80

4.3. TemuanPenelitian 84

BAB V KSIMPULAN DAN SARAN 86

5.1. Kesimpulan 86

5.2. Saran 86

(6)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.TahapanPembelajaranBerdasarkanMasalah 26 Tabel 3.1.RubrikPenskoranTesKemampuanPemecahan 40

MasalahMatematikaSiswa

Tabel 3.2.Persentaseskor total setiapindikatorkemampuan 49 pemecahanmasalah

Tabel 3.3. Tingkat KemampuanPemecahaMasalah 50 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Diagnostik 54 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah 58

Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan 59 Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan 59

Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa 60

Kembali Hasil Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel. 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 61

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam 62 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I

Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam 63 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I

Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Siswa pada Siklus II 71

Tabel 4.10 Tingkat KemampuanSiswaMemahami 72 MasalahPadaTesKemampuanPemecahanMasalah II

Tabel 4.11Tingkat KemampuanSiswaMerencanakan 73 PemecahanMasalahPadaTesKemampuanPemecahanMasalah II Tabel 4.12Tingkat KemampuanSiswaMenyelesaikan 73

PemecahanMasalahPadaTesKemampuanPemecahanMasalah II Tabel 4.13Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa 74

Hasil Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Tabel 4.14Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 75 Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam 76 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus II

Tabel 4.16 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam 78 Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus II

(7)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RencanaPelaksanaanPembelajaran I 89 Lampiran 2 RencanaPelaksanaanPembelajaran II 98 Lampiran 3 RencanaPelaksanaanPembelajaran III 108 Lampiran 4 RencanaPelaksanaanPembelajaran IV 117 Lampiran 5 LembarAktifitasSiswa I 123 Lampiran 6 LembarAktifitasSiswa II 128 Lampiran 7 LembarAktifitasSiswa III 132 Lampiran 8 LembarAktifitasSiswa IV 136 Lampiran 9 Kisi – Kisi TesDiagnostik 140

Lampiran 10 TesDiagnostik 141

Lampiran 11 AlternatifTesDiagnostik 143 Lampiran 12 PedomanPensekoranTesDiagnostik 147 Lampiran 13 LembarValiditasTesDiagnostik 148 Lampiran 14 Kisi – Kisi TesKemampuanPemecahanMasalah I 150 Lampiran 15 TesKemampuanPemecahanMasalah I 151 Lampiran 16 AlternatifTesKemampuanPemecahanMasalah I 153 Lampiran 17LembarValiditasTesKemampuanPemecahanMasalah I 161 Lampiran 18 Kisi – Kisi TesKemampuanPemecahanMasalah II 164 Lampiran19 TesKemampuanPemecahanMasalah II 165 Lampiran 20 AlternatifTesKemampuanPemecahanMasalah II 167 Lampiran 21 LembarValiditasTesKemampuanPemecahanMasalah II 173 Lampiran 22 PensekoranTesKemampuanPemecahanMasalah 175 Lampiran 23 LembarObservasi GuruSiklus I & II 176 Lampiran 24 LembarObservasiSiswaSiklus I & II 184

Lampiran 25 HasilTesDiagnostik 192

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang

pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah

Menengah Atas (SMA). Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai

dari sekolah dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan

bekerjasama. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

ide-ide atau gagasan.

Matematika merupakan salah satu dari ilmu pendidikan yang secara

mendasar berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat dibutuhkan dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang dikemukakan oleh

Cornelius (dalam Abdurrahman 2009:253) bahwa:

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana megenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Mengingat peran matematika yang sangat penting dalam proses

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka upaya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika memerlukan perhatian yang

serius. Berbagai macam uapaya telah dikemukakan untuk memperbaiki

pembelajaran matematika. Upaya – upaya tersebut antara lain pembelajaran

dengan cara siswa aktif, pembelajaran dengan kooperatif, pembelajaran melalui

belajar dengan penemuan. Pembelajaran dengan penilaian berdasarkan portofolio,

Contextual Teaching and Learning (CTL), dan pembelajaran dengan berbasis

masalah (Suryanto dan Sugiman, 2001:1).

Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam

(9)

2

dirujuk pemerhati metematika. Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai

suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan

yang tidak segera dapat dicapai.

Russendi dalam Firdaus(2009), mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari – hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap siswa.

Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat diatas, maka pemecahan

masalah dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, sebagai upaya mencari jalan

keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan. Disamping tiu pemecahan masalah

merupakan persoaln-persoalan yang belum dikenal serta mengandung proses

berfikir tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika

ditegaskan juga oleh Branca dalam Firdaus(2009),

1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengejaran matematika.

2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan inti dan utama dalam kurikulum matematika.

3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan

umum pembelajaran matematka, mengandung pengertian bahwa matematika

dapat membantu mengasah kemampuan memecahkan persoalan, baik dalam

pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karenanya

kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran

matematika. Pandangan pemecahan masalah sebagai inti dan utama dalam

kurikulum matematika, berarti pemecahan lebih mengutamakan proses dan

strategi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan daripada hanya sekedar hasil.

Sehingga keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut

(10)

3

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,

dapat menghambat kemampuan belajar matematika siswa dalam pemecahan

masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk

mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) menghendaki situasi belajar yang alamiah, yaitu siswa belajar

dengan sungguh-sungguh dengan cara mengalami dan menemukan sendiri

pengalaman belajarnya. Ketika siswa brlajar matematika, maka yang dipelajari

adalah penerapan matematika yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi

pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah yang

autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya. Salah

satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran berdasarkan

masalah atau Problem Based Instruction.

Menurut Nurhadi (2004: 109), Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari mata pelajaran.

Adapun ciri – ciri pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) adalah

mengorientasikan siswa pada masalah – masalah autentik, suatu pemusatan antar

disiplin pengetahuan, penyelidikan autentik, kerjasama, menghasilkan karya

(publikasi hasil) (Ibrahim: 2000:4). Model pembelajaran ini bertumpu pada

pengembangan kemampuan berpikir di kalangan siswa lewat latihan penyelesaian

masalah, oleh sebab itu siswa dilibatkan dalam proses maupun perolehan produk

penyelesaiannya. Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan

keterampilan berpikir lewat fakta empiris maupun kemampuan berfikir rasional,

sehingga latihan yang berulang – ulang ini dapat membina keterampilan

intelektual dan sekaligus dapat mendewasakan siswa.

Siswa berperan sebagai self-regulated learner, artinya pembelajaran model

ini siswa harus dilibatkan dalam pengalaman nyata atau simulasi sehingga dapat

bertindak sebagai seorang ilmuwan atau orang dewasa. Model ini tentu tidak

dirancang agar guru memberikan informasi sebanyak – banyaknya kepada siswa,

(11)

4

dorongan agar siswa bersedia melakukan sesuatu dan mengungkapkannya secara

verbal.

Pembelajaran matematika akan berkmakna bagi siswa, jika pembelajaran

dilakukan sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Dari pengetahuan

awal tersebut, guru memberikan materi/sumber belajar yang sesuai dengan

kompetisi dasar yang diinginkan, selanjutnya dikondisikan dengan bimbingan

guru agar siswa aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran

akan bermakna jika guru mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengelamannya

yang telah dimiliki siswa.

Berdasarkan observasi awal di SMP Pencawan Medan, dalam proses

pembelajaran siswa tidak selalu dapat memahami apa yang disampaikan oleh

guru. Banyak diantara siswa mengikuti pelajaran tidak lebih dari ruitnitas untuk

mengisi daftar absensi, mencari nilai tanpa diiringi kesadaran untuk menambah

wawasan maupun keterampilan. Peristiwa yang sering menonjol adalah siswa

kurang kreatif, kurang terlibat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki

inisitiatif dan konstribusi baik secara intelektual maupun secara emosional.

Kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu

menggunakan konsep tersebut jika mengerjakan soal yang berbentuk maalah

dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Gejala –

gejala seperti ini merupakan bukti bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa

dalam belajar matematika belum tumbuh.

Selanjutnya observasi dilakukan lebih dalam dengan pemberian tes

diagnostik pemecahan masalah ke siswa kelas VII, tes yang diberikan berupa tes

berbentuk uraian, untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika.

Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dalam kesalahan

(12)

5 No.

Soal

Hasil Pekerjaan Siswa Keterangan

1,2 Tidak mampu

memahami masalah dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal.

3

Tidak mampu dalam merencanakan

pemecahan masalah dalam merencanakan rumus yang akan digunakan.

5

Tidak mampu dalam menyelesaikan

masalah dimana

penyelesaian yang dilakukan masih salah dan tidak mampu dalam memeriksa kembali penyelesaian

atau dalam

(13)

6

Dan dari hasil tes diagnostik tersebut yang diberikan secara klasikal dari

30 orang siswa terdapat 10,0% yang dapat memahami soal atau masalah, tidak ada

siswa (0%) yang dapat merencanakan penyelesaian masalah, tidak ada 0% yang

dapat melaksanakan penyelesaian masalah dengan perencanaan yang telah dibuat,

dan tidak ada siswa yang mampu memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh

tersebut. Sedangkan secara penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan

memecahkan masalah pada tingkat kemampuan sangat tinggi tidak terdapat siswa

(0%), tidak terdapat siswa (0%) siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 4 orang

(13,33%) siswa yang memiliki kemampuan sedand, 4 orang siswa (13,33%) yang

memiliki kemampuan rendah, dan 22 orang (73,33%) siswa yang memiliki

kemampuan sangat rendah.

Proses pembelajaran yang terjadi adalah siswa diarahkan kepada

kemampuan untuk menghafal dan mengingat informasi. Siswa hanya menerima

informasi yang disampaikan oleh guru dan jarang diikutsertakan dalam berpikir.

Artinya, proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. Hal ini harus

diubah sesuai dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau

KTSP, yaitu dengan proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh siswa.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem

pembelajaran yang bermakna. Salah satu fokus pembelajaran matematika saat ini

adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui

pembelajaran yang berbasis masalah. Model Problem Based Instruction

merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa yang bertujuan

membentuk siswa yang aktif dan memiliki kemampuan untuk berfikir analitis,

sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui

eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah

(Trianto:2007). Siswa akan dihadapkan dengan suatu masalah yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari mereka dalam materi aritmatika sosial sehingga

dengan Model Problem Based Instruction ini siswa dapat berperan aktif dan

mampu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Model pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction

(14)

7

pemecahan masalah matematika siswa. Oleh sebab itu, peranan guru dan siswa

dalam proses belajar dan mengajar sangat penting agar tercapai tujuan yang

diharapkan.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa Pada Materi Pokok Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP

Pencawan Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, ada beberapa masalah

yang diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pembelajaran matematika lebih terpusat pada guru, siswa menjadi pasif

dan lebih banyak menunggu sajian guru.

2. Banyak siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal yang berbentuk

cerita (masalah).

3. Dalam proses pembelajaran siswa tidak seelalu dapat memahami apa yang

disampaikan oleh guru.

4. Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep

tersebut jika mengarjakan soal yang berbentuk soal cerita.

5. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa disekolah pada

umumnya masih rendah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut perlu batasan masalah pada

penelitian ini untuk menghindari kesalahan persepsi dan perluasan masalah, maka

penelitian ini ditekankan pada pembelajaran matematika yang akan diterapkan

dengan metode pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based

Instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika kelas VII SMP Pencawan Medan. Pembatasan

(15)

8

Sosial. Selain itu juga dikarenakan keterbatasan pada kemampuan, dana dan

waktu uang dimiliki oleh peneliti.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan model

pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi

Aritmatika Sosial?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui model pembelajaran

berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction pada materi Aritmatika

Sosial di kelas VII SMP Pencawan Medan.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat

penelitian sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru dalam

upaya menyusun pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika melalui pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem

Based Instruction. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membantu guru

dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,

sehingga dapat dijadikan sebagai rambu – rambu untuk lebih meningkatkan dan

mengmbangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam proses

pembelajaran.

2. Bagi siswa

Manfaat bagi siswa, model pembelajaran yang dikembangkan ini

diharapkan akan dapat:

a. Mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan

keterampilan intelektual.

(16)

9

c. Membawa siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan.

d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama antar siswa.

3. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh pengalaman

dalam menerapkan strategi pembelajaran dan mampu memberikan pembelajaran

(17)

86 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika

menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah, dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika dan pelaksanaannya dalam kategori

tinggi, yaitu rata-rata 84.75% langkah-langkah pembelajaran terlaksana di setiap

pertemuan. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika kelas VII

SMP Pencawan Medan mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan rata-rata

skor tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada setiap aspek dari siklus 1

ke siklus 2 meningkat, yaitu skor tes aspek kemampuan memahami masalah pada

siklus 1 adalah 80,41%, kemudian meningkat menjadi 91,67% pada akhir siklus 2.

