• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. pada otot tendon, persendian, atau tulang, antara lain nyeri pada tulang punggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I. pada otot tendon, persendian, atau tulang, antara lain nyeri pada tulang punggung"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit muskuloskeletal merupakan salah satu penyakit yang sering banyak ditemukan di dunia. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering terjadi pada otot tendon, persendian, atau tulang, antara lain nyeri pada tulang punggung beserta fraktur. Fraktur ini dapat diakibatkan oleh penyakit dengeneratif misalnya osteoporosis, dengan keadaan yang patologis yang disebabkan oleh berbagai jenis kecelakaan (traumatic fracture) misalnya seperti kecelakaan domestik atau kecelakaan rumah tangga, kecelakaan kerja, kecelakaan olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan lain-lain. Patahan ini mungkin terdapat suatu retakan, biasanya terdapat patahan tersebut lengkap dan fragmen tulang bergeser. Jika terdapat patahan tulang tidak menembus kulit maka hal ini tersebut termasuk fraktur tertutup sedangkan patahan tersebut menembus kulit maka termasuk patahan fraktur terbuka (Platini, Hesti, 2020).

Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) merupakan peristiwa yang tidak dapat disangka sebelumnya, KLL juga bisa melibatkan kendaraan atau pengguna jalan lain yang akan mengakibatkan adanya kerugian meteril. Menurut WHO terdapat kurang lebih 10 juta jiwa yang akan meninggal akibat dari KLL di dunia setiap pertahunnya. Akibat dari KLL banyak yang mengalami kematian sebanyak 1,25 juta jiwa sekitar 20 hingga 50 juta mengalami cedera non-fatal. Dapat diperkirakan setiap harinya kurang lebih 3,400 jiwa yang meninggal akibat dari KLL. Di negara anggota South East Asia Region (SEAR) terdapat mengalami kenaikan yang cukup tinggi mulai dari 168 juta kasus kematian yang diakibatkan KLL selama tahun 2018 menjadi 215 juta kasus pada tahun 2019. Indonesia mendapat peringkat ke-4 dengan kematian 1 per 100.000 penduduk, dan yang menduduki peringkat pertama yaitu Thailand dengan 38,1 kematian per 100.000 penduduk. Angka dari KLL di seluruh dunia akan semakin meningkat seiring bertambahnya kendaraan, Usia yang

(2)

rentang mengalami kecelakaan yaitu usia produktif begitu juga usia lanjut dapat mengalami fraktur akibat penurunan masa tulang sehingga rentan sekali mengalami fraktur yang menyebabkan kececacatan dan komplikasi, jenis kecelakaan juga bisa berhubungan dengan jenis fraktur karena mempengaruhi mekanisme cedera,kekuatan energy,tipe benda serta kronologis kecelakaan (Ramadhani, R. P., , 2019).

Di Indonesia fraktur merupakan salah satu penyebab kematian terbesar ke- 3 setelah penyakit jantung koroner dan tuberkulosis. Di Indonesia dari sekian banyak kasus yang mengalami fraktur akibat KLL jenis yang sering ditemukan yaitu fraktur pada ekstermitas bawah yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu sebesar 67, 9%

dari 92.976 orang yang mengalami fraktur di ekstermitas bawah akibat kecelakaan kemudian disusul dengan fraktur femur sebanyak 19.754, fraktur cruris sebanyak 14.027 orang, fraktur tibia sebanyak 3.775 orang, fraktur pada tulang kecil seperti di kaki sekitar 970 orang dan fraktur fibula sebanyak 337 orang Menurut (Riskesdas, 2018). Di Indonesia juga merupakan Negara yang terbesar di Asia Tenggara yang banyak mengalami fraktur sebanyak 1,3 juta setiap tahun dari penduduknya sekitar 238 juta Fraktur dapat mencapai prevalensi sebesar 5,5% Pada kasus fraktur di ekstremitas bawah akibat dari KLL memiliki prevalensi cukup tinggi diantara kasus fraktur lainnya sekitar 46,2% dari 45.987 orang akibat kecelakaan lalu lintas

Di Provinsi Jawa Barat juga Angka kasus kecelakaan dari tahun ketahun semakin meningkat dengan prevalensi cedera di Jawa Barat sendiri sekitar 8,5%

Berdasarkan sumber Polda Jawa Barat angka kejadian kecelakaan di Kabupaten menurut data (BPS, 2012) Terdapat kasus fraktur femur yang paling sering dijumpai yaitu sebesar 39% kemudian diikuti oleh fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), kemudian penyebab terbesar yang mengalami fraktur femur ialah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dengan ketinggian (37,3%) pada kasus fraktur ini yang

(3)

mayoritas adalah pria (63,8%) dan pada wanita kasus terbanyak ke-2 sekitar (17,0 per 10.000 orang pertahun). Usia yang rentan mengalami fraktur femur ialah usia dewasa (15-34 tahun) dan orang tua (diatas 70 tahun) (Meybodi, MKE, 2013).

Pada saat mengalami kejadian patah tulang kerusakan pada pembuluh darah yang terletak pada canaliculi dari sistem haversian, yang menyebrangi tempat patahan tulang dari kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan osteosit kemudian akan kehilangan suplai nutrisi dan menjadi mati. Dari dampak tersebut akan terjadi reabsorpsi dari ujung-ujung patahan tulang sehingga terjadi pemendekan dari tulang kemudian saat mengalami patah tulang diantara ujung tulang ini akan diisi oleh hematom, penyembuhan dari patah tulang ini tujuan nya untuk mengembalikan jaringan tulang seperti sifat-sifat fisik dan mekanik sebelum terjadi patah tulang yang melibatkan faktor lokal dan sistemik, adapun proses penyembuhan tulang melalui beberapa fase dimana fase tersebut di antaranya adalah fase inflamasi, fase perbaikan dan fase remodeling.

Dalam proses penyembuhan tulang pada fase pertama yaitu inflamasi akut yang akan terjadi dalam beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah patah tulang. Selama fase inflamasi akan terbentuk hematom kemudian akan terjadi nekrosis dari tulang, setelah itu sel akan mati melepas mediator-mediator aktif, faktor pertumbuhan dan sitokin-sitokin lainnya ke lokasi patah tulang. Sitokin- sitokin ini yang akan mempengaruhi perpindahan sel menjadi proliferasi, diferensiasi dan sintesis matriks tulang. Faktor yang menyebabkan pertumbuhan akan menarik sel fibroblast, sel mesenkimal dan sel osteoprogenitor ke lokasi patah tulang. Kemudian inflamasi akan mengaktifkan mekanisme seluler yang dibutuhkan pada saat perbaikan tulang. Jaringan seluler akan berusaha membuat jembatan yang akan menghubungkan segmen patah tulang secara perlahan-lahan di hematom kemudian diserap dan akan tumbuh menjadi kapiler-kapiler baru memasuki area tersebut.

(4)

Kemudian pada fase selanjutnya yaitu perbaikan terjadi dalam kurun 2 hari sampai 2 minggu pada fase ini, celah yang terdapat patahan akan menjadi hiperseluler, terutama pada sel kondrogenik dan osteogenik secara bersaman dengan meningkatnya pembuluh darah ke tempat patah tulang, akan terjadi timbunan kolagen yang berada di segitar osteoid yang mengalami mineralisasi, osteoid akan mengalami mineralisasi kemudian membentuk kalus disekitar tempat patahan tulang. Proses ini yang ditandai dengan terlihat gambaran kalus halus di sekitar patah tulang (soft callus), kalus yang terbentuk ini sangat lemah pada minggu ke 4-6 dari proses penyembuhan tulang, sehingga diperlukan proteksi internal fiksasi untuk menjamin stabilitas segmen patahan tulang, kemudian seelanjutnya soft callus akan diubah melalui proses osifikasi endokondral menjadi tulang woven yang akan membentuk jembatan yang menghubungkan kedua ujung segmen tulang tersebut.

Dan selanjutnya fase terakhir ialah fase remodeling dimana tulang akan kembali ke kondisi sebelum mengalami patah tulang. Remodeling ini dapat terjadi secara perlahan dari beberapa bulan sampai beberapa tahun, proses ini juga dipengaruhi oleh terjadinya gaya regangan atau tekanan pada tempat patah tulang.

Pada fase remodeling ini akan terjadi pada bulan ke 3-6 untuk kekuatan yang optimal. Pada fase ini juga tulang akan menjadi immature akan merubah bentuknya menjadi tulang mature dengan proses pengaturan matriks kolagen saat proses pembentukan akan dikembalikan dan kanal medula akan diperbaiki.

(5)

Adapun lokasi fraktur dibagi menjadi beberapa diantaranya fraktur ekstemitas atas dan fraktur vertebra sering paling banyak terjadi. Proses penyembuhan patah tulang atau fraktur dimulai tepat sejak saat cedera kemudian berlanjut pada tingkat yang konstan, dengan sangat bervariasi tergantung pada usia pasien dan lokasi patah tulang itu sendiri, untuk usia lanjut maka akan memakan waktu yang cukup lama dalam penyembuhannya sedangkan untuk lokasi fraktur yang ditemukan pada daerah dengan suplai darah yang tinggi seperti pada tulang belakang, pergelangan tangan dan lain-lain akan lebih cepat dalam penyembuhannya dibandingkan dengan lokasi patah tulang atau fraktur pada daerah yang suplai darahnya rendah.Waktu penyembuhan juga tergantung dari beberapa faktor lainnya seperti cara penanganannya dengan pembebatan atau pembedahan, kemudian status gizi seseorang dan keparahan juga menyebabkan proses penyembuhan yang lama dan bervariasi pada orang yang berbeda tetapi mengalami fraktur yang sama. Buku keperawatan medical bedah jilid.

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan salah satunya berfokus pada sistem musculoskeletal yang memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien,perawat juga harus mampu berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif serta mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang dialami klien yang akan menentukan diagnosa keperawatan, kemudian mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah yang dialami oleh pasien dengan asuhan keperawatan

(6)

secara holistik yaitu dilihat dari segi bio-psiko-sosial dan spiritual, serta mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal yang bertujuan untuk diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di tempat pelayanan kesehatan seperti : Rumah Sakit, Puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya (Ratnawati, 2017). Selain itu peran seorang perawat juga adalah dapat membantu seseorang yang mengalami keadaan fraktur itu tetap termotivasi dan dapat berupaya dalam kesembuhan pasien kembali yang mengalami fraktur, selain itu perawat juga diharapkan bisa mengurangi kecemasan pada pasien jika pasien akan dilakukan tindakan tertentu oleh karena itu perawatan yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi (Ratnawati, 2017). Perawat merupakan salah satu tim kesehatan yang mempunyai peran penting dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative, dalam upaya promotif perawat berperan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit sehingga dapat mencegah bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif, perawat akan memberikan pendidikan kesehatan mengenai bagaimana cara pencegahan agar pasien tidak terkena penyakit dengan membiasakan pola hidup sehat, Kemudian juga peran perawat dalam upaya kuratif yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang dialami pasien dan respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya, seperti: memberikan pasien istirahat fisik dan psikologi,

(7)

mengelola pemberian terapi oksigen. Sedangkan peran perawat dalam upaya rehabilitatif adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang sudah terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang lain salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah nyeri untuk itu perawat perlu memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang terapi non farmakologi yang dapat membantu pasien dalam mengurangi nyeri antaranya dengan cara Tarik nafas dalam, terapi dzikir dan terapi music menurut peneliti musik bisa mengurangi rasa nyeri dengan menyentuh individu baik secara fisik, psikososial, dan spiritual (Ratnawati, 2017).

Penatalaksaan yang harus dilakukan pada saat mengalami fraktur terjadi dengan dilakukan pembidaian di area yang terjadi cedera untuk meminimalisir resiko patah tulang yang lebih parah kemudian setelah dilakukan pembidaian kemudian di bawa ke fasilitas kesehatan untuk ditangani lebih lanjut. Pertolongan pertama perawat pada saat klien yang mengalami fraktur dengan melakukan RICE yaitu: Rest mengistirahatkan bagian yang mengalami cedera, Ice memberikan efek dingin untuk membantu menurunkan suhu, Compression melakukan penekanan pada jaringan yang mengalami cedera dan yang terakhir Elevasi meninggikan bagian yang mengalami cedera. Setelah itu dilakukan pemasangan gips atau pembidaian, traksi ataupun prosedur pembedahan tergantung dari tingkat keparahan cedera yang dialami klien.

Dampak yang akan terjadi pada saat mengalami fraktur diantaranya akan mengalami nyeri di area yang cedera akibat terputusnya kontinuitas tulang, akan

(8)

menyebabkan resiko infeksi bila terjadi luka terbuka, terganggunya saat akan melakukan aktivitas sehari-hari, kelemahan dalam anggota gerak. Jika fraktur di tangani dengan salah maka akan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut seperti infeksi, kerusakan syaraf, kerusakan pembuluh darah hingga kerusakan jaringan lunak yang lebih. Di masyarakat dalam penanganan fraktur masih belum sesuai dengan SOP penangannannya, biasanya masyarakat membalut dengan kain seadanya dan tidak steril dengan menutup tangan yang mengalami patah tulang dengan kardus ataupun kain baju yang tersedia dirumah kemudian memberikan gendongan dari kain dan dibawa ke tempat pijat patah tulang. Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan bagaimana cara mengenali komplikasi dan penyebab dari pertolongan pertama dari patah tulang, untuk meminimalisir terjadinya patah tulang tenaga kesehatan khususnya perawat perlu mengadakan sosialisasi atau penyuluhan kesehatan dengan cara pembagian liflet, pemasangan poster, membuat pertemuan pada forum diskusi tentang patah tulang kepada masyarakat, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami patah tulang lanjut (Lukman, 2020).

Penatalaksanaan fraktur juga memerlukan penanganan secara dini untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam pembidaian merupakan tindakan untuk mengistirahatkan bagian yang terjadi patah tulang, pembidaian juga merupakan salah satu cara pertolongan pertama pada cedera/trauma system muskuluskeletal untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang

(9)

mengalami cedera. Pembidaian ini tujuannya untuk mengurangi nyeri dan mencegah terjadinya pergerakan patah tulang yang sekitarnya.

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.A 26 Thn DENGAN NEGLEGTED FRACTURE OF RIGHT OPEN FRACTURE 1/3 FEMUR DI RUANG KANA DI RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual pada pasien dengan fraktur femur dengan cara pendekatan proses keperawatan secara langsung.

2. Tujuan Khusus

Mempu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien Tn.A dengan Neglegted Fracture Of Right Open Fracture 1/3 Femur.

a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur femur

b. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan fraktur femur

c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur

d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan fraktur femur

e. Dapat mengevaluasi pada pasien dengan fraktur femur

(10)

C. Metode telaah dan teknik pengambilan data

1. Karya Tulis Ilmiah ini memaparkan dan mendeskripsikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan dengan cara pengumpulan data.

2. Teknik pengumpulan data Karya Tulis Ilmiah ini mampu mendapatkan data yang akurat dari kondisi klien. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut:

a. Teknik Wawancara

Wawancara yaitu menanyakan atau melakuan Tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien merupakan suatu komunikasi yang di wawancarakan. Perwat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran perasaannya, yang dapat di istilahkan sebagai komunikasi teurapeutik.

b. Teknik Observasi

Mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi sebaiknya tidak diketahui oleh klien sehingga data yang di peroleh bisa bersifat murni, hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan sehingga dapat dibaca dengan dimengerti oleh perawat lain. Selama melakukan pengkaian, dengan menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik, perawat harus mengobservasi prilaku klien pada tingkat fungsi dan kosistensi. Tingkat fungsi meliputi fisik, perkembangan dan psikososial, serta aspek social. Observasi dapat

(11)

dilakukan melalui apa yang dilihat dan dilakukan klien, kemudian dibandingkan dengan apa yang dikeluhkan.

c. Teknik pemeriksaan fisik

Dengan cara memeriksa keadaan fisik pasien secara sistematis dan menyeluruh dengan menggunakan teknik inspeksi, aukultasi, perkusi dan palpasi. Dan melakukan pemeriksaan fisik focus pada pasien dengan Fraktur.

d. Studi dokumentasi

Membaca catatan perkembangan dan catatan medis yang berhubungan dengan pasien berada di rumah sakit.

e. Studi kepustakaan

Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai literatur pembuatan karya tulis ilmiah.

D. Sumber dan jenis data 1. Sumber data primer

Klien adalah sumber data primer dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.

2. Sumber data sekunder

Informasi ini dapat diperoleh anak klien, istri, keluarga klien maupun teman klien.

(12)

E. Sistematika penulisan

Sistematika dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi 4 BAB yaitu:

1. BAB I Pendahuluan

Bersisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan umum, tujuan Khusus dan sistematika.

2. BAB II Tinjauan Teoritis

Mengemukakan konsep fraktur dari penyakit berdasarkan masalah yang ditemukan pada pasien dan konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi dan evaluasi pada pasien fraktur.

3. BAB III Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Bagian pertama berisi tentang laporan kasus pasien yang dirawat, sistematika dokumentasi proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.

Bagian kedua merupakan pembahasan yang berisi analisa terhadap kesenjangan antara konsep dasar dengan penatalaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

4. BAB IV Kesimpulan dan Saran

Bagian ini berisi kesimpulan yang diambil penulis dalam melakukan asuhan keperawatan serta mengemukakan saran dari seluruh proses kegiatan keperawatan yang dilakukan.

(13)

F. Manfaat studi kasus 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau mengambangkan ilmu keperawatan pasien fraktur.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data bagi peneliti berikutnya, khususnya yang terkait asuhan keperawatan pada pasien fraktur.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai informasi dan referensi mengenai penerapan mobilitas dini pada pasien fraktur

b. Bagi penulis

Membantu wawasan ilmu pengetahuan, pengalaman dan perkembangan pribadi terutama dari segi ilmiah menerapkan ilmu yang diperoleh.

(14)
(15)

2

(16)

3

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan kecemasan itu sangat mengganggu membuat seringkali merasa sulit tidur, cepat capek, berat badan turun, takut mandi, takut kena air dingin, perut terasa ga

Setelah itu didapatkan larutan standar 10 ppm, untuk diketahui alat yang kami gunakan yakni pada spektrofotometer uv vis dapat menyerap cahaya apabila senyawa

karena adanya keperluan mendesak untuk mendapatkan uang, maka jalan yang ditempuh dengan melakukan gadai tanah. Sama halnya juga di temukan di Jorong Kajai bahwa

Dan scene ke lima memperlihatkan gambar yang menunjukan jin indonesia pemenangnya serta menggandeng tiga wanita cantik sengan pakaian dress mini yang

Dalam penelitian ini permasalahan yang akan analisis adalah pengaruh Green produk dan Green advertising terhadap Keputusan pembelian pada produk Lemonilo di Toko Organic

Dengan demikian, untuk mengatasi kondisi hukum negara yang dinilai lemah dalam menghadapi kekerasan massa yang terjadi, kita harus melihatnya mulai dari upaya untuk melakukan

Lemak subkutan adalah lemak atau jaringan adiposa yang langsung berada di bawah lapisan kulit, dimana tidak hanya berisi jaringan lemak tetapi juga pembuluh darah dan

[r]