Natalia Woro Kesuma B ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi penampilan fisik dengan persepsi dukungan sosial teman sebaya pada remaja perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu remaja perempuan berusia 14 s/d 16 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 108 orang yang duduk di kelas X SMA. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik yang dibuat oleh peneliti. Reliabilitas skala dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik yaitu 0,908 dan 0,878. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment Correlation dengan nilai r = 0,285 dan p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik pada remaja perempuan
Kata kunci : dukungan sosial, persepsi penampilan fisik, remaja perempuan
Natalia Woro Kesuma B ABSTRACK
This research had purposes to see the relationship between social support and physical appearance perception among girls. This research used quantitative correlation method. Subject of this research was girls who 14 until 16 years old. The number of subjects were 108 girls sitting in class X senior high school. Data of this research came from social support scale and physical appearance percept ion scale which made by writer. The reability of this scale were 0,908 and 0,878. Data were analyzed using Pearson Product Moment Correlation with r = 0,285 and p = 0,001. Result of this analysis showed that there was a positive relationship between social support and physical appearance perception among girls.
i
HUBUNGAN ANBARA PERSEPSI PENAMPILAN
FISIK DAN DUKUNGAN BEMAN SEBAYA PADA
REMAJA PEREMPUAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Natalia Woro Kesuma B 119114084
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOBBO DAN PERSEMBAHAN
Suatu uuaha tidak akan ueleuai tanpa adanya kerja kerau dan doa. Saat uemua upaya telah dilakukan maka, manuuia tinggal menyerahkannya kepada Tuhan.
.
Kuperuembahan karya ini untuk
Tuhan Yeuuu dan Bunda Maria atau belau kauihNYA
Papa dan ibu yang uelalu uabar dan tak hentinya memberi dukungan
vi
HUBUNGAN ANBARA PERSEPSI PENAMPILAN FISIK DAN DUKUNGAN SOSIAL BEMAN SEBAYA PADA REMAJA PEREMPUAN
Natalia Woro Kesuma B
ABSBRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi penampilan fisik dengan persepsi dukungan sosial teman sebaya pada remaja perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu remaja perempuan berusia 14 s/d 16 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 108 orang yang duduk di kelas X SMA. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik yang dibuat oleh peneliti. Reliabilitas skala dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik yaitu 0,908 dan 0,878. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Pearuon Product Moment Correlation dengan nilai r = 0,285 dan p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik pada remaja perempuan
vii
RELABIONSHIP BEBWEEN PYHSICAL APPEARANCE PERSEPBION AND PEER SOCIAL SUPPORB AMONG GIRL
Natalia Woro Kesuma B ABSTRACT
Thiu reuearch had purpoueu to uee the relationuhip between uocial uupport and phyuical appearance perception among girlu. Thiu reuearch uued quantitative correlation method. Subject of thiu reuearch wau girlu who 14 until 16 yearu old. The number of uubjectu were 108 girlu uitting in clauu X uenior high uchool. Data of thiu reuearch came from uocial uupport ucale and phyuical appearance perception ucale which made by writer. The reability of thiu ucale were 0,908 and 0,878. Data were analyzed uuing Pearuon Product Moment Correlation with r = 0,285 and p = 0,001. Reuult of thiu analyuiu uhowed that there wau a pouitive relationuhip between uocial uupport and phyuical appearance perception among girlu.
ix
KABA PENGANBAR
Puji syukur dan terima kasih dipanjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberikan belas kasih, berkat dan perlindungan selama proses pembuatan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Penampilan Fisik dan Dukungan Sosial pada Remaja Perempuan” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis skripsi ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini. Oleh karena itu, oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, telah mengizinkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak Paulus Edy Suhartanto, M. Si., Kepala Program Studi Fakultas Psikologi, terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya telah membimbing saya selama berkuliah.
3. Ibu Alm. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih sekali sudah dengan sangat sabar membimbing saya selama ini. Maaf bu saya lama sekali menyelesaikannya. Saya berharap ibu bisa berumur panjang.
4. Ibu Debri Pristinella, S. Psi., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan masukkannya saat saya sedang mengalami kebingungan selama kuliah.
x
6. SMA Stella Maris, BSD Serpong dan SMA Mardi Waluyo, Cibinong, terima kasih telah memberikan saya ijin untuk melakukan penelitian.
7. Papa dan ibu yang selalu mendukung lia baik secara moral, materil dan doa. Terima kasih sekali karena Papa dan Ibu tidak pernah bertanya kapan Lia lulus. Papa dan Ibu percaya bahwa Lia bertanggung jawab atas pilihan Lia.
8. Yangkung dan Yangti yang selalu menyambut Lia dengan tangan terbuka setiap kali Lia berkunjung ke rumah Eyang. Terima kasih sekali atas wejangan yang telah diberikan. Itu sangat membangun sekali.
9. Mas Bram dan Leksi yang membuat Lia termotivasi untuk menjadi lebih dewasa.
10. Mbak Melisa, ibu guru galak, yang telah membantu saya agar bisa melakukan penelitian di sekolahnya.
11. Nety, Silla, Hervy, Yoan, Iyah, Tea, Riana dan Shandy yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberikan semangat dan masukkan selama mengerjakan skripsi. Mungkin kalau kalian tidak ada, saya bisa tersesat dan butuh waktu yang lebih lama.
12. Nizam, Emak, Dika dan Butet yang menjadi tempat pelarian kalau saya sedang jenuh mengerjakan skripsi karena mereka yang selalu mau diajak main atau nongkrong.
13. Pak Azwar dan Pak Supratiknya, telah memberikan jalan keluar saat saya sedang mengalami kesulitan dalam menganalisis data yang jauh dari kata sempurna ini.
xii
DAFBAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSEBUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN MOBBO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYABAAN KEASLIAN KARYA ...v
ABSBRAK ... vi
ABSTRACK...vii
HALAMAN PERSEBUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
KABA PENGANBAR ... xi
DAFBAR ISI ... xii
DAFBAR BABEL ... xvi
DAFBAR SKEMA ... xvii
DAFBAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
xiii
2. Manfaat Praktis ... 6
BAB II LANDASAN BEORI... 7
A. Dukungan Sosial Teman Sebaya... 7
1. Definisi ... 7
2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ... 9
3. Komponen-komponen Dukungan Sosial ... 10
4. Faktor-faktor Dukungan Sosial ... 11
5. Dampak Dukungan Sosial ... 13
B. Persepsi Penampilan Fisik 1. Definisi ... 14
2. Aspek-aspek Penampilan Fisik ... 15
3. Faktor-faktor Persepsi Penampilan Fisik ... 17
4. Dampak Penampilan Fisik Menarik ... 18
C. Remaja Perempuan ... 19
D. Hubungan Antara Persepsi Penampilan Fisik dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Pada Remaja Perempuan... 21
E. Hipotesis ... 24
BAB III MEBODOLOGI PENELIBIAN... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Variabel Penelitian ... 25
xiv
D. Subjek Penelitian ... 27
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 27
F. Prosedur Penelitian ... 32
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
1. Validitas ... 33
2. Seleksi Aitem Alat Ukur ... 34
3. Reliabilitas ...37
H. Teknik Analisis Data ... 37
1. Uji Asumsi ... 37
2. Uji Hipotesis ... 38
BAB IV. HASIL PENELIBIAN DAN PEMBAHASAN... 40
A. Persiapan Penelitian ... 40
B. Pelaksanaan Penelitian ... 45
C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 46
D. Deskripsi Data Penelitian ... 46
E. Hasil Penelitian... 47
1. Uji Asumsi ... 47
2. Uji Hipotesis ... 48
F. Pembahasan ... .49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 53
xv
B. Saran ... 53
DAFBAR PUSBAKA... 55
xvi
DAFBAR BABEL
Tabel 1.Blue-print Skala Dukungan Souial ...29
Tabel 2.Skor Penilaian Skala Dukungan Souial ...30
Tabel 3.Blue-print Skala Peruepui Penampilan Fiuik ...31
Tabel 4.Skor Penilaian Skala Peruepui Penampilan Fiuik ...32
Tabel 5.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial Sebelum Selekui Aitem35 Tabel 6.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Skala Peruepui Penampilan Fiuik Sebelum Selekui Aitem ...36
Tabel 7.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial Setelah Selekui ...42
Tabel 8.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Peruepui Penampilan Fiuik Setelah Selekui Aitem ...43
Tabel 9.Uji Coba Reliabilitau Skala Dukungan Souial...44
Tabel 10.Uji Coba Reliabilitau Skala Peruepui Penampilan Fiuik...45
Tabel 11.Deukriptif Data Penelitian ...46
Tabel 12.Uji Normalitau ...47
Tabel 13.Uji Linearitau ...48
xvii
DAFBAR SKEMA
xviii
DAFBAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian ... 58
Lampiran 2. Analisis Reliabilitas dan Kualitas Skala ...69
1
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa perkembangan yang sering menimbulkan
permasalahan selama masa perkembangan manusia. Masa remaja sering
disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke
arah kedewasaan. Pada masa ini, remaja sedang mengalami suatu
pematangan fisik dan pematangan sosial. Dalam pematangan fisik ini, remaja
mengalami proses perubahan struktur dan fungsi jasmaniah yang akan
mengarah pada penyempurnaan fisik. Sedangkan dalam pematangan sosial,
remaja menghadapi proses belajar untuk menyesuaikan diri pada kehidupan
sosial orang dewasa (Rifai, 1984).
Psikologi sosial memandang kebutuhan dan sikap remaja dalam
hubungannya dengan pemuasan kebutuhan remaja dalam kelompoknya
dimana remaja menjadi anggotanya. Taraf dan kualitas pemuasan itu akan
menentukan suasana aman dari remaja tersebut. Rasa aman penting bagi
remaja karena mencegah remaja untuk melakukan kenakalan remaja. Rasa
aman didapatkan oleh remaja dari terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
psikologis. Kebutuhan psikologis tersebut meliputi kebutuhan untuk
menerima afeksi dari kelompok atau individual, kebutuhan untuk
memberikan sumbangan kepada kelompoknya, kebutuhan untuk memahami
Kebutuhan afeksi dari kelompok atau individu dapat dipenuhi dari
dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan sekitar remaja. Dukungan
sosial yaitu kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh
kelompok atau lingkungan disekitarnya (Baron dan Byrne, 2005). Sedangkan
menurut Johnson dan Johnson (1991), dukungan sosial merupakan
keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan,
penerimaan dan perhatian sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup
individu yang bersangkutan.
Pada masa transisi ini remaja dipandang dari dua sisi yang berlainan, di
satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang mandiri tanpa bantuan orang
tuanya lagi. Namun, di sisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari
orang tua untuk membantunya dalam mengatasi masalah yang penting
(Agustiani, 2002). Akan tetapi, intensitas ketergantungan tersebut telah
berkurang dan remaja mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya.
Hal ini senada dengan pendapat Mappiare (dalam Maman, 1993) yang
menyatakan bahwa selain dengan orang tua, remaja dapat memenuhi
kebutuhan dirinya melalui teman sebaya. Selain menimbulkan rasa aman,
dukungan sosial juga dapat membantu remaja dalam membentuk identitas
diri (Ristianti, 2008). Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima atau
dirasakan maka akan semakin optimal proses pembentukan identitas diri.
Dengan adanya dukungan sosial yang bersumber dari lingkungan dapat
memberikan informasi terkait dengan hal apa yang harus dilakukan remaja
Bagi remaja, pembentukan identitas sangatlah penting. Remaja berusaha
untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa yang ada dalam diri
mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Apabila pada tahap ini
remaja belum berhasil menemukan dan menyelesaikan krisis identitasnya
akan mengalami kebimbangan akan identitas dimana dapat menyebabkan
penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga,
atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan identitas
dirinya (Santrock, 1996).
Selama remaja mencari identitas diri yang sesuai dengan dirinya, remaja
mencoba peran dan kepribadian yang berbeda-beda sebelum pada akhirnya
remaja mencapai suatu pemikiran yang stabil. Oleh karena itu, remaja
membutuhkan dukungan dari lingkungan di sekitarnya khusunya lingkungan
teman sebaya. Hal ini dikarenakan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan tempat yang nyata bagi remaja unuk menguji dirinya sendiri dan
orang lain (Benimof, dalam Al-Mighwar, 2006). Kelompok teman sebaya
berfungsi sebagai tempat untuk mencoba berbagai hal baru serta saling
mendukung satu sama lain (Cairns & Neckerman, 1988).
Remaja akan memperoleh dukungan sosial apabila memiliki penampilan
fisik yang baik. Hal ini dikarenakan remaja memiliki persepsi bahwa mereka
yang menarik biasanya diperlakukan dengan baik daripada mereka yang
kurang menarik (Hurlock, 1980). Selain itu, Penampilan fisik sangat penting
2012), dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan
potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Orang yang menarik
lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai positif oleh orang lain
dibandingkan teman-teman yang memiliki penampilan yang kurang menarik.
Hal ini dikarenakan seseorang menilai kepribadian dan karakter orang lain
berdasarkan penampilan fisik yang ditampilkan (Risnawati, 2014).
Kepribadian dan karakter individu termasuk ke dalam faktor pendukung
seseorang untuk mendapatkan dukungan sosial yaitu potensi penerima
dukungan. Namun, tidak selamanya penampilan fisik mencerminkan
kepribadian seseorang. Seorang pembunuh berantai dapat saja sangat cantik
atau tampan dan banyak orang yang penampilannya dianggap tidak menonjol
ternyata pintar, baik hati, lucu, sensual dan lain-lain. Penampilan fisik tidak
secara langsung berkaitan dengan atribut-atribut psikologis (Baron dan
Byrne, 2004)
Penampilan fisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penampilan luar seseorang yang mudah diamati dan dinilai oleh orang di
sekelilingnya. Penampilan fisik mencakup karakter fisik, penampilan dan
keterampilan dalam berpakaian serta kesehatan dan daya tahan tubuh
(Saguni, 2012). Pengertian lain tentang penampilan fisik yaitu tampilan luar
Penilaian penampilan fisik berdasarkan persepsi yang dimiliki oleh remaja
itu sendiri terhadap penampilan fisik yang mereka miliki.
Remaja memiliki cara-cara tertentu agar terlihat menarik bagi
lingkungan sekitarnya. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan riasan
pada wajah dan menggunakan busana yang sedang mengikuti trend.
Biasanya remaja perempuan usia 12 sampai dengan 16 tahun memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk berpenampilan menarik
dibandingkan dengan remaja laki-laki (Letianingsih,2002). Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial sangat penting bagi
remaja. Hal ini dikarenakan dukungan sosial membantu remaja menuju
proses kedewasaan karena dengan adanya dukungan sosial membantu remaja
untuk mendapatkan rasa aman dan pembentukan identitas diri. Salah satu
cara agar mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya, remaja
mampu menampilkan fisik secara baik ketika melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan remaja memiliki persepsi
bahwa semakin baik penampilan fisik sesorang maka akan mendapatkan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul sebuah pertanyaan
penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara persepsi penampilan fisik
terhadap dukungan sosial.
C. Bujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan yang positif antara persepsi penampilan fisik dengan
dukungan sosial pada remaja perempuan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Beoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
psikologi, terutama pada psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
remaja tentang hal-hal yang dibutuhkan agar remaja mendapatkan
7
Bab II
Landasan Beori
A. Dukungan Sosial Beman Sebaya
1. Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya
a. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yaitu keberadaan orang lain yang dapat
diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan
perhatian, sehingga meningkatkan kesejahteraan hidup bagi
individu yang bersangkutan (Johnson dan Johnson, 1991). Selain itu,
menurut Sarafino (2007) dukungan sosial merupakan suatu
kesenangan yang dirasakan sebagai perhatian, penghargaan, dan
pertolongan yang diterima dari orang lain atau suatu kelompok.
Dukungan sosial bisa didapatkan dari keluarga,teman sebaya, atau
anggota masyarakat. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2005)
dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis
yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga. Weiss (dalam
Taylor, dalam Nathania dan Godwin, 2011) mengatakan dukungan
sosial yaitu pertukaran interpersonal dimana salah seorang
memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Jadi,
dukungan sosial yaitu keberadaan orang lain yang memberikan
pertolongan sehingga membuat seseorang sejahtera secara fisik
dan psikologis.
b. Teman Sebaya
Ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan
sumber natural. Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang
dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang. Sedangkan
sumber natural adalah dukungan sosial yang diterima seseorang
melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan
orang-orang yang berada disekitarnya, misalnya : anggota keluarga,
teman sebaya atau relasi, guru dan sebagainya. Dukungan sosial
yang diterima bersifat informal (Rook dan Dolley, 1985).
Penelitian ini menggunakan teman sebaya sebagai sumber
dukungan sosial. Hal ini dikarenakan remaja banyak menghabiskan
waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua.
Teman sebaya yaitu anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau
tingkat kedewasaan yang sama dimana mereka memainkan peran
yang unik di masyarakat (Santrock, 2003). Teman sebaya
merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, panduan moral,
tempat bereksperimen dan tempat untuk mendapatkan otonomi dan
independensi dari orang tua (Papalia, 2008). Selain itu, teman
sebaya merupakan tempat untuk membentuk hubungan intim yang
berfungsi sebagai “latihan” bagi intimasi orang dewasa (Buhrmester,
yaitu anak-anak atau remaja dengan tingkat usia dan kedewasaan
yang sama dimana individu mendapatkan afeksi, simpati,
pemahaman moral dan menjadikan individu belajar mandiri dari
orang tua.
c. Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dukungan sosial teman sebaya yaitu keberadaan orang lain
yang memiliki usia dan tingkat kedewasaan yang sama dalam
memberikan dukungan berupa perhatian, penghargaan, dan
pertolongan sehingga membuat seseorang sejahtera secara fisik dan
psikologis.
2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2007), ada empat jenis dukungan sosial yaitu :
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional merupakan dukungan yang melibatkan
ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga
individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan.
Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan
afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang melibatkan ekspresi
yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,
perasaan dan performa orang lain.
Dukungan instrumental yaitu bentuk dukungan yang melibatkan
bantuan langsung, bantuannya bisa berbentuk benda atau jasa.
d. Dukungan Informasi
Dukungan informasi yaitu dukungan dalam bentuk memberikan
informasi berupa saran, pengaraham dan umpan balik tentang
bagaimana cara memecahkan masalah.
3. Komponen-komponen Dukungan Sosial
Menurut Weiss(dalam Cutrona, 1994), ada enam komponen
dukungan sosial yaitu:
a. Inutrumental Support
1) Reliable Alliance
Individu mendapatkan jaminan bahwa ada individu lain yang
dapat diandalkan bantuannya saat individu itu membutuhkan
bantuan yang bersifat nyata dan langsung. Individu yang
menerima bantuan akan merasa tenang karena ada individu lain
yang dapat diandalkan.
2) Guidance
Individu mendapatkan dukungan berupa saran, nasehat dan
informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini bisa juga
berupa umpan balik atas sesuatu yang telah dilakukan oleh
individu.
1) Reauuurance of Worth
Individu akan medapatkan pengakuan atau penghargaan atas
kemampuan dan kualitas yang dimilikinya. Dukungan tersebut
akan membuat individu yang menerimanya merasa diterima
dan dihargai.
2) Emotional Attachment
Individu akan mendapatkan kasih sayang, cinta, perhatian dan
kepercayaan yang diterima oleh individu dari orang
disekitarnya. Kasih sayang, perhatian dan cinta tersebut dapat
memberikan rasa aman kepada individu yang menerimanya.
3) Social Integration
Dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk
memperoleh perasan memiliki suatu kelompok yang
memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan secara bersama-sama. Akibatnya, individu
dapat merasa aman, nyaman, serta memiliki dan dimiliki dalam
kelompok.
4) Opportunity to Provide Nurturance
Individu memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung
padanya untuk memperoleh kesejahteraan.
4. Faktor-faktor Dukungan Sosial
Menurut Myers (dalam Hobfoll, 1986), dukungan sosial terjadi
a. Empati
Individu merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan
mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah laku untuk
mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
b. Norma dan Nilai Sosial
Norma dan nilai sosial berguna untuk membimbing individu dalam
menjalankan kewajiban.
c. Pertukaran Sosial
Hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, dan
informasi. Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik dapat
membuat individulebih percaya bahwa orang lain akan
menyediakan bantuan.
Selain itu, menurut Sarafino (1994), ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang menerima dukungan sosial, yaitu :
a. Potensi Penerima Dukungan
Seseorang mendapatkan atau tidak mendapatkan dukungan sosial
berdasarkan sifat yang dimilikinya seperti tidak sosial, tidak pernah
menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui
bahwa dia sebenarnya membutuhkan pertolongan.
b. Potensi Penyedia Dukungan
Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja
mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa
saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.
c. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial
Hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam
keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam
ukuran, frekuensi hubungan, komposisi dan kedekatan.
5. Dampak Dukungan Sosial
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial
mempunyai manfaat bagi perkembangan psikologis manusia. Contohnya
penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari dan Ahyani (2012) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki peran dalam membantu
seseorang untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru. Selain itu,
dengan adanya dukungan sosial akan membantu seseorang untuk
mengurangi rasa depresi (Saputri dan Indrawati, 2011). Secara
keseluruhan dengan adanya dukungan sosial akan menyejahterakan
kehidupan individu baik secara psikologis maupun fisik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan
sosial teman sebaya yaitu keberadaan orang lain yang memiliki usia dan
tingkat kedewasaan yang sama dalam memberikan dukungan berupa
perhatian, penghargaan, dan pertolongan sehingga membuat seseorang
sejahtera secara fisik dan psikologis. Ada dua komponen dukungan
sosial yaitu inutrumental uupport yang terdiri dari ketergantungan yang
yaitu emotional uupport yang terdiri dari pengakuan secara positif,
kedekatan emosional, integrasi sosial, dan kesempatan untuk mengasuh.
Dukungan sosial memiliki empat jenis yaitu dukungan informasi,
dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan
penghargaan. Selain itu, dukungan sosial diberikan oleh lingkungan
sekitar karena adanya empati, pertukaran sosial serta norma dan nilai
sosial.
B. Persepsi Penampilan Fisik
1. Pengertian Persepsi Penampilan Fisik
a. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan dimana diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera atau juga disebut sebagai proses sensori (Walgito, 2010).
Menurut Davidoff (dalam Walgito, 2010), persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasian sehingga individu menyadari dan mengerti tentang
yang diindera. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Jalaludin, 1998). Proses persepsi
diawali dengan proses fisiologis dimana sebuah objek ditangkap
oleh alat indera manusia seperti mata, hidung, lidah, telinga dan
kulit. Kemudian, objek tersebut diorganisasikan dan
Kanuk, 2004). Selain itu, persepsi yaitu suatu proses tentang
petunjuk-petunjuk indrawi dan pengalaman masa lampau yang
relevan (Bilondatu, 2013). Jadi, persepsi ialah pengalaman tentang
objek bisa berupa benda atau peristiwa yang ditangkap oleh alat
indera manusia yang kemudian objek tersebut akan diorganisasikan
dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna.
b. Penampilan Fisik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penampilan fisik yaitu
proses atau cara seseorang dalam menampilkan fisik diri di
lingkungan sekitarnya. Tampilan fisik yang ditampilkan yaitu dari
ujung kepala hingga ujung kaki yang mana mencakup rambut,
wajah, bentuk tubuh dan pakaian. J
c. Persepsi Penampilan Fisik
Persepsi penampilan fisik yaitu pengalaman tentang objek
berupa penampilan fisik yang ditangkap oleh indera manusia
kemudian objek tersebut akan diorganisasikan dan diinterpretasikan
menjadi sesuatu yang bermakna. Adapun objek yang dipersepsikan
yaitu karakter fisik, penampilan dan kerapihan serta daya tahan
tubuh.
2. Aspek-aspek Persepsi Penampilan Fisik
Menurut Jersild (dalam Collier, 1998) ada tiga aspek yang
mempengaruhi penampilan fisik seseorang yaitu:
Karakter fisik yaitu penampilan yang mencakup bentuk tubuh dari
atas sampai ke bawah seperti ukuran dan berat badan, bentuk dan
sususnan tubuh, roman muka atau wajah serta bagian tubuh dari
pinggang ke bawah.
b. Penampilan dan Kerapihan
Penampilan dan kerapihan mencakup cara memadu padakan
pakaian, kerapihan dalam berpakaian dan penataan rambut, cara
merias diri dengan menggunakan make upatau aksesoris badan dan
gaya potongan rambut.
c. Kesehatan dan Daya Tahan Tubuh
Kesehatan dan daya tahan tubuh mencakup cara seseorang dalam
menjaga kebersihan terhadap seluruh tubuh karena kebersihan
badan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Kebersihan tubuh
seseorang dapat dirasakan dari aroma tubuh yang dipancarkan oleh
orang tersebut.
Menurut Walgito, ada 3 aspek persepsi yaitu :
a. Kognitif
Sikap yang berisi kepercayaan individu terhadap objek sikap.
Kepercayaan itu muncul karena adanya suatu bentuk yang telah
terpolakan dalam pikiran individu. Kepercayaan itu juga datang dari
apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk
suatu ide atau gagasan tentang karakteristik objek. Kepercayaan ini
dan kepercayaan ini menyederhanakan fenomena dan konsep yang
dilihat dan yang ditemui.
b. Afeksi
Kesan atau perasaan individu dalam menafsirkan stimulus sehingga
stimulus tersebut disadari. Aspek afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional subjektif dari individu terhadap objek
persepsi, berisi perasaan memihak atau tidak memihak, mendukung
atau tidak mendukung terhadap objek yang dipersepsi.
c. Konatif
Perilaku dan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
individu berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku. Komponen konatif meliputi perilaku yang tidak hanya
dilihat secara langsung, tetapi meliputi pula bentuk perilaku yang
berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang
berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu objek yang dipersepsi.
3. Faktor Persepsi Penampilan Fisik
Menurut Vidyarini (2007) ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap penampilan fisik yaitu :
Budaya merupakan salah satu faktor yang membedakan cara pandang
seseorang mengenai penampilan fisik. Contohnya masyarakat Asia
Timur menganggap mata lebar sebagai tanda kecantikan. Sedangkan
bangsa Barat menilai kulit coklat keemasan terbakar matahari
mempunyai daya tarik dan nilai kecantikan fisik tersendiri. Namun,
ada kesamaan antar budaya satu dengan yang lainnya menyangkut
beberapa aspek seperti ukuran tubuh dan wajah yang proporsional.
b. Media Masa
Media masa mempengaruhi cara pandang terhadap penampilan fisik.
Pada umumnya, media masa menyoroti wajah yang bersih, putih,
memiliki postur tubuh yang tinggi dan kurus, berambut hitam serta
memiliki kulit putih halus. Hal ini membuat masyarakat menanggap
seseorang yang memiliki penampilan fisik yang menarik apabila
berkulit putih, kurus, tinggi, wajah bersih dan sebagainya
4. Dampak Penampilan Fisik yang Menarik
Penampilan fisik yang menarik memiliki dampak yang sangat besar
dalam melakukan interaksi sosial. Menurut Cross dan Cross (dalam
Saguni, 2012), dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik
merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Orang
yang menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai positif
oleh orang lain dibandingkan teman-teman yang memiliki penampilan
mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan baik daripada
mereka yang kurang menarik dan daya tarik fisik berperan penting
dalam pemilihan pemimpin (Hurlock, 1980). Selain itu, Saguni (2012)
menyatakan bahwa penampilan fisik pada umumnya digunakan untuk
menilai karakteristik dan kepribadian orang lain. Contohnya, seseorang
yang menarik akan lebih sering dianggap memiliki sifat-sifat yang
menyenangan, baik dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, persepsi penampilan fisik
merupakan pengalaman tentang objek berupa penampilan fisik yang
ditangkap oleh indera manusia kemudian objek tersebut akan
diorganisasikan dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna.
Aspek-aspek yang dinilai dari penampilan fisik yaitu karakter fisik,
penampilan dan kerapihan, serta kesehatan dan daya tahan tubuh.
Penampilan fisik merupakan salah satu indikator penting untuk
melakukan interaksi sosial. Hal ini dikarenakan manusia akan menilai
seseorang berdasarkan penampilan fisiknya terlebih dahulu baru sikap
dan kepribadiaanya.
C. Remaja Perempuan
Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan bilogis, kognitif, dan
sosial-emosi. Pada masa transisi ini, remaja menjajaki berbagai alternatif dan
mencobai berbagai pilihan sebagai dari perkembangan identitas (Santrock,
sebuah masa tahap perkembangan manusia yang ditandai dengan munculnya
konflik dan perubahan suasana hati. Beberapa tokoh memiliki beberapa
pendapat mengenai rentangan usia remaja. Namun, rata-rata usia remaja
berkisar antara 12 sampai 22 tahun.
Menurut Tanner (dalam Hurlock, 1980), remaja usia dua belas sampai
enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian
sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan fisik
yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental,
terutama pada awal masa remaja.
Bagi remaja, penampilan fisik merupakan salah satu aspek yang utama
untuk melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini
dikarenakan remaja memiliki persepsi bahwa remaja yang menarik akan
diperlakukan dengan baik daripada mereka yang kurang menarik. Oleh
karena itu, remaja usia 12 s/d 16 tahun memiliki kecenderungan yang tinggi
untuk berpenampilan menarik. Selain itu, remaja perempuan memiliki
kecenderungan untuk lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan
dengan remaja putra.
Berdasarkan penjelasan di atas, remaja tidak memiliki batasan umur yang
pasti dikarenakan ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda mengenai
batasan umur remaja. Namun, rata-rata usia remaja sekitar 12 s/d 22 tahun.
Saat memasuki tahap perkembangan ini, remaja mengalami banyak
perubahan mulai dari fisik, emosi, kognitif dan sosial. Hal ini dikarenakan
Pada masa ini, remaja sangat memperhatikan sekali penampilan fisiknya,
khususnya remaja perempuan. Menurut remaja, penampilan fisik sangat
penting saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, khususnya teman
sebaya. Remaja perempuan usai 12 s/d 16 tahun merupakan masa dimana
remaja perempuan memiliki ketertarikan yang sangat tinggi terhadap
penampilan fisik yang dimilikinya.
D. Hubungan Antara Persepsi Penampilan Fisik Dengan Dukungan Sosial
Pada Remaja Perempuan
Bagi remaja, dukungan sosial sangat penting untuk menuju kedewasaan.
Salah satu syarat agar remaja bisa menuju kedewasaan yaitu remaja merasa
aman dengan lingkungan sekitarnya. Agar remaja mendapatkan suasana
aman dari lingkungan sekitarnya, maka kebutuhan untuk menerima afeksi
dari kelompok atau individu harus terpenuhi. Kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi apabila remaja mendapatkan dukungan sosial dari kelompok atau
lingkungan sekitarmya.
Dukungan sosial berperan penting bagi pembentukan identitas remaja.
Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima atau dirasakan maka akan
semakin optimal pembentukan identitas diri pada remaja. Dengan adanya
dukungan sosial yang bersumber dari lingkungan sekitar dapat memberikan
informasi terkait dengan hal yang harus dilakukan oleh remaja dalam upaya
untuk menguji coba berbagai macam peran dalam menyelesaikan krisis guna
membentuk identitas diri yang optimal.
Ada beberapa faktor penyebab seseorang mendapatkan dukungan sosial
dari teman sebaya. Faktor penyebab dukungan sosial teman sebaya yaitu
empati, norma dan nilai sosial, pertukaran sosial, potensi penerima sosial,
potensi penyedia dukungan serta komposisi dan struktur jaringan sosial.
Salah satu faktor penyebab dukungan sosial yaitu potensi penerima
dukungan. Seseorang mendapatkan atau tidak mendapatkan dukungan sosial
berdasarkan sifat yang dimiliki seperti tidak sosial, tidak pernah menolong
orang lain, dan lain-lain. Menurut, Risnawati (2014), karakter dan
kepribadian seseorang dapat dilihat berdasarkan penampilan fisik yang
dimiliki.
Penampilan fisik yang menarik dapat membuat remaja menjadi lebih
percaya diri saat melakukan interaksi dengan teman sebaya. Salah satu
indikator remaja memiliki rasa percaya diri yang tinggi yaitu remaja menjadi
kooperatif dengan lingkungan sekitarnya. Kooperatif termasuk ke dalam
Skema Dinamika Antara Persepsi Penampilan Fisik dan Dukungan Sosial
Beman Sebaya
Persepsi penampilan fisk
Persepsi penampilan fisik yang buruk menurut wanita Indonesia (gemuk, pendek, wajah berjerawat, dll)
Persepsi penampilan fisik yang menarik menurut wanita Indonesia (kurus, rambut hitam, kulit putih mulus, wajah bersih , dll)
Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri
Indikator perilaku positif yaitu perilaku kooperatif
Kooperatif termasuk ke dalam salah satu faktor dukungan sosial yaitu potensi penerima dukungan sosial
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan positif antara persepsi penampilan fisik dengan dukungan
sosial pada remaja. Semakin baik persepsi penampilan fisik maka semakin
tinggi dukungan sosial yang akan diterima. Begitu pula apabila semakin
buruk persepsi penampilan fisik maka semakin rendah dukungan sosial yang
25
Bab III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam studi korelasional dengan pendekatan
kuantitatif. Studi korelasional merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk menetapkan besaran hubungan antar variabel. Selain itu, studi
korelasional digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian (Kasmiadi & Sunariah, 2013). Ada atau tidaknya hubungan antar
variabel dapat dilihat berdasarkan koefisien korelasinya (Azwar, 2012)
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat, yaitu :
− Variabel bebas : persepsi penampilan fisik
− Variabel terikat : dukungan sosial teman sebaya
C. Definisi Operasional
1. Dukungan Sosial Beman Sebaya
Dukungan sosial merupakan keberadaan orang lain yang
memberikan dukungan berupa perhatian, penghargaan, dan pertolongan
Terdapat 2 komponen utama yang dijadikan indikator dukungan
sosial, yaitu inutrumental uupport dan emotional uupport. Inutrumental
uupport terdiri dari bantuan yang bersifat nyata dan langsung serta
pemberian informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.
Sedangkan emotional uupport terdiri atas pengakuan secara positif,
kedekatan emosional, integrasi sosial, dan rasa ketergantungan untuk
memperoleh kesejahteraan.
Tinggi rendahnya dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan
sekitar dapat dilihat dari hasil skor skala dukungan sosial. Semakin
tinggi skor skala dukungan sosial dapat diinterpretasikan bahwa remaja
banyak menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan bahwa
remaja semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh.
2. Persepsi Penampilan Fisik
Persepsi penampilan fisik merupakan pengalaman tentang objek
berupa penampilan fisik yang ditangkap oleh indera manusia kemudian
objek tersebut akan diorganisasikan dan diinterpretasikan menjadi
sesuatu yang bermakna. Penilaian terhadap penampilan fisik dilihat
berdasarkan kombinasi aspek persepsi dan penampilan fisik yaitu
penilaian kognitif, afeksi dan konasi terhadap karakter fisik, penampilan
D. Subjek Penelitian
Peneliti menggunakan teknik random uampling dalam menentukan
subjek penelitiaan. Subje penelitian ini yaitu remaja perempuan usia 12 s/d
16 tahun. Remaja usia tersebut digunakan karena pada usia tersebut remaja
perempuan sedang memiliki minat yang tinggi untuk memperhatikan
penampilan fisiknya. Selain itu, remaja perempuan memiliki minat yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja putra. Sekolah heterogen
digunakan karena saat memasuki tahap ini, remaja memiliki ketertarikan
terhadap lawan jenis.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode skala. Ada dua jenis skala yang
akan dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala dukungan sosial dan skala
persepsi penampilan fisik. Jenis skala yang digunakan dalam pembuatan
skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik yaitu skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun aitem-aitem instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan (Sugiyono, 2014). Skala dukungan sosial dibuat untuk melihat
Sedangkan skala persepsi penampilan fisik digunakan untuk mengetahui
persepsi remaja perempuan terhadap penampilan fisik yang dimilikinya.
1. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial dibuat berdasarkan teori mengenai dukungan
sosial yang dikemukakan oleh Weiss (dalam Cutrona, 1994). Dukungan
sosial memiliki dua komponen utama yaitu inutrumental uupport dan
emotional uupport. Kedua komponen utama tersebut akan dibagi
menjadi beberapa sub komponen yaitu reliable aliance, guidance,
reauuurance of worth, emotional attachment, uocial integration, dan
opportunity to provide nurturance. Komponen dukungan sosial ini akan
digunakan sebagai indikator dalam pembuatan skala. Komponen
dukungan sosial tersebut akan dibuat menjadi aitem-aitem yang terdiri
dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable
menunjukkan bahwa bahwa subjek menerima dukungan sosial.
Sedangnkan pernyataanunfavorable menunjukkan bahwa subjek tidak
Tabel 1.Blueprint Skala Dukungan Souial
Komponen Sub Komponen Favorable Unfavorable (Presentase)Jumlah
Inutrumental uupport
Reliable alliance 5 5 10 (16,67%)
Guidance 5 5 10
(16,67%)
Aitem penyataan pada skala ini akan disusun dengan menyertakan 4
pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan jawaban memiliki
skor yang berbeda sesuai dengan jenis pernyataannya. Jawaban “sangat
setuju” untuk pernyataan favorable akan diberi nilai 4, demikian
seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”
diberi nilai 1 dan seterusnya sampai dengan skor 4 untuk jawaban
“sangat tidak setuju”.
Tabel 2.Skor Penilaian Skala Dukungan Souial
2. Skala Persepsi Penampilan Fisik
Skala persepsi penampilan fisik dibuat berdasarkan teori mengenai
persepsi dan penampilan fisik. Indikator-indikator yang digunakan
merupakan kombinasi dari aspek persepsi dan aspek penampilan fisik.
Ada 3 aspek persepsi yaitu kognitif, konasi dan afeksi. Sedangkan aspek
penampilan fisik meliputi karater fisik, penampilan dan kerapihan, serta
kesehatan dan daya tahan tubuh. Indikator-indikator tersebut akan dibuat
menjadi beberapa aitem pernyataanfavorabledanunfavorable.
Favorable Skor Unfavorable Skor
Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1
Setuju 3 Setuju 2
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3
Tabel 3.Blueprint Skala Peruepui Penampilan Fiuik
Aspek Persepsi
Aspek Penampilan
Fisik Favorable Unfavorable Jumlah
Kognitif
Karakter fisik 5 5 10
(11,1%)
daya tahan tubuh 5 5
10 (11,1%)
Afeksi
Karakter fisik 5 5 10
(11,1%)
daya tahan tubuh 5 5
10 (11,1%)
Konasi
Karakter fisik 5 5 10
(11,1%)
daya tahan tubuh 5 5
10
Aitem penyataan pada skala ini akan disusun dengan menyertakan 4
Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan jawaban memiliki
skor yang berbeda sesuai dengan jenis pernyataannya. Jawaban “sangat
setuju” untuk pernyataan favorable akan diberi nilai 4, demikian
seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”
Sedangkan jawaban “sangat setuju” untuk pernyataan unfavorableakan
diberi nilai 1 dan seterusnya sampai dengan skor 4 untuk jawaban
“sangat tidak setuju”.
Tabel 4.Skor Penilaian Skala Peruepui Penampilan Fiuik
F. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Membuat Skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik
berdasarkan indikator yang telah ditentukan dan telah diuji validitas
isinya melalui pendapat ahli.
2. Peneliti melakukan uji coba danpillot utudypada skala dukungan sosial
dan persepsi teman sebaya. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan skala
Favorable Skor Unfavorable Skor
Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1
Setuju 3 Setuju 2
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3
yang valid dan reliabel. Selain itu, untuk melihat estimasi waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan alat tes dan mencegah munculnya
ambiguitas pada aitem.
3. Setelah diujicobakan, peneliti melakukan seleksi aitem pada
masing-masing skala untuk mendapatkan reliabilitas, validitas, dan daya
diskriminasi aitem..
4. Apabila skala yang dibuat sudah valid dan reliabel, maka peneliti
melakukan pengambilan data pada subjek yang telah dipilih dengan
meminta subjek mengisi skala sesuai dengan perintah.
5. Peneliti melakukan olah data berdasarkan data yang diperoleh peneliti
melalui proses pengambilan data. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi untuk melihat hubungan antara dukungan
sosial dan persepsi penampilan fisik. Pada remaja perempuan.
6. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui kualitas esensial
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat tes sungguh-sungguh
mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya, 2014).
sebuah cara untuk melihat sejauh mana aitem dalam suatu alat ukur
menggambarkan apa yang hendak diukur. Validitas didapat melalui
penurunan konstrak ke dimensi, indikator perilaku sampai ke aitem
(Periantalo, 2015). Pengujian isi tes dengan menggunakan analisis
rasional dan prefeuional judgement (Azwar, 1997). aitem-aitem pada
kedua skala dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, agar
aitem-aitem yang telah dibuat sesuai indikator-indikator yang telah
ditentukan.
2. Seleksi Aitem Alat Ukur
Seleksi aitem pada penelitian ini menggunakan data hasil uji coba
masing-masing skala. aitem yang lolos seleksi apabila memiliki daya
diskriminasi yang tinggi. Daya dikriminasi memiliki fungsi untuk
melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau
kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang
diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya
komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu
kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendri. aitem yang
lolos seleksi apabila memiliki koefisien positif antara skor aitem
tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi
Tabel 5.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial
Sebelum Selekui Aitem
Komponen KomponenSub Favorable Unfavorable Jumlah
Tabel 6.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Peruepui Penampilan
Fiuik Sebelum Selekui Aitem
Aspek Persepsi
Aspek Penampilan
Fisik Favorable Unfavorable Jumlah
3. Reliabilitas
Tujuan dilakukannya uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui
konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan
secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok
(Supratiknya, 2014). Koefisien reliabilitas digunakan sebagai alat ukur
untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas suatu alat tes atau skala.
Skor reliabilitas bergerak dari angka 0 - 1. Apabila nilai koefisien suatu
alat tes mendekati nilai 1 maka alat tes tersebut memiliki tingkat
reliabilitas yang sangat bagus. Sebaliknya, koefisien yang semakin
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 1997).
Peneliti akan menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui Alpha
Cronbach.
H. Beknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk melihat sebaran distribusi data
dari variabel dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik normal
atau tidak. Peneliti menggunakan teknik one uample Kolmogorov
Smirnov Teut (K-S) untuk uji normalitas. Apabila nilai p (taraf
signifikan) lebih besar dari 0,05 (≥0,05), maka data yang diperoleh
dari 0,005 (≤0,05), maka data yang diperoleh tidak dapat
membentuk kurva distribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk melihat pola hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung merupakan garis lurus
atau tidak. Jika taraf signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05, maka
hubungan variabel pada penelitian tersebut mengikuti garis linear.
Sebaliknya, apabila nilan p lebih besar dari 0,05 maka hubungan
variabel pada penelitian itu tidak membentuk suatu garis lurus.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi, maka
teknik Pearuon Product Moment Correlation digunakan untuk menguji
hipotesis dari penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk melihat
hubungan dari kedua variabel yaitu variabel tergantung (dukungan sosial)
dan variabel bebas (persepsi penampilan fisik). Hipotesis diterima atau
tidak dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien signifikansi. Jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,01 maka Ho diterima, artinya tidak ada
hubungan antar variabel. Namun, jika nilai signifikansinya lebih kecil
dari 0,01, maka Ho ditolak. Selain itu, jika nilai koefisien korelasinya
positif menunjukkan adanya korelasi yang positif. Namun, jika nilai
antar variabel. Sifat hipotesis sudah terarah, maka penelitian ini
40
BAB IV
HASIL PENELIBIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Uji Coba Alat Penelitian
Uji coba dilakukan terhadap alat penelitian. Tujuannya yaitu ntuk
mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Ada 2 alat penelitian yang
diuji cobakan yaitu skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan
fisik. Kedua skala tersebut diuji cobakan kepada subjek yang memiliki
karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu remaja
perempuan berusia 14 s/d 16 tahun. Skala dukungan sosial dan skala
persepsi penampilan fisik diuji cobakan kepada 50 orang remaja
perempuan. Mereka berasal dari beberapa sekolah di Klaten dan
Yogyakarta.
2. Uji Validitas dan Relibialitas
Setelah uji coba dilakukan terhadap skala dukungan sosial dan skala
persepsi penampilan fisik, peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas terhadap skala dukungan sosial dan skala penampilan fisik.
Hal ini dikarenakan, suatu alat ukur dikatakan baik apabila alat ukur
tersebut memiliki ketepatan dan konsistensi. Peneliti menggunakan
aplikasi SPSS 21 untuk mnguji validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu alat
digunakan untuk menguji validitas pada skala dukungan sosial
dan skala persepsi penampilan fisik. Validitas isi merupakan
validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau melalui profeuional judgement. Sebelum
dilakukan uji coba aitem-aitem dari masing-masing skala telah
mengalami proses koreksi oleh orang yang dianggap ahli yaitu
dosen pembimbing, dimana aitem-aitem tersebut mengukur aspek
yang hendak diukur.
Analisis aitem digunakan untuk melihat daya diskriminasi
aitem Hal ini dikarenakan skala yang memiliki validitas yang baik
apabila memiliki daya diskriminasi antar aitem. Suatu aitem
memiliki daya diskriminasi yang baik apabila memiliki nilai
koefisien > 0,30. Namun, sesungguhnya tidak ada batasan universal
yang menunjuk kepada angka minimal yang harus dipenuhi agar
suatu tes dinyatakan valid (Azwar, 1997). Suatu aitem yang
memiliki nilai koefisien validitas kurang tinggi masih bisa berguna
dalam membantu pengambilan keputusan dan dalam kasus tertentu
misalnya untuk menyeimbangkan banyaknya aitem pada
masing-masing aspek yang diukur. Hasil pengujian dari 60 aitem
pada skala dukungan sosial terdapat 35 aitem yang berhasil lolos
seleksi dan dikatakan valid. Nomor aitem yang valid dapat dilihat
Tabel 7.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial
Seuudah Selekui Aitem
Komponen KomponenSub Favorable Unfavorable Jumlah
Inutrumental uupport
Reliable
alliance 33,34,35 5, 13 5
Guidance 2, 6 8, 14 4
integration 12, 15,1632 1, 27 6 Opportunity to
provide
nurturance 7, 21,22 18, 23, 24
6
Botal 19 16 35
Sedangkan pada skala persepsi penampilan fisik, dari 90 aitem
yang diuji cobakan terdapat 39 aitem yang valid. Nomor aitem yang
Tabel 8.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Peruepui Penampilan Fiuik
Seuudah Selekui Aitem
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil
suatu pengukuran dapat konsisten apabila dilakukan berulang kali.
Alat ukur yang konsisten apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah (Azwar, 1997). Reliablitas skala dalam
Aspek Persepsi
Aspek Penampilan
Fisik Favorable Unfavorable Jumlah
Kognitif
Karakter fisik 26,27 10 3
Penampilan dan
kerapihan 19, 22, 18, 21 4
Kesehatan dan daya tahan
tubuh 3, 13 32, 36 4
Afeksi
Karakter fisik 1,7 11, 16 5
Penampilan dan
kerapihan 20 5, 15, 35 4
Kesehatan dan daya tahan
tubuh 37,38,39 14, 33 4
Konasi
Karakter fisik 2, 23, 34 30,31 5
Penampilan dan
kerapihan 24,25, 29 4, 17 5
Kesehatan dan daya tahan
tubuh 6, 8,9 12 28 5
penelitian ini diuji dengan menggunakan pendekatan
konsistensi internal melaluiCronbach Alpha.
Prosedur pendekatan ini hanya dilakukan satu kali dan
dilakukan terhadap sekelompok individu yang memiliki kriteria
sebagai subjek penelitian. Pendekatan ini mempunyai nilai praktis
dan efisiensi yang tinggi. Suatu skala penelitian dapat dikatakan
memiliki reliabilitas cukup baik apabila nilai koefisien Alpha
Cronbach >0,700.
Setelah dilakukan seleksi aitem dan perhitungan dengan
menggunakan program SPSS 21, skala dukungan sosial memiliki
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,908. Hal ini menunjukkkan
bahwa skala dukungan sosial memiliki nilai reliabilitas yang tinggi
sehingga dapat dipercaya.
Tabel 9.Uji Coba Reliabliitiau Skala Dukungan Souial
Sedangkan skala persepsi penampilan fisik memiliki koefisien
Alpha Cronbach 0,878. Hasil ini menunjukkan bahwa skala
persepsi penampilan fisik memiliki nilai reliabilitas yang cukup
tinggi sehingga cukup dapat dipercaya.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
Tabel 10.Uji Reliabilitau Skala Peruepui Penampilan Fiuik
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu SMA
Stella Maris, BSD, Tangerang, Banten dan SMA Mardi Waluyo, Cibinong,
Bogor, Jawa Barat. Subjek penelitian ini yaitu siswi kelas X.dan sesuai
dengan kriteria penelitian.
Penelitian dilakukan selama satu hari untuk masing-masing sekolah yaitu
tanggal 25 Januari 2016 di SMA Stella Maris. Sedangkan di SMA Mardi
Waluyo dilakukan pada tanggal 2 Febuari 2016. Peneliti membagikan skala
kepada subjek penelitian saat jam pelajaran berlangsung. Waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan kedua skala tersebut yaitu ± 15 menit.
Sebelum subjek mengisi skala yang telah dibagikan, peneliti melakukan
raport dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada subjek penelitian
dan menjelaskan bahwa penelitian tersebut bersifat rahasia. Lalu setelah itu,
peneliti mengadministrasikan cara pengerjaannya yaitu pertama, subjek
diminta memberikan tanda tangan tanpa nama di tempat yang telah
disediakan sebagai tanda bahwa subjek setuju untuk mengerjakannya. Kedua,
subjek diminta untuk menuliskan identitas berupa inisial nama dan usia.
Selanjutnya, subjek mengisi skala dengan memberikan tanda silang (X) pada
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
kolom jawaban yang telah disediakan. Dari seluruh subjek yang
diberikan skala, semua terisi dan skala-skala tersebut dapat terkumpul sesuai
dengan jumlah yang dibagikan.
C. Deskripsi Subjek Penelitian
Sampel penelitian terdiri dari 108 remaja perempuan yang duduk di
kelas X SMA. Rentang usia sampel penelitian yaitu usia 14 s/d 16 tahun.
Dari 108 remaja perempuan tersebut terdiri dari 5% remaja perempuan
berusia 14 tahun (5 orang), 79% usia 15 tahun (85 orang) dan 16 usia 16
tahun (18 orang).
D. Deskripsi Data Penelitian
Berikut adalah deskripsi data penelitian
Tabel 11 .Deukriptif Data Penelitian
Variabel Xmin XmaxEmpirisMean SD Xmin Xmax MeanTeoritis
Dukungan Sosial 87 136 108,88 9,31 35 140 87,5
Persepsi Penampilan Fisik 79 127 107,53 10,75 39 156 97,5
Data di atas digunakan untuk mengetahui tingkat dukungan sosial dan
persepsi penampilan fisik pada subjek penelitian, maka dilakukan
perbandingan antara mean empiris dan mean teoritis (lihat tabel 11). Skala
dukungan sosial memiliki mean empiris yang lebih besar daripada mean
teoritis (108,88>87,5). Artinya, subjek cenderung mendapatkan dukungan
sosial yang tinggi dari teman sebayanya. Sedangkan mean empiris skala
persepsi penampilan fisik lebih besar daripada mean teoritis (107,53>97,5).
E. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Data
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk melihat sebaran distribusi data
dari variabel dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik normal
atau tidak. Peneliti menggunakan teknik one uample Kolmogorov
Smirnov Teut (K-S) untuk uji normalitas. Apabila nilai p (taraf
signifikan) lebih besar dari 0,05 (≥0,05), maka data yang diperoleh
berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan, distribusi skor
skala dukungan sosial memiliki nila 0,503, artinya skala dukungan
sosial memiliki sebaran skor yang normal. Sedangkan, skala
persepsi penampilan fisik memiliki nilai 0,473, artinya, skala
persepsi pernampilan fisik memiliki sebaran skor yang normal.
(lihat tabel). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor pada
subjek normal.
Tabel 12.Uji Normalitau
Variabel Kolmogorov-SmirnovKoefisien Keterangan
Dukungan Sosial 0,503 Normal
Persepsi Penampilan Fisik 0,473 Normal
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk melihat pola hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung merupakan garis lurus
hubungan variabel pada penelitian tersebut mengikuti garis
linear. Berdasarkar tabel 10, pada barislinearity,uji linear memiliki
nilai signifikansi 0,02 dimana lebih kecil dari 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan linear antara variabel dukungan
sosial dan teman sebaya.
Tabel 13.Uji Linearitau
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji asumsi normalitas dan lineartitas yang
menunjukkan bahwa sebaran data bersifat normal dan ada hubungan
yang linear antar kedua variabel, maka untuk menguji hipotesis
digunakan metode Pearuon Product Moment Correlation.. Teknik ini
digunakan untuk melihat hubungan dari kedua variabel yaitu variabel
tergantung (dukungan sosial) dan variabel bebas (persepsi penampilan
fisik). Hipotesis diterima atau tidak dapat dilihat dari besarnya nilai
koefisien signifikansi. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,01 maka
Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antar variabel. Namun, jika
nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,01, maka Ho ditolak.
ANOVA Bable
Sum of
Squares df SquareMean F Sig.
Dukungan_sosial *
Penampilan_fisik BetweenGroups (Combined)Linearity 4108,478754,236 39 105,3461 754,236 1,3859,915 ,119,002 Deviation from
Linearity 3354,242 38 88,270 1,160 ,292
Within Groups 5172,957 68 76,073
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa
koefien korelasi yang diperoleh sebesar 0,285 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,001 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
diterima. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
dan persepsi penampilan fisik. Selain itu, koefisien positif menunjukkan
bahwa semakin positif persepsi penampilan fisik maka semakin tinggi
pula dukungan sosial yang akan diterima.
Tabel 14.Uji Mipoteuiu
F. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara
persepsi penampilan fisik dengan dukungan sosial pada remaja perempuan.
Artinya, semakin tinggi persepsi penampilan fisik pada remaja perempuan
akan membuat remaja perempuan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi
dari teman sebayanya dan begitu pula sebaliknya. Subjek pada penelitian ini
Correlations
cenderung mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari teman
sebayanya dan memiliki persepsi yang cukup baik terhadap penampilan fisik
mereka. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean empirik pada skala dukungan
sosial lebih besar daripada mean teoritis.
Dukungan sosial yang diperoleh subjek penelitian tergolong tinggi.
Menurut Jacobson (dalam Oxford, 1992) dukungan sosial merupakan suatu
bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat
individu percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dicintai dan orang lain
bersedia memberikan perhatian dan keamanan. Dengan tingginya dukungan
sosial yang didapat menunjukkan bahwa subjek mendapatkan perhatian
perasaan nyaman, dan merasa dihormati. Hal ini sesuai dengan hasil
observasi yang dilakukan peneliti saat subjek mengerjakan skala penelitian.
Ketika subjek bertanya mengenai pernyataan penelitian kepada temannya,
temannya akan memperhatikan dan membantu subjek dalam mengerjakan.
Selain itu, dukungan sosial dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki oleh
penerima dukungan sosial.
Subjek tergolong memiliki persepsi yang cukup baik terhadap
penampilan fisik yang dimilikinya. Menurut Baron dan Byrne (2004),
penampilan fisik dapat mempengaruhi penilaian kepribadian. Pada umumnya
orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang memiliki penampilan
fisik yang menarik akan terlihat menyenangkan, mudah bersosialisasi,
mandiri, dominan, mampu dan mudah menyesuaikan diri dibandingkan
Berdasarkan penjelasan tersebut, hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Remaja memiliki persepsi bahwa
mereka yang memiliki penampilan yang menarik biasanya akan diperlakukan
dengan baik daripada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1980). Selain
itu, penampilan fisik memiliki peran penting dalam melakukan interaksi
sosial karena penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang
menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil
yang menyenangkan bagi pemiliknya ( Cross dan Cross, dalam Saguni,
2012).
Bagi remaja, dukungan sosial sangat penting dalam perkembangan
mereka. Dengan adanya dukungan sosial, remaja akan merasa aman dari
lingkungan sekitarnya. Selain itu, dukungan sosial dapat membantu remaja
dalam pembentukkan identitas agar remaja terhindar dari krisis
pembentukkan identitas diri. Hal ini dikarenakan pada masa
perkembangannya, remaja mengalami krisis identitas. Apabila remaja
mengalami krisis identitas diri akan menyebabkan penarikan diri individu,
mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga (Santrock, 1996).
Remaja perempuan mempersepsikan penampilan fisiknya berdasarkan
beberapa aspek. Ada tiga aspek yang dapat mempengaruhi persepsi
penampilan fisik yaitu aspek karakter fisik, penampilan dan kerapihan, serta
daya tahan dan kesehatan fisik. (Jersild, dalam Collier, 1998).
Jika melihat koefisien determinan (r2) sebesar 0,081. Hal ini berarti