• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA TESIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA TESIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN

TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN

MASALAH SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Master Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Rini Meilinda Monica Sidauruk NIM 8106172048

PROGRAM STUDI MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN

TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN

MASALAH SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Master Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Rini Meilinda Monica Sidauruk NIM 8106172048

PROGRAM STUDI MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iii ABSTRAK

Rini Meilinda Monica Sidauruk. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam peningkatan Tanggung Jawab Belajar dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan tanggung jawab belajar siswa serta peningkatan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa di SMP Swata Perguruan Katolik Asisi Medan. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SLPDV) dianalisis signifikansi perbedaan hasil postest kelas eksperimen (kelas TPS) dengan kelas kontrol (kelas pembelajaran biasa). Setelah diketahui bahwa data Kemampuan Awal Matematika (KAM) siswa dan hasil postest kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran TPS terhadap peningkatan tanggung jawab belajar siswa dianalisis, korelasi hasil postest dengan skor tanggung jawab belajar siswa berdasarkan perbedaan koefisien korelasi KAM siswa kategori rendah dengan KAM siswa kategori tinggi. Sementara peningkatan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS ( think-Pair-Share), (ttabel = 2.056) : Koefisien, korelasi, ternormalisasi kelompok siswa kelompok KAM rendah (thitung = 10.46) lebih besar dibanding siswa pada kelompok KAM tinggi (thitung = 0.04), dan ada interaksi antara hasil postest dan skor tanggung jawab belajar siswa umumnya di kelas eksperimen terutama pada kelompok siswa KAM rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat dianjurkan untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe TPS, sekaligus untuk lebih menghomogenkan kemampuan matematika siswa. Saran selanjutnya diharapkan kepada guru, lembaga terkait dan peneliti selanjutnya adalah agar pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran matematika menekankan pada kemampuan pemecahan masalah matematika dan tanggung jawab belajar siswa dan menjadikan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternative untuk pembelajaran matematika pada pokok bahasan lain.

(8)

iv ABSTRACT

Rini Meilinda Monica Sidauruk. Implementation of cooperative learning type Think-Pair-Share (TPS) in the increased responsibility of Student Learning. Thesis, Field Mathematics Education Graduate Studies Program UNIMED, 2014.

This is a type of quasi-experimental research. The purpose of this research is to implementing type of learning cooperative type Think-Pair-Share to increase math problem solving capabilities and responsibilities of student learning as well as increased activity in the management of teachers in SMP Catholic Assisi Medan. To determine the increase in mathematical problem-solving ability pf students on the subject of systems of linear equations of two variables (SPLDV) analyzed the significance of differences in post-test results of the experimental class (class TPS) with a control class (class of ordinary learning). After it emerged that the data early mathematics ability (KAM) students on post-test result of normal distribution and homogeneous. Learning to determine the application of TPS to increase the responsibility of student learning are analyzed, the correlation result with posttest scores responsibility of student learning based on differences coefficient KAM students category KAM low to high category students. While an increase in the activity of the teacher in the management of student learning analyzed descriptively. The result showed that students mathematical problem solving ability can be enhanced by cooperative learning type TPS (think-Pair-Share), (ttable = 2.056). Normalized correlation coefficient KAM group of students is low (tcount = 10.46) is greater than the students in the group of high KAM (tcount = 0.04) and no interaction between the post-test result and scores aregenerally the responsibility of student learning in the classroom experiments, especially at low KAM student group. Based on the results of the research can be encouraged to develop cooperative learning TPS, as well as to further homogenize the math skills of students. The next suggestion is expected to teachers, institutions and further research is in order type of cooperative learning in the learning of mathematics emphasis on mathematical problem-solving ability and responsibility to make student learning TPS as an alternative to learning mathematics in the other subject.

(9)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teknik

Think-Pair-square untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar dan Pemecahan

Masalah Siswa”. Dalam proses penyusunan tesis ini penulis banyak menghadapi

beberapa hal yang harus penulis lalui, diantaranya menghadapi kendala dan

keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi dari beberapa

pihak,

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Edy Syahputra, selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

2. Bapak Prof. Dr. Dian Armanto, M.Pd.M.A.M.Sc.Ph.D selaku dosen

Pembimbing I dan Ibu Ida Karnasih, M.sc, Ed, Ph.D selaku Pembimbing II

yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam

penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak Dr. Edy

Surya, M.Si sebagai narasumber II, dan Bapak Dr. Martua Manullang, M.Pd

sebagai narasumber III yang telah memberikan masukan dan sumbangan

pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam

(10)

ii

4. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Pascasarjana Universitas Negeri

Medan yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berhaarga bagi

pengembangan wawasan kelimuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis

ini.

5. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda

yang telah banyak memberi kasih sayang, dukungan, nasehat, dan doa

sehingga penyusunan tesis ini dapat terlaksana dengan baik.

6. Kakanda dan Adinda yang telah memberi dukungan, semangat dan doa

kepada penulis

7. Teman-teman mahasiswa prodi Pendidikan Matematika yang membuat

penulis termotivasi dan membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan Tesis

ini, namun kemungkinan masih banyak kekurangan dalam tesis ini baik dari segi

isi, maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya tesis ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan

pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, Maret 2015

Penulis,

Rini Meilinda M. Sidauruk

(11)

v

1.1.Latar Belakang Masalah……… 1

1.2.Identifikasi Masalah……….. 10

1.3.Batasan Masalah……… 11

1.4.Rumusan Masalah………. 11

1.5.Tujuan Penelitian………... 12

1.6.Manfaat Penelitian………. 13

1.7.Definisi Operasional…….………. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 16

2.1. Kerangka Teoritis……….. 16

(12)

vi

2.1.10. Teori Belajar yang Mendukung……… 47

2.1.11. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ( SPLDV )… 50 2.1.11.1. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua VariabeL……….. 50

2.1.12. Penyelesaian Soal Cerita yang Berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)….. 54

2.1.13 Pembelajaran Materi SPLDV dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS)……… 56

2.2. Kerangka Konseptual……… 59

2.2.1. Peningkatan Tanggung Jawab Belajar Siswa dengan model Pembelalajaran Think-Pair-Share……….. 59

2.2.2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa………. 60

2.2.3. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa antara Kelas TPS dan Kelas Konvensional……. 61

2.2.4. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Lebih baik dan Lebih Bervariasi………. 61

2.2.5. Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran……. 62

2.3. Hipotesis Penelitian……… 62

BAB III METODE PENELITIAN……… 64

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian……… 64

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian………. 64

3.2.1. Populasi Penelitian……… 64

3.2.2. Sampel Penelitian……….. 64

(13)

vii

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis….. 72

3.6.2. Analisis Validitas Butir Soal……… 75

3.6.3. Reliabilitas……….. 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………… 89

4.1. Hasil Analisis Data……….. 89

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM)….. 90

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen berdasarkan Hasil Pretest……….. 94

4.1.3. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen………. 99

4.1.4. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah kelas Kontrol……… 103

4.1.5. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 108

4.1.6. Deskripsi Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa dalam Pemecahan Masalah Siswa Kelas Ekperimen………. 113

4.2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa………... 115

(14)

viii

4.4. Deskripsi Proses Penyelesaian Masalah Matematika yang

dikerjakan Siswa……… 118

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian………. 125

4.5.1.Faktor Pembelajaran………. 125

4.5.1.1. Bahan Ajar………. 126

4.5.1.2. Guru………... 128

4.5.1.3. Peran Siswa……… 130

4.5.1.4. Interaksi………. 131

4.5.2.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa…. 132

4.5.3.Perbedaan Tanggung Jawab Belajar Siswa terhadap Matematika……….. 133

4.5.4.Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Siswa……….. 135

4.5.5.Proses Jawaban Siswa……….. 135

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian………. 137

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Guru dalam Pembelajaran Kooperatif………... 35 Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Ekspositori……….. 44 Tabel 3.1. Two Group Pretest-Postest Design……… 68

Tabel 3.2. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel

Bebas Terikat dan Kontrol………. 69

Tabel 3.3. Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah………….. 73 Tabel 3.4. Skor Alternatif Pemecahan Mssalah Matematika……. 74 Tabel 3.5. Kriteria Penentuan Tingkat Validitas Soal……… 76 Tabel 3.6. Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah………... 76

Tabel 3.7. Kriteria Reliabilitas Derajat Evaluasi Soal……… 77 Tabel 3.8. Analisis Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah……….. 77

Tabel 3.9. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran Soal…………. 78 Tabel 3.10. Analisis Tingkat Kesukaran………... 78 Tabel 3.11. Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Soal……….. 79 Tabel 3.12. Analisis Daya Pembeda Soal……… 79 Tabel 3.13. Kisi-kisi Angket Tanggung Jawab Belajar Siswa…… 80 Tabel 3.14. Pedoman Pembuatan Angket………... 80 Tabel 3.15. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran………... 81 Tabel 3.16. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi………... 82 Tabel 3.17. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Uji Statistik

yang digunakan……… 87

Tabel 4.1. Kemampuan Awal Matematika Siswa Tiap Kelas

Sampel………. 90

(16)

x

Tabel 4.5. Sebaran Jumlah Siswa Berdasarkan KAM Sampel

Penelitian………. 94

Tabel 4.6. Hasil Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tiap Kelas Sampel………... 95

