• Tidak ada hasil yang ditemukan

Genotipe Tomat Hibrida Daya Hasil Tinggi di Dataran Rendah Abstrak

Keragaan tanaman tomat hibrida dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai hibrida tersebut berdaya hasil tinggi di dataran rendah. Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan F1 hasil persilangan dengan varietas hibrida komersial dataran rendah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2013 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor. Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Total hibrida yang diuji 33 hibrida yang terdiri atas 30 hibrida hasil persilangan dan tiga hibrida komersial sebagai pembanding. Hasil percobaan menunjukkan lima F1 persilangan yang memiliki keragaan lebih baik dari hibrida komersil. Hibrida IPBT1 × IPBT13, IPBT84 × IPBT1, IPBT1 × IPBT84 dapat direkomendasikan sebagai calon varietas hibrida daya hasil tinggi di dataran rendah. Hibrida IPBT33 × IPBT30 dan IPBT30 × IPBT33 dapat direkomendasikan sebagai calon varietas hibrida tomat kecil di dataran rendah. Kata kunci : dataran rendah, hibrida, karakter, tomat, varietas pembanding

Abstract

The performance of hybrid tomato plants can be used as indicators assessing the high yield hybrid at lowlands. The objective of this research was to compare the F1 hybrids from crosses to commercial varieties at lowlands. The experiment was conducted at Leuwikopo Experimental Field Station Bogor Agriculture University, Darmaga, Bogor from March until August 2013. The experiment used randomized complete block design (RCBD) with three replications. Number of hybrid was used 33 hybrids, consist of 30 hybrids from crosses and three commercial hybrids for comparison. The result showed five F1

crosses have better performance than commercial hybrids. Hybrid IPBT1 × IPBT13, IPBT84 × IPBT1, IPBT1 × IPBT84 can be recommended as the

potential high yield varieties at lowlands. Hybrid IPBT33 × IPBT33 and IPBT30 × IPBT30 can be recommended as the candidate for small tomatoes hybrid varieties at lowlands.

Keywords : character, hybrid, hybrids for comparison, lowland, tomato,

PENDAHULUAN

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia dan memiliki kegunaan, baik sebagai sayuran maupun sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, sepanjang tahun 2000 – 2010 total produksi tomat nasional telah meningkat dari 593 392 ton thn-1 menjadi 891 616 ton thn-1. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 891 616 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar 483 991 ton (BPS 2012).

Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul. Di samping itu, perluasan areal tanam juga diperlukan agar peningkatan

produksi lebih maksimal. Budidaya tanaman tomat di Indonesia banyak dilakukan di dataran tinggi. Terdapat beberapa kendala penanaman di dataran tinggi yaitu kompetisi dengan komoditas tanaman lain dan sebagian wilayah dataran tinggi merupakan wilayah konservasi sehingga perluasan areal tanam di dataran tinggi sulit terealisasi. Oleh sebab itu, perluasan areal tanam ke dataran yang lebih rendah menjadi sasaran budidaya ke depannya. Penanaman yang dilakukan di dataran rendah memiliki kendala berupa varietas yang berdaya hasil tinggi belum tersedia.

Purwati (2007) menyatakan hasil rata-rata tanaman tomat di dataran rendah umumnya sangat rendah yaitu 6 ton ha-1, sedangkan di dataran tinggi dapat mencapai 26.6 ton ha-1. Produksi yang tinggi di dataran tinggi disebabkan dominasi penanaman tomat yang intensif dan hampir 90 % menggunakan benih hibrida, sedangkan pada dataran rendah tidak tersedia varietas unggul yang berdaya hasil tinggi. Oleh karena itu, perakitan varietas hibrida tomat berdaya hasil tinggi di dataran rendah masih sangat dibutuhkan. Syarat pokok pembentukan varietas hibrida komersial adalah lebih unggul dari varietas hibrida komersial yang sudah ada (Syukur et al. 2012) sehingga keragaan hibrida yang akan dirakit harus memiliki keunggulan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dibandingkan varietas komersial yang sudah ada. Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan F1 hasil persilangan dengan varietas hibrida komersial dataran rendah.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2013 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga Bogor (230 m dpl). Bahan tanaman yang digunakan adalah 30 genotipe tomat hibrida dan tiga varietas hibrida komersial untuk dataran rendah yaitu Fortuna 23 (PT. BISI Internasional Tbk), Permata (PT. East West Seed Indonesia) dan New Mutiara (CV. Aditya Sentana Agro).

Percobaan dilakukan dengan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu genotipe tomat hibrida yang terdiri atas 33 genotipe dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 99 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman dan hanya 10 tanaman yang dijadikan tanaman contoh. Model linier dalam analisis ragam adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007) :

Yij = µ+ αi+ βj +ɛij Keterangan:

Yij = nilai fenotipe pada perlakuan ke-i dan kelompok ke- j

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh genotipe ke- i(1, 2, 3, …, 33) βj = pengaruh kelompok ke- j (1, 2, 3) ɛij = galat percobaan

Kegiatan percobaan pertama diawali dengan penyemaian. Benih disemai sebanyak dua butir per lubang tray yang berisi media semai steril. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan satu minggu sekali setelah bibit berumur dua minggu setelah semai menggunakan pupuk NPK

(16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 air yang diaplikasikan dengan cara mengocorkan pada pangkal bibit.

Pengolahan lahan dan pembuatan bedengan dilakukan bersamaan saat kegiatan penyemaian. Penanaman dilakukan setelah bibit tomat berumur 30 hari setelah semai. Petak bedengan dibuat dengan ukuran 5 m  1 m untuk setiap satuan percobaan dengan jarak antar bedengan 50 cm. Selanjutnya setiap bedengan diberi pupuk kandang sebanyak 20 kg dan kapur 0.5 kg. Setelah pemberian pupuk kandang selama dua minggu, bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan dibuat lubang menggunakan cemplong dengan jarak 50 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan jumlah tanaman satu tanaman per lubang tanam. Penyulaman bibit dilakukan satu minggu setelah tanam.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, pemberian pestisida dan penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan sebanyak 20 l bedengan-1 atau sampai keadaan tanah menjadi lembab. Pemupukan dilakukan setiap satu minggu sekali setelah tanaman berumur satu minggu setelah tanam (1 MST) menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 sebanyak 250 ml tan-1. Penyemprotan pestisida dilakukan dua minggu sekali dengan menggunakan fungisida berbahan aktif mancozeb 80 % dan propinep 70 % dengan konsentrasi 2 g l-1, insektisida berbahan aktif profenofos 500 g l-1 dengan konsentrasi 2 ml l-1 dan akarisida berbahan aktif dikofol dengan konsentrasi 2 ml l-1. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pemanenan dilakukan dengan kriteria buah sudah berwarna kuning kemerah-merahan dan dilakukan setiap dua kali seminggu selama enam minggu.

Karakter yang diamati meliputi karakter-karakter vegetatif dan generatif (kualitas dan kuantitas) tanaman tomat. Karakter vegetatif meliputi :

1. Tinggi tanaman (cm), diamati pada umur enam MST yang diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi.

2. Panjang daun (cm), diamati pada umur enam MST pada daun yang berada pada 1/3 bagian tanaman, panjang daun diukur dari pangkal daun hingga ujung daun.

3. lebar daun (cm), diamati pada umur enam MST pada daun yang berada pada 1/3 bagian tanaman, diameter daun diukur pada bagian terlebar.

Karakter generatif (kualitas dan kuantitas) buah tomat :

1. Umur berbunga (hst), dihitung setelah 50 % populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari berbunga, yaitu apabila bunga ketiga pada tandan kedua mekar sempurna.

2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.

3. Diameter buah (cm), diukur pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.

4. Ukuran buah (cm), diukur dengan rumus menurut Purwati (2008) yaitu : ukuran buah =

5. Bobot per buah (g), diukur dengan menimbang satu per satu buah sebanyak 10 buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat setiap bedengan kemudian dirata-ratakan.

6. Tebal daging buah (mm), diukur dengan merata-ratakan bagian terlebar dan tersempit pada buah yang dibelah secara melintang terhadap 10 buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat setiap bedengan.

7. Jumlah rongga buah (lokul), diukur pada 10 buah yang dipanen pada panen kedua hingga keempat dengan merata-ratakan jumlah lokul yang terbentuk dari setiap buah yang diamati.

8. Kekerasan buah (cm kg-1), dihitung menggunakan alat handpenetrometer. 9. Kadar air (%), dihitung setelah mengeringkan buah tomat selama dua hari di

oven dengan suhu 80o, selanjutnya kadar air dihitung dengan rumus : Kadar air (%) =

100 %

10.Padatan total terlarut (obrik), dihitung menggunakan alat refraktometer.

11.Jumlah buah layak (buah), dihitung setiap kali panen dengan merata-ratakan jumlah buah layak pasar yang dipanen setiap tanaman.

12.Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung setiap kali panen dengan merata- ratakan jumlah buah yang dipanen pada setiap tanaman.

13.Bobot buah layak (g), dihitung setiap kali panen dengan merata-ratakan bobot buah layak pasar yang dipanen setiap tanaman.

14.Bobot buah per tanaman (g), dihitung setiap kali panen dengan merata-ratakan bobot buah yang dipanen setiap tanaman.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SAS 9. Karakter yang diamati pada tiap genotipe dianalisis menggunakan uji F. Jika genotipe berpengaruh nyata dilakukan uji nilai tengah Dunnet 5% untuk membandingkan hibrida hasil persilangan dengan varietas pembanding melalui persamaan berikut (Steel dan Torrie 1989) :

D = t Dunnet SYi-Yj ; SYi-Yj = √

Keterangan :

D = nilai beda perlakuaan Dunnet antara pembanding dengan perlakuaan t Dunnet = nilai tabel t Dunnet

SYi-Yj = beda dua nilai tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan tanaman tomat hibrida menjadi indikator menilai hibrida tersebut berdaya hasil tinggi di dataran rendah. Genotipe berpengaruh sangat nyata pada uji F untuk karakter tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, panjang dan diameter buah, bobot per buah, jumlah rongga buah, tebal daging buah, padatan total terlarut, kekerasan buah, ukuran buah, jumlah buah layak, jumlah buah per tanaman, bobot buah layak dan bobot buah per tanaman, sedangkan untuk karakter umur berbunga dan kadar air, genotipe memiliki pengaruh yang tidak nyata (Tabel 32).

Keragaaan karakter tinggi tanaman, panjang dan lebar daun disajikan pada Tabel 33. Karakter tinggi tanaman, panjang dan lebar daun merupakan karakter vegetatif yang berperan dalam proses fotosistesis. Semakin panjang dan lebar daun maka semakin luas permukaan daun untuk melakukan proses fotosintesis. Di samping itu, luas permukaan daun yang luas menunjukkan kebutuhan ruang tumbuh pada tanaman juga luas agar antar tanaman tidak saling tumpang tindih daunnya sehingga pemanfaatan cahaya matahari untuk fotosintesis lebih optimal. Berdasarkan nilai tengah tinggi tanaman, hibrida IPBT1 × IPBT8, IPBT8 × IPBT1, IPBT13 × IPBT1, IPBT13 × IPBT8 dan IPBT30 × IPBT1 memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan Permata dan Fortuna 23, selanjutnya hibrida IPBT8 × IPBT13, IPBT8 × IPBT30, IPBT8 × IPBT84, IPBT30 × IPBT8 memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan Fortuna 23.

Tabel 32 Nilai koefisien keragaman dan kuadrat tengah genotipe karakter- karakter tanaman tomat terhadap 33 hibrida tomat

Karakter Koefisien keragaman KT genotype

Tinggi tanaman 10.10 393.6105** Panjang daun 5.47 23.3142** Lebar daun 5.75 23.1180** Umur berbunga 11.88 25.1951tn Panjang buah 6.48 135.4509** Diameter buah 6.67 113.2971**

Bobot per buah 16.90 717.1723**

Jumlah rongga buah 14.93 3.1509**

Tebal daging buah 8.71 2.0829**

Padatan total terlarut 5.04 0.2609**

Kekerasan buah 18.21 0.1754**

Kadar air 1.56 2.9153tn

Ukuran buah 6.35 117.4548**

Jumlah buah layak 27.48 1682.2568**

Jumlah buah per tanaman 26.20 2209.6309**

Bobot buah layak 16.11 153374.9260**

Bobot buah per tanaman 15.21 267250.0710**

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata, tn = tidak berpengaruh nyata

Hibrida hasil persilangan memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dari

New Mutiara berjumlah 14 hibrida yaitu hibrida IPBT1 × IPBT30, IPBT8 × IPBT33, IPBT13 × IPBT30, IPBT13 × IPBT33, IPBT13 × IPBT84,

IPBT30 × IPBT33, IPBT30 × IPBT84, IPBT33 × IPBT1, IPBT33 × IPBT8, IPBT33 × IPBT13, IPBT33 × IPBT84, IPBT84 × IPBT13, IPBT84 × IPBT30 dan

IPBT84 × IPBT33. Hibrida IPBT8 × IPBT1, IPBT13 × IPBT8 dan IPBT30 × IPBT13 memiliki panjang dan lebar daun yang lebih pendek

dibandingkan Fortuna 23 dan New Mutiara. Hibrida IPBT1 × IPBT8, IPBT1 × IPBT30, IPBT1 × IPBT33, IPBT8 × IPBT30, IPBT8 × IPBT84, IPBT13 × IPBT1, IPBT13 × IPBT33, IPBT30 × IPBT33 dan IPBT84 × IPBT33 memiliki panjang dan lebar daun yang lebih pendek dari New Mutiara. Hibrida

IPBT1 × IPBT84, IPBT13 × IPBT30, IPBT13 × IPBT84, IPBT30 × IPBT84, IPBT33 × IPBT1, IPBT33 × IPBT84, IPBT84 × IPBT1, IPBT84 × IPBT13 dan IPBT84 × IPBT30 memiliki panjang daun yang lebih panjang dibandingkan Permata, sedangkan untuk karakter lebar daun hibrida yang memiliki lebar daun yang lebih lebar dibandingkan Permata adalah IPBT30 × IPBT8, IPBT33 × IPBT1, IPBT33 × IPBT13, IPBT33 × IPBT30, IPBT33 × IPBT84, IPBT84 × IPBT1 dan IPBT84 × IPBT13.

Tabel 33 Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada 33 hibrida tomat Genotipe Karakter TT (cm) PD (cm) LD (cm) IPBT1 × IPBT8 62.70 ab 24.22 c 20.38 c IPBT1 × IPBT13 86.70 23.54 c 18.60 bc IPBT1 × IPBT30 90.89 c 24.75 c 21.50 c IPBT1 × IPBT33 79.55 23.73 c 19.62 c IPBT1 × IPBT84 78.61 29.49 a 21.64 c IPBT8 × IPBT1 60.20 ab 21.88 bc 18.60 bc IPBT8 × IPBT13 74.61 b 23.93 c 23.13 ac IPBT8 × IPBT30 77.19 b 24.22 c 22.08 c IPBT8 × IPBT33 88.94 c 24.13 c 17.93 bc IPBT8 × IPBT84 75.88 b 24.29 c 21.65 c IPBT13 × IPBT1 72.80 ab 23.65 c 20.70 c IPBT13 × IPBT8 68.85 ab 21.34 bc 18.94 bc IPBT13 × IPBT30 89.78 c 26.79 a 23.18 ac IPBT13 × IPBT33 90.75 c 25.18 c 22.19 c IPBT13 × IPBT84 100.06 c 28.26 a 23.18 ac IPBT30 × IPBT1 72.36 ab 30.80 ab 21.97 c IPBT30 × IPBT8 77.30 b 26.02 ac 24.23 a IPBT30 × IPBT13 80.88 21.14 bc 19.05 bc IPBT30 × IPBT33 91.90 c 25.36 c 20.20 c IPBT30 × IPBT84 94.80 c 29.62 a 29.24 ab IPBT33 × IPBT1 93.66 c 27.92 a 23.44 a IPBT33 × IPBT8 95.52 c 22.87 bc 20.03 c IPBT33 × IPBT13 101.90 c 26.29 ac 25.05 a IPBT33 × IPBT30 85.11 25.58 ac 24.07 a IPBT33 × IPBT84 91.50 c 29.36 a 25.92 a IPBT84 × IPBT1 78.09 29.81 a 23.91 a IPBT84 × IPBT8 84.30 24.96 c 22.81 ac IPBT84 × IPBT13 101.22 c 28.53 a 24.74 a IPBT84 × IPBT30 88.81 c 29.15 a 28.23 ab IPBT84 × IPBT33 96.34 c 23.72 c 20.93 c Permata 95.36 21.91 19.13 Fortuna23 99.44 26.68 22.72 New Mutiara 66.04 30.34 26.56

Keterangan : Angaka-angka yang diikuti dengan huruf a, b dan c berturut-turut berbeda nyata dengan Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara berdasarkan uji Dunnett pada taraf 5%, TT = tinggi tanaman, PD = panjang daun, LD = diameter daun

Keragaan karakter panjang buah, diameter buah, bobot per buah dan ukuran buah disajikan pada Tabel 34. Hibrida-hibrida yang diuji memiliki panjang

buah berkisar 2.75-5.13 cm, sedangkan hibrida pembanding memiliki panjang buah berkisar 4.49-5.55 cm. Berdasarkan Tabel 34 hibrida yang diuji tidak ada yang memiliki panjang buah yang lebih panjang dibandingkan tiga pembanding (Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara), hibrida IPBT1 × IPBT84 dan IPBT84 × IPBT1 tidak berbeda nyata dengan tiga pembanding sehingga dua hibrida tersebut memiliki panjang buah yang sama dengan pambanding.

Tabel 34 Keragaan panjang buah, diameter buah, bobot per buah dan ukuran buah pada 33 hibrida tomat

Genotipe Karakter

PB (cm) DB (cm) BPB (g) UKB (cm)

IPBT1 × IPBT8 4.56 b 4.85 57.26 4.70

IPBT1 × IPBT13 4.58 b 5.05 c 61.94 c 4.82

IPBT1 × IPBT30 3.60 abc 4.06 b 32.30 ab 3.83 ab

IPBT1 × IPBT33 3.34 abc 3.61 ab 24.13 abc 3.47 abc

IPBT1 × IPBT84 5.02 5.00 c 67.07 ac 5.01

IPBT8 × IPBT1 4.50 b 5.06 c 59.98 c 4.78

IPBT8 × IPBT13 4.23 ab 4.30 42.82 4.27 b

IPBT8 × IPBT30 3.48 abc 3.41 abc 23.08 abc 3.45 abc

IPBT8 × IPBT33 3.35 abc 3.54 abc 24.27 3.45 abc

IPBT8 × IPBT84 4.58 b 4.25 45.08 abc 4.41

IPBT13 × IPBT1 4.46 b 4.72 53.90 4.59

IPBT13 × IPBT8 4.10 ab 4.39 b 41.75 b 4.25 ab

IPBT13 × IPBT30 3.88 ab 3.98 b 33.66 b 3.93 b

IPBT13 × IPBT33 3.45 abc 3.54 abc 24.30 abc 3.50 abc

IPBT13 × IPBT84 4.29 ab 4.32 43.34 4.30

IPBT30 × IPBT1 3.50 abc 3.85 29.85 ab 3.68 abc

IPBT30 × IPBT8 3.43 abc 3.64 ab 25.78 abc 3.54 abc

IPBT30 × IPBT13 3.66 bc 3.91 b 31.10 ab 3.78 ab

IPBT30 × IPBT33 2.75 abc 2.84 abc 12.28 abc 2.80 abc

IPBT30 × IPBT84 3.65 abc 3.44 abc 24.30 abc 3.54 abc

IPBT33 × IPBT1 3.73 abc 4.00 b 32.56 ab 3.86 ab

IPBT33 × IPBT8 3.46 abc 3.72 b 26.77 abc 3.59 abc

IPBT33 × IPBT13 3.55 abc 3.68 ab 26.67 abc 3.62 abc

IPBT33 × IPBT30 2.87 abc 3.01 abc 16.94 abc 2.94 abc

IPBT33 × IPBT84 3.64 abc 3.27 abc 21.97 abc 3.45 abc

IPBT84 × IPBT1 5.13 5.03 c 68.92 ac 5.08 c

IPBT84 × IPBT8 4.62 b 4.37 47.87 4.49

IPBT84 × IPBT13 4.45 b 4.45 47.03 4.45

IPBT84 × IPBT30 3.53 abc 3.45 abc 23.55 abc 3.49 abc

IPBT84 × IPBT33 3.86 ab 3.53 abc 26.34 abc 3.69 abc

Permata 5.08 4.39 49.44 4.73

Fortuna23 5.55 4.84 58.69 5.19

New Mutiara 4.49 4.29 43.62 4.39

Keterangan : Angaka-angka yang diikuti dengan huruf a, b dan c berturut-turut pada kolom yang sama berbeda nyata dengan Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara berdasarkan uji

Dunnett pada taraf 5%, PB = panjang buah, DB = diameter buah, BPB = bobot per buah UKB = ukuran buah

Hibrida yang memiliki panjang buah yang lebih pendek dari tiga hibrida pembanding (Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara) adalah IPBT1 × IPBT30,

IPBT1 × IPBT33, IPBT8 × IPBT30, IPBT8 × IPBT33, IPBT13 × IPBT33, IPBT30 × IPBT1, IPBT30 × IPBT8, IPBT30 × IPBT33, IPBT30 × IPBT84, IPBT33 × IPBT1, IPBT33 × IPBT8, IPBT33 × IPBT13, IPBT33 × IPBT30 dan IPBT33 × IPBT84. Hibrida–hibrida yang diuji memiliki diameter buah dengan kisaran 2.84-5.06 cm, sedangkan hibrida pembanding memiliki diameter buah 4.29-4.84 cm. Hibrida IPBT1 × IPBT8, IPBT8 × IPBT13, IPBT8 × IPBT84, IPBT13 × IPBT1, IPBT13 × IPBT84, IPBT30 × IPBT1, IPBT84 × IPBT8 dan IPBT84 × IPBT13 memiliki diameter buah yang tidak berbeda dengan hibrida pembanding. Hibrida yang memiliki diameter buah yang lebih pendek dibandingkan tiga hibrida pembanding (Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara) adalah IPBT8 × IPBT30, IPBT8 × IPBT33, IPBT13 × IPBT3, IPBT30 × IPBT33, IPBT30 × IPBT84, IPBT33 × IPBT30, IPBT33 × IPBT84, IPBT84 × IPBT30 dan IPBT84 × IPBT33.

Hibrida-hibrida yang diuji memiliki bobot per buah berkisar 12.28-68.92 g, sedangkan hibrida pembanding memiliki bobot per buah berkisar 43.62-58.69 g. Hibrida IPBT1 × IPBT84 dan IPBT84 × IPBT1 memiliki bobot per buah yang

lebih berat dibandingkan dengan Permata dan New Mutiara. Hibrida IPBT1 × IPBT13 dan IPBT8 × IPBT1 memiliki bobot per buah yang lebih berat

dibandingkan dengan New Mutiara. Hibrida yang memiliki bobot per buah yang lebih ringan dibandingkan dengan tiga pembanding (Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara) adalah IPBT1 × IPBT33, IPBT8 × IPBT30, IPBT8 × IPBT84, IPBT13 × IPBT33, IPBT30 × IPBT8, IPBT30 × IPBT33, IPBT30 × IPBT84, IPBT33 × IPBT8, IPBT33 × IPBT13, IPBT33 × IPBT30, IPBT33 × IPBT84, IPBT84 × IPBT30 dan IPBT84 × IPBT33. Kisaran ukuran buah hibrida yang diuji adalah 2.80-5.01 cm, sedangkan hibrida pembanding 4.39-5.19 cm. Hibrida IPBT84×IPBT1 memiliki ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan

hibrida New Mutiara. Hibrida IPBT1 × IPBT8, IPBT1 × IPBT13, IPBT1 × IPBT84, IPBT8 × IPBT1, IPBT8 × IPBT84, IPBT13 × IPBT1,

IPBT13 × IPBT84, IPBT84 × IPBT8 dan IPBT84 × IPBT13 memiliki ukuran buah yang tidak berbeda nyata dengan tiga pembanding (Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara). Berdasarkan Tabel 34 hibrida yang memiliki bobot per buah dan ukuran buah yang tidak berbeda dengan tiga hibrida pembanding adalah hibrida IPBT1 × IPBT8, IPBT13 × IPBT1, IPBT13 × IPBT84, IPBT84 × IPBT8 dan IPBT84 × IPBT13.

Purwati (2009) melaporkan bahwa kualitas buah pada tomat hibrida merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat penerimaan di pasar. Ameriana (1995) melaporkan bahwa persepsi konsumen mengenai kualitas tomat dibagi dua yaitu kualitas eksternal (warna, kekerasan, bentuk, dan ukuran buah) dan organoleptik atau internal (rasa manis, rasa asam, kekenyalan, dan jumlah air buah atau kadar air). Purwati (2009) menjelaskan bahwa kriteria kualitas eksternal meliputi bentuk, ukuran dan warna sedangkan kualitas internal meliputi jumlah rongga buah, tebal daging buah, dan rasa. Berdasarkan hal tersebut karakter jumlah rongga, tebal daging buah dan padatan total terlarut termasuk kategori kualitas internal sedangkan karakter kekerasan buah merupakan karakter kualitas eksternal.

Karakter jumlah rongga buah pada 30 hibrida yang diuji berkisar 2.07-6.30 lokul, sedangkan varietas pembanding yang digunakan memiliki jumlah rongga

IPBT1 × IPBT13, IPBT1 × IPBT84, IPBT8 × IPBT1, IPBT13 × IPBT1 dan IPBT84 × IPBT1 memiliki jumlah rongga buah nyata lebih besar dibandingkan ketiga pembanding. Hibrida IPBT8 × IPBT1 merupakan kombinasi persilangan yang memiliki jumlah rongga buah buah yang paling banyak. Kualitas tomat hibrida yang baik untuk karakter jumlah rongga buah adalah hibrida yang memiliki jumlah rongga buah sebanyak empat lokul. Berdasarkan hal tersebut, tidak ada hibrida yang hanya memiliki empat lokul, tetapi terdapat 20 hibrida yang memiliki jumlah rongga buah yang sama dengan tiga pembanding.

Tabel 35 Keragaan jumlah rongga buah, tebal daging buah, padatan total terlarut dan kekerasan buah pada 33 hibrida tomat

Genotipe Karakter

JRB (lokul) TDB (mm) PTT (obriks) KB (cm kg-1)

IPBT1 × IPBT8 5.70 abc 5.67 5.37 1.48 b

IPBT1 × IPBT13 5.00 abc 5.08 a 5.31 1.40 b

IPBT1 × IPBT30 3.83 a 4.43 ab 5.13 1.45 b

IPBT1 × IPBT33 3.20 3.74 abc 5.16 1.57 b

IPBT1 × IPBT84 4.40 abc 6.28 5.24 1.64 b

IPBT8 × IPBT1 6.30 abc 4.90 a 5.94 1.31 b

IPBT8 × IPBT13 3.87 a 4.70 a 5.93 1.57 b

IPBT8 × IPBT30 3.00 3.81 abc 5.50 1.51 b

IPBT8 × IPBT33 3.93 a 4.12 abc 5.64 1.74

IPBT8 × IPBT84 3.43 5.89 5.87 1.47 b

IPBT13 × IPBT1 4.85 abc 4.83 a 5.24 1.39 b

IPBT13 × IPBT8 4.23 a 4.73 a 6.32 1.79

IPBT13 × IPBT30 3.10 4.40 ab 5.53 1.56 b

IPBT13 × IPBT33 2.70 4.14 abc 5.33 1.47 b

IPBT13 × IPBT84 3.40 5.44 5.68 1.78

IPBT30 × IPBT1 3.43 4.21 abc 5.11 1.94

IPBT30 × IPBT8 3.20 4.05 abc 5.68 1.53 b

IPBT30 × IPBT13 3.03 4.24 abc 5.34 1.28 b

IPBT30 × IPBT33 2.23 3.01 abc 5.13 1.36 b

IPBT30 × IPBT84 2.10 4.66 ab 5.27 1.25 b

IPBT33 × IPBT1 3.23 4.62 ab 5.23 1.51 b

IPBT33 × IPBT8 2.97 4.29 abc 5.71 1.57 b

IPBT33 × IPBT13 2.82 4.02 abc 5.29 1.48 b

IPBT33 × IPBT30 2.40 3.30 abc 5.31 1.85

IPBT33 × IPBT84 2.07 4.55 ab 5.51 1.60 b

IPBT84 × IPBT1 4.59 abc 6.09 5.30 1.94

IPBT84 × IPBT8 3.64 5.86 5.60 1.80 IPBT84 × IPBT13 3.47 5.63 5.51 1.61 b IPBT84 × IPBT30 2.35 4.61 ab 5.14 1.48 b IPBT84 × IPBT33 2.13 5.02 a 5.01 c 1.40 b Permata 2.37 6.18 5.64 1.80 Fortuna23 3.03 5.73 5.66 2.44 New Mutiara 3.00 5.36 5.74 1.30

Keterangan : angaka-angka yang diikuti dengan huruf a, b dan c berturut-turut berbeda nyata dengan Permata, Fortuna 23 dan New Mutiara berdasarkan uji Dunnett pada taraf 5%, JRB = jumlah rongga buah, TDB = tebal daging buah, PTT = padatan total terlarut dan KB = kekerasan buah

Tebal daging buah menjadi salah satu kualitas buah tomat (Purwati 2007). Menurut Suryadi et al. (2004), kriteria tebal daging buah tomat yang baik adalah 4 mm. Varietas pembanding memiliki tebal daging buah sebesar 5.36-6.18 mm (Tabel 35). Semua hibrida hasil persilangan memiliki ketebalan daging buah berkisar 3.01-6.28 mm sehingga terdapat beberapa hibrida yang memiliki tebal daging yang kurang dari 4 mm yaitu hibrida IPBT1 × IPBT33, IPBT8 × IPBT30, IPBT30 × IPBT33 dan IPBT33 × IPBT30. Hibrida hasil persilangan tidak ada yang memiliki tebal daging buah yang lebih tebal dibandingkan tiga pembanding. Delapan hibrida yang memiliki tebal daging buah yang sama dengan tiga pembanding adalah IPBT1 × IPBT8, IPBT1 × IPBT84, IPBT8 × IPBT84, IPBT13 × IPBT84, IPBT84 × IPBT1, IPBT84 × IPBT8, dan IPBT84 × IPBT13. Hibrida hasil persilangan memiliki padatan total terlarut berkisar 5.01-6.32 obriks. Semua hibrida hasil silangan tidak ada yang berbeda nyata dengan varietas pembanding kecuali hibrida IPBT84 × IPBT33 sehingga semua hibrida yang dihasilkan sama baiknya dengan hibrida pembanding kecuali hibrida IPBT84 × IPBT33. Kekerasan buah yang paling tinggi diperoleh dari hibrida pembanding yaitu varietas Fortuna 23. Hibrida hasil persilangan yang memiliki kekerasan buah yang tidak berbeda nyata dengan Fortuna 23, Permata dan New Mutiara berjumlah tujuh hibrida, sedangkan 21 hibrida lainnya berbeda nyata dengan Fortuna 23 tetapi tidak berbeda dengan Permata dan New Mutiara (Tabel 35).

Hibrida pembanding memiliki jumlah buah layak sebanyak 17.81-32.37 buah, sedangkan jumlah buah per tanamannya sebanyak 18.81-33.71

buah (Tabel 36). Hibrida yang memiliki jumlah buah layak dan jumlah buah per

tanaman yang lebih banyak dari tiga varietas pembanding adalah IPBT13 × IPBT33, IPBT30 × IPBT33, IPBT30 × IPBT84, IPBT33 × IPBT30,

Dokumen terkait