GENDANG SARUNE DALAM RITUAL ERCIBAL MANUK
SITELU PADA MASYARAKAT KARO DI DESA BUAH
NABAR
STUDI TERHADAP BENTUK MUSIK, FUNGSI DAN
PERANANNYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ANDRE GIRSANG
NIM 208342002
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Andre Girsang, NIM 208342002, Gendang Sarune dalam Ritual Ercibal Manuk Sitelu di Desa Buah Nabar Studi Kasus Bentuk Musik, Fungsi Dan Peranannya, Jurusan Sendratasik, Program Studi Pendidikan Seni musik, UNIMED.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk musik yang di pakai dalam Ritual Ercibal Manuk Sitelu, bagaimana pelaksanaan Ritual Ercibal Manuk Sitelu, Bagaimana Fungsi dan Peranan Gendang Sarune Di Dalam Ritual Ercibal Manuk Sitelu di Desa Buah Nabar.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Masyarakat di Desa Buah
Nabar yang sedang melaksanan Ritual Ercibal Manuk Sitelu serta Pemain musik
tradisional karo. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memainkan Alat Musik Tradisional Karo di Desa Buah Nabar kecamatan Sembahe Kabupaten Deli Serdang
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan berbagai informasi mengenai keberadaan musik
Dalam Acara Ritual Ercibal Manuk sitelu. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa musik tradisional Karo yaitu Gendang
Sarune Dalam Acara Ritual Ercibal Manuk Sitelu masih ada di Desa Buah Nabar Kecamatan Sembahe Kabupaten Deli Serdang. Walaupun keberadaan Acara
Ritual Ercibal Manuk Sitelu ini sudah sangat jarang ditemukan. Proses Ritual
Tersebut dilaksanakan dengan adanya seorang pemimpin yaitu Guru Sibaso.Pada
pelaksanaan upacara ritual ini peranan Guru Sibaso dan Gendang Sarune sangat
berpengaruh penting dalam terlaksananya acara ritual Ercibal Manuk Sitelu. Pada
proses Guru sibaso mencapai trance atau kesurupan, Musik diawali dengan
Gendang mulih-mulih atau mari-mari,kemudian beralih ke lagu odak-odak serta
selanjutnya beralih menjadi patam-patam yang berirama cepat, kemudian menjadi
tempo yang lebih cepat lagi yang disebut dengan gendang peselukken atau limbe
(Gendang Guru). Jadi, tugas musik disini adalah untuk menghantarkan Guru sibaso mencapai Trance / Kesurupan. Kemudian Guru sibaso akan
menyampaikan pesan kepada keluarga yang melaksanakan Ritual Ercibal Manuk
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, Bapa
di sorga yang selalu menyertai dan melindungi penulis dalam meyelesaikan tugas
akhir/skripsi.
Skripsi ini berjudul Gendang Sarune Dalam Ritual Ercibal Manuk Sitelu
Pada Masyarakat Karo Di Desa Buah Nabar Studi Terhadap Bentuk Musik,
Fungsi Dan Peranannya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk gelar
sarjana pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Seni Musik Fakultas Bahasa
dan Seni. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis
menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun
dari segi penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk memperbaiki di masa yang
akan datang.
Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan
skripsi, antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor UNIMED
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
UNIMED
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sendratasik dan Dosen
pembimbing I yang telah banyak membantu penulis, memberikan
masukan, arahan, dan selalu sabar dalam membimbing penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
4. Bapak Panji Suroso, M.Si., selaku Ketua Program Studi Seni Musik dan
Dosen pembimbing II yang telah banyak membantu penulis, dan memberi
masukan, arahan dan selalu sabar dalam membimbing penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
5. Narasumber Sorensen Tarigan, yang telah membantu saya dalam proses
iii
6. Yang tercinta kedua orang tua penulis, D. Girsang dan K. Br Barus dalam
membimbing saya sampai keperguruan tinggi. Senantiasa selalu memberi
kasih sayang, doa, dukungan dan materi dalam mengikuti perkuliahan
sampai selesai diperguruan tinggi.
7. Buat saudaraku Boni Girsang yang selalu memberi dukungan dan
memberikan motivasi dan semangat pada penulis.
8. Ina br Ginting yang telah banyak memberikan dukungan dan dorongan
semangat kepada penulis.
9. Buat Sahabat ku Ade Nansius, Cintya Sitepu, Dian Angelian Sitorus, Dian
P Bangun, Feri Dikson Sianturi, Modalta Barus, Teger P Bangun, Tiodora
Sinaga, Viva A Sitepu, dan Yobi Leomanta yang setia memberikan
dukungan dan memberikan semangat selama ini dan membantu dalam
proses Skripsi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2013
Penulis,
Andre Girsang
v
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ...8
A. Landasan Teoritis ... 9
1. Pengertian Gendang Sarune ... 9
2. Pengertian Upacara Ritual ...10
3. Pengertian Ercibal Manuk Sitelu ...11
4. Masyarakat Karo ...12
5. Bentuk Musik ...13
6. Pengertian Fungsi ...15
7. Pengertian Peranan……….... ...16
B. KerangkaKonseptual ...16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...18
A. MetodePenelitian………...18
B. LokasidanWaktuPenelitian ...20
C. PopulasidanSampel ...20
1. Populasi ...20
2. Sampel ...21
D. Teknik Pengumpulan Data ...21
1. Wawancara ...22
2. Studi Kepustakaan………. ....23
3. ObservasiLapangan ...25
4. Dokumentasi ...26
E. Teknik Analisis Data ...26
BAB IV. PEMBAHASAN ...28
A. Gambaran Umum Desa Buah Nabar ...28
1. Letak Geografis ...28
2. Mata Pencaharian ...28
vi
4. Sistem Kekerabatan ...31
B. Ritual Ercibal Manuk Sitelu ...38
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...38
2. Tahap Persiapan ...28
3. Tahap Pelaksanaan ...40
4. Penutupan ...42
C. Bentuk Musik……….. ....43
1. Mari-mari ...43
2. Odak-odak ...45
3. Perseluken ...50
D. Fungsi Musik……… ...52
1. Fungsi pengungkapan Emosional ...52
2. Fungsi Penghayatan Estetis ...52
3. Fungsi Komunikasi ...53
4. Fungsi Kesinambungan Budaya ...54
E. Peranan Musik……….. ...54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...56
A. Kesimpulan...56
B. Saran ...57
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang cukup terkenal di seluruh penjuru
dunia dengan panorama alamnya yang sangat memukau para turis dari dalam
negeri dan luar negeri. Pulau – pulau yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke memiliki objek wisata dengan ciri khas yang berbeda – beda, baik dari
keindahan alam, kuliner, dan juga hasil karya seni yang cukup unik dan beraneka
ragam corak budaya secara tradisional yang bersumber dari pemikiran-pemikiran
ataupun dari suatu kebiasaan yang terkait dengan lingkungan dimana kelompok
masyarakat itu berada. Kebudayaan disuatu daerah sangat berpengaruh dalam pola
pikir dan kebiasaan masyarakatnya. Kebudayaan dapat membuat suatu ciri khas
dari suatu daerah. Suku Batak, dapat dikenal dan kita ketahui apabila kita
mendengar mereka berbicara dengan nada suara yang tinggi, kuat bahkan
terkadang kita beranggapan bahwa mereka sedang marah namun sebenarnya
tidak. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa kebudayaan
berpengaruh dalam pola pikir dan jati diri masyarakat di Indonesia.
Sumatera merupakan salah satu pulau besar yang terletak di sebelah barat
Indonesia, yang juga memiliki suku yang berbeda – beda. Pulau Sumatera masih
terbagi lagi ke dalam tiga bagian, yaitu Sumatera Selatan, Sumatera Barat,
Sumatera Utara. Sumatera Selatan yang terletak di sebelah selatan pulau Sumatera
2
ibu kotanya adalah Padang, dan Sumatera Utara dengan ibu kota Medan. Ketiga
bagian pulau Sumatera ini memiliki kebudayaan dan suku yang berbeda – beda.
Di Ibu Kota Sumatera Utara tepatnya Medan, banyak suku yang tinggal
menetap disana, misalnya Melayu, Nias, dan Batak. Misalnya, Pulau Sumatera
tepatnya di Sumatera Utara, terdapat 5 jenis etnik Batak yaitu, Batak Karo, Toba,
Dairi, Mandailing, dan Simalungun. Kelima etnis Batak tersebut memiliki
persamaan dan perbedaan kebudayaan masing-masing. Seperti halnya dapat kita
lihat, diseluruh etnis di Indonesia memiliki kesenian yang berbeda – beda dan
dengan keunikan tersendiri pula. Keunikan kesenian tersebut dapat dilihat dari
cara pengerjaannya, permainannya, bahkan dari segi bentuk atau organologi alat
musiknya. Khususnya pada masyarakat Karo, merupakan salah satu suku yang
juga memiliki ragam kesenian yang cukup unik yang melekat pada kehidupan
masyarakatnya. Banyak hasil kerajinan seni dari masyarakat Karo diantaranya
seni pahat/ukir, sastra (cerita rakyat, pantun), tari, dan juga dalam bidang musik.
Pada masyarakat Karo kegiatan seni ini masih cukup terjaga dan sangat
erat hubungannya dengan kebudayaan. Di beberapa daerah yang masih homogen
dengan etnik dan budaya, seni sangat dijaga dan terus dipakai dalam setiap acara
budaya. Sesuai dengan ciri – ciri seni tradisi, kesenian tradisi Karo juga bersifat
turun – temurun, namun di beberapa daerah yang sudah mulai heterogen secara
etnik, ada beberapa bagian kesenian yang mulai hilang bahkan punah
keberadaannya. Hal ini mungkin disebabkan karena perkembangan zaman, pola
3
Dari bidang seni musik, pada masyarakat Karo terdapat musik tradisional
yang terdiri dari vokal dan instrumental, yang biasanya digunakan dalam berbagai
upacara religi, perkawinan, mengiringi tarian, memanggil roh nenek moyang,
mengusir roh jahat, ataupun dalam acara adat duka cita. Musik tradisi Karo secara
umum memiliki 3 jenis lagu yaitu Simalungun Rayat, Odak – Odak, dan Patam –
Patam, dimana ketiga jenis lagu ini mempunyai pola irama dan ritmis yang
berbeda – beda. Bukan hanya itu, suku Karo juga mempunya alat musik tersendiri,
yang baisanya disebut dengan Gendang Karo, yang dahulu sering disebut
Gendang “Telu Sendalanen, Lima, Sada Perarih”, atau sering juga disebut dengan
Gendang Sarune (wawancara dengan Sorensen Tarigan : 2012) yang terdiri dari
beberapa unsur alat musik tradisional Karo seperti Sarune, Gendang Singindungi,
Gendang Singanaki, Kulcapi, Penganak, Gung, Balobat, Surdam, Keteng –
keteng, dan Murbab. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi nyanyian, tarian
dan juga ritual tradisi.
Dalam masyarakat Karo aktivitas kesenian dikenal dengan dua istilah,
yaitu rende dan ergendang. Rende diartikan sebagai bernyanyi. Sedangkan
ergendang terdiri dari dua suku kata (er = melakukan sesuatu) dan (gendang yang
secara sederhana dapat diartikan sebagai musik). Jadi ergendang dapat diartikan,
bermain musik. Hal ini juga masih berkaitan, yaitu aktivitas masyarakat karo yang
masih ada melakukan upacara atapun ritual adat. Dalam upacara ini sangat
dibutuhkan musik pengiring untuk proses berlangsungnya kegiatan tersebut dan
4
Salah satu bentuk upacara yang masih pernah dilaksanakan masyarakat
Karo yaitu upacara Ercibal Manuk Sitelu. Upacara Ercibal Manuk Sitelu
merupakan salah satu jenis ritual adat yang sudah sangat langka untuk
dilaksanakan. Ritual ini biasanya dilakukan untuk memanggil arwah keluarga dan
bertujuan untuk menanyakan beberapa hal yang dianggap menjadi bencana dan
mengobati penyakit yang tak kunjung sembuh. Ritual ini dilakukan berdasarkan
mimpi anggota keluarga yang terkena penyakit. Penyakit tersebut muncul
ketika salah seorang anggota keluarga tersebut terjatuh dari pohon aren dan
penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Sebelum ritual dimulai, pihak
keluarga akan berjiarah ke makam leluhur mereka kemudian mereka
bermusyawarah untuk menentukan waktu dilaksanakannya acara ini dan biasanya
akan bertanya kepada orang pintar atau yang disebut Guru Sibaso. Maka pada hari
yang ditentukan, dilaksanakanlah ritual tersebut dan diiringi oleh Gendang Sarune
juga dengan perintah Guru Sibaso. Pada awal ritual, pemusik akan memainkan
lagu yang dinamakan gendang mari-mari untuk memulai memanggil arwah
leluhur dan Guru Sibaso mulai membaca mantra dan bersiap-siap untuk dirasuki
(seluk), seiring dengan berjalannya musik sang guru pun mulai kerasukan dan
musik pengiring akan berubah menjadi gendang perselukken dimana terjadi
perubahan tempo yang lebih cepat.