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Pretest……… 96

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest……… 96

Tabel 4.9. Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest………. 97

Tabel 4.10. Sebaran Sampel Penelitian dan Rerata Pretest Berdasarkan KAM………... 98

Tabel 4.11. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen……….. 99

Tabel 4.12. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol………. 104

Tabel 4.13. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kontrol……….. 109

Tabel 4.14. Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa Berdasarkan Nilai KAM dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Kelas Eksperimen……… 114

Tabel 4.15. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Tingkat Tanggung Jawab Belajar Siswa…... 115

Tabel 4.16. Rata-Rata Nilai KAM Pretest, Postest Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol berdasarkan Nilai KAM…... 116

Tabel 4.17. Sebaran Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Setiap Nomor Soal Pretest berdasarkan Kategori KAM.. 118

(17)

xi

Gambar 2.4 Solusi umum Sistem Persamaan Linear Dua Variabel… 51 Gambar 4.1a Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Tinggi

Kelas Eksperimen………. 100

Gambar 4.1b Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Sedang

Kelas Eksperimen………. 101

Gambar 4.1c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa KAM Kategori

Rendah Kelas Eksperimen………. 102 Gambar 4.2a Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Tinggi

Kelas Kontrol………. 105

Gambar 4.2b Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Sedang

Kelas Kontrol………. 106

Gambar 4.2c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Rendah

Kelas Kontrol………. 107

Gambar 4.2d Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol..………. 108 Gambar 4.3a Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Tinggi

Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 110

(18)

xii

Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Sedang

Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 111

Gambar 4.3c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Rendah

Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 112

Gambar 4.3d Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan

Kontrol………..………. 113

(19)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Eksperimen)….. 147

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Eksperimen)…. 152 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Eksperimen)... 157

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Eksperimen)... 161

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I………. 167

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II……… 182

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III……….. 188

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV……….. 193

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kontrol)………. 199

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kontrol)……… 201

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Kontrol)…….. 203

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Kontrol)…….. 205

Lampiran 13 Pretest……… 207

Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes………. 209

Lampiran 15 Postest……… 210

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Tes Pemecahan Masalah………. 213

Lampiran 17 Angket Tanggung Jawab Belajar Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)……… 218

Lampiran 18 Kemampuan Awal Matematika Siswa (KAM) Kelas Eksperimen dan Kontrol………... 220

Lampiran 19 Nilai KAM Siswa Kelas Eksperimen Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah……….. 221

Lampiran 20 Nilai KAM Siswa Kelas Kontrol Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah……….. 222

Lampiran 21 Nilai KAM Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen……. 223

(20)

xiv

Kontrol berdasarkan Kategori Nilai KAM………. 225 Lampiran 24 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Pretest Kelas

Eksperimen dan Kontrol berdasarkan Kategori Nilai

KAM……… 226

Lampiran 25 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Postest Kelas

Eksperimen berdasarkan KAM……….. 228

Lampiran 26 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Postest Kelas

Kontrol berdasarkan KAM………. 229

Lampiran 27 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Postest Kelas

Eksperimen dan Kontrol berdasarkan KAM………….. 230 Lampiran 28 Hasil Pretest, Postest, dan Gain Siswa Kelas

Ekperimen Berdasarkan KAM………... 232 Lampiran 29 Hasil Pretest, Postest, dan Gain Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan KAM………. 233

Lampiran 30 Hasil Pretest, Postest, dan Gain Siswa Kelas

Ekperimen Dan Konrol Berdasarkan KAM………….. 234 Lampiran 31 Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa dalam

Pembelajaran TPS………. 236

Lampiran 32 Skor Tanggung Jawab Blajar Siswa Kelas Eksperimen

Berdasarkan Kategori Nilai KAM……….. 237 Lampiran 33. Korelasi KAM, Pretest, Postest, Gain dan Skor

Tanggung Jawab Belajar Siswa………... 238 Lampiran 34 Nilai KAM, Pretest, Postest, dan Gain pada Kelas

Eksperimen dan Kontrol………. 239 Lampiran 35 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Nilai Postest Siswa Kelas Eksperimen berdasarkan

Aspek Penilaian………... 240 Lampiran 36 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Nilai Postest Siswa Kelas Kontrol berdasarkan

(21)

xv

Lampiran 38 Koefisien Korelasi Nilai KAM dan Pretest pada Kelas TPS dengan Hipotesis H1 : Semakin Rendah Nilai KAM

Siswa maka Semakin Rendah Nilai Pretest……….. 243 Lampiran 39 Koefisien Korelasi Nilai KAM dan Gain pada Kelas

TPS dengan Hipotesis H1 : Semakin Rendah Nilai KAM

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses

pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai

dengan rasa tanggung jawab yang besar.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup

memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena

matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis

dan sistematis.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai siswa

karena matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Matematika

selalu mengalami perkembangan seuai dengan kemajuan sains dan teknologi

sekarang ini, seperti yang diungkapkan oleh Masykur dan Fathani (2007:41)

”Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama akan

tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama sains dan teknologi),

dibandingkan dengan Negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika

sebagai subjek yang penting.”

