• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARAKA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 Tahun 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "CARAKA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 Tahun 2021"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

CARAKA

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 Tahun 2021

ISSN 2798-6853

207

Pembinaan Etika Kepemimpinan Mahasiswa Hindu pada PC KMHDI Bangli

Oleh.

Ayu Veronika Somawati

Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja Email : ayuvero90@gmail.com

ABSTRAK

Mahasiswa merupakan sebutan bagi setiap orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi baik di sekolah tinggi, akademi maupun universitas. Namun tidak terpaku pada itu saja, mahasiswa merupakan orang yang terpelajar.

Asumsinya, seorang mahasiswa tidak hanya mempelajari bidang keilmuan tertentu, tetapi mahasiswa juga berkewajiban untuk berkreatifitas serta mengaplikasi bidang keilmuan yang ditekuninya dalam kehidupan sehari-hari demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Khususnya bagi mahasiswa Hindu, idealnya diharapkan dapat mengimplementasi ilmu yang dimiliki serta dipadukan dengan ajaran-ajaran agama Hindu guna membangun kepribadian yang utuh yang didasari dan dilandasi sraddha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Apalagi tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa sebagai generasi muda merupakan calon-calon pemimpin di masa depan yang akan menentukan arah Bali khususnya dan negara pada umumnya. Namun seiring dengan perkembangan jaman, tidak jarang mahasiswa khususnya mahasiswa Hindu belum mampu mengimplementasikan ilmunya, apalagi memadukannya dengan ajaran-ajaran agama dan justru terjebak ke dalam pergaulan bebas sehingga mengikis nilai-nilai etika dan karakter seorang mahasiswa Hindu. Bagaimana akan menjadi calon pemimpin bangsa di masa depan apabila belum dapat memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu. Pimpinan Cabang (PC) Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Bangli sebagai salah satu wadah pemersatu mahasiswa Hindu yang ada di Kabupaten Bangli menyadari hal ini. Pembinaan etika kepemimpinan mahasiswa Hindu khususnya yang tergabung di dalam organisasi PC KMHDI Bangli terus dilakukan untuk menemukan pola pembinaan yang efektif sebagai upaya untuk meningkatkan nilai etika kepemimpinan mahasiswa Hindu pada PC KMHDI Bangli yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal di masa depan.

Kata Kunci: Pembinaan, Etika, Kepemimpinan, Mahasiswa Hindu, PC KMHDI Bangli

I. Pendahuluan

Pesatnya perkembangan globalisasi saat ini membawa banyak sekali perubahan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perubahan ini tidak hanya menyangkut perubahan kearah positif, seperti mudahnya mengakses berita yang terjadi di belahan dunia lainnya serta kemudahan untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa ada juga imbas lain yang ikut terbawa dengan pesatnya arus globalisasi. Salah satunya yaitu terbawanya informasi dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran, seperti cara berpakaian, bertutur kata, dan lain-lain.

(2)

ISSN 2798-6853

208 Kebebasan manusia dalam mengeksplorasi berbagai informasi secara perlahan memberikan pengaruh terhadap pola pikir, cara bertutur dan perilaku masyarakat, khususnya generasi muda Hindu. Bayangkan saja, dengan adanya kemajuan teknologi seperti pelayanan internet masuk desa, remaja dapat secara leluasa dan dengan mudahnya mengakses berbagai informasi. Ironinya, generasi muda memanfaatkan fasilitas media internet untuk mencari informasi di luar batas kewajaran seperti gambar, video porno yang semestinya tidak pantas dikonsumsi oleh remaja. Akibatnya dari adanya penyalahgunaan media informasi tersebut menyebabkan terjadinya berbagai penyimpangan pola pikir seperti pola pikir yang tidak sesuai dengan umurnya, masih kecil sudah memikirkan pacar-pacaran, pola berbicara yang tidak patut digunakan dengan orang yang lebih dewasa, hingga terjadinya berbagai penyimpangan perilaku, seperti aksi bullying, perilaku asusila, pergaulan bebas, dan pemerkosaan serta kehamilan di bawah umur. Pergaulan bebas dan terjerumus dalam pengaruh minuman keras terlebih sebagai pemakai dan pecandu narkoba merupakan ancaman serius yang secara perlahan mengancam eksistensi remaja sebagai generasi penerus bangsa (Somawati & Made, 2019).

Generasi muda merupakan tumpuan harapan suatu bangsa dan negara di masa depan. Seperti yang tetuang di dalam kutipan dari Bapak Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”. Kutipan tersebut tersebut menggambarkan bagaimana generasi muda memegang peranan yang sangat penting dalam peradaban kehidupan sebuah bangsa dan negara.

Harapan masa depan bangsa ada di tangan pemuda atau generasi mudanya karena merekalah calon-calon pemimpin kelak.

Mengingat pentingnya peranan generasi muda dalam perkembangan peradaban suatu bangsa, serta di tangan merekalah masa depan bangsa karena generasi muda merupakan calon-calon pemimpin masa depan, tentu saja dibutuhkan langkah strategis untuk menjaga etika kepemimpinan generasi muda khususnya mahasiswa Hindu di tengah gempuran arus globalisasi yang tidak terbendung. Apalagi mengingat agama Hindu yang memiliki banyak sekali ajaran- ajaran etika kepemimpinan yang kelak bisa menjadi bekal generasi muda khususnya mahasiswa Hindu sebagai calon leader masa depan. Ajaran-ajaran ini perlu digali, dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal inilah yang kemudian menjadi dasar bagi Pimpinan Cabang (PC) Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Bangli untuk melakukan pembinaan etika dan karakter kepemimpinan bagi mahasiswa Hindu khususnya yang tergabung di dalam wadah organisasi PC KMHDI Bangli. Sebagai organisasi yang memiliki misi untuk memperbesar jumlah kader mahasiswa Hindu yang berkualitas, tentu saja pembinaan etika kepemimpinan menjadi salah satu langkah utama dalam mewujudkan misi tersebut. Melalui pemahaman, pengimplementasian serta pembiasaan penerapan ajaran etika dan karakter kepemimpinan Hindu dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja akan melahirkan calon-calon pemimpin masa depan yang memiliki etika dan karakter kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama Hindu di tengah berbagai macam gempuran arus globalisasi yang tidak terbendung. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan asalkan adanya

(3)

ISSN 2798-6853

209 dukungan dari semua pihak. Beranjak dari hal tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam bentuk karya ilmiah dengan mengangkat judul “Pembinaan Etika Kepemimpinan Mahasiswa Hindu pada PC KMHDI Bangli”.

II. Metode Pengabdian

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di aula gedung PHDI Kabupaten Bangli. Pesertanya sendiri merupakan mahasiswa-mahasiswi Hindu yang tergabung di dalam organisasi PC KMHDI Bangli. Untuk system pelaksanaannya sendiri dilakukan dengan pemberian materi yang telah disepakati oleh panitia kegiatan. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain :

1. Menumbuhkan rasa bangga beragama Hindu,

2. Membangun sikap mental yang berlandaskan ajaran Tri Kaya Parisudha, 3. Menumbuhkan ajaran etika kepemimpinan yang berlandaskan ajaran Agama

Hindu bagi mahasiswa Hindu khususnya yang tergabung di dalam organisasi PC KMHDI Bangli,

4. Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama dalam mengembangkan agama Hindu.

Kegiatan dilakukan dengan menggunakan metode dharma wacana dan dilanjutkan dengan dharma tula. Dengan begini maka mahasiswa mahasiswi Hindu khususnya yang tergabung di dalam organisasi PC KMHDI Bangli dapat membangun dan menjaga etika kepemimpinannya yang berdasarkan ajaran agama Hindu mengingat di tangan merekalah masa depan bangsa yang akan datang.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Sejarah Singkat PC KMHDI Bangli

Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia atau yang disingkat dengan KMHDI merupakan suatu organisasi mahasiswa Hindu di Indonesia. KHMDI merupakan satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan Hindu dan berskala nasional. KMHDI sendiri berdiri pada tanggal 3 September 1993.

Sebagai organisasi berskala nasional, KMHDI mempunyai visi, yaitu : - Wadah pemersatu mahasiswa Hindu Indonesia

- Alat pendidikan kader Mahasiswa Hindu Indonesia

Sedangkan misi KMHDI adalah : Memperbesar jumlah kader mahasiswa Hindu yang berkualitas.

Dalam terminologi KMHDI, kader mahasiswa Hindu Indonesia yang berkualitas tersebut adalah suatu sosok kader KMHDI yang religius, humanis, nasionalis dan progresif yang bersedia berjuang di jalan Hindu untuk mewujudkan kebebasan, keadilan dan solidaritas bagi semua individu yang berada dalam suatu negara yang berasaskan demokrasi dan hukum (KMHDI, 2021).

Adapun penjelasan dari masing-masing jati diri yang harus dimiliki oleh anggota KMHDI adalah sebagai berikut :

- Religiusitas : adalah perwujudan Dharma agama dari anggota KMHDI. Nilai- nilai religiusitas harus diterapkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ini tidak berarti KMHDI menginginkan masyarakat yang berlandaskan satu agama.

