• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica Juncea L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica Juncea L.)."

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh Eka Puji Lestari Universitas Sanata Dharma

Industri tahu selalu menghasilkan limbah cair yang melimpah, apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, namun jika dikelola dengan baik akan menguntungkan. Air limbah tahu memiliki kandungan unsur hara yaitu Pb, Ca, Fe, Cu dan Na. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan caisim (Brassica juncea L.) dalam berbagai konsentrasi.

Sampel yang digunakan adalah tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Pada penelitian ini terdapat 50 tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) di dalam polibag dengan diberikan dosis air limbah cair yang berbeda-beda yaitu 10%, 20% dan 30%. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konsentrasi air limbah tahu. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Anova dan dilanjutkan dengan menggunakan test Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan level 5% significant.

Hasil perhitungan Uji One Way Anova diperoleh p value (sig) = 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING WASTE WATER BREACURD TOWADRS GROWTH CAISIM PLANT (Brassica juncea L.)

By

Eka Puji Lestari Sanata Dharma University

Tofu industry always make many the influence water, if it is not treat will distract the environment, but if it is treated will make some profit. Waste water has some nutrient such as Pb, Ca, Fe, Cu and Na. This research is an experimental reseacrh that is purposed to know the effect of the giving waste water to the growth of Caisim (Brassica juncea L.) in some concentration.

The sample that is used is Sawi Caisim plant (Brassica juncea L.). in this research there are 50 sawi Caisim plants (Brassica juncea L.) in polybag with some dose of waste water thatis different as 10%, 20%, and 30%. The independent variable in this research is the concentration of waste water. The dependent variable in this research is the higher of plant, the number of leaves of leaf, the weight of wet weight and the weight of dry. The data that is found is analyzed using Anova test and continued using Duncan Multiple Range Test (DMRT) with 5% level of significant.

This result of Anova Test is found p value (sig) = 0,002 < 0,05 then H0 is rejected and H1 is accepted so it can be summarized that there is true differences of the higher of plant and number of leaf in every treatments. The dose that is more optimal in the growth of plant is waste water 200 ml. The order growth of sawi caisim plant (Brassica juncea L.) is waste water 20%, 30%, 10%, EM4 and kontrol.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh: Eka Puji Lestari

111434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh: Eka Puji Lestari

111434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Cukup Allah sebagai penolong kami. Dan dia adalah sebaik

-baiknya pelindung” –

QS Ali Imran : 173

Kupersembahkan buat : Ayah dan Ibuku,

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Agustus 2015 Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Eka Puji Lestari NIM : 111434031

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Agustus 2015

Yang menyatakan,

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Air Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, khususnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan karunia serta kekuatan yang luar biasa sehingga saya dapat melalui masa-masa pembuatan skripsi.

2. Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Kaprodi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan petunjuk dan arahan dalam pembuatan skripsi.

5. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan, dorongan serta semangat dalam pembuatan skripsi.

6. Luisa Diana Handoyo, M.Si. dan Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran guna memperbaiki skripsi saya menjadi lebih baik.

7. Kedua orang tua saya Ayah Maryanto dan Ibu Kasiyem atas segala pengorbanan, doa serta dukungan penyemangat yang telah diberikan kepada saya selama ini.

(11)

viii

9. Bapak dan Ibu Dosen sera seluruh staff Program Pendidikan Biologi Sanata Dharma Yogyakarta.

10.Sahabat saya yang luar biasa yaitu Hana Tri Pratiwi dan Eka Nurvidianti yang selalu ada untuk saya, memberikan semangat, bantuan, motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi.

11.Pak Slamet dan mas Ari yang telah membantu dalam penelitian skripsi. 12.The gank “Kebun Anggur” yaitu Ricca, Lia Wuryan, Chyntia, Reni, Ervin,

Claudia, Mega, bang Jimmy dan Thomas yang telah membantu dan memberikan semangat dari awal penelitian hingga selesai.

13.Salma Yunita, Lia Aprilia, Agnes Ria, Nining, Fenti A, Ancis dan teman-teman “VIRION” Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2011 yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan bantuannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca diterima dengan terbuka demi perbaikan skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Yogyakarta, 11 Agustus 2015 Penulis

(12)

ix ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh Eka Puji Lestari Universitas Sanata Dharma

Industri tahu selalu menghasilkan limbah cair yang melimpah, apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, namun jika dikelola dengan baik akan menguntungkan. Air limbah tahu memiliki kandungan unsur hara yaitu Pb, Ca, Fe, Cu dan Na. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan caisim (Brassica juncea L.) dalam berbagai konsentrasi.

Sampel yang digunakan adalah tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Pada penelitian ini terdapat 50 tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) di dalam polibag dengan diberikan dosis air limbah cair yang berbeda-beda yaitu 10%, 20% dan 30%. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konsentrasi air limbah tahu. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Anova dan dilanjutkan dengan menggunakan test Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan level 5% significant.

Hasil perhitungan Uji One Way Anova diperoleh p value (sig) = 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata tinggi tanaman dan jumlah daun pada antar perlakuan. Dosis yang paling optimal pertumbuhannya adalah air limbah tahu 20%. Urutan pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yaitu air limbah tahu 20%, 30%, 10%, EM4 dan kontrol.

(13)

x ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING WASTE WATER BREACURD TOWADRS GROWTH CAISIM PLANT (Brassica juncea L.)

By

Eka Puji Lestari Sanata Dharma University

Tofu industry always make many the influence water, if it is not treat will distract the environment, but if it is treated will make some profit. Waste water has some nutrient such as Pb, Ca, Fe, Cu and Na. This research is an experimental reseacrh that is purposed to know the effect of the giving waste water to the growth of Caisim (Brassica juncea L.) in some concentration.

The sample that is used is Sawi Caisim plant (Brassica juncea L.). in this research there are 50 sawi Caisim plants (Brassica juncea L.) in polybag with some dose of waste water thatis different as 10%, 20%, and 30%. The independent variable in this research is the concentration of waste water. The dependent variable in this research is the higher of plant, the number of leaves of leaf, the weight of wet weight and the weight of dry. The data that is found is analyzed using Anova test and continued using Duncan Multiple Range Test (DMRT) with 5% level of significant.

This result of Anova Test is found p value (sig) = 0,002 < 0,05 then H0 is rejected and H1 is accepted so it can be summarized that there is true differences of the higher of plant and number of leaf in every treatments. The dose that is more optimal in the growth of plant is waste water 200 ml. The order growth of sawi caisim plant (Brassica juncea L.) is waste water 20%, 30%, 10%, EM4 and kontrol.

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Batasan Penelitian... 4

D. Tujuan Penelitian... 4

(15)

xii BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Tahu... 6

B. Tanaman Sawi Caisim... 9

1. Klasifikasi Tanaman Sawi Caisim... 9

2. Morfologi Tanaman Sawi Caisim... 10

3. Kandungan Tanaman Sawi Caisim... 12

4. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Caisim... 12

5. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sawi Caisim... 14

6. Manfaat Tanaman Sawi Caisim... 22

C. Pupuk Cair... 24

D. Effective Microorganisme 4 (EM4)... 25

E. Mengukur Pertumbuhan Tanaman... 26

F. Nutrisi untuk Pertumbuhan... 28

G. Penelitian yang Relevan... 32

H. Kerangka Berpikir... 33

I. Hipotesa... 33

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 34

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 34

C. Alat dan Bahan... 34

D. Cara Kerja... 35

1. Penelitian di Lapangan... 35

2. Pengamatan di Laboratorium... 39

E. Rancangan Penelitian... 39

F. Desain Penelitian... 41

G. Teknik Pengumpulan Data... 41

(16)

xiii BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil... 43

B. Pembahasan... 52

C. Keterbatasan dalam Penelitian... 72

BAB V. IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN... 73

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 76

B. Saran... 76

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Limbah Cair Tahu... 8

Tabel 2. Kandungan Tanaman Sawi Caisim... 12

Tabel 3. Makronutrien... 29

Tabel 4. Mikronutrien... 30

Tabel 5. Uji Anova Tinggi Tanaman... 45

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Sawi Caisim... 10

Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Caisim... 44

Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim... 47

Gambar 4. Berat Basah Pada Beberapa Perlakuan... 50

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar... 80

Lampiran 2. Tabel Pengamatan... 88

Lampiran 3. Hasil Pengamatan... 92

Lampiran 4. Uji Statistik... 94

Lampiran 5. Silabus... 102

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 108

Lampiran 7. Kisi-kisi Penulisan Soal Postest... 130

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri tahu merupakan salah satu industri pengolahan berbahan baku kedelai yang penting di Indonesia. Tahu merupakan makanan yang sangat dikenal dan dinikmati oleh banyak masyarakat Indonesia. Industri tahu umumnya dikerjakan secara tradisional dan dimiliki oleh pengusaha kecil dan menengah. Di samping keberadaannya yang sangat penting, industri tahu juga mempunyai dampak yang cukup penting terhadap lingkungan terutama masalah limbahnya (Suprapti, 2005).

Kegiatan industri termasuk industri tahu selalu menghasilkan limbah apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, namun jika dikelola dengan baik akan menguntungkan. Oleh karena itu, pengusaha industri tahu harus menyadari dampak negatif akibat kegiatan usahanya. Bau busuk dari sisa-sisa protein menjadi amoniak, dapat menyebar melalui aliran ke seluruh penjuru hingga mencapai radius beberapa kilometer. Air limbah yang meresap ke dalam tanah dapat mencemari sumur-sumur disekitarnya dan air limbahnya yang dibuang ke selokan secara langsung dapat mencemari sungai, saluran irigasi maupun air untuk keperluan yang lain.

(21)

penggumpalan. Limbah ini sebagian besar dimanfaatkan para pembuat tahu untuk diolah menjadi tempe gembus dan pakan ternak, ada pula yang diolah menjadi tepung ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan roti kering. Sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses perendaman, pencucian, perebusan, pengempresan dan pencetakan. Hampir dari seluruh proses ini menghasilkan limbah yang berupa cairan yang berakibat tingginya limbah tahu. Melimpahnya limbah cair dihasilkan dari proses produksi menjadi salah satu alasan pengolahan limbah cair tahu karena limbah cair tahu mengandung bahan-bahan organik yang masih sangat tinggi seperti karbohidrat, protein, lemak, kalium dan sebagainya. Selain itu juga memiliki BOD dan COD yang cukup tinggi. Jika limbah tersebut langsung dibuang melalui saluran air maka akan mencemari lingkungan. Industri tahu memerlukan suatu pengolahan ataupun pemanfaatan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan seperti pencemaran air dan udara.

(22)

Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Manfaat caisim sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan (Sunarjono, 2004).

Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang keberhasilan tanaman adalah masalah pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik ataupun anorganik. Sistem budidaya sayuran secara umum di Indonesia termasuk sawi masih memanfaatkan pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi dan peptisida dari bahan-bahan anorganik sintesis dan secara intensif. Hal ini disebabkan oleh pemahaman bahwa semakin banyak menggunakan pupuk anorganik akan semakin baik, ditambah lagi dengan fakta bahwa pada tanaman sayuran terdapat banyak hama dan penyakit yang apabila tidak dikendalikan akan menurunkan hasil secara signifikan. Namun tanpa disadari cara-cara ini ternyata menghasilkan akibat sampingan yang sangat merugikan bagi lingkungan dan kesehatan. Meskipun pupuk anorganik mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, namun jika diberikan secara terus menerus kepada tanah akan menyebabkan akumulasi unsur hara tertentu pada tanah yang nantinya akan merusak agregat tanah yaitu adanya pemadatan.

(23)

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi Caisim (Brassica juncea L.) dalam berbagai konsentrasi ?

2. Berapakah konsentrasi yang paling optimal dalam pertumbuhan tanaman sawi caisim ?

C. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :

 Varietas sawi yaitu sawi caisim yang didapatkan dari Toko Pertanian.

 Air Limbah Tahu didapatkan dari produksi tahu Pak Toni. Konsentrasi

yang digunakan adalah 10%, 20% dan 30%.

 Parameter pertumbuhan yang diamati dan dianalisis adalah tinggi

tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering.

D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

(24)

2. Mengetahui konsentrasi yang paling optimal dalam pertumbuhan tanaman sawi caisim.

E. Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan keilmuan bagi peneliti, dapat mengetahui pengaruh dari pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi.

2) Bagi Masyarakat

Sebagai pengetahuan bagi masyarakat, khususnya upaya pemanfaatan air limbah tahu untuk pertumbuhan tanaman sawi yang berguna untuk meningkatkan penanaman sayuran.

3) Bagi Dunia Pendidikan

(25)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Tahu

Tahu merupakan salah satu produk olahan biji kedelai yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat, karena harganya murah dan mudah didapatkan. Pembuatan tahu umumnya dilakukan oleh industri kecil atau industri rumah tangga.

Kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu merupakan salah satu jenis tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung protein, kalori, mengandung vitamin B dan kaya akan mineral. Protein yang terkandung dalam 100 gram kedelai mencapai 35-45 gram (Kafadi, 1990).

Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya sehingga terbentuk padatan protein. Pada pembuatan tahu diperlukan air yang banyak, karena hampir semua tahapan pada pembuatan tahu memerlukan air. Limbah dari proses pembuatan tahu yaitu berupa cairan dan ampas tahu yang berupa padatan (Rossiana, 2006).

(26)

pembuatan tahu yaitu tahap pertama pemilihan keledai, kedelai yang berkualitas baik dipilih dan dibersihkan dari kotoran dan kedelai yang rusak sebelum direndam. Tahap kedua, pencucian dan perendaman kedelai dalam air bersih selama 8-12 jam dengan tujuan untuk melunakkan struktur seluler kedelai agar mudah digiling dan membersihkan dispersi dan mendapatkan suspensi bahan padat kedelai yang lebih baik pada waktu penggilingan. Selain itu, perendaman juga dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai. Tahap ketiga, kedelai dikupas dan dilakukan penggilingan dengan penambahan air antara 8-10 kali berat kedelai. Penggunaan air panas 80-1000C dapat menonaktifkan enzim lipoksigenase penyebab bau langu. Tahap keempat, bubur kedelai selanjutnya disaring dan filtratnya dimasak. Pemasakan bertujuan untuk mengurangi bau langu dan menonaktifkan tripsin inhibitor, meningkatkan daya cerna, penggumpalan protein, serta menambah keawetan produk. Hasil penyaringan kedelai adalah limbah padat tahu. Tahap yang kelima yaitu penggumpalan, penggumpalan dilakukan dengan penambahan zat penggumpal. Zat penggumpal yang digunakan adalah asam cuka, larutan asam laktat, larutan CaCl2 atau CaSO4 (Purwaningsih, 2007).

Namun, yang paling banyak digunakan oleh para produsen tahu adalah asam cuka (CH3COOH). Asam cuka atau asam asetat yang ada di pasaran

(27)

diperas atau dipress, kemudian dipotong-potong. Biasanya tahu direbus kembali sebelum dipasarkan.

Berdasarkan proses pembuatan tahu, limbah tahu sebagian besar berupa limbah cair. Limbah tersebut mengandung berbagai senyawa dan asam. Sebagian limbah cair yang dihasilkan merupakan bentuk cairan kental dari proses penggumpalan tahu dan penyaringan produk selama pengolahan yang disebut whey. Jika limbah ini tidak ditangani dengan benar maka limbah ini akan mencemari lingkungan. Didalam whey tersebut terkandung asam-asam organik yang berbau asam-asam. Selain itu, juga mengandung mikroorganisme yang merugikan seperti Esherichia sp. yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Di dalam whey atau cairan tahu juga mengandung banyak mineral, contohnya P, K, Ca, Mg, Na, Fe dan Zn. Selain itu mengandung gula dengan kadar yang rendah yaitu berkisar 0,7-0,9% (Warisno dan Dahana, 2009).

Jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan sebesar 43,5-45 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai (Lisnasari, 1995). Kandungan limbah cair tahu yaitu :

Tabel 1. Kandungan Limbah Cair Tahu

Senyawa Kadar (mg/L)

Pb 0,24

Ca 34,1

Fe 0,19

Cu 0,12

(28)

B. Tanaman Sawi Caisim

Tanaman sawi merupakan tanaman dikotil berbentuk perdu dengan sifat pertumbuhan dwi musim. Di Indonesia dikenal 3 jenis sawi yaitu sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L., Var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki batang pendek, tegak dan berdaun lebar berwarna hijau keputih-putihan, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau tua, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1994).

Di antara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan Cina.

1) Klasifikasi Tanaman Sawi Caisim

Caisim merupakan tanaman yang cukup baik gizinya. Dalam klasifikasi, sawi caisim digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliosida (Berkeping dua/dikotil) Ordo : Capparales

(29)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea (L.) (Saparinto, 2012).

Gambar 1. Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)

2) Morfologi Tanaman Sawi Caisim

Tanaman caisim mempunyai morfologi tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun morfologi tanaman caisim yaitu :

a) Akar

(30)

b) Batang

Tanaman sawi caisin memiliki batang pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 1994).

c) Daun

Daun tanaman sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada yang sempit, ada yang berkerut-kerut (keriput), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang atau pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah-pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi membuka. Disamping itu, daun juga memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang (Rukmana, 1994).

d) Bunga

Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai kelopak daun, empat hela daun mahkota bunga berwarna kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 1994).

e) Buah dan Biji

(31)

berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman, berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman (Rukmana, 1994).

3) Kandungan Gizi Tanaman Sawi Caisim

Tanaman sawi caisin mengandung beberapa gizi yang sangat penting untuk tubuh. Kandungan gizi tersebut seperti pada tabel 2 : Tabel 2. Kandungan Gizi per 100 gram Sawi

Kandungan Gizi Per 100 gram Sawi

Kalori : 22 kalori Besi : 2,90 mg Protein : 2,30 gram Vitamin A : 969,00 Sl Lemak : 0,30 gram Vitamin B1 : 0,09 mg Karbohidrat : 4,00 gram Vitamin B2 : 0,10 mg Serat : 1,20 gram Vitamin B3 : 0,70 mg Kalsium : 220,50 mg Vitamin C : 102,00 mg Fosfor : 38,40 mg Vitamin K : 419,3 mg

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979

4) Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Caisim a) Iklim

(32)

Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Tanaman sawi hijau (caisim) memerlukan energi matahari yang tinggi (Cahyono, 2003).

Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60C dan siang harinya 21,10C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya antara 270-320C (Rukmana, 2007).

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar 80%-90%. Tanaman sawi tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik (Cahyono, 2003).

b) Tanah

(33)

Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir, dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) yang tinggi (Rumana, 2007).

Sifat biologis tanah yang baik untuk tanaman sawi adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus), dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

5) Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sawi Caisim a. Hama Pada Tanaman Sawi Caisim

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman sawi caisim adalah :  Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn)

(34)

kadang-kadang bersifat pemangsa diantara sesama jenis (kanibal), lama daur hidup hama ini 6-8 minggu.

Tanaman inang utama adalah famili Cruciferae, juga tomat serta berbagai jenis sayuran lainnya, karena bersifat pemangsa (pemakan) segala jenis tanaman sayur (polifag). Menyerang hebat di musim kemarau.

Gejala serangan ulat tanah : tanaman atau tangkai daun menjadi rebah karena dipotong pada pangkalnya.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara non-kimiawi ataupun kimiawi. Pengendalian secara non-kimiawi adalah mengumpulkan ulat tanah dan membunuhnya langsung, serta menjaga kebersihan lahan atau kebun dari rumput liar dan sisa-sisa tanaman agar tidak menjadi sarang hama tersebut. cara kimiawi adalah menggunakan pestisida yang efektif (mangkus), antara lain insektisida yang mengandung bahan aktif Tri-klorfor misalnya Dipterex 95 SP, dengan dosis sesuai dengan anjuran yang tertera pada kemasan (Rukmana, 1994).

 Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)

Ciri-ciri : imagonya berwarna ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda “tiga berlian” yang

(35)

hama ini ± 21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam hari. Stadium hama yang palung membahayakan adalah larva (ulat). Larva ini terdiri atas tiga instar, ukuran yang paling besar sebesar 1 cm.

Tanaman inang utama hama Plutella adalah tanaman kubis-kubisan seperti petsai, sawi, kobis-krop, kubis-bunga, brocoli, dan lain-lain.

Gejala serangannya : daun berlubang-lubang kecil dan jika serangan berat tinggal tulang-tulang daunnya saja. Bila ulat Plutella tersentuh, akan menggeliat dan menjatuhkan diri dengan alat bantu benang sutra yang dibentuknya. Serangan yang berat dan hebat biasanya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian non-kimiawi terdapat hama ini dapat dilakukan secara kultur teknik (pergiliran tanaman yang bukan sefamili

(36)

 Ulat Jengkal (Chysodeixis chalcites Esp dan C. orichalcea L.)

Ciri-ciri : ngengat berwarna gelap dan berwarna bintik-bintik keemasan berbentuk “Y” pada sayap depan. Telurnya berukuran

kecil berwarna keputih-putihan dan diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok pada daun tanaman inang. Ulat (larva) berwarna hijau dan garis-garis putih disisinya. Ciri khas ulat jengkal adalah cara jalannya seperti sedang menjengkal. Daur hidup hama ini dari telur menjadi kupuu-kupu berlangsung selama 18-24 hari.

Tanaman inang utama hama ini adalah famili Cruciferae, dan juga tanaman sayuran lainnya karena bersifat polifag.

Gejala serangannya : daun sawi menjadi rusak berlubang-lubang, sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi.

(37)

b. Penyakit Pada Tanaman Caisim

Penyakit utama yang menyerang tanaman sawi adalah :  Bercak Daun (Alternaria brassicae (Berk.) Sacc)

Penyebabnya adalah cendawan, yang terdapat terbawa oleh biji dan dapat tertinggal pada sisa-sisa tanaman.

Gejala serangan penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak-bercak berwarna hitam kelabu-gelap yang meluas dengan cepat, lambat laun membentuk bercak bulat bergaris tengah ± 1 cm. Pada kondisi lingkungan yang lembab, jamur ini tampak seperti bulu-bulu halus kebiru-biruan di pusat bercak dan terdapat cincin sepusat dalam bercak tersebut. Bila bercak-bercak berwarna hitam (gelap) maka penyebabnya adalah A. brasicicola (Schw.) Wiltsh.

(38)

 Busuk Hitam (Xanthomonas campestris Down)

Penyebab (patogen) penyakit ini adalah bakteri yang mampu bertahan hidup pada biji kubis-kubisan, tanah, tanaman inang maupun sisa-sisa makanan yang sakit.

Gejala serangannya : diawali dengan infeksi pada pori-pori air (hidapoda) dalam ujung-ujung tepi daun, kemudian menyebabkan tepi daun berubah warna menjadi hijau menjadi kuning (klorosis) yang meluas ke beberapa bagian tengah daun. pada tulang daun terlihat garis kehitaman, kemudian meluas pada bagian pelepah daun dan batang, akhirnya daun menjadi luruh (rontok). Penyakit ini dapat menyebabkan busuk kering bila serangannya terjadi dalam keadaan lembab, dan karena serangan jasad sekunder dapat berubah menjadi busuk basah serta mengeluarkan bau yang tidak enak.

(39)

 Busuk Lunal Erwinia carotovora (Jones) Holland atau E.

carotorova pv. Carotovora (jones) Dye

Penyebab (patogen) penyakit ini adalah bakteri yang mempunyai sifat dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman.

Gejala serangannya : terjadi bercak busuk basah berwarna coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, maupun kepala telur (krop). Bercak membesar dan mengendap (melekuk) bentuknya tidak teratur. Bila keadaan lingkungan (iklim) lembab dan suhu udara relatif tinggi , tingkat serangan penyakit meningkat dan bercak-bercaknya menjadi warna krem atau kecoklatan seta agak berbutir-butir halus.

Serangan berat biasanya terjadi pada pertanaman sawi di musim hujan, namun di musim kemarau pun, kadang-kadang terjadi serangan memfatal. Untuk mengurangi serangan penyakit ini, cara pengendalian non-kimiawi antara lain memperbaiki drainase tanah, yakni dengan cara memperdalam selokan ± 40 cm, dan mencabut tanaman yang terserang untuk secepatnya dimusnahkan (Rukmana, 1994).

 Akar Pekuk (Plasmodiophora brassica Wor)

(40)

bantuan air (irigasi), alat-alat pertanian, bibit tanaman, binatang, tanaman inang (famili Cruciferae).

Gejala serangannya dapat diamati pada bagian akar bawah permukaan tanah maupun tanaman di atas permukaan tanah. Pada akar tanaman yang terserang biasanya terjadi pembengkakan yang bentuk dan ukurannya tidak beraturan mirip gada. Tanaman di atas permukaan tanah tampak layu, terutama pada siang hari. Meskipun pada malam harinya segar kembali, namaun lambat laun pertumbuhan menjadi kerdil dan akhirnya akan mati.

Pengendalian penyakit akar pekuk dapat dilakukan secara terpadu, yaitu meliputi : perlakuan perendaman benih dengan larutan ekstrak umbi ataupun daun bawang putih 8% selama 2 jam, sterilisasi media semai dengan cara di kukus atau menggunakan fungisida, pengapuran tanah dengan bahan kapur pertanian (Kaptan, Dolomit, Zeloit/Zeagro, dll), sebanyak 2-4 ton/hektar pada 15-30 hari sebelum tanam (Rukmana, 1994).

 Rebah Semai atau Rebah Kecambah (damfing off)

Penyebabnya adalah cendawan Rhizoctonia solani Ikuhn dan Phytium sp.

(41)

permukaan tanah bercak-bercak berwarna coklat sampai hitam dan mengecil, sehingga bibit menjadi rebah.

Pengendaliannya adalah menggunakan persemaian yang bebas patogen penyakit tersebut, dan juga melakukan sterilisasi media persemaian (Rukmana, 1994).

6) Manfaat Tanaman Sawi Caisim

Tanaman caisim mengadung barbagai macam manfaat yang baik untuk tubuh manusia. Manfaat yang terdapat di tanaman bayam, antara lain :

a. Mencegah Resiko Penyakit Jantung

Tanaman sawi sangat beragam khasiatnya bagi kesehatan seperti mencegah diabetes, antianemia, dan mencegah pengeroposan tulang. Tanaman sawi dengan kandungan vitamin C sangat baik untuk mencegah penyakit jantung. Tanaman sawi juga mengandung niasin (vitamin B3), yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dan meningkatkan kadar kolesterol baik. Niasin berfungsi meningkatkan sistem peredaran darah.

(42)

pertahanan tubuh melawan luka pada sistem peredaran darah. Vitamin K dalam sayuran sawi juga dapat mencegah penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke serta mencegah pengerasan pembuluh darah (Kaleka, 2013).

b. Anti Kanker

Tanaman sawi merupakan sayur antikanker prostat, payudara, usus besar, paru-paru, saluran kandung kemih, dan ginjal. Konsumsi 3 porsi sayur sawi dapat menurunkan resiko kanker prostat dibanding hanya 1 porsi perminggu. Konsumsi sayur sawi sebanyak 1-2 porsi perhari mampu menurunkan resiko kanker payudara sebesar 20-40% (Kaleka, 2013).

c. Antikolesterol Jahat

Tanaman sawi mengandung antioksidan alamiah seperti vitamin C dan betakaroten. Semuanya sangat baik untuk mencegah kolesterol, penyakit jantung, dan menghambat terjadinya oksidasi kolesterol LDL.

Antioksidan sangat penting untuk melindungi lapisan dalam pembuluh darah terhadap serangan radikal bebas yang membentuk lapisan karat lemak yang menyumbat pembuluh darah.

(43)

saluran usus akan mengikat prosuk akhir kolesterol, yaitu asam empedu, dan mengeluarkannya bersama tinja (Kaleka, 2013).

C. Pupuk Cair

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Simanungkalit, 2006). Menurut Yuliarti (2009) pupuk oganik merupakan hasil akhir dari penguraian bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang (makhluk hidup) misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan lain sebagainya. Agar dapat disebut sebagai pupuk organik, pupuk yang dibuat dari bahan alami tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:

 Zat N harus dalam bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah

diserap oleh tanaman

 Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik didalam tanah  Mempunyai kadar C organik yang tinggi seperti hidrat arang

Pupuk organik memiliki banyak keunggulan, antara lain:  Dapat memperbaiki struktur tanah

 Memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap

 Ramah lingkungan

(44)

 Mampu menyerap dan menampung air lebih lama dibanding dengan

pupuk anorganik

 Membantu meningkatkan julah mikroorganisme pada media tanaman,

sehingga dapat meningkatkan unsur hara pada tanaman (Pranata, 2004). Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara, oleh sebab itu pupuk cair dapat disemprotkan pada daun. Keuntungan dari penggunaan pupuk organik cair, kita dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman (Yuliarti, 2009).

D. Effective Microorganisme 4 (EM4)

(45)

produk-produk dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan misalnya EM-4, orgaDec, M-Dec, Probion, dan lain-lain. EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp), Actinomycetes sp, Streptomicetes sp, dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembuatan tahu (Utomo, 2007 ). EM-4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya:

 Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah

 Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanah.

 Mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan.  Membersihkan air limbah dan meningkatkan kualitas air pada

perikanan.

 Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan meningkatkan

produksi tanaman serta menjaga kestabilam produksi (Utomo, 2007).

E. Mengukur Pertumbuhan Tanaman

(46)

mengukur tinggi tanaman, dan jumlah daun. Tolak ukur yang digunakan sebagai berikut :

a) Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik tanaman (Fahrudin, 2009).

b) Jumlah Daun

Daun merupakan organ tanaman tempat mensistensis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak dan hasilnya lebih banyak juga (Fahrudin, 2009).

c) Berat Basah

Berat basah adalah berat suatu tanaman setelah panen. Berat basah masih mengandung kadar air dari tanaman sawi caisim. Setiap sampel ditimbang pada saat setelah panen menggunakan timbangan analitik. d) Berat Kering

(47)

mengindikasikan pola tanaman mengakumulasi produk dari proses fotosintesis. Cara mengukur berat kering tanaman (dikeringkan dengan oven) adalah tanaman yang akan diukur berat keringnya, dikeringkan terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam amplop, kemudian diberi label (identitas) yang jelas. Oven dinyalakan disetting 800C, tanaman di dalam amplop dimasukkan ke dalam oven dengan posisi “berdiri”.

Tanaman yang sudah kering diambil kemudian ditimbang. Lakukan 3 kali pengulangan penimbangan, kemudian lakukan kalibrasi setiap kali penimbangan. Berat kering yang benar jika angka dari hasil pengulangan penimbangan konstan. Setelah didapatkan berat kering, tanaman bisa disimpan di dalam inkubator.

F. Nutrisi untuk Pertumbuhan

Nutrisi adalah unsur yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman atau tumbuhan dapat dilacak antara lain dari komposisi kimia penyusun suatu tanaman atau tumbuhan tersebut, karena sebagian besar massa organik suatu tumbuhan berasal dari CO2 udara, juga tergantung pada kandungan nutrien tanah dalam bentuk air dan mineral. Komposisi tumbuhan terdiri atas :

 95% berupa bahan organik, dalam bentuk karbohidrat (termasuk sellulosa

(48)

Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi, tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak sehat. Nutrisi yang terlalu sedikit atau yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah. Berdasarkan jumlah kebutuhan nutrisi tumbuhan, maka dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Makronutrien

Makronutrien adalah elemen-elemen yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah banyak, yaitu nitrogen, kalsium, potasium, sulfur, magnesium, dan fosfor.

Tabel 3. Makronutrien

Unsur Bentuk yang

tersedia bagi tumbuhan

Fungsi Utama

Karbon (C) CO2 Komponen utama dari senyawa

organik

Oksigen (O) CO2; H2O Komponen utama dari senyawa

organik Hidrogen

(H)

H2O Komponen utama dari senyawa

organik

Nitrogen (N) NO3; NH4 Komponen dari asam nukleat,

protein, hormon, klorofil, dan koenzym

(49)

Unsur Bentuk yang tersedia bagi tumbuhan

Fungsi Utama

Fosfat (P) H2PO4; HPO4 Komponen dari asam nuleat,

fosfolipid, ATP dan beberapa koenzym

Kalium (K) K Kofaktor dalam sintesis protein, mengatur keseimbangan air, membuka dan menutup stomata Kalsium (Ca) Ca Pembentukan, pembuatan, dan

kestabilan dinding sel, mengatur struktur dan preabilitas membn, aktivator beberapa enzim, regulator respon sel terhadap stimulus

Magnesium (Mg)

Mg Komponen dari klorofil, aktivator enzim

2) Mikronutrien

(50)

Tabel 4. Mikronutrien

Unsur Bentuk yang tersedia bagi tumbuhan

Fungsi Utama

Klor (Cl) Cl Diperlukan pada tahap penguraian air dalam fotosintesis, mengatur keseimbangan air

Besi (Fe) Fe Komponen dari sitokrom,

aktivator beberapa enzim

Boron (B) H2BO3 Kofaktor dalam sintesis klorofil,

terlibat dalam transport karbohidrat dan sintesis asam nukleat

Mangan (Mn)

Mn Aktif dalam pembentukan asam amino, aktivator beberapa enzim, diperlukan dalam tahapan penguraian air dalam fotosintesis Seng (Zn) Zn Aktif dalam pembentukan asam

amino, aktivator beberapa enzim Kuprum (Cu) Cu Komponen dari banyak enzim,

reaksi redoks dan biosintesis lignin

Molybdunum (Mo)

MoO4 Essensial untuk fiksasi nitrogen,

kofaktor dalam reduksi nitrat

(51)

harus berada dalam rentan dimana nutrien dapat dilepaskan dari molekul tanah. Ketiga, suhu tanah harus berada dalam rentan dimana pengambilan nutrien oleh tanah terjadi. Suhu, pH dan kelembaban optimum untuk tiap spesies tumbuhan berbeda. Hal ini menyebabkan nutrien tidak dapat dipergunakan oleh tumbuhan meskipun nutrien tersebut tersedia di dalam tanah. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor internal tetapi juga ditentukan oleh faktor eksternal. Unsur hara essensial adalah unsur-sur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat (Fadli, 2013).

G. Penelitian yang Relevan

(52)

tahu adalah konsentrasi 10% adalah 94,06%, konsentrasi 20% adalah 325,70% dan konsentrasi 30% adalah 176,11%. Sedangkan pada limbah cair tahu adalah konsentrasi 10% adalah 41,26%, konsentrasi 20% adalah 64,34% dan konsentrasi 30% adalah 1,76% (Asmoro, 2008).

H. Kerangka Berpikir

Air limbah tahu diketahui memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman antara lain Pb, Ca, Fe, Cu dan Na. Kandungan unsur-unsur tersebut, dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian fermentasi cair air limbah tahu sebagai pupuk pada tanaman sawi caisim dapat menjadi tambahan kebutuhan unsur hara sehingga tanaman sawi caisim dapat tumbuh secara optimal.

I. Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1) Air limbah tahu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassic a juncea L.).

(53)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu untuk pertumbuhan tanaman sawi caisim. Adapun variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut :

1) Variabel kontrol : Benih tanaman sawi, media tanam, umur tanaman, dan waktu penyiraman

2) Variabel bebas : Konsentrasi air limbah tahu yaitu 10%, 20% dan 30% 3) Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman sawi meliputi tinggi tanaman,

jumlah daun, berat basah dan berat kering.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada April-Juni 2015 yang pelaksanaannya dilakukan di Kebun Anggur Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Laboratorium Pusat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Alat dan Bahan

(54)

mineral, pH meter, gelas ukur dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman caisim (Brassica juncea L.), air limbah tahu, EM4, tanah, air, peptisida organik, tetes tebu, katul, tanah bambu, air dan alumunium foil.

D. Cara Kerja

1. Penelitian di Lapangan a) Penanaman Sawi

1) Persemaian Tanaman Sawi Caisim

Penelitian di lapangan di mulai dengan persemaian. Persemaian dilakukan pada tanggal 15 April 2015 dengan menanam benih tanaman caisim (Brassica juncea L.) pada polybag ukuran 25x25 cm. Media tanam yang digunakan berupa tanah. Media semai atau tempat persemaian sebelum di tanam benih disiram air terlebih dahulu hingga lembab. Setelah itu, benih disebarkan pada polybag yang sudah diisi dengan media tanam.

2) Pengolahan Lahan dan Media Tanam (Tanah)

(55)

Pengolahan media tanam dilakukan pada tanggal 25-26 April 2015. Pengolahan media tanamnya (tanah) berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Polybag yang digunakan untuk mengisi media tanam berukuran 35x35 cm.

3) Pemindahan Bibit (Penanaman)

Pemindahan bibit dilakukan pada tanggal 1 Mei 2015. Setelah tanaman sawi caisim tumbuh, dipilih tanaman yang seragam sebanyak 50 tanaman dan dipindahkan ke dalam polybag yang telah disiapkan. Tanaman sawi yang dipilih tinggi dan jumlah daunnya harus sama agar pada saat perlakuan tanaman yang digunakan seragam pertumbuhannya.

4) Aklimatisasi

Aklimatisasi dilakukan selama 6 hari, mulai dari pemindahan bibit tanaman sampai diberikan perlakuan air limbah tahu. Aklimatisasi dilakukan untuk memberikan penyesuaian atau adaptasi terhadap tanaman setelah pemindahan ke polybag. 5) Penyisipan

(56)

6) Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan dilakukan pada tanggal 7 Mei 2015. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontrol (air), air limbah tahu (dosis berbeda-beda), dan pupuk cair EM4. Setiap perlakuan terdapat 10 replikasi tanaman, sehingga seluruh tanaman sebanyak 50 tanaman.

7) Pemeliharaan  Penyiraman

Penyiraman air limbah tahu dilakukan pada hari Senin dan Kamis yaitu pukul 16.00-17.00 WIB secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan gelas ukur dan gayung.

 Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar polybag maupun lahan tanam.

 Pencegahan Hama

Usaha untuk mencegah serangan hama dilakukan dengan menyemprotkan peptisida organik “PESONA” PT. Natural Nusantara dengan konsentrasi yang telah dianjurkan.

8) Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

(57)

seminggu 2 kali pengukuran. Pengukuran dilakukan setiap hari selasa dan jumat. Data yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun pada masing-masing perlakuan.

9) Panen

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 32 hari setelah tanam.

b) Pembuatan Mol

Langkah kerja sebagai berikut : menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. Menimbang katul sebanyak 2 kg dan tanah bambu sebanyak 2 kg. Masukkan tetes tebu sebanyak 2 botol dan tambahkan air sebanyak 120 liter, kemudian aduk hingga tercampur. Tutup rapat-rapat dan didiamkan hingga ± 1 minggu, kemudian siap digunakan.

c) Fermentasi Air Limbah Tahu

(58)

fermentasi air limbah tahu siap digunakan untuk penyiraman. Fermentasi air limbah tahu dibuat sekali untuk selama penyiraman.

2. Pengamatan di Laboratorium a. Penimbangan Berat Basah

Setelah selesai panen maka tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) ditimbang menggunakan timbangan analitik. Penimbangan dilakukan pada setiap masing-masing perlakuan kemudian dicatat hasilnya kedalam tabel.

b. Berat Kering Tanaman

Tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yang telah dijemur di bawah sinar matahari kemudian di oven selama 48 jam. Sebelum di oven, tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dibungkus terlebih dahulu dengan menggunakan alumunium foil setiap perlakuan dan berikan label pada masing-masing perlakuan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pada saat penimbangan dan pendataan. Setelah 48 jam, tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) diangkat dan kemudian ditimbang pada timbangan analitik. Penimbangan ini dilakukan sampai berat sawi konstan.

E. Rancangan Penelitian

(59)

berkelompok atau Randomized Complete Blok Design (RCBD). Adapun kombinasi perlakuan yaitu 3 perlakuan, sebagai berikut :

 Kelompok 1 : Kontrol

K = 1000 ml air  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

 Kelompok 2 : Air Limbah Tahu

Konsentrasi 10% = 100 ml/liter 100 ml/tanaman dilakukan setiap hari

senin dan kamis.

Konsentrasi 20% = 200 ml/liter  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari

senin dan kamis.

Konsentrasi 30% = 300 ml/liter  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari

senin dan kamis.

 Kelompok 3 : EM4 (Kontrol positif)

EM4 = 10 ml/liter  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

Jumlah replikasi (blok) = 10 replikasi Jumlah plot (blok) = 5 plot

Jumlah seluruh plot = 50 plot Jumlah tanaman/plot = 10 tanaman Jumlah seluruh tanaman = 50 tanaman

(60)

F. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini yaitu menggunakan 3 perlakuan. Perlakuan yang digunakan air limbah tahu dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 10%, 20% dan 30%. Konsentrasi 10% diperlukan 100 ml/liter. Konsentrasi 20% diperlukan 200 ml/liter. Konsentrasi 30% diperlukan 300 ml/liter. Jadi, pada ini setiap tanaman mendapatkan 100 ml setiap kali menyiram. Perlakuan air limbah tahu menggunakan 10 replikasi setiap konsentrasi, sehingga semua replikasi yang digunakan pada perlakuan air limbah tahu adalah 30 replikasi untuk 3 konsentrasi yang berbeda. Penyiraman dilakukan 2 kali seminggu yaitu hari Senin dan Kamis.

G. Teknik Pengumpulan Data

(61)

selesai yaitu dilakukan diakhir penelitian. Tanaman dibersihkan kemudian ditimbang sebelum lalu, penimbangan berat basah tanaman dilakukan dengan menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan dan memberikan label (tanda) agar memudahkan dalam penimbangan. Sedangkan untuk berat kering, tanaman dikeringkan selama 2 hari dibawah sinar matahari. Kemudian, dilakukan pengovenan pada tanaman sawi caisim. Sebelum di oven, tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dibungkus terlebih dahulu dengan menggunakan alumunium foil setiap perlakuan dan berikan label pada masing-masing perlakuan. Tanaman sawi yang telah di oven, kemudian di timbang sampai berat tanaman konstan.

H. Analisis Data

Setelah data diperoleh untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan signifikan maka dilakukan pengujian. Pengujian data dilakukan dengan Uji Anova. Uji Anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak. Syarat untuk melakukan Uji anova adalah Uji Normalitas (Test of Normality) dan Uji Homogenitas (Test of Homogeneity of variance). Jika dari hasil Uji Anova menunjukkan bahwa data berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Uji Duncan atau dikenal juga dengan

(62)

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut ini adalah hasil dari pengamatan pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.)

dari hari ke-0 sampai hari ke-32. Setiap perlakuan terdapat 10 replikasi tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Dalam penelitian ini, parameter yang digunakan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman. Penyiraman perlakuan dilakukan setiap hari Senin dan hari Kamis. Pengukuran tanaman dilakukan seminggu 2 kali yaitu setiap hari Selasa dan hari Jumat. Selain pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun, terdapat pengukuran lain yaitu pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah setiap perlakuan.

1. Morfologi Tanaman a) Tinggi Tanaman

(63)

Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Pada Beberapa Perlakuan

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh perlakuan air limbah tahu 20% yaitu 31,59 cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yaitu 23,41 cm. Apabila ditinjau secara keseluruhan pada perlakuan gambar diatas, maka perlakuan air limbah tahu 20% tinggi tanaman sawi caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Urutan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30%, Air Limbah Tahu 10%, EM4 dan Kontrol. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pada tinggi tanaman caisim.

(64)

Tabel 5. Uji Anova Tinggi Tanaman ANOVA

TinggiTanaman

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups

510.753 4 127.688 4.995 .002

Within Groups 1150.258 45 25.561

Total 1661.011 49

Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Anova. Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident 95% (0,05).

(65)

menunjukkan p value (sig) = 0,955 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 1. Dari uji homogenitas, menunjukkan bahwa p value (sig) = 0,013 < 0,05 maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah tidak sama (tidak homogen).

Berdasarkan uji analisis varian pada tabel 5, menunjukkan bahwa p value (sig) adalah 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada tinggi tanaman antar perlakuan. Pada uji ANOVA ini, data dikatakan signifikan apabila p value (sig) < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah tidak terdapat perbedaan antara Air Limbah Tahu dengan EM4 dan kontrol, sedangkan H1 adalah perbedaan antara tinggi tanaman dengan Air Limbah Tahu.

(66)

b) Jumlah Daun (helai)

Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya pengaruh jumlah daun (helai) antara beberapa perlakuan yaitu perlakuan kontrol, Air Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30% dan EM4. Pengaruh antar perlakuan tersebut dapat dilihat pada kurva dibawah ini :

Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Sawi Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah daun serta penurunan jumlah daun pada setiap perlakuan tanaman sawi caisim. Penurunan jumlah daun terjadi pada pengamatan tanggal 15 Mei 2015. Penurunan jumlah daun ini terjadi pada semua perlakuan yaitu kontrol, Air Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30% dan EM4. Setelah pengamatan pada tanggal tersebut, jumlah daun mengalami peningkatan atau pertambahan kembali. Pada pengamatan terakhir yaitu pada tanggal 29 Mei 2015, jumlah

0 2 4 6 8 10 12

(67)

daun tertinggi diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 20% yaitu 9,9. Sedangkan jumlah daun terendah diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 30%.

Jika dillihat dari kurva diatas, dapat diketahui bahwa pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) memiliki hasil yang berbeda-beda sehingga hasil kurvanya pun naik turun.

Pada perhitungan dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 6. Uji Anova Jumlah Daun

ANOVA JumlahDaun

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups

33.680 4 8.420 4.883 .002

Within Groups 77.600 45 1.724

Total 111.280 49

Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogrorov-Smirnov, Uji homogenitas, dan Uji Anova. Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident 95% (0,05).

(68)

data menunjukkan p value (sig) = 0,448 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan Air Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 20%, dan Air Limbah Tahu 30%, data menunjukkan p value (sig) = 0,375 > 0,05 , p value (sig) = 0,303 > 0,05 dan p value (sig) = 0,49 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada perlakuan EM4, data menunjukkan p value (sig) = 0,809 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 2, dari uji homogenitas, menunjukkan bahwa p value (sig) = 0,999 > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah sama (homogen). Kemudian, untuk menguji adanya perbedaan antar perlakuan dilakukan menggunakan Uji One Way Anova menggunakan SPSS versi 16.0 dengan level confident 95% (0,05).

(69)

Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari jumlah daun pada masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 2, dimana hasil Uji Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan Air Limbah Tahu 20% menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 30%, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik terhadap jumlah daun adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20%.

c) Berat Basah

Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan berat basah pada setiap perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. Berat Basah Pada Beberapa Perlakuan

(70)

Gambar 4 menunjukkan adanya perbedaan berat basah pada setiap perlakuan. Berat basah tertinggi diperoleh pada perlakuan Air Limbah Tahu 20%. Hal ini dibuktikan pada perlakuan Air Limbah Tahu 20% diperoleh hasil berat basah yaitu 908 gram, sedangkan berat basah terendah diperoleh pada perlakuan EM4 yang memperoleh hasil berat basah hanya mencapai 421 gram. Urutan berat basah dari yang tertinggi hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30%, Air Limbah Tahu 10%, Kontrol dan EM4.

d) Berat Kering

Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan berat kering pada setiap perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 5. Berat Kering Pada Beberapa Perlakuan

(71)

Gambar 5 menunjukkan adanya perbedaan berat kering pada setiap perlakuan. Penimbangan berat kering tanaman sawi dilakukan dengan menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan. Berat kering tertinggi diperoleh pada perlakuan Air Limbah Tahu 20%. Hal ini dibuktikan pada perlakuan Air Limbah Tahu 20% diperoleh hasil berat kering yaitu 76 gram, sedangkan berat basah terendah diperoleh pada perlakuan EM4 yang memperoleh hasil berat basah hanya mencapai 29 gram. Urutan berat basah dari yang tertinggi hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30%, Kontrol, Air Limbah Tahu 10% dan EM4.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, dilakukan terhadap tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dengan menggunakan perlakuan air limbah tahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Dalam penelitian ini, terdapat 50 polybag tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.), dimana setiap perlakuan terdapat 10 replikasi. Perlakuan yang dilakukan adalah kontrol, air limbah tahu 10%, air limbah tahu 20%, air limbah tahu 30%, dan EM4. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering.

(72)

tanggal 1 Mei 2015. Perlakuan dilakukan pertama kali pada tanggal 7 Mei 2015. Tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dipanen pada umur 32 hari sejak tanaman sawi dipindahkan ke dalam polybag. Pemanenan dilakukan pada tanggal 2 Juni 2015.

Air limbah tahu yang digunakan untuk penyiraman sebelumnya dilakukan fermentasi terlebih dahulu. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan mol yang telah dibuat sebelumnya. Perbandingan yang gunakan yaitu 1:1, dimana setiap botol mineral terdapat 500 ml air limbah tahu : 500 ml mol. Fermentasi ini dilakukan hanya dalam 1 hari bisa langsung digunakan untuk penyiraman.

Pengujian data dilakukan dengan Uji Anova. Uji Anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak. Syarat untuk melakukan Uji nova adalah Uji Normalitas (Test of Normality) dan Uji Homogenitas (Test of Homogeneity of variance). Jika dari hasil Uji Anova menunjukkan bahwa data berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Uji Duncan atau dikenal juga dengan Duncan Multile Range Test (DMRT) merupakan uji lanjut dari statistik jika sampel data dari Uji Anova menunjukkan data berbeda secara statistik.

1. Morfologi Tanaman A Tinggi Tanaman

(73)

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik tanaman (Fahrudin, 2009).

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 20% yaitu 31,59 cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yaitu 23,41 cm. Apabila ditinjau secara keseluruhan pada perlakuan gambar 2, maka perlakuan Air Limbah Tahu 20% tinggi tanaman sawi caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Urutan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30%, Air Limbah Tahu 10%, EM4 dan Kontrol. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pada tinggi tanaman caisim.

Gambar

Tabel 1. Kandungan Limbah Cair Tahu......................................................
Gambar 1. Tanaman Sawi Caisim..............................................................
Tabel 1. Kandungan Limbah Cair Tahu
Tabel 2. Kandungan Gizi per 100 gram Sawi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui pengaruh pupuk organik cair limbah jerami padi dan limbah cangkang telur ayam terhadap pertumbuhan tanaman dilihat dari tinggi dan berat basah

Penggunaan pupuk organik adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah yang telah rusak dan meningkatkan hasil produksi tanaman.Salah satu

Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung guna mendorong pertumbuhan tanaman,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Trichokompos serasah jagung dan mendapatkan dosis yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

Perlakuan 100% KL dan 125% KL ditambah 3 g/L pupuk daun pada berat basah memperlihatkan hasil yang tinggi, hal tersebut dikarenakan adanya pemberian pupuk daun yang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Pupuk Cair dari Limbah Cair Produksi Mocaf Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea

Pemberian pupuk organik cair POC limbah cair tahu dengan perlakuan 160 ml merupakan hasil terbaik pada semua parameter tinggi tanaman, laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, laju

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh limbah cair tahu yang dapat menambah unsur hara tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tanaman