• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH ABU TERBANG PT IKPP UNTUK CAMPURAN TANAH SETEMPAT SEBAGAI TIMBUNAN SUBGRADE JALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH ABU TERBANG PT IKPP UNTUK CAMPURAN TANAH SETEMPAT SEBAGAI TIMBUNAN SUBGRADE JALAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ch. 7, pp. 1075-1084, ISBN: 979-95721-2-19 FSTPT

Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi

PEMANFAATAN LIMBAH ABU TERBANG PT IKPP UNTUK CAMPURAN TANAH SETEMPAT SEBAGAI

TIMBUNAN SUBGRADE JALAN

Soewignjo Agus Nugroho Laboratorium Jalan Raya, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia nugroho.sa@eng.unri.ac.id

Muhardi

Laboratorium Mekanika Tanah

& Batuan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau

muhardi@eng.unri.ac.id

Puspa Ningrum Program Pascasarjana, FTSP

Institut Teknologi Bandung, Indonesia;

puspaningrum09@gmail.com

Abstract

One method of testing soil bearing capacity can be done by California Bearing Ratio (CBR). Research on the utilization of industrial waste material for pavement construction is rarely performed. The study aims to see change CBR value of clay mixed fly ash conditions soaked, unsoaked and curing. The results show, fly ash decrease specific gravity, plasticity index, density and raise OMC. Compaction is carried out on the water content OMC shows a significant increase of CBR value with fly ash content 15%, excluding this content increase linear. In CBR soaked, during soaking water on the sample can approach OMC values or stay away because of fly ash characteristic which absorb water, the CBR value was fluctuated. CBR samples directly compacted in the mold and then curing for 28 days had a greater CBR value than the CBR samples placed in plastics for 28 days at certain moisture content before compacted.

Keywords: California Bearing Ratio, Clay, Fly Ash, Pavement, Stabilization,

Abstrak

Salah satu metode pengujian daya dukung tanah dapat dilakukan dengan California Bearing Ratio (CBR).

Penelitian tentang pemanfaatan bahan limbah industri untuk konstruksi perkerasan masih jarang dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan nilai CBR dari tanah lempung dicampur abu terbang mengalami kondisi rendaman, tidak direndam dan perawatan (curing). Hasil penelitian menunjukkan, penambahan abu terbang menurunkan spesific gravity, indek plastisitas, kepadatan dan meningkatkan OMC.

Pemadatan yang dilakukan pada kadar air OMC menunjukkan peningkatan nilai CBR yang signifikan dengan kadar abu terbang 15%, di luar konten ini nilai CBR meningkat secara linear. Untuk CBR rendaman, selama perendaman air pada sampel bisa mendekati atau menjauhi nilai OMC karena karakteristik abu terbang yang menyerap air, sehingga nilai CBR mengalami fluktuasi. Sampel CBR langsung dipadatkan dalam cetakan dan kemudian di curing selama 28 hari memiliki nilai CBR lebih besar dari sampel CBR ditempatkan dalam plastik selama 28 hari pada kadar air tertentu sebelum dipadatkan.

Kata kunci: California Bearing Ratio, Abu Terbang, Lempung, Perkerasan, Stabilisasi

PENDAHULUAN

Suatu konstruksi baik jalan, gedung, maupun konstruksi lainnya akan dapat bertahan lama jika didukung oleh tanah dasar yang baik (Hartosukma, 2005). Dalam pembangunan perkerasan jalan, sering ditemui tanah dasar atau material di sekitar lokasi proyek tidak memenuhi syarat bila digunakan untuk pembangunan perkerasan. Tanah lempung merupakan tanah lunak yang pada umumnya memiliki kekuatan daya dukung yang rendah.

Nugroho et al (2012), menghasilkan kesimpulan bahwa nilai CBR rendaman dan CBR non rendaman untuk tanah campuran mencapai maksimum ketika kadar lempung maksimum 30%. Dengan persentase efektif kadar abu terbang 15% dan masa pemeraman selama 7-14

(2)

hari, dapat meningkatkan nilai CBR dan menurunkan plastisitas. Apabila persentase kadar abu terbang kurang dari itu, maka nilai CBR nya akan menurun (Sulistyowati, 2006).

Sifat Campuran Tanah dengan Abu Terbang

Nugroho et al (2015) menjelaskan bahwa menurut persyaratan Bina Marga atau Standar Nasional Indonesia (SNI), penambahan 5% - 20% abu terbang dapat meningkatkan daya dukung tanah lempung, meningkatkan batas plastis, meningkatkan kadar air optimum, menurunkan kepadatan kering maksimum. Sifat campuran tanah lempung dengan abu terbang (Budi et al, 2003), cenderung menurunkan spesific gravity, menurunkan batas cairnya, meningkatkan MDD dan menurunkan OMC selain itu kekuatan tanah meningkat seiring dengan bertambahnya persentase abu terbang

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: udara, air, dan butiran padat. Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh.

Bila rongga terisi oleh udara dan air, tanah berada pada kondisi jenuh sebagian (partially saturate). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol (Das, 2002).

Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan susunan dari geometrik butiran tanah. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, ukuran, komposisi mineral dari butiran tanah, serta sifat dan komposisi dari tanah (Das, 1985).

Cohesionless soil (kerikil, pasir) merupakan butiran-butiran tanah yang terpisah- pisah dan hanya melekat apabila berada dalam keadaan basah. Struktur tanah tak berkohesi pada umumnya adalah struktur single-grained dan struktur honeycombed. Cohesive soil (lanau, lempung) merupakan butiran-butiran tanah yang menyatu sesamanya, waktu kering diperlukan suatu gaya untuk memisahkan butiran-butiran tanah tersebut. Tanah kohesif dapat bersifat tidak plastis, plastis, dan dapat bersifat seperti cairan tergantung pada nilai kadar air tanah tersebut.

Tanah Lempung

Tanah lempung (clays) merupakan tanah yang sebagian besar terdiri dari ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak (Das, 1985).

Penelitian yang dilakukan Nugroho (2015) berdasarkan pengujian analisa saringan tanah lempung yang berasal dari Perawang. Tanah lempung yang akan digunakan pada penelitian ini memiliki ukuran butiran yang lolos ayakan No.200 (lebih kecil dari 0,075 mm) yakni sebesar 95,04%.

Abu Terbang

(3)

Karakteristik Kimia, Fisis, Mekanis Abu Terbang

Karakteristik kimia abu terbang sangat dipengaruhi oleh batubara yang dibakar dan teknik penanganannya. Jenis batubara yang dibakar antara lain anthracite, aspal (bituminous), subbituminous, dan lignite. Komposisi kimia abu terbang hampir relatif sama, namun yang membedakannya adalah persentase kandungan masing-masing unsur silika (SiO2), alumina (Al2O3), feri oksida (Fe2O3), kalsium oksida (CaO), serta juga mengandung unsur tambahan seperti magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan K2O), sulfur (SO3), pospor oksida (P2O5) dan karbon yang terdapat didalamnya. Abu terbang dari PT. IKPP Perawang dengan komposisi kimia seperti pada Tabel 1 berikut

Tabel 1 Komposisi Kimia Abu Terbang PT. IKPP Perawang

Nama Senyawa Unit Hasil

LOI pada 1000OC % 3,98

Silica, SiO2 % 45,58

Calcium Oksida, CaO % 1,74

Ferrum Oksida, Fe2O3 % 1,17

Alumina, Al2O3 % 2,08

Sumber Nainggolan, 2012

Karakteristik fisik dari abu terbang umumnya tergantung pada efisiensi proses penggilingan pada tempat pengolahan dan jenis asal sumber dari batu bara. Abu Terbang PT. IKPP Perawang memiliki kadar air 0,545%, spesific gravity 2,62, OMC 38,105%, MDD 9,506 kN/m3. Pengujian Saringan dan Hidrometer menunjukan butiran berukuran pasir 19,944%, Ukuran Lanau 6,019%, ukuran lempung 74,037%. Pengujian plastisitas mendapatkan nilai Liquid Limit 39,5% (Nainggolan, 2012)

Klasifikasi Abu Terbang

Berdasarkan ASTM C-618, abu terbang dibedakan menjadi kelas C, kelas F, dan kelas N. Abu terbang kelas C mengandung CaO di atas 10%, kadar carbon ± 60 %, bersifat pozzolanic dan sifat self-hardening, kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%. Selain itu juga mengandung kalsium dalam kadar yang tinggi. Abu terbang kelas F mengandung CaO lebih kecil dari 10%, hasil pembakaran anthracite, kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%. Abu terbang ini dapat tidak mengikat sendiri sehingga harus diberi penambahan kapur dan semen.

Abu terbang kelas N yang merupakan pozzolan yang tidak mengalami proses kalsinasi (raw pozzolan) maupun melalui proses kalsinasi dari pozzolan alam, seperti tanah diatomae, tras, serpihan batuan, abu vulkanik, dan batu apung.

Berdasarkan klasifikasi ASTM C-618 abu terbang yang berasal dari PT. IKPP Perawang termasuk kelas F dengan kandungan CaO yaitu 1,74 % lebih kecil dari 10% yang dihasilkan pembakaran anthracite atau bitumen batu bara.

Gambar 1 adalah sampel yang dipakai untuk penelitian. Sub gambar (a) adalah tanah lempung yang diambil dari lokasi setempat, sedang sub gambar (b) merupakan abu terbang dari PT IKPP Perawang.

(4)

a. Tanah Lempung Perawang b. Abu Terbang Terbang PT. IKPP Gambar 1 Tanah Lempung dan Abu terbang PT IKPP Perawang

California Bearing Ratio (CBR)

CBR pertama kali diperkenalkan oleh California division of highways pada tahun 1928. CBR adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi contoh tanah sebesar 0,1"/0,2" dengan beban yang ditahan batu pecah standar pada penetrasi 0,1"/0,2".

Jadi, harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas.

CBR tanpa rendaman (unsoaked) digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli di lapangan, sesuai dengan tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, selain itu jenis CBR ini digunakan untuk mengontrol kepadatan yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan. CBR rendaman (soaked) digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swelling) yang maksimum.

Nainggolan (2012) telah menguji abu terbang dari PT IKPP Perawang, mendapatkan nilai CBR tanpa rendaman dengan curing 0, 7, 28, 56 hari berturut turut sebesar 14,168%, 15,530%, 23,974%, dan 25,052%. Untuk nilai CBR rendaman sebesar 3,997% untuk curing 0 hari dan 3,573% untuk curing 7 hari

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi pengambilan tanah lempung adalah di Jalan Inpres, KM 11, Perawang, Kabupaten Siak. Sedangkan pengambilan abu terbang (Fly Ash) dari PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Perawang, Kabupaten Siak.

Bahan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Geoteknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau. Pengujian dibagi menjadi dua tahap yaitu pengujian Pendahuluan dan Pengujian Utama

(5)

Pengujian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan meliputi uji properties tanah, sifat fisik tanah dan pengujian pemadatan. Pengujian propertie dan sifat fisik tanah di antaranya adalah uji kadar air, analisa saringan, berat jenis, konsistensi tanah. Tujuan uji pendahuluan adalah untuk klasifikasi tanah. pengujian proktor standar masing variasi tanah campuran untuk mendapatkan kadar air optimum (OMC) dan berat volume kering maksimum (MDD).

Pengujian Utama

Pengujian Utama terdiri dari pengujian CBR laboratorium, baik kondisi rendaman (soaked) atau tidak rendaman (unsoaked).Air yang ditambahkan pada pembuatan benda uji CBR merupakan nilai OMC masing masing variasi campuran. Melakukan pengujian CBR rendaman tanpa rendaman pada masing-masing campuran tanah baik tanpa pemeraman (curing) ataupun dengan pemeraman 28 hari. Untuk sampel CBR dengan curing, perendaman di lakukan setelah sampel selesai diperam. Perendaman dilakukan dengan pembacaan swelling. Perendaman selesai setelah tidak terjadi swelling, di catat juga kadar air setelah perendaman.

Bagan Alir Penelitian

Untuk lebih jelasnya skema jalannya penelitian dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2 Bagan Alir Jalannya Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian

Data-data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari serangkaian pengujian yang dilaksanakan di laboratorium, kemudian disajikan secara sistematis dan jelas sehingga dapat dilakukan analisa. Data-data yang diperoleh yaitu spesific gravity, batas cair dan batas plastis, MDD, OMC, nilai CBR tanpa rendaman dan CBR rendaman.

(6)

Hasil Pengujian Specific Gravity, Plastisitas

Setelah dilakukan pengujian berat jenis terhadap tanah lempung asli, abu terbang, maupun campuran tanah lempung dengan abu terbang, maka berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh nilai berat jenis seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pengujian Spesific Gravity, Plastisitas No. Variasi Tanah Gs

Plastisitas (%) Klasifikasi Tanah

LL PL IP USCS AASHTO

1 100% C 2,675

31,74 20,59 11,15 CL A-6

2 90%C+10%FA 2,669

29,46 22,66 6,80 CL-ML A-4 3 85%C+15%FA 2,665 29,22 22,97 6,25 CL-ML A-4

4 80%C+20%FA 2,663 29,17 24,10 5,07 ML A-4

5 75%C+25%FA 2,659 29,08 24,60 4,48 ML A-4

6 70%C+30%FA 2,656 29,03 26,01 3,02 ML A-4

7 100%FA 2,614 39,5 - - ML A-4

Hasil Pengujian Pemadatan, CBR

Pengujian pemadatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah standard compaction test yang digunakan untuk menentukan Optimum Moisture Content (OMC) dan Maximum Dry Density (MDD). Hasil pengujian pemadatan standar ini digunakan untuk memperoleh OMC dan MDD. Kadar air optimum tersebut dijadikan acuan sebagai kadar air yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji CBR. Berdasarkan hasil pengujian pemadatan standar pada Gambar 4.5, maka dapat ditentukan nilai kadar air optimum dan berat volume kering maksimum dengan hasil yang disajikan pada Tabel 3.

Pembahasan

Setelah data-data dari pengujian berat jenis, batas-batas konsistensi, pemadatan tanah, serta nilai CBR diperoleh untuk setiap variasi lempung dan dengan variasi kadar air yang telah ditentukan, maka dapat dianalisa hubungannya terhadap faktor-faktor yang berpengaruh.

Tabel 3 Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Uji

No. Variasi Tanah

Standard Proctor CBR unsoaked CBR soaked MDD

(gcc)

OMC (%)

dry (gcc)

CBR (%)

w (%)

dry (gcc)

CBR (%)

1 100%C 1,671 17,98 1,670 22,06 22,31 1,670 10,37

2 90%C+10% FA 1,592 19,86 1,591 22,55 20,72 1,616 15,36 3 85%C+15%FA 1,588 20,05 1,547 23,97 24,36 1,553 12,43 4 80%C+20%FA 1,541 21,36 1,507 24,19 26,34 1,516 11,06 5 75%C+25%FA 1,509 22,51 1,478 25,99 28,47 1,467 8,40

(7)

Pengaruh Kadar Abu Terbang Terhadap Pemadatan

Dari hasil pengujian pemadatan tanah uji (proctor test), maka dapat diketahui pengaruh kadar abu terbang terhadap pemadatan. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat karakteristik dari pemadatan tanah campuran tanah lempung dengan abu terbang yang menunjukkan kecenderungan meningkatnya kadar air optimum (OMC) dan menurunnya kepadatan kering maksimum (MDD).

Gambar 3 Grafik Pengaruh Abu Terbang Terhadap Pemadatan

Abu terbang memiliki sifat pozzolan sehingga terjadi proses sementasi yang mengakibatkan terjadinya pembesaran rongga-rongga pada sampel., terjadinya proses sementasi mengakibatkan terjadinya rongga-rongga pada volume yang tetap, hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan berat kering dimana pada proses pemadatan rongga- rongga kosong tersebut terisi air. Setelah proses pengeringan, air dalam rongga-rongga menguap dan sampel tanah menjadi kering. Karena semakin banyak kadar abu terbang maka semakin banyak pula rongga yang terjadi, dan semakin kecil pula berat kering tanah uji (Wiqoyah, 2006).

