• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Faktur Pajak Dalam Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Dasar Perhitungan Pajak (Studi Kasus Pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Faktur Pajak Dalam Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Dasar Perhitungan Pajak (Studi Kasus Pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) atau bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai karena impor. Pengenaan pajak dilaksanakan berdasarkan sistem faktur sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat Faktur Pajak sehingga bukti transaksi penyerahan barang dan atau jasa itu yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak terutang.

Pembelian Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak atau pengimpor Barang Kena Pajak membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima bukti pungutan pajak. Pajak yang dibayar tersebut merupakan Pajak Masukan, sedangkan Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai. Pajak yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak ini dinamakan Pajak Keluaran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Peranan Faktur Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Terutang di PT. Kidung Agung Jaya Perkasa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis,yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan fakta yang ada, yang kemudian dikumpulkan, diolah, dan dianalisis. Dalam pengumpulan data, penulis juga membagikan kuesioner kepada beberapa karyawan di perusahaan. Daftar pertanyaan disajikan dalam bentuk pertanyaan yang dibedakan antara variabel independen dan variabel dependen.

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tersebut adalah besarnya Pajak Pertambahan Nilai terutang (PPN Kurang Bayar) Masa Pajak Desember 2005 adalah sebesar Rp 1.926.028,00. Hasil tersebut diperoleh dari membandingkan Pajak Keluaran sebesar Rp 17.389.673,00 dengan Pajak Masukan Rp 15.463.645,00. Pajak Pertambahan Nilai terutang akan disetor ke kas negara oleh PT. Kidung Agung Jaya Perkasa dengan mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) pada tanggal 9 Januari 2006.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Kidung Agung Jaya Perkasa sudah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik, dalam hal ini adalah dalam pembuatan dan penyetoran Faktur Pajak yang wajib dilakukannya apabila perusahaan melakukan penjualan produk kepada Pengusaha Kena Pajak lainnya, maka Faktur Pajak yang dibuat secara lengkap dan tepat sangat mendukung perusahaan sebagai dasar penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I Pendahuluan……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian……….………... 1

1.2 Identifikasi Masalah……… 4

1.3 Tujuan Penelitian……… 4

1.4 Kegunaan Penelitian……… 5

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis……… 5

1.6 Metode Penelitian……….. 8

1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian………. 9

BAB II Tinjauan Pustaka………... 10

2.1 Perpajakan……….. 10

2.1.1 Dasar Perpajakan……….….. 10

2.1.2 Definisi Pajak……… 10

2.1.3 Fungsi Pajak……….. 12

2.1.4 Asas-asas Pemungutan Pajak……… 13

(3)

2.1.5 Pengelompokan Pajak………... 13

2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak………. 15

2.2 Pajak Pertambahan Nilai……… 16

2.2.1 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai……… 16

2.2.2 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai………. 18

2.2.3 Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai……. 21

2.2.4 Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai………….. 22

2.2.5 Saat dan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang…. 27 2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai…………... 28

2.2.7 Faktur Pajak………... 31

2.2.7.1 Pengertian Faktur Pajak……….. 31

2.2.7.2 Fungsi Faktur Pajak……… 31

2.2.7.3 Jenis-jenis Faktur Pajak……….. 32

2.2.7.4 Saat (Batas Terakhir) Pembuatan Faktur Pajak 38 2.2.7.5 Penerbitan Faktur Pajak yang Tidak Tepat Waktu………. 39

2.2.7.6 Mekanisme Pembuatan Faktur Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak………... 39

2.2.7.7 Pembuatan Faktur Pajak dalam Hal Rincian Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak Tidak Tertampung dalam Satu Faktur Pajak……… 40

2.2.7.8 Mekanisme Pembetulan Faktur Pajak yang Hilang……… 41

(4)

2.2.7.9 Mekanisme Pembetulan Faktur Pajak yang Rusak atau Cacat atau Salah dalam Pengisian

atau Salah DalamPenulisan………. 42

2.2.8 Metode Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai……… 44

2.2.9 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai………. 45

2.2.10 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai… 46 2.3 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai……….. 48

2.3.1 Prosedur Pencatatan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai. 49 2.3.1.1 Prosedur Pencatatan Pembelian yang PPN-nya Dapat Dikreditkan maupun yang Tidak Dapat Dikreditkan……… 49

2.3.1.2 Prosedur Pencatatan Penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai Terutang……….. 53

2.3.1.3 Saat Perhitungan Pembayaran dan Pembuatan Laporan………. 57

BAB III Objek dan Metodologi Penelitian………. 58

3.1 Objek Penelitian………. 58

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………... 58

3.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan dan Uraian Tugas…... 59

3.2 Metode Penelitian……… 64

3.2.1 Jenis Data……….. 64

3.2.2 Sumber Data……….. 65

(5)

3.2.3 Metode Pengumpulan Data……… 65

3.2.4 Operasional Variabel………. 66

3.2.5 Penetapan Indikator Variabel……… 67

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan……… 69

4.1 Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Terutang Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000….. 69

4.1.1 Pajak Keluaran………... 70

4.1.2 Pajak Masukan………... 70

4.1.3 Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Terutang………. 71

4.2 Peranan Faktur Pajak……….. 73

4.3 Saat Pembuatan Faktur Pajak atas Perhitungan Pajak Terutang 76 4.4 Pengujian Hipotesis………... 79

4.4.1 Analisis Deskriptif………. 79

BAB V Kesimpulan dan Saran………. 84

5.1 Kesimpulan……… 84

5.2 Saran……….. 85

DAFTAR PUSTAKA……… 87

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem Pajak Pertambahan Nilai Secara Bertingkat……… 21

Tabel 3.1 Indikator Variabel……… 67

Tabel 4.1 Perhitungan PPN Keluaran………. 70

Tabel 4.2 Perhitungan PPN Masukan Masa Pajak yang Sama………... 71

Tabel 4.3 Daftar Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang……….. 72

Tabel 4.4 Data Hasil Jawaban Responden Kuesioner Variabel Independen….. 81

Tabel 4.5 Data Hasil Jawaban Responden Kuesioner Variabel Dependen……. 81

Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Variabel Independen……….. 82

Tabel 4.7 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Variabel Dependen……… 82

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Lampiran 2 Surat Setoran Pajak

Lampiran 3 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Lampiran 4 Faktur Pajak Standar

Lampiran 5 Kuesioner

(8)
(9)

Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

KUESIONER I PROFIL RESPONDEN

1. Nama : 2. Jenis kelamin

Pria Wanita

3. Pendidikan terakhir

SLTA

D I D II D III

S I S II S III

4. Lama bekerja di PT. Kidung Agung Jaya Perkasa < 1 th 1 – 3 th

3 – 5 th > 5 th

5. Jabatan saat ini :

Medan, Juni 2006

(24)

Dibawah ini adalah pertanyaan mengenai peranan Faktur Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai sebagai dasar perhitungan pajak pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa. Bapak/Ibu diharapkan untuk memberikan anggapan atas pertanyaan berikut

ini, dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban yang dianggap paling tepat. Keterangan :

Y = Ya

T = Tidak

KUESIONER II

UNTUK VARIABEL INDEPENDEN “FAKTUR PAJAK”

Indikator Pertanyaan Y T

1. Apakah Faktur Pajak sudah digunakan sebagai bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilai ?

2. Apakah dalam melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP sudah dicatat ke dalam Faktur Pajak secara tepat & lengkap?

3. Apakah Faktur Pajak juga dapat digunakan sebagai sarana pengkreditan Pajak Masukan? Bukti Pungutan

Pajak

4. Apakah Faktur-faktur Pajak yang digunakan lebih mempersulit pekerjaan ?

5. Apakah perusahaan telah mendapat Faktur Pajak setiap terjadi transaksi pembelian BKP/JKP ?

6. Apakah perusahaan telah menyimpan Faktur Pajak pembelian sebagai bukti pembayaran ? Bukti Pembayaran

7. Apakah bukti pembayaran dapat digunakan sebagai pengkreditan Pajak Masukan ?

8. Apakah Faktur Pajak yang dibuat sudah diperiksa kesesuaiannya dengan SPT Masa PPN ?

9. Apakah perusahaan selalu memenuhi kewajiban perpajakannya ?

Sarana Pengawasan Administrasi

(25)

11.Apakah perusahaan membuat Faktur Pajak Standar ?

12.Apakah Faktur Pajak yang dipergunakan sudah dibuat sekurang-kurangnya rangkap dua?

13.Apakah Faktur Pajak tersebut diberikan kepada bagian yang berkaitan ?

Faktur Pajak Standar

14.Apakah Faktur Pajak tersebut sudah memenuhi syarat disebut sebagai Faktur Pajak ?

15.Apakah perusahaan membuat Faktur Pajak Gabungan?

16.Apakah dengan adanya Faktur Pajak Gabungan, beban administrasi menjadi lebih ringan ?

17.Apakah Faktur Pajak Gabungan sama fungsinya dengan Faktur Pajak Standar ? Faktur Pajak

Gabungan

18.Apakah tata cara pembuatan Faktur Pajak Gabungan sesuai / sama dengan ketentuan pembuatan Faktur Pajak Standar ?

19.Apakah perusahaan pernah melakukan BKP/JKP kepada pembeli yang identitasnya tidak lengkap ?

20.Apakah perusahaan juga menjual BKP/JKP secara langsung kepada konsumen akhir ? 21.Apakah Faktur Pajak Sederhana dapat

digunakan sebagai dasar pengkreditan Pajak Masukan ?

22.Apakah Faktur Pajak Sederhana dapat disamakan fungsinya dengan Faktur Pajak Standar ?

Faktur Pajak Sederhana

(26)

KUESIONER III

UNTUK VARIABEL DEPENDEN “PERHITUNGAN PAJAK”

Indikator Pertanyaan Y T

1. Apakah perusahaan telah dikukuhkan sebagai PKP?

2. Apakah perusahaan telah melaporkan nomor seri ke KPP setempat ?

3. Apakah perusahaan telah memperhitungkan PPN Terutang Kurang Bayar / Lebih Bayar ? 4. Apakah perusahaan telah melunasi PPN

Terutang Kurang Bayar ? Pengusaha Kena

Pajak

5. Apakah perusahaan telah melaporkan PPN Terutang Kurang Bayar / Lebih Bayar ?

6. Apakah perusahaan menggunakan metode pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai ? 7. Apakah perusahaan juga memungut Pajak

Pertambahan Nilai dengan mekanisme Faktur Pajak ?

Metode

8. Apakah metode tersebut sangat membantu dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai ? 9. Apakah perusahaan menyetor kekurangan

pajak terutang apabila terjadi Kurang Bayar ? 10.Apakah perusahaan melakukan restitusi

terhadap kelebihan pembayaran pajak terutang ?

11.Apakah perusahaan mengkompensasikan kelebihan pembayaran pajak terutang ?

Hasil Perhitungan

12.Apakah perusahaan pernah terjadi pajak terutang nihil ?

13.Apakah perusahaan tepat waktu dalam melaporkan SPT Masa PPN ?

Pelaporan

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perekonomian Indonesia sekarang ini sedang berada dalam masa pemulihan sebagai akibat terjadinya resesi ekonomi beberapa waktu lalu. Salah satu bukti pemulihan tersebut yaitu adanya perusahaan-perusahaan baik swasta maupun pemerintah yang mulai bangkit dan berkembang. Perkembangan perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan dapat membawa kondisi perekonomian Indonesia kembali pulih seperti sediakala. Dengan demikian, maka perekonomian dan pembangunan Indonesia juga akan mengalami peningkatan.

Pemerintah berusaha untuk memulihkan stabilitas ekonomi dengan cara melaksanakan pembangunan dan perbaikan di segala bidang dengan menggunakan strategi yang tepat agar dapat tercapai pemerataan ekonomi sehingga hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Strategi tersebut haruslah bertitik tolak dari sumber ideologi bangsa yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Untuk dapat melaksanakan usaha pembangunan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan, pemerintah tentu saja memerlukan dana yang jumlahnya tidak sedikit bahkan bisa dikatakan sangat besar. Karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah memenuhi dana pembangunannya dengan memanfaatkan dua sumber dana penerimaan, yaitu penerimaan dalam

Universitas Kristen Maranatha

(28)

Bab I : Pendahuluan 2

negeri dan penerimaan luar negeri. Penerimaan dalam negeri berasal dari hasil ekspor dan penerimaan bukan pajak dan penerimaan pajak. Sedangkan penerimaan yang berasal dari luar negeri misalnya pinjaman luar negeri.

Pajak adalah salah satu sumber pendapatan negara yang paling potensial bagi kelangsungan pembangunan negara Indonesia karena penerimaan pajak meningkat seirama dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup suatu bangsa.

Salah satu jenis pajak yang mempunyai peranan besar dalam penerimaan pemerintah adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai jika pembeli membeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak maka pihak penjual akan memungut Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan tersebut, maka Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada waktu pembelian barang dagangan merupakan Pajak Masukan bagi pembeli tersebut, sedangkan sewaktu menjual Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak maka pihak penjual memungut Pajak Pertambahan Nilai yang merupakan Pajak Keluaran baginya. Walaupun Pajak Pertambahan Nilai nampaknya dikenakan beberapa kali pada setiap terjadi penjualan dan efek pajak bergandanya dapat dielimininasikan dengan adanya sistem pengkreditan pajak (Pajak Keluaran dikurang dengan Pajak Masukan) yang hasilnya dapat berupa Lebih Bayar atau Kurang Bayar yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai terutang tersebut akan diperhitungkan, disetor, dan dilaporkan dengan menggunakan with holding system.

(29)

Bab I : Pendahuluan 3

Sarana dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai adalah dengan adanya Faktur Pajak, yang terbagi atas Faktur Pajak Sederhana, Faktur Pajak Standar, maupun Faktur Pajak Gabungan. Faktur Pajak merupakan suatu bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak penjual karena adanya penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, dan dapat digunakan sebagai sarana untuk pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli.

Pajak Pertambahan Nilai merupakan hal yang penting dalam suatu kegiatan operasional perusahaan karena terdapat transaksi jual beli Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan apabila terjadi perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Dengan kegiatan Pajak Pertambahan Nilai, akan memberikan informasi bagi perusahaan untuk menghitung, membayar, dan meyetorkan Pajak Pertambahan Nilai terutang.

PT. Kidung Agung Jaya Perkasa merupakan suatu perusahaan yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang memiliki kewajiban untuk membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak dan membayar pajak yang terutang. Salah satu pajak yang terutang tersebut adalah Pajak Pertambahan Nilai. Jadi sebagai Wajib Pajak yang mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak, PT. Kidung Agung Jaya Perkasa juga wajib memperhitungkan Pajak Kurang Bayar atau Lebih Bayar, melunasi pajak kurang bayar dan melaporkannya.

(30)

Bab I : Pendahuluan 4

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis memilih penelitian skripsi ini dengan judul “Peranan Faktur Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Dasar Penghitungan Pajak”.

1.1 Identifikasi Masalah

Setelah meneliti lebih mendalam terhadap apa yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa sudah sesuai dengan ketentuan peraturan per-Undang-Undangan perpajakan yang berlaku?

2. Seberapa besar peranan faktur pajak sebagai dasar penghitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah seperti yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai pada perusahaan sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Faktur Pajak sebagi dasar penghitungan Pajak Pertambahan Nilai terutang.

(31)

Bab I : Pendahuluan 5

1.3 Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai masalah yang dikemukakan di atas sangat berguna dan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak, diantaranya :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat mengenai pelaksanaan dan sistem pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dapat menerapkannya dalam operasi perusahaan.

2. Bagi pihak-pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber pemikiran dan pengetahuan ataupun sebagai sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menaruh minat tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis dalam bidang perpajakan, khususnya Pajak Pertambahan Nilai. Selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti sidang sarjana lengkap Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

1.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor

(32)

Bab I : Pendahuluan 6

produksi pada setiap jalur proses produksi. Tarif perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang terutang berdasarkan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) sudah diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 18 Tahun 2000, pasal 7, yaitu :

(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).

(3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).

Untuk menentukan Kurang Bayar (KB) atau Lebih Bayar (LB) Pajak Pertambahan Nilai suatu perusahaan, maka digunakan mekanisme Pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu membandingkan antara Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK). Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean dan atau impor Barang Kena Pajak. Sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak.

(33)

Bab I : Pendahuluan 7

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar atau Kurang Bayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak atau Lebih Bayar yang dapat direstitusi atau diminta kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

Dengan terjadinya transaksi-transaksi jual beli dalam perusahaan, maka perusahaan mengadakan pembukuan, dengan menggunakan metode akuntansi. Dengan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dapat dengan lebih jelas menyampaikan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai. Selain itu juga dengan akuntansi, dapat memberikan gambaran keadaan perusahaan dan menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai memberikan informasi yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban penyelenggaraan pembukuan dan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa perhitungan Pajak Pertambahan Nilai memerlukan perangkat yang dapat menjamin bahwa perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang ada telah dilakukan perhitungan dengan baik dan tepat. Perangkat tersebut adalah suatu bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu Faktur Pajak.

(34)

Bab I : Pendahuluan 8

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dapat diperoleh dari transaksi-transaksi penjualan dan pembelian yang tercatat dalam Faktur Pajak dan laporan dari penjualan. Salah satu kegunaan Faktur Pajak adalah sebagai bukti baik bagi Pengusaha Kena Pajak atau penjual maupun bagi pembeli bahwa kedua belah pihak telah melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana mestinya, terutama pada pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dan pada waktu ada pemeriksaan oleh petugas pajak. Oleh karena itu, pembuatan Faktur Pajak yang benar dan baik secara formal maupun material akan mendukung penghitungan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan adanya Faktur Pajak, diharapkan para pemakainya dapat menggunakannya sebagai dasar penghitungan Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merumuskan hipotesa sebagai berikut:

“Bahwa terdapat peranan Faktur Pajak yang signifikan sebagai dasar penghitungan Pajak Pertambahan Nilai terutang.”

1.5 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mencari kerangka referensi dan landasan teori baik dalam buku, peraturan-peraturan, majalah, maupun jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan ide penelitian termasuk dari

(35)

Bab I : Pendahuluan 9

media internet yang kemudian menjadi dasar kriteria dalam membahas masalah yang ditemukan dalam penelitian lapangan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data empiris yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan informasi yang penting dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang berkompeten dari perusahaan, guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dalam penyusunan skripsi ini.

d. Kuesioner, yaitu dengan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh penulis, sehingga diperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

1.6 Lokasi dan Lamanya Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa yang berlokasi di Jalan Gn. Krakatau Nomor 197F, Medan mulai dari bulan Maret 2006 sampai dengan bulan Mei 2006.

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan terhadap PT. Kidung Agung Jaya Perkasa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. PT. Kidung Agung Jaya Perkasa yang dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak yang bergerak di bidang usaha perdagangan, maka atas penyerahan Barang Kena Pajak harus membuat Faktur Pajak. Pembuatan Faktur Pajak (FP) Standar atas penyerahan Barang Kena Pajak untuk masa pajak Desember 2005 dikenakan Pajak Keluaran (PK) sebesar Rp 17.389.673,00 untuk Faktur Pajak Standar kepada pihak lain yang bukan pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Dalam masa pajak ini tidak ada transaksi untuk retur penjualan, jadi tidak terdapat Pajak Pertambahan Nilai yang dapat mengurangi Pajak Keluaran PT. Kidung Agung Jaya Perkasa, sedangkan total Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp 15.463.645,00. Dari jumlah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan dalam masa pajak ini maka perusahaan harus melaporkan PPN Kurang Bayar dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai Desember 2005 sebesar Rp 1.926.028,00 dan PT. Kidung Agung Jaya Perkasa juga akan menyetor Pajak Pertambahan Nilai terutang dengan membuat Surat Setoran Pajak (SSP) pada tanggal 9 Januari 2006 ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Universitas Kristen Maranatha

(37)

Bab V : Kesimpulan dan Saran 85

2. Dengan diberlakukannya Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak, maka Faktur Pajak ini sangat berperan sebagai dasar penghitungan Pajak Pertambahan Nilai terutang.

5.1 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak manajemen perusahaan, yaitu :

1. Perusahaan atau Wajib Pajak sebaiknya meningkatkan pengetahuan mengenai peraturan-peraturan perpajakan, khususnya mengenai pembuatan faktur pajak untuk menghindari keterlambatan pelaporan setiap bulannya dan kesalahan pengisian faktur pajak sehingga dapat memperlancar kegiatan atau jalannya perusahaan.

2. Pembuatan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai diharapkan lebih teliti agar tidak sering melakukan pembetulan terutama jumlah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan serta nomor seri faktur yang sering terjadi salah ketik. Pembetulan yang terlalu sering akan menimbulkan kecurigaan dan dapat dilakukan pemeriksaan oleh fiskus.

3. Penyetoran atau pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terutang, PT. Kidung Agung Jaya Perkasa diharapkan tidak terlambat atau tidak lebih dari 15 (lima belas) hari setelah masa pajak berakhir, karena dengan keterlambatan tersebut akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(38)

Bab V : Kesimpulan dan Saran 86

4. Pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai diharapkan tidak terlambat karena akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 50.000,00. Keterlambatan ini terjadi karena kelalaian Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.

5. Perusahaan perlu untuk mengikuti terus perkembangan peraturan perpajakan di Indonesia yang terus menerus diperbaiki agar dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo, R.S., Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung, 1991.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-128/PJ./2004 Tentang Faktur Pajak Sederhana.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-312/PJ./2001 Tentang Dokumen-Dokumen Tertentu yang Diperlakukan Sebagai Faktur Pajak Standar.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-433/PJ./2002 Tentang Faktur Pajak Standar.

Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2001, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002. Sukardji, Untung., Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta,1999.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.52/1995 Tentang Faktur Pajak Gabungan.

Undang-Undang Pajak Tahun 2000, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Waluyo, Perpajakan Indonesia : Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Universitas Kristen Maranatha

Referensi

Dokumen terkait

Anda akan melihat bahwa Anda harus menggunakan literatur untuk menjelaskan penelitian Anda - setelah semua, Anda tidak menulis tinjauan literatur  hanya untuk memberitahu pembaca

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB hingga triwulan III-2016, Pembentukan Modal Tetap Bruto menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,38 poin, diikuti

Pengaruh struktur kepemilikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial CRS disclosure pada laporan tahunan perusahaan: studi empiris pada perusahaan publik yang tercatat di

Berdasarkan hasil dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pertandingan quarter final Yonex Sunrise Hongong Open 2015 melawan Chen Long, Lee Chong Wei berhasil

Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak di MAS Babun Najah, guru menggunakan metode diskusi dan ceramah dengan menggunakan LKS maka guru akan membagikan tugas pada

Hasil penentuan pengaruh massa adsorben terhadap adsorpsi ion Fe 2+ dikembangkan dari metode yang dilakukan oleh Dede (2010), dilakukan pada konsentrasi adsorbat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung hipotalamus sapi ke dalam pakan pellet berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan pertumbuhan bobot benih

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.) di Tanah Ultisol dengan Penambahan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Nenas.. Dibimbing oleh