Mapping of Minimarket Distribution in Mandau Subdistrict Bengkalis District
Erci Emelda* Erna Juita**Farida**
Students of Geography Education Department of STKIP PGRI West Sumatra* Lecturer of Department of Geography Education Department
STKIP PGRI West Sumatra **
ABSTRACT
This study aims isto determine the distribution of minimarket in Mandau SubdistrictBengkalis District seen from: 1) distribution pattern of minimarket, 2) the location of minimarket and 3) potential of minimarket.
This research is a quantitative descriptive. Research data were analyzed by using the nearest neighbor analysis and the analysis of maps and interviews. The study was conducted in the Mandau SubistrictBengkalis District.
The research found that: 1) Distribution pattern of minimarket in Mandau District after adjusting with the index is an area that has a clustered pattern, with the nearest neighbor analysis obtained nearest neighbor distance minimarket in Mandau Subdistrict is 0.0000693 km², 2) Location of minimarket in Mandau subdistricts spread over 8 Villages. In terms of roads, generally located on JalanSudirman and Jalan Hang Tuah which are the main street in Mandau subdistrict and 3) Potential of minimarket in District Mandau included either, because minimarket generally located on the main road with high quality goods, operates more than 12/day and the distance with the market generally 1-1.5 km.
Minimarket customers generally come from all ages so that the goods supplied accordingtocustomer requirements.
Keywords: Distribution, location, mapping, minimarket
1
PENDAHULUAN
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.Transaksi ini terjadi atas dasar kesepakatan atas dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli. Di setiap wilayah, khususnya di Indonesia, kita dapat menjumpai pasar dengan mudah. Karena pasar merupakan sumber kehidupan bagi warga masyarakat maka pasar banyak dijumpai di setiap wilayah di Indonesia.
Menurut Umar (2003:129) pasar pada dasarnya dapat diartikan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga.
Berdasarkan peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M- DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern pasal 1 (satu) menyebutkan bahwa Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Sedangkan pasar modern adalah tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli.
Pasar modern sedikit berbeda dengan pasar tradisional yang telah berjalan sebelumnya. Di pasar modern ini, pembeli dapat mengambil sendiri barang yang ia inginkan tanpa harus menunggu diambilkan oleh penjual. Akan tetapi ada juga yang menyediakan layanan pramuniaga dari pasar modern itu sendiri.
Pertumbuhan minimarket sangat cepat seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia akan kebutuhan sehari hari dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di kota-kota besar maupun di tingkat kecamatan, khususnya di Kecamatan Mandau.
Minimarket bagi masyarakat sangat dibutuhkan untuk memenuhi bahan pokok sehari-hari. Pada umumnya minimarket didirikan di wilayah hunian dan distribusi barang berasal dari distributor atau importir yang langsung dibawa
kegudang puasat atau ke toko. Mini swalayan (minimarket) adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas usahanya paling besar (maksimal) 200m² (Apindo, 2014).
Kebutuhan masyarakat terhadap barang- barang terutama bahan makanan dan minuman, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan yang sudah tinggi terutama diwilayah-wilayah hunian serta gaya hidup masyarakat yang konsumtif, menyebabkan tumbuhnya minimarket. Dengan latar belakang masyarakat seperti di atas minimarket adalah tempat yang paling banyak diminati.
Berdasarkan observasi awal penulis, kehadiran minimarket di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis tumbuh tidak terkendali, terutama minimarket Indomaret dan Alfamart.
Keberadaan minimarket pada satu sisi memberi keuntungan pada konsumen karena dapat memilih tempat belanja yang sesuai dengan keinginan mereka, tetapi informasi tentang jenis minimarket yang ada di Kecamatan Mandau belum tersedia dengan lengkap.
Lokasi minimarket-minimarket di Kecamatan Mandau tidak merata karena diketahui beberapa minimarket berlokasi terlalu dekat dengan minimarket lain maupun dengan pasar tradisional. Meskipun peraturan tentang jarak pasar modern dengan pasar tradisional sudah ditetapkan, tetapi tetap masih ada satu atau dua gerai yang tetap melanggar peraturan yang ada. Pengaturan jarak antar minimarket diperlukan agar pendiriannya tidak terlalu dekat satu sama lain sehingga mencegah timbulnya persaingan yang tidak sehat.
Pengaturan jarak dengan lokasi pasar tradisional turut dijadikan pertimbangan karena apabila minimarket berlokasi terlalu dekat dengan pasar tradisional dikhawatirkan dapat mengganggu kelangsungan pasar tradisional mengingat saat ini masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di pasar modern daripada pasar tradisional.
Selanjutnya, dilihat dari sisi rentang waktu buka atau jam kerja juga terjadi hal yang sama dengan pengaturan lokasi di atas. Jam kerja yang ditetapkan dalam Pasal 7 terbatas hanya untuk Hypermarket, Department Store dan Supermarket, sedangkan jam kerja minimarket tidak diatur. Hal ini dijadikan alasam waktu buka minimarket hingga 24 jam penuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi, menganalisis data dan membahas tentang:1) Pola persebaran
minimarket, 2) Lokasi minimarket dan Potensi minimarket di Kecamatan Mandau KabupatenBengkalis.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian
iniadalahpenelitiandeskriptifkuantitatifyang bertujuanuntukmembuatdeskrispi/gambaranseca rasistematis, faktualdanakuratmengenaifakta- faktadansifat-
sifatpopulasiataudaerahtertentuyaitutentangpers ebaran minimarket di Kecamatan Mandau KabupatenBengkalis. Penelitianini di lakukan di Kecamatan Mandau KabupatenBengkalis, observasisementara di lakukanpadabulanMaret 2015.PenelitiandilakukanbulanJuli
2015.Sampelpenelitiansebanyak 39 buah minimarket di Kecamatan Mandau.Data dikumpulkanmelaluiobservasidandokumentasi.
Analisis data
untukpersebaranmenggunakananalisistetanggate rdekat, penentuanlokasi minimarket menggunakan GPS dan software Arc Gisdanpotensiminirmarketdengancaracaraanalis ispermintaan, yang terdiridarikekuatan, kelemahandanpelanggan minimarket.
HASIL PENELITIAN
1. Pola Persebaran minimarket di Kecamatan Mandau
Berdasarkan jarak tetangga terdekat yang telah dihitung maka analisis jarak tetangga terdekat minimarket di Kecamatan Mandau adalah 0,0000693 km², ini berarti persebaran minimarket di Kecamatan Mandau setelah disesuaikan dengan indeks merupakan daerah yang memiliki Pola clustered (mengelompok), seperti peta berikut:
2. Lokasi minimarket di Kecamatan Mandau
Lokasi minimarket di Kecamatan Mandau umumnya terletak sepanjang jalan raya, yaitu Jalan Sudirman dan Jalan Hang Tuah yang merupakan pusat kota, sepertipetaberikut:
3. Potensiminimarket di Kecamatan Mandau
Potensiminimarket di Kecamatan Mandau, sepertipetaberikut:
PEMBAHASAN
Pertama, persebaran minimarket di Kecamatan Mandau setelah disesuaikan dengan indeks merupakan daerah yang memiliki Pola clustered (mengelompok), dengan analisis terdekat didapatkan jarak tetangga terdekat minimarket di Kecamatan Mandau adalah 0,0000693km²
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Effandi (2010) bahwa pola sebaran minimarket di Kota Soreang, Tanjungsari, dan Lembang cenderung berlokasi di pusat-pusat kegiatan khususnya disepanjang jalan provinsi atau
nasional yang memiliki tingkat pergerakan tinggi dan beraglomerasinya kawasan komersial disepanjang jalan. Untuk Kota Soreang minimarket lebih cenderung beraglomerasi dikawasan pusat kota dari di kawasan pemerintahan karena pusat kota memiliki tingkat permintaan yang lebih tinggi akibat berpusatnya fasilitas kota dan tingginya pergerakan di kawasan pusat kota. Di Kota Tanjungsari sendiri aglomerasi minimarket lebih terlihat di kawasan pendidikan dikawasan perdagangan karena di kawasan pendidikan ini juga merupakan pusat kota Tanjungsari sedangkan untuk Lembang pola sebaran minimarket cenderung mengikuti tempat-tempat atau fasilitas yang menunjang kegiatan pariwisata di Kota Lembang. Untuk toko pengecer tradisional baik di Kota Soreang, Tangjungsari, dan Lembang pola sebarannya cenderung menyebar dan mendekati desa-desa yang memiliki jumlah penduduk tinggi khususnya di kawasan permukiman. Hal ini dikarenakan dengan keterbatasan modal yang dimiliki toko pengecer tradisional cenderung berlokasi mendekati konsumen guna meminimalisasi biaya transportasi konsumen.
Kedua, lokasi minimarket di kecamatan Mandau tersebar di 8 Kelurahan dan Desa. Dari segi jalan, umumnya terletak di Jalan Sudirman dan Jalan Hang Tuah yang merupakan jalan utama di Kecamatan Mandau.
Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Nurendah dan Mulyana (2012) bahwa terdapat banyak faktor, baik yang kualitatif maupun kuantitatif yang dipertimbangkan dalam memilih sebuah lokasi. Beberapa faktor ini lebih pentingdari faktor lainnya, sehingga manajer dapat menggunakan bobot untuk membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih objektif.
Ketiga, potensi minimarket dilihat dari faktor spasial, sebagian besar minimarket berada di jalan utama, kualitas barang yang dijual umumnya bagus, lama operasi > 12 jam/hari, jarak antar minimarket umumnya <
500 m, jarak dengan pasar tradisional umumnya> 1,5 km, modal umumnya > Rp 300.000.000, Waktu kunjungan umumnya siang, sore dan malam, Persaingan antar minimarket termasuk ketat, Kondisi minimarket termasuk maju, lokasi minimarket umumnya strategis dan lokasi minimarket umumnya cukup dengan dengan sarana umum. Dapat disimpulkan bahwa potensi minimarket dilihat dari faktor spasial termasuk baik. Potensi pelanggan minimarket di Kecamatan Mandau, dimana pelanggan minimarket umumnya semua umur, kelompok umur pelanggan minimarket
umumnya 20-30 tahun, kesesuaian barang dengan pelanggan termasuk sesuai, cara menetapkan pangsa pasar umumnya dengan promosi, kesesuaian pangsa pasar dengan barang termasuk cocok, tempat tinggal pelanggan yang ditetapkan adalah seluruh masyarakat kecamatan Mandau, Pangsa pasar termasuk sesuai, frekuensi pelanggan mendatangi minimarket tidak menentu dan Karakter pelanggan yang datang adalah pelanggan yang membutuhkan barang
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fahirah (2008) bahwa minimarket telah menggeser posisi pasar sebagai tempat perbelanjaan yang diminati. Untuk itu proyek pendirian usaha minimarket memberikan prospek yang lebih baik pada masa sekarang maupun yang akan datang. Potensi pasar merupakan peluang penjualan maksimum yang dapat dicapai oleh seluruh penjualan baik saat ini maupun yang akan datang yang dapat diforecast dengan menggunakan analisa persediaan (supply analysis) dan analisa permintaan (demand analysis). Ancaman persaingan usaha mini market yang akan didirikan adalah berasal dari pasar-pasar tradisional dan warung-warung kecil serta toko-toko yang ada disekitar wilayah proyek, sehingga mini market ini perlu menawarkan suatu produk bahan pokok dan layanan yang unggul dengan harga bersaing.
KESIMPULAN
1. Pola persebaran minimarket di Kecamatan Mandau setelah disesuaikan dengan indeks merupakan daerah yang memiliki pola clustered (mengelompok), dengan analisis terdekat didapatkan jarak tetangga terdekat minimarket di Kecamatan Mandau adalah 0,0000693km²
2. Lokasi minimarket di kecamatan Mandau tersebar di 8 Kelurahan dan Desa. Dari segi jalan, umumnya terletak di Jalan Sudirman dan Jalan Hang Tuah yang merupakan jalan utama di Kecamatan Mandau.
3.
Potensi minimarket di Kecamatan Mandau termasuk baik, karena minimarket umumnya terletak di jalan utama dengan kualitas barang bagus, beroperasi > 12 / hari dan jarak dengan pasar umumnya 1 – 1,5 km. Pelanggan minirmarket umumnya semua umur sehingga barang-barang yang disediakan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini 2006.Prosedur Penelitian.
Yogyakarta: RinekaCipta.
Firna, Lolita. 2007.
“AnalisisPemilihanLokasiBerdagangdanPe metaanPersebaranPedagangkoraneceran di koridorjalanutama Kota Padang”. Skripsi.
FIS UNP
Fahirah. F. 2008. AnalisisPasar Minimarket.JurnalSMARTek, Vol. 6, No. 3, Agustus 2008: 154 – 163
Ma’ruf, Hendri. 2006. PemasaranRitel. Jakarta:
PT. GramediaPustakaUtama.
PeraturanPresidenNomor 112 Tahun 2007 TentangPenataandanPembinaanPasarTradisi onal, PusatPerbelanjaandanTokoModeren.
PeraturanMenteriPerdaganganRepublik
Indonesia Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008 tentangPedomanPenataandanPembinaanPasa rTradisional, PusatPerbelanjaandanToko Modern
Pratami, Mellisya. 2014.
“PemetaanSekolahMenengahAtas yang BerstatusNegeriSederajat di Wilayah PerkotaanKabupatenMeranginProvinsi
Jambi”. Skripsi Program
StudiPendidikanGeografi STKIP PGRI Sumatera Barat
Rahmawaty. 2006.
PerencanaanPengelolaanHutan di Indonesia. Jurnal. USU Medan
Sari, DewiNurmala.2014.
PemetaanPersebaranPedagang Kaki Lima DisepanjangJalanJendralSudirman Kota DuriKecamatan Mandau.Skripsi Program StudiPendidikanGeografi STKIP PGRI Sumatera Barat
Sumaatmadja, Nursid. 1988. StudiGeografi, SuatuPendekatandanAnalisaKeruangan.
Bandung: Alumni
Tambunan, Tulus T.H. 2004.
GlobalisasidanPerdaganganInternasional.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Umar, Husein, 2003. StudiKelayakanBisnis:
TeknikMenganalisisKelayakanRencanaBisni
sSecaraKomprehensif, EdisiKedua. Jakarta:
RinekaCipta
Widjajanti, Retno. 2000.
PenataanFisikKegiatanPedagang Kaki Lima.Tesis, Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota IntitutTeknologi Bandung
Wiyana, Adi,
FaktorBerpengaruhTerhadapKeberlanjutan PengelolaanPesisirTerpadu (P2T), MakalahFalsafahSains (PPs 702), Program PascaSarjana, IPB, 2004
Yusuf. A. Muri. 2007. MetodologiPenelitian.
Padang: UNP Press