Pengaruh Kadar Abu Terbang Terhadap Nilai CBR, Density

Berdasarkan hasil pengujian CBR yang telah diperoleh, maka pengaruh kadar abu terbang akan dianalisa terhadap nilai CBR. Dari Gambar 4, apabila kadar abu terbang yang dicampurkan dengan tanah lempung kurang dari 10%, maka terjadi peningkatan nilai CBR yang cukup besar. Namun disaat kadar abu terbang dengan persentase antara 15% - 20%, nilai CBR tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Gambar 4 juga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar abu terbang akan menyebabkan penurunan kepadatan tanah karena sementasi. Sementasi menyebabkan penggumpalan dan meningkatkan daya ikat antar butiran, sehingga kemampuan saling mengunci antar butiran tinggi.

Selain itu, rongga-rongga pori yang telah ada sebagian akan dikelilingi bahan sementasi yang lebih keras, sehingga butiran tidak mudah hancur atau berubah bentuk karena pengaruh air. Oleh karena itu, seiring dengan penambahan persentase abu terbang menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai CBR meskipun kepadatan tanahnya mengalami penurunan.

(8)

Gambar 4 Pengaruh Kadar Abu Terbang Terhadap Nilai CBR

Hubungan Nilai CBR unsoaked, CBR soaked

Hasil pengujian CBR tanpa rendaman dan CBR rendaman, didapat hubungan antara kadar abu terbang dengan nilai CBR tanpa rendaman dan dengan rendaman (Gambar 4).

Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa nilai CBR tanpa rendaman lebih besar daripada nilai CBR dengan rendaman. Karena dengan adanya perendaman yang dilakukan akan meningkatkan kadar air tanah sehingga kekuatan tanah menjadi berkurang dan mengakibatkan penurunan nilai CBR. Gambar 5 menunjukkan kenaikan nilai CBR baik direndam maupun tanpa rendaman disaat persentase abu terbang 10%. Namun bila kadar abu terbang dinaikkan menjadi 15%, nilai CBR justru turun untuk kondisi direndam, sementara untuk kondisi tanpa rendaman mengalami kenaikan nilai CBR. Oleh karena itu, semakin meningkatnya persentase kadar abu terbang dalam campuran tanah uji, maka rentang nilai CBR antara kondisi rendaman dengan kondisi tanpa rendaman semakin renggang.

(9)

Dari Gambar 5 diatas diketahui bahwa jika abu terbang bertambah dalam campuran, maka berat jenis tanah semakin kecil. Nilai berat jenis sebanding dengan besarnya nilai kepadatan maksimum (MDD), dan berbanding terbalik dengan kadar air optimum (OMC).

Artinya jika berat jenis tanah uji mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu terbang, maka kepadatan maksimum (MDD) akan semakin kecil, sedangkan kadar air optimum (OMC) akan semakin besar. Selain itu, jika nilai spesific gravity dan plasticity index mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu terbang , maka nilai CBR kondisi rendaman dan tanpa rendaman cenderung mengalami kenaikan.

Pengaruh Variasi Cara Pemeraman Terhadap Nilai CBR

Selain pengaruh kadar air akibat perendaman, pada penelitian ini juga dianalisa perubahan nilai CBR tanah akibat cara pemeraman tanah uji. Pengujian nilai CBR ini dilakukan dalam kondisi tanpa rendaman, dimana sampel diberi umur pemeraman selama 28 hari.

Tabel 4 Perbandingan Nilai CBR dengan perlakuan curing berbeda No, Variasi Tanah Kadar air

(%)

Curing 0 hari Langsung diuji

Curing 28 hari Mould (CM) Plastic (CP)

1 100% C 18,96 8,41 10,31 7,14

2 90%C+10% FA 20,09 17,83 20,68 19,25

3 85%C+15%FA 20,81 24,51 27,79 25,62

4 80%C+20%FA 22,35 23,98 27,19 16,28

5 75%C+25%FA 23,81 19,97 23,99 19,78

6 70%C+30%FA 25,56 21,31 25,33 22,83

Perlakuan sampel pertama langsung dipadatkan didalam mould kemudian diperam selama 28 hari. Perlakuan sampel kedua sampel dicampur dengan kadar air OMC, kemudian dimasukkan kedalam plastik, diikat, dan diperam di kotak penyimpanan selama 28 hari, kemudian dipadatkan (Tabel 4). Dari Tabel 4.secara umum dapat disimpulkan bahwa nilai CBR sampel perlakuan pertama memiliki nilai lebih besar daripada nilai CBR untuk sampel perlakuan kedua. Penambahan abu terbang efektif dengan pemeraman pada kadar 15%

ditandai dengan nilai CBR maksimum

KESIMPULAN

Penambahan abu terbang cenderung menurunkan spesific gravity, plasticity index.