(4)

ISSN 2798-6853

210 Nilai religiusitas diwujudkan dengan menerapkan nilai-nilai ke-agama-an yang universal, ketika anggota melaksanakan hak dan kewajiban sosialnya. Nilai religiusitas juga dimaknai sebagai keperdulian pada agama Hindu, yang artinya setiap anggota harus menguasai pengetahuan agama, yang disertai dengan keinginan untuk melakukan pengkajian ulang yang kritis pada nilai-nilai dasar dan praktek-praktek keagamaan yang berkembang di masyarakat Hindu.

- Humanisme : kesadaran bahwa setiap manusia adalah percikan dari Tuhan dan pada inti terdalamnya setiap manusia memiliki sifat-sifat ke-Tuhan-an yang sama, termaktub dalam konsep Atman, adalah dasar dari nilai humanisme Hindu. Anggota harus mampu memandang manusia lain sebagai cerminan dirinya sesuai dengan konsep Tat Twam Asi. Humanisme KMHDI, mendorong untuk membantu umat manusia yang lain, dan bukan hanya tidak mengganggu manusia yang lain. Sebagai perwujudan nilai humanisme universal, anggota harus memiliki keperdulian dalam menyikapi setiap masalah-masalah kemanusiaan.

- Nasionalisme : adalah sebuah penerjemahan dari keinginan anggota untuk melakukan Dharma negara. Nasionalisme yang dianut adalah nasionalisme yang tumbuh dari perasaan senasib dengan saudara sebangsa (solidaritas) dan perasaan saling menghormati dengan saudara lain bangsa. Nasionalisme diartikan sebagai sebuah rasa ikut memiliki bangsa dan karenanya ikut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dari bangsa itu sendiri. Anggota memposisikan diri sebagai warga negara yang menentang bentuk-bentuk masyarakat yang eksklusif dalam wujud primordialitas atau sektarianisme.

Anggota secara aktif berpartisipasi dalam pembentukan sebuah negara bangsa.

- Progresifitas : anggota harus mengambil posisi sebagai manusia yang progresif, siap akan perubahan, menjadi pionir perubahan dan bukan hanya menunggu suatu perubahan terjadi. Anggota harus selalu berada pada garda terdepan dalam suatu proses perubahan yang diyakini mampu memperbaiki situasi.

Dalam terminologi KMHDI, progresifitas berarti bahwa anggota harus menjadi orang-orang yang menelurkan ide, melaksanakan ide tersebut dan siap akan proses dialektika dari ide tersebut (Wikipedia, 2021)

Untuk mewadahi kader mahasiswa Hindu yang ada khususnya di Kabupaten Bangli, maka dibentuk pula Pimpinan Cabang (PC) KMHDI Bangli. PC KMHDI Bangli sendiri terbentuk pada tanggal 11 Juli 2009 melalui pelaksanaan Sabha I PC KMHDI Bangli. Sabha merupakan musyawarah tertinggi KMHDI pada tingkat pimpinan cabang. Pada saat itu, terbentuk kepengurusan PC KMHDI Bangli pertama dengan masa bakti 2009-2011. Adapun susunan pengurus inti pada saat itu adalah :

- Ketua : Ayu Veronika Somawati, M.Fil.H.

- Sekretaris : Ni Ketut Sudrastini, S.Pd.B., M.Pd.

- Bendahara : Ni Kadek Martina S.Ag., M.Fil.H.

(5)

ISSN 2798-6853

211 Hingga saat ini, PC KMHDI Bangli telah melaksanakan 6 (enam) kali sabha, yang artinya telah terjadi enam kali pergantian pengurus PC KMHDI Bangli dengan pengurus terpilih pada sabha keenam periode 2021-2023 tersebut adalah :

- Ketua : Ni Luh Noviani

- Sekretaris : Ni Wayan Ayu Lestari Yanti - Bendahara : Ni Luh Sri Widiadnyani.

3.2 Pembinaan Etika Kepemimpinan Mahasiswa Hindu pada PC KMHDI Bangli

3.2.1 Etika Kepemimpinan dalam Ajaran Agama Hindu

Manusia lahir pada dasarnya dengan membawa 3 (tiga) sifat dasar yang disebut dengan Tri Guna, yaitu sattvam atau sifat kebaikan yang membentuk karakter manusia, rajas atau sifat nafsu manusia yang perlu dikendalikan, serta tamas atau sifat gelap yang perlu dimurnikan. Ketiga sifat dasar ini tidak mampu dihilangkan begitu saja dari dalam diri manusia, yang dapat dilakukan adalah mengendalikan sifat rajas dan tamas sehingga sifat sattvam dapat mendominasi diri seseorang (Somawati & Adnyana, 2020). Untuk mengendalikan sifat-sifat rajas dan tamas manusia serta untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan hidup manusia dalam suatu kelompok, maka dibutuhkan etika yang membentuk sudut pandang serta perilaku manusia di dalam hidup berkelompok atau bermasyarakat karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, ethos (adat, kebiasaan, praktek).