Peningkatan mutu pendidikan matematika sangat diperlukan, khususnya

(23)

2

proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan

yang penting, itu berarti berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di

sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Permasalahan yang sering mucul dewasa ini adalah ketidakaktifan siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran matematika.

Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam

kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada

guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Keinginan dan

aktivitas siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar cenderung menurun dan

kurang diperhatikan. Demikian juga dengan guru yang hanya mengejar waktu

mengingat harus mengajarkan materi yang cukup banyak tetapi dengan jam

pelajaran yang disediakan cukup singkat, tanpa memperdulikan siswanya sudah

atau belum memahami materi yang diajarkan. Kondisi seperti ini membuat siswa

kurang tertarik mengikuti pelajaran matematika, padahal beberapa faktor yang

mempengaruhi siswa tertarik pada matematika adalah minat, hasrat dan cita-cita

siswa itu sendiri, kemudian disusul faktor - faktor berikutnya yaitu faktor guru

didalam mengajar, kelengkapan buku-buku yang dimiliki siswa, kondisi siswa,

kondisi kelas, serta dorongan orang tua. Kondisi siswa merupakan salah satu

faktor pendukung keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat

mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kondisi siswa yang

(24)

3

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan

salah seorang guru bidang studi matematika kelas VII SMP Swasta Assisi

menunjukkan bahwa: “ Aktivitas siswa dalam belajar matematika di dalam kelas

masih rendah. Ini terlihat pada saat pembelajaran tentang materi bangun datar segi

empat khususnya persegi dan persegi panjang, siswa tidak mampu membedakan

keliling dan luas. Mereka hanya terpaut pada rumus yang ada, dan tidak dapat

menjelaskan ketika ditanyakan mengenai bagaimana mencari keliling dari sebuah

bangun secara real. Demikian juga ketika ditanyakan tentang luas bangun datar

siswa tidak dapat menunjukkan luas tersebut tanpa menggunakan rumus.

Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru artinya

kebanyakan dari siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas yaitu

dengan mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru

tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan

balik dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga nilai ulangan siswa masih

rendah. Ini terjadi dimungkinkan karena metode pembelajaran yang digunakan

guru kurang cocok sehingga menyebabkan siswa kurang menggunakan

pemikirannya dengan baik dalam pembelajaran matematikanya.

Kemudian, masih terdapat siswa yang mengalami tanggung jawab

belajar yang masih rendah. Rendahnya tanggung jawab belajar ini ditunjukkan

dengan siswa menyontek hasil pekerjaan temannya karena merasa tidak yakin

akan kemampuan diri sendiri dan malas untuk mengerjakan tugas sekolah, dan

siswa belum mempunyai kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang

(25)

4

Hasil pengamatan yang telah dihimpun menunjukkan adanya

kecenderungan bahwa, (1) sebagian siswa cerdas belum bisa mencapai prestasi

yang diharapkan, (2) sebagian siswa belum menyadari tanggung jawabnya dalam

penyelesaian tugas secara individu maupun kelompok, (3) Sebagian siswa belum

paham bagaimana bekerja secara tim, (4) kurangnya pemahaman diri

masing-masing siswa dalam penyelesaian tugas kelompok, (5) masih adanya siswa yang

terlalu bergantung dengan teman, (6) sebagian siswa belajar kurang

bersungguh-sungguh, asal-asalan,terpaksa dsb.

Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus, maka akan

mengakibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar terhambat. Siswa

akan beranggapan bahwa belajar matematika bukanlah kebutuhan, hanya tuntutan

kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran

matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang

diperoleh siswa.

Asosiasi guru matematika Indonesia dalam (http://www.agmi.or.id)

tentang rendahnya prestasi matematika Indonesia (Rabu,23 Januari 2008)

mengemukakan bahwa :“ Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika

Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Hal ini terungkap dalam

konferensi pers The First Symposium On Realistic in Mathematics di majelis Guru

Besar ITB “. Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan

matematika di Indonesia masih mengecewakan.

Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor,

(26)

5

observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMP Swasta Assisi Medan

menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih

menggunakan model pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan

pemberian tugas, artinya model pembelajaran yang digunakan masih banyak

didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi

pengetahuan dan keterampilan. Sifat siswa yang seperti ini akan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.

Siswa akan mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah. Siswa cenderung

menunggu sajian dari guru tanpa berusaha untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi dalam pembelajaran matematika.

Sardiman (2006) menyatakan bahwa:

“Salah satu problema belajar yang dihadapi oleh siswa adalah berupa pembelajaran yang keliru, dan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak”. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak selamanya efektif dan efisien seperti metode mengajar guru yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak selalu optimal, misalnya pembelajaran yang menempatkan guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan pembelajar hanya menghafal ilmu yang diberikan guru secara utuh.

Lie (2008:3) mengemukakan bahwa :

“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain”.

Oleh karena itu, Lie (2008:4) mengemukakan bahwa:

(27)

6

1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan siswa 2) Siswa membangun pengetahuan secara pasif

3) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa

4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi guru dan siswa

Diskusi dan kerja sama adalah salah satu cara yang dapat membuat siswa

menjadi aktif. Namun strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan

siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi seluruh kelas. Tetapi strategi ini

tidak terlalu efektif walaupun sudah berusaha dan mendorong siswa untuk

berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton sementara arena kelas

dikuasai oleh hanya segelintir orang dan kebanyakan dari siswa belum

mempunyai tanggung jawabnya dalam bekerja kelompok.

Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru dalam pemilihan model

pembelajaran yang dapat menjadikan seluruh siswa aktif dan tanggung jawab

dalam mengikuti kegiatan belajar. Salah satunya adalah menerapkan pembelajaran

kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif

masih jarang digunakan padahal berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ditelaah

oleh Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000:16) yang menunjukkan bahwa “ teknik

-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar

dibandingkan pengalaman individual atau kompetitif “. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Jhonson dan Jhonson (dalam Lie, 2004:15) bahwa “suasana

belajar kooperatif menghasilkan prestasi lebih tinggi, hubungan yang lebih positif

dari penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh

(28)

7

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Seiring dengan hal tersebut

Lie (2008:57) menyatakan :

Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berbagi dikembangkan oleh Frank Lyman Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, selain itu teknik ini juga dapat digunakan hampir dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat digunakan

pada mata pelajaran matematika antara lain pada pokok bahasan Sistem

Persamaan Linier Dua Variabel. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel adalah

salah satu pokok bahasan matematika yang sulit dikuasai siswa, seperti yang

dikemukakan oleh salah satu guru matematika yang mengajar di kelas VIII SMP

Swasta Assisi Medan melalui wawancara dan diskusi dengan peneliti dalam

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyatakan bahwa :

“Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel kurang dipahami oleh siswa“.

Beliau juga mengatakan “ Siswa kesulitan dalam menentukan variabel dan

membuat model matematika dari masalah kehidupan sehari-hari. Mereka hanya

terpaut pada rumus yang ada, dan tidak dapat menjelaskan ketika ditanyakan

mengenai bagaimana mencari solusi dari masalah yang diberikan dengan metode

baik itu metode grafik, substitusi maupun eliminasi. Demikian juga ketika

ditanyakan tentang himpunan penyelesaian dari masalah yang diberikan siswa

tidak dapat menunjukkannya.” Ini berarti siswa masih tergantung dengan hapalan

(29)

8

Soal-soal dan pertanyaan yang berhubungan dengan materi Sistem

Persamaan Linier Dua Vriabel tersebut dapat disusun dengan membuatnya dalam

bentuk Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Lembar Aktivitas Siswa merupakan media

yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural Think-Pair-Share (TPS) ini. Dengan adanya LAS, guru akan lebih

mudah dalam menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan soal-soal dan

pertanyaan yang ada. Dalam penelitian ini akan dicoba menerapkan Teknik

Think-Pair-Share dengan menggunakan LAS (Lembar Aktivitas Siswa).

Menurut Soedijarto dalam Fuddin van Batavia Tanggung jawab siswa

adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti

program kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Sedangkan menurut Shiv Khera dalam Fuddin van Batavia tanggung jawab

merupakan bagian dari kewajiban yang menjadikan sesuatu berupa keinginan

untuk mencapai atau berakhir dengan kesenangan.

Dalam studi sistem matematika, masalah merupakan objek studi utama

dan pertama (Jacob, 1998: 1). Demikian pula, dalam memperhatikan pemecahan

masalah. Pemecahan masalah dibedakan antara latihan, masalah, dan teka-teki

(Jacob, 1998: 10). Untuk menyatakan pemecahan masalah perlu menetapkan

apakah ada suatu masalah, dan bila ada berarti ada tantangan.

