HUBUNGAN POLA KOPING DENGAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XII YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh: IMAM HAKIM SURYONO
J 50012 0094
FAKULTAS KEDOKTERAN
ABSTRAK
Hubungan Pola Koping Dengan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XII Yang Akan Menghadapi Ujian Nasional Di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
Imam Hakim Suryono1Adriesti Herdaetha2, Erna Herawati2, 2016 Latar belakang: Ujian nasional bagi sebagian siswa sering dirasakan sebagai stressor yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Untuk mengatasi ancaman tersebut maka siswa menggunakan pola koping untuk menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pola koping dengan tingkat kecemasan kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah populasi penelitian sebesar 226 siswa, dan sampel penelitian sebanyak 58 responden yang memenuhi kriteria inklusi, diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data responden dilakukan dengan cara mengisi biodata, Kuesioner JCS, dan kuesioner TMAS. Data dianalisis dengan uji Rank Spearman.
Hasil: Dari hasil analisis data menunjukan nilai r -0,322 berarti semakin adaptif pola koping semakin tidak cemas, dan sebaliknya semakin maladaptif pola koping maka semakin cemas dengan kekuatan korelasi lemah. Nilai p value sebesar 0,014 hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara pola koping dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Kesimpulan: Terdapat hubungan pola koping dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Kata kunci : Ujian Nasional, Pola Koping, Tingkat Kecemasan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN COPING SYSTEM AND ANXIETY LEVEL OF CLASS XII STUDENTS WHO WILL FACE NATIONAL EXAM AT SMA
MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
Imam Hakim Suryono1, Adriesti Herdaetha2, Erna Herawati2, 2016 Background: National exam for most students is often perceived as a stressor that can cause anxiety. Anxiety is a signal warning of the danger and allows a person to take action to address the threat. To overcome these threats, the students use coping system to solve problems, cope with changes and threatening situation both cognitivy and behavioraly.
Objective: To determine the relationship coping system and anxiety level class XII students who will face national exam at SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Methods: This study used observational analytic with cross sectional approach. Total observasional population were 226 students, and the number of sample were 58 respondents who met the inclusion criteria, by using purposive sampling technique. Data collection was done by filling the biodata of respondents, JCS questionnaire, and TMAS questionnaire. Data were analyzed by Rank Spearman test.
Result: From the analysis of the data showed r -0.322 It Means that is more adaptive coping system score decreasingly anxious, and conversely the more maladaptive coping system score, the more anxious by the strength correlation is weak. P value 0,014 that means there is a significant correlation between coping system and anxiety level of class XII students who will face national exam at SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Conclusion: there is a relationship between coping system and anxiety level of class XII students who will face national exam at SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Keywords : National Exam, Coping System, Anxiety Level 1
Medical Faculty of Muhammadiyah Surakarta University
1
Student of medical faculty Muhammadiyah Surakarta University
2
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di
setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang
dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Untuk melihat tingkat
pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi (Ngadirin,
2008). Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, mulai dari usia 13-19
tahun. Remaja siswa kelas XII adalah remaja akhir yang berusia 17-19 tahun
yang mempunyai karakteristik sebagai remaja yang mulai merasa mantap dan
stabil, mulai mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan
sendiri, mulai memahami arah hidupnya, mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola hidup yang jelas (Kartono, 2007).
Gangguan cemas dapat dialami 2-4% di setiap kehidupan (Hawari, 2011).
Di Amerika Serikat, terdapat 40 juta orang mengalami gangguan cemas terjadi
pada usia 18 tahun sampai usia lanjut (National Institut of Mental Health, 2005). Prevalensi kecemasan di Indonesia diperkirakan sekitar 2-6 juta jiwa dari 220 juta
populasi masyarakat Indonesia (Iskandar, 2006). Wanita 2 kali lebih banyak
mengalami kecemasan dibanding pria (Hawari, 2011). Ujian nasional adalah
ujian atau evaluasi belajar yang diadakan oleh Kemendiknas untuk menentukan
kelulusan seorang siswa (Depdiknas RI 2008).
Dalam pelaksanaannya sistem evaluasi yang saat ini dikenal dengan istilah
ujian nasional mengalami perubahan beberapa kali, baik dari aspek sistem
maupun standart kelulusan. Kriteria kelulusan ujian akhir siswa diatur dalam
Permendikbud no 144/2014 tentang ujian nasional dikeluarkan oleh Badan
Standart Nasional Pendidikan. Ujian nasional tahun 2015 tidak lagi menjadi
standar kelulusan. Dalam ketentuan yang terdapat pada prosedur operasi
standar (POS) untuk dinyatakan lulus, bahwa setidaknya memenuhi nilai 5,5
untuk setiap mata pelajaran dan memiliki rata-rata minimal 5,5. Untuk sistem
penilaian kriteria kelulusan siswa adalah nilai ujian nasional dan ujian sekolah
adalah dengan presnestase perbandingan 50:50. Walaupun nilai ujian nasional
tidak dijadikan syarat kelulusan akan tetapi hasil nilai tersebut digunakan untuk
Ujian nasional bagi sebagian siswa sering dirasakan sebagai stressor yang
dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang timbul pada saat ujian
nasional diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam
berpikir serta bertindak saat ujian. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap
hasil yang dicapai pada saat ujian tersebut. Bagi mereka yang gagal dalam ujian
nasional sering dihinggapi rasa tidak berdaya, malu, stres, bahkan sampai
berujung pada kasus yang dramatis seperti percobaan bunuh diri (Purwanto,
2012).
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang atau
jangka pendek untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri
yang menyakitkan. Sedangkan koping merupakan perubahan kognitif dan
perilaku dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan eksternal khusus yang
melebihi kemampuan suatu inividu. Apabila menyelesaikan masalah dengan
bersifat negatif maka hasilnya dapat merugikan serta tidak menyelesaikan
masalah secara tuntas sedangkan jika koping bersifat positif maka hasil yang
diharapkan bersifat rasional dan konstruktif. Dari pengertian mekanisme koping
tersebut dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang
terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku (Stuart,
2007).
Secara keseluruhan, penulis tertarik mengkaji lebih jauh tentang
hubungan pola koping dengan tingkat kecemasan kelas XII yang akan
menghadapi ujian nasional di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan pola koping dengan
tingkat kecemasan kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional di SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah analitik observasional yang dilakukan dengan
metode cross sectional. Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
pada bulan Desember 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA
berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatomodjo, 2012). Dengan metode Purposive sampling didapatkan jumlah subjek sebesar 58 siswa. Kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah berusia 17-19 tahun, siswa kelas XII di SMA 1 Muhammadiyah Surakarta
dan siswa Bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan data dengan
menggunakan) kuesioner JCS (Jalowiec Coping Scale.) dan T-MAS (Taylor
Manifest Anxiety Scale)
. Pola Koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan
masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik
secara kognitif maupun perilaku. Semakin besar skor maka pola koping semakin
adaptif, dan makin kecil skor koping maka pola koping semakin maladaptife. Pola
koping diukur dengan menggunakan kuesioner Jalowiec Coping Scale (JCS) dengan menggunakan skala Interval. Tingkat Kecemasan dalam penelitian ini
adalah derajat kecemasan subjek penelitian diukur dengan TMAS. Tingkat
kecemasan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan. Semakin besar
skor maka tingkat kecemasan semakin tinggi, dan makin kecil skor maka tingkat
kecemasan semakin rendah.dengan menggunakan skala Interval. Data yang
diperoleh dianalisis dengan uji korelasi Rank Spearman dengan menggunakan program SPSS 17.0.
HASIL PENELITIAN
a. Karakteristik responden menurut umur dan jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Dan Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa peneliti memperoleh hasil
bahwa pada usia 17 tahun sebanyak 46 subjek (79,3%) dan usia 18 tahun
sebanyak 12 subjek (21,7%). Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa pada
jenis kelamin pria sebanyak 16 subjek (27,6%) dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 42 subjek.(72,4%).
b. Karakteristik responden menurut pola koping
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Pola Koping
No Pola koping Jumlah Subjek Persentase
1 Maladaptif
Pria 7 2,1 %
Wanita 17 29,3 %
2 Adaptif
Pria 9 5,5 %
Wanita 25 43,1 %
Jumlah 58 100 %
Sumber : Data Primer, Desember 2015
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa pola koping maladaptif pada
wanita lebih banyak yaitu dengan jumlah subjek 17 subjek (29,3%),
dibandingkan dengan pria yang hanya 7 subjek (2,1%). Pada pola koping
adaptif didapatkan lebih banyak wanita yaitu dengan jumlah 25 subjek
(43,1%), dibandingkan dengan pria dengan jumlah 9 subjek (5,5%).
c. Karakteristik responden menurut tingkat kecemasan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Tingkat Kecemasan
No Tingkat Kecemasan Jumlah Subjek Persentase 1 Cemas
Pria 5 8,6 %
Wanita 20 34,5 %
2 Tidak Cemas
Pria 11 18 %
Wanita 22 38,9 %
Jumlah 58 100 %
Sumber : Data Primer, Desember 2015
Berdasarkan Tabel 3 didapatkan bahwa pada tingkat kecemasan wanita
lebih banyak mengalami cemas yaitu dengan jumlah 20 subjek (34,5%),
kecemasan yang mengalami tidak cemas didapatkan pria dengan jumlah 11
subjek (18%), sedangkan wanita dengan jumlah 22 subjek (38,9%).
d. Karakteristik berdasarkan Uji normalitas data
Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan normal jika nilai probabilitas data p (sig) lebih besar dari 0,05.
Selengkapnya hasil uji normalitas data ditampilkan pada tabel 4 sebagai
berikut :
Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Variabel Sig. Kesimpulan
Pola koping
Tingkat kecemasan
0,000
0,012
Sebaran data tidak normal
Sebaran data tidak normal
Hasil uji normalitas data menunjukan variabel bebas penelitian yaitu
pola koping memiliki nilai p (sig) memiliki kurang dari 0,05 sehingga
dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada variabel terikat penelitian yaitu
tingkat kecemasan memiliki nilai p (sig) memiliki kurang dari 0,05 dinyatakan
tidak berdistribusi normal. Karena kedua variabel berdistribusi tidak normal
maka teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman (Dahlan, 2011).
e. Karakteristik berdasarkan Uji korelasi Rank Spearman
Uji korelasi yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Ketentuan
uji adalah hipotesis diterima jika p (sig) lebih kecil dari 0,05 hipotesis ditolak
jika p (sig) lebih dari atau sama dengan 0,05. Selengkapnya uji Rank Spearman ditampilkan pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5. HasilUji Rank Spearman
Hubungan rhitung P
Pola koping dengan tingkat
kecemasan
-0,322 0.014
Uji korelasi Rank Spearman hubungan pola koping dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional diperoleh
menunjukan arah yang berlawanan. Artinya semakin adaptif pola koping maka
semakin tidak cemas, dan sebaliknya semakin maladaptif pola koping maka
semakin cemas dengan kekuatan korelasi lemah. Pada hasil uji analisis
terlihat bahwa p (sig) 0,014. Karena nilai p (sig) lebih kecil dari 0,05 maka
keputusan uji adalah hipotesis diterima, sehingga disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara pola koping dengan tingkat kecemasan
siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional.di SMA Muhammadiyah
1 Surakarta.
PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan dengan jumlah responden 58
siswa dapat dijelaskan bahwa siswa di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta disaat
akan menghadapi ujian nasional menggunakan pola koping maladaptif pada
wanita lebih banyak yaitu dengan jumlah subjek 17 subjek (29,3%), dibandingkan
dengan pria yang hanya 7 subjek (2,1%). Pada pola koping adaptif didapatkan
lebih banyak wanita yaitu dengan jumlah 25 subjek (43,1%), dibandingkan
dengan pria dengan jumlah 9 subjek (5,5%).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) mengatakan bahwa koping dipengaruhi
oleh faktor keterampilan memecahkan masalah yaitu meliputi kemampuan untuk
mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan
untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif
tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya
melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.Hal lain
yang tidak boleh diabaikan adalah aspek spiritual. Menurut Hawari (2008)
mengatakan ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjauhkan
manusia dari perasaan ansietas, tegang dan depresi. Agama dapat memberikan
jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut, atau rasa
cemas menghadapi persoalan hidup.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa siswa di SMA Muhammadiyah 1
Surakarta mengalami tingkat kecemasan wanita lebih banyak mengalami cemas
yaitu dengan jumlah 20 subjek (34,5%), dibandingkan dengan pria yang hanya 7
subjek (8,6%). Pada tingkat kecemasan yang mengalami tidak cemas didapatkan
(38,9%). Hal ini karena kurangnya motivasi siswa untuk belajar ketika akan
menghadapi ujian nasional dan siswa merasa kurang siap untuk menghadapi
ujian nasional.
Menurut Mighwar (2006) secara psikologis, kecemasan merupakan
pengembangan-pengembangan negatif berbagai masalah sebelumnya yang
semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal yaitu kurangnya pengetahuan,
kurangnya dukungan dari orang tua dan lingkungan. Dari aspek orang tua siswa
merasa tertekan dengan banyaknya tuntutan orang tua yang mengharapkan
kelulusan tanpa memberikan dukungan secara nyata, sehingga siswa merasakan
beban yang sangat berat saat mengerjakan soal ujian nasional, sedangkan dari
aspek lingkungan sangat mempengaruhi cara berpikir tentang diri sendiri atau
orang lain, sehinggaindividu merasakan kecemasan karena perasaan yang tidak
nyaman dan aman terhadap lingkungan.