Sebagaimana digunakan Aristoteles istilah ini mencakup ide “karakter” dan disposisi (kecondongan). Kata moralis diperkenalkan ke dalam kosa kata filsafat oleh Cicero. Baginya kata ini ekuivalen dengan kata ethikos yang diangkat oleh Aristoteles. Kedua istilah itu menyiratkan hubungan dengan kegiatan praktis.

Dalam banyak pemakaian, istilah ini merupakan sinonim istilah “etika” (Bagus, 2002).

Secara umum, etika merupakan suatu bentuk pandangan manusia mengenai baik-buruk, tepat-tidak tepat, benar-salah yang berkaitan dengan perilaku manusia di dalam kehidupan dan pergaulannya di masyarakat. Selain itu, etika juga berkaitan dengan kebiasaan masyarakat atau adat istiadat yang telah dilaksanakan oleh masyarakat tersebut secara turun temurun.

Apabila dikaitkan dengan ajaran agama Hindu, etika memiliki bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama Hindu itu sendiri. Salah satu bagian dari tiga kerangka dasar agama Hindu adalah susila atau etika itu sendiri, di samping tattva atau filsafat serta acara yakni pelaksanaan ritual-ritual keagamaan. Etika Hindu khususnya memegang peranan penting terutama di dalam kehidupan bermasyarakat, karena etika yang menjadi batasan-batasan dalam bertingkah laku demi keamanan, kenyamanan dan ketertiban bersama. Pandit di dalam bukunya menjelaskan bahwa etika Hindu sendiri tidak meminjam istilah dogmatik baik dan jahat atau surga dan neraka. Etika Hindu ada karena kebutuhan untuk menyelaraskan keinginan individu, emosi dan ambisinya untuk mengarahkannya pada sebuah kehidupan yang harmonis di bumi, dengan tujuan mutlak dari agama Hindu untuk menyadari keberadaan kita sendiri. Kesadaran diri menurut

(6)

ISSN 2798-6853

212 pandangan Hindu adalah kesadaran pada diri dan pada Tuhan, sumber dan intisari dari keberadaan manusia dan kebebasannya (Pandit, 2003).

Etika Hindu tidak menyarankan menekan keinginan dan emosi, tetapi memuaskan keinginan dan emosi itu dalam tindakan yang terkendali sehingga energi tidak terbuang untuk pengejaran hal-hal duniawi. Energi yang mencukupi harus tetap ada bagi evolusi intelektual dan spiritual. Beberapa kebaikan yang meningkatkan evolusi seorang individu adalah kebenaran, tidak melakukan kekerasan, cinta, keadilan, cinta kasih, keberanian, kebijaksanaan, toleransi, kesenangan, pengampunan, kemurnian pikiran, kata-kata dan perbuatan, dan pengendalian diri (Pandit, 2003).

Selain berkaitan dengan ajaran tingkah laku manusia dalam kehidupannya sehari-hari, etika Hindu juga memiliki berbagai ajaran mengenai bagaimana seorang pemimpin menjalankan tugas dan fungsinya dalam kelompok atau organisasi sehingga apa yang menjadi tujuan bersama di dalam kelompok tersebut dapat terwujud, karena diakui atau tidak, gaya kepemimpinan akan sangat mempengaruhi orang-orang yang dipimpin. Etika kepemimpinan Hindu sendiri sejatinya mampu mengantarkan sang pemimpin untuk mampu berpikir secara kritis dan rasional sehingga diperoleh keputusan terbaik yang sesuai dengan ajaran agama Hindu dan mampu dipertanggungjawabkan. Selain itu, etika kepemimpinan Hindu merupakan landasan moral bagi seorang pemimpin, khususnya pemimpin Hindu (Somawati & Wiraswastini, 2021).

Untuk mewujudkan suatu organisasi yang baik dan dapat mengantarkan organisasi tersebut kepada tujuan bersama dari organisasi tersebut, tentu dibutuhkan pemimpin dan organisator yang tidak bersifat “egosentris”, melainkan

“organisasisentris”. J.Slikboer mensistimatir syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang organisator adalah sebagai berikut :

- sifat-sifat serta kemampuan-kemampuan dalam bidang intelektual - sifat-sifat yang berhubungan dengan watak

- sifat-sifat temperamental

- sifat-sifat dan kemampuan dalam bidang khusus: sehubungan dengan pergaulan manusia, sifat-sifat teknis-vak dan kemampuan-kemampuan (Winardi, 2004).

Berdasarkan hal tersebut, untuk mewujudkan pemimpin dan organisator yang “organisasisentris”, diperlukan pengetahuan dan ajaran-ajaran yang dapat memberikan pencerahan kepada pemimpin dan organisator. Ajaran agama Hindu sendiri memiliki berbagai ajaran mengenai etika kepemimpinan Hindu yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan tugas perannya sebagai pengayom dan pelindung orang-orang yang dipimpinnya. Beberapa konsep etika kepemimpinan Hindu yang dapat menjadi acuan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Ṣaḍ Warṇaning Rājanīti. Menurut teori Hindu Kuno yang dimuat dalam kitab “Substance of Hindu Polity” yang disusun oleh Chandra Prakash Bhambari menyebutkan 6 syarat seorang pemimpin yang dapat diberi istilah Sadvarnaning Rajaniti, yaitu :

(7)

ISSN 2798-6853

213 - Abhigamika, pemimpin harus mampu menarik perhatian positif dari

rakyatnya

- Prajña, pemimpin harus bijaksana

- Utsaha, pemimpin harus kreatif mengembangkan usaha.

- Atmasampad, pemimpin harus bermoral luhur

- Sakhyasamanta, pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya - Aksudraparisatka, pemimpin harus mampu memimpin rapat atau

sidang dan dapat menarik kesimpulan yang bijaksana (Ngurah &

dkk, 1999).

b. Aṣtabrata. Di dalam Mānavadharmaśāstra yang dikenal juga dengan nama Vedasmrti disebutkan perilaku seorang pemimpin hendaknya seperti perilaku para deva. Sikap dan sifat kepemimpinan ini dikenal dan popular dengan nama Aṣtabrata yang dimasukkan ke dalam kakavin Ramayana berbahasa Jawa Kuno yang merupakan nasehat Śri Rāma kepada Vibhīṣana. Lebih jauh diuraikan sifat dan sikap yang patut dimiliki dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin sesuai ajaran Aṣtabrata, sebagai berikut :

- Indrabrata, para pemimpin hendaknya mengikuti sifat dan sikap Deva Indra, dewa hujan. Hujan adalah sumber kemakmuran, dengan demikian seorang pemimpin hendaknya berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

- Yamabrata, para pemimpin hendaknya memiliki sifat dan sikap seperti Deva Yama, yakni adil dalam menegakkan hukum dan keadilan.

- Sūryabrata, pemimpin hendaknya mampu memberi penerangan seperti halnya Deva Surya, disamping senantiasa meningkatkan tanggung jawab dan pengabdian seluruh rakyat yang dipimpinnya.

- Candrabrata, pemimpin hendaknya mampu memperlihatkan wajah yang tenang, kata-kata yang menyejukkan dan mampu menarik simpati seluruh rakyatnya seperti halnya bulan memberikan kesejukan.

- Bāyubrata, pemimpin selalu mengetahui dan menyelidiki keadaan ataupun keinginan rakyatnya terutama mereka yang miskin dan menderita, dan mampu mendengar jerit hati nurani mereka seperti angina yang memberikan kesegaran.

- Kuvera atau Danadhabrata, seperti halnya Deva Kuvera atau Danadha yang mampu mengendalikan uang dan kekayaan, demikian hendaknya seorang pemimpin dapat menggunakan uang dan kekayaan negara untuk meningkatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kuverabrata ini disebut juga Arthabrata.

- Varuṇabrata, artinya sifat dan perilaku seperti Deva Varuṇa (penguasa samudra raya), pemimpin hendaknya mampu membasmi berbagai penderitaan dan penyakit dalam masyarakat.

- Agnibrata, yakni sifat dan perilaku sebagai Deva Api, pemimpin hendaknya memiliki sifat dan jiwa Kesatriya dan sebagai pandita,

(8)

ISSN 2798-6853

214 mampu menggerakkan masyarakat untuk mensukseskan program kerja memiliki kebijaksanaan untuk menatap masa depan rakyatnya (Ngurah & dkk, 1999).

c. Panca Upaya Sandhi. Dalam sebuah naskah lontar bernama Śivabuddhāgama Tattva disebutkan Panca Upaya Sandhi, yang harus dilakukan oleh seorang dalam menghadapi musuh negara maupun mengatasi berbagai persoalan yang menjadi tanggung jawabnya, yang terdiri dari :

- Maya, seorang pemimpin harus mampu berupaya mengumpulkan data yang dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

- Upekṣa, pemimpin harus mampu menganalisa, meneliti semua bahan, data atau informasi untuk menyelesaikan persoalan menurut proporsinya.

- Indrajala, pemimpin harus mampu menyelesaikan dan mengatasi atau mencari jalan keluar dalam memecahkan berbagai masalah.

- Vikrama, pemimpin harus mampu melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan sebagai jalan untuk mengatasi berbagai masalah.

- Lokika, pemimpin mampu mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang sehingga menemukan alternative terbaik dalam menyelesaikan berbagai persoalan (Ngurah & dkk, 1999).

Sebenarnya, masih banyak lagi konsep-konsep dan ajaran-ajaran agama Hindu mengenai etika kepemimpinan. Konsep-konsep di atas hanyalah sekelumit ajaran yang dapat dipelajari, dipahami serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari terutama bagi seorang pemimpin.

3.2.2 Pembinaan Etika Kepemimpinan Mahasiswa Hindu pada PC KMHDI Bangli

Peran generasi muda khususnya mahasiswa Hindu yang merupakan harapan masa depan bangsa dan negara serta merupakan calon-calon pemimpin masa depan tentu sangatlah strategis. Berdasarkan hal tersebut, tentu juga sangat dibutuhkan pendampingan dan pembinaan yang kontinyu guna membentuk sosok-sosok mahasiswa Hindu yang memahami serta mampu mengimplementasikan ajaran serta nilai etika kepemimpinan Hindu dalam kehidupannya sehari-hari.

Subagiasta di dalam tulisannya menjelaskan bahwa dalam upaya untuk melaksanakan atau menerapkan ajaran filosofi kepemimpinan Hindu dalam masyarakat ataupun di lingkungan kerja masing-masing, maka ada beberapa hal penting untuk diperhatikan oleh pemimpin Hindu, terutama oleh pemimpin generasi muda Hindu, yang diandalkan sebagai calon pemimpin masa depan, seperti : a) rajin berorganisasi, b) rajin berkarya bersama-sama, c) rajin mencari pengalaman tentang memimpin, d) mencari terobosan sebagai pemimpin unggulan, e) melakukan praktek memimpin yang baik dan benar, f) berupaya mencari advice dari pemimpin senior, g) tirulah gaya memimpin sukses, h) usahakan matang dalam pergaulan pemimpin sehat, i) menjadilah teladan bagi warga, j) menjadilah

(9)

ISSN 2798-6853

215 pemimpin bertanggungjawab, k) menjadilah pemimpin yang loyal pada atasan, l) menjadilah pemimpin professional, m) menjadilah pemimpin berkualitas, n) menjadilah pemimpin bijaksana dan cerdas, o) menjadilah pemimpin yang terampil, p) menjadilah pemimpin yang ramah dan santun, dan sebagainya, masih banyak yang penting diterapkan dalam upaya untuk memimpin (Subagiasta, 2016).

KMHDI yang merupakan satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan Hindu dan berskala nasional tentu saja sangat menyadari hal ini.

Ditambah lagi dengan agama Hindu yang sangat kaya akan ajaran-ajaran etika kepemimpinan Hindu yang mana ajarannya sangat universal dan implementasinya tidak terbatas hanya bisa dilaksanakan oleh umat yang beragama Hindu saja, melainkan siapapun tanpa memandang latar belakang agamanya. Oleh karena itu, KMHDI merasa sangat penting untuk mengadakan pembinaan etika kepemimpinan Hindu, khususnya kepada anggotanya.

KMHDI khususnya PC KMHDI Bangli melaksanaan pembinaan etika kepemimpinan Hindu kepada anggotanya melalui pemberian dan pendalaman materi dengan melibatkan narasumber yang dianggap mumpuni pada bidang tersebut. Namun jika ditelisik lebih jauh, pembinaan berupa pemberian dan pendalaman materi ini merupakan sebuah rangkaian sistem berupa teori dan implementasi sekaligus. Ada 2 (dua) hal yang saling keterkaitan yang dijadikan bentuk pola pembinaan etika kepemimpinan mahasiswa Hindu pada PC KMHDI Bangli, yakni menggali nilai-nilai ajaran etika kepemimpinan Hindu bagi generasi muda melalui pemberian materi, pendalaman dan pendampingan serta pemberian kesempatan bagi setiap anggota untuk menjadi eksekutor kegiatan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana (insidental).

a. Menggali nilai-nilai ajaran etika kepemimpinan Hindu bagi generasi muda melalui pemberian materi dan pendalaman ajaran.

Hindu dengan berbagai ajaran etika kepemimpinan Hindunya tentu sangat menarik untuk digali. Apalagi, ajaran-ajaran tersebut sangat berguna jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama oleh seorang pemimpin guna mewujudkan tujuan bersama.

Di dalam setiap kesempatan atau kegiatan yang dilakukan, PC KMHDI Bangli selalu memfasilitasi anggotanya untuk memperoleh nilai-nilai mengenai etika kepemimpinan dalam ajaran agama Hindu dengan menghadirkan alumni KMHDI atau tokoh yang dianggap mumpuni untuk memberikan materi tersebut.

Para narasumber akan diberikan tema, kemudian tema inilah yang akan disampaikan dan didiskusikan bersama para peserta kegiatan. Selain itu, para narasumber diharapkan dapat memotivasi para peserta yang merupakan mahasiswa Hindu agar mereka memiliki visi hidup yang jelas serta siap menjadi pemimpin yang hebat di masa depan.

(10)

ISSN 2798-6853

216 Salah satu kegiatan pemberian materi mengenai etika kepemimpinan

bagi anggota PC KMHDI Bangli (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)

Selain pemberian materi satu arah (metode ceramah/dharma wacana), juga diberikan kesempatan ruang untuk melakukan diskusi atau dharma tula mengenai tema yang diangkat. Peserta kegiatan yang tentunya saja mahasiswa, tentu saja memiliki sikap yang kritis dalam menerima suatu materi. Selain karena mahasiswa memiliki akses untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang “lebih”, disadari bersama juga bahwa dijaman seperti sekarang ini sumber-sumber pengetahuan dapat diakses dengan sangat mudah karena adanya internet. Dengan metode diskusi ini, diharapkan informasi tidak hanya diperoleh satu arah serta agar peserta dapat mendalami dengan baik materi yang diberikan dan juga dapat mengelaborasikannya dengan pengetahuan yang mereka miliki. Selain itu, diskusi ini juga dilakukan agar kegiatan menjadi tidak membosankan serta dapat menggali pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh peserta (Somawati, 2021).

Pembinaan yang dilakukan oleh PC KMHDI Bangli bagi mahasiswa Hindu ini tidak terbatas pada pemberian dan pendalaman materi saja, tetapi juga dilanjutkan dengan praktek berupa kesempatan bagi anggotanya untuk menjadi pemimpin dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

b. Pemberian kesempatan bagi setiap anggota untuk menjadi eksekutor kegiatan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana (insidental)

Guna mengembangkan ajaran etika kepemimpinan yang telah diperoleh melalui pemberian materi dan diskusi, tentu dibutuhkan suatu kesempatan bagi mahasiswa Hindu khususnya yang tergabung dalam PC KMHDI Bangli untuk mengimplementasikan ajaran tersebut. Dalam hal ini, PC KMHDI Bangli memberikan kesempatan pada setiap anggotanya untuk menjadi eksekutor kegiatan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana.

Kegiatan PC KMHDI Bangli yang termasuk kedalam kegiatan yang terencana seperti pelaksanan Sabha (forum diskusi tertinggi dari pimpinan cabang KMHDI untuk memilih ketua pimpinan cabang periode kepemimpinan selanjutnya serta penyampaian laporan pertanggungjawaban ketua pimpinan cabang periode sebelumnya), Rakercab (rapat kerja untuk menentukan program kerja pimpinan cabang untuk 1 (satu) periode kepemimpinan, MPAB (masa penerimaan anggota

(11)

ISSN 2798-6853

217 baru), DMO (diklat manajemen organisasi), dan lain-lain. Kegiatan organisasi yang tidak terencana (incidental) yaitu seperti penggalangan dana untuk korban bencana alam dan lain-lain.

Setiap anggota diberikan kesempatan untuk memimpin kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, setiap anggota dapat merasakan pengalaman menjadi pemimpin serta dapat mempraktekkan nilai-nilai ajaran etika kepemimpinan dalam kegiatan yang dipimpinnya. Selain itu, melalui cara ini setiap anggota PC KMHDI Bangli juga dapat mengevaluasi dirinya sendiri serta rekannya berkaitan dengan nilai-nilai etika kepemimpinan.

Keberhasilan seorang pemimpin pada hakekatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin yang terlihat dari orientasi yaitu pada tingkat pencapaian visi, misi, pendanaan, kemampuan adaptasi, serta pengembangan program-program dan bagaimana pembinaan terhadap organisasi dibawahnya dengan memperhatikan kepuasan bawahan, motivasi dan semangat dalam meningkatkan disiplin kerja. Dengan demikian mengevaluasi keberhasilan kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat dinilai secara objektif dan subjektif dalam kesuksesan dari seorang pemimpin untuk meningkatkan kedisiplinan kerja pada bawahannya (Sunny, 2018).

IV. Simpulan dan Rekomendasi

Pembinaan etika kepemimpinan Mahasiswa Hindu khususnya yang tergabung di dalam wadah organisasi PC KMHDI Bangli dilakukan melalui pemberian dan pendalaman nilai-nilai ajaran etika dan karakter kepemimpinan Hindu bagi generasi muda. Setelah itu, seluruh anggota PC KMHDI Bangli diberikan kesempatan untuk menjadi eksekutor kegiatan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana (incidental). Dengan hal tersebut, maka diharapkan generasi muda, khususnya mahasiswa Hindu selain memiliki pengetahuan mengenai etika kepemimpinan, tetapi juga diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan ajaran yang mereka peroleh. Melalui pola pembinaan seperti ini, diharapkan mahasiswa Hindu siap menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang yang mampu mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, pembinaan seperti ini agar dilakukan secara berkelanjutan agar mahasiswa Hindu semakin mantap dengan ajarannya serta mampu mengimplementasikan ajaran Hindu khususnya mengenai etika kepemimpinan dalam kehidupannya sehari-hari.

Daftar Pustaka

Bagus, L. (2002). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Das, P. (2012). Human's Attitude Towards Nature. International Journal of Multidisciplinary Educational Research Vol. 1 Issue 4, 218-228.

KMHDI. (2021, July 3). kmhdi.org. Retrieved from profil-kmhdi:

https://kmhdi.org/profil-kmhdi/

Ngurah, I. G., & dkk. (1999). Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi.

Surabaya: Paramita.

Pandit, B. (2003). Pemikiran Hindu. Surabaya: Paramita.

(12)

ISSN 2798-6853

218 Somawati, A. V. (2021). Stoisisme dan Ajaran Agama Hindu; Kebijaksanaan

Pembentuk Karakter Manusia Tangguh. Genta Hredaya Vol. 5 No. 1, 80-89.

Somawati, A. V., & Adnyana, K. S. (2020). Makanan Sattvika dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan dan Karakter. Jurnal Yoga dan Kesehatan 3 (2), 142-151.

Somawati, A. V., & Made, Y. A. (2019). Implementasi Ajaran Tri Kaya Parisudha dalam Membangun Karakter Generasi Muda Hindu di Era Digital. Jurnal Pasupati, Vol 6 No 1, 1-22.

Somawati, A. V., & Wiraswastini, N. W. (2021). Fenomena Tumpeng Kering Ready Stock Dalam Sistem Upakara Hindu Di Bali. Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya 5 (1), 51-62.

Subagiasta, I. K. (2016). Filosofi Kepemimpinan Hindu. Jurnal Widya Katambung Volume 7 Nomor 2.

Sunny, M. P. (2018). PENTINGNYA PENERAPAN ETIKA KEPEMIMPINAN HINDU DI BALI . Vidya Wertta Vol. 1 Nomor 2, 84-93.

Wikipedia. (2021, May 16). Kesatuan_Mahasiswa_Hindu_Dharma_Indonesia.

Indonesia.

Winardi, J. (2004). Manajemen Perilaku Organisasi. Bandung: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Metode kegiatan yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah: sosialisasi menggunakan booklet dengan materi sosialisasi yang berisi tentang konsep dasar

Pada aspek lingkungan disini juga memiliki peran yang menyebabkan terjadinya speed losses, yaitu seringnya terjadi pemadaman listrik yang membuat kecepatan mesin

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan baik teoritis maupun praktis, menyangkut masalah yang timbul dalam pelaksanaan proses

Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter proses yang berpengaruh signifikan terhadap kekasaran permukaan adalah kedalaman potong, besarnya grit batu gerinda dan

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, atas nama majelis jemaat, kami menyambut saudara-saudari dengan syalom dan selamat hari minggu..

Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kualitas makanan dan harga secara simultan terhadap kepuasan konsumen pedagang Langkitang kaki lima di kawasan objek wisata

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan berbagai informasi penting, antara lain kebutuhan riil yang diperlukan dunia kerja, kekurangan yang dimiliki lulusan, kelemahan

Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau simbol bunyi dan menyuarakannya sebagai dasar anak