13 1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam
a. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy dan semuanya
berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata
philain yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan
(love of wisdom)dalam arti sedalam-dalamnya. Mengartikan Sophia
dengan pengetahuan (wisdom atau hikmah). Orang yang cinta
pengetahuan disebut philosophia atau failasuf dalam ucapan arabnya.
Sementara itu secara terminologi ada banyak pendapat tentang filsafat.
Pengertian filsafat dari segi istilah ini mengalami perkembangan dari
zaman ke zaman.1
Ketika ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa menjawab
singkat: filsafat itu mencari kebenaran. Dengan cara berfikir dan bertanya
terus-menerus. Tentang segala hal: dari persoalan gajah sampai persoalan
semut, dari soal hokum dan politik hingga soal moral dan metafisika, dari
soal galaksi hingga bakteri.2 Pendapat yang lebih jelas lagi tentang filsafat antara lain dikemukakan oleh Sidi Gazalba, Menurutnya, filsafat adalah
berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka
mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.3 Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Filsafat sebagai metode berfikir.
Sebagai metode berfikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan
terhadap permasalahan hidup manusia. Dengan berfikir manusia
1
Adri Efferi,Filsafat Pendidikan islam,kudus,Nora Media Enterprise Hal 4 2
Adian Husaini,Filsafat Ilmu Perspektif barat dan Islam,Gema Insani, 2013 Hlm 13 3
menemukan tingkat dan jenis berfikir, antara lain: berfikir religious,
berfikir sosiologis, berfikir empiris, berfikir filosofis, dan berfikir
synopsis.
2. Filsafat adalah berfikir mendalam atau berfikir radikal
3. Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup
4. Filsaft sebagai suatu rumpum problema
5. Filsafat adalah mempertanyakan permasalahan yang ada didunia ini
6. Filsafat sebagai sistem pemikiran. Sebagai sistem pemikiran filsafat
terbagi kedalam tga aspek, yaitu: logika, Erika, dan metafisika.
7. Filsafat sebagai aliran atau teori, sebagai aliran idealisme, realism, dan
sebagainya.
Filsafat merupakan sikap. Sebuah sikap hidup dan sikap terhadap
kehidupan. Dengan melakukan penyikapan terhadap hidup maka manusia
perlu mengetahui hakikat hidup ini. Pengetahuan tentang hidup ini menjadi
penerang jalan kehidupan. Setelah manusia memilki jalan kehidupan maka
manusia dapat mencapai tujuan hidupnya. Pengertian filsafat dari segi
istilah sangat beragam. Keragaman tersebut disebabkan oleh keragaman
pemikiran dan perbedaan sudut pandang ketika melihatsuatu objek filsafat.
Berkenaan dengan pengertian filsafat tersebut, bisa menggunakan dan
mencarikannya dengan pendekatan filosofis. Tentunya, jika hal itu yang
digunakan, maka sangat wajar pendefinisian tentang filsafat sangat
beragam dan bervariasi, baik dari segi makna maupun ruang lingkupnya.4 Berfilsafat berarti berfikir secara radikal, atau merenung secara
mendalam terhadap segala sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh
atau universal untuk mencari hakikat sesuatu, "the most general
science….philosophy has been both the seeking of wisdom and the wisdom tought…" (Dagobert D. Runner Dictionary of Philosophy). "Filsafat,
berarti ilmu yang paling umum…..yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta kebijaksanaan". Para filosof Islam berusaha untuk
4
mendapatkan suatu sandaran bagi pengertian tersebut dari sumber-sumber
agamanya. Dan untuk itu mereka antara lain mengemukakan ayat
Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 269:
Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).(Q.S. Al-Baqarah ayat 269).5
Para filosof Islam mengemukakan perkataan "hikmah" untuk
"kebijaksanaan" atau "Sophia" diatas. Hikmah mengandung kematangan
wawasan, cakrawala pemikiran yang jauh, pemahaman yang mendalam,
yang tidak dapat dicapai pengamatan sepintas saja. Masih ada yang
menambahkan persyaratan lain dari hikmah, yaitu mengetahui pelaksanaan
pengetahuan dan dapat melaksanakannya.6
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah
berfilsafat. Berfikir dalam arti berfilsafat adalah berfikir yang
konsepsional sehingga menyentuh esensi obyek yang dipikirkan. Ada
beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan yakni sebagai berikut.
1.Radikal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya.
Berfikir sampai ke hakikatnya, esensi atau sampai substansiyang
dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnyaberusaha untuk
menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala
pengetahuan indra.
2.Universal (umum), berfikir sacara universal adalah berfikir tentang
hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum. Filsafat bersangkutan dengan
pengalaman umum dari umat manusia (common experience of mankind)
5
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1 6
dengan jalan penjajagan, filsafat berusaha untuk sampai pada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
3. Konseptual. Yang dimaksud dengan konsep disini adalah hasil
generalisasi dan abstraksi dai pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses individual.
4. Koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah
berfikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Baik
koheren maupun konsisten, keduanya dapat diartikan sebagai bagan
konseptual yang memuat pendapat-pendapat yang tidak saling
bertentangan di dalamnya.
5.Sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terdapat suatu masalah para
filsuf atau ahli filsafat memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari
proses berfikir yang disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang
merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur
dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6. Komprehensif. Berfikir secara kefilsafatan beruaha untuk menjelaskan
alam semesta secara keseluruhan. Kalau suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, berarti sistem filsafat itu mencakup secara menyeluruh,
tidak ada sesuatupun yang berada diluarnya.
7. Bebas. Sampai batas-batas yang luas sehingga setiap filsafat boleh
dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari
prasangka sosial, historis maupun kultural. Kebebasan berfikir itu adalah
kebebasan yang berdisiplin.
8. Bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang berfikir
sambil bertanggung jawab.
Demikian uraian ciri berfikir filsafat yang menjadi parameter
dalam menentukan proses berfikir seperti apa yang harus dilakukan sistem
filsafat dalam pengertian sebagai suatu cara berfikir. Filsafat tidak
semata-mata hanya proses berfikir saja, tetapi lebih dari itu, berfikir dengan
menggambarkan ciri-ciri tersebut. Manakala persoalan-persoalan yang
konsisten, serta sistematik, disitulah formulasi filsafat menepati posisinya.
Dalam tahap ini, filsafat diartikan sebagai suatu proses menggunakan suatu
cara dan metode berfikir tertentu yang sesuai dengan objeknya. Filsafat
dalam pengertian ini tidak lagi merupakan suatu kumpulan dogama yang
hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu aktifitas berfilsafat,
tetapi merupakan suatu proses dinamis dengan menggunakan cara berfikir
yang khas dan tersendiri.7
Dalam pengertian tradisional, filsafat dipandang sebagai suatu
bentuk ilmu pengetahuan, sebagai sebuah metode mencari kebenaran atau
mencari pengetahuan.8 Menurut Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang
bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajran agama Islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh
ajaran Islam.9
Istilah filsafat pendidikan Islam mengacu pada pengertian
pendidikan Islam secara filosofis, yang sampai ini istilah kejelasan
pendidikan Islam masih menjadi perdebatan dalam kosep dan realitanya.
Secara kelembagaan, khususnya negara Indonesia, realitas pendidikan
Islam kurang mempunyai tempat yang layak dimata pemerintah. Secara
sosial, lembaga pendidikan Islam juga kurang mendapat apresiasi yang
menggembirakan dikalangan masyarakat, yang secara kualitatif justru
mayoritas beragama Islam. fenomena ini tentu mengundang keprihatinan,
apa yang menjadikan lembaga pendidikan Islam kurang menjadi
pendidikan yang utama dikalangan masyarakat Indonesia? Jawaban dari
pertanyaan ini mengundang wacana epistemologis yang tiada henti.10
7
Mahmud,Pemikiran Pendidikan Islam,Bandung, CV. Pustaka Setia, Cet 1, 2011 hlm 31-32
8
Abdurrahman Saleh Abdullah,Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, Jakarta, PT.RINEKA CIPTA, Februari 1994, Hlm 29
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,Op.Cit, Hlm 13 10
Tema filsafat pendidikan Islam menjadi wacana yang belum juga
ada jawabannya, belum ada kata sepakat tentang pengertian konsep
pendidikan Islam, pada satu sisi. Sedangkan disisi lain masih ada
pandangan bahwa pendidikan agama, khususnya Islam, merupakan
wilayah individu yang tidak dapat masuk wilayah publik. Sehingga
pendidikan yang diartikan secara universal mengalami keterasingan untuk
dikaitkan dengan agama. Kesimpulannya, ada dua wilayah yang terpisah
antara keduanya, yakni wilayah individu dan wilayah umum, antar wilayah
teologi dan wilayah skuler, antara wilayah duniawi dan akhirat.11
Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang
pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja
atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keIslaman semata-mata,
melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas, seluas
aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik
toalk studinya adalah ilmu pengetahuan teoretis dan praktis dalam segala
bidang keilmuan yang berkaitan dengan maslah kependidikan yang ada
dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa
mengalami kemandekan. Inilah salah satu cirri masyarakat modern
sekarang, dinamika (geraknya) terus melaju sesuai dengan tuntutan
kebutuhan hidupnya yang semakin meningkat.12
Salah satu tugas pokok dari Filsafat Pendidikan Islam adalah
memberikan arah dalam pencapaian tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan
pendidikan yang hendak dicapai, harus direncanakan (diprogram) melalui
kurikulum pendidikan. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang
sangat penting dalam proses pendidikan maupun lembaga pendidikan
Islam. segla hal yang harus diketahui, diresapi atau dihayati oleh anak
didik harus diterapkan dalam kurikulum. Begitu juga segala hal yang harus
diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya. Dengan demikian,
kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang
11Ibid,
Hlm 3-4 12
harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan
anak didik.13
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat
pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk
merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada
prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan
filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran
tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya
terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang
alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan
bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya
didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan
juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan
ajaran Islam lainnya.14
Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan
Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari
keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak
bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat
pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga
cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara mikro objek
kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau
komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen
pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik,
alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan
lingkungan pendidikan. Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat
pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup
13
Abdul Ghofur, Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal At-Tarbawi, Kajian Pendidikan Islam, STAIN Surakarta. Vol.3. No.1. Mei-Oktober 2005 hlm 1
14
disaj ikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara
makro.15
b. Aliran Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi, Epistimologi, Aksiologi
Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat dibalik alam nyata
ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang
sangat terbatas dari pancaindra kita. Bagaimana realita yang ada ini,
apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa
perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur
(dualism), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).
Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab
pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan
menangka pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Memuat
epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari
pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia.
Epistemologi mebahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas dan hakikat
pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminanbagi guru bahwa
ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.
Sedangkan aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa
pertanyaan pakah yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi
merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya, nilai-nilai
tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.16
15
http://eprints.walisongo.ac.id/811/3/083111098_BAB2.pdf 16
c. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
1. Ontologi
Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut
sebagai proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan
yang bahasanya adalah hakikat sesuatu , keesaan, persekutuan, sebab dan
akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi
atau segala sesuatu yang ada dibumi dengan tenaga-tenaga yang ada
dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala, dan surga.
Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama
dibidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi
adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas
ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan:
apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini ? apakah realitas yang
tampak ini sesuatu realita materi saja ? adakah sesuatu dibalik realita itu ?
apakah realita ini terdiri dari satu unsur (monoisme),dua unsur (dualisme),
ataukah terdiri dari unsur yang banyak(pluralisme).
Didalam pendidikan, Pandangan ontologi secara praktis akan
menjadi masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya
dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak,
baik di masyrakat maupun disekolah, selalu dihadapkan pada realita, objek
pengalaman, benda mati, benda hidup, dan sebagainya. Disini kewajiban
pendidik ialah membina daya piker yang tinggi dan kritis.
2. Epistemologi
Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F. Ferier pada
abad ke-19 di Institut of Metafisics (1854). Dalam Encyclopedia of
Philosophy, epistemologi di definisikan sebagai cabang filsafat yang
bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan
praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan
materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni
pengetahuan. Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana
kita mengetahui benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh
pertanyaan yang menggunakan kata "tahu" dan mengandung pengertian
yang berbeda-beda, baik sumbernya maupun validitasnya.
3. Aksiologi
Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).
Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan didalam aksiologi.
Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang
melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan sosio-politik.
Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan
menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan
manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk
mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi
menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.17
d. Pengertian Pendidikan Islam
Rangkaian kata "pendidikan Islam" bisa dipahami dalam arti
berbeda-beda, antara lain: istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam,
berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai
dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari al-Qur'an
dan as-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) islam, berdasar atas
perspektif bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban
yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam
"proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat islam".
sedangkan istilah ketiga, pendidikan (dalam) Islam, pendidikan agama
Islam dalam hal ini bisa dipahami sebagai "proses dan upaya serta cara dan
transformasi ajaran-ajaran islam tersebut, agar menjadi rujukan dan
17
pandangan hidup bagi umat Islam". dengan demikian, pendidikan (agama)
Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam.18
Pendidikan Islam adalah pendidikan Islami, pendidikan yang
mempunyai karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang
didirikan dan dikembangkan diatas dasar ajaran Islam. hal ini member arti
yang signifikan, bahwa seluruh pemikiran dan aktifitas pendidikan Islam
tidak mungkin lepas dari ketentuan bahwa semua pengembangan dan
aktifitas kependidikan Islam haruslah benar-benar merupakan realisasi
atau pengembangan dari ajaran Islam itu sendiri.19
Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah, sebagaiman Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh
aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.20 Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.21 Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab, terdapat
berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dan tokoh-tokoh
pendidikan islam dalam memberikan pengertian tentang pendidikan islam
dan sekaligus diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Tanpa
mengurangi penghormatan terhadap orang yang berpendapat lain, kiranya
kata at-tarbiyah itu lebih tepat untuk diterapkan dalam pengertian
"pendidikan". Karena dalam istilah at-tarbiyah tercakup didalamnya
segala kegiatan yang berupa menumbuhkan, mengembangkan,
memperbaiki, mengurus, memimpin, mengawasi serta menjaga anak didik,
yang semua kegiatan itu memang tercakup dalam pengertian "pendidikan"
18
Ahmad Tantowi,Pendidikan Islam di Era Transformasi Global,Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, Mei 2008 Hal 7-8
19
Muhammad As Said,Op.Cit.hlm 10 20
M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner,Bumi Aksara 1994 Hlm 8
21
dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian maka istilah "pendidikan
islam" dalam bahasa arabnya bisa dipakai istilah at-tarbiyah
al-islamiyah.22
Sementara itu pendapat lain dari Sayyid Muhammad Naquib
Al-Attas mengemukakan bahwa al-ta’dib adalah yang paling tepat untuk diidentikkan dengan pendidikan. Addaba berarti mendidik. al-Ta’dib
berarti pendidikan. al-Ta’dib,menurutnya adalah penyemaian adab dalam diri seseorang. Argumentasi Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas
dalam hal ini adalah bahwa al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad, yang oleh mayoritas
kalangan akademik muslim disebut sebagai manusia sempurna atau
manusia universal. Oleh karena itu,pendidikan Islam harus merefleksikan
manusia sempurna dan manusia universal.23
Dan menurut Zakiyah Darajat, pendidikan Islam didefinisikan
dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.24
Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses
kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam
berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan
redaksi yang agak singkat, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan
yang berdasarkan Islam. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan
manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan besumber pada Al-Qur'an
dan Hadits serta akal. Kata "Islam" dalam "pendidikan Islam"
menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna
Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.
22
Ahmad Falah,Aspek-Aspek Pendiddikan Islam,Yogyakarta, Idea Press 2010 23
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/34/36/pdf 24
pembahasan ini tentulah agak berbau filsafat suatu hal yang sulit
dihindari.25
Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah,
maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang
bernafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui dan
mengakui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam
masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula
jasa-jasanya telah tampak mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang
tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya.
Pendidikan Islam seperti yang dikehendaki umat Islam, harus mengubah
strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi
menuntut perombakan model-model sampai dengan institut-institutnya
sehingga lebih efektif dan efisien. Dalam artian pedagogis, sosiologis, dan
kultural.26
Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang
jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan
penyebaran Islam. tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan
idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai
ganda dengan tuntunan hidup yang multikompleks pula.27
Pendidikan Islam itu merupakan satu proses yang tidak hanya
menyangkut transfer ilmu, akan tetapi bagaimana menjadikan manusia
makhluk berakhlak dengan akhlak yang baik serta dari hasil pendidikan itu
dapat membantu kehidupan diri dan kemasyarakatannya dengan
berlandasan ajaran Islam.28
25
Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, cet.II. hlm 12
26
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2003, Hlm 4-5
27
Ibid,hlm 7
28
Zulkarnain Yani, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan
Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung) Jurnal Penelitian Agam dan Masyrakat,
Istilah pendidikan Islam dalam pandangan Hasan Langgulung
digunakan sekurang-kurangnya untuk depalan pengertian dan dalam
konteks yang berbeda yaitu:
1. Pendidikan Keagamaan(al-Tarbiyah al-Diny)
2. Pengajaran Agama(al-Ta'lim al-din)
3. Pengajaran Keagamaan(al-Ta'lim al-Diny)
4. Pendidikan Keislaman(al-Ta'lim al-Islami)
5. Pendidikan dalam Islam(al-Tarbiyah fi al-Islam)
6. Pendidikan dikalangan orang Islam(al-Tarbiyah Inda al-Muslimin)
7. Pendidikan orang-orang Islam(Tarbiyah al-Muslimin)
8. Pendidikan Islam(al-Tarbiyah al-Islamiyah).29
Diantara kata-kata yang sering didengar dan diulang-ulangi oleh
orang-orang pendidikan, kadang-kadang karena kejahilan, kadang-kadang
karena meniru orang barat, dan kadang-kadang karena maksud jahat untuk
memburuk-burukan Islam, adalah bahwa tidak ada teori pendidikan
Islamdan tidak ada pemikiran pendidikan Islam. tidak mungkin
dibayangkan ada pendidikan Islam, sistem pendidikan yang mempunyai
ciri-ciri, filsafat dan tujuan-tujuannya, yang mencerminkan ideologi
kehidupan dalam masyarakat Islam tanpa adanya teori pendidikan Islam,
atau pemikiran pendidikan Islam. kejahilan terhadap pendidikan Islam,
pemikiran pendidikan Islam, dan filosof-filosof pendidikan Islam tidaklah
mengurangi derajat Islam dan pendidikan Islam, hanyalah menurunkan
derajat orang-orang yang tidak mengetahuinya. Seharusnya mereka
mengetahuinya dengan sempurna sebagai orang-orang Islam.30 nilai pemikiran pendidikan Islam terdapat dalam sebuah Hadