• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan. Chaplin (dalam Maryana, 2012: 15). Sedangkan menurut Spencer bahwa kemampuan merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi. Menurut Sudrajat (dalam Maryana, 2012: 15) antara kemampuan dan kata kecakapan memiliki hubungan.

Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Arifin, 2009: 5) memberikan pengertian bahwa kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang telah ditentukan. Kemampuan pada hakekatnya adalah suatu kekuatan untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi tujuan tertentu. Kemampuan dapat didefinisikan sebagai “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendasar yang perlu dimiliki oleh seseorang yang mempelajari lingkup materi tertentu dalam suatu mata pelajaran dan pada jenjang tertentu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dia lakukan.

8

2.1.2 Pengertian Membaca

Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan berisi gambar. Membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat pembaca mengembangkan suatu kesadaran. Menurut Mulyati (2007: 4.3) kegiatan membaca ada dua macam yaitu membaca dalam hati dan membaca bersuara. Membaca dalam hati menurut beliau adalah kegiatan membaca yang

(2)

hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir. Sedangkan membaca bersuara adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelomppok kata, dan kalimat dari bacaan yang kita hadapai.

Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 202) bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan maknadari apa yang tertulid dalam teks. Menurut Muda (2006: 72) Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis.. Sedangkan Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psiko linguisutik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbul tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan membaca kreatif.

Menurut Nurgiyantoro (2012: 368) bahwa membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihyak lain melalui sarana lisan”. Membaca merupakan suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan bahasa tulis. Hakekat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak. Membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat pembaca mengembangkan suatu kesadaran.

Menurut Hamid (2012: 164) Membaca merupakan sebuah aktivitas yang bagi sebagian orang menjadi kegemaran dan sebagian yang lain menjadi sebuah kebosanan, apabila minat ini sudah tumbuh dan berkembang, dalam arti bahwa orang bersangkutan sudah mulai suka membaca, maka kebiasaan-kebiasaan membaca pun akan berkembang. Tempat yang terbaik untuk menumbuhkan minat dan mengembangkan kebiasaan membaca adalah di rumah, terutama karena kebiasaan kekeluargaan.

(3)

sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca

Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki. 2.1.2.1 Tujuan Membaca

Secara umum pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Menurut Abidin (2012: 5) minimal ada tiga tujuan utama pembelajaran membaca gambar di sekolah, ketiga tujuan uatama tersebut adalah (1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, (2) mampu membaca dalam hati dengan kecapatan baca yang fleksibel, (3) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan. Sedangkan menurut Formiatno (2010:65) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah “Untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan.

Lebih lanjut Tarigan (2008: 9-11) mengemukakan beberapa tujuan membaca gambar yaitu: a) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah

dilakukan oleh tokok; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.

b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik dan menari, masalah yang terdapat dalam cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide utama.

c) Membaca untuk menemukan dan mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita. d) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti apa cara mereka itu, apa yang diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.

(4)

e) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi.

f) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil. Ini disebut membaca menilai atau mengevaluasi.

Tujuan membaca secara umum yaitu Mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau tidak langsung. 1) Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri. 2) Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-gagasan utama. Jadi tujuan akhir membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa membaca secara fleksibel pada dasarnya memiliki satu tujuan akhir bahwa membaca harus dilakukan guna mencapai suatu pemahaman.

2.1.2.2 Manfaat Membaca

Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Menurut Formiatno (2010: 65) bahwa manfaat membaca gambar adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan. Kegiatan membaca mempunyai berbagai macam manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung.

Menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat dari kegiatan membaca yaitu: 1. Peningkatan kecerdasan.

2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. 3. Penumbuhan keberanian.

4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Manfaat kegiatan membaca menurut Rahim (2008: 1) memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa yang akan datang. Manfaat lain adalah (1) sebagai media

(5)

rekreatif; (2) media aktualisasi diri; (3) media informatif; (4) media penambah wawasan; (5) media untuk mempertajam penalaran; (6) media belajar suatu keterampilan, (7) media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual.

Selain manfaat membaca di atas, adajuga mnfaat membaca yang lain yaitu: 1) Memperoleh banyak pengalaman hidup. 2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. 3) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. 4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. 5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. 6) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai. 7) Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca adalah dapat menjernihkan pikiran dan dapat lebih mudah mengingat informasi. Oleh karena kegiatan membaca mempunyai berbagai manfaat dalam kehidupan, maka kegiatan membaca perlu dilatihkan secara intensif dalam pembelajaran di sekolah, utamanya dari jenjang SD.

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca

Menurut Nutthal (dalam Yunus Abidin 2012 : 13) mengemukakan beberapa prinsip umum pengajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak. Hal ini berarti pembelajaran membaca tidak bisa dilakukan secara sporadic melainkan secara bertahap. Beberapa tahapan dalam pembelajaran membaca tersebut adalah:

a. Memberanikan anak membaca b. Mendorong anak membca

c. Menjejaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak dalam membca. d. Modeling membaca: mendemonstrasikan cara-cara yang dibutuhkan anak dalam

membaca.

e. Klarifikasi: memberikan contoh baca, menjelaskan strategi membaca dan memberikan pembelajaran secara eksplisit jika diperlukan

(6)

2. Kemampuan baca anak tidak sapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan.

3. Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui intraksi antara guru dan kelas. 4. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun kemampuan anak

berintraksi dengan teks.

5. Pembelajaran harus dilakukan dalam atmosfer kelas kondusif.

6. Pembelajaran haruss dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca sebelum siswa melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya.

7. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan berorientasi kedepan, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai jenis bacaan baik untuk saat ini maupun pada jenjang pendidikan selanjutnya.

8. Pahamilah bahwa pada dasarnya harus ada dua jenis kemampuan membaca yang harus baca mendalam diajarkan yakni kemampuan insentif (kegiatan baca yang memfokuskan pada satu teks tertentu dengan tujuan agar siswa tidaksekedar memahami makna bacaan tetapi mengetahui bagaimana bagaimana makna dibentuk dari sebuah bacaan) dan kemampuan membaca ekstensif (kegiatan baca yang dilakukan dengan membaca berbagai teks guna mendapat pemahaman yang luas suatu isi bacaa).

2.1.2.4 Langkah-langkah Membaca

Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses dan produk. Proses membaca mencakup aspek:

1. Proses membaca

Menurut Burns dkk (dalam Farida Rahim 2008: 12-14) proses membaca terdiri atas Sembilan aspek yaitu sensori, perceptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.

Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan symbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Anak-anak belajar membedakan secara visual diantara symbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk memprensentasikan bahasa lisan.

(7)

pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata kemudian mengungapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman membaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau emosi yang diprensentasikan.

2. Produk membaca

Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses pembaca.

2.1.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Faktor yang dapat mempengaruhi siswa malas dalam membaca gambar menurut Formiatno (2010: 67) yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. faktor dari luar itu adalah buku yang dibaca anak dan tidak sesuai dengan kemampuan anak dalam mencerna. Adapun faktor dari dalam yaitu anak merasa lelah, mata capai, mengantuk, badan tidak sehat, konsentrasi pada bacaan lain dan mungkin tidak ada minat untuk membaca. Sedangkan menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2008: 16-19) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca meliputi:

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.

2. Faktor Intelektual

Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz (dalam rahim, 2008: 17) sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah, dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa.

4. Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan

(8)

penyesuaian diri.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, misalnya motivasi dari diri sendiri,faktor dari lingkungan keluarga,kesesuaian bahan bacaan,pengetahuan tentang tata cara membaca, pengetahuan dan pengalaman seseorang yang dimiliki sebelumnya. Namun sebagai pendidik harus dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak, untuk dapat digunakan sebagai sumber belajar agar dapat memotivasi anak untuk membaca, sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca anak.

2.1.3 Pengertian Membaca Permulaan

Dalam membaca permulaan hal-hal yang perlu dilakukan siswa adalah membaca permulaan dengan nyaring suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. Menurut Depdikas (2009: 6) bahwa membaca nyaring adalah membaca dengan suara yang keras dan jernih, tetapi bukan berteriak. Dalam pembicaraan tentang membaca nyaring, Kelas 1 diasumsikan belum bisa membaca. Tahap ini merupakan tahap awal belajar membaca. Jadi, suku kata yang dipilih diusahakan suku kata yang bentuknya mirip atau berdekatan agar siswa dapat membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain. Adapun yang dimaksud dengan lafal adalah cara pengucapan. Lafal atau cara pengucapan setiap suku kata haruslah tepat. Biasanya suku kata-suku kata yang sedaerah artikulasi bunyinya hampir sama.

Zuchdi dan Budiasih (dalam Saputra, 2012: 11) mendefinisikan membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Selanjutnya Abbas (dalam Saputra, 2012: 13) menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu aktivitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluative, dan kreatif dengan memanfaatkan pengalaman pembaca. Ampuni (dalam Pratiwi dan Sugiyanto, 2007: 153) memaknai membaca sebagai proses kognitif yang kompleks untuk mengolah

(9)

isi bacaan, yang bertujuan untuk memahami ide-ide dan pesan-pesan penulis serta menjadikannya sebagai bagian dari pengetahuannya.

Sukartiningsih (2004: 52) menjelaskan bahwa membaca permulaan adalah kemampuan membaca pada tahap keberwacanaan. Menurut Darmiyati dan Budiasih (dalam Saputra, 2012: 18) membaca permulaan diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut.

a. Pramembaca, pada tahap ini siswa dikerjakan: (1) sikap duduk yang baik, (2) cara meletakkan/ menempatkan buku di meja, (3) cara memegang buku, (4) cara membalik halaman buku yang tepat, dan (5) melihat/ memperhatikan gambar atau tulisan.

b. Membaca, pada tahap ini siswa diajarkan: (1) lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru, (2) huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai pada 14 huruf).

Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau simbol bunyi dan menyuarakannya sebagai dasar anak dalam pembelajaran membaca berikutnya.

Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding. Proses recoding yaitu proses fisik yang berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjadi suatu rangkaian bunyi dalam kombinasi kata, kelompok kata dan kalimat bermakna. Proses decoding merupakan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi, melalui proses decoding gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasikan, diuraikan kemudian diberi makna. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/ kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.

2.1.3.1 Syarat-syarat Membaca Permulaan

(10)

1) Kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis. 2) Penguasaan kosakata untuk memberi arti

3) Kemampuan memasukkan makna.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

2.1.3.2 Tujuan Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat“.

Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. 2.1.4 Hakekat Metode SAS

(11)

2.1.4.1 Pengertian Metode SAS

Metode SAS adalah suatu metode pembelajaran membaca permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar membaca dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Menurut Supriyadi (dalam Santoso, 2011) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struksur analitik sintetik.

Berdasarkan pendapat diatas metode SAS lebih menekankan pada pendekatan membaca permulaan melalui cerita bergambar yang mengarah pada menulis kartu, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, yang bertujuan mempermudah siswa membaca berdasarkan kartu huruf, kata dan kalimat yang telah terbentuk dalam struktur kalimat atau kata yang bermakna.

Metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut : 1. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan

2. Analitik yaitu melakukan proses penguraian

3. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula

Disamping itu juga, metode SAS memiliki langkah kerja yang panjang, sehingga secara logis ketidak efektifan ini disebabkan oleh prosedur yang panjang ini. Ada dua anggapan dasar yang diduga sebagai faktor kendala, yaitu : (1) prosedur yang panjang dan berulang menyebabkan verbalisme, (2) prosedur yang panjang dan berulang dapat menyebabkan kebosanan, baik pada siswa maupun pada guru. Berdasarkan dari masalah yang diduga disebabkan oleh metode SAS ini, maka melalui penelitian ini dilakukan simplifikasi terhadap prosedur metode menjadi tiga langkah kerja, yaitu : (1) tahap orientasi, (2) tahap analisis dan sintetik, dan (3) tahap latihan sintetis kata-kata dan kalimat-kalimat baru.

Prosedur penggunaan metode SAS dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : a. Merekam bahasa siswa

b. Menampilkan gambar sambil bercerita c. Membaca gambar

d. Membaca gambar dengan kartu kalimat e. Membuat kalimat secara structural (S) f. Proses analitik (A)

(12)

Pada dasarnya metode SAS dapat mengembangkan landasan berfikir analisis, dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya, sedangkan berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar.

Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampilan memilih kata, kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata, pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-nempel kata-kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat dan membacanya.

2.1.4.2 Langkah-langkah Metode SAS

Menurut Gunarso (2010: 9) metode SAS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap 1: (Struktur)

Guru menyusun struktur kalimat lengkap yang terdiri dari subyek predikat-obyek dan keterangan ( SPOK )

2. Tahap 2: (Analisis)

Bertujuan agar siswa memahami arti suatu kalimat, kemudian diuraikan menjadi kata, suku kata, sampai dengan huruf (analisis). Disamping itu siswa menghafal dan melafalkan huruf-huruf yang

membangun kata dan kalimat tsb. 3. Tahap 3: (Sintesis)

Siswa diminta menyusun huruf-huruf menjadi suku kata, kata dan kalimat semula (sintesis). Tahap ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap hafalan dan struktur dari hasil proses pada tahap selanjutnya. Contoh:

Petani menanam padi Petani menanam padi Pe ta ni me na nam pa di

P e t a n i m e n a n a m p a d i Pe ta ni me na nam pa di

Petani menanam padi Petani menanam padi

2.1.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode SAS

(13)

kekurangannya, antara lain: 1. Kelebihan Metode SAS

a. Metode ini dapat sebagai landasan berfikir analisis.

b. Metode ini akan dapat cepat membantu siswa membaca pada kesempatan berikutnya c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan

dengan benar.

2. Kelemahan Metode SAS

a. Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajaran harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntunan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.

b. Kurang praktis

c. Membutuhkan banyak waktu d. Membutuhkan alat peraga 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Susilowati dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan menentukan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan menggunakan metode SAS. Kemampuan anak mengenal konsep membaca permulaan berdasarkan kategorisasi pada awal (pre-test), tidak ada seorang anak pun yang berada pada BSH (Berkembang Sesuai Harapan). Lima orang anak atau 33,3 % berada pada kategori MDP (Masih Dalam Proses) dan 10 orang anak atau 66,6 % berada pada kategori BT (Belum Terlihat), sedangkan berdasarkan hasil post test, kemampuan anak mengenal membaca permulaan mengalami peningkatan yaitu yang berada pada kategori BSH (Berkembang Sesuai Harapan) sebanyak 14 orang atau 93,3 % pada kategori MDP (Masih Dalam Proses) hanya satu orang atau 6,6% dan yang berada pada kategori BT (belum Terlihat) tidak ada atau 0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semua anak mengalami peningkatan dalam kemampuan menentukan bilangan. Hal ini terjadi karena melalui pembelajaran dengan menggunakan metode SAS, proses pembelajaran lebih menyenangkan, menarik sehingga anak-anak semakin termotivasi dan aktif untuk mengikuti proses pembelajaran.

(14)

Sintetik) dalam peningkatan membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar mengemukakan bahwa penggunaan langkah-langkah metode SAS dapat berjalan dengan baik dan meningkatkan membaca permulaan siswa kelas I SD.

2.3 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Jika menggunakan metode SAS, maka kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I SDN 3 Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”.

2.4 Indikator Kinerja

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75% dari seluruh siswa kelas I SDN 3 Bulango Ulu yang dikenai tindakan mampu membaca permulaan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan proses penyewaan sistem berjalan pada PT. Sentra Grosir Cikarang, berikut ini proses analisa kebutuhan dari sistem penyewaan pada PT. Sentra Grosir

Hal ini menjadi permasalahan bagaimana memodelkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit TB paru pada rumah tangga dengan kondisi tahan pangan dan rawan pangan di wilayah

Dalam rangka penerapan Tata Kelola Terintegrasi, Divisi Risiko dan Kepatuhan pada Entitas Utama yang ditetapkan sebagai Satuan Kerja Kepatuhan Terintegrasi berkoordinasi dengan

36/06/19/Th.III, 1Juni 2016 Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK.Hasil SBH 2012 sekaligus

Untuk evaluasi pada konten, secara umum, ahli mengatakan bahwa bahan yang sudah dikembangkan sangat baik dan tepat untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar

P : Wujud konkret/perilaku seperti apa yang anda lakukan untuk menunjukkan identitas anda sebagai penganut agama tersebut?. I : Menjadi pelayan gereja dan

Survei volume lalu lintas mengaju pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, sedangkan dalam pengumpulan data volume lalu lintas atau banyaknya kendaraan yang