• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inheritance of quantitative characters of tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) to lowland

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inheritance of quantitative characters of tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) to lowland"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PEWARISAN KARAKTER KUANTITATIF TOMAT

(

Lycopersicon esculentum

Mill.) UNTUK DATARAN RENDAH

HELFI EKA SAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

MENGENAI

TESIS

DAN

SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pewarisan Karakter Kuantitatif Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) untuk Dataran Rendah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Helfi Eka Saputra

(4)

RINGKASAN

HELFI EKA SAPUTRA. Pewarisan Karakter Kuantitatif Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) untuk Dataran Rendah. Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR dan SYARIFAH IIS AISYAH.

Permasalahan utama pada budidaya tanaman tomat di Indonesia adalah kurang tersedianya varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi, memiliki kualitas buah yang baik serta dapat beradaptasi baik pada dataran rendah. Perluasan lahan areal tanam di dataran tinggi akan sulit dilakukan. Oleh sebab itu dataran rendah dan menengah menjadi sasaran dalam perluasan areal tanam tanaman tomat ke depannya.

Penelitian mencakup tiga kegiatan yaitu (1) karakterisasi plasma nutfah tomat dan pemilihan kriteria seleksi tomat daya hasil tinggi di dataran rendah, (2) pendugaan parameter genetik karakter tomat menggunakan analisis dialel dan (3) keragaan F1 tomat daya hasil tinggi di dataran rendah.

Kegiatan satu bertujuan mendapatkan tetua untuk pendugaan parameter genetik dengan karakterisasi menggunakan analisis komponen utama dan analisis gerombol. Plasma nutfah tomat yang dikarakterisasi dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok I (IPBT1, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT58, IPBT83 dan IPBT84), kelompok II (IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 dan IPBT57) dan kelompok III (IPBT80). Karakter yang baik digunakan untuk seleksi bobot buah per tanaman di dataran rendah adalah bobot per buah dan ukuran buah. Kegiatan dua bertujuan untuk mempelajari pewarisan karakter kualitas dan kuantitas tomat. Kegiatan tiga bertujuan untuk mendapatkan hibrida yang lebih baik dari varietas hibrida komersial.

Hasil percobaan menunjukkan tidak ada interaksi antar lokus. Karakter panjang buah, diameter buah, ukuran buah, bobot per buah, tebal daging buah, padatan total terlarut dan bobot buah per tanaman dipengaruhi peran aditif dan dominan. Karakter jumlah rongga buah dan jumlah buah per tanaman dipengaruhi peran aditif. Nilai heritabilitas arti luas dan arti sempit semua karakter tergolong tinggi. Tetua yang memiliki daya gabung umum yang baik untuk panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, ukuran buah, bobot per buah dan bobot buah per tanaman adalah IPBT1, IPBT13 dan IPBT84, sedangkan untuk jumlah buah per tanaman dan jumlah rongga buah adalah IPBT30 dan IPBT33. Hibrida IPBT1 × IPBT13, IPBT84 × IPBT1, IPBT1 × IPBT84 merupakan hibrida terbaik untuk daya hasil tinggi di dataran rendah, sedangkan IPBT33 × IPBT30 dan IPBT30 × IPBT33 merupakan hibrida terbaik untuk tomat kecil.

(5)

SUMMARY

HELFI EKA SAPUTRA. Inheritance of quantitative characters of tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) to lowland. Supervised by MUHAMAD SYUKUR and SYARIFAH IIS AISYAH.

The main problem of the cultivation of tomato plants in Indonesia is the limited varieties which have high yield potential, good fruit quality and well adapted at lowlands. The extensification in the highlands is quite difficult to do. Therefore low and medium land were subjected to the extensification for planting tomato in the future.

The research involved three activities, i.e. (1) characterization of tomato germplasm and criteria selection for high tomato yield at lowlands, (2) estimation genetic parameters traits using diallel crosses and (3) performance of F1 tomato high yield at lowlands.

The objective of the first activity was to obtain parental candidates for estimating genetic parameters with characterization using principal component analysis and clusters analysis. The germplasm of tomato was characterized into three groups, namely group I (IPBT1, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT58, IPBT83 and IPBT84), group II (IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 and IPBT57) and group III (IPBT80). Good character used for the selection fruit of weight per plant at lowlands are weight per fruit and fruit size. The objective of secondactivity was to study of inheritance of both characters quality and quantity of tomatoes. The objective of third activity was to obtain a better hybrid of commercial hybrid varieties.

The results showed there are no interaction between loci. Fruit length, fruit width, fruit size, weight per fruit, fruit flesh thickness, total soluble solid and weight of fruit per plant traits were influenced by additive and dominant factors. Number of locule and number of fruit per plant traits were influenced by additives factor. Broad and narrow sense heritability of all the characters were high. The parents which had a good general combining ability for fruit length, fruit width, fruit flesh thickness, fruit size, weight per fruit and fruit weight per plant were IPBT1, IPBT13 and IPBT84, whereas those for number of fruits per plant and number of locule were IPBT30 and IPBT33. Hybrid IPBT1 × IPBT13, IPBT84 × IPBT1, IPBT1 × IPBT84 were the best hybrids for high yield at lowlands, whereas IPBT33 × IPBT30 and IPBT30 × IPBT33 were the best hybrid for small tomatoes.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman

PEWARISAN KARAKTER KUANTITATIF TOMAT

(

Lycopersicon esculentum

Mill.) UNTUK DATARAN RENDAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Tuhan seru sekalian alam, puji syukur hanya untuk Allah SWT, karena atas nikmat dan karunia-Nya yang masih memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini, dengan judul pewarisan karakter kuantitatif tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) untuk dataran rendah, yang dilaksanakan pada bulan Maret 2012-Agustus 2013 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada makhluk yang paling berpengaruh di dunia dan menjadi teladan bagi kita yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan selalu bershalawat bisa menjadikan hidup ini lebih dekat dengan akhlak yang beliau ajarkan kepada umat di dunia. Perakitan varietas unggul tomat merupakan salah satu cara dalam peningkatan produksi tanaman. Varietas unggul yang terbentuk hendaknya dapat beradaptasi baik di tempat sasaran budidaya. Pemanfaatan lahan di dataran rendah kedepannya akan menjadi sasaran budidaya mengingat adanya kompetisi antar komoditi tanaman dan wilayah konservasi di dataran tinggi. Varietas unggul tomat yang sudah tersedia masih belum beradaptasi di dataran rendah. Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian yang menyebutkan terjadinya penurunan hasil yang sangat drastis jika penanaman tomat dilakukan di dataran rendah. Dengan memperhatikan hal tersebut maka upaya perakitan varietas unggul tomat yang dapat beradaptasi baik di dataran rendah masih sangat diperlukan. Studi pewarisan merupakan langkah awal dari perakitan varietas sehingga penelitian ini sangat bermanfaat dalam perakitan varietas tomat unggul berdaya hasil tinggi di dataran rendah.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis, penulis selalu mendapatkan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Muhamad Syukur, SP., M.Si dan Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc.Agr, selaku komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan, kritik dan masukan selama penelitian hingga penulisan tesis. Semua itu diberikan dengan dedikasi yang tinggi. Penelitian dan penyelesaian tesis ini didanai oleh Hibah Bersaing Dikti tahun 2012 a.n. Dr. Rahmi Yunianti, M.Si (Almh) dan BOPTN Dikti tahun 2013 a.n. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc.Agr.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dirjen Dikti yang telah memberikan beasiswa dengan program beasiswa unggulan Dikti

2. Rektor Universitas Bengkulu yang telah memberikan rekomendasi sebagai syarat pengajuan beasiswa dan pernyataan bersedia menerima penulis untuk pengabdian di Universitas Bengkulu.

3. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman IPB yang telah menerima penulis untuk melanjutkan sekolah di IPB.

4. Dr. Rahmi Yunianti, SP., M.Si (almh) atas arahan dan bimbingannya selama penelitian berlangsung. Semoga beliau tenang di dimensi yang lain dengan ilmu pengatahuan yang diberikan kepada muridnya sebagai amal jariyahnya. 5. Dr. Desta Wirnas, SP., M.Si selaku dosen penguji luar komisi pada ujian tesis

(11)

6. Dr. Willy B. Suwarno, SP., M.Si atas diskusinya selama pembuatan tesis. 7. Ibunda tercinta Evi Gustiati Asjikin Rahman SIP, dengan semangat dan penuh

cinta membesarkan anak-anak menjadi anak yang lebih baik dari beliau. Ayahanda Helmi Salim Bahari S.Sos (Alm), kakek dan nenek (alm/h). Semoga beliau tenang di dimensi yang lain, diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya. Paman-paman, Bibi-bibi, kakak-kakak dan adik-adik yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semua bantuan, arahan dan bimbingan selama ini membuat penulis semangat untuk menyelesaikan tulisan ini.

8. Semua dosen Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman IPB yang dengan keikhlasannya telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. Semua itu diberikan dengan dedikasi yang tinggi.

9. Semua guru-guru saya dari mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi (SDN 4 Bengkulu, SMPN1 Bengkulu, SMAN 5 Bengkulu, Universitas Bengkulu) atas pengetahuannya yang diajarkan dengan hati ikhlas dan dedikasi tinggi. Semoga selalu menjadi amal jariyah dan pengetahuan itu tentulah bermanfaat bagi penulis.

10.Tim penelitian tomat dan labdik pemuliaan tanaman IPB yaitu Marlina Mustafa, Sri Wahyuni, Estriana Riti, Zamroh dan Tri Budiyanti, M. Ridha Alfarabi Istiqlal, Abdul Hakim, Undang, Tiara Yudilastari, Arya Widura Ritonga, Vitria P Rahadi, Nura, Suprayanti.

11.Rekan-rekan PBT 2011 atas pertemanannya dan bantuannya selama penelitian berlangsung.

12.Forum Mahasiswa Pascasarjana Bengkulu (FWB), Ikatan Mahasiswa Bumi Rafflesia (IMBR), Forscha AGH dan HIMMPAS IPB atas bantuan dan kerjasama dalam penyelesaian sekolah di Pascasarjana IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

KARAKTERISASI DAN KRITERIA SELEKSI TOMAT

DAYA HASIL TINGGI DI DATARAN RENDAH 8

Pendahuluan 8

Metodologi Penelitian 9

Hasil dan Pembahasan 17

Simpulan 35

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK KARAKTER TOMAT

MENGGUNAKAN ANALISIS DIALEL 37

Pendahuluan 38

Metodologi Penelitian 38

Hasil dan Pembahasan 47

Simpulan 66

KERAGAAN 33 GENOTIPE TOMAT HIBRIDA DI DATARAN

RENDAH 67

Pendahuluan 67

Metodologi Penelitian 68

Hasil dan Pembahasan 70

Simpulan 77

PEMBAHASAN UMUM 78

SIMPULAN UMUM DAN SARAN 81

DAFTAR PUSTAKA 83

LAMPIRAN 88

(13)

DAFTAR TABEL

1 Sumber keragaman dan nilai harapan 15

2 Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe

karakter-karakter tanaman tomat pada 15 genotipe tomat 21

3 Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada 15

genotipe tomat 22

4 Keragaan panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, jumlah rongga buah dan rasio panjang dengan diameter pada 15 genotipe tomat 22 5 Keragaan umur panen, ukuran buah, bobot per buah, jumlah buah per

tanaman dan bobot buah per tanaman pada 15 genotipe tomat 24 6 Nilai tengah masing-masing kelompok terhadap semua karakter tomat 25 7 Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe karakter

karakter tanaman tomat terhadap tujuh genotipe pada kelompok I 26 8 Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada tujuh

genotipe tanaman tomat kelompok I 27

9 Keragaan umur panen, diameter buah, jumlah rongga buah, rasio panjang dengan diameter, jumlah buah per tanaman pada tujuh genotipe

tanaman tomat kelompok I 27

10 Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe karakter-karakter tanaman tomat terhadap tujuh genotipe pada kelompok II 28 11 Keragaan panjang buah, diameter buah, ukuran buah pada tujuh

genotipe tanaman tomat kelompok II 28

12 Keragaan tebal daging buah, kekerasan buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman pada tujuh genotipe tanaman tomat kelompok II 29 13 Koefisien keragaman genetik, ragam genetik dan standar deviasi ragam

genetik karakter yang diamati terhadap 15 genotipe tanaman tomat (tanpa pengelompokan), kelompok I dan kelompok II 30 14 Koefisien keragaman genetik, ragam genetik, standar deviasi ragam

genetik dan heritabilitas karakter tomat 32

15 Nilai koefisien korelasi antar karakter tomat 33 16 Koefisien lintasan pengaruh langsung dan tidak langsung berbagai

karakter pada bobot buah per tanaman 34

17 Persilangan dialel penuh menggunakan enam tetua 39

18 Komponen analisis ragam pada analisis dialel 42

19 Persilangan setengah dialel karakter-karakter kualitas dan kuantitas

tomat di dataran rendah 43

20 Komponen analisis ragam untuk daya gabung menggunakan metode I

Griffing 45

21 Kuadrat tengah genotipe karakter kualitas dan kuantitas tomat 47 22 Pendugaan parameter genetik karakter kualitas dan kuantitas tomat

menggunakang analisis dialel 48

23 Sebaran Vr+Wr pada karakter panjang buah, diameter buah, bobot per buah, tebal daging buah dan jumlah rongga buah 51 24 Sebaran Vr+Wr pada karakter padatan total terlarut, ukuran buah,

jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman 51 25 Analisis ragam persilangan dialel enam genotipe tomat untuk semua

karakter tomat 59

26 Nilai daya gabung umum untuk karakter panjang buah, diameter buah

(14)

27 Nilai daya gabung umum untuk karakter tebal daging buah, jumlah

rongga buah dan padatan total terlarut tomat 60

28 Nilai daya gabung umum untuk karakter ukuran buah, jumlah buah per

tanaman dan bobot buah per tanaman tomat 61

29 Nilai daya gabung khusus untuk karakter panjang buah, diameter buah, bobot per buah, tebal daging buah dan jumlah rongga buah tomat 62 30 Nilai daya gabung khusus untuk karakter padatan total terlarut, ukuran

buah, jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman tomat 63 31 Heterosis dan heterobeltiosis karakter bobot buah per tanaman tomat 65 32 Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe

karakter-karakter tanaman tomat terhadap 33 hibrida tomat 71 33 Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada 33 hibrida

tomat 72

34 Keragaan panjang buah, diameter buah, bobot per buah dan ukuran

buah pada 33 hibrida tomat 73

35 Keragaan jumlah rongga buah, tebal daging buah, padatan total terlarut

dan kekerasan buah pada 33 hibrida tomat 75

36 Keragaan jumlah buah layak, jumlah buah per tanaman, bobot buah layak dan bobot buah per tanaman pada 33 hibrida tomat 77

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian 3

2 Letak daun (pada sepertiga tanaman bagian tengah) 11

3 Pembagian helai daun 11

4 Letak anak daun terhadap tulang daun utama 11

5 Tipe tandan bunga (pada pelepah daun kedua dan ketiga) 11

6 Lapisan absisi pada tangkai buah 12

7 Bentuk buah dalam penampang membujur 12

8 Depresi buah pada ujung tangkai buah 12

9 Bentuk ujung buah 13

10 Jumlah rongga buah 13

11 “Bahu buah hijau” sebelum masak 13

12 Pengelompokkan 15 genotipe tomat berdasarkan KU I dan KU II 17 13 Pengelompokkan 15 genotipe tomat berdasarkan KU I dan KU III 18 14 Pengelompokkan 15 genotipe tomat berdasarkan KU II dan KU III 19 15 Dendogram hasil analisis 15 genotipe tanaman tomat 20 16 Diagram lintasan beberapa karakter dengan bobot buah per tanaman 35

17 Teknik persilangan buatan pada tomat 40

18 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter panjang buah 52 19 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter diameter buah 52 20 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter bobot per buah 53 21 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter tebal daging buah 53 22 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter jumlah rongga

buah 54

23 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter padatan total

terlarut 55

(15)

25 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter jumlah buah per

tanaman 56

26 Hubungan peragam (Wr) dengan ragam (Vr) karakter bobot buah per

tanaman 56

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis komponen utama 88

2 Nilai vektor ciri tiga komponen 89

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia dan memiliki kegunaan, baik sebagai sayuran maupun sebagai bahan baku industri makanan. Produksi tomat nasional telah meningkat dari 593 392 ton thn-1 menjadi 954 046 ton thn-1 selama periode tahun 2000-2011. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 954 046 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar 483 991 ton (BPS 2012). Peningkatan produksi menyebabkan peningkatan produktivitas dari 14.50 ton ha-1 pada tahun 2010 menjadi 16.65 ton ha-1 pada tahun 2011. Peningkatan produksi tersebut belum mencukupi kebutuhan nasional karena masih ada impor tomat sebesar 10 639 ton (DITJENHORT 2012).

Budidaya tanaman tomat di Indonesia umumnya dilakukan di dataran tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah varietas yang banyak dijual merupakan varietas yang beradaptasi dan memiliki kualitas buah yang baik di dataran tinggi. Selain itu, pemanfaatan lahan dataran tinggi untuk usaha tani terbatas karena sebagian wilayah tersebut merupakan daerah konservasi sehingga perlu perluasan areal tanam ke dataran menengah dan rendah.

Penanaman tomat yang dilakukan di dataran rendah memiliki kendala berupa penurunan daya hasil. Purwati (2007) menyatakan hasil rata-rata tanaman tomat di dataran rendah umumnya sangat rendah yaitu 6 ton ha-1 atau setara dengan 0.25 kg tan-1. Purwati (2009) melaporkan hasil tomat hibrida adaptif dataran rendah hingga tinggi yang ditanam di dataran medium (550 m dpl) hanya 1.95 kg tan-1, sedangkan potensi hasilnya bisa mencapai 3 kg tan-1 atau terjadi penurunan hasil sebesar 35 %. Varietas yang beradaptasi di dataran menengah hingga tinggi yang ditanam di dataran medium juga menunjukkan penurunan hasil dari 4-5 kg tan-1 menjadi 1.95 kg tan-1 atau sebesar 50-60 %. Berbeda halnya jika varietas tersebut ditanam di dataran tinggi (800 m dpl) menunjukkan hasil 5.32 kg tan-1 (Soedomo 2012). Oleh karena itu, upaya pemuliaan tomat unggul di dataran rendah masih sangat diperlukan.

(18)

perakitan varietas tomat daya hasil tinggi di dataran rendah. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan kegiatan pemuliaan berupa studi pewarisan karakter-karakter kuantitatif tomat untuk ekstensifikasi ke dataran rendah. Pengetahuan tentang pewarisan genetik sangat diperlukan untuk menentukan strategi pemuliaan yang dapat dilakukan untuk merakit varietas tomat unggul di dataran rendah.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Memperoleh informasi tentang keragaman genetik, kemiripan antar genotipe dan potensi hasil genotipe tomat koleksi.

2. Memperoleh karakter sebagai kriteria seleksi yang akan digunakan untuk perakitan varietas tomat unggul di dataran rendah.

3. Menduga nilai parameter genetik untuk karakter kualitas dan kuantitas tomat di dataran rendah.

4. Menduga nilai daya gabung umum dan daya gabung khusus karakter kualitas dan kuantitas tomat di dataran rendah.

5. Membandingkan F1 hasil persilangan dengan varietas unggul nasional di dataran rendah.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat keragaman genetik dan ketidakmiripan antar genotipe tomat yang memiliki potensi hasil tinggi.

2. Terdapat satu karakter sebagai kriteria seleksi untuk perakitan varietas tomat unggul di dataran rendah.

3. Karakter kualitas dan kuantitas tomat dipengaruhi peran aditif dan dominan.

4. Terdapat satu genotipe tomat yang memiliki daya gabung umum baik serta sepasang genotipe tomat yang memiliki daya gabung khusus baik untuk daya hasil tinggi di dataran rendah.

5. Terdapat satu F1 hasil silangan yang mempunyai karakter lebih baik dari varietas unggul nasional di dataran rendah.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

ditanam bersamaan dengan beberapa varietas unggul hibrida komersil untuk mengevaluasi keragaan komponen hasil calon varietas unggul hibrida (Gambar 1).

Gambar 1 Diagram alir penelitian analisis data

1. Karakterisasi dan pemilihan kriteria seleksi tanaman tomat untuk daya hasil tinggi di dataran rendah

Plasma nutfah tomat koleksi

Analisis komponen utamadan analisis

gerombol

Sidik ragam, uji nilai tengah, analisis korelasi dan analisis lintasan

Kemiripan antar genotipe

Keragaman genetik, genotipe potensi hasil tinggi dan kriteria seleksi tomat daya hasil tinggi di dataran rendah

2. Pendugaan parameter genetik karakter tomat menggunakan analisis dialel

3. Keragaan 33 genotipe tomat hibrida di dataran rendah

Analisis : pendekatan Hayman dan pendekatan Griffing I

Analisis : sidik ragam, uji nilai tengah

Daya gabung umum, daya gabung

khusus dan komponen ragam Hibrida unggul

Informasi metode seleksi karakter-karakter kualitas dan kuantitas tomat di dataran rendah dan keragaan hibrida daya hasil

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Tanaman Tomat

Tanaman tomat termasuk tanaman diploid dan memiliki jumlah kromosom dasar x = 12. Jumlah kromosom normal tomat adalah 2n = 2x = 24. Tanaman tomat tergolong famili Solanaceae dan genus Lycopersicon. Spesies yang tergolong dalam sub genus Lycopersicon adalah L. esculentum, L. pimpinelifolium,

L. cheesmaniae dan L. galapagense., namun spesies L. esculentum yang sering dibudidayakan.

Bentuk buah tomat terdiri atas bentuk bulat, pear, lonjong dan oval. Warna buah merupakan produk dari kombinasi pigmen yang terdapat pada jaringan epicarp dan subepidermis. L. esculentum, L. cheesmaniae, L. galapagense dan L. pimpinellifolium memiliki pigmen karotenoid buah masak berwarna merah, orange dan kuning. Warna buah masak L. esculentum dan L. pimpinellifolium

adalah merah yang merupakan akumulasi likopen, sedangkan dua spesies lainnya yaitu L. cheesmaniae dan L. galapagense memiliki warna buah yang kuning ketika masak. Namum demikian umumnya buah tomat sebelum masak berwarna hijau, meskipun ada yang berwarna ungu yang merupakan akumulasi pigmen antosianin (Caicedo dan Peralta 2013)

Kriteria kualitas hasil tomat sangat beragam bergantung pada konsumen. Kualitas buah pada tomat mencakup ukuran, kandungan bahan-bahan dalam buah, warna buah, penampilan dan lain-lain. Ameriana (1995) melaporkan bahwa persepsi konsumen mengenai kualitas tomat dibagi dua yaitu kualitas eksternal dan organoleptik (internal). Kualitas eksternal yang terpenting hingga kurang penting berdasarkan persepsi konsumen adalah warna, kekerasan, bentuk dan ukuran buah. Kualitas organoleptik (internal) yang terpenting hingga kurang penting berdasarkan persepsi konsumen adalah rasa manis, rasa asam, kekenyalan, dan jumlah air buah (kadar air). Purwati (2007) menjelaskan bahwa kriteria kualitas yang ada pada buah tomat dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu: 1) kualitas bagian luar, terdiri atas warna kulit, bentuk buah, kekerasan dan ukuran buah, 2) kualitas bagian dalam, terdiri atas jumlah biji, ketebalan daging, dan kandungan lender, 3) kualitas rasa, terdiri atas rasa manis, rasa asam, kekenyalan dan jumlah air buah.

Kualitas buah yang diinginkan untuk konsumsi rumah tangga berbeda dengan standar kualitas untuk industri. Tomat dikonsumsi sebagai substitusi buah-buahan dan sebagai pelengkap bumbu masak untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi sebagai substitusi buah-buahan, konsumen lebih mengutamakan tomat dengan rasa manis, sedikit asam, renyah dan mempunyai kandungan air sedang. Kriteria tomat olahan untuk keperluan industri adalah memiliki padatan total terlarut tinggi (+ 4.5o Brix), pH rendah (+ 4.4), kompak, mudah dikuliti, tahan terhadap pecah buah dan warnanya merah cerah (Villareal 1980).

Penurunan daya hasil tomat di dataran rendah dipengaruhi suhu lingkungan tumbuh yang menyebabkan ukuran buah lebih kecil dan jumlah buah yang terbentuk sedikit atau fruitset bernilai kecil. Firon et al. (2006) melaporkan bahwa pada kondisi suhu tinggi jumlah dan kualitas serbuk sari tomat berkurang, selanjutnya viabilitas serbuk sari juga berkurang yang akhirnya menyebabkan

(21)

Proses keberhasilan pembungaan dan pembuahan juga dipengaruhi oleh faktor abiotik, khususnya suhu udara. Tanaman tomat memerlukan suhu siang dan malam hari masing-masing sebesar ± 24 oC dan ± 18 oC untuk pertumbuhan khususnya pembungaan dan pembuahaan. Suhu pada malam hari merupakan faktor kritis untuk pembentukan buah (Lai 1993). Buah yang sudah terbentuk tidak semua dapat tumbuh terus sampai menjadi matang. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak semua buah dapat terus tumbuh hingga matang antara lain : jumlah bunga yang dihasilkan, persentase bunga yang mengalami penyerbukan, persentase bunga yang menjadi buah, persentase buah muda yang dapat tumbuh terus sampai menjadi buah masak (Purwati 2008). Oleh sebab itu, keberhasilan pembungaan dan pembuahan bukan hanya ditentukan dari faktor lingkungan tetapi juga ditentukan dari faktor genetik.

Analisis Dialel

Salah satu metode dalam studi pewarisan adalah analisis dialel. Persilangan diallel adalah persilangan dengan menggunakan seluruh kombinasi persilangan yang mungkin di antara sekelompok tetua, termasuk persilangan sendiri tetua. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi dan memilih tetua berdasarkan turunan terbaik dan evaluasi turunan terbaik. Analisis silang dialel diperlukan untuk menduga efek aditif dan dominan dari suatu populasi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menduga ragam genetik dan heritabilitas (Baihaki 2000) dan daya gabung masing-masing tetua baik daya gabung umum (general combining ability/GCA) maupun daya gabung khusus (specific combining ability/SCA). GCA adalah keragaan suatu galur dalam kombinasi silang tunggal dengan galur-galur yang lain, sedangkan SCA adalah hasil hibrida suatu galur dengan galur lain (Singh dan Chaudary 1979).

Persilangan dialel dapat dibagi menjadi tiga tipe persilangan, yaitu (1) dialel penuh (full diallel), (2) setengah dialel (half diallel) dan (3) dialel parsial (partial diallel) (Singh dan Chaudhary 1979). Dalam pelaksanaannya, analisis ini harus memenuhi beberapa asumsi yaitu (1) segregasi diploid, (2) tidak ada perbedaan antara persilangan resiprokal, (3) tidak ada interaksi antara gen-gen yang tidak satu alel, (4) tidak ada multialelisme, (5) tetua homozigot, (6) gen-gen menyebar secara bebas antar tetua (Hayman 1954). Keuntungan dari teknik silang dialel adalah (1) secara eksperimental merupakan pendekatan sistematik, (2) secara analitik merupakan evaluasi genetik menyeluruh yang berguna dalam mengidentifikasi persilangan bagi potensi seleksi yang terbaik pada awal generasi. Pada analisis dialel, ada beberapa pendugaan parameter genetik dapat dilakukan tanpa pembentukan populasi F2, BCP1 dan BCP2.

Analisis dialel dapat dilakukan berdasarkan dua pendekatan yaitu Hayman dan Griffing. Pendekatan Hayman pertama kali dimunculkan oleh Jinks dan Hayman pada tahun 1953 menggunakan konsep komponen ragam aditif (D) dan dominan (H) (Singh dan Chaudary 1979). Pendekatan Hayman (1954) digunakan untuk studi pewarisan, seperti :

1. pendugaan komponen ragam karena pengaruh aditif (D) dan dominan (H1). Jika nilai D > H1 maka pengaruh aditif lebih berperan pada karakter tersebut,

sebaliknya jika D < H1 maka pengaruh dominan lebih berperan pada karakter

(22)

2. proporsi gen positif dan negatif tetua (H2). Jika H2 nyata menandakan

distribusi gen di dalam tetua tidak menyebar secara merata, sebaliknya apabila H2 tidak nyata menunjukkan distribusi gen di dalam tetua menyebar secara

merata. Nilai H1 dan H2 dapat digunakan untuk mengetahui gen-gen pada

suatu karakter banyak dipengaruhi oleh gen-gen positif atau negatif. Jika H1 >

H2 maka gen-gen yang banyak adalah gen positif, sebaliknya jika H1 < H2

maka gen-gen yang banyak adalah gen negatif.

3. pengaruh dominansi. Besarnya pengaruh dominan dapat dilihat dari nilai (H1/D)1/2. Jika nilai (H1/D)1/2 antara 0-1 menunjukkan adanya dominan

sebagian, sedangkan jika nilai (H1/D)1/2 > 1 menunjukkan adanya dominan

lebih.

4. proporsi gen dominan terhadap gen resesif. Banyaknya gen-gen dominan di dalam tetua tercermin dari nilai Kd/Kr. Jika Kd/Kr > 1 maka gen-gen dominan lebih banyak di dalam tetua, sebaliknya jika Kd/Kr < 1 maka gen-gen resesif lebih banyak di dalam tetua.

5. arah dan urutan dominansi (berdasarkan Wr dan Vr). Urutan dominansi tetua mencerminkan kandungan gen-gen dominan di dalam tetua. Semakin kecil nilai Wr+Vr maka semakin banyak mengandung gen-gen dominan yang mengendalikan suatu karakter. Di samping itu, urutan dominansi juga tercermin dari gambar hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr), semakin mendekati titik pada titik nol maka tetua tersebut paling banyak mengandung gen-gen dominan, sebaliknya semakin jauh dari titik nol maka tetua tersebut paling banyak mengandung gen resesif.

6. jumlah kelompok gen pengendali karakter dapat dihitung berdasarkan nilai h2/H2.

7. nilai duga heritabilitas arti luas (h2bs) dan arti sempit (h2ns), digunakan

untuk melihat keragaman yang terdapat pada suatu karakter dipengaruhi peran genetik total atau lingkungan (h2bs) dan peran aditif atau lingkungan (h2ns)

Pendekatan Griffing adalah metode lain yang digunakan untuk menganalisis hasil persilangan dialel. Pendekatan Griffing (1956) digunakan untuk menduga daya gabung, seperti :

1. daya gabung umum (DGU). Nilai DGU adalah kemampuan suatu genotipe menunjukkan kemapuan rata-rata keturunannya bila disilangkan dengan sejumlah genotipe lain yang dikombinasikan. Nilai DGU yang besar menunjukkan tetua tersebut merupakan penggabung terbaik dan dapat digunakan untuk membentuk varietas galur murni.

2. daya gabung khusus (DGK). Nilai DGK adalah kemampuan individu tetua untuk menghasilkan keturunan yang unggul jika disilangkan dengan kombinasi yang spesifik dengan tetua lainnya. Nilai DGK yang besar menunjukkan kombinasi persilangan tersebut baik untuk digunakan dalam membentuk varietas hibrida.

(23)

n(n-1). Metode IV yaitu persilangan yang terdiri atas hanya F1 tanpa resiprokal dan tetua, dengan analisis n(n-1)/2 (Griffing 1956).

Pemuliaan Tanaman Tomat

Suryadi et al. (2004) melaporkan bahwa kriteria tanaman tomat yang dapat digunakan sebagai bahan pemuliaan adalah tipe tumbuh tegak atau menyebar, ukuran buah besar, penampilan buah menarik, tahan simpan, toleran terhadap organisme pengganggu tanaman, daging buah tebal (± 4 mm) dan hasil tinggi. Murti et al. (2004) juga melaporkan bahwa bobot buah per tanaman pada tanaman tomat ditentukan oleh jumlah tandan buah, jumlah bunga dalam satu tandan, banyaknya bunga yang menjadi buah dan bobot per buah.

Kurniawan (2006) melaporkan bahwa pewarisan karakter untuk ukuran buah tidak ada pengaruh tetua betina dan karakter tersebut dikendalikan oleh gen poligenik dengan jumlah gen pengendali sebanyak empat gen. Murti et al. (2004) melaporkan bahwa tomat dengan bentuk buah apel lebih dominan dibandingkan bentuk buah bulat. Karakter jumlah bunga, jumlah buah, fruitset dan jumlah rongga buah termasuk karakter kualitatif atau dikendalikan oleh gen monogenik, sedangkan karakter diameter buah termasuk karakter kuantitatif atau dikendalikan oleh gen poligenik.

Pewarisan karakter jumlah buah per tandan, bobot buah dan ukuran buah mengikuti model aditif-dominan (Masruroh et al. 2009), selanjutnya Farzane et al.

(2012) melaporkan bahwa karakter bobot per buah dipengaruhi oleh peran aditif dan dominan. Karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman memiliki gen-gen dominan lebih banyak dibandingkan gen-gen resesif (Farzane et al. 2012). Berdasarkan penelitian Rai et al. (2005) bahwa gen-gen resesif lebih banyak dibandingkan gen dominan untuk karakter bobot buah per tanaman dan jumlah rongga buah, sedangkan karakter bobot per buah lebih banyak gen-gen dominan. Hasil yang berbeda dilaporkan oleh Hazra dan Ansary (2008) bahwa gen-gen resesif lebih banyak dibandingkan gen dominan untuk karakter bobot buah per tanaman. Rai et al. (2005) melaporkan bahwa karakter bobot per buah dikendalikan oleh satu kelompok gen. Hazra dan Ansary (2008) melaporkan bahwa jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman juga dikendalikan oleh satu kelompok gen.

(24)

Karakterisasi dan Pemilihan Kriteria Seleksi Tanaman Tomat untuk Daya Hasil Tinggi di Dataran Rendah

Abstrak

Percobaan ini bertujuan untuk untuk memperoleh informasi tentang keragaman genetik, kemiripan antar genotipe, potensi hasil genotipe tomat koleksi dan kriteria seleksi yang akan digunakan untuk perakitan varietas tomat unggul di dataran rendah. Percobaan mencakup dua kegiatan yaitu karakterisasi dan pemilihan kriteria seleksi tomat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2012 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga Bogor. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal tiga ulangan, Karakterisasi menggunakan metode analisis komponen utama dan analisis gerombol, sedangkan pemilihan kriteria seleksi berdasarkan komponen ragam dan analisis lintas. Berdasarkan analisis komponen utama dan analisis gerombol genotipe-genotipe tomat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok I (IPBT1, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT58, IPBT83 dan IPBT84), Kelompok II (IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 dan IPBT57) dan kelompok III (IPBT80). Bobot per buah dan ukuran buah merupakan karakter seleksi yang terbaik untuk bobot buah per tanaman di dataran rendah.

Kata kunci : heritabilitas, karakterisasi, keragaman genetik, kriteria seleksi, tomat

Abstract

The objective of this research was to obtain some information about genetic diversity, similarity between genotypes, genotypes of tomato yield potential collection and the selection criteria that will be used for creating the superior varieties of tomatoes at lowlands. The experiment includes two activities namely characterization and selection criteria of tomatoes. The experiment was conducted at Leuwikopo Experiment Field IPB, Darmaga, Bogor from March until August 2012. The experiment used randomized complete block design (RCBD) single factor with three replications. Characterization was done using principal component analysis and analysis of clusters methods, while the selection criteria was done based on variance component and path analysis. Based on principal component analysis and analysis of clusters, tomato genotypes can be classified into three groups: group I (IPBT1, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT58, IPBT83 and IPBT84), group II (IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 and IPBT57) and group III (IPBT80). Weight per fruit and fruit size were the best character selection for fruit weight per plant at lowland.

Keywords : characterization, genetic diversity, heritability, selection criteria, tomatoes

PENDAHULUAN

(25)

diantaranya adalah perluasan keragaman genetik. Keragaman genetik yang tinggi sangat menentukan keberhasilan pemuliaan untuk membentuk varietas unggul dan juga memberikan peluang yang besar untuk mendapatkan kombinasi persilangan yang tepat dengan gabungan sifat-sifat yang baik. Genotipe-genotipe yang telah dikoleksi kemudian dikarakterisasi, dianalisis keanekaragaman dan hubungan kemiripannya untuk memudahkan dalam kegiatan pemuliaan tanaman.

Analisis kemiripan genetik diestimasi menggunakan analisis komponen utama (AKU) dan analisis gerombol. Penggunaan kedua metode ini sering dilakukan untuk melihat pengelompokan antar genotipe. Genotipe-genotipe yang berada pada satu kelompok atau gerombol menandakan hubungan kemiripan yang erat, sedangkan genotipe-genotipe antar kelompok menunjukkan hubungan kemiripan genotipe yang jauh. Penggunaan analisis komponen utama dan gerombol sering digunakan untuk bermacam-macam tanaman diantaranya tomat (Albrecht et al. 2010; Aguire dan Cabrera 2012) dan cabai (Yunianti et al. 2010).

Kunci keberhasilan suatu seleksi ditentukan oleh kriteria seleksi yang sesuai. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan suatu karakter dapat dijadikan kriteria seleksi yaitu nilai heritabilitas, ragam genetik, ragam fenotipe dan koefisien keragaman genetik (KKG) (Yunianti et al. 2010). Penggunaan analisis korelasi dan analisis lintas (path analysis) dalam mempelajari hubungan keeratan antar karakter untuk mengembangkan kriteria seleksi telah banyak dilakukan pada berbagai tanaman seperti tomat (Mohanty 2003; Golani

et al. 2007; Haydar et al. 2007; Tiwari dan Upadhyay 2011), cabai (Ganefianti

et al. 2006; Yunianti et al. 2010), kedelai (Mursito 2003; Asadi et al. 2004; Wirnas et al. 2006) dan gandum (Budiarti et al. 2004). Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang keragaman genetik, kemiripan antar genotipe, potensi hasil genotipe tomat koleksi dan kriteria seleksi yang akan digunakan untuk perakitan varietas tomat unggul di dataran rendah.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2012 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga Bogor (230 m dpl). Bahan tanaman yang digunakan adalah 15 genotipe tomat koleksi Tim Pemuliaan Tomat Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor yaitu IPBT1, IPBT3, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53, IPBT57, IPBT58, IPBT80, IPBT83, dan IPBT84. Genotipe tersebut berasal dari landrace di beberapa lokasi di Indonesia dan koleksi IPB.

Percobaan dilakukan dengan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu genotipe tomat yang terdiri atas 15 genotipe dengan tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman dan hanya 10 tanaman yang dijadikan tanaman contoh. Model linier dalam analisis ragam adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007) :

(26)

Keterangan :

Yij = nilai fenotipe pada perlakuan ke-i dan kelompok ke- j µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh genotipe ke- i(1, 2, 3, …, 15) βj = pengaruh kelompok ke- j (1, 2, 3) ɛij = galat percobaan

Kegiatan percobaan pertama diawali dengan penyemaian. Benih disemai sebanyak dua butir per lubang tray yang berisi media semai steril. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan satu minggu sekali setelah bibit berumur dua minggu setelah semai menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 air yang diaplikasikan dengan cara mengocorkan pada pangkal bibit.

Pengolahan lahan dan pembuatan bedengan dilakukan bersamaan saat kegiatan penyemaian. Penanaman dilakukan setelah bibit tomat berumur 30 hari setelah semai. Petak bedengan dibuat dengan ukuran 5 m  1 m untuk setiap satuan percobaan dengan jarak antar bedengan 50 cm. Selanjutnya setiap bedengan diberi pupuk kandang sebanyak 20 kg dan kapur 0.5 kg. Setelah pemberian pupuk kandang selama dua minggu, bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan dibuat lubang menggunakan cemplong dengan jarak 50 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan jumlah tanaman satu tanaman per lubang tanam. Penyulaman bibit dilakukan satu minggu setelah tanam.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, pemberian pestisida dan penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan sebanyak 20 l bedengan-1 atau sampai keadaan tanah menjadi lembab. Pemupukan dilakukan setiap satu minggu sekali setelah tanaman berumur satu minggu setelah tanam (1 MST) menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 sebanyak 250 ml tan-1. Penyemprotan pestisida dilakukan dua minggu sekali dengan menggunakan fungisida berbahan aktif mancozeb 80 % dan propinep 70 % dengan konsentrasi 2 g l-1, insektisida berbahan aktif profenofos 500 g l-1 dengan konsentrasi 2 ml l-1 dan akarisida berbahan aktif dikofol dengan konsentrasi 2 ml l-1. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pemanenan dilakukan dengan kriteria buah sudah berwarna kuning kemerah-merahan dan dilakukan setiap dua kali seminggu selama enam minggu.

1a. Karakterisasi 15 Genotipe Tanaman Tomat di Dataran Rendah

(27)

Karakter kualitatif yang diamati meliputi :

1. Pewarnaan anthocyanin pada hipokotil: (1) tidak ada, (9) ada. 2. Tipe tumbuh: (1) determinate, (2) indeterminate.

3. Pewarnaan anthocyanin pada ruas tiga teratas: (1) tidak ada atau sangat lemah, (3) lemah, (5) sedang, (7) kuat, (9) sangat kuat.

4. Letak daun (pada sepertiga tanaman bagian tengah): (3) semi tegak, (5) horizontal, (7) menggantung.

(3) semi tegak (5) horizontal (7) menggantung

Gambar 2 Letak daun (pada sepertiga tanaman bagian tengah) (UPOV 2011) 5. Pembagian helai daun: (1) menyirip, (2) menyirip ganda.

(1) menyirip (2) menyirip ganda Gambar 3 Pembagian helai daun (UPOV 2011) 6. Tipe daun: (1) Tipe 1, (2) Tipe 2, (3) Tipe 3, (4) Tipe 4. 7. Intensitas warna hijau daun: (3) terang, (5) sedang, (7) gelap.

8. Letak anak daun terhadap tulang daun utama: (1) keatas, (2) mendatar, (3) kebawah.

Gambar 4 Letak anak daun terhadap tulang daun utama (UPOV 2011) 9. Tipe tandan bunga (pada pelepah daun kedua dan ketiga): (1) secara umum

uniparous, (2) sebagian uniparous sebagian multiparous, (3) secara umum multiparous.

(1) (2) (3)

(28)

10.Cabang pada tandan bunga (bunga pertama pada tandan bunga): (1) tidak ada, (9) ada.

11.Bulu pada putik: (1) tidak ada, (9) ada. 12.Warna bunga: (1) kuning, (2) orange. 13.Lapisan absisi: (1) tidak ada, (9) ada.

Gambar 6 Lapisan absisi pada tangkai buah (UPOV 2011)

14. Panjang Pedisel (dari lapisan absisi terhadap calyx): (3) pendek, (5) sedang, (7) panjang.

15. Ukuran buah: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar. 16. Bentuk buah dalam penampang membujur: (1) pipih, (2) agak pipih, (3) bulat,

(4) persegi, (5) silinder, (6) bentuk hati, (7) bentuk telur sungsang, (8) bentuk telur, (9) bentuk pear, (10) bentuk pear lancip.

Gambar 7 Bentuk buah dalam penampang membujur (PPVT 2007)

17.Tulang buah pada ujung batang: (1) tidak ada atau sangat lemah, (3) lemah, (5) sedang, (7) kuat, (9) sangat kuat.

18.Irisan melintang: (1) tidak bulat, (2) bulat.

19.Depresi buah pada ujung tangkai buah: (1) tidak ada atau sangat lemah, (3) lemah, (5) sedang, (7) kuat, (9) sangat kuat.

(29)

20.Ukuran lapisan gabus disekeliling parut tangkai buah: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar.

21.Ukuran parut pada bekas tangkai putik: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar.

22.Bentuk ujung buah: (3) melekuk, (4) melekuk agak datar, (5) datar, (6) datar meruncing, (7) meruncing.

Gambar 9 Bentuk ujung buah (UPOV 2011)

23.Ukuran bagian tengah buah dalam irisan melintang: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar.

24.Jumlah rongga buah: (1) dua, (2) dua dan tiga, (3) tiga dan empat, (4) lebih dari empat.

(1) (2) (3) (4) Gambar 10 Jumlah rongga buah (UPOV 2011)

25.“Bahu buah hijau” sebelum masak: (1) tidak ada, (9) ada.

(1) (9)

Gambar 11 “Bahu buah hijau” sebelum masak (UPOV 2011) 26.Luas “bahu buah hijau”: (3) kecil, (5) sedang, (7) besar.

(30)

Analisis Data

Pola pengelompokan dan keragaman antar genotipe diperoleh berdasarkan data karakter kualitatif dan kuantitatif yang dianalisis menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) dan Analisis Gerombol (Cluster Analysis) menggunakan software SPSS versi 20. Informasi tentang hubungan kemiripan antar geneotipe akan digunakan sebagai dasar dalam rekomendasi tetua yang akan digunakan dalam pembentukan populasi studi pewarisan.

1b. Pemilihan Kriteria Seleksi Daya Hasil Tinggi Tanaman Tomat di Dataran Rendah

Pemilihan kriteria seleksi dilakukan dengan mengambil beberapa genotipe pada masing-masing kelompok genotipe yang terbentuk dari hasil karakterisasi (Percobaan 1a). Genotipe kelompok I adalah IPBT1, IPBT8, IPBT13 dan IPBT84, sedangkan kelompok II adalah IPBT23, IPBT30, IPBT33 dan IPBT53. Karakter kuantitatif yang diamati untuk penentuan kriteria seleksi meliputi :

1. Tinggi tanaman (cm), diamati pada umur enam MST yang diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi.

2. Panjang dan lebar daun (cm), diamati pada umur enam MST pada daun yang berada pada 1/3 bagian tanaman, panjang daun diukur dari pangkal daun hingga ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada bagian terlebar.

3. Umur berbunga (hst), dihitung setelah 50 % populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari berbunga, yaitu apabila bunga ketiga pada tandan kedua mekar sempurna.

4. Umur panen (hst), dihitung setelah 50 % populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari panen, yaitu jika ada satu buah yang sudah berwarna kuning.

5. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.

6. Diameter buah (cm), diukur pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.

7. Ukuran buah (cm), diukur dengan rumus menurut Purwati (2008) yaitu : Ukuran buah =

8. Rasio panjang dengan diameter, diukur pada 10 buah yang dipanen pada panen kedua hingga keempat dengan membagi panjang dan diameter setiap buah.

9. Tebal daging buah (mm), diukur dengan merata-ratakan bagian terlebar dan tersempit pada buah yang dibelah secara melintang terhadap 10 buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat setiap bedengan.

10.Jumlah rongga buah (lokul), diukur pada 10 buah yang dipanen pada panen kedua hingga keempat dengan merata-ratakan jumlah lokul yang terbentuk dari setiap buah yang diamati.

11.Kekerasan buah (kg cm-1), diukur dengan alat handpenetrometer.

(31)

KA =

100 %

13.Padatan total terlarut (obrik), dihitung menggunakan alat refraktometer.

14.Bobot per buah (g), diukur dengan menimbang satu per satu buah sebanyak 10 buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat setiap bedengan kemudian dirata-ratakan.

15.Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung setiap kali panen dengan merata-ratakan jumlah buah yang dipanen pada setiap tanaman.

16.Bobot buah per tanaman (g), dihitung setiap kali panen dengan merata-ratakan bobot buah yang dipanen setiap tanaman.

Analisis Data

Karakter kuantitatif yang diamati pada tiap genotipe dianalisis menggunakan uji F. Analisis data dilakukan menggunakan SAS 9. Genotipe yang berpengaruh nyata pada uji F dilakukan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie 1989) :

; = √

Keterangan

= galat baku beda rataan

rα(p;dbe) = nilai tabel Duncan pada taraf nyata α p = jarak peringkat antar dua perlakuan

Tabel 1 Sumber keragaman dan nilai harapan

Sumber keragaman Derajat bebas Kuadrat tengah Nilai harapan

Blok r-1 - -

Genotipe g-1 KTG 2e + r 2g

Galat (r-1)(g-1) KTE 2e

Total gt -1

Pendugaan nilai heritabilitas arti luas (h2bs) dilakukan dengan perhitungan

komponen ragam (Tabel 1). Berdasarkan analisis ragam, perhitungan nilai ragam genotipe (VG), ragam fenotipe (VP) dan koefisien keragaman genetik (KKG)

diduga menggunakan persamaan sebagai berikut : VE = KTE

VG =

r KT KTGE

VP = VG + VE

KKG = ×100%

x VG

(32)

σσ2

G = 

      

2 2

2 2 2

2 E E G G db KT db KT r

Apabila VG > 2 σσ2G menunjukkan nilai keragaman genetiknya luas,

sedangkan VG < 2 σσ2G menunjukkan nilai keragaman genetiknya sempit.

Nilai heritabilitas arti luas diduga dengan persamaan (Singh dan Chaudary 1979) :

h2bs =

Klasifikasi nilai heritabilitas ditetapkan sebagai berikut : rendah ( h2 bs ≤

20 %), sedang (20 % < h2 bs≤ 50%) dan tinggi (h2 bs > 50%) (Bahar dan Zen 1993).

Keerataan hubungan antar karakter dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson dilanjutkan dengan analisis lintasan berdasarkan persamaan simultan sebagai berikut (Singh dan Chaudhary 1979) :

py y Y P pp p p p p

r

r

r

C

C

C

r

r

r

r

r

r

r

r

r

2 1 2 1 2 1 2 22 21 1 12 11

Rx C Ry

Berdasarkan persamaan di atas, nilai C dapat dihitung menggunakan rumus: C

Keterangan :

Rx = matriks korelasi antar peubah bebas Rx-1 = invers matriks Rx

C = vektor koefisien lintasan yang menunjukkan pengaruh langsung setiap peubah bebas yang telah dibakukan terhadap peubah tak bebas

Ry = vektor koefisien korelasi antara peubah bebas Xi (i = 1, 2,…..p) dengan peubah tak bebas Y

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kemiripan Tanaman Tomat Berdasarkan Karakter Morfologi dan Agronomi

Analisis Komponen Utama

Penggunaan analisis komponen utama (AKU) bertujuan untuk mengelompokkan genotipe yang diamati dengan cara mereduksi karakter pengamatan yang cukup banyak menjadi beberapa komponen utama yang berdimensi lebih kecil dan saling bebas. Jumlah komponen utama yang terbentuk dapat dilihat dari nilai akar ciri. Menurut Santoso (2004), nilai akar ciri menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis. Nilai akar ciri yang valid dalam menghitung jumlah komponen utama yang terbentuk adalah lebih dari satu sehingga nilai yang kurang dari satu bisa diabaikan (Simamora 2005; Yunianti

et al. 2007; Maxisella et al. 2008; Bhartaya et al. 2011). Berdasarkan hal tersebut, terdapat delapan komponen utama yang merupakan hasil reduksi dari 32 karakter dan menerangkan keragaman sebesar 90.96 % (Lampiran 1).

Gambar 12 Pengelompokkan 15 genotipe tomat berdasarkan KU I dan KU II Jumlah komponen utama (KU) yang digunakan untuk menjelaskan keragaman pada karakter didasarkan pada proporsi kumulatif keragaman total (Yunianti et al. 2007; Mattjik dan Sumertajaya 2011). Berdasarkan proporsi kumulatif keragaman total maka tiga komponen utama dapat menjelaskan keragaman 32 karakter yang diamati sebesar 60.06 %. Karakter yang memiliki pengaruh terhadap keragaman genetik pada komponen utama yang terbentuk ditentukan dengan nilai vektor ciri. Jika nilai vektor ciri > 0.5 maka karakter

KU II

KU

(34)

tersebut berpengaruh terhadap keragaman (Yunianti et al. 2007; Maxisella et al.

2008).

Karakter yang berpengaruh pada KU I terdiri atas 16 karakter meliputi tipe daun, panjang pedisel, ukuran buah, depresi buah pada ujung tangkai buah, ukuran lapisan gabus disekeliling parut tangkai buah, ukuran bagian tengah buah dalam irisan melintang, bahu buah hijau sebelum masak, luas bahu buah hijau, intensitas warna hijau pada bahu buah, warna buah masak, jumlah buah per tanaman, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, panjang daun dan lebar daun. KU II terdiri atas 9 karakter meliputi tipe daun, lapisan absisi, panjang pedisel, irisan melintang, ukuran lapisan gabus di sekeliling parut tangkai buah, ukuran parut pada bekas tangkai putik, ukuran bagian tengah buah dalam irisan melintang, jumlah rongga buah dan warna buah masak. KU III terdiri atas tujuh karakter meliputi intenstitas warna hijau daun, bentuk buah dalam penampang membujur, bentuk ujung buah, jumlah rongga buah, intensitas warna hijau buah, bobot buah per tanaman dan kekerasan buah (Lampiran 2).

Genotipe yang diuji dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan KU I dan KU II dengan proporsi keragaman total sebesar 48.18 % (Gambar 12). Kelompok I terdiri atas tujuh genotipe meliputi IPBT1, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT58, IPBT83 dan IPBT84. Kelompok II terdiri atas tujuh genotipe meliputi IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 dan IPBT57. Kelompok III hanya satu genotipe yaitu IPBT80.

Gambar 13 Pengelompokkan 15 genotipe tomat berdasarkan KU I dan KU III Genotipe yang diuji dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok berdasarkan KU I dan KU III dengan proporsi keragaman total sebesar 43.37 % (Gambar 13). Kelompok I terdiri atas empat genotipe meliputi IPBT4, IPBT58, IPBT83 dan IPBT84. Kelompok II terdiri atas dua genotipe meliputi IPBT57 dan

KU III

KU

(35)

IPBT53. Kelompok III terdiri atas lima genotipe meliputi IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33 dan IPBT34. Kelompok IV terdiri atas tiga genotipe yaitu IPBT1, IPBT8 dan IPBT13. Kelompok V hanya satu genotipe yaitu IPBT80.

Gambar 14 Pengelompokkan 15 genotipe tomat berdasarkan KU II dan KU III Berdasarkan KU II dan KU III dengan proporsi keragaman total sebesar 28.55 %, diperoleh empat kelompok (Gambar 14). Kelompok I terdiri atas enam genotipe meliputi IPBT4, IPBT53, IPBT57, IPBT58, IPBT83 dan IPBT84. Kelompok II hanya satu genotipe yaitu IPBT80. Kelompok III terdiri atas lima genotipe meliputi IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34. Kelompok IV terdiri atas tiga genotipe meliputi IPBT1, IPBT8 dan IPBT13.

Analisis Gerombol

Penggunaan analisis gerombol ditujukan untuk mengelompokkan data (pengamatan) ke dalam beberapa kelas (gerombol) dengan kriteria pengelompokan berdasarkan pada ukuran ketidakmiripan (Yunianti et al. 2007; Nisya 2010). Karakteristik pengamatan dalam suatu gerombol memiliki tingkat ketidakmiripan yang rendah, sedangkan antar gerombol memiliki tingkat ketidakmiripan yang tinggi (Mattjik dan Sumertajaya 2011). Ketidakmiripan antar objek dapat diukur dengan menggunakan ukuran jarak seperti jarak euclid (akar ciri) (Lampiran 3), semakin dekat atau kecil jarak euclid antar genotipe menandakan semakin mirip genotipe tersebut (Yunianti et al. 2007; Mattjik dan Sumertajaya 2011). IPBT1 dengan IPBT8 memiliki jarak euclid terkecil yaitu 13.57, sedangkan jarak euclid terbesar adalah IPBT30 dengan IPBT80 yaitu 145.24. Berdasarkan jarak euclid maka IPBT1 dengan IPBT8 memiliki ketidakmiripan yang rendah, sedangkan IPBT30 dengan IPBT80 memiliki ketidakmiripan yang tinggi. Ketidakmiripan yang tinggi dan rendah tercermin pada dendogram yang disajikan di Gambar 15. Nilai 0 – 25 pada dendogram menunjukkan penskalaan berdasarkan jarak euclid. Penggerombolan genotipe

KU III

KU

(36)
[image:36.595.107.461.122.439.2]

yang semakin ke arah 0 menandakan genotipe tersebut memiliki kemiripan genetik yang tinggi atau ketidakmiripan yang rendah.

Gambar 15 Dendogram hasil analisis 15 genotipe tanaman tomat

Analisis gerombol yang dilakukan pada 15 genotipe tanaman tomat menggunakan 32 karakter. Nilai ketidakmiripan (jarak euclid) pada dendogram merupakan penskalaan dari jarak euclid asli (Lampiran 3), sebagai contoh IPBT58 dengan IPBT83 memiliki jarak euclid sebesar 30.84 dan IPBT3 dengan IPBT53 memiliki jarak euclid sebesar 30.36. Berdasarkan jarak euclid asli tersebut dibuat penskala dengan nilai maksimum jarak euclid sebesar 25 seperti pada dendogram (Gambar 15) sehingga jarak euclid antara IPBT58 dengan IPBT83 dan IPBT3 dengan IPBT53 sebesar 5. Pada nilai ketidakmiripan (jarak euclid) 15, semua genotipe yang diuji dapat dikelompokkan menjadi tiga gerombol. Gerombol I terdiri atas tujuh genotipe meliputi IPBT1, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT58, IPBT83 dan IPBT84. Gerombol II terdiri atas tujuh genotipe meliputi IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 dan IPBT57. Gerombol III hanya satu genotipe yaitu IPBT80. Pengelompokkan tersebut sama dengan pengelompokkan yang dihasilkan oleh KU I dan KU II.

Keragaan Tanaman Tomat di Dataran Rendah

Keragaan 15 Genotipe Tanaman Tomat

Keragaan tanaman tomat menjadi indikator menilai genotipe tersebut berdaya hasil tinggi di dataran rendah. Genotipe berpengaruh sangat nyata pada uji F untuk karakter tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, panjang dan diameter

I

II

III

(37)
[image:37.595.108.511.199.471.2]

buah, tebal daging buah, jumlah rongga buah, rasio panjang dengan diameter, umur panen, ukuran buah, bobot per buah dan jumlah buah per tanaman, sedangkan genotipe memiliki pengaruh yang nyata untuk karakter bobot buah per tanaman. Selain itu, genotipe tidak berpengaruh nyata untuk karakter umur berbunga, kekerasan buah, kadar air dan padatan total terlarut (Tabel 2).

Tabel 2 Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe karakter-karakter tanaman tomat pada 15 genotipe tomat

Karakter Koefisien keragaman KT genotipe

Tinggi tanaman 12.03 279.753**

Panjang daun 8.82 32.309**

Lebar daun 12.06 26.656**

Umur berbunga 8.20 11.603tn

Umur panen 5.37 42.383**

Panjang buah 9.15 217.146**

Diameter buah 6.79 157.779**

Ukuran buah 7.30 169.040**

Rasio panjang dengan diameter 6.45 0.045**

Tebal daging buah 16.40 3.500**

Jumlah rongga buah 21.67 5.493**

Kekerasan buah 27.41 0.345tn

Kadar air 1.33 2.729tn

Padatan total terlarut 8.70 0.311tn

Bobot per buah 14.16 5.143**

Jumlah buah per tanaman 12.62 16.021**

Bobot buah per tanaman 26.75 201534.750*

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata, tn = tidak berpengaruh nyata dan KT = kuadrat tengah

(38)
[image:38.595.66.485.77.781.2]

Tabel 3 Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada 15 genotipe tomat

Genotipe Karakter

TT (cm) PD (cm) LD (cm)

IPB T1 57.87 def 29.59 b-e 21.81 bc

IPB T3 64.94 b-e 29.81 b-e 21.65 bc

IPB T4 45.44 f 30.43 b-e 19.51 c

IPB T8 73.93 abc 28.30 cde 20.75 bc

IPB T13 72.02 a-d 25.48 e 18.81 c

IPB T23 62.18 cde 26.59 de 19.17 c

IPB T30 55.30 ef 26.76 de 19.50 c

IPB T33 64.81 b-e 29.53 b-e 22.62 bc

IPB T34 69.52 a-e 31.09 a-d 18.50 c

IPB T53 66.33 b-e 26.94 de 19.92 c

IPB T57 59.00 cdf 29.15 b-e 19.34 c

IPB T58 79.42 ab 35.72 a 25.10 ab

IPB T80 58.27 def 34.15 ab 25.13 ab

IPB T83 82.90 a 35.92 a 28.12 a

IPB T84 68.29 a-e 32.98 abc 25.55 ab

[image:38.595.85.482.439.692.2]

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%, TT = tinggi tanaman, PD = panjang daun dan LD = lebar daun

Tabel 4 Keragaan panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, jumlah rongga buah dan rasio panjang dengan diameter buah pada 15 genotipe tomat

Genotipe Karakter

PB (cm) DB (cm) TDB (mm) JRB (lokul) RPD IPB T1 4.10 bc 4.82 a 4.56 cd 6.70 a 0.86 c IPB T3 3.03 de 3.14 ef 4.40 cd 2.33 d 0.97 bc IPB T4 4.74 a 4.79 a 5.20 bc 2.80 cd 0.99 b IPB T8 4.06 bc 4.44 ab 4.55 cd 5.54 b 0.91 bc IPB T13 3.99 bc 4.36 ab 4.81 cd 3.57 c 0.92 bc IPB T23 2.90 e 2.62 g 2.69 e 2.30 d 0.95 bc IPB T30 2.72 e 2.77 fg 3.59 de 2.27 d 0.98 b IPB T33 2.90 e 3.15 ef 3.66 de 2.43 cd 0.92 bc IPB T34 3.52 cd 3.51 de 4.22 cd 2.97 cd 1.00 b IPB T53 2.89 e 3.02 fg 3.39 de 2.17 d 0.96 bc IPB T57 3.57 cd 3.74 cd 4.38 cd 2.47 cd 0.96 bc IPB T58 4.90 a 4.00 bc 5.67 abc 2.20 d 1.23 a IPB T80 4.58 ab 4.52 a 6.68 a 2.20 d 1.01 b IPB T83 4.78 a 3.75 cd 5.35 abc 2.23 d 1.27 a IPB T84 4.83 a 4.02 bc 6.23 ab 2.30 d 1.20 a

(39)

Genotipe IPBT58, IPBT84, IPBT83 dan IPBT4 adalah genotipe yang memiliki panjang buah yang lebih panjang dibandingkan genotipe lainnya kecuali genotipe IPBT80. Diameter buah 15 genotipe yang diamati berkisar 2.62-4.82 cm. Genotipe IPBT1, IPBT4, IPBT80, IPBT8, IPBT13 memiliki lebar buah yang lebih lebar dibandingkan IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53, IPBT57 dan IPBT83. Tebal daging buah menjadi salah satu kualitas buah tomat (Purwati 2007). Menurut Suryadi et al. (2004), kriteria tebal daging buah tomat yang baik adalah 4 mm sehingga genotipe yang termasuk kriteria baik untuk karakter tebal daging buah adalah IPBT1, IPBT3, IPBT4, IPBT8, IPBT13, IPBT34, IPBT57, IPBT58, IPBT80, IPBT83 dan IPBT84. Genotipe IPBT80, IPBT84, IPBT58 dan IPBT83 merupakan genotipe yang memiliki tebal daging buah yang lebih tebal dibandingkan genotipe IPBT23, IPBT30, IPBT33 dan IPBT53 (Tabel 4).

Karakter jumlah rongga buah pada 15 genotipe yang diamati berkisar 2.20-6.70 lokul. Genotipe IPBT1 merupakan genotipe yang memiliki jumlah rongga buah terbanyak di antara genotipe lainnya, diikuti dengan genotipe IPBT8 dan IPBT13. Genotipe yang memiliki jumlah rongga buah yang sedikit adalah IPBT3, IPBT23, IPBT30, IPBT53, IPBT58, IPBT80, IPBT83 dan IPBT84. Karakter rasio panjang dengan diameter merupakan karakter yang menunjukkan bentuk buah pada tanaman tomat. Secara umum bentuk buah bulat pada tanaman tomat diperoleh apabila rasionya sama dengan satu, apabila nilai rasionya kurang dari satu maka bentuk buah yang akan terbentuk adalah bentuk gepeng. Genotipe yang memiliki nilai rasionya lebih dari satu maka bentuk buah yang akan terbentuk adalah buah lonjong. Genotipe yang memiliki nilai rasio panjang dengan diameter sama dengan satu memiliki bentuk buah yang bulat yaitu IPBT34, selanjutnya genotipe yang sama dengan IPBT34 adalah IPBT30, IPBT80 dan IPBT4. Berbeda hal dengan genotipe IPBT83, IPBT84 dan IPBT58 yang memiliki nilai rasio yang lebih dari satu dan berbeda dari genotipe lainnya menunjukkan ketiga genotipe tersebut memiliki bentuk buah yang lonjong, sedangkan bentuk buah yang gepeng ditemukan pada populasi yang ditanam yaitu IPBT1 (Tabel 4).

Umur panen genotipe IPBT13, IPBT33, IPBT34 dan IPBT53 lebih cepat dibandingkan dengan genotipe IPBT4, IPBT58 dan IPBT80. Ukuran buah merupakan salah satu karakter keunggulan pada tanaman tomat. Ukuran buah tomat yang besar menjadi prioritas untuk bahan baku produk industri olahan tomat. Genotipe IPBT4, IPBT1, IPBT8, IPBT58, IPBT80, IPBT83 dan IPBT84 memiliki ukuran buah yang lebih besar dibandingkan IPBT23, IPBT30, IPBT33, IPBT34, IPBT53 dan IPBT57. Genotipe yang memiliki ukuran buah yang lebih besar umumnya memiliki bobot per buah yang berat. Genotipe yang memiliki ukuran buah yang besar dan bobot per buah yang lebih berat adalah IPBT1 dan IPBT4, sedangkan genotipe yang memiliki ukuran buah yang kecil dan bobot per buah yang lebih ringan adalah IPBT23, IPBT30, IPBT33 dan IPBT53 (Tabel 5).

(40)

bobot per buah yang lebih berat menunjukkan bahwa jumlah buah per tanaman lebih sedikit dari genotipe-genotipe dengan karakter sebaliknya. Genotipe IPBT1 dan IPBT83 merupakan genotipe yang berdaya hasil tinggi dibandingkan dengan genotipe IPBT4, IPBT23, IPBT30, IPBT53 dan IPBT57. Hal ini menunjukkan karakter jumlah buah per tanaman yang banyak pada suatu genotipe tidak menghasilkan bobot buah per tanaman yang lebih berat karena genotipe yang jumlah buah per tanaman lebih banyak memiliki ukuran buah dan bobot per buah yang kecil sehingga target pemuliaan yang akan dicapai ada dua hal yaitu (1) perbaikan genotipe pada kelompok I yang bertujuan untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki ukuran dan bobot per buah besar serta jumlah buah per tanaman yang lebih banyak sehingga dapat menghasilkan bobot buah per tanaman yang tinggi dan (2) perbaikan genotipe kelompok II yang bertujuan untuk mendapatkan genotipe berukuran buah kecil dengan jumlah buah per tanaman yang lebih banyak (Tabel 5).

Tabel 5 Keragaan umur panen, ukuran buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman pada 15 genotipe tomat

Genotipe Karakter

UP (hst) UKB (cm) BPB (g) JBPT (buah) BBPT (g) IPB T1 55.00 cd 4.46 ab 39.94 a 43.45 bcd 1696.36 a IPB T3 52.67 cd 3.09 de 10.64 ef 104.24 a 1081.30 bc IPB T4 63.50 a 4.76 a 38.17 a 23.44 d 884.32 c IPB T8 53.67 cd 4.25 ab 27.78 a-d 45.13 bcd 1268.03 abc IPB T13 51.33 d 4.18 b 29.07 abc 50.17 bc 1470.63 abc IPB T23 52.67 cd 2.56 f 6.60 f 145.90 a 933.80 c IPB T30 52.00 cd 2.75 ef 7.27 f 126.29 a 914.62 c IPB T33 51.67 d 3.03 ef 9.13 f 134.82 a 1170.60 abc IPB T34 51.33 d 3.52 cd 17.33 de 69.43 b 1204.53 abc IPB T53 51.33 d 2.95 ef 8.16 f 113.32 a 915.97 c IPB T57 56.00 cd 3.65 c 20.25 cd 45.47 bcd 906.45 c IPB T58 61.67 ab 4.45 ab 32.99 ab 31.80 cd 994.98 bc IPB T80 57.67 bc 4.55 ab 31.83 abc 37.28 cd 1217.29 abc IPB T83 55.33 cd 4.26 ab 28.05 a-d 56.98 bc 1593.83 ab IPB T84 53.67 cd 4.43 ab 23.36 bd 54.13 bc 1231.60 abc

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%, UP = umur panen, UKB = ukuran buah, BPB = bobot per buah, JBPT = jumlah buah per tanaman dan BBPT = bobot buah per tanaman

(41)
[image:41.595.107.508.210.484.2]

kadar air, padatan total terlarut dan bobot buah per tanaman kelompok I tidak berbeda nyata terhadap kelompok II. Hal ini menunjukkan kelompok I memiliki ciri-ciri lebar daun yang lebih lebar, umur panen yang lebih lama, panjang buah yang lebih panjang, diameter buah yang lebih lebar, ukuran buah yang lebih besar, rasio panjang dengan diameter yang lebih besar, jumlah rongga buah yang lebih banyak, bobot per buah yang lebih berat dan jumlah buah per tanaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok II.

Tabel 6 Nilai tengah masing-masing kelompok terhadap semua karakter tomat

Karakter Nilai Tengah

Kelompok I Kelompok II

Tingg

Gambar

Gambar 15  Dendogram hasil analisis 15 genotipe tanaman tomat
Tabel 2  Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe karakter-karakter tanaman tomat pada 15 genotipe tomat
Tabel 3  Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada 15 genotipe
Tabel 6  Nilai tengah masing-masing kelompok terhadap semua karakter tomat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan ciri-ciri anak saleh maka dapat dipahami bahwa anak saleh adalah anak yang memiliki kriatirial yang berbeda dengan anak-anak biasa. Dimana anak saleh bisa

Materi yang digunakan dalam penelitian 22 ekor induk sapi potong (12 ekor induk sapi SimPO, 10 ekor induk sapi LimPO) yang di- flushing dan 27 ekor induk sapi potong

Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain:(1) mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi hormon gonadotropin pada medium maturasi in vitro tidak meningkatkan angka maturasi oosit dan perkembangan embrio 4

Dalam adat rimba, yang membedakan antara rumah yang masih ada aturan dan tidak ada aturan (tidak dihuni) adalah atapnya. Bila rumah godong tersebut masih ada atapnya, maka

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti telah lakukan pada SMK Wikarya Karanganyar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) ada pengaruh yang signifikan

berkemungkinan mempunyai dua fungsi penggunaan iaitu sebagai rujukan kepada ganti nama orang pertama mufrad [+GND1 mufrad] ataupun rujukan yang melibatkan dunia

berulang-ulang dan melihat hasil setelah perlakuan (Sunanto dkk, 2007: 26). Data bersumber pada anak Down syndrome kelas VII melalui observasi langsung kemudian