Skor tes kemampuan merencanakan pemecahan masalah dari 78,89% pada siklus 1,

meningkat menjadi 88,61% pada akhir siklus 2. Skor tes kemampuan melaksanakan

rencana pada siklus 1 adalah 60,83%, kemudian meningkat menjadi 81,67 % pada

akhir siklus 2. Skor tes kemampuan menafsirkan hasil dari 51,25% pada siklus 1,

meningkat menjadi 76,67% pada siklus 2. Rata-rata skor tes kemampuan pemecahan

masalah matematika pada siklus 1 yaitu 68,25% dan menunjukkan peningkatan pada

tes siklus 2 menjadi 84,75% dengan kategori tinggi.

5.2. SARAN

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta

kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Kepada Kepala Sekolah disarankan untuk memberikan kesempatan yang

lebih luas kepada guru dalam melakukan pengembangan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa. Perangkat dan hasil dari penelitian ini dapat

menjadi sumber informasi bagi sekolah tentang kecendrungan kendala

belajar siswa sehingga dapat dirancang suatu pendekatan pembelajaran

(18)

87

2. Kepada guru matematika diharapkan dapat menerapkan model

pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif

pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika. Kemudian membuat Lembar Aktivitas

Siswa (LAS) yang bertujuan membantu siswa dalam menyelesaikan soal –

soal pemecahan masalah.

3. Guru diharapkan membentuk kelompok belajar siswa yang anggotanya

terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah agar disetiap

kelompok semua anggota aktif berinteraksi dalam mendiskusikan soal-soal

latihan.

4. Kepada siswa yang belum mencapai tingkat kemampuan pemecahan

masalah harus lebih banyak berlatih dalam memahami materi aritmatika

sosial serta lebih teliti dalam menyelesaikan soal dan bagi siswa yang telah

mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah agar selalu berlatih

lebih giat lagi serta dapat menemukan ide-ide baru dalam memahami dan

menyelesaikan soal-soal aritmatika sosial.

5. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan

untuk menyediakan alokasi waktu yang lebih karena pembelajaran ini

menggunakan waktu yang lebih banyak dan memperhatikan

kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, (1999), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ahmad, Firdaus, (2009), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, http://madfirdaus.wordpress.com (diakses 1 Juni 2012)

Amustofa, (2009), Strategi Pemecahan Masalah Trigonometri, dalam http://amustofa70.wordpress.com (diakses 1 Juni 2012)

Arifin, Zainal, (2009), Evaluasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Arikunto, S, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Arends, I., R, (2008), Learning To Teach, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

FMIPA Unimed, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Medan, Unimed, Medan.

Hudojo, H, (2003). Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud. Jakarta.

Ibrahim, M., Nur, M., (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press. Surabaya.

Siahaan, Sahat, dkk, (2010), Penerapan Model Belajar Koperatif Yang Berorientasi Pada Pembelajaran Berdasarkan pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2, Unimed, Medan.

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta: Grasindo

Sinambela, Pardomuan. (2006). Keefektifan model pembelajaran berdasarkan masala (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika Kelas X SMA. PPs UNESA.

(20)

Soejadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis membatasi masalah penelitian dengan fokus memaparkan konsekuensi hukum perkawinan terhadap suami yang tidak berlaku adil.. Dalam hal

Hewan bentos hidup relatif menetap (sessile) sehingga baik digunakan sebagai penunjuk kualitas perairan, sehingga kelampok ini dapat

Jadi bagas tebu dapat menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif dengan menggunakan bakteri termofilik kotoran

Beranjak dari kenyataan yang ada maka penelitian tentang pasar uang yang ditinjau dari segi norma hukum Islam mencoba untuk mengetahui apakah mekanisme transaksi

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan bermain drama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan SAVI pada siswa kelas V SDN Joho 02

rotundus terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan gulma berdaun lebar lebar ( Asystasia gangetica , Mimosa pigra, Borreria alata ) dan kedelai

Kesimpulan dari Kuliah Kerja Perpustakaan (KKP) bahwa proses pengolahan bahan pustaka di UTP Perpustakaan Universitas Tunas Pembangunaan Surakarta (UTP) dalam

Melati Budi Srikandi, D0212069, KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI: Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali,