Universitas Kristen Maranatha
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran positif atau negatif sikap ibu
anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan menggunakan metoda
ABA di Komunitas Peduli Autis ‘X’ Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
ibu yang memiliki anak autistik yang sudah pernah atau sedang mendapat intervensi
perilaku dengan metoda ABA di Komunitas Peduli Autis“X” Bandung, Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak
15 orang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap pelaksanaan intervensi
perilaku dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori sikap dari Krech
and Cruchtfield serta menggunakan data penunjang dari kuesioner yang dibuat oleh
peneliti. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan
korelasi Rank Spearman diperoleh 63 item yang diterima, dengan validitas alat ukur ini
berkisar 0,307-0,887 sedangkan reliabilitasnya menggunakan korelasi Alpha Cronbach
sebesar 0,969. Data yang diperoleh dari alat ukur kemudian diolah dengan
menggunakan analisa statistik dalam bentuk persentase dan selanjutnya ditabulasi silang
dengan data penunjang.
Universitas Kristen Maranatha
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak ... i
Kata Pengantar
Daftar isi ... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...8
1.3.1. Maksud Penelitian ...8
1.3.2. Tujuan Penelitian ...8
1.4. Kegunaan Penelitian ...8
1.4.1. Kegunaan Ilmiah ...8
1.4.2. Kegunaan Praktis ...9
1.5. Kerangka Pemikiran ...9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sikap ...22
2.1.1. Pengertian sikap...22
2.1.2. Proses Pembentukan Sikap... 25
2.1.3. Komponen sikap ... 27
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap...29
2.2. Tinjauan Umum Autisme... 30
2.2.1. Autisme... 30
2.2.2. Pengertian Autisme... 33
2.2.3. Penyebab Autisme ...34
2.2.4 Pedoman Diagnostik...37
2.2.5 Kesulitan-kesulitan yang dialami anak autisme ...40
2.3
Terapi Perilaku /
Applied Behavior Analysis
(ABA) ...41
Universitas Kristen Maranatha
iii
2.3.2 Prinsip Terapi Perilaku
Applied Behavior Analysis
(ABA) ...43
2.3.3 Teknik dasar
Applied Behavior Analysis
(ABA)...47
2.3.4
Trial Taining
pada Terapi Perilaku
Applied Behavior
Analysis (ABA
) ...49
2.3.5 Materi Terapi
Applied Behavior Analysis
(ABA) ...54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian ... 56
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...56
3.2.1. Variabel Penelitian ...56
3.2.2. Definisi Operasional ...57
3.3. Alat Ukur ...57
3.3.1. Kuesioner Sikap terhadap Pelaksanaan ...57
3.3.2. Data penunjang ...59
3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...60
3.4.1. Validitas Alat Ukur ...60
3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ...60
3.5. Populasi Penelitian ...61
3.5.1. Populasi Sasaran ...61
3.5.2. Karakteristik Responden... 62
3.5.3. Teknik Sampling... 62
3.5.4 Teknik Analisa Data ...62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Responden ... 64
4.2. Pembahasan ...70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...73
5.2. Saran ...74
DAFTAR TABEL ... iv
Universitas Kristen Maranatha
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 a Gambaran Responden Berdasarkan Usia
...
67
Tabel 4.1.1 b Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
...
67
Tabel 4.1.1 c Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan...
67
Tabel 4.1.2 Gambaran sikap terhadap pelaksanaan intervensi perilaku
...
68
dengan metoda ABA
Tabel 4.1.2 a Tabel tabulasi silang sikap dengan komponen sikap ibu...
69
terhadap terapis
Tabel 4.1.1 bTabel tabulasi silang sikap dengan komponen sikap ibu
...
69
terhadap biaya
Tabel 4.1.1 c Tabel tabulasi silang sikap dengan komponen sikap ibu...
70
Universitas Kristen Maranatha
v
DAFTAR SKEMA
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi tugas akhir skripsi, maka penyusun bermaksud
mengadakan penelitian yang berjudul ‘Sikap ibu anak autistik terhadap
pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA di Komunitas Peduli Autis
‘X’ Bandung’.
Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan
penelitian tersebut. Sehubungan dengan keperluan tersebut, penyusun
mengharapkan bantuan saudara untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner
yang tersedia.
Informasi yang saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi perkembangan
dan penerapan ilmu pengetahuan. Karena itu penyusun mengharapkan agar
saudara sungguh-sungguh, dan sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri
saudara dalam mengisi dan memberikan jawaban sesuai dengan kondisi serta
opini pribadi saudara. Penyusun akan menjaga kerahasiaan identitas serta jawaban
yang saudara berikan.
Atas kesediaan dan bantuan yang saudari berikan, penyusun mengucapkan
terimakasih.
Hormat saya,
Tulislah data diri saudara di bawah ini. 1. Nama (inisial) :
2. Usia : …. tahun
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan terakhir : a. SMA
b. Diploma/ D3 c. Sarjana / S1 d. Lainnya…. Data Anak :
1. Usia :
2. Jenis kelamin :
3. Anak ke : …dari….bersaudara 4. Diagnosa autisme sejak usia ….. tahun
5. Terapi yang pernah dijalani anak hingga sekarang
TERAPI TEMPAT LAMANYA
1. 2. 3. 4. 5.
Petunjuk
Berilah tanda silang (X) pada huruf yang ada di depan pernyataan yang paling
sesuai dengan diri saudara. Jika pilihan pernyataan ternyata tidak ada yang sesuai
dengan diri saudara, maka saudara dapat mengisi titik-titik yang tersedia.
1. Darimana saudara mendapatkan informasi mengenai terapi dengan metoda
ABA pada anak autistik? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Buku/ media cetak
b. Internet/media elektronik
c. Keluarga
d. Teman
e. Ahli (dokter anak, psikolog, konsultan)
f. …….
3. Apakah saudara menerapkan metoda ABA pada anak atas dasar keinginan
sendiri? Hal apa yang membuat saudara mau melakukan intervensi perilaku
dengan metoda ABA?
a. Ya, alasannya……….
b. Tidak. Alasannya………...
4. Setelah selesai sesi terapi ABA apakah metoda ini diterapkan di rumah?
Berapa jam rata-rata per hari, metoda ini diterapkan pada anak?
5. Apakah setelah menerapkan metoda ini pada anak saudara merasakan
perubahan sesuai dengan harapan saudara?
6. Menurut saudara, kemajuan apa yang diperoleh setelah mendapatkan terapi
dengan metoda ABA? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Kemampuan untuk memperhatikan (kontak mata, perhatian dan sebagainya)
b. Kemampuan imitasi (motorik halus, bermain dengan objek, motorik kasar,
dsb)
c. Kemampuan berbahasa (reseptif , ekspresif)
d. Kemampuan dalam bidang akademik (matching, identifikasi warna, bentuk, huruf, angka, menghitung angka 1-10, menghitung objek)
e. Kemampuan bantu diri (toiletting, memakai baju dan sebagainya)
7. Apakah anggota keluarga mendukung dalam pelaksanaan terapi dengan
metoda ABA?
a. Ya
b. Tidak
Petunjuk pengisian
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan sikap.
Saudara diminta untuk menjawab semua pertanyaan tersebut sesuai dengan
pikiran, keyakinan, serta perasaan yang ada dalam diri saudara. Perhatikanlah
jangan sampai ada nomor yang terlewat.
Cara menjawabnya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan
SS : Sangat sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak sesuai
STS : Sangat tidak sesuai
Contoh :
Pernyataan
SS S TS STSPemberian terapi pada anak autistik hanya
merepotkan keluarga saja
X
Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri saudara, maka saudara
dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom SS.
Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri saudara, maka saudara
dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom TS. Demikian seterusnya.
Selanjutnya saudara akan menemukan pernyataan-pernyataan yang lain.
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1. Saya percaya terapis yang ada cukup mampu menanganimasalah anak autistik.
2. Saya yakin terapis ABA adalah orang yang sabar dalam menghadapi perilaku anak autistik
3. Menurut saya, terapis harus mampu mencari cara baru dalam mengajar untuk menghindari kebosanan anak.
4. Menurut saya, terapis ABA yang ada sekarang ini kurang dapat memahami kebutuhan anak autistik.
5. Saya percaya pemahaman terapis ABA mengenai kebutuhan anak autistik belum tentu berpengaruh pada perubahan perilaku anak.
6. Menurut saya, sering tidaknya terapis ABA mengikuti training menangani autisme, tidak berdampak terhadap perubahan perilaku anak
7. Menurut saya, terapis ABA saat ini kurang berperan dalam keberhasilan terapi anak autistik
8. Dana yang harus dikeluarkan untuk terapi ABA tidak menjadi masalah buat saya..
9. Semenjak mengikuti terapi ABA, anggaran untuk terapi anak saya selalu sesuai dengan rencana
10. Menurut saya, biaya terapi dengan metoda ABA membebani ekonomi keluarga.
11. Biaya terapi yang saya keluarkan sering melebihi anggaran yang saya buat dan memberatkan saya.
12. Selama menerapkan metoda ABA, terdapat banyak pembengkakan biaya tidak terduga yang sulit dipenuhi.
13. Saya yakin pemberian reward pada metoda ABA atas perilaku yang diharapkan, sangat berperan dalam perubahan perilaku pada anak.
14. Menurut saya, pengajaran perilaku kompleks pada ABA berkaitan dengan perkembangan kemampuan bantu diri yang positif.
15. Saya percaya pemberian prompt fisik pada ABA membantu anak untuk mengerti instruksi
17. Prinsip pemberian reward dan punishment pada metoda ABA setelah terapi selesai, membuat perilaku anak semakin baik.
18. Saya percaya jadwal terapi ABA dapat diterapkan dengan lebih fleksibel
19. Menurut saya, metoda ABA kurang meningkatkan kemampuan bantu diri anak autistik.
20. Menurut saya, reward yang diberikan pada ABA merupakan ‘suap’ agar anak mau melakukan tugas yang diperintahkan
21. Saya yakin, mengajarkan suatu konsep pada anak bukanlah hal wajib bagi semua anak autistik.
22. Jadwal terapi ABA yang teratur setiap harinya menyebabkan anak autistik menjadi semakin ‘kaku’.
23. Saya merasa senang dengan perlakuan terapis ABA yang mengajar anak autistik.
24. Saya merasa yakin jadwal yang dibuat oleh terapis dapat mempercepat perubahan perilaku pada anak
25. Saya merasa puas dengan terapis yang menangani anak saya sekarang ini.
26. Saya kecewa dengan terapis yang tidak memperhatikan perubahan perilaku anak saya.
27. Kepuasan yang saya peroleh dari metoda ABA membuat biaya terapi serasa ringan.
28. Saya merasa tidak masalah untuk mengeluarkan sejumlah biaya untuk keperluan terapi anak saya.
29. Saya senang memberikan dana tambahan terapi ABA karena memang membantu keberhasilan terapi anak autistik.
30. Saya tertarik dengan terapi ABA karena biaya terapinya sesuai dengan hasil yang diperoleh
31. Saya kecewa dengan hasil terapi ABA yang saya peroleh karena tidak sebanding dengan biaya terapi yang dikeluarkan.
32. Saya sering tertekan dengan beban biaya penyediaan materi terapi ABA.
34. Saya merasa kesal bila harus membayar tambahan biaya untuk terapi ABA di luar anggaran yang saya buat.
35. Saya merasa senang melihat perubahan perilaku pada anak saya, setelah menerapkan pemberian reward dan punishment dalam metoda ABA.
36. Saya merasa teknik reward dan punishment mudah untuk dilakukan.
37. Saya merasa puas dengan hasil yang diperoleh dengan menerapkan teknik-teknik pada metoda ABA.
38. Saya merasa terbeban untuk menerapkan teknik mengajarkan perilaku kompleks (chaining) pada metoda ABA setiap harinya.
39. Saya merasa sedih karena teknik pada ABA membatasi waktu bermain anak autistik
40. Saya merasa kecewa pada teknik metoda ABA karena dapat membuat anak terisolasi dari lingkungan sekitar.
41. Saya merasa khawatir dalam menerapkan teknik-teknik metoda ABA di rumah karena membuat anak semakin sulit bersosialisasi.
42. Saya akan memberi semangat kepada terapis ABA untuk lebih sabar dalam menangani anak autistik.
43. Saya akan bertanya kepada terapis ABA mengenai apa yang dapat saya lakukan untuk kemajuan anak saya.
44. Saya akan memperhatikan cara terapis ABA dalam mengajar anak, sehingga saya dapat melakukannya di rumah.
45. Saya bersedia berbagi informasi dengan terapis mengenai cara baru dalam mengajar metoda ABA untuk menghindari kebosanan anak
46. Saya terlibat bersama terapis menetapkan target ke depan dalam setiap evaluasi anak.
47. Saya akan mempercayakan anak saya kepada terapis ABA setiap sesi terapi
48. Saya bersedia bicara dengan terapis ABA hanya pada saat evaluasi saja.
49. Saya malas menanyakan hasil evaluasi terapi ABA kepada terapis.
51. Saya menyerahkan sepenuhnya proses terapi kepada terapis yang menangani anak saya.
52. Saya bersedia mengeluarkan dana lebih bagi terapis ABA yang berhasil menangani anak saya.
53. Saya akan menyediakan dana khusus untuk penyediaan materi terapi ABA.
54. Saya akan mempersiapkan seluruh dana yang diperlukan untuk proses terapi
55. Saya kesulitan dalam membiayai seluruh proses terapi ABA.
56. Saya akan menolak membayar biaya terapi ABA yang dilakukan di luar rencana.
57. Saya akan menolak membayar biaya tambahan materi terapi ABA kepada terapis.
58. Saya terpaksa untuk bila harus membayar biaya terapi ABA di luar anggaran yang sudah dibuat.
59. Saya akan tetap menerapkan pemberian reward dan punishment kepada anak, walaupun sesi terapi sudah selesai.
60. Saya akan memperhatikan teknik-teknik ABA yang digunakan terapis dalam mengajar anak saya, sehingga saya dapat menerapkannya di rumah.
61. Saya akan berusaha mencari informasi mengenai metoda ABA, sehingga saya dapat menerapkannya dengan lebih baik lagi.
62. Saya akan menolak penerapan metoda ABA di luar pantauan saya.
Nomor Validitas Kaplan Kesimpulan
1 0.501 0.300 Valid
2 0.390 0.300 Valid
3 0.542 0.300 Valid
4 0.528 0.300 Valid
5 0.42 0.300 Valid
6 0.664 0.300 Valid
7 0.887 0.300 Valid
8 0.258 0.300 Tdk.Valid/dibuang
9 0.604 0.300 Valid
10 0.407 0.300 Valid
11 0.49 0.300 Valid
12 0.558 0.300 Valid
13 0.407 0.300 Valid
14 0.147 0.300 Tdk.Valid/dibuang 15 -0.054 0.300 Tdk.Valid/dibuang
16 0.445 0.300 Valid
17 0.495 0.300 Valid
18 0.332 0.300 Valid
19 0.537 0.300 Valid
20 0.465 0.300 Valid
21 0.782 0.300 Valid
22 0.762 0.300 Valid
23 0.401 0.300 Valid
24 0.463 0.300 Valid
25 0.471 0.300 Valid
26 0.042 0.300 Tdk.Valid/dibuang
27 0.544 0.300 Valid
28 0.346 0.300 Valid
29 0.743 0.300 Valid
30 0.433 0.300 Valid
31 -0.628 0.300 Tdk.Valid/dibuang 32 -0.451 0.300 Tdk.Valid/dibuang
33 0.549 0.300 Valid
34 0.645 0.300 Valid
35 0.328 0.300 Valid
36 0.808 0.300 Valid
37 0.727 0.300 Valid
38 0.542 0.300 Valid
39 0.606 0.300 Valid
40 0.559 0.300 Valid
41 0.142 0.300 Tdk.Valid/dibuang
42 0.314 0.300 Valid
43 0.323 0.300 Valid
44 0.751 0.300 Valid
45 0.751 0.300 Valid
47 0.473 0.300 Valid
48 0.648 0.300 Valid
49 0.24 0.300 Tdk.Valid/dibuang 50 0.269 0.300 Tdk.Valid/dibuang
51 0.409 0.300 Valid
52 0.768 0.300 Valid
53 0.59 0.300 Valid
54 0.472 0.300 Valid
55 0.523 0.300 Valid
56 0.496 0.300 Valid
57 0.775 0.300 Valid
58 0.835 0.300 Valid
59 0.724 0.300 Valid
60 0.339 0.300 Valid
61 -0.216 0.300 Tdk.Valid/dibuang
62 0.528 0.300 Valid
63 0.625 0.300 Valid
64 0.508 0.300 Valid
65 0.768 0.300 Valid
66 0.6 0.300 Valid
67 0.42 0.300 Valid
68 0.783 0.300 Valid
69 0.307 0.300 Valid
70 0.663 0.300 Valid
71 0.687 0.300 Valid
72 0.311 0.300 Valid
73 0.777 0.300 Valid
74 0.21 0.300 Tdk.Valid/dibuang
Responden
No KOGNITIF
TERAPIS BIAYA TEKNIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2
2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
3 4 4 1 3 3 4 4 2 3 2 3 3 2 2 2 4 3 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3
6 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
7 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 2 4 4 1 3 4 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 3
10 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3
11 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3
12 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 2 2 3 4 3 3 3 4 4 2 4 4
13 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
14 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 2 2 3 2
AFEKTIF
TERAPIS BIAYA TEKNIK
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
3 3 4 4 2 3 1 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3
2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3
4 3 4 2 4 2 4 3 4 2 3 3 1 3 3 3 3 4 4
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4
3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3
2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4
3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3
3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3
3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2
KONATIF
TERAPIS BIAYA TEKNIK TOTAL SIKAP
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 1 4 207 positif
3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 2 3 164 negatif
3 4 3 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 3 3 1 3 4 3 4 199 negatif
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 251 positif
3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 197 negatif
3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 175 negatif
4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 183 negatif
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 184 negatif
4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 184 negatif
4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 172 negatif
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 192 negatif
4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 1 3 3 4 4 2 4 209 positif
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 169 negatif
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 176 negatif
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 152 negatif
lama terapi * SIKAP Crosstabulation 2 2 16.7% 13.3% 1 1 8.3% 6.7% 1 1 8.3% 6.7% 2 2 66.7% 13.3% 2 2 16.7% 13.3% 3 3 25.0% 20.0%
2 1 3
16.7% 33.3% 20.0%
1 1
8.3% 6.7%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% 1 tahun 10 tahun 2 tahun 3 bulan 3 tahun 4 tahun 8 tahun tidak menentu lama terapi Total negatif positif SIKAP Total
tabel 1.1 tabulasi silang lamanya anak mendapatkan terapi dengan sikap
lama diterapkan di rumah per minggu * SIKAP Crosstabulation
11 2 13
91.7% 66.7% 86.7%
1 1 2
8.3% 33.3% 13.3%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% <40 jam
>40 jam lama diterapkan di
rumah per minggu
Total
negatif positif SIKAP
Total
tabel 1.2 tabulasi silang rata-rata jam diterapkan di rumah dengan sikap
dukungan keluarga * SIKAP Crosstabulation
1 1
8.3% 6.7%
11 3 14
91.7% 100.0% 93.3%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% tidak ya dukungan keluarga Total negatif positif SIKAP Total
menerapkan atas keinginan sendiri * SIKAP Crosstabulation
2 2
16.7% 13.3%
10 3 13
83.3% 100.0% 86.7%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% tidak
ya menerapkan atas keinginan sendiri
Total
negatif positif SIKAP
Total
Tabel 1.4 tabulasi silang dasar menerapkan metoda ABA dengan sikap
kesesuaian perubahan pada anak dengan harapan ibu * SIKAP Crosstabulation
5 1 6
41.7% 33.3% 40.0%
2 2
16.7% 13.3%
5 2 7
41.7% 66.7% 46.7%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% sedikit
tidak
ya kesesuaian perubahan pada anak dengan harapan ibu
Total
negatif positif SIKAP
Total
sumber informasi * SIKAP Crosstabulation 1 1 8.3% 6.7% 2 2 16.7% 13.3% 2 2 16.7% 13.3% 1 1 33.3% 6.7% 1 1 8.3% 6.7% 2 2 16.7% 13.3% 3 3 25.0% 20.0%
1 1 2
8.3% 33.3% 13.3%
1 1
33.3% 6.7%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% ahli
buku, ahli
buku, internet, ahli
buku, internet, keluarga, teman, ahli
buku, internet, teman, ahli
buku, teman, ahli
teman teman, ahli teman, keluarga sumber informasi Total negatif positif SIKAP Total
Tabel 1.6 tabulasi silang sumber informasi dengan sikap
kemajuan yang diperoleh * SIKAP Crosstabulation
1 1 8.3% 6.7% 1 1 33.3% 6.7% 2 2 16.7% 13.3%
8 2 10
66.7% 66.7% 66.7%
1 1
8.3% 6.7%
12 3 15
100.0% 100.0% 100.0% Kemampuan berbahasa, akademik
Kemampuan untuk memperhatikan
Kemampuan untuk memperhatikan, bantu diri
Kemampuan untuk memperhatikan, imitasi, berbahasa, akademik, bantu diri
Kemampuan untuk memperhatikan,imitasi, bantu diri kemajuan yang diperoleh Total negatif positif SIKAP Total
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Gangguan autisme sekarang menjadi sorotan banyak orang, karena jumlah
anak autistik mengalami peningkatan yang pesat. Pada tahun 2000 yang lalu,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian Psikiatri memperkirakan
terdapat kurang lebih 6900 anak autistik di Indonesia. Jumlah ini menurut mereka
terus meningkat setiap tahunnya (Jurnal Percik Automatia, 2006). Menurut dr.
Melly Budhiman, Jika sepuluh tahun sebelumnya jumlahnya diperkirakan sekitar satu per 5000 anak, saat ini meningkat menjadi satu per 500 anak. Sayangnya
jumlah profesional yang mendalami bidang autisme tidak sebanding dengan
peningkatan jumlah penyandangnya. Ini sering menyebabkan kerancuan dalam
menegakkan diagnosis.(www.balita-anda.indoglobal.com)
Autisme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Leo Kanner, seorang dokter kejiwaan anak dalam makalahnya tahun 1943. Dalam makalahnya ia
menjabarkan dengan rinci mengenai gejala-gejala ‘aneh’ yang ditemukannya pada
sebelas anak yang menjadi pasiennya. Ia melihat banyak persamaan yang terdapat
pada anak-tersebut, dan yang paling menonjol adalah gejala dimana anak sangat
asyik dengan dirinya sendiri. Seolah-olah mereka memiliki dunia sendiri dan
2
Universitas Kristen Maranatha sebutan ‘autisme’. Autisme berasal dari kata ‘auto’ yang berarti ‘sendiri’.
Penyandang autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri (Handojo, 2003)
Autisme bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang perbedaan status
sosial ekonomi, pendidikan, golongan etnik maupun bahasa. Autisme banyak
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Perbandingannya
diperkirakan 4-5 : 1 (The World of Autistic Child, 1996).
Sejalan dengan bertambahnya jumlah anak autistik, dewasa ini telah
dikembangkan berbagai program intervensi dengan harapan dapat mengurangi
perilaku-perilaku autistik, yang menyimpang dari rata-rata anak seusianya. Anak
autistik dapat digolongkan ke dalam kelompok anak berkebutuhan khusus (ABK).
Anak-anak yang demikian memerlukan penanganan khusus pula. Penanganan
khusus ini sering disebut sebagai terapi. Terapi ABK ditujukan terutama agar
mereka dapat menguasai kemampuan self help (bantu diri). Selanjutnya pada tingkat yang lebih lanjut ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
dengan menguasai berbagai kemampuan yang lain. Pemberian terapi pada anak
disesuaikan dengan kebutuhan anak tersebut, juga disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh anak.
Salah satu terapi perilaku tersebut adalah dengan metoda ABA (Applied
Behavior Analysis). Prinsip dasar terapi dengan metoda ABA ini adalah memberikan ‘reward’ atas perilaku yang diharapkan, dan pemberian ‘punishment’
atas perilaku yang tidak diharapkan. Metoda ini bersifat sistematis, terstruktur,
dan juga dapat diukur. Sistematika metoda ini terletak pada penyusunan
3
Universitas Kristen Maranatha disebut dengan DTT (Discrete Trial Training) dengan teknik pengajaran yang jelas serta bisa dimengerti oleh anak. Dikatakan terukur karena sistem
programnya dilengkapi dengan lembar penilaian sehingga terapis bisa secara
terus-menerus memantau kemajuan anak (Nakita, 2002).
Rudy Sutadi Direktur Program Klinik Intervensi Dini Autisme di Jakarta Medical Center, mengutip hasil penelitian yang dilakukan Lovaas tahun 1987 di
Amerika Serikat. Pada penelitian tersebut metode modifikasi perilaku digunakan
40 jam seminggu selama dua tahun terhadap 19 anak autistik berusia di bawah
empat tahun dengan IQ (Intelligency Quotient/ tingkat kecerdasan) rata-rata 60,
didapatkan hasil yaitu 47 % berhasil mencapai fungsi kognitif normal. Dalam hal
penampilan, mereka tidak dapat dibedakan dengan sebayanya, baik dari sudut
keterampilan sosial maupun akademik. Sementara 42 % memperoleh kemajuan
pada berbagai bidang tetapi tidak cukup untuk mengikuti secara penuh di kelas
reguler, dan hanya 11 % yang ditempatkan di kelas untuk anak retardasi mental
(www.balita-anda.indoglobal.com)
Menurut Rudy Sutadi, terapi menggunakan metoda ABA ini sudah dipraktikkan di Indonesia sejak tahun 1997. Melalui terapi ini diharapkan dapat
membawa anak autistik mampu mencapai tingkatan yang sebelumnya dianggap
mustahil oleh orang banyak. Mereka diharapkan dapat mengikuti sekolah reguler
seperti anak normal lainnya, dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat,
4
Universitas Kristen Maranatha yang memiliki anak autistik untuk mengurangi perilaku yang tidak ‘wajar’ serta
membantu anak autistik untuk bisa hidup normal seperti anak-anak yang lain.
Banyaknya peningkatan kemampuan anak autistik yang diterapi dengan
metoda ABA, ternyata tidak membuat semua orangtua memiliki sikap yang
positif terhadap pelaksanaan dengan menggunakan metoda ini. Ada pula yang
mengatakan penggunaan metoda ini membuat anak menjadi seperti ‘robot’.
Seperti yang diketahui bahwa kebanyakan anak autistik memang kurang mampu
berekspresi dengan baik. Perilakunya seperti robot yang bergerak dengan cepat.
Hal tersebut dapat terjadi karena penerapan metoda ABA secara tidak lengkap,
tidak mengajarkan anak cara berekspresi yang benar (Handojo, 2003). Di
samping itu waktu intensitas ideal penggunaan metoda ini adalah 40 jam dalam
seminggu. Berarti dalam satu hari anak autistik mendapat terapi rata-rata delapan
jam, bila sabtu dan minggu libur. Setiap harinya intervensi tersebut disertai
dengan jadwal yang ketat dan teratur. Orangtua sering menganggap hal ini akan
membuat anaknya semakin ‘kaku’, karena pada dasarnya anak autistik memiliki
gangguan dalam perilaku, minat dan kegiatan yang membentuk pola yang
dipertahankan dan diulang-ulang. Jadi dengan waktu yang demikian teratur
dianggap dapat membuat anak semakin ‘kaku’.
Seperti yang telah diketahui hampir semua anak autistik mengalami
gangguan perilaku. Perilaku yang wajar akan membuat kita dapat diterima di
lingkungan masyarakat, oleh sebab itu anak autistik membutuhkan intervensi yang
dapat mengatasi masalah perilaku yang terjadi pada anak autistik. Intervensi
5
Universitas Kristen Maranatha autistik, sehingga dengan menerapkan intervensi perilaku dapat mengurangi
gangguan perilaku perilaku yang banyak dialami oleh anak autistik. Pada anak
yang masih balita, terputusnya proses terapi selama satu minggu saja, dapat
mengakibatkan regresi atau kemunduran perilaku yang sangat signifikan.
(Handojo, 2003). Melihat pentingnya intervensi perilaku terhadap perkembangan
anak autistik, maka intervensi perilaku dengan metoda ABA ini perlu diterapkan
kepada anak autistik. Intervensi perilaku dengan metoda ABA ini dapat terus
berjalan tergantung pada bagaimana sikap ibu terhadap pelaksanaan intervensi
perilaku dengan menggunakan metoda ini.
Sebagian orang tua anak autistik menyerahkan penanganan anaknya
secara penuh kepada institusi pusat terapi atau sekolah khusus. Bukan dalam arti
percaya penuh secara positif namun, mereka cenderung tidak mau tahu dengan
urusan pendidikan anak, cukup menyediakan biaya serta sarana yang dibutuhkan
anaknya. Sebagian diantara mereka ada yang selalu ingin mencampuri proses
terapi yang tengah berlangsung, sehingga anak-anak autistik terganggu oleh
kehadiran orang tua. Kelancaran proses terapi menjadi sangat terganggu bahkan
dapat berhenti sama sekali. Kedua sikap ekstrim tersebut akan mempengaruhi
kemajuan terapi (Handojo, 2003)
Menurut Krech and Crutchfield, sikap adalah organisasi yang relatif menetap dari proses-proses motivasi, emosi, persepsi dan kognisi yang tertuju
pada beberapa aspek tertentu dari dunia individu. Sikap terbentuk dari adanya
6
Universitas Kristen Maranatha hubungan saling mempengaruhi diantara individu dan kemudian mempengaruhi
pola perilaku individu (Saifuddin Azwar, 1995).
Berdasarkan wawancara terhadap tiga orang ibu dari anak autistik, ibu A
mengatakan bahwa intervensi perilaku dengan metoda ini memberikan dampak
yang baik terhadap anaknya. Selama ini Ibu A merasa bahwa selama menerapkan
terapi dengan metoda ABA pada anaknya, anaknya mengalami banyak sekali
perubahan yang cukup signifikan, seperti perilaku hiperaktif yang semakin
berkurang. Ibu A mengatakan apabila anak terus mendapatkan terapi dengan
metoda ABA, ia yakin bahwa anaknya akan semakin dapat mengembangkan
kemampuannya di dalam berkomunikasi dan mampu untuk bersosialisasi di dalam
lingkungan sekitarnya. Ibu A tidak berharap banyak bahwa anaknya akan
memiliki prestasi di bidang akademik, tetapi menekankan kemampuan di dalam
keterampilan dalam suatu bidang seperti melukis yang dirasa penting untuk
kehidupan anak selanjutnya.
Ibu B mengatakan bahwa terapi ini baik diterapkan terhadap anak autistik.
Ibu B berharap dengan terapi ini anaknya dapat mengembangkan kemampuannya,
tidak semata menekankan bidang akademik tetapi lebih kepada kemampuan
dalam bersosialisasi di dalam lingkungannya serta kemampuan dalam
mengungkapkan pikiran maupun perasaan. Ibu B merasakan perubahan perilaku
anaknya, dimana dulu anaknya kurang mampu melakukan kontak mata dengan
orang lain, sekarang anaknya sudah lebih mampu mengadakan kontak mata
walaupun dalam waktu yang relatif singkat. Terkadang ibu B merasa kasihan
7
Universitas Kristen Maranatha yang relatif lama setiap harinya. Walaupun demikian ibu B akan berusaha untuk
terus melanjutkan terapi dengan metoda ini terhadap anaknya, karena ibu B
merasa senang atas perubahan perilaku pada anaknya. Ibu B berharap terapi
dengan metoda ABAakan membuat anak semakin mampu mengembangkan
kemampuannya di dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya.
Ibu C mengatakan bahwa informasi yang diperolehnya mengenai metoda
ABA melalui seminar tentang autisme, dan juga melalui rekannya sesama ibu
yang memiliki anak autistik bahwa intervensi dengan metoda ABA ini cukup
membawa perubahan yang positif pada anak autistik. Setelah menerapkan metoda
ABA ini pada anaknya, ibu C merasakan tidak ada perubahan karena sedikit
sekali perubahan yang tampak pada anaknya. Disamping itu anak tersebut sudah
memiliki kemampuan verbal (kemampuan berbicara). Pada kasus ini terapi ABA
dirasa tidak menguntungkan bagi anak mereka karena anak tersebut sudah bisa
bicara. Berbicara dianggap sudah cukup bagi anak autistik untuk mengungkapkan
keinginan dan kemauan anak tersebut. Biaya yang cukup mahal juga menjadi
pertimbangan bagi mereka untuk tidak melanjutkan proses terapi pada anak
mereka. Ibu C mengatakan bahwa anaknya tidak perlu diberikan terapi lebih
lanjut, karena anak tersebut sudah masuk masa pubertas, yang penting adalah
anak tersebut ditemani oleh adik dan keluarga yang ada di rumah. Ibu anak
tersebut juga tidak berharap banyak atas anaknya, agar anak mampu mencapai
suatu prestasi akademik.
Berdasarkan fakta yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa ibu
8
Universitas Kristen Maranatha ABA. Ada yang memiliki sikap yang positif terhadap pelaksanaan intervensi
perilaku dengan menggunakan metoda ABA, dan adapula yang memiliki sikap
yang negatif. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
sikap ibu anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda
ABA.
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana sikap ibu anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi
perilaku dengan metoda ABA pada anak autistik di Komunitas Peduli Autis ‘X’
Bandung
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
sikap ibu anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan
metoda ABA pada Komunitas Peduli Autis ‘X’ Bandung.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran positif atau
negatifnya sikap ibu anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku
9
Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
Sebagai masukan dalam bidang psikologi sosial khususnya dan sebagai
pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai autisme dan terapi
perilaku dengan metoda ABA.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada para orangtua, mengenai sikap ibu anak
autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA pada
anak autistik agar dapat menjadi bahan pertimbangan saat orangtua akan
memilih metoda intervensi perilaku.
Memberi informasi kepada praktisi yang bergerak dalam bidang autisme
mengenai sikap ibu dari anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku
dengan metoda ABA pada anak autistik agar dapat membantu orangtua dalam
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan intervensi perilaku dengan
metoda ABA, serta memberikan bahan pertimbangan dalam menentukan
metoda intervensi yang tepat bagi anak.
Memberi sumbangan kepada Komunitas Peduli Autis ‘X’ berupa informasi
mengenai autisme dan penggunaan intervensi perilaku dengan metoda ABA
pada anak autistik agar dapat memberikan masukan kepada orangtua yang
10
Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir
Menurut DSM-IV, gangguan autisme dikelompokkan ke dalam tiga area yaitu gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, gangguan
kualitatif dalam bidang komunikasi, serta gangguan dalam perilaku, minat dan
kegiatan membentuk pola yang dipertahankan serta diulang-ulang. Perilaku
autistik digolongkan dalam dua kelompok yaitu perilaku eksesif (berlebihan) dan
perilaku yang defisit (berkekurangan). Perilaku eksesif adalah perilaku berlebihan
misalnya: tantrum (mengamuk), perilaku stimulasi diri seperti
mengepak-kepakkan tangan, berputar-putar. Perilaku defisit adalah perilaku yang
berkekurangan sampai ke tingkat tidak ada perilaku misalnya, gangguan bicara,
tidak mengerti makna suatu mainan, seperti bermain mobil-mobilan dengan
membalikkannya dan memutar rodanya hingga berjam-jam. (Handojo, 2003)
Setiap anak autistik memiliki gejala perilaku yang berbeda-beda.
Gejala-gejala tersebut kemudian dipakai untuk membedakan derajat autisme yaitu
gangguan autisme yang ringan sampai gangguan autisme yang berat. Perbedaaan
gejala yang tampak pada anak tentu akan membedakan apa dirasakan dan dihayati
oleh orangtua. Orangtua yang memiliki anak autistik berat menghayati bahwa
anak mereka mungkin tidak mampu berkembang sebagaimana anak lain, atau
bahkan berpikir bahwa anak mereka tidak akan pernah bisa hidup mandiri, selalu
memerlukan orang lain dalam kehidupan sehari-harinya seperti memakai baju
atau mandi sendiri. Kondisi anak autistik yang demikian tentu memerlukan
perhatian yang lebih, sementara orangtua juga harus memperhatikan anggota
11
Universitas Kristen Maranatha seseorang untuk mendampingi anak, disamping membutuhkan biaya, juga
memerlukan orang yang benar-benar mengerti dan memahami kebutuhan anak
autistik sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Dengan adanya berbagai
intervensi yang ditawarkan bagi anak berkebutuhan khusus tentu membawa
kelegaan tersendiri bagi orangtua yang memiliki anak autistik.
Saat ini dikenal berbagai macam terapi bagi anak autistik, salah satunya
dengan metoda ABA (Applied Behavior Analysis). Menurut Cooper, Heron, & Heward, metoda ABA merupakan metoda ilmiah dalam memperkuat perilaku yang wajar dan berguna dan menurunkan perilaku yang bermasalah (Behavioral
Intervention for Young Children With Autism, 1989). Menurut Hamilton, yang menjadi target perkembangan dari metoda ABA meliputi berbagai area
keterampilan, mencakup kemampuan dalam memberikan perhatian, imitasi,
bahasa, sosialisasi, self-help (kemampuan bantu diri), dan kemampuan akademis (Facing Autism, 2000)
Pertama adalah perhatian meliputi belajar bagaimana duduk di sebuah
kursi, mengurangi perilaku tantrum (mengamuk), melakukan kontak mata, dan mendengarkan instruksi. Kedua adalah kemampuan imitasi baik secara fisik
maupun verbal. Imitasi fisik dapat dilakukan dengan mengajarkan anak untuk
menirukan gerakan yang ditunjukkan oleh terapis. Imitasi verbal dapat dilakukan
dengan mengajarkan anak untuk menirukan suara. Ketiga adalah kemampuan
berbahasa mencakup dua aspek yaitu reseptif dan ekspresif. Ketika anak diajarkan
mengenai suatu benda yang memiliki nama, maka dikatakan reseptif, dan ketika
12
Universitas Kristen Maranatha diajarkan kemampuan bahasa ekspresif. Keempat adalah kemampuan sosial
mencakup hal-hal yang mendasar seperti memainkan dua buah mainan dengan
benar, memiliki inisiatif untuk berinteraksi, berbagi mainan dan pengalaman serta
menjalin persahabatan dengan orang lain. Kelima, kemampuan bantu diri
mencakup bagaimana memakai baju serta melepaskannya, kemampuan untuk
melakukan toiletting, memelihara diri, menjaga keselamatan, memasak dan membereskan rumah. Keenam adalah kemampuan akademis yang dimulai dengan
belajar mengenali bentuk, warna, huruf dan angka, yang kemudian dilanjutkan
dengan belajar membaca, menulis, mengeja, dan menghitung.
Pelaksanaan merupakan bagian penting dalam suatu proses terapi, dimana
pelaksanaan merupakan kegiatan yang dapat mempengaruhi tercapainya hasil
akhir dari suatu proses terapi. Menurut Ignatius Dharta Ranu Wijaya, S.Sos, seorang konsultan, pelaksanaan terapi dengan metoda ABA dapat dilihat dari
terapis, biaya serta teknik yang digunakan. Menurut Maurice (1996), beberapa teknik mendasar metoda ABA yaitu, siklus dari Discrete Trial Training yang dimulai dengan memberikan instruksi dan diakhiri dengan pemberian
reinforcement, shaping yaitu mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang semakin mendekati perilaku target, chaining yaitu mengajarkan suatu perilaku yang kompleks yang dipecah menjadi
aktifitas-aktifitas kecil yang disusun menjadi suatu rangkaian secara berurutan.
13
Universitas Kristen Maranatha Seluruh program dalam intervensi ini dapat berjalan dengan lancar
tergantung pada peran serta keluarga dan kerjasama orangtua dengan terapis dan
seluruh pihak yang menangani anak autistik. Ibu adalah orang yang memiliki
peran penting dalam kehidupan anak autistik sebagai anak berkebutuhan khusus.
Sebagian orangtua anak autistik menyerahkan penanganan anaknya secara penuh
kepada institusi pusat terapi atau sekolah khusus. Mereka tidak mau tahu dengan
urusan pendidikan anaknya, cukup menyediakan biaya serta sarana yang
dibutuhkan anaknya. Tetapi sebagian diantara mereka yang selalu ingin
mencampuri proses terapi yang tengah berlangsung, sehingga anak-anak autistik
terganggui. Kelancaran proses terapi menjadi sangat terganggu bahkan dapat
berhenti sama sekali. Kedua sikap ekstrim tersebut akan mempengaruhi kemajuan
terapi (Handojo, 2003). Kemajuan yang diperoleh dari terapi tersebut kemudian
akan mempengaruhi aspek kognitif ibu yaitu penilaian ibu terhadap metoda ABA,
yang dapat mempengaruhi aspek afektif ibu yaitu perasaaan senang atau tidak
senang dan kemudian mempengaruhi aspek konatif ibu, apakah ibu akan terus
melanjutkan proses terapi dengan metoda ABA atau apakah ibu akan
menghentikan proses pemberian terapi kepada anaknya. Ketiga komponen
tersebut akan berkembang menjadi sikap yang positif atau negatif. Sehingga dapat
dikatakan bahwa intervensi ini dapat terus berjalan atau tidak bergantung pada
bagaimana sikap ibu terhadap intervensi perilaku ini.
Sikap adalah organisasi yang relatif menetap dari proses-proses motivasi,
emosi, persepsi dan kognisi yang tertuju pada beberapa aspek tertentu dari dunia
14
Universitas Kristen Maranatha sikap adalah komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif terdiri
dari pengetahuan, pengalaman, pemikiran serta ide yang dimiliki oleh individu
terhadap objek tertentu. Ibu yang memiliki anak autistik memperoleh berbagai
informasi mengenai autisme dan terapi perilaku dengan metoda ABA, kelebihan
maupun kendala yang mungkin dialami dalam menjalankan metoda ini, dan lain
sebagainya. Sedikit banyaknya informasi yang diterima oleh ibu akan
mempengaruhi kognitif ibu. Sedikitnya informasi yang diperoleh ibu mengenai
metoda ABA akan mempengaruhi sikap ibu menjadi negatif terhadap metoda
ABA. Berbeda halnya dengan ibu yang menerima banyak informasi mengenai
metoda ABA, cenderung akan memiliki sikap yang positif. Di dalam komponen
kognitif juga terkandung keyakinan mengenai suatu hal. Keyakinan didapat dari
apa yang telah ibu lihat dan juga ketahui maupun alami sebelumnya. Berdasarkan
apa yang ibu lihat kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat
atau karakteristik umum dari metoda ABA. Keyakinan dapat terus berkembang,
melalui pengalaman, cerita orang lain, dan kebutuhan emosional kita akan
menjadi determinan utama dalam membentuk kepercayaan kita.
Ibu yang memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan terapis,
dimana terapis dianggap memiliki disiplin dan bertanggung jawab atas tugasnya
sebagai seorang terapis akan memberikan penilaian yang positif terhadap ibu dan
dapat berkembang menjadi keyakinan terhadap terapis ABA. Berbeda halnya
ketika ibu melihat bahwa terapis yang mengajar anaknya dengan tanpa disiplin,
dalam mengajar anak hanya untuk mengejar target pribadi semata. Di samping itu
15
Universitas Kristen Maranatha tersebut akan mempengaruhi komponen kognitif ibu terhadap terapis dan
mempengaruhi perasaan ibu terhadap terapis ABA dan ada kecenderungan dalam
diri ibu untuk tidak mau bekerjasama dengan terapis ABA.
Biaya terapi menjadi pertimbangan bagi banyak orangtua untuk
menerapkan metoda ABA terhadap anak autistik. Ibu yang mengatakan bahwa
tidak pernah mempermasalahkan biaya untuk proses terapi karena setelah
menerapkan metoda ABA ada pengalaman yang menyenangkan yang dirasakan
oleh ibu dimana ada perkembangan yang signifikan yang terjadi pada anaknya.
Hal tersebut kemudian membentuk suatu keyakinan yang positif pada ibu bahwa
biaya yang dikeluarkan sebanding dengan hasil yang ditampilkan oleh anak.
Berbeda halnya ketika ibu memiliki pengalaman selama menerapkan metoda
ABA tidak terdapat perubahan yang signifikan pada anak, padahal ibu sudah
mengeluarkan biaya dalam jumlah yang cukup banyak. Hal tersebut kemudian
akan berkembang menjadi suatu keyakinan yang negatif.
Ibu yang memiliki pengalaman yang menyenangkan setelah menerapkan
metoda ABA, dimana setelah menerapkan teknik yang ada pada metoda ABA
anak sudah dapat melakukan kontak mata atau memberikan respon ketika
diberikan suatu tugas dan semakin mandiri akan memberikan penilaian yang
positif terhadap teknik yang digunakan dalam metoda ABA. Hal tersebut
kemudian akan berkembang menjadi keyakinan yang positif terhadap penerapan
teknik yang ada dalam metoda ABA. Berbeda halnya ketika ibu merasakan bahwa
ketika menerapkan teknik yang ada dalam metoda ABA anak menjadi semakin
16
Universitas Kristen Maranatha ABA. Hal tersebut kemudian akan berkembang membentuk suatu keyakinan yang
negatif.
Komponen afektif menyangkut masalah emosi dan perasaan individu
berupa perasaan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu
objek tertentu. Ibu yang mengatakan bahwa menerapkan metoda ini sangat
berguna bagi anaknya maka akan membentuk perasaan suka atau senang terhadap
metoda ABA. Ibu yang memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan terapis
dan hal tersebut akan berkembang menjadi perasaan suka atau senang dengan
terapis yang mengajar anaknya. Berbeda halnya ketika ibu memiliki pengalaman
yang tidak menyenangkan dengan terapis dan membentuk pemikiran yang negatif
terhadap terapis ABA, kemudian pengalaman tersebut menimbulkan suatu
perasaan tidak suka atau senang terhadap terapis ABA.
Ibu yang merasakan kepuasan dengan menerapkan metoda ABA terhadap
anaknya, dimana biaya yang sudah dikeluarkannya untuk terapi sebanding dengan
hasil yang diperoleh yaitu perubahan perilaku pada anak. Hal tersebut akan
menimbulkan perasaaan yang menyenangkan terhadap biaya dalam pelaksanaan
metoda ABA. Berbeda halnya ketika biaya yang dikeluarkan oleh ibu, dirasakan
tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh, dimana tidak ada perkembangan
yang signifikan terhadap perilaku anak. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan
tidak menyenangkan terhadap biaya pelaksanaan metoda ABA.
Teknik yang dianggap oleh ibu sangat membantu dalam mengubah
perilaku anak, merupakan pengalaman yang menyenangkan terhadap teknik yang
17
Universitas Kristen Maranatha tersebut akan memberikan perasaan suka terhadap teknik yang digunakan dalam
metoda ABA. Berbeda halnya ketika teknik dianggap membuat anak semakin
‘kaku’ dan menjadi sulit untuk bersosialisasi, akan menimbulkan perasaan tidak
suka bagi ibu dalam menerapkan teknik yang ada dalam metoda ABA.
Komponen konatif berisi kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara tertentu. Bagaimana individu berperilaku dalam
situasi tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap situasi tersebut. Bila ibu memiliki kepercayaan bahwa
metoda ABA sangat berguna bagi anaknya dan membawa banyak perubahan
perilaku pada anaknya, kemudian ibu merasa senang dengan metoda ABA, maka
ibu akan cenderung untuk menerapkan metoda ini pada anaknya.
Ibu yang memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan terapis,
kemudian berkembang menjadi perasaan suka terhadap terapis, cenderung akan
mendukung terapis dalam mengajar anak, misalnya dengan memberikan
semangat, memberikan informasi secara lengkap terhadap terapis mengenai
perilaku anak di rumah dan kemungkinan ibu akan bersedia untuk bekerjasama
dengan terapis. Berbeda halnya ketika ibu memiliki pengalamn yang tidak
menyenangkan dengan terapis dan berkembang menjadi perasaan tidak suka
terhadap terapis, ibu cenderung tidak peduli, menyerahkan semua tanggung jawab
terhadap terapis.
Ibu yang merasakan kepuasan selama menerapkan terapi dengan metoda
ABA, dimana biaya yang sudah dikeluarkannya untuk terapi sebanding dengan
18
Universitas Kristen Maranatha kemungkinan akan mendorong kesediaan ibu untuk mengeluarkan sejumlah biaya
yang diperlukan selama proses terapi. Ibu yang merasa tidak puas akan
menimbulkan perasaan tidak senang atas sejumlah biaya yang telah dikeluarkan
oleh ibu, kemudian akan menimbulkan kecenderungan bagi ibu menolak untuk
mengeluarkan sejumlah biaya selama proses terapi karena tidak berdampak bagi
anak.
Selama menerapkan teknik-teknik yang ada dalam metoda ABA
membawa perubahan yang positif bagi anak akan menimbulkan perasaan suka
dalam menerapkan teknik yang ada dalam ABA, akan ada kecenderungan bagi ibu
untuk terus menerapkannya di luar sesi terapi atau selama di rumah. Ketika ibu
melihat setelah menerapkan teknik yang ada dalam metoda ABA perilaku anak
semakin kaku, dan kemudian menimbulkan perasaan tidak senang dalam
menerapkan metoda ini. Hal tersebut dapat menyebabkan ibu menolak untuk
menerapkan teknik metoda ABA pada anak.
Menurut Saifuddin Azwar (1995), adapun faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang signifikan bagi ibu,
dan media massa. Ibu yang merasakan pengalaman yang menyenangkan selama
menggunakan metoda ABA, yaitu terdapat perubahan perilaku yang signifikan
pada anaknya akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi ibu. Maka hal
tersebut akan mempengaruhi terbentuknya sikap ibu menjadi sikap yang positif
terhadap pelaksanaan terhadap intervensi perilaku dengan metoda ABA.
Sebaliknya ketika ibu memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan selama
19
Universitas Kristen Maranatha terhadap metoda ini dan hal tersebut akan mempengaruhi terbentuknya sikap ibu
menjadi sikap yang negatif terhadap intervensi perilaku dengan metoda ABA.
Seseorang yang dianggap penting oleh ibu akan mempengaruhi
pembentukan sikap ibu. Jika ibu mendapatkan informasi dari sesama ibu yang
memiliki anak autistik bahwa menerapkan metoda ABA pada anak akan membuat
anak seperti ‘robot’, akan membuat ibu merasa tidak senang dengan pelaksanaan
metoda ini. Akhirnya akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap pelaksanaan
intervensi perilaku dengan menggunakan metoda ABA.
Ibu yang mendapatkan informasi dari media massa seperti koran, televisi
dan lain sebagainya, bahwa dengan menerapkan metoda ini secara intensif pada
anak autistik dengan didapatkan hasil bahwa anak dapat kembali menjadi normal,
akan menimbulkan perasaan senang pada ibu. Hal tersebut dapat mempengaruhi
terbentuknya sikap ibu menjadi sikap yang positif terhadap intervensi dengan
metoda ABA.
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataaan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustrasi yang dialami oleh individu.
Misalnya prasangka, yang merupakan bentuk sikap negatif. Ibu yang berpikir
bahwa ia tidak mampu untuk mengasuh anak autistik, kemudian menyerahkan
anaknya ke pusat terapi untuk mendapatkan terapi dengan harapan dalam waktu
singkat anak akan memperlihatkan perubahan perilaku yang positif. Ternyata
dalam waktu tertentu anak belum menunjukkan perubahan perilaku yang
20
Universitas Kristen Maranatha atau suka dan dapat mempengaruhi sikap ibu menjadi sikap yang negatif terhadap
metoda ABA.
Adapun skema dari kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
1.5.1 Skema Kerangka Pemikiran Asumsi :
Sikap ibu terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda Applied
Behavior Analysis (ABA) dapat berbeda-beda yaitu positif atau negatif.
Sikap ibu terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA dapat
diukur melalui komponen-komponen sikap yaitu kognitif, afektif dan konatif
Sikap ibu terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA
terdiri dari sikap ibu terhadap terapis, biaya serta teknik yang digunakan. Penghayatan Ibu
Terhadap Metoda ABA
Pengalaman pribadi Pengaruh orang lain yang
signifikan Media massa Faktor emosional
SIKAP IBU
Kognitif Afektif Konatif
Sikap Positif
Sikap Negatif Anak Autistik
mendapatkan
21
Universitas Kristen Maranatha Sikap ibu terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA
dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkaan pembahasan mengenai sikap ibu terhadap pelaksanaan
intervensi perilaku dengan menggunakan metoda ABA di Komunitas Peduli Autis
“X” Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar ibu anak autistik di Komunitas Peduli Autis “X” Bandung
memiliki sikap yang negatif terhadap pelaksanaan intervensi perilaku yang
mencakup tiga aspek yaitu: terapis, biaya, serta teknik yang digunakan.
2. Terdapat dua faktor yang signifikan mempengaruhi sikap negatif ibu
terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan menggunakan metoda
ABA yaitu lamanya pelaksanaan metoda ABA di rumah, , serta harapan
ibu atas perubahan perilaku pada anak.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
Saran teoritis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
untuk meneliti mengenai sikap terapis terhadap orangtua dari anak autistik yang
Universitas Kristen Maranatha
73
5.2.2 Saran Praktis
Saran praktis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Disarankan kepada para orangtua, agar tetap melaksanakan metoda ABA
setelah sesi terapi selesai sesuai dengan porsi anak sehingga harapan atas
perubahan perilaku yang signifikan terhadap anak dapat tercapai.
2. Disarankan kepada para praktisi yang bergerak di bidang autisme dan
terapis agar dapat memberikan masukan kepada orangtua dalam upaya
untuk meningkatkan keterampilan orangtua sehingga diperoleh hasil yang
signifikan.
3. Disarankan kepada ibu anak autistik di Komunitas Peduli Autis ”X”
Bandung, untuk lebih mengkoreksi diri dalam melihat penyebab
ketidakberhasilan terapi dengan metoda ABA, misalnya dengan
memberikan informasi kepada terapis mengenai perilaku anak di rumah,
menerapkan kembali apa yang sudah diajarkan selama sesi terapi pada anak
di rumah, serta menjaga menu makanan anak bagi anak autistik yang
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Saifuddin, 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta
Cohen Donald J.,
1997.
Handbook of Autism and Pervasive Developmental
Disorders, Second Edition.
Handojo, Autisma 2003. Petunjuk praktis dan pedoman materi untuk mengajar anak
normal, autis dan perilaku lain.
Hamilton, Lynn M., 2000. Facing Autism, Colorado: Waterbrook Press
Krech, David, Richard S. Crutchfield, Egerton L.B.,
1962. Individual In Society,
Tokyo: Mc. Graw Hill Kogakusha, Ltd
Kaplan, RM., Dennis P. Saccuzzo. Psychological Testing: Principles, Applications,
and Issues. California : Brooks/Cole Publishing Co – Pacific Grove., Third Edition,
1993
Kaplan dan Saddock,
1997.
Sinopsis Psikiatri
(edisi ketujuh), Jakarta:Binarupa
Aksara
Maurice Catherine, 1996. Behavioral Intervention for Young Children with Autism.
PPDGJ III, 1993, Jakarta: Departemen Kesehatan Rl, Direktorat Jendral Pelayanan
Medik.
Quil, K.A ,1995. Teaching Children With Autism. New York: International Thomson
Publishing Company.
Siegel Bryna, 1996.
The World of Autistic Child: understanding and treating autistic
spectrum disorders
, New York Oxford University Press
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
www.balita-anda.indoglobal.com
www.nakita.co.id
Jurnal Percik Automatia, 2006