Hal ini sesuai dengan penjelasan (Sudrajat, 2008) mengatakan bahwa
faktor-faktor pemicu timbulnya cemas pada siswa dapat diklarifikasikan menjadi
tiga yaitu: faktor kurikulum, faktor guru, dan faktor manajemen sekolah. Sikap
dan perlakuan guru yang kurang kompeten merupakan sumber penyebab
timbulnya cemas pada siswa (Sudrajat, 2008). Namun selain peran guru sangat
penting dalam kecemasan siswa, pola belajar siswa juga mempengaruhi tingkat
kecemasan yang dirasakan tidak begitu tinggi dan sebaliknya.
Pada penelitian ini didapatkan hasil uji normalitas data (Kolmogorov
Smirnov) dengan nilai p (sig) pada pola koping adalah 0,000 dan tingkat kecemasan adalah 0,012. Hal ini menunjukan variabel bebas penelitian yaitu
pola koping memiliki nilai p (sig) memiliki kurang dari 0,05 sehingga dinyatakan
tidak berdistribusi normal. Pada variabel terikat penelitian yaitu tingkat
kecemasan memiliki nilai p (sig) memiliki kurang dari 0,05 dinyatakan tidak
berdistribusi normal. Karena kedua variabel berdistribusi tidak normal maka
teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman.
Hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman karena
untuk mengetahui kekuatan dan arah korelasi pada kedua variabel yang
merupakan data numerik. Hasil uji statistik dari penelitian didapatkan bahwa nilai
rhitungsebesar -0,322 dengan p (sig) 0,014. Hal ini menunjukan bahwa arah
korelasi negatif sehingga menunjukan arah yang berlawanan. Artinya semakin
pola koping maka semakin cemas dengan kekuatan korelasi lemah. Nilai p<0,05
sehingga hipotesis diterima. Dengan demikian didapatkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pola koping dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII
yang akan menghadapi ujian di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme
koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh
kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa
mekanisme koping yang digunakan dapat mengatasi kecemasan (Asmadi, 2008).
Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat
menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu fisik dan psikis individu yang
bersangkutan (Sudrajat, 2008). Selain itu adanya keterbatasan dalam penelitian
ini sehingga masih dikatakan jauh dari kata sempurna. Kelemahan penelitian ini
adalah Tidak membedakan jenis kelamin., Waktu ujian nasional terlalu awal
untuk dilakukan penelitian, Tidak mengetahui bahwa responden mengalami
tingkat kecemasan ringan, sedang dan berat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa arah korelasinya
negatif. Artinya semakin adaptif pola koping maka semakin tidak cemas, dan
sebaliknya semakin maladaptif pola koping maka semakin cemas. Dari analisis
didapatkan ada hubungan yang signifikan dengan korelasi lemah antara pola
koping dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian
di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
SARAN
Terkait dengan kesimpulan hasil penelitian ada beberapa hal yang dapat
disarankan demi keperluan pengembangan hasil penelitian hubungan pola
koping dengan tingkat keceamasan siswa dalam menghadapi ujian nasional di
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2016. Bagi Pendidikan Mengadakan
nasional dalam meningkatkan kualitas dengan pendidikan melalui guru
bimbingan konseling atau tehnik relaksasi dalam mengatasi kecemasan siswa.
Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi ujian nasional dengan metode yang lebih
baik lagi, selanjutnya mampu memperluas judul penelitian yang berbeda seperti
lebih meneliti faktor-faktor serta sumber yang mempengaruhi kecemasan siswa,
tidak menggunakan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan
mampu memperkirakan waktu dalam pengambilan data yang disesuaikan waktu
responden dengan jadwal kuliah yang cukup padat.
DAFTAR PUSTAKA
Ader, E., & Erktin, E. 2010.Coping as self-regulation of anxiety: A model for math achievement in high-stakes tests.Cognition, Brain, Behavior, 14, 311–332. Retrieved from http://www.cbbjournal.ro/
Al-Mighwar. 2006. Psikologi Remaja: Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung : Pustaka Setia.
Anderson, D. 2009. Coping with test anxiety.Florida:Gulf Coast University
Aysan, F. 2008. Text anxiety,coping strategies and perceived health in a group of high school students :a Turkish sample. The jurnal of genetic psychology, 162(4), 402-411
Azwar. 2007. Konsep pengukuran validitas. Jakarta: Gunadharma Press.
Byastritsky, A., Khalsa S. S., Cameron, M. E., Schiffman, J. 2013. Current diagnosis and treatment of anxiety disorders. The Samel institute for Neuroscience and Human Behavior.University of California–Los Angeles. Bensoussan, M. 2012. Alleviaing test Anxiety for students of advanced reading
comprehension. RELC Journal,43(2),203-216.
Benzure, H. 2009. Coping styles and affects. American Internasional psychological association journal of stress management vol.16 no.2,87-101
Conley, T. 2006. Breaking free from the anxiety. Diakses pada tanggal 4 September 2015 dari http://www .wshg .org.uk.
Dravets, W.C.,Charney, D. S. 2008. Section on Mood and Anxiety Disorders Imaging, Molecular Imaging Branch.National Institute of Mental Health, Bethesda,Maryland
Grills-Taquechel, A. E., Fletcher, J. M., Vaughn, S. R.,Stuebing, K. K. 2012.Anxiety and reading difficulties in early elementary school.Evidence for unidirectionalor bidirectional relation Child Psychiatry & Human Development, 43, 35–47. doi:10.1007/s10578-011-0246
Halpern, D. F., Benbow,C. P. 2007. The science of sex difeferences in acience and mathematics.Psychological science in the public Interest, 8,1-51
Hasan, S. H. 2004. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan. Bandung: Pasca Sarjana UP
Hawari. 2011. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta
Huberty, T. J. 2009. Test and performance anxiety.Principal Leadership, 10, 12– 16. Retrieved from http://www.nasponline.org/
Hutagalung, E. A. 2007. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
Diakses pada tanggal 21 September 2015 dari
http//www.idijakbar.com/prosiding/gangguan anxietas.html.
Iskandar, Y. 2006. Managemen Diagnostik dan Terapi Psikiatri di RSK Dharma Graha Volume 2 .Jakarta : Yayasan Dharma Graha pp 119.
Jalowiec, A., Murphy S. P., Powers, M. J. 1984. Psychometric assessment of the Jalowiec Coping Scale. Nurs Research (Impact Factor: 1.36). 05/1984; 33(3):157-61. DOI: 10.1097/00006199-198405000-00008
Kaplan, H. I., Sadock B. J., Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tangerang (Indonesia): BINARUPA AKSARA Kartono, K. 2007. Psikologi remaja.Bandung: CV.Mandar
Khaerudin. 2009. Ujian Nasional dan Kualitas Pendidikan Kita.Diakses pada tanggal 26 September 2015 dari pot.com/2010/09/kualitas-pendidikan-indonesia.html
Mahmoudi, G. 2007.Religious Coping And Anxiety In Students Of Islamic.Azad University-Sari BranchIran: World Applied Sciences Journal.
National of Institute of Mental Health. 2005. Anxietas. http:// www.nimh . nih. gov /health/publications/anxietas/complete index.shtml. Diakses 15 September 2015.
Nelson, J. M., Harwood, H. 2011. Learning disabilities and anxiety: A meta-analysis. JournalofLearning Disabilities, 44(1), 3–17.doi:10. 1177/ 0022219 409359939
Ngadirin. 2004. Ujian Akhir Nasional Sebagai Issue Kritis Pendidikan. Diakses tanggal 10 agustus 2015 dari http://re-searchengines.com/art05-75.html
Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipt
Prayitno, E. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.
Ratih, N. K., 2012. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Terhadap Koping Siswa Smun 16 Dalam Menghadapi Ujian Nasional. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Depok : Universitas Indonesia
Sadock B. J., Sadock V. A. 2007. Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psyciatry. 10th Edition. New York: New York University School Of Medicine
Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persad
Smith, T., Renk, Kimberly. 2007. Predictors of Academic Related Stress in College Students : An Axamination of Coping, Social Support, Parenting and Anxiety. NASPA Journal, Vol. 44, No. 3.
Sober, J. 2004. Dimensions of Test Anxiety Relations to ways of Coping withs Pre-Exam Anxiety and Uncertainty. Anxiety, Stress, and Coping.Vol. 17.
Stuart, G.W., Laraia. 2005. Principles and practice of psychiatric. Elsevier Mosby, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.
Sudrajat, A. 2008. Upaya Mencegah Kecemasan Siswa di Sekolah. Diakses pada tanggal 11 September 2015 dari http://akhma dsudrajat. konseling.com/2008/01/15/teknikkhusus-konseling/.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., Sears, D.O. 2007. Social Psycology. Prentice Hall: New Jersey