Pendekatan pemecahan masalah sebagai suatu makna untuk mengajar

konten materi pelajaran. Selain itu membantu sebagai suatu sarana untuk

mempraktikkan keterampilan komputasional dasar. Masalah sering digunakan

(30)

9

Pemecahan masalah juga digunakan untuk memperkenalkan dan membangkitkan

diskusi tentang suatu topik. Masalah kadang-kadang digunakan untuk memotivasi

siswa untuk studi dan menguasai konten. Satu cara ini adalah melakukan dengan

menyajikan suatu masalah pada permulaan dari suatu unit dengan menunjukkan

siswa apa yang mereka mampu untuk menyelesaikan dengan mempelajari unit itu.

Cara lain adalah dengan menggunakan masalah rekreasional untuk menunjukkan

bagaimana keterampilan belajar.

Penelitian berikut berkaitan dengan Think Pair Share yaitu: Suminto

menemukan dalam penelitiannya bahwa hasil analisis data diperoleh rata-rata

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

kooperatif tipe TPS pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011 meningkat dari 72,2%, menjadi

78,51%. Sementara Fardah dalam penelitiannya di kelas VIII bilingual SMP

Negeri 1 Bantul menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS

meningkatkan persentase kemampuan memahami permasalahan dari 68,20% pada

siklus I menjadi 75,17% pada siklus II. Kemampuan merencanakan masalah pun

meningkat dari 66,14% menjadi 78,28%. Begitu juga dengan kemampuan

menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana meningkat dari 74,14% menjadi

81,72% dan kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang meningkat dari 51,38%

menjadi 55,86%. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah secara umum

meningkat dari 64,97% pada siklus I menjadi 72,76% pada siklus II.

Hasil penelitian dan analisis data oleh Trianna memperoleh kesimpulan

(31)

10

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik dari model

pembelajaran langsung dan kualitas interaksi peserta didik yang terjadi dalam

proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) termasuk kedalam kategori baik. Rasyidah dalam penelitiannya

menemukan bahwa pengembangan karakter tanggung jawab, kejujuran,

tekun/gigih dan peningkatan hasil belajar kognitif fisika Matematika II melalui

perkuliahan terpadu, karakter tanggung jawab ditandai dengan jumlah mahasiswa

yang datang tepat waktu, pada siklus I ada 68.9% dan meningkat pada siklus II

ada 83.3%.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian

yang berkaitan dengan model Think-Pair-Share (TPS), tanggung jawab belajar,

dan pemecahan masalah siswa, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teknik Think-Pair-Share untuk Meningkatkan tanggung

jawab belajar dan pemecahan masalah siswa”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah.

2. Metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi

3. Kebiasaan belajar siswa menerima dan menghapal apa yang diberikan guru

(32)

11

4. Kesulitan siswa dalam menghubungkan materi matematika dengan dengan

kehidupan sehari-hari.

5. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada persoalan

materi sistem persamaan linier dua variabel.

6. Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel merupakan salah satu materi

pelajaran yang masih sulit dipahami oleh siswa.

7. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dengan karakteristik

materi dan metode mengajar yang kurang bervariasi sehingga siswa kurang

aktif dalam belajar matematika.

1.3.Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka

penulis memberikan suatu batasan tentang masalah yang penulis teliti. Dalam

kesempatan ini penulis hanya membahas tentang “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk meningkatkan tanggung jawab belajar

dan pemecahan masalah siswa ”.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan interaksinya dengan

(33)

12

2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat ditingkatkan?

3. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teknik

Think-Pair-Share dapat meningkatkan tanggung jawab belajar siswa?

4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan interaksinya dengan

KAM.

2. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teknik Think-Pair-Share

dalam meningkatkan tanggung jawab belajar siswa.

3. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teknik Think-Pair-Share

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4. Mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa lebih baik dan bervariasi

dalam kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dibanding

(34)

13

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

 Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan

meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar

 Kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika,

khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

akan meningkat.

 Minat belajar matematika siswa akan meningkat.

 Tanggung jawab belajar siswa akan meningkat.

 Hasil belajar matematika siswa akan meningkat.

2. Bagi guru

Sebagai bahan informasi guru untuk melakukan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran

suatu pokok bahasan, khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan

Linier Dua Variabel.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah

dalam perbaikan pengajaran matematika di SMP Swasta Assisi Medan.

4. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka

(35)

14

1.7.Definisi Operasional

Untuk menghindari kerancuan pemahaman beberapa istilah dalam penelitian

ini dipandang perlu adanya penjelasan dan pendefinisian secara operasional

sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang

berorientasikan masalah adalah suatu bentuk pembelajaran kooperatif yang

menekankan kepada aspek sosial dalam memecahkan masalah, dan

mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif pada proses pembelajaran,

dengan siswa dikelompokkan dalam tim-tim kecil secara heterogen.

Pembelajaran ini terdiri dari tahap-tahap: pendahuluan, penyajian materi,

pembagian kelompok, kerja kelompok, pengujian penguasaan kelompok atas

bahan ajar, dan penutup. Pengujian penguasaan kelompok atas bahan ajar

menggunakan kuis individu berupa soal-soal pemecahan masalah.

2. Aktivitas siswa didefinisikan segala bentuk kegiatan belajar yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini yang

dikategorikan aktivitas belajar/ aktivitas aktif adalah: bertanya pada guru

/menjawab pertanyaan guru; membaca buku siswa; berdiskusi atau

bernegosiasi; melakukan percobaan sesuai dengan Lembar Aktivitas Siswa

(LAS); meminta bantuan kepada teman; memberi bantuan kepada teman

dengan penjelasan; memperhatikan saat siswa lain presentasi di depan kelas;

dan mengemukakan pendapat.

3. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang ditunjukkan

(36)

15

membuat rencana pemecahan masalah ; (3) melaksanakan penghitungan ; (4)

memeriksa kembali hasil penyelesaian yang diperoleh.

4. Pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang

selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara

klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan

menggunakan pembelajaran ekspositori, dan siswa hanya menerima saja

apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk

menyampaikan pendapat sangat kurang sehingga siswa menjadi pasif dalam

belajar dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.

5. Tanggung jawab belajar adalah tingkat penguasaan kemampuan seorang

siswa dalam mengembangkan diri untuk mencapai perubahan tingkah laku

yang baru dalam mengikuti program kegiatan pembelajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan yang ditetapkan sebagai hasil pengalaman yang

menggunakan seluruh sumber daya untuk mengusahakan yang positif atau

melaksanakan tugas-tugas baik itu pribadi maupun berkelompok dan apabila

(37)

138

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pembelajaran matematika baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) maupun dengan pembelajaran biasa dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan skor tanggung jawab belajar siswa terhadapa

matematika. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan

seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa

simpulan sebagai berikut :

1) Terdapat peningkatan tanggung jawab belajar siswa terhadap matematika

yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

2) Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3) Terdapat interaksi antara pembelajaran matematika model kooperatif tipe

TPS dengan kemampuan awal matematika (KAM) terhadap kemampuan

pemecahan masalah siswa.

4) Proses penyelesaian jawaban siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dan bervariasi dibandingkan

dengan proses penyelesaian siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.

5) Ada peningkatan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran seperti

memasangkan/pengelompokkan siswa dengan kemampuan pemecahan

(38)

139

5.2. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasinya adalah terhadap

pemilihan model pembelajaran oleh guru matematika, guru matematika di sekolah

menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan teoritis maupun

keterampilan dalam memilih model pembelajaran, mampu mengubah siswa

menjadi lebih aktif lagi, memberikan kesempatan kepad siswa untuk

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Implikasi lain yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan model

pembelajaran TPS menjadikan siswa yang aktif mengemukakan pendapat. Diskusi

kelompok yang terjadi menjadikan siswa yang berkemampuan tinggi membantu

siswa yang memiliki kemampuan rendah. Diskusi antar kelompok menjadikan

siswa lebih kreatif dan kritis dalam menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain

serta dalam diskusi terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan pada

masing-masing kelompok.

Dalam proses langkah-langkah penyelesaian masalah yang dikerjakan

siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

TPS lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yakni menggunakan

pembelajaran biasa. Siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih terampil dalam menyelesaikan jawaban

dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

(39)

140

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa

saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan

terhadap penggunaan model pembelajaran matematika tipe TPS dalam proses

pembelajaran matematika khususnya pada tingkat pendidkan sekolah menengah.

Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kepada Guru

a) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran

matematika yang menekankan kepada kemampuan pemecahan masalah

dan tanggung jawab belajar siswa dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif.

b) Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan dorongan

lebih kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan

process of doing mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas

yang dikerjakan oleh siswa sendiri.

c) Pada saat pembentukan kelompok sebaiknya dilakukan diluar jam yang

telah ditentukan karena waktu yang digunakan cukup banyak untuk siswa

tingkat SMP kelas VIII.

d) Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga

untuk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi

kelompok-kelompok belajar. Sehingga siswa lebih mudah

mengkomunikasikan masalah yang diberikan dan melakukan diskusi

(40)

141

e) Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam

bahasa dan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar matematika siswa

lebih berani berargumentasi, lebih percaya diri dan lebih kreatif.

f) Agar pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif diterapkan pada

pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan

mengajar yang baik dengan adanya dukungan system pembelajaran yang

baik (LAS, RPP dan media yang digunakan).

2) Kepada Lembaga Terkait

a) Pembelajaran model kooperatif tipe TPS dengan menekankan

kemampuan pemecahan masalah dan skor tanggung jawab belajar siswa

masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karena itu perlu

disosialisasikan oleh Kepala Sekolah atau Lembaga yang terkait dengan

harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

b) Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dijadikan salah satu alternatif

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan tanggung

jawab belajar siswa dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk

dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif.

3) Kepada Peneliti Lanjutan

a) Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran tipe TPS

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan

tanggung jawab belajar siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil

(41)

142

b) Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan kemampuan/aspek matematika

lain dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian

(42)

143

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Ahmad, (1995), Pengelolaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Ansari, B, (20909), Komunikasi Matematika, Yayasan Pena Banda Aceh Divisi Penerbitan, Jakarta.

Arends, R, (2008), Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Arikunto, S, (2007), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Asosiasi guru matematika Indonesia, (2009), Rendahnya Prestasi Matematika Indonesia, (http://www.agmi.or.id). Diakses 5 Desember 2009

Astuti, Chatarina, (2005), Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua terhadap Tanggung Jawab Belajar Anak Kelas IV SD Pangudi Luhur Don Bosco Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004,Skripsi Universitas Negeri Semarang Amustofa, http://amustofa70.wordpress.com

Dimyati dan Mudjino, (2000), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Djamarah, S dan Aswan, Z (1991), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Dwiyogo dan Wasis, D, (1999), Kapabilitas Pemecahan Masalah Sebagai Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi. Artikel. Malang: Jurnal Teknologi Pembelajaran

Fardah, D, (2010), Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Menggunakan Student Worksheet di Kelas VIII Bilingual SMP N 1 Bantul, Yokyakarta : UNY.

Fuddin Van Batavia.html, Tanggung jawab/Hakikat Peningkatan Tanggung Jawab Siswa dalam Pembelajaran,

(43)

144

Hadi, Sahlan dan Akdon, (2005), Aplikasi dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen, Bandung: Dewa Ruchi

Harahap, S, (2004), Perbedaan hasil Belajar Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan Konvensional, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Hudojo, H, (1998), Metode Mengajar Matematika, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Hulukati, E (2005), Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran generative, Disertasi. Bandung : Program Pascasarjana UPI (tidak diterbitkan)

Ibrahim, M, Nur, Mohammad, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit University Press, Surabaya

Ibrahim, (2008), Pembelajaran Kooperatif, http://www.wowrdpress.co.id

Ismail, (2008), Pembelajaran Kooperatif, http://www.wowrdpress.co.id

Laksmi, (2009) Tips yang dapat Diterapkan Guru untuk Mempelajari Matematika, http://www.ganeca.blogspirit.com , Diakses 13 November 2009

Lie, A, (2008), Cooperative Learning, Penerbit Grasindo, Jakarta

Morgan, Belajar dan Pembelajaran. http://www.whandi.net. Diakses Juli 2012

Masykur, M., dan Fathani, A., (2007), Mathematical Intelligence, Ar_Ruzz Media: Yokyakarta

Nasution, S, (1995), Didaktis Asas-Asas Mengajar. Bumi Aksara : Jakarta

Nurhadi, (2004), Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang

Ruseffendi, E.T., (1991), Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematka untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

(44)

145

Saragih, S, (2007), Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa SMP melalui pendekatan Matematik realistik. Disertasi. Bandung : Program pascasarjana UPI. (tidak diterbitkan)

Soedjadi, (2006), Penggunaan Metode Konvensional dalam Pembelajaran Maematika, http://Artikelupload.pdf

Slameto, (1998), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Sudjana, (1998), Metoda Statistika, Peneribit Tarsito, Bandung

Sugiono, (2009), Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Sukino, dan Wilson, S, (2006), Matematika untuk SMP kelas VIII, Penerbit Erlangga, Jakarta

Suminto , dan Apriliana I, (2011), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa menggunakan Model Pembelajaran Kooperattif Tipe STAD dan Tipe TPS (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011, Lampung : FKIP Lampung. http://digilib.unila.ac.id/641/ (diakses Agustus 2013)

Suherman, T, (1990), Soal-soal dan Penyelesaian Teknik Pondasi. Penerbit : Sie pendidikan Realino

Soejono, (1997), Sistem dan Prosedur Kerja, Jakarta: Bumi Aksara

Teori-teori Belajar. http://www.padepokan-ilmu.co.cc

The First Symposium On Realistic in Mathematics, http://www.agmi.or.id (diakses 23 Januari 2008)

(45)

146

Triana, L, Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Think

Pair Share (TPS) terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik.

http://journal.unsil.ac.id/jurnalunsil-2240-.html (diakses Agustus 2013)

Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta

Gambar

Gambar 4.3c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone yang diberikan pada pasien sirosis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

[r]

Dikaitkan dengan pandangan wanita sendiri yang pada faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi lahan pekerjaan bagi laki-laki, apalagi

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.