• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi penampilan fisik dan dukungan teman sebaya pada remaja perempuan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara persepsi penampilan fisik dan dukungan teman sebaya pada remaja perempuan."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Natalia Woro Kesuma B ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi penampilan fisik dengan persepsi dukungan sosial teman sebaya pada remaja perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu remaja perempuan berusia 14 s/d 16 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 108 orang yang duduk di kelas X SMA. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik yang dibuat oleh peneliti. Reliabilitas skala dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik yaitu 0,908 dan 0,878. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment Correlation dengan nilai r = 0,285 dan p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik pada remaja perempuan

Kata kunci : dukungan sosial, persepsi penampilan fisik, remaja perempuan

(2)

Natalia Woro Kesuma B ABSTRACK

This research had purposes to see the relationship between social support and physical appearance perception among girls. This research used quantitative correlation method. Subject of this research was girls who 14 until 16 years old. The number of subjects were 108 girls sitting in class X senior high school. Data of this research came from social support scale and physical appearance percept ion scale which made by writer. The reability of this scale were 0,908 and 0,878. Data were analyzed using Pearson Product Moment Correlation with r = 0,285 and p = 0,001. Result of this analysis showed that there was a positive relationship between social support and physical appearance perception among girls.

(3)

i

HUBUNGAN ANBARA PERSEPSI PENAMPILAN

FISIK DAN DUKUNGAN BEMAN SEBAYA PADA

REMAJA PEREMPUAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Natalia Woro Kesuma B 119114084

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOBBO DAN PERSEMBAHAN

Suatu uuaha tidak akan ueleuai tanpa adanya kerja kerau dan doa. Saat uemua upaya telah dilakukan maka, manuuia tinggal menyerahkannya kepada Tuhan.

.

Kuperuembahan karya ini untuk

Tuhan Yeuuu dan Bunda Maria atau belau kauihNYA

Papa dan ibu yang uelalu uabar dan tak hentinya memberi dukungan

(7)
(8)

vi

HUBUNGAN ANBARA PERSEPSI PENAMPILAN FISIK DAN DUKUNGAN SOSIAL BEMAN SEBAYA PADA REMAJA PEREMPUAN

Natalia Woro Kesuma B

ABSBRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi penampilan fisik dengan persepsi dukungan sosial teman sebaya pada remaja perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu remaja perempuan berusia 14 s/d 16 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 108 orang yang duduk di kelas X SMA. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik yang dibuat oleh peneliti. Reliabilitas skala dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik yaitu 0,908 dan 0,878. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Pearuon Product Moment Correlation dengan nilai r = 0,285 dan p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik pada remaja perempuan

(9)

vii

RELABIONSHIP BEBWEEN PYHSICAL APPEARANCE PERSEPBION AND PEER SOCIAL SUPPORB AMONG GIRL

Natalia Woro Kesuma B ABSTRACT

Thiu reuearch had purpoueu to uee the relationuhip between uocial uupport and phyuical appearance perception among girlu. Thiu reuearch uued quantitative correlation method. Subject of thiu reuearch wau girlu who 14 until 16 yearu old. The number of uubjectu were 108 girlu uitting in clauu X uenior high uchool. Data of thiu reuearch came from uocial uupport ucale and phyuical appearance perception ucale which made by writer. The reability of thiu ucale were 0,908 and 0,878. Data were analyzed uuing Pearuon Product Moment Correlation with r = 0,285 and p = 0,001. Reuult of thiu analyuiu uhowed that there wau a pouitive relationuhip between uocial uupport and phyuical appearance perception among girlu.

(10)
(11)

ix

KABA PENGANBAR

Puji syukur dan terima kasih dipanjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberikan belas kasih, berkat dan perlindungan selama proses pembuatan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Penampilan Fisik dan Dukungan Sosial pada Remaja Perempuan” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis skripsi ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini. Oleh karena itu, oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, telah mengizinkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak Paulus Edy Suhartanto, M. Si., Kepala Program Studi Fakultas Psikologi, terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya telah membimbing saya selama berkuliah.

3. Ibu Alm. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih sekali sudah dengan sangat sabar membimbing saya selama ini. Maaf bu saya lama sekali menyelesaikannya. Saya berharap ibu bisa berumur panjang.

4. Ibu Debri Pristinella, S. Psi., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan masukkannya saat saya sedang mengalami kebingungan selama kuliah.

(12)

x

6. SMA Stella Maris, BSD Serpong dan SMA Mardi Waluyo, Cibinong, terima kasih telah memberikan saya ijin untuk melakukan penelitian.

7. Papa dan ibu yang selalu mendukung lia baik secara moral, materil dan doa. Terima kasih sekali karena Papa dan Ibu tidak pernah bertanya kapan Lia lulus. Papa dan Ibu percaya bahwa Lia bertanggung jawab atas pilihan Lia.

8. Yangkung dan Yangti yang selalu menyambut Lia dengan tangan terbuka setiap kali Lia berkunjung ke rumah Eyang. Terima kasih sekali atas wejangan yang telah diberikan. Itu sangat membangun sekali.

9. Mas Bram dan Leksi yang membuat Lia termotivasi untuk menjadi lebih dewasa.

10. Mbak Melisa, ibu guru galak, yang telah membantu saya agar bisa melakukan penelitian di sekolahnya.

11. Nety, Silla, Hervy, Yoan, Iyah, Tea, Riana dan Shandy yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberikan semangat dan masukkan selama mengerjakan skripsi. Mungkin kalau kalian tidak ada, saya bisa tersesat dan butuh waktu yang lebih lama.

12. Nizam, Emak, Dika dan Butet yang menjadi tempat pelarian kalau saya sedang jenuh mengerjakan skripsi karena mereka yang selalu mau diajak main atau nongkrong.

13. Pak Azwar dan Pak Supratiknya, telah memberikan jalan keluar saat saya sedang mengalami kesulitan dalam menganalisis data yang jauh dari kata sempurna ini.

(13)
(14)

xii

DAFBAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSEBUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOBBO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYABAAN KEASLIAN KARYA ...v

ABSBRAK ... vi

ABSTRACK...vii

HALAMAN PERSEBUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

KABA PENGANBAR ... xi

DAFBAR ISI ... xii

DAFBAR BABEL ... xvi

DAFBAR SKEMA ... xvii

DAFBAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

(15)

xiii

2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II LANDASAN BEORI... 7

A. Dukungan Sosial Teman Sebaya... 7

1. Definisi ... 7

2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ... 9

3. Komponen-komponen Dukungan Sosial ... 10

4. Faktor-faktor Dukungan Sosial ... 11

5. Dampak Dukungan Sosial ... 13

B. Persepsi Penampilan Fisik 1. Definisi ... 14

2. Aspek-aspek Penampilan Fisik ... 15

3. Faktor-faktor Persepsi Penampilan Fisik ... 17

4. Dampak Penampilan Fisik Menarik ... 18

C. Remaja Perempuan ... 19

D. Hubungan Antara Persepsi Penampilan Fisik dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Pada Remaja Perempuan... 21

E. Hipotesis ... 24

BAB III MEBODOLOGI PENELIBIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 25

(16)

xiv

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 27

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

1. Validitas ... 33

2. Seleksi Aitem Alat Ukur ... 34

3. Reliabilitas ...37

H. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Asumsi ... 37

2. Uji Hipotesis ... 38

BAB IV. HASIL PENELIBIAN DAN PEMBAHASAN... 40

A. Persiapan Penelitian ... 40

B. Pelaksanaan Penelitian ... 45

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 46

D. Deskripsi Data Penelitian ... 46

E. Hasil Penelitian... 47

1. Uji Asumsi ... 47

2. Uji Hipotesis ... 48

F. Pembahasan ... .49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 53

(17)

xv

B. Saran ... 53

DAFBAR PUSBAKA... 55

(18)

xvi

DAFBAR BABEL

Tabel 1.Blue-print Skala Dukungan Souial ...29

Tabel 2.Skor Penilaian Skala Dukungan Souial ...30

Tabel 3.Blue-print Skala Peruepui Penampilan Fiuik ...31

Tabel 4.Skor Penilaian Skala Peruepui Penampilan Fiuik ...32

Tabel 5.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial Sebelum Selekui Aitem35 Tabel 6.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Skala Peruepui Penampilan Fiuik Sebelum Selekui Aitem ...36

Tabel 7.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial Setelah Selekui ...42

Tabel 8.Blue-print Diutribuui Sebaran Aitem Peruepui Penampilan Fiuik Setelah Selekui Aitem ...43

Tabel 9.Uji Coba Reliabilitau Skala Dukungan Souial...44

Tabel 10.Uji Coba Reliabilitau Skala Peruepui Penampilan Fiuik...45

Tabel 11.Deukriptif Data Penelitian ...46

Tabel 12.Uji Normalitau ...47

Tabel 13.Uji Linearitau ...48

(19)

xvii

DAFBAR SKEMA

(20)

xviii

DAFBAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ... 58

Lampiran 2. Analisis Reliabilitas dan Kualitas Skala ...69

(21)

1

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa perkembangan yang sering menimbulkan

permasalahan selama masa perkembangan manusia. Masa remaja sering

disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke

arah kedewasaan. Pada masa ini, remaja sedang mengalami suatu

pematangan fisik dan pematangan sosial. Dalam pematangan fisik ini, remaja

mengalami proses perubahan struktur dan fungsi jasmaniah yang akan

mengarah pada penyempurnaan fisik. Sedangkan dalam pematangan sosial,

remaja menghadapi proses belajar untuk menyesuaikan diri pada kehidupan

sosial orang dewasa (Rifai, 1984).

Psikologi sosial memandang kebutuhan dan sikap remaja dalam

hubungannya dengan pemuasan kebutuhan remaja dalam kelompoknya

dimana remaja menjadi anggotanya. Taraf dan kualitas pemuasan itu akan

menentukan suasana aman dari remaja tersebut. Rasa aman penting bagi

remaja karena mencegah remaja untuk melakukan kenakalan remaja. Rasa

aman didapatkan oleh remaja dari terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

psikologis. Kebutuhan psikologis tersebut meliputi kebutuhan untuk

menerima afeksi dari kelompok atau individual, kebutuhan untuk

memberikan sumbangan kepada kelompoknya, kebutuhan untuk memahami

(22)

Kebutuhan afeksi dari kelompok atau individu dapat dipenuhi dari

dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan sekitar remaja. Dukungan

sosial yaitu kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh

kelompok atau lingkungan disekitarnya (Baron dan Byrne, 2005). Sedangkan

menurut Johnson dan Johnson (1991), dukungan sosial merupakan

keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan,

penerimaan dan perhatian sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup

individu yang bersangkutan.

Pada masa transisi ini remaja dipandang dari dua sisi yang berlainan, di

satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang mandiri tanpa bantuan orang

tuanya lagi. Namun, di sisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari

orang tua untuk membantunya dalam mengatasi masalah yang penting

(Agustiani, 2002). Akan tetapi, intensitas ketergantungan tersebut telah

berkurang dan remaja mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya.

Hal ini senada dengan pendapat Mappiare (dalam Maman, 1993) yang

menyatakan bahwa selain dengan orang tua, remaja dapat memenuhi

kebutuhan dirinya melalui teman sebaya. Selain menimbulkan rasa aman,

dukungan sosial juga dapat membantu remaja dalam membentuk identitas

diri (Ristianti, 2008). Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima atau

dirasakan maka akan semakin optimal proses pembentukan identitas diri.

Dengan adanya dukungan sosial yang bersumber dari lingkungan dapat

memberikan informasi terkait dengan hal apa yang harus dilakukan remaja

(23)

Bagi remaja, pembentukan identitas sangatlah penting. Remaja berusaha

untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa yang ada dalam diri

mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Apabila pada tahap ini

remaja belum berhasil menemukan dan menyelesaikan krisis identitasnya

akan mengalami kebimbangan akan identitas dimana dapat menyebabkan

penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga,

atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan identitas

dirinya (Santrock, 1996).

Selama remaja mencari identitas diri yang sesuai dengan dirinya, remaja

mencoba peran dan kepribadian yang berbeda-beda sebelum pada akhirnya

remaja mencapai suatu pemikiran yang stabil. Oleh karena itu, remaja

membutuhkan dukungan dari lingkungan di sekitarnya khusunya lingkungan

teman sebaya. Hal ini dikarenakan bahwa kelompok teman sebaya

merupakan tempat yang nyata bagi remaja unuk menguji dirinya sendiri dan

orang lain (Benimof, dalam Al-Mighwar, 2006). Kelompok teman sebaya

berfungsi sebagai tempat untuk mencoba berbagai hal baru serta saling

mendukung satu sama lain (Cairns & Neckerman, 1988).

Remaja akan memperoleh dukungan sosial apabila memiliki penampilan

fisik yang baik. Hal ini dikarenakan remaja memiliki persepsi bahwa mereka

yang menarik biasanya diperlakukan dengan baik daripada mereka yang

kurang menarik (Hurlock, 1980). Selain itu, Penampilan fisik sangat penting

(24)

2012), dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan

potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh

berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Orang yang menarik

lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai positif oleh orang lain

dibandingkan teman-teman yang memiliki penampilan yang kurang menarik.

Hal ini dikarenakan seseorang menilai kepribadian dan karakter orang lain

berdasarkan penampilan fisik yang ditampilkan (Risnawati, 2014).

Kepribadian dan karakter individu termasuk ke dalam faktor pendukung

seseorang untuk mendapatkan dukungan sosial yaitu potensi penerima

dukungan. Namun, tidak selamanya penampilan fisik mencerminkan

kepribadian seseorang. Seorang pembunuh berantai dapat saja sangat cantik

atau tampan dan banyak orang yang penampilannya dianggap tidak menonjol

ternyata pintar, baik hati, lucu, sensual dan lain-lain. Penampilan fisik tidak

secara langsung berkaitan dengan atribut-atribut psikologis (Baron dan

Byrne, 2004)

Penampilan fisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penampilan luar seseorang yang mudah diamati dan dinilai oleh orang di

sekelilingnya. Penampilan fisik mencakup karakter fisik, penampilan dan

keterampilan dalam berpakaian serta kesehatan dan daya tahan tubuh

(Saguni, 2012). Pengertian lain tentang penampilan fisik yaitu tampilan luar

(25)

Penilaian penampilan fisik berdasarkan persepsi yang dimiliki oleh remaja

itu sendiri terhadap penampilan fisik yang mereka miliki.

Remaja memiliki cara-cara tertentu agar terlihat menarik bagi

lingkungan sekitarnya. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan riasan

pada wajah dan menggunakan busana yang sedang mengikuti trend.

Biasanya remaja perempuan usia 12 sampai dengan 16 tahun memiliki

kecenderungan yang lebih tinggi untuk berpenampilan menarik

dibandingkan dengan remaja laki-laki (Letianingsih,2002). Berdasarkan

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial sangat penting bagi

remaja. Hal ini dikarenakan dukungan sosial membantu remaja menuju

proses kedewasaan karena dengan adanya dukungan sosial membantu remaja

untuk mendapatkan rasa aman dan pembentukan identitas diri. Salah satu

cara agar mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya, remaja

mampu menampilkan fisik secara baik ketika melakukan interaksi sosial

dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan remaja memiliki persepsi

bahwa semakin baik penampilan fisik sesorang maka akan mendapatkan

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul sebuah pertanyaan

penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara persepsi penampilan fisik

terhadap dukungan sosial.

C. Bujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan yang positif antara persepsi penampilan fisik dengan

dukungan sosial pada remaja perempuan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Beoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

psikologi, terutama pada psikologi perkembangan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

remaja tentang hal-hal yang dibutuhkan agar remaja mendapatkan

(27)

7

Bab II

Landasan Beori

A. Dukungan Sosial Beman Sebaya

1. Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya

a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial yaitu keberadaan orang lain yang dapat

diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan

perhatian, sehingga meningkatkan kesejahteraan hidup bagi

individu yang bersangkutan (Johnson dan Johnson, 1991). Selain itu,

menurut Sarafino (2007) dukungan sosial merupakan suatu

kesenangan yang dirasakan sebagai perhatian, penghargaan, dan

pertolongan yang diterima dari orang lain atau suatu kelompok.

Dukungan sosial bisa didapatkan dari keluarga,teman sebaya, atau

anggota masyarakat. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2005)

dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis

yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga. Weiss (dalam

Taylor, dalam Nathania dan Godwin, 2011) mengatakan dukungan

sosial yaitu pertukaran interpersonal dimana salah seorang

memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Jadi,

dukungan sosial yaitu keberadaan orang lain yang memberikan

(28)

pertolongan sehingga membuat seseorang sejahtera secara fisik

dan psikologis.

b. Teman Sebaya

Ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan

sumber natural. Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang

dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang. Sedangkan

sumber natural adalah dukungan sosial yang diterima seseorang

melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan

orang-orang yang berada disekitarnya, misalnya : anggota keluarga,

teman sebaya atau relasi, guru dan sebagainya. Dukungan sosial

yang diterima bersifat informal (Rook dan Dolley, 1985).

Penelitian ini menggunakan teman sebaya sebagai sumber

dukungan sosial. Hal ini dikarenakan remaja banyak menghabiskan

waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua.

Teman sebaya yaitu anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau

tingkat kedewasaan yang sama dimana mereka memainkan peran

yang unik di masyarakat (Santrock, 2003). Teman sebaya

merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, panduan moral,

tempat bereksperimen dan tempat untuk mendapatkan otonomi dan

independensi dari orang tua (Papalia, 2008). Selain itu, teman

sebaya merupakan tempat untuk membentuk hubungan intim yang

berfungsi sebagai “latihan” bagi intimasi orang dewasa (Buhrmester,

(29)

yaitu anak-anak atau remaja dengan tingkat usia dan kedewasaan

yang sama dimana individu mendapatkan afeksi, simpati,

pemahaman moral dan menjadikan individu belajar mandiri dari

orang tua.

c. Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dukungan sosial teman sebaya yaitu keberadaan orang lain

yang memiliki usia dan tingkat kedewasaan yang sama dalam

memberikan dukungan berupa perhatian, penghargaan, dan

pertolongan sehingga membuat seseorang sejahtera secara fisik dan

psikologis.

2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2007), ada empat jenis dukungan sosial yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional merupakan dukungan yang melibatkan

ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga

individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan.

Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan

afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang melibatkan ekspresi

yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,

perasaan dan performa orang lain.

(30)

Dukungan instrumental yaitu bentuk dukungan yang melibatkan

bantuan langsung, bantuannya bisa berbentuk benda atau jasa.

d. Dukungan Informasi

Dukungan informasi yaitu dukungan dalam bentuk memberikan

informasi berupa saran, pengaraham dan umpan balik tentang

bagaimana cara memecahkan masalah.

3. Komponen-komponen Dukungan Sosial

Menurut Weiss(dalam Cutrona, 1994), ada enam komponen

dukungan sosial yaitu:

a. Inutrumental Support

1) Reliable Alliance

Individu mendapatkan jaminan bahwa ada individu lain yang

dapat diandalkan bantuannya saat individu itu membutuhkan

bantuan yang bersifat nyata dan langsung. Individu yang

menerima bantuan akan merasa tenang karena ada individu lain

yang dapat diandalkan.

2) Guidance

Individu mendapatkan dukungan berupa saran, nasehat dan

informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini bisa juga

berupa umpan balik atas sesuatu yang telah dilakukan oleh

individu.

(31)

1) Reauuurance of Worth

Individu akan medapatkan pengakuan atau penghargaan atas

kemampuan dan kualitas yang dimilikinya. Dukungan tersebut

akan membuat individu yang menerimanya merasa diterima

dan dihargai.

2) Emotional Attachment

Individu akan mendapatkan kasih sayang, cinta, perhatian dan

kepercayaan yang diterima oleh individu dari orang

disekitarnya. Kasih sayang, perhatian dan cinta tersebut dapat

memberikan rasa aman kepada individu yang menerimanya.

3) Social Integration

Dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk

memperoleh perasan memiliki suatu kelompok yang

memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta

melakukan kegiatan secara bersama-sama. Akibatnya, individu

dapat merasa aman, nyaman, serta memiliki dan dimiliki dalam

kelompok.

4) Opportunity to Provide Nurturance

Individu memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung

padanya untuk memperoleh kesejahteraan.

4. Faktor-faktor Dukungan Sosial

Menurut Myers (dalam Hobfoll, 1986), dukungan sosial terjadi

(32)

a. Empati

Individu merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan

mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah laku untuk

mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

b. Norma dan Nilai Sosial

Norma dan nilai sosial berguna untuk membimbing individu dalam

menjalankan kewajiban.

c. Pertukaran Sosial

Hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, dan

informasi. Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik dapat

membuat individulebih percaya bahwa orang lain akan

menyediakan bantuan.

Selain itu, menurut Sarafino (1994), ada beberapa faktor yang

menyebabkan seseorang menerima dukungan sosial, yaitu :

a. Potensi Penerima Dukungan

Seseorang mendapatkan atau tidak mendapatkan dukungan sosial

berdasarkan sifat yang dimilikinya seperti tidak sosial, tidak pernah

menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui

bahwa dia sebenarnya membutuhkan pertolongan.

b. Potensi Penyedia Dukungan

Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja

(33)

mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa

saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.

c. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial

Hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam

keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam

ukuran, frekuensi hubungan, komposisi dan kedekatan.

5. Dampak Dukungan Sosial

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial

mempunyai manfaat bagi perkembangan psikologis manusia. Contohnya

penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari dan Ahyani (2012) yang

menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki peran dalam membantu

seseorang untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru. Selain itu,

dengan adanya dukungan sosial akan membantu seseorang untuk

mengurangi rasa depresi (Saputri dan Indrawati, 2011). Secara

keseluruhan dengan adanya dukungan sosial akan menyejahterakan

kehidupan individu baik secara psikologis maupun fisik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan

sosial teman sebaya yaitu keberadaan orang lain yang memiliki usia dan

tingkat kedewasaan yang sama dalam memberikan dukungan berupa

perhatian, penghargaan, dan pertolongan sehingga membuat seseorang

sejahtera secara fisik dan psikologis. Ada dua komponen dukungan

sosial yaitu inutrumental uupport yang terdiri dari ketergantungan yang

(34)

yaitu emotional uupport yang terdiri dari pengakuan secara positif,

kedekatan emosional, integrasi sosial, dan kesempatan untuk mengasuh.

Dukungan sosial memiliki empat jenis yaitu dukungan informasi,

dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan

penghargaan. Selain itu, dukungan sosial diberikan oleh lingkungan

sekitar karena adanya empati, pertukaran sosial serta norma dan nilai

sosial.

B. Persepsi Penampilan Fisik

1. Pengertian Persepsi Penampilan Fisik

a. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan dimana diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat indera atau juga disebut sebagai proses sensori (Walgito, 2010).

Menurut Davidoff (dalam Walgito, 2010), persepsi merupakan

stimulus yang diindera oleh individu kemudian diorganisasikan dan

diinterpretasian sehingga individu menyadari dan mengerti tentang

yang diindera. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan (Jalaludin, 1998). Proses persepsi

diawali dengan proses fisiologis dimana sebuah objek ditangkap

oleh alat indera manusia seperti mata, hidung, lidah, telinga dan

kulit. Kemudian, objek tersebut diorganisasikan dan

(35)

Kanuk, 2004). Selain itu, persepsi yaitu suatu proses tentang

petunjuk-petunjuk indrawi dan pengalaman masa lampau yang

relevan (Bilondatu, 2013). Jadi, persepsi ialah pengalaman tentang

objek bisa berupa benda atau peristiwa yang ditangkap oleh alat

indera manusia yang kemudian objek tersebut akan diorganisasikan

dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna.

b. Penampilan Fisik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penampilan fisik yaitu

proses atau cara seseorang dalam menampilkan fisik diri di

lingkungan sekitarnya. Tampilan fisik yang ditampilkan yaitu dari

ujung kepala hingga ujung kaki yang mana mencakup rambut,

wajah, bentuk tubuh dan pakaian. J

c. Persepsi Penampilan Fisik

Persepsi penampilan fisik yaitu pengalaman tentang objek

berupa penampilan fisik yang ditangkap oleh indera manusia

kemudian objek tersebut akan diorganisasikan dan diinterpretasikan

menjadi sesuatu yang bermakna. Adapun objek yang dipersepsikan

yaitu karakter fisik, penampilan dan kerapihan serta daya tahan

tubuh.

2. Aspek-aspek Persepsi Penampilan Fisik

Menurut Jersild (dalam Collier, 1998) ada tiga aspek yang

mempengaruhi penampilan fisik seseorang yaitu:

(36)

Karakter fisik yaitu penampilan yang mencakup bentuk tubuh dari

atas sampai ke bawah seperti ukuran dan berat badan, bentuk dan

sususnan tubuh, roman muka atau wajah serta bagian tubuh dari

pinggang ke bawah.

b. Penampilan dan Kerapihan

Penampilan dan kerapihan mencakup cara memadu padakan

pakaian, kerapihan dalam berpakaian dan penataan rambut, cara

merias diri dengan menggunakan make upatau aksesoris badan dan

gaya potongan rambut.

c. Kesehatan dan Daya Tahan Tubuh

Kesehatan dan daya tahan tubuh mencakup cara seseorang dalam

menjaga kebersihan terhadap seluruh tubuh karena kebersihan

badan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Kebersihan tubuh

seseorang dapat dirasakan dari aroma tubuh yang dipancarkan oleh

orang tersebut.

Menurut Walgito, ada 3 aspek persepsi yaitu :

a. Kognitif

Sikap yang berisi kepercayaan individu terhadap objek sikap.

Kepercayaan itu muncul karena adanya suatu bentuk yang telah

terpolakan dalam pikiran individu. Kepercayaan itu juga datang dari

apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk

suatu ide atau gagasan tentang karakteristik objek. Kepercayaan ini

(37)

dan kepercayaan ini menyederhanakan fenomena dan konsep yang

dilihat dan yang ditemui.

b. Afeksi

Kesan atau perasaan individu dalam menafsirkan stimulus sehingga

stimulus tersebut disadari. Aspek afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional subjektif dari individu terhadap objek

persepsi, berisi perasaan memihak atau tidak memihak, mendukung

atau tidak mendukung terhadap objek yang dipersepsi.

c. Konatif

Perilaku dan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

individu berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi

perilaku. Komponen konatif meliputi perilaku yang tidak hanya

dilihat secara langsung, tetapi meliputi pula bentuk perilaku yang

berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang

berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi

terhadap sesuatu objek yang dipersepsi.

3. Faktor Persepsi Penampilan Fisik

Menurut Vidyarini (2007) ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap penampilan fisik yaitu :

(38)

Budaya merupakan salah satu faktor yang membedakan cara pandang

seseorang mengenai penampilan fisik. Contohnya masyarakat Asia

Timur menganggap mata lebar sebagai tanda kecantikan. Sedangkan

bangsa Barat menilai kulit coklat keemasan terbakar matahari

mempunyai daya tarik dan nilai kecantikan fisik tersendiri. Namun,

ada kesamaan antar budaya satu dengan yang lainnya menyangkut

beberapa aspek seperti ukuran tubuh dan wajah yang proporsional.

b. Media Masa

Media masa mempengaruhi cara pandang terhadap penampilan fisik.

Pada umumnya, media masa menyoroti wajah yang bersih, putih,

memiliki postur tubuh yang tinggi dan kurus, berambut hitam serta

memiliki kulit putih halus. Hal ini membuat masyarakat menanggap

seseorang yang memiliki penampilan fisik yang menarik apabila

berkulit putih, kurus, tinggi, wajah bersih dan sebagainya

4. Dampak Penampilan Fisik yang Menarik

Penampilan fisik yang menarik memiliki dampak yang sangat besar

dalam melakukan interaksi sosial. Menurut Cross dan Cross (dalam

Saguni, 2012), dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik

merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk

memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Orang

yang menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai positif

oleh orang lain dibandingkan teman-teman yang memiliki penampilan

(39)

mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan baik daripada

mereka yang kurang menarik dan daya tarik fisik berperan penting

dalam pemilihan pemimpin (Hurlock, 1980). Selain itu, Saguni (2012)

menyatakan bahwa penampilan fisik pada umumnya digunakan untuk

menilai karakteristik dan kepribadian orang lain. Contohnya, seseorang

yang menarik akan lebih sering dianggap memiliki sifat-sifat yang

menyenangan, baik dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, persepsi penampilan fisik

merupakan pengalaman tentang objek berupa penampilan fisik yang

ditangkap oleh indera manusia kemudian objek tersebut akan

diorganisasikan dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna.

Aspek-aspek yang dinilai dari penampilan fisik yaitu karakter fisik,

penampilan dan kerapihan, serta kesehatan dan daya tahan tubuh.

Penampilan fisik merupakan salah satu indikator penting untuk

melakukan interaksi sosial. Hal ini dikarenakan manusia akan menilai

seseorang berdasarkan penampilan fisiknya terlebih dahulu baru sikap

dan kepribadiaanya.

C. Remaja Perempuan

Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak

dan masa dewasa yang mencakup perubahan bilogis, kognitif, dan

sosial-emosi. Pada masa transisi ini, remaja menjajaki berbagai alternatif dan

mencobai berbagai pilihan sebagai dari perkembangan identitas (Santrock,

(40)

sebuah masa tahap perkembangan manusia yang ditandai dengan munculnya

konflik dan perubahan suasana hati. Beberapa tokoh memiliki beberapa

pendapat mengenai rentangan usia remaja. Namun, rata-rata usia remaja

berkisar antara 12 sampai 22 tahun.

Menurut Tanner (dalam Hurlock, 1980), remaja usia dua belas sampai

enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian

sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan fisik

yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental,

terutama pada awal masa remaja.

Bagi remaja, penampilan fisik merupakan salah satu aspek yang utama

untuk melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini

dikarenakan remaja memiliki persepsi bahwa remaja yang menarik akan

diperlakukan dengan baik daripada mereka yang kurang menarik. Oleh

karena itu, remaja usia 12 s/d 16 tahun memiliki kecenderungan yang tinggi

untuk berpenampilan menarik. Selain itu, remaja perempuan memiliki

kecenderungan untuk lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan

dengan remaja putra.

Berdasarkan penjelasan di atas, remaja tidak memiliki batasan umur yang

pasti dikarenakan ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda mengenai

batasan umur remaja. Namun, rata-rata usia remaja sekitar 12 s/d 22 tahun.

Saat memasuki tahap perkembangan ini, remaja mengalami banyak

perubahan mulai dari fisik, emosi, kognitif dan sosial. Hal ini dikarenakan

(41)

Pada masa ini, remaja sangat memperhatikan sekali penampilan fisiknya,

khususnya remaja perempuan. Menurut remaja, penampilan fisik sangat

penting saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, khususnya teman

sebaya. Remaja perempuan usai 12 s/d 16 tahun merupakan masa dimana

remaja perempuan memiliki ketertarikan yang sangat tinggi terhadap

penampilan fisik yang dimilikinya.

D. Hubungan Antara Persepsi Penampilan Fisik Dengan Dukungan Sosial

Pada Remaja Perempuan

Bagi remaja, dukungan sosial sangat penting untuk menuju kedewasaan.

Salah satu syarat agar remaja bisa menuju kedewasaan yaitu remaja merasa

aman dengan lingkungan sekitarnya. Agar remaja mendapatkan suasana

aman dari lingkungan sekitarnya, maka kebutuhan untuk menerima afeksi

dari kelompok atau individu harus terpenuhi. Kebutuhan tersebut dapat

terpenuhi apabila remaja mendapatkan dukungan sosial dari kelompok atau

lingkungan sekitarmya.

Dukungan sosial berperan penting bagi pembentukan identitas remaja.

Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima atau dirasakan maka akan

semakin optimal pembentukan identitas diri pada remaja. Dengan adanya

dukungan sosial yang bersumber dari lingkungan sekitar dapat memberikan

informasi terkait dengan hal yang harus dilakukan oleh remaja dalam upaya

(42)

untuk menguji coba berbagai macam peran dalam menyelesaikan krisis guna

membentuk identitas diri yang optimal.

Ada beberapa faktor penyebab seseorang mendapatkan dukungan sosial

dari teman sebaya. Faktor penyebab dukungan sosial teman sebaya yaitu

empati, norma dan nilai sosial, pertukaran sosial, potensi penerima sosial,

potensi penyedia dukungan serta komposisi dan struktur jaringan sosial.

Salah satu faktor penyebab dukungan sosial yaitu potensi penerima

dukungan. Seseorang mendapatkan atau tidak mendapatkan dukungan sosial

berdasarkan sifat yang dimiliki seperti tidak sosial, tidak pernah menolong

orang lain, dan lain-lain. Menurut, Risnawati (2014), karakter dan

kepribadian seseorang dapat dilihat berdasarkan penampilan fisik yang

dimiliki.

Penampilan fisik yang menarik dapat membuat remaja menjadi lebih

percaya diri saat melakukan interaksi dengan teman sebaya. Salah satu

indikator remaja memiliki rasa percaya diri yang tinggi yaitu remaja menjadi

kooperatif dengan lingkungan sekitarnya. Kooperatif termasuk ke dalam

(43)

Skema Dinamika Antara Persepsi Penampilan Fisik dan Dukungan Sosial

Beman Sebaya

Persepsi penampilan fisk

Persepsi penampilan fisik yang buruk menurut wanita Indonesia (gemuk, pendek, wajah berjerawat, dll)

Persepsi penampilan fisik yang menarik menurut wanita Indonesia (kurus, rambut hitam, kulit putih mulus, wajah bersih , dll)

Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri

Indikator perilaku positif yaitu perilaku kooperatif

Kooperatif termasuk ke dalam salah satu faktor dukungan sosial yaitu potensi penerima dukungan sosial

(44)

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan positif antara persepsi penampilan fisik dengan dukungan

sosial pada remaja. Semakin baik persepsi penampilan fisik maka semakin

tinggi dukungan sosial yang akan diterima. Begitu pula apabila semakin

buruk persepsi penampilan fisik maka semakin rendah dukungan sosial yang

(45)

25

Bab III

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam studi korelasional dengan pendekatan

kuantitatif. Studi korelasional merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk menetapkan besaran hubungan antar variabel. Selain itu, studi

korelasional digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam

penelitian (Kasmiadi & Sunariah, 2013). Ada atau tidaknya hubungan antar

variabel dapat dilihat berdasarkan koefisien korelasinya (Azwar, 2012)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat, yaitu :

Variabel bebas : persepsi penampilan fisik

Variabel terikat : dukungan sosial teman sebaya

C. Definisi Operasional

1. Dukungan Sosial Beman Sebaya

Dukungan sosial merupakan keberadaan orang lain yang

memberikan dukungan berupa perhatian, penghargaan, dan pertolongan

(46)

Terdapat 2 komponen utama yang dijadikan indikator dukungan

sosial, yaitu inutrumental uupport dan emotional uupport. Inutrumental

uupport terdiri dari bantuan yang bersifat nyata dan langsung serta

pemberian informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.

Sedangkan emotional uupport terdiri atas pengakuan secara positif,

kedekatan emosional, integrasi sosial, dan rasa ketergantungan untuk

memperoleh kesejahteraan.

Tinggi rendahnya dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan

sekitar dapat dilihat dari hasil skor skala dukungan sosial. Semakin

tinggi skor skala dukungan sosial dapat diinterpretasikan bahwa remaja

banyak menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya.

Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan bahwa

remaja semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh.

2. Persepsi Penampilan Fisik

Persepsi penampilan fisik merupakan pengalaman tentang objek

berupa penampilan fisik yang ditangkap oleh indera manusia kemudian

objek tersebut akan diorganisasikan dan diinterpretasikan menjadi

sesuatu yang bermakna. Penilaian terhadap penampilan fisik dilihat

berdasarkan kombinasi aspek persepsi dan penampilan fisik yaitu

penilaian kognitif, afeksi dan konasi terhadap karakter fisik, penampilan

(47)

D. Subjek Penelitian

Peneliti menggunakan teknik random uampling dalam menentukan

subjek penelitiaan. Subje penelitian ini yaitu remaja perempuan usia 12 s/d

16 tahun. Remaja usia tersebut digunakan karena pada usia tersebut remaja

perempuan sedang memiliki minat yang tinggi untuk memperhatikan

penampilan fisiknya. Selain itu, remaja perempuan memiliki minat yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja putra. Sekolah heterogen

digunakan karena saat memasuki tahap ini, remaja memiliki ketertarikan

terhadap lawan jenis.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode skala. Ada dua jenis skala yang

akan dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala dukungan sosial dan skala

persepsi penampilan fisik. Jenis skala yang digunakan dalam pembuatan

skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik yaitu skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala

Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun aitem-aitem instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan (Sugiyono, 2014). Skala dukungan sosial dibuat untuk melihat

(48)

Sedangkan skala persepsi penampilan fisik digunakan untuk mengetahui

persepsi remaja perempuan terhadap penampilan fisik yang dimilikinya.

1. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial dibuat berdasarkan teori mengenai dukungan

sosial yang dikemukakan oleh Weiss (dalam Cutrona, 1994). Dukungan

sosial memiliki dua komponen utama yaitu inutrumental uupport dan

emotional uupport. Kedua komponen utama tersebut akan dibagi

menjadi beberapa sub komponen yaitu reliable aliance, guidance,

reauuurance of worth, emotional attachment, uocial integration, dan

opportunity to provide nurturance. Komponen dukungan sosial ini akan

digunakan sebagai indikator dalam pembuatan skala. Komponen

dukungan sosial tersebut akan dibuat menjadi aitem-aitem yang terdiri

dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable

menunjukkan bahwa bahwa subjek menerima dukungan sosial.

Sedangnkan pernyataanunfavorable menunjukkan bahwa subjek tidak

(49)

Tabel 1.Blueprint Skala Dukungan Souial

Komponen Sub Komponen Favorable Unfavorable (Presentase)Jumlah

Inutrumental uupport

Reliable alliance 5 5 10 (16,67%)

Guidance 5 5 10

(16,67%)

Aitem penyataan pada skala ini akan disusun dengan menyertakan 4

pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan jawaban memiliki

skor yang berbeda sesuai dengan jenis pernyataannya. Jawaban “sangat

setuju” untuk pernyataan favorable akan diberi nilai 4, demikian

seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”

(50)

diberi nilai 1 dan seterusnya sampai dengan skor 4 untuk jawaban

“sangat tidak setuju”.

Tabel 2.Skor Penilaian Skala Dukungan Souial

2. Skala Persepsi Penampilan Fisik

Skala persepsi penampilan fisik dibuat berdasarkan teori mengenai

persepsi dan penampilan fisik. Indikator-indikator yang digunakan

merupakan kombinasi dari aspek persepsi dan aspek penampilan fisik.

Ada 3 aspek persepsi yaitu kognitif, konasi dan afeksi. Sedangkan aspek

penampilan fisik meliputi karater fisik, penampilan dan kerapihan, serta

kesehatan dan daya tahan tubuh. Indikator-indikator tersebut akan dibuat

menjadi beberapa aitem pernyataanfavorabledanunfavorable.

Favorable Skor Unfavorable Skor

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

(51)

Tabel 3.Blueprint Skala Peruepui Penampilan Fiuik

Aspek Persepsi

Aspek Penampilan

Fisik Favorable Unfavorable Jumlah

Kognitif

Karakter fisik 5 5 10

(11,1%)

daya tahan tubuh 5 5

10 (11,1%)

Afeksi

Karakter fisik 5 5 10

(11,1%)

daya tahan tubuh 5 5

10 (11,1%)

Konasi

Karakter fisik 5 5 10

(11,1%)

daya tahan tubuh 5 5

10

Aitem penyataan pada skala ini akan disusun dengan menyertakan 4

(52)

Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pilihan jawaban memiliki

skor yang berbeda sesuai dengan jenis pernyataannya. Jawaban “sangat

setuju” untuk pernyataan favorable akan diberi nilai 4, demikian

seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”

Sedangkan jawaban “sangat setuju” untuk pernyataan unfavorableakan

diberi nilai 1 dan seterusnya sampai dengan skor 4 untuk jawaban

“sangat tidak setuju”.

Tabel 4.Skor Penilaian Skala Peruepui Penampilan Fiuik

F. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Membuat Skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan fisik

berdasarkan indikator yang telah ditentukan dan telah diuji validitas

isinya melalui pendapat ahli.

2. Peneliti melakukan uji coba danpillot utudypada skala dukungan sosial

dan persepsi teman sebaya. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan skala

Favorable Skor Unfavorable Skor

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

(53)

yang valid dan reliabel. Selain itu, untuk melihat estimasi waktu yang

dibutuhkan untuk mengerjakan alat tes dan mencegah munculnya

ambiguitas pada aitem.

3. Setelah diujicobakan, peneliti melakukan seleksi aitem pada

masing-masing skala untuk mendapatkan reliabilitas, validitas, dan daya

diskriminasi aitem..

4. Apabila skala yang dibuat sudah valid dan reliabel, maka peneliti

melakukan pengambilan data pada subjek yang telah dipilih dengan

meminta subjek mengisi skala sesuai dengan perintah.

5. Peneliti melakukan olah data berdasarkan data yang diperoleh peneliti

melalui proses pengambilan data. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan teknik korelasi untuk melihat hubungan antara dukungan

sosial dan persepsi penampilan fisik. Pada remaja perempuan.

6. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui kualitas esensial

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat tes sungguh-sungguh

mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya, 2014).

(54)

sebuah cara untuk melihat sejauh mana aitem dalam suatu alat ukur

menggambarkan apa yang hendak diukur. Validitas didapat melalui

penurunan konstrak ke dimensi, indikator perilaku sampai ke aitem

(Periantalo, 2015). Pengujian isi tes dengan menggunakan analisis

rasional dan prefeuional judgement (Azwar, 1997). aitem-aitem pada

kedua skala dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, agar

aitem-aitem yang telah dibuat sesuai indikator-indikator yang telah

ditentukan.

2. Seleksi Aitem Alat Ukur

Seleksi aitem pada penelitian ini menggunakan data hasil uji coba

masing-masing skala. aitem yang lolos seleksi apabila memiliki daya

diskriminasi yang tinggi. Daya dikriminasi memiliki fungsi untuk

melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau

kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang

diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya

komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu

kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendri. aitem yang

lolos seleksi apabila memiliki koefisien positif antara skor aitem

tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi

(55)

Tabel 5.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial

Sebelum Selekui Aitem

Komponen KomponenSub Favorable Unfavorable Jumlah

(56)

Tabel 6.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Peruepui Penampilan

Fiuik Sebelum Selekui Aitem

Aspek Persepsi

Aspek Penampilan

Fisik Favorable Unfavorable Jumlah

(57)

3. Reliabilitas

Tujuan dilakukannya uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui

konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan

secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok

(Supratiknya, 2014). Koefisien reliabilitas digunakan sebagai alat ukur

untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas suatu alat tes atau skala.

Skor reliabilitas bergerak dari angka 0 - 1. Apabila nilai koefisien suatu

alat tes mendekati nilai 1 maka alat tes tersebut memiliki tingkat

reliabilitas yang sangat bagus. Sebaliknya, koefisien yang semakin

mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 1997).

Peneliti akan menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui Alpha

Cronbach.

H. Beknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk melihat sebaran distribusi data

dari variabel dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik normal

atau tidak. Peneliti menggunakan teknik one uample Kolmogorov

Smirnov Teut (K-S) untuk uji normalitas. Apabila nilai p (taraf

signifikan) lebih besar dari 0,05 (≥0,05), maka data yang diperoleh

(58)

dari 0,005 (≤0,05), maka data yang diperoleh tidak dapat

membentuk kurva distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas bertujuan untuk melihat pola hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung merupakan garis lurus

atau tidak. Jika taraf signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05, maka

hubungan variabel pada penelitian tersebut mengikuti garis linear.

Sebaliknya, apabila nilan p lebih besar dari 0,05 maka hubungan

variabel pada penelitian itu tidak membentuk suatu garis lurus.

2. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi, maka

teknik Pearuon Product Moment Correlation digunakan untuk menguji

hipotesis dari penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk melihat

hubungan dari kedua variabel yaitu variabel tergantung (dukungan sosial)

dan variabel bebas (persepsi penampilan fisik). Hipotesis diterima atau

tidak dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien signifikansi. Jika nilai

signifikansi lebih besar dari 0,01 maka Ho diterima, artinya tidak ada

hubungan antar variabel. Namun, jika nilai signifikansinya lebih kecil

dari 0,01, maka Ho ditolak. Selain itu, jika nilai koefisien korelasinya

positif menunjukkan adanya korelasi yang positif. Namun, jika nilai

(59)

antar variabel. Sifat hipotesis sudah terarah, maka penelitian ini

(60)

40

BAB IV

HASIL PENELIBIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Uji Coba Alat Penelitian

Uji coba dilakukan terhadap alat penelitian. Tujuannya yaitu ntuk

mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Ada 2 alat penelitian yang

diuji cobakan yaitu skala dukungan sosial dan skala persepsi penampilan

fisik. Kedua skala tersebut diuji cobakan kepada subjek yang memiliki

karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu remaja

perempuan berusia 14 s/d 16 tahun. Skala dukungan sosial dan skala

persepsi penampilan fisik diuji cobakan kepada 50 orang remaja

perempuan. Mereka berasal dari beberapa sekolah di Klaten dan

Yogyakarta.

2. Uji Validitas dan Relibialitas

Setelah uji coba dilakukan terhadap skala dukungan sosial dan skala

persepsi penampilan fisik, peneliti melakukan uji validitas dan

reliabilitas terhadap skala dukungan sosial dan skala penampilan fisik.

Hal ini dikarenakan, suatu alat ukur dikatakan baik apabila alat ukur

tersebut memiliki ketepatan dan konsistensi. Peneliti menggunakan

aplikasi SPSS 21 untuk mnguji validitas dan reliabilitas.

a. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu alat

(61)

digunakan untuk menguji validitas pada skala dukungan sosial

dan skala persepsi penampilan fisik. Validitas isi merupakan

validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau melalui profeuional judgement. Sebelum

dilakukan uji coba aitem-aitem dari masing-masing skala telah

mengalami proses koreksi oleh orang yang dianggap ahli yaitu

dosen pembimbing, dimana aitem-aitem tersebut mengukur aspek

yang hendak diukur.

Analisis aitem digunakan untuk melihat daya diskriminasi

aitem Hal ini dikarenakan skala yang memiliki validitas yang baik

apabila memiliki daya diskriminasi antar aitem. Suatu aitem

memiliki daya diskriminasi yang baik apabila memiliki nilai

koefisien > 0,30. Namun, sesungguhnya tidak ada batasan universal

yang menunjuk kepada angka minimal yang harus dipenuhi agar

suatu tes dinyatakan valid (Azwar, 1997). Suatu aitem yang

memiliki nilai koefisien validitas kurang tinggi masih bisa berguna

dalam membantu pengambilan keputusan dan dalam kasus tertentu

misalnya untuk menyeimbangkan banyaknya aitem pada

masing-masing aspek yang diukur. Hasil pengujian dari 60 aitem

pada skala dukungan sosial terdapat 35 aitem yang berhasil lolos

seleksi dan dikatakan valid. Nomor aitem yang valid dapat dilihat

(62)

Tabel 7.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Dukungan Souial

Seuudah Selekui Aitem

Komponen KomponenSub Favorable Unfavorable Jumlah

Inutrumental uupport

Reliable

alliance 33,34,35 5, 13 5

Guidance 2, 6 8, 14 4

integration 12, 15,1632 1, 27 6 Opportunity to

provide

nurturance 7, 21,22 18, 23, 24

6

Botal 19 16 35

Sedangkan pada skala persepsi penampilan fisik, dari 90 aitem

yang diuji cobakan terdapat 39 aitem yang valid. Nomor aitem yang

(63)

Tabel 8.Blueprint Diutribuui Sebaran Aitem Skala Peruepui Penampilan Fiuik

Seuudah Selekui Aitem

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil

suatu pengukuran dapat konsisten apabila dilakukan berulang kali.

Alat ukur yang konsisten apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah (Azwar, 1997). Reliablitas skala dalam

Aspek Persepsi

Aspek Penampilan

Fisik Favorable Unfavorable Jumlah

Kognitif

Karakter fisik 26,27 10 3

Penampilan dan

kerapihan 19, 22, 18, 21 4

Kesehatan dan daya tahan

tubuh 3, 13 32, 36 4

Afeksi

Karakter fisik 1,7 11, 16 5

Penampilan dan

kerapihan 20 5, 15, 35 4

Kesehatan dan daya tahan

tubuh 37,38,39 14, 33 4

Konasi

Karakter fisik 2, 23, 34 30,31 5

Penampilan dan

kerapihan 24,25, 29 4, 17 5

Kesehatan dan daya tahan

tubuh 6, 8,9 12 28 5

(64)

penelitian ini diuji dengan menggunakan pendekatan

konsistensi internal melaluiCronbach Alpha.

Prosedur pendekatan ini hanya dilakukan satu kali dan

dilakukan terhadap sekelompok individu yang memiliki kriteria

sebagai subjek penelitian. Pendekatan ini mempunyai nilai praktis

dan efisiensi yang tinggi. Suatu skala penelitian dapat dikatakan

memiliki reliabilitas cukup baik apabila nilai koefisien Alpha

Cronbach >0,700.

Setelah dilakukan seleksi aitem dan perhitungan dengan

menggunakan program SPSS 21, skala dukungan sosial memiliki

koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,908. Hal ini menunjukkkan

bahwa skala dukungan sosial memiliki nilai reliabilitas yang tinggi

sehingga dapat dipercaya.

Tabel 9.Uji Coba Reliabliitiau Skala Dukungan Souial

Sedangkan skala persepsi penampilan fisik memiliki koefisien

Alpha Cronbach 0,878. Hasil ini menunjukkan bahwa skala

persepsi penampilan fisik memiliki nilai reliabilitas yang cukup

tinggi sehingga cukup dapat dipercaya.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(65)

Tabel 10.Uji Reliabilitau Skala Peruepui Penampilan Fiuik

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu SMA

Stella Maris, BSD, Tangerang, Banten dan SMA Mardi Waluyo, Cibinong,

Bogor, Jawa Barat. Subjek penelitian ini yaitu siswi kelas X.dan sesuai

dengan kriteria penelitian.

Penelitian dilakukan selama satu hari untuk masing-masing sekolah yaitu

tanggal 25 Januari 2016 di SMA Stella Maris. Sedangkan di SMA Mardi

Waluyo dilakukan pada tanggal 2 Febuari 2016. Peneliti membagikan skala

kepada subjek penelitian saat jam pelajaran berlangsung. Waktu yang

diperlukan untuk mengerjakan kedua skala tersebut yaitu ± 15 menit.

Sebelum subjek mengisi skala yang telah dibagikan, peneliti melakukan

raport dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada subjek penelitian

dan menjelaskan bahwa penelitian tersebut bersifat rahasia. Lalu setelah itu,

peneliti mengadministrasikan cara pengerjaannya yaitu pertama, subjek

diminta memberikan tanda tangan tanpa nama di tempat yang telah

disediakan sebagai tanda bahwa subjek setuju untuk mengerjakannya. Kedua,

subjek diminta untuk menuliskan identitas berupa inisial nama dan usia.

Selanjutnya, subjek mengisi skala dengan memberikan tanda silang (X) pada

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(66)

kolom jawaban yang telah disediakan. Dari seluruh subjek yang

diberikan skala, semua terisi dan skala-skala tersebut dapat terkumpul sesuai

dengan jumlah yang dibagikan.

C. Deskripsi Subjek Penelitian

Sampel penelitian terdiri dari 108 remaja perempuan yang duduk di

kelas X SMA. Rentang usia sampel penelitian yaitu usia 14 s/d 16 tahun.

Dari 108 remaja perempuan tersebut terdiri dari 5% remaja perempuan

berusia 14 tahun (5 orang), 79% usia 15 tahun (85 orang) dan 16 usia 16

tahun (18 orang).

D. Deskripsi Data Penelitian

Berikut adalah deskripsi data penelitian

Tabel 11 .Deukriptif Data Penelitian

Variabel Xmin XmaxEmpirisMean SD Xmin Xmax MeanTeoritis

Dukungan Sosial 87 136 108,88 9,31 35 140 87,5

Persepsi Penampilan Fisik 79 127 107,53 10,75 39 156 97,5

Data di atas digunakan untuk mengetahui tingkat dukungan sosial dan

persepsi penampilan fisik pada subjek penelitian, maka dilakukan

perbandingan antara mean empiris dan mean teoritis (lihat tabel 11). Skala

dukungan sosial memiliki mean empiris yang lebih besar daripada mean

teoritis (108,88>87,5). Artinya, subjek cenderung mendapatkan dukungan

sosial yang tinggi dari teman sebayanya. Sedangkan mean empiris skala

persepsi penampilan fisik lebih besar daripada mean teoritis (107,53>97,5).

(67)

E. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Data

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk melihat sebaran distribusi data

dari variabel dukungan sosial dan persepsi penampilan fisik normal

atau tidak. Peneliti menggunakan teknik one uample Kolmogorov

Smirnov Teut (K-S) untuk uji normalitas. Apabila nilai p (taraf

signifikan) lebih besar dari 0,05 (≥0,05), maka data yang diperoleh

berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan, distribusi skor

skala dukungan sosial memiliki nila 0,503, artinya skala dukungan

sosial memiliki sebaran skor yang normal. Sedangkan, skala

persepsi penampilan fisik memiliki nilai 0,473, artinya, skala

persepsi pernampilan fisik memiliki sebaran skor yang normal.

(lihat tabel). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor pada

subjek normal.

Tabel 12.Uji Normalitau

Variabel Kolmogorov-SmirnovKoefisien Keterangan

Dukungan Sosial 0,503 Normal

Persepsi Penampilan Fisik 0,473 Normal

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas bertujuan untuk melihat pola hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung merupakan garis lurus

(68)

hubungan variabel pada penelitian tersebut mengikuti garis

linear. Berdasarkar tabel 10, pada barislinearity,uji linear memiliki

nilai signifikansi 0,02 dimana lebih kecil dari 0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada hubungan linear antara variabel dukungan

sosial dan teman sebaya.

Tabel 13.Uji Linearitau

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji asumsi normalitas dan lineartitas yang

menunjukkan bahwa sebaran data bersifat normal dan ada hubungan

yang linear antar kedua variabel, maka untuk menguji hipotesis

digunakan metode Pearuon Product Moment Correlation.. Teknik ini

digunakan untuk melihat hubungan dari kedua variabel yaitu variabel

tergantung (dukungan sosial) dan variabel bebas (persepsi penampilan

fisik). Hipotesis diterima atau tidak dapat dilihat dari besarnya nilai

koefisien signifikansi. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,01 maka

Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antar variabel. Namun, jika

nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,01, maka Ho ditolak.

ANOVA Bable

Sum of

Squares df SquareMean F Sig.

Dukungan_sosial *

Penampilan_fisik BetweenGroups (Combined)Linearity 4108,478754,236 39 105,3461 754,236 1,3859,915 ,119,002 Deviation from

Linearity 3354,242 38 88,270 1,160 ,292

Within Groups 5172,957 68 76,073

(69)

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa

koefien korelasi yang diperoleh sebesar 0,285 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,001 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis

diterima. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial

dan persepsi penampilan fisik. Selain itu, koefisien positif menunjukkan

bahwa semakin positif persepsi penampilan fisik maka semakin tinggi

pula dukungan sosial yang akan diterima.

Tabel 14.Uji Mipoteuiu

F. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada

penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara

persepsi penampilan fisik dengan dukungan sosial pada remaja perempuan.

Artinya, semakin tinggi persepsi penampilan fisik pada remaja perempuan

akan membuat remaja perempuan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi

dari teman sebayanya dan begitu pula sebaliknya. Subjek pada penelitian ini

Correlations

(70)

cenderung mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari teman

sebayanya dan memiliki persepsi yang cukup baik terhadap penampilan fisik

mereka. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean empirik pada skala dukungan

sosial lebih besar daripada mean teoritis.

Dukungan sosial yang diperoleh subjek penelitian tergolong tinggi.

Menurut Jacobson (dalam Oxford, 1992) dukungan sosial merupakan suatu

bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat

individu percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dicintai dan orang lain

bersedia memberikan perhatian dan keamanan. Dengan tingginya dukungan

sosial yang didapat menunjukkan bahwa subjek mendapatkan perhatian

perasaan nyaman, dan merasa dihormati. Hal ini sesuai dengan hasil

observasi yang dilakukan peneliti saat subjek mengerjakan skala penelitian.

Ketika subjek bertanya mengenai pernyataan penelitian kepada temannya,

temannya akan memperhatikan dan membantu subjek dalam mengerjakan.

Selain itu, dukungan sosial dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki oleh

penerima dukungan sosial.

Subjek tergolong memiliki persepsi yang cukup baik terhadap

penampilan fisik yang dimilikinya. Menurut Baron dan Byrne (2004),

penampilan fisik dapat mempengaruhi penilaian kepribadian. Pada umumnya

orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang memiliki penampilan

fisik yang menarik akan terlihat menyenangkan, mudah bersosialisasi,

mandiri, dominan, mampu dan mudah menyesuaikan diri dibandingkan

(71)

Berdasarkan penjelasan tersebut, hasil penelitian ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Remaja memiliki persepsi bahwa

mereka yang memiliki penampilan yang menarik biasanya akan diperlakukan

dengan baik daripada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1980). Selain

itu, penampilan fisik memiliki peran penting dalam melakukan interaksi

sosial karena penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang

menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil

yang menyenangkan bagi pemiliknya ( Cross dan Cross, dalam Saguni,

2012).

Bagi remaja, dukungan sosial sangat penting dalam perkembangan

mereka. Dengan adanya dukungan sosial, remaja akan merasa aman dari

lingkungan sekitarnya. Selain itu, dukungan sosial dapat membantu remaja

dalam pembentukkan identitas agar remaja terhindar dari krisis

pembentukkan identitas diri. Hal ini dikarenakan pada masa

perkembangannya, remaja mengalami krisis identitas. Apabila remaja

mengalami krisis identitas diri akan menyebabkan penarikan diri individu,

mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga (Santrock, 1996).

Remaja perempuan mempersepsikan penampilan fisiknya berdasarkan

beberapa aspek. Ada tiga aspek yang dapat mempengaruhi persepsi

penampilan fisik yaitu aspek karakter fisik, penampilan dan kerapihan, serta

daya tahan dan kesehatan fisik. (Jersild, dalam Collier, 1998).

Jika melihat koefisien determinan (r2) sebesar 0,081. Hal ini berarti

Gambar

Tabel 1. Blueprint Skala Dukungan Souial
Tabel 2. Skor Penilaian Skala Dukungan Souial
Tabel 3. Blueprint Skala Peruepui Penampilan Fiuik
Tabel 4. Skor Penilaian Skala Peruepui Penampilan Fiuik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai potensial int€raksi pasangan antar partikel di dalam inti yang sesungguhnya sangat sulit untuk dit€rfukan baik secra eksperimen maupun teori. Model-model yang

berhitung bagi anak bukan hanya menghitung deret angka saja, melainkan sebuah proses yang lebih bermakna dan menyenangkan. Sedangkan penelitian lain diharapkan

Hal yang perlu diperhatikan untuk pengendalian mutu pada proses pengocokan telur dengan gula pasir, vanili dan penambahan air sebanyak 200ml antara lain adalah

Dalam metode ini tentu diperlukan kemampuan guru untuk menjelaskan pelajaran tauhid dengan dalil-dalil naqal dan dalil aka1, kemudian mengajak murid-muridnya untuk merenungkan

Here, the researchers divide the result of the study into two parts, they are: observing students’ language skill in retelling story and building

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Program Pendidikan Gratis di Kecamatan Ajung

[r]

dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Kabupaten Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling mempengaruhi