Pada upacara ini, musik tradisi Karo sangat berperan penting di dalamnya
karena dengan adanya iringan musik yang dimainkan pemain musik (Penggual)
akan membuat suasana lebih sakral karena roh leluhur telah dipanggil dan
5
yang dianggap sebagai bencana atau kesialan. Penggual pada umumnya sangat
dihormati serta dihargai ketika melaksanakan setiap kegiatan.
Pelaksanaan ritual Ercibal Manuk Sitelu ini berkaitan dengan penggunaan
musik tradisional Karo yang mana di dalamnya terdapat lagu yang disebut
gendang mari-mari dan gendang perselukken. Upacara ini berdaya guna untuk
pelestarian budaya dan juga berkaitan dengan pelestarian musik tradisonal karo
yang hampir punah oleh perkembangan jaman. Berdasarkan pemaparan di atas
peneliti tertarik untuk memilih judul, Gendang Sarune dalam ritual Ercibal
Manuk Sitelu pada Masyarakat Karo.
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi terarah, serta cakupan masalah tidak terlalu luas. Dalam sebuah
penelitian, perlu adanya upaya untuk mempersempit lingkup kajian agar sebuah
kajian terlihat lebih fokus dengan analisis yang mendalam sesuai dengan tujuan
dari identifikasi masalah. Dari uraian diatas maka permasalahan penelitian ini
dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bagian diantaranya :
1. Bagaimana Fungsi Gendang Sarune pada Ritual Ercibal Manuk Sitelu ?
2. Bagaimana pelaksanaan upacara Ercibal Manuk Sitelu pada masyarakat Karo?
3. Bagaimanakah Peranan Gendang Sarune pada ritual Ercibal Manuk Sitelu?
4. Bagaimanakah bentuk musik Gendang Sarune pada ritual Ercibal Manuk
6
5. Bagaimana apresiasi masyarakat Karo terhadap pelaksanaan Ercibal Manuk
Sitelu
6. Apa saja syarat yang diperlukan sebelum dan sesudah dilaksanakan ritual
Ercibal Manuk Sitelu.
7. Siapa saja yang berperan dalam Ritual Ercibal manuk Sitelu?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam topik yang diangkat
penulis, maka untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana,
kemampuan peneliti oleh karena itu peneliti mengadakan pembatasan masalah
untuk mempermudah penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2003 : 30) yang
mengatakan bahwa :
“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati – hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum ke dalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membatasi masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan upacara Ercibal Manuk Sitelu pada masyarakat
Karo?
2. Bagaimanakah bentuk musik Gendang Sarune pada ritual Ercibal Manuk
Sitelu
7
4. Bagaimanakah Peranan Gendang Sarune pada ritual Ercibal Manuk
Sitelu?
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian
yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik,
sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maryeani (2005 : 14) mengatakan bahwa :
“ Rumusan masalah merupakan upaya untuk menentukan jawaban atas pertanyaan sebagaimana telah terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah adalah juga suatu jabaran atas fokus penelitian karena dalam prateknya proses penelitian berfokus pula pada butir masalah yang telah dirumuskan”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta
pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana Fungsi dan Peranan Gendang Sarune dalam Ritual Ercibal Manuk
Sitelu ?”
E. Tujuan Penelitian
Setelah penelitian ini selelsai dilaksanakan, diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pelaksanaan upacara Ercibal Manuk Sitelu pada
8
2. Mendeskripsikan bentuk musik Gendang Sarune pada ritual Ercibal
Manuk Sitelu.
3. Mendeskripsikan fungsi Gendang Sarune pada Ritual Ercibal manuk
Sitelu.
4. Mendeskripsikan Peranan Gendang Sarune pada ritual Ercibal Manuk
Sitelu.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang dapat
dijadikan sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian
selanjutnya.
Beberapa manfaat penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian ini, yaitu :
1. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan
sebagai bahan informasi kepada masyarakat Karo mengenai ritual Ercibal
Manuk Sitelu pada masyarakat Karo
2. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca khususnya generasi muda untuk
melestarikan musik tradisional daerahnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi penulis dan pembaca dalam menambah
pengetahuan tentang musik tradisi.
4. Sebagai bahan refrensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Gendang Sarune Mempunyai Reportoar yang khusus dan peranannya
yang sangat vital dalam mengiringi ritual Ercibal Manuk Sitelu.
Adapun Reportoar Gendang Sarune adalah Gendang Mari-Mari,
Gendang Odak-Odak, Gendang Peselukken. Pada saat Gendang
peselukken Guru Sibaso sudah mulai selluk atau kesurupan. Pemberian
nama Untuk pemain Musik adalah Sierjabaten.
2. Upacara ritual Ercibal Manuk Sitelu saat ini masih diadakan oleh
sebahagian Masyarakat Karo yakni penganut kepercayaan pemena
karena mereka menyakini dengan pelaksanaan upacara ritual Ercibal
Manuk Sitelu dapat menyelsaikan berbagai persoalan atau
permasalahan yang terjadi dalam keluarga. Seperti meminta
pembagian warisan dan hak keluarga yang ditinggallkan secara merata,
meminta kesehatan, meminta supaya kelurga yang ditinggalkan
baik-baik saja, dan sebagainya
3. Hubungan kekerabatan yang paling mendasar pada masyrakat karo
dikenal dengan merga silima (lima marga pada Masyarakat Karo) yaitu
57
sitelu (tiga ikatan) yaitu sukut, kalimbubu dan anak beru menjadi dasar
dalam tutur pada Masyarakat Karo.
4. Selain sebagai pengiring, fungsi musik juga memiliki makna yang
tersirat, dimana acara Ritual tidak akan dilaksanakan tanpa adanya
Musik Pengiring dimana di sini adalah Gendag Sarune dan merupakan
sebuah fenomena kontiunitas yang terus berlanjut sampai sekarang
B. SARAN
Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Ansambel Gendang Sarune merupakan salah satu ansambel yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang kita yang harus kita jaga dan tetap
dipertahankan dalam kesenian musik tradisional Karo.
2. Ritual Ercibal Manuk Sitelu salah satu acara ritual yang sangat jarang
dilaksanan dalam masyarakat sekarang ini. Kita bisa mengetahui hal
tersebut dan dikenalkan kembali oleh dinas kebudayaan dan pariwisata,
sehingga bisa membuat wisatawan lokal maupun mancanegara merasa
tertarik mengetahui bagaimana sebenarnya ritual Ercibal Manuk Sitelu
tersebut.
3. Dalam konteks perubahan baik dalam peran Ansambel Gendang Sarune
dalam kesenian tradisional Karo karena mulai diterimanya keyboard oleh
Masyarakat, perlu disikapi sebagai hal wajar sebagai konsekuensi terhadap
58
perubahan alat musik tradisional Karo dengan digantikan oleh musik Barat
55
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsim. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi VI
Jakarta : Bina Aksara
Bangun, Robero (2005) .Mengenal Suku Karo. Jakarta. PT Kesain Blane Indah.
Barus, Mekawati. 2006. Gendang Lim Sedalanen pada Acara Mbuah Page Kerja Tahun (Di
Desa Barus Jahe Kecamaten Barus Jahe Tanah Karo). Medan: Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidkan Unimed.
Kaban, Lydia Natalina. 2011. Upacara Muncang Pada Masyrakat Karo Kajian Terhadap Perang Belin dan Gendang Perang Musuh. Medan: Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
Maryeni. 2005. Metode penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Noveli,Cerah. 2010. Penyajian Musik Tradisional Karo Pada Upacara Erpangir Ku lau di
Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Medan: Skripsi untukmendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
Prier SJ, Karl Edmund, 2003. Ilmu Bentuk Musik Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi.
Pasaribu, Ben, Frida. 2005. Pluralitas Musik Etnik. Medan: Universitas HKBP Nomensen.
Silangit, Brevin Tarigan. 2011. Ansambel Gendang Lima Sedalanen Pada Masyarakat Karo:
Studi Kasus Pembawa Trance pada Ritual Erpangir Ku Lau Dalam Konteks Sosio Budaya di Lau Debuk-Debuk Kecamaten Berastagi Kabupaten Karo. Medan: Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan di Unimed.
Sitepu, Putra. 2010. Deskriptif Penggabungan Gendang Lima Sedalanen dalam Pesta Ulang
Tahun Persadaan Karo Mergana Ras Anak Beruna di Cinta Damai Helvetia. Medan. Skripsi unruk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Unimed.
Suroso, Panji. 2012. Ketoprak Dor di Helvetia. Medan: Unimed Press
Sukardi. 2003. Membaca dan Menulis wacana. Jakarta: PT. Aspindo.
Sumber-sumber lain
(http//id.wikipedia.org/wiki/musik/com)
(http://kajianteori.com/02/pengertian bentuk musik)