• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Pelayanan Anak di GKJB Bukit Sion Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Pelayanan Anak di GKJB Bukit Sion Tanjung Morawa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 - KERUGMA | 1

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Pelayanan Anak di GKJB Bukit Sion Tanjung Morawa

Elisabet Savitri Lukita Dewi1, Tiur Imeldawati2, Novi Juliana Sinurat3

1,2,3Prodi Pendidikan Agama Kristen, STT Injili Indonesia Medan

Email: elisabethsavitri@ymail.com, imeltamsar@gmail.com, sinuratnovijuliana@gmail.com

Abstract:

Education for Children should not only be intellectually given but also spiritually taught in the light of Christian Education. Spiritual education for Children is actually very important and urgent as well. This aims to build children’s godly characters. These characters will grow until they became adults. Children ministry at the church of GKJB Bukit Sion had started as the church planted. Yet, the children outreach and ministry have now decreased. That is why this survey has to be done. The purpose is to know what are the factors which make it decrease. The survey is necessarily conducted due to the urgency of the children ministry in this modern era.

Keywords: factors; children ministry; GKJB Tanjung Morawa

Abstrak:

Pendidikan yang seharusnya diberikan kepada anak-anak tidak hanya sekedar pendidikan intelektual yang mengasah kemapuan berpikir saja, tetapi juga pendidikan rohani. Pendidikan rohani sangatlah penting untuk diberikan, ini berguna untuk membentuk karakter anak, sehingga anak-anak dapat memiliki kerakter yang baik yang akan dibawannya sampai anak-anak menjadi dewasa. Pelayanan kepada anak yang sudah diberikan sejak GKJB berdiri, mengalami penurunan. Untuk itu dilakukan penelitan terkait faktor apa saja yang menjadi penyebab penurun tersebut, mengingat pelayanan kepada anak-anak merupakan hal yang sangat urgen. Dengan pendekatan penelitian yang dilakukan, melalui penyebaran angket dan analisa data, ditemukanlah faktor-faktor tersebut dan perlu untuk ditindaklanjuti kemudian oleh semua pihak yang terkait.

Kata Kunci: faktor; pelayanan anak; GKJB Tanjung Morawa

I. PENDAHULUAN

Pelayanan buat anak-anak sangatlah penting untuk dilakukan, karena itu merupakan sasaran utaman bagi anak-anak untuk mengenal dan menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya. Dengan demikian pelayanan anak menjadi begitu penting. Dalam pelayanan untuk anak-anak gereja haruslah menaruh perhatian pada pengajaran Firman Tuhan yang disampaikan. Gereja harus dapat merancangkan pengajaran yang sesuai dengan Alkitabiah dan kehidupan anak-anak setiap hari, suapaya anak-anak dapat bertumbuh di dalam imannya. Gereja memiliki pengaruh besar dalam membimbing karakter, tingkah laku, iman dalam pertumbuhan anak yang disebut sebagai sekolah minggu. Sekolah Minggu merupakan bentuk pelayanan gereja untuk

(2)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 2

membimbing anak-anak supaya dapat mencapai tujuan gereja.

Ada pun yang menjadi latar belakang masalah dari penulisan ini adalah:

Pertama, adanya anggapan yang keliru dari orang tua tentang Pelayanan Anak.

Pelayanan Anak kadang kala diabaikan atau dilupakan oleh sebagaian orang, termasuk juga oleh orang tua. Pelayanan anak dianggap sesuatu hal yang tidak terlalu penting untuk diikuti oleh anak-anak, karena dianggap tidak memberikan manfaat yang besar bagi masa depan anak-anak. Anak adalah sosok yang harus dididik, diajar dan dipersiapkan untuk menjadi generasi penerus, baik itu penerus gereja maupun bangsa, untuk itulah pendidikan menjadi sangatlah penting untuk diberikan kepada anak-anak.

Orang tua cenderung memikirkan pendidikan intelektual. Pendidikan intelektual dianggap sebagai kunci keberhasilan, sehingga menganggap bahwa itelektual adalah segala-galanya makanya tidak jarang orang tua sangat bangga jika anaknya mendapat nilai yang bagus dalam hasil belajar atau rapotnya. Kecerdasan hidup anak sangat menentukan masa depan hidup seorang anak. Keluarga pada saat ini, sangat membesar- besarkan kecerdasan intelektual anak dengan mengabaikan kerohanian anak itu sendiri.

Orang tua beranggapan jika anak-anak pintar, memperoleh nilai yang baik maka hal ini akan menjamain kesuksesan mereka. Maka tidak mengherankan apabila ada orang tua yang rela menghabiskan uang untuk memasukan anakananya di sekolah-sekolah yang berkualitas dan mahal.

Pendidikan yang seharusnya diberikan kepada anak-anak tidak hanya sekedar pendidikan intelektual yang mengasah kemapuan berpikir saja, tetapi juga pendidikan rohani. Pendidikan rohani sangatlah penting untuk diberikan, ini berguna untuk membentuk karakter anak, sehingga anak-anak dapat memiliki kerakter yang baik yang akan dibawannya sampai anak-anak menjadi dewasa. Namun hal ini sering dilupakan oleh orang tua. Orang tua hanya berfokus untuk pendidikan intelektual anak, ini terlihat dari betapa antusiasnya orang tua mempersiapkan anak-anak mereka untuk berangkat ke sekolah. Orang tua beranggapan “barangkali walaupun anak itu nakal, tak apa, asalkan saja ia pintar secara intelek karena itu dianggap sangat menentukan kecerdasan masa depannya”. Orang pintar pasti sukses dalam kehidupannya untuk meraih masa depan gemilang.1

1B. S Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: ANDI, 2008). 133.

(3)

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 - KERUGMA | 3

Setiap hari orang tua mempersiapkan anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah, mulai dari membangunkan anak-anak di pagi hari, mempersiapkan serapan dan bekal sekolah, mempersiapkan pakaian, mempersiapkan perlengkapan sekolah, membatu anak mengerjakan PR di rumah, dan bahkan ada orang tua memberikan anaknya untuk dapat belajar di luar (Les). Ini bertujuan agar anak-anak mereka boleh menjadi seorang yang pintar secara intelektual, karena orang tua merasa bahwa pendidikan intelektual itu sangat penting untuk masa depan anak-anak mereka dimasa yang akan datang, sehingga setiap orang tua rela memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka agar boleh menjadi seorang yang pintar dalam akademik.

Kecenderungan orang tua menaruh perhatian utamanya hanya dalam pendidikan untuk dapat meningkatkan intelekual. Orang tua sangat bangga bila anak-anak mereka pintar membaca, menulis, berbahasa asing, dan berhitung. Orang tua juga sangat menyanjung anak-anak mereka bila mendapat prestasi dalam keterampilan komputer, seni dan olahraga, di tambahlagi apabila anak-anak meraka mendapat juara kelas di sekolah. Sedangkan pendidikan kerohanian orang tua tidak terlalu antusias, bahkan mereka terkesan tidak terlalu perduli akan hal ini.

Keluarga khususnya orang tua sanglah besar perannya dalam mendidik anak, tetapi ada beberapa orang tua Kristen mengabaikan hal ini seperti terlihat di GKJB

“Bukit Sion” Tanjung Morawa. Di mana ada beberapa orang tua Kristen yang keliru dalam memahami tentang sekolah minggu. Orang tua tidak antusias untuk mempersiapkan anak-anak mereka untuk ikut dalam ibadah sekolah minggu. Ini terlihat dengan tidak maunya orang tua membangunkan anak-anaknya untuk sekolah minggu, membiarkan anak-anak mereka untuk bermain dan membantu orang tua berkerja di rumah, bahkan adanya orang tua yang melarang anaknya untuk datang beribadah sekolah minggu.

Kedua, adanya guru yang membosankan dan tidak menarik (kreatif) dalam mengajar. Kreatif sangat diperlukan oleh seorang guru, karena guru harus dapat menghidupkan suasana proses belajar, meningkatkan gairah belajar anak, agar setiap anak didik yang mendengarakan dapat tertarik dan semangat untuk mengikuti pelajaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini pelayanan sekolah minggu sedang diperhadapkan dengan tantangan yang sangat besar. Sekolah Minggu harus bersaing

(4)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 4

dengan dunia hiburan anak-anak masa kini, baik tontonan yang ditayangkan di TV, games yang ada di HP, dan media yang lainnya, yang sangat menarik perhatiaan anak- anak. Apabila guru tidak dapat kreatif saat mengajar dengan mengunakan media-media atau alat peraga, maka anak-anak akan merasa bosan dan lebih tertarik dengan tontonan yang didapatnya dari TV maupun bermain gadget. Apabila anak-anak tidak lagi tertarik pada ibadah anak, maka akan mengakibatkan kualitas dan kuantitas pelayanan anak semakin menurun.

Saat mengajar sangat penting bagi guru dalam mengembangkan kreativitas, karena dengan menggunakan kreativitas dalam mengajar dapat menolong guru dalam menyampaikan cerita. Mengajar kreatif dapat menghasilkan ide-ide baru serta membuat alat peraga yang menolong para guru dalam mengajar. Di zaman sekarang ini, dibutuhkan guru yang menarik, kreatif, inovatif dalam mengajar. Adanya teknologi yang dikenal anak semakin canggih, seharusnya guru mampu mengikuti zaman yang semakin berkembang. Nyatanya ada beberapa guru yang masih mengunakan metode yang lama atau kuno dalam mengajar pada anak sekarang, seperti hanya bercerita tanpa mengunakan alat peraga, ibadah yang tidak pernah berubah atau sama setiap minggunya, ini akan membuat anak-akan menjadi bosan. Guru terkesan menoton, tidak menarik dan membosankan. Akibatnya anak-anak tidak tertarik beribadah, tidak memiliki komitmen untuk beribadah dan anak-anak tidak mengalami pertumbuhan dalam iman.

Mengajar bukanlah suatu yang mudah, guru harus dapat mengenal gaya belajar anak agar dapat menemukan masalah yang dihadapai dalam belajar. Apabila guru tidak kreatif dalam mengajar, maka anak akan merasa bosan, jenuh, malas, ribut, dan tidak mendengarkan Firman Tuhan. Jika pelayanan anak tidak menarik bagi anak-anak maka mereka akan malas untuk datang kembali beribadah, apabila ini terjadi maka anak-anak tidak akan mengalami pertumbuhan dalam iman.

Ketiga, adanya gereja tidak memberikan perhatian yang lebih bagi Pelayanan Anak. Pelayanan Anak tidak pernah terlepas dari gereja. Gereja adalah tempat orang- orang untuk belajar tentang Yesus Kristus, baik itu orang dewasa maupun anak-anak.

Gereja yang baik adalah gereja yang tidak mengabaikan pelayanan anak dengan menganggap pelayanan anak bukanlah sesuatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

(5)

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 - KERUGMA | 5

Pelayanan anak sering kali dianggap sebagai pelayanan yang sepele dan kurang penting dibandingkan dengan bidang pelayanan yang lainnya, seperti ibadah raya, pemuda, komsel, konseling, dan penginjilan. Oleh karena itu pada beberapa gereja pelayanan anak kurang mendapat perhatian serius dalam pengaturannya. Sebagai contoh gereja cenderung memasang standar tinggi untuk para pelayan jemaat dewasa, dengan harus tamatan sarjana (S.Th, M.Th, D.Th) sedangkan pengajar sekolah minggu hanya jemaat awam, pelajar SMA atau ibu rumah tangga biasa. Gereja tidak memberi yang lebih terhadap pelayanan anak juga terlihat dari gereja yang tidak memperlengkapi guru-guru, dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas pengajarnya, tidak memberikan dorongan dan motivasi kepada guru dalam pelayanan anak agar guru memiliki semangat dalam mengajar dan dapat mengembangkan diri dalam pengajarnnya, gereja tidak perduli dengan kualitas pengajaran yang diberikan guru. Dari kurangnya perhatian gereja ini, maka kualitas pelayanan anak juga akan semakin menurun dan itu mengakibatkan kuantitas juga menurun. Gereja lupa bahwa pelayanan anak merupakan pelayanan yang sangat penting bagi kelangsungan sebuah gereja.

II. METODE PENELITIAN

J. K Raco memberi pengertian penelitian metode penelitian secara umum sebagai berikut: “metode penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai penentuan topik pengumpulan data menganalisis data, sehingga nanntinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala atau isu tertentu.2 Metode penelitian dilakukan dengan cara tehap-tahapan yang telah ditentukan. Tahapan-tahapan ini bertujuan untuk menentukan hasil dari penelitian yang dilakukan. Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu, dan cara ilmiah yang digunakan harus bersifat rasional (masuk akal), empiris (dapat diamati oleh indra manusia) dan sistematis (teratur dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan logis.) Dengan cara ini maka penelitian

2J. K Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik Dan Keunggulannya (Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010). 2-3.

(6)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 6

yang dilakukan benar-benar akurat dan dapat dipercaya.3 Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, dengan menggunakan SPSS sebagai aplikasi yang memudahkan dalam pengolahan data.

III. PEMBAHASAN DAN HASIL

Faktor dan Peran Gereja dalam Pelayanan Anak

Gereja adalah tangan kanan Tuhan untuk memberitakan Kabar Baik. Anak adalah sasaran Injil, itu sebabnya ada upaya penjangkauan anak. Setiap gereja pasti memiliki pelayanan anak, karena kecenderungan gereja bertumbuh dimulai dari pelayanan anak.

Gereja seringkali dilihat perkembangannya dari pelayanan anaknya. Apabila pelayanan anak dalam gereja maju, pasti kecenderungan gereja itu juga pasti maju. Maka pelayanan anak tidak pernah terlepas dari gereja. Peran gereja sangatlah diperlukan dalam mengembangkan pelayanan anak, karena anak adalah generasi masa depan gereja. Seperti yang dikatakan oleh Dean Stone yang dikutip oleh David Goodwin dalam buku Dunia Membutuhkan Pemimpin Pelayanan Anak yang mengatakan,

“Pelayanan kepada anak-anak merupakan pelayanan yang paling strategis dari gereja.

Keunggulan dalam pelayanan di sebuah gereja diawali dengan pelayanan anak-anak batita (bawah tiga tahun) dan terus usia diatasnya”.4

Di gereja anak-anak dapat belajar tentang Allah, iman, keselamatan, akhir zaman, dan hal-hal yang berhubung dengan kekristenenan. Oleh karena itu pelayanan anak dalam gereja sangatlah penting sebagai upaya dan alat untuk mendidik anak-anak.

Memang bukan hanya gereja yang melakukan perannya sebagai pendidik bagi anak- anak, hal ini juga menjadi tugas orang tua dan sekolah agar dapat melakukan perannya masing-masing dengan baik.

Dalam hal ini anak-anak juga memiliki hak yang sama dengan orang dewasa untuk dapat menerima pendidikan dalam gereja. Gereja dalam hal ini harus dapat melakukan perannya dengan bertanggung jawab secara maksimal dalam pelayanan anak. Gereja tidak boleh berdiam diri dan merasa bahwa pelayanan anak itu bukanlah suatu hal yang penting untuk diperhatikann dan dikembangkan, justru gereja harus bergerak untuk memberikan pendidikan rohani kepada anak-anak agar menjadi generasi

3Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung: Alfabet, 2010). 2.

4David Goodwin, Dunia Membutuhkan Pemimpin Pelayan Anak, n.d., 11.

(7)

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 - KERUGMA | 7

masa depan gereja boleh mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup anak-anak.

Pendidikan rohani belum tentu didapat anak-anak di dalam rumah dan sekolah, mereka hanya memperolehnya di dalam gereja, maka dalam hal ini gereja haruslah memperhatikan perannya dengan baik dalam meningkatkan kemajuan pelayanan anak, seperti mempersiapkan ruang kelas yang aman dan nyaman untuk anak-anak boleh belajar dan bermain, mempersiapkan dan memperlengkapi guru sebagai pendidik anak- anak yang siap melayani dan memiliki hati sebagai hamba, memperlengkapi fasilitas- fasilitas yang dibutuhkan dalam mengajar. Apabila hal ini diperhatikan gereja, maka pelayanan anak, pasti akan dapat berkembang dengan baik, dan anak-anak yang di bimbing, akan mengalami perubahan sikap yang lebih baik di dalam hidup mereka.

Gereja adalah tempat bagi setiap orang untuk mengajar dan belajar, sehingga setiap orang dapat percaya dan taat kepada Kristus. Pelayanan anak tidak dapat terlepas dari gereja. Gereja harus terus memikirkan, merancanakan, mengelola, dan melaksanakan pelayanan anak bagi setiap anak-anak. Penginjilan anak merupakan bagian dari pelayanan anak. Panggilan untuk memberitakan Injil merupakan sebuah perintah, bukan sebuah himbauan atau ajakan.

Faktor Guru dalam Pelayanan Anak

Guru yang berhasil dalam mengajar tidak cukup hanya pandai bercerita, tetapi harus mampu menggunakan metode yang efektif dalam menyampaikan cerita. Jika guru mengajar dengan cara yang biasa dan kurang berdialog dengan anak-anak, kurang melibatkan anak-anak, dan memakai metode metode yang bisa digunakan, secara menoton maka anak-anak akan memberikan respon yang pasif dan kurang aktif.

Suasana kelas pasif, maka maka anak-anak hanya akan menyerap sedikit pelajaran yang didapat, sisanya akan terbuang, sehingga anak-anak bosan dan ribut. Anak-anak tidak memperoleh Firman seperti yang seharusnya, karena guru yang membosankan dengan menggunakan metode yang salah.

Guru haruslah semangat dalam mengajar, dan rela menyiapkan alat peraga yang menarik untuk dapat mendukung ceritanya. Hal ini akan menarik perhatian anak-anak, sehingga anak-anak akan aktif dan semangat dalam mendengarkan cerita Firman Tuhan.

Jika guru tidak aktif, kurang dialog atau kurang melibatkan anak-anak, maka hanya

(8)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 8

sedikit sekali pelajaran yang diberikan diserap anak-anak. Bercerita dengan mengunakan alat peraga jauh lebih baik dari pada bercerita biasa. Guru Pendidikan Agama Kristen merupakan seorang desainer pendidikan, yang merancang dan merencanakan pembelajaran yang berhasil.5

Dalam kegiatan pelayanan anak, guru tidak boleh menganggap bahwa pelayanan itu adalah pelayanan yang sepele, sehingga tidak mempersiapkan secara khusus pujian.

Menganggap asal anak menyanyi saja, itu sudah cukup atau merasa puas jika anak-anak menyanyi dengan keras. Hal ini cenderung terjadi dalam pelayanan anak, padahal pujian yang dipersiapkan dengan matang sangatlah penting dalam ibadah. Pujian selain mendukung cerita, memberikan semangat, pujian juga dapat memberikan pengajaran Kristen yang mudah diingat anak-anak. Dalam hal ini seharusnya guru membuat pujian menjadi menarik.

Peran Guru dalam Pelayanan Anak

Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar” “pendidik” dan “pembimbing”

maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa mengambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya.

Sadirman A. M dalam buku Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar yang mengatakan: peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivasi sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. Sedangkan menurut James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi.6 Dari pendapat kedua tokoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah menjadi pendidik yang dapat membimbing anak-anak yang dididik dan harus memiliki persiapan dalam pengajarannya.

Mengajar dalam Pendidikan Agama Kristen adalah tugas yang penting dan mulia.

Tuhan sendiri yang menyuruh untuk melakukan perkerjaan itu supaya umat manusia

5 Tiur Imeldawati, “Guru PAK Sebagai Desainer Pendidikan,” Kerugma: Jurnal Teologi dan PAK Volume 2 N (2020).

6A.M Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009). 143-144.

(9)

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 - KERUGMA | 9

jangan binasa, melainkan selamat oleh anugerah Tuhan. Untuk itu peran guru sangat diperlukan untuk mendidik anak. Peran guru memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kemajuan dan keberhasilan Pelayanan Anak. Guru sebagai pengelola dan pengontrol yang melakukan berbagai kegiatan-kegiatan pelayanan anak. Peran guru sangatlah penting karena guru merupakan pusat perhatian semua orang, baik itu anak, orang tua dan masyarakat. Guru berperan untuk menciptakan kegiatan dalam mengajar seperti layaknya sutradara yang mengatur setiap adegan, adegan tersebut, adegan pembukaan yang lemah lembut, dan menghangatkan suasana, adegan pemanas suasana, adagan perbedaan suasana dengan humor, kemudian dilanjutkan dengan klimaks yang menjadi pusat perhatian dan lambat laut, didinginkan kembali dan diakhiri dengan adegan penutup.7 Dalam hal ini peran guru sebagai pemimpin yang mengatur setiap kegiatan-kegiatan yang hendak dilakukan. Guru adalah arsitek jiwa manusia. Guru bukan sekadar tukang batu yang sedang membangun rumah: lebih jauh lagi, guru adalah seorang perancang total yang meliputi segala aspek.8 Guru yang baik adalah guru yang memperhatikan setiap pribadi dan dapat menemukan semua perbedaan masing-masing pribadi.

Tugas Guru bukan hanya mengajar. Dalam UU Guru dan Dosen N0. 14 Tahun 2005 pasal 1, ayat 1 menegaskan bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi perserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menegah”.9 Tugas guru tidak hanya sebatas mengajar, tetapi juga melatih dan membimbing.

IV. KESIMPULAN/PENUTUP

Pertama, pelayanan anak haruslah didukung sepenuhnya oleh gereja agar dapat memberikan manfaat bagi anak-anak dan keluarga. Gereja adalah tangan kanan Tuhan untuk memberitakan Kabar Baik. Anak adalah sasaran Injil, itu sebabnya ada upaya penjangkauan anak. Apabila pelayanan anak dalam gereja maju, pasti kecenderungan

7Sutanto Leo, Kiat Sukses Mengelola & Mengajar Sekolah Minggu (Yogyakarta: ANDI, 2008).

78.

8Stephen Tong, Arsitek Jiwa, 1st ed. (Surabaya: Momentum, 2016). 57.

9BS Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Mewujudkan Visi Guru Profesional) (Bandung:

Yayasan Kalam Hidup, 2008). 99.

(10)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 10

gereja itu juga pasti maju. Gereja harus terus memikirkan, merancanakan, mengelola, dan melaksanakan pelayanan anak bagi setiap anak-anak. Penginjilan anak merupakan bagian dari pelayanan anak. Panggilan untuk memberitakan Injil merupakan sebuah perintah, bukan sebuah himbauan atau ajakan. Maka gereja harus memperhatikan pelayanan anak dengan baik, dengan cara pemimpin gereja harus dapat mempersiapkan guru yang siap untuk melayani dengan memberikan bimbingan dan pembekalan, selain itu pemimpin gereja juga dapat mempersiapkan jemaat untuk dapat terlibat di dalam pelayanan anak, dengan memberikan arahan, bimbingan dan pembekalan melalui khotbah-khotbah maupun bimbingan secara pribadi, dengan terlihatnya pemipin gereja dalam memajukan pelayanan anak, pasti anak-anak dapat terlayani dengan baik, sehingan setiap anak-anak dapat menjadi pribadi anak yang dekat dengan Tuhan.

Kedua, pelayanan anak dikoordinasikan dengan baik agar guru dalam pelayanan anak dapat memajukan pelayanan anak, sehingga pelayanan anak dapat berkembang dengan baik. Pelayanan anak bukanlah ibadah rutinitas yang dilakukan tiap minggunya tanpa adanya tujuan yang hendak dicapai. Pelayanan anak haruslah melahirkan anak- anak yang semakin rajin beribadah, memiliki disiplin dalam beribadah, suka mengajak teman-temannya beribadah, suka melayani dan memiliki prilaku yang baik. Untuk mencapai hasil yang demikian guru haruslah selalu kreativitas, inovasi dan penggunaan teknologi dalam pelayanan dapat menolong peningkatan pelayanan anak dan guru harus memperlengkapi diri dalam pengajarannya, membenahi diri seperti membuat kreativitas yang sangat menarik setiap kali mengajar, menggunakan metode-metode yang selalu baru, memiliki gaya mengajar yang menarik, dan membuat kurikulum, agar tujuan pembelajaran dapat tercapi dengan baik dan tepat sasaran. Dalam memajukan pelayanan anak guru harus mampu merelevansikan setiap pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak saat ini, dan juga untuk memajukan pelayanan anak yang ada di GKJB

“Bukit Sion” Tanjung Morawa.

Ketiga, pelayanan anak dikoordinasi dengan baik agar orang tua memberikan pendidikan kerohanian kepada anak-anak dan mendukung pelayanan anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam mendidik anak dan mendukung pelayanan anak agar anak boleh bertumbuh dalam iman. Orang tua adalah pribadi yang sangat dekat dengan anak-anak, karena memiliki banyak waktu di rumah bersama anak-anak, karena itu untuk mendukung pelayana anak orang tua harus dapat melatih anak mulai dari anak

(11)

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 - KERUGMA | 11

masih kecil, mulai dari mengajarkan anak berdoa, rajin membacakan anak cerita Firman Tuhan, mengajak anak untuk beribadah dan memberikan anak teladan yang baik.

seorang anak akan kerab kali menteladani apa yang dilihatnya dari orang tuanya.

Keempat, dari hasil penelitian terbukti bahwa pelayanan anak di gereja GKJB

“Bukit Sion” Tanjung Morawa sudah dilakukan. Namun masih perlu dilakukan pengembangan dan kreativitas dengan baik sebagaimana mestinya. Hasil penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Pelayanan Anak dalam GKJB “Bukit Sion” Tanjung Morawa yang dioleh berdasarkan penelitian lapangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Pelayanan Anak dalam GKJB

“Bukit Sion” Tanjung Morawa di peroleh bahwa 56,0% variabel Faktor-faktor mempengaruhi pelayanan (X) pelayanan anak dalam GKJB “Bukit Sion” Tanjung Morawa (Y), yang berperan aktif dalam mendukung, baik itu dari keluarga, guru, masyarakat maupun kemajuan zaman. Oleh karena itu gereja berperan dan harus lebih berusaha lagi untuk memperhatikan pelayanan anak dan harus menjalin hubungan yang lebih baik antara gereja-gereja, keluarga dan masyarakat.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mendukung dalam penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik, khususnya kepada STT Injili Indonesia Medan, pengurus LPPM, Gembala dan para guru Sekolah Minggu di GKJB Bukit Sion Tanjung Morawa yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.

Goodwin, David. Dunia Membutuhkan Pemimpin Pelayan Anak, n.d.

Leo, Sutanto. Kiat Sukses Mengelola & Mengajar Sekolah Minggu. Yogyakarta: ANDI, 2008.

Raco, J.K. Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik Dan Keunggulannya.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.

Sadirman, A.M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Sidjabat, BS. Membesarkan Anak Dengan Kreatif. Yogyakarta: ANDI, 2008.

(12)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 12

———. Mengajar Secara Profesional (Mewujudkan Visi Guru Profesional). Bandung:

Yayasan Kalam Hidup, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabet, 2010.

Tiur Imeldawati. “Guru PAK Sebagai Desainer Pendidikan.” Kerugma: Jurnal Teologi dan PAK Vol. 2 No. 1 (2020).

Tong, Stephen. Arsitek Jiwa. 1st ed. Surabaya: Momentum, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu tidak kalah pentingnya untuk dapat meningkatkan usaha maupun jasa sebagai instruktur pada sanggar senam maupun fitness centre perlu penyegaran, peningkatan

a. Norbert Hanold’s Repression and Neurosis ……….. Norbert Hanold’s Mental Problem in Wilhelm Jensen’s Gradiva: A Pompeiian Fancy. Yogyakarta: Jurusan Sastra Inggris,

3HQGLGLNDQ DGDODK XVDKD VDGDU GDQ WHUHQFDQD XQWXN PHZXMXGNDQ VXDVDQD EHOD MDU GDQ SURVHV SHPEHODMDUDQ DJDU SHVHUWD GLGLN VHFDUD DNWLI PHQJHPEDQJNDQ SRWHQVL GLULQ\D XQWXN

Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari

Untuk mendapatkan hasil yang valid mengenai penderita hipertensi di Dusun Jitengan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta, peneliti telah melakukan studi pendahuluan

Menghitung total cadangan karbon hutan didasarkan pada kandungan biomasa dan bahan organik pada lima sumber karbon (carbon pools) yaitu biomasa atas permukaan tanah,

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Permasalahan ini dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu: proses pembentukan jaringan-aktor dalam Pilkada; dukungan DPRD; model jaringan- aktor yang