• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN A. Ekstrakulikuler Pramuka 1. Pengertian dan Dasar Hukum Ekstrakulikuler Pramuka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN A. Ekstrakulikuler Pramuka 1. Pengertian dan Dasar Hukum Ekstrakulikuler Pramuka"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

11 A. Ekstrakulikuler Pramuka

1. Pengertian dan Dasar Hukum Ekstrakulikuler Pramuka

Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 291) yaitu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam sekolah yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini disamping dilaksanakan di sekolah, dapat juga dilaksanakan diluar sekolah guna memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai atau sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk lebih mengkaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kulikuler dengan keadaan dan kondisi sekitar.

Menurut suryobroto (2002: 287), kegiatan ekstrakurikuler didefinisikan sebagai kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan dan pengetahuan siswa.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Lampiran III Nomor 81a tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum menyebutkan bahwa Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang

(2)

berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya.

Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar.

Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.81a tahun 2013 tentang Implementasi Pendidikan juga menjelaskan bahwa, ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan dibawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau diluar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.

Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang bisa dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah pada waktu yang ditentukan oleh pihak sekolah yang tujuannya adalah guna menambah wawasan dan pengetahuan serta menanamkan nilai-nilai dan sikap yang baik bagi siswa.

Kemudian Menurut Kepwarnas Gerakan Pramuka No. 231 tahun 2007 menyebutkan bahwa Pramuka adalah sebutan bagi anggota muda dan dewasa muda yang terdiri atas Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega.

UU RI No. 20 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dalam Pasal 1 butir 3 menjelaskan bahwa Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif

(3)

dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.

Pramuka adalah sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 7-25 tahun dan berkedudukan sebagai peserta didik. Disamping itu pula, bahwa pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya. Kata ini diambil dari Bahasa Sansakerta.

Kepramukaan adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Boden Powell selaku Bapak Pandu Sedunia, didalam bukunya dikatakan: “Scouting is no science to be solemnly studied, not is a collection of doctrine texts. No !!. it is joly game in the out of doors, where boy-man and boy can go adventuring together as leader ang younger brothers picking up health ang happiness, handicraft and helpfulness ” (Kepramukaan bukanlah sesuatu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran- ajaran dan naskah buku. Bukan !!. kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat dimana orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan memberi pertolongan). Dari pengertian tentang Pendidikan Kepramukaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan yang dilaksanakan diluar lingkungan sekolah dan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan dialam terbuka dengan tetap berpegang teguh pada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, dimana sasaran akhirnya adalah pembentukan watak peserta didik.

Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka yang meliputi Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega. Menurut Tim dalam buku yang berjudul “Panduan Lengkap Gerakan Pramuka” menjelaskan bahwa kelompok umur adalah sebuah

(4)

tingkatan dalam kepramukaan yang ditentukan oleh umur anggotanya.

Kelompok umur dalam pramuka terbagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:

a) Pramuka Siaga, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 7-10 tahun.

b) Pramuka Penggalang, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 11- 15 tahun.

c) Pramuka Penegak, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia 16-20 tahun.

d) Pramuka Pandega, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia 21-25 tahun.

Bentuk-bentuk kegiatan Gerakan Kepramukaan yang dapat menunjang pendidikan sesuai dengan Bab III Pasal 9 Upaya dan Usaha yaitu sebagai berikut:

a) Menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti luhur dengan cara memantapkan mental, moral, fisik, pengetahuan, dan pengalaman melalui kegiatan:

1) Keagamaan, untuk meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut agama masing-masing.

2) Kerukunan hidup beragama antar umat seagama dan berbeda agama.

3) Penghayatan dan pengalaman pancasila untuk memantapkan jiwa pancasila dan mempertebal kesadaran sebagai wadah negara yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dan masa depan bangsadan negara.

4) Kepedulian terhadap sesama hidup dan alam seisinya.

5) Pembinaan dan pengembangan minat terhadap kemajuan teknologi dengan keimanan dan ketakwaan.

b) Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada tanah airdan bangsa

c) Memupuk dan mengembangkan persatuan dan kebangsaan

(5)

d) Memupuk dan mengembangkan persatuan dan persahabatan baik nasional maupun internasional.

e) Menumbuh kembangkan pada para anggota rasa percaya diri, sikapdan perilaku yang kreatif dan inofatif, rasa tangggung jawab dandisiplin.

f) Menumbuhkembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan.

g) Memupuk dan mengembangkan kepemimpinan.

h) Membina dan melatih jasmani, panca indera, daya pikir, penelitian, kemandirian dan sikap otonom, keterampilan, dan hasta karya.

i) Menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam pertemuan danperkemahan baik local, nasional maupun internasional.

j) Menyelenggarakan kegiatan bakti masyarakat.

k) Mengadakan kemitraan, kerja sama dengan organisasi lain.

l) Memasyarakatkan Gerakan Pramuka dan Kepramukaan khusus dikalangan kaum muda.

Adapun kegiatan dari berbagai kriteria kelompok umur dalam Pramuka adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Siaga, adalah kegiatan yang menggembirakan, dinamis, kekeluargaan, dan berkarakter. Pramuka Siaga selalu melakukan latihan rutin. Selain kegiatan tersebut, ada juga kegiatan Pesta Siaga, yaitu pertemuan untuk golongan Pramuka Siaga. Menurut Wikipedia, Pesta Siaga merupakan gabungan dari Permainan Bersama (kegiatan keterampilan kepramukaan yang dikemas dengan permainan), Pameran Siaga, Pasar Siaga (simulasi situasi di pasar yang diperankan oleh Pramuka Siaga), Darmawisata, Pentas Seni Budaya, Karnaval, dan Perkemahan Satu Hari atau Persari (Azwar, 2012: 36).

b) Kegiatan Pramuka Penggalang

Kegiatan Pramuka Penggalang adalah kegiatan yang berkarakter, dinamis, progresif, dan menantang. Beberapa kegiatan Pramuka Penggalang, antara lain:

1) Jambore, merupakan pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk perkemahan besar. Jambore diselenggarakan oleh Kwartir Gerakan

(6)

Pramuka, seperti Jambore Ranting, Jambore Cabang, Jambore Daerah, Jambore Nasional, Jambore Regional, dan Jambore se-Dunia.

2) Lomba Tingkat (LT), merupakan pertemuan Pramuka Penggalang Lomba Tingkat berbentuk perlombaan yang dilaksanakan secara beregu atau perorangan atas nama regu yang mempertandingkan sejumlah keterampilan. Dilaksanakan dalam bentuk perkemahan, Lomba Tingakat terdiri atas: LT-I (tingkat gugus depan), LT-II (tingkat kwartir ranting), LT-III (tingkat kwartir cabang), LT-IV (tingkat kwartir daerah), LT-V (tingkat kwartir nasional)

3) Perkemahan Bakti (PB), merupakan kegiatan Pramuka Penggalang dalam rangka bakti pada masyarakat. Kegiatan ini berwujud peran serta dalam kegiatan pembangunan.

4) Gladian Pimpinan Regu (Dianpiru), merupakan kegiatan Pramuka Penggalang bagi Pemimpin Regu Utama (Pratama), Pemimpin Regu (Pinru), dan Wakil Pemimpin Regu (Wapinru). Dianpiru bertujuan untuk memberikan pengetahuan di bidang manajerial dan kepemimpinan. Diselenggarakan oleh gugus depan, kwartir ranting, atau kwartir cabang.

5) Perkemahan, merupakan pertemuan Pramuka Penggalang yang diselenggarakan secara regular untuk mengevaluasi hasil latihan di gugus depan dalam satu periode. Perkemahan ini terdiri atas Perkemahan Pelantikan Penggalang Baru, Perkemahan Kenaikan Tingkat (dari Penggalang Ramu ke Penggalang Rakit atau dari Penggalang Rakit ke Penggalang Terap), Perkemahan Sabtu Minggu (Persami), Perkemahan Jumat Sabtu Minggu (Perjusami), perkemahan hari libur, dan sejenisnya.

6) Forum Penggalang, merupakan kegiatan Pramuka Penggalang berupa pertemuan yang kegunaannya untuk membahas suatu persoalan, merumuskan hasil kajian, serta memecahkan masalah secara bersama.

Bertujuan untuk mensosialosasikan semangat demokrasi dan

(7)

pembelajaran metode pemecahan masalah, sebagai modal bagi para Pramuka Penggalang di masa yang akan datang.

7) Penjelajahan, merupakan pertemuan Pramuka Penggalang berbentuk penjelajahan, dalam rangka mengapliksikan pengetahuan tentang ilmu medan, peta, kompas, dan bertahan hidup (Azwar, 2012: 36).

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (2011: 17) menjelaskan bahwa kepramukaan adalah proses pendidikan yang melengkapi pendidikan di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang bertujuan untuk pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.

Kegiatan kepramukaan merupakan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh siswa. Ekstrakurikuler kepramukaan diselenggarakan oleh gerakan pramuka bermaksud untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia serta keterampilan hidup prima. Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan melalui Gugus depan Gerakan Pramuka yang berpangkalan di sekolah dengan upaya pembinaan melalui proses kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.

Melalui pendidikan kepramukaan dapat dilakukan pembinaan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila, pendidikan pendahuluan bela negara, kepribadian dan budi pekerti luhur, berorganisasi, pendidikan kewiraswastaan, kesegaran jasmani, daya kreasi, persepsi, apresiasi dan kreasi seni, tenggang rasa serta kerjasama

Kepramukaan pada hakekatnya adalah (a) Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa; (b) Dilaksanakan di luar jam belajar kurikulum standar, di luar lingkungan pendidikan keluarga dan di alam terbuka; (c) Menggunakan prinsip dasar kepramukaan.

Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuatan pendidikan dan bukan pula bagian dari salah satu organisasi kekuatan politik serta tidak menjalankan

(8)

kegiatan politik praktis. Gerakan Pramuka ikut serta membantu masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan, khususnya pendidikan luar keluarga, serta menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadat sesuai dengan agamanya tersebut.

Gerakan Pramuka juga merupakan badan non Pemerintahan, yang berusaha membantu pemerintah dan masyarakat, dalam membangun masyarakat dan bangsanya, khusus di bidang pendidikan, melalui kegiatan Kepramukaan dengan menggunakan prinsip dasar metodik pendidik Kepramukaan. Dalam kegiatan Pramuka ada berbagai kegiatan yang bisa dilakukan akan tetapi kegiatan pramuka yang akan diselenggarakan haruslah berdasarkan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan.

Kepramukaan yang disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat saat ini. Selain itu kegiatan yang akan dilaksanakan juga harus mengarah kepada sasaran pendidikan kepramukaan yaitu pengembagan dan pembinaan watak, mental, jasmani, rohani, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan Pramuka. Adapun bentuk-bentuk kegiatan Gerakan Kepramukaan yang dapat menunjang pendidikan sesuai dengan Bab III Pasal 9 tentang Upaya dan Usaha, yaitu sebagai berikut :

a) Menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti luhur dengan cara memantapkan mental, moral, fisik, pengetahuan, dan pengalaman melalui kegiatan:

1) Keagamaan, untuk meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut agama masing-masing.

2) Kerukunan hidup beragama antar umat seagama dan berbeda agama.

3) Penghayatan dan pengalaman pancasila untuk memantapkan jiwa pancasila dan mempertebal kesadaran sebagai wadah negara yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dan masa depan bangsa dan negara.

4) Kepedulian terhadap sesama hidup dan alam seisinya.

(9)

5) Pembinaan dan pengembangan minat terhadap kemajuan teknologi dengan keimanan dan ketakwaan.

b) Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada tanah air dan bangsa

c) Memupuk dan mengembangkan persatuan dan kebangsaan

d) Memupuk dan mengembangkan persatuan dan persahabatan baik nasional maupun internasional.

e) Menumbuh kembangkan pada para anggota rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang kreatif dan inofatif, rasa tangggung jawab dan disiplin.

f) Menumbuh kembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan.

g) Memupuk dan mengembangkan kepemimpinan.

h) Membina dan melatih jasmani, panca indera, daya pikir, penelitian, kemandirian dan sikap otonom, keterampilan, dan hasta karya.

i) Menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam pertemuan dan perkemahan baik lokal, nasional maupun internasional.

j) Menyelenggarakan kegiatan bakti masyarakat.

k) Mengadakan kemitraan, kerja sama dengan organisasi lain.

l) Memasyarakatkan Gerakan Pramuka dan Kepramukaan khusus dikalangan kaum muda.

Kepramukaan mempunyai tiga sifat, yaitu:

a) Nasional, berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepramukaan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikan itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Contohnya:

kegiatan pramuka disesuaikan dengan kepentingan nasional tercantum dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang merupakan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Gerakan pramuka ikut membantu pelaksanaan GBHN tersebut dengan mengikuti kebijakan pemerintah dan segala peraturan perundang-undangan.

b) Internasional, artinya organisasi kepramukaan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan serta persahabatan antara sesama pramuka maupun sesama manusia, tanpa

(10)

membedakan kepercayaan atau agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.

Contohnya: kegiatan pramuka diselenggarakan antar negara di dunia untuk tujuan terwujudnya perdamaian dunia.

c) Universal, artinya kepramukaan dapat digunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak yang berasal dari bangsa manapun, yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan. Contohnya: kegiatan pramuka berlaku pada siapun dan dimanapun.

Dasar Hukum Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;

(11)

6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;

8. Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs.

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK;

12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan Pramuka; dan 13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 056 Tahun 1982

Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran.

2. Sejarah Pramuka

Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang berarti kaum muda yang suka berkarya. Di Indonesia sendiri penggunaan istilah

“Pramuka” baru resmi digunakan pada tahun 1961. Akan tetapi gerakan Pramuka sejatinya telah ada sejak jaman penjajahan dengan nama Kepanduan.

a) Pendiri Pramuka

Tahun 1908, Mayor Jendral Robert Baden Powell melancarkan suatu gagasan tentang pendidikan luar sekolah untuk anak-anak inggris, dengan tujuan agar menjadi manusia, warga dan anggota masyarakat Inggris yang baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kerajaa Inggris Raya ketika itu.

Beliau menulis “Scouting of Boys”, sebuah buku yang berisi pengalaman dialam terbuka bersama Pramuka dan latihan-latihan yang diperlukan Pramuka gagasan Boden Powell dinilai cemerlang dan sangat menarik,

(12)

sehingga banyak negara lain mendirikan kepanduan. Diantaranya di negeri Belanda dengan nama Padvinder atau Padvinderij.

Gagasan kepanduan dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia yang pada masa itu merupaan daerah jajahan Hindia Belanda (Nederlands Ost Indie), dengan mendirikan Nederlands Indischie Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.

b) Sejarah Kepramukaan Indonesia

Gagasan organisasi Boden Powell tersebut dalam waktu singkat menyebar ke berbagai negara termasuk Belanda. Selanjutnya dalam perkembangannya, pemimpin-pemimpin gerakan nasional Indosesia mendirikan organisasi kepanduan dengan tujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan siap menjadi kader pergerakan nasional. Dalam waktu singkat muncul berbagai organisasi kepanduan, antara lain: JPO (Javaanse Padvinders Organizatie), JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), dan HW (Hisbul Wathon). Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan larangan penggunaan istilah Padvindery.

Maka K.H. Agus Salim mengganti Nama Padvindery menjadi Pandu atau Kepanduan, dan menjadi cikal bakal dalam sejarah Pramuka di Indonesia.

Pasca sumpah pemuda, kesadaran nasional juga semakin meningkat, maka pada tahun 1930 berbagai organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung melebur menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada tahun 1931 dibentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia). Kemudian pada tahun 1938 berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia).

Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, organisasi Kepanduan dilarang, maka banyak dari tokoh Pandu yang beralih masuk Keibondan, Seinendan dan PETA. Setelah proklamsi kemerdekaan, kembali dibentuk organisasi kepanduan yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 desember 1945 dan menjadi satu-satunya organisasi Kepanduan. Pada

(13)

tahun 1961 organisasi Kepanduan di Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi Kepanduan dan terhimpundalam 3 federasi organisasi yaitu, IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) berdiri pada tahun 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) pada tahun 1954 dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) sadar akan kelemahan terpecah-pecah, akhirnya ketiga federasi tersebut memutuskan bergabung menjadi satu nama yaitu PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).

Sejarah Pramuka Indonesia dianggap lahir pada tahun 1961. Hal tersebut didasarkan pada Keppres RI No. 112 tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebutkan Presiden pada 9 Maret 1961. Peringatan hari Pramuka diperingati setiap pada tanggal 14 Agustus dikarenakan pada tanggal 14 Agustus 1961 adalah hari dimana gerakan Pramuka di perkenalkan di seluruh Indonesia, sehingga ditetapkan sebagai hari Pramuka yang diikuti dengan pawai besa.

Pendirian gerakan ini pada tanggal 14 Agustus 1961 sedikit-banyak diilhami oleh Komsomoldi Uni Soviet. Sebelumnya Presiden juga telah melantik Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari.

3. Visi Misi Ekstrakulikuler Pramuka

Lampiran III PERMENDIKBUD No 81a tahun 2013 tentang Implementasi Pendidikan menyebutkan bahwa Visi Misi Ekstrakulikuler adalah sebagai berikut:

a) Visi Ekstrakuliuler

Visi kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah berkembangnya potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, dan kemandirian peserta didik secara optimal melalui kegiatan-kegiatan di luar kegiatan intrakurikuler.

b) Misi Ekstrakulikuler

Misi kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

(14)

1) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih dan diikuti sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik.

2) Menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri secara optimal melalui kegiatan mandiri dan atau berkelompok.

Adapun Visi dan Misi Gerakan Pramuka adalah sebagai berikut:

a) Visi Pramuka

Gerakan Pramuka sebagai wadah pilihan utama dan solusi handal masalah kaum muda.

b) Misi Pramuka

1) Mempramukakan kamu muda.

2) Membina anggota yang berjiwa dan berwatak pramuka, berlandaskan iman dan taqwa (Imtaq), serta selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Imtek).

3) Membentuk kader bangsa patriot pembangunan yang memiliki jiwa bela Negara.

4) Menggerakan anggota dan organisasi gerakan Pramuka agar peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Fungsi dan Tujuan Ekstrakulikuler Pramuka

PERMENDIKBUD No 81a tahun 2013 tentang Implementasi Pendidikan menjelaskan bahwa:

a) Fungsi

Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.

1) Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.

(15)

2) Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.

3) Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.

4) Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.

b) Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah:

1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

2) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Fungsi dan tujuan ekstrakulikuler Pramuka adalah sebagai berikut:

a) Fungsi Pramuka

Anggaran dasar Kepramukaan pada bab II pasal 6 menegaskan tentang fungsi pramuka, yaitu sebagai lembaga pendidikan diluar sekolah dan diluar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta sistem among yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwerda Jateng,2003: 10).

(16)

Dari landasan diatas, Kepramukaan berfungsi sebagai:

1) Kegiatan yang menarik bagi anak dan pemuda.

Kegiatan menarik dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan, karena itu dapat diartikan suatu permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan, bukan hanya sekedar main-main yang mengarah pada hiburan semata.

2) Pengabdian bagi orang dewasa.

Bagi orang dewasa, Kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.

3) Alat bagi masyarakat dan organisasi.

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan alat bagi organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar latihan saja dan bukan tujuan pendidikannya.

Berdasarkan paparan diatas, disimpulkan bahwa fungsi kepramukaan meliputi kebutuhan anak, kebutuhan sekaligus kewajiban orang dewasa dan kebutuhan masyarakat. Melalui kegiatan yang menarik dan menyenangkan, maka anak dengan sendirinya akan mengikuti. Demikian pula dengan orang dewasa, pada dirirnya akan tumbuh kesadaran untuk mengabdikan diri pada masyarakatnya sehingga ia menjadi generasi berguna. Disamping itu, bagi masyarakat secara umum dengan adanya kepramukaan akan terpenuhi salah satu kebutuhannya terutama dalam hal pendidikan anak-anaknya.

3) Tujuan Pramuka

Pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan pramuka disampaikan bahwa gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan Pembina Muda Indonesia dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia, agar mereka menjadi:

(17)

1) Manusia yang berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang:

a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, dan tinggi moral.

b) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya.

c) Kuat dan sehat fisiknya.

2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa pancasila, setia dan patuh kepada Negara Republik Indonesia; serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan Negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional.

Depag RI (2004: 45), menjelaskan bahwa kegiatan pramuka bertujuan untuk membentuk pribadi siswa yang matang baik jasmani dan rohani, menumbuhkan sikap toleran, egaliter, dan demokratis dalam pergaulan sosial dan lingkungannya. Adapaun target yang ingin dicapai adalah:

1) Membangun solidaritas kelompok yang kuat dan disiplin dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.

2) Melatih kemandirian dengan modal skills dan keterampilan- keterampilan diri dalam mempertahankan hidup di tengah alam dan situasi yang penuh dengan rintangan dan resiko.

3) Membentuk pribadi yang peka dan pandai dalam melihat persoalanpersoalan sosial, sehingga mampu menjadi manusia yang kreatif, inovatif dan ulet dalam memecahkan dan menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkembang di dalamnya.

4) Melatih siswa untuk taat dan disiplin pada aturan, sistem dan pemimpin dengan berlandaskan kesadaran untuk mewujudkan keharmonisan sosial. Jadi dapat dsisimpulkan bahwa

(18)

ekstrakulikuler Pramuka sangat bermanfaat bagi siswa husunys dalam aktivitasya didalam kelas. Tujuan ekstrakulikuler kepramukaan yang ingin dicapai untuk kepetingan siswa. Dengan kata lain, kegiatan ektrakulikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya.

5. Prinsip dan Kode Kehormatan Ekstrakulikuler Pramuka

Lampiran III PERMENDIKBUD No. 81a tahun 2013 tentang Implementasi Pendidikan menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip sebagai berikut.

a) Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.

b) Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.

c) Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.

d) Menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.

e) Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan giat.

f) Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.

Sejalan dengan prinsip ekstrakulikuler diatas, ekstrakulikuler Pramuka juga mengandung unsur individual, bersifat pilihan, menyenangkan mengembangkan etos kerja dan lain sebagainya. Sehingga tidak heran jika ternyata pemerintah mengkatagorikan ekstrakulikuler Pramuka sebagai kegiatan yang wajib diikuti oleh siswa.

UU RI No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dalam BAB III pasal 6 menjelaskan bahwa Kode Kehormatan Pramuka yaitu:

(19)

a) Kode kehormatan pramuka merupakan janji dan komitmen diri serta ketentuan moral pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

b) Kode kehormatan pramuka terdiri atas Satya Pramuka dan Darma Pramuka.

c) Kode kehormatan pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan, baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat secara sukarela dan ditaati demi kehormatan diri.

d) Satya Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berbunyi: “Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguhsungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesame hidup, ikut serta membangun masyarakat, serta menepati Darma Pramuka.”

e) Darma Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berbunyi:

Pramuka itu:

1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2) Cinta alam dan kasih-sayang sesama manusia;

3) Patriot yang sopan dan kesatria;

4) Patuh dan suka bermusyawarah;

5) Rela menolong dan tabah;

6) Rajin, terampil, dan gembira;

7) Hemat, cermat, dan bersahaja;

8) Disiplin, berani, dan setia;

9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; dan 10) Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Istilah prestasi terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama,

(20)

dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.

Sementara itu, Muhibbin Syah mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, diantaranya adalah:

a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Education Psychology: The Teaching learning Proccess, berpanpat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif ( a process of progressive behavior adaption). Berdasarkan eksperimenya, B. F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).

b. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memoryi berpendapat Learning is change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yanng ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mmengaruhi organisme.

c. Wittig dalam bukunyam, Psychology of Learning, mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in an organisme’s behavioral repertoire that occuors as result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

d. Biggs dalam pendahuluan buku Teaching of Learning, mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu: arumusan kunatitatif, rumusan instusional, dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua yang terlibat dalam proses pendidikan (Syah, 2007).

(21)

Prestasi Belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok, ataupun usaha maksimal yang dicapai oleh seirang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Presatsi belajar dapat dibedakan menjadi 5 aspek: yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan ketrampilan.

Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh sikap anak periode tertentu.

Prestasi belajar berupa sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif , afektif, dan psikomorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat bakat, penyesuaian sosial, macam-macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah: Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 101).

Sedangkan belajar dalam prespektif psikologis merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Tohirin, 2005:

59). Hal tersebut senada dengan pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): “penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (KBBI, 2008: 110).

Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh (Rusman. 2015: 67) Hasil belajar atau prestasi belajar sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan,

(22)

persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Hal tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2002: 45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku”. Misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara utuh. Belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadinya perubahan perilaku pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan penilaian.

Guru harus dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian. Tolok ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang diperolehnya. Nilai itu diperoleh setelah siswa melakukan sebuah proses yang panjang dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dan selanjutnya mengikuti sebuah tes akhir, kemudian dari tes itulah guru menentukan prestasi belajarnya.

Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2004: 141) adalah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran. Berbeda dengan pendapat Nurkencana (2005: 62) yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai ataudiperoleh anak berupa nilai mata pelajaran, ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

Berkaitan dengan pendapat tokoh di atas, Marsun dan Martinah dalam Sia Tjundjing (2000: 71) berpendapat bahwa, prestasi belajar amerupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan pengertian prestasi belajar menurut para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud prestasi belajar adalah kemampuan atau penguasaan beberapa aspek seperti pengetahuan, sikap, dan

(23)

keterampilan, di mana hal tersbut ditunjukan dengan hasil tes atau angka setelah menempuh proses pembelajaran. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi baik hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Aspek ini berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif

Aspek ini berkenaan denngan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik

Aspek ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflek, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative (Sudjana. 2002 : 22-23)

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa aspek prestasi belajar ada tiga macam. Aspek ini yang biasa di gunakan oleh guru dalam menilai siswa dari setiap kategori atau bagian sesuatu yang di nilai. Yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pegenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka

(24)

membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. (Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, 2014, 138)

Menurut (Slameto, 2003: 54) Secara garis beras faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti keadaan jasmani, psikologis, intelektual (kecerdasan), minat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sarana dan fasilitas belajar. Kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya adalah saling berkaitan dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut (Muhibbin Syah 2003: 130-136) faktor-faktor yang dapat mempengauhi prestasi belajar siswa dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan dan kondisi jasmani siswa, meliputi dua aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.

Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas

(25)

organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.

c) Bakat Siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.

d) Minat Siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

e) Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Lingkungan Sosial

(26)

Lingkungan sosial sekolah sperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang menjadi lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

2) Lingkungan Non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Ngalim Purwanto (1990: 104-105), mengatakan bahwa faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang paling penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengejarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaiman hasil belajar yang dapat dicapai anak.

Berdasarkan uraian di atas tentang faktor yag mempengaruhi prestasi belajar penulis simpulkan bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi prestasi ada tiga macam. Yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

3. Cara menentukan prestasi belajar

Cara yang paling sesuai untuk melihat perkembangan hasil atau prestasi belajar adalah dengan cara melakukan evaluasi. “Evaluasi pada dasarnya adalah proses nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Dalam proses tersebut tercakup usaha mencari dan mengumpulkan data atau informasi. (Nana Sudjana. 1997: 127)

Seorang guru yang melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek (misal prestasi belajar siswa) harus menyadari hakekat dari

(27)

kegiatan kegiatan tersebut dan melaksanakan prinsip-prinsip pelaksanaanya secara konsekuen, sehingga diperoleh skor dan nilai yang benar-benar mewakili sifat objek tersebut. Agar dapat diperoleh skor dan nilai yang benar- benar mewakoili sifat suatu objek, maka seorang guru harus mempergunakan suatu alat pengukur yang bermutu. Untuk dapat menggunakan suatu alat pengukur yang bermutu secara tepat, maka seorang guru perlu memahami dan mengerti berbagai hal seperti teknik tes dan non-tes, ciri-ciri tes perencanaan dan penyusunan tes yang dibuat guru.

Penilaian hasil seseorang guru menggunakan alat pengukur yakni disebut tes, sedangkan dalam penilaian proses ia menggunakan alat pengukur yang disebut alat pengukur non-tes, seperti observasi, wawancara kuesioner skala nilai, daftar cek, catatan anekoda, dan sebagainya. (Masijdo, 1995 : 38)

Pada garis besarnya teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Teknik Tes

Menurut Prof. Dr, Arikunto (1999: 145) menjelaskan dalam bukunya “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan” bahwa, “tes itu mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyimpan suatu standar prestasi prestasi di mana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu”.

Alat pengukur tes banyak dipergunakan dalam bidang pengukur prestasi belajar di sekolah, khususnya untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran intruksional. Tes sebagai alat pengukur mempunyai bermacam-macam arti. Salah satu artinya yakni tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandarkan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok.(Masijdo, 1995 : 38- 39)

(28)

b. Teknik Non Tes

Pengukuran sifat suatu objek dapat dipakai alat pengukur tes dan nontes. Dipakai alat pengukur tes apabila sifat suatu objek yang diukur lebih berupa perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, apa yang dipahami atau proses psikis lainya yang tidak dapat diamati dengan indera-indera, yang bersifat abstrak. Sedangkan perubahan tingkah laku yang lbih berhubungan dengan apa yang dapat dikerjakan yang dapat diamati indera-indera yang bersifat konkret dapat diukur dengan alat pengukur non tes.

Karena perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat dikerjakan, yang dapatdiamati lebih bersifat konkret, situasi pengukuranya sangat tergantung pada situasi di mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala. Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar diperisapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukur non tes terjadi dalam situasi yang kurang distandarisasikan, seperti waktu pengukuran yang dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa, tata tertib pengukuran yang tidak ketat.

Pengukuran non tes berupa rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang kurang distandarisasikan dan dimaksudkan untu mengukur kemampuan atau hasil belajar yang dapat diamati secara konkret dari individu atau kelompok.

Berbagai alat pengukur non tes yang dimaksud antara lain adalah observasi, catatan anekdota, daftar cek, skala nilai, angket, wawancara.

(Masidjo, 1995: 58-59)

Dari pemaparan di atas mengenai cara menentukan prestasi belajar penulis simpulkan bahwa secara garis besar cara menentukan prestasi belajar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes ini bisa berupa mencari nilai siswa dengan cara siswa menjawab serangkaian pertanyaan yang diberikan oleh guru, hal ini biasanya dengan menggunakan tes tertulis. Sedangkan teknik non tes biasanya berupa angket, daftar cek, dan observasi.

(29)

C. Urgensi Ekstrakulikuler Pramuka dalam Aktivitas Belajar Siswa

Perkembangan zaman saat ini, pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Terutama pembelajaran anak sekolah dasar yang pada dasarnya sedang mengalami perkembangan kecerdasan secara pesat baik emosional maupun intelektualnya. Oleh karena itu, untuk menanggulangi adanya pengaruh yang negatif dalam perkembangan kecerdasannya dibutuhkan suatu pendidikan karakter yang tepat.

Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat menjadi sarana seorang guru untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang berpengaruh dalam pendidikan karakter siswanya. Karena kegiatan belajar mengajar saat ini lebih mengedepankan peningkatan kecerdasan siswa dalam menguasai materi pembelajaran dan kurang mengedepankan dalam pendidikan karakter siswanya.

Melalui kegiatan pramuka tersebut diharapkan siswa sekolah dasar dapat terdidik karakternya menuju ke arah yang lebih positif dan dapat menerapkan nilai nilai luhur kepramukaan dalam kehidupan sehari. Oleh karena itu kegiatan pramuka di sekolah dasar dapat menjadi suatu sarana dalam mendidik karakter siswa.

Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran yang besar dalam pendidikan karakter generasi muda.

Pendidikan karakter dari Pramuka itu diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan di alam terbuka. Sehingga kegiatan Pramuka menjadi menarik dan menyenangkan.

Tetapi tetap berpegang teguh pada metode kepramukaan. Kegiatan-kegiatan menarik dalam pramuka yang berada di alam terbuka misalnya yaitu: wide game, berkemah, api unggun dll.

Semua kegiatan kepramukaan sangat memberi manfaat bagi pendidikan karakter peserta didik. Peserta didik dapat bekerja sama satu sama lain dalam memecahkan persoalan, mempunyai jiwa tolong menolong, menambah keberanian dan percaya diri dan pramuka juga dapat melatih peserta didik untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin. Dengan demikian kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka sangan penting bagi pengembangan kemampuan siswa yang imbasnya akan berpengaruh pada aktivitas belajarnya di kelas, dengan demikian secara tidak langsung prestasi belajarnya pun akan membaik.

Referensi

Dokumen terkait

suatu sistem akuntansi yang baik agar penjualan kredit dapat menghasilkan laba.. yang

Dari deskripsi hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat keterampilan teknik dasar bermain futsal siswa pada tim futsal putra dan tim futsal putri

menghindari hal-hal tersebut maka dapat digunakan alternatif pengendalian lain yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia diantaranya dengan

Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamati ketebalan hasil cetakan, warna, dan rasa keripik biji-bijian yang dihasilkan.. Pada uji organoleptik

lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir. pendidikan Islam. Tujuan

Hughes (1990: 6-7) menjelaskan secara lebih rinci alasan mengapa pelatihan penggunaan bahasa kelas sangat penting dilakukan yaitu: (1) bahasa merupakan alat

Komplikasi wasir sangat jarang terjadi tapi meliputi Anemia - Jarang, kehilangan darah kronis dari wasir dapat menyebabkan anemia, di mana Anda tidak memiliki sel

Sedangkan alasan yang memiliki hubungan koensidensi tinggi dengan pendapat tersebut adalah alasan agar arsitek dapat bekerja lebih kreatif-