Semakin bertambahnya persentase abu terbang, maka nilai berat volume kering menurun dan nilai kadar air optimum akan semakin meningkat. Pemadatan yang dilakukan pada kadar air di atas OMC menyebabkan berkurangnya kepadatan dan kekuatan tanah, sehingga nilai CBR turun. Pada pengujian CBR yang diberi perlakuan dengan langsung dipadatkan didalam mould kemudian diperam selama 28 hari memiliki nilai lebih besar daripada nilai CBR untuk sampel yang dicampur dengan kadar air tertentu yang belum dipadatkan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Gogot Setyo., dkk. 2003. Pengaruh Fly Ash Terhadap Sifat Pengembangan Tanah Ekspansif, Jurnal Civil Engineering Dimension, 5(1): 20-24.

Das, BM. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis),Jakarta: Erlangga.

Hartosukma, Endang Widorowati. 2005. Perilaku Tanah Lempung Ekspansif Karangawen Demak Akibat Penambahan Semen dan Fly Ash Sebagai Stabilizing Agents. Tesis Program Pasca Sarjana. Semarang: Universitas Diponegoro.

Nainggolan, Abdi Sihar. 2012. Karakteristik Kimia, Fisis, dan Mekanis Abu Terbang (Fly Ash) dalam Geoteknik. Skripsi Jurusan Teknik Sipil. Pekanbaru: Universitas Riau.

Nugroho, S. A. 2015. Pengaruh Kadar Lempung Dan Kadar Air Pada Sisi basah Terhadap Nilai CBR Pada Tanah Lempung Kepasiran (Sandy Clay).Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains,1(2), 1-12.

Nugroho, S. A., Hendri, A., & Ningsih, S. R. 2012. Correlation between Index properties and California Bearing Ratio test of Pekanbaru Soils with and without Soaked.

Canadian Journal on Environmental, Construction and Civil Engineering, 3(1), 7-17.

Sulistyowati, Tri. 2006. Pengaruh Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif Dengan Fly-Ash Terhadap Nilai Daya Dukung CBR. Vol 2, (1): 77-83.

Wiqoyah, Qunik. 2006. Pengaruh Kadar Kapur, Waktu Perawatan, dan Perendaman Terhadap Kuat Dukung Lempung. Jurnal Dinamika Teknik Sipil. Vol 6, (1): 16-24

Referensi

Dokumen terkait

Reliabilitas menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan atau menunjukkan sejauh mana konsistensi alat ukur dalam pengukuran pengujian reliabilitas intrument

Hasil koefisien regresi untuk variabel kualitas pelayanan (X 1 ) yaitu sebesar 0,344 artinya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah adalah positif,

Penerapan rasio maksimum LTV diharapkan dapat menekan pertumbuhan kredit yang mana akan berpengaruh terhadap permintaan properti residensial yang pada akhirnya

Proyek ini merupakan sarana akomodasi Hotel Resort Karimunjawa ini nantinya akan menjadi salah satu landmark di Karimunjawa, maka perwujudan bentuk Arsitektur Neo-Vernakular

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk melihat bagaimana penerapan laporan keuangan pada Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Utara apakah telah sesuai dengan apa yang

Sedangkan nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang menunjukkan .612 variabel budaya sunda memiliki pengaruh sebesar 61.2% terhadap Perilaku Moral

Ada beberapa hal yang berguna diantaranya: (1) Bagi guru, kajian atau tindakan konseling ini dirasakan sangat bermanfaat dalam melaksanakan layanan konseling melalui metode

Hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah pertama menunjukan bahwa peran keluarga dalam mengatasi anak kecanduan pornografi melalui 1 controlling, yakni kontrol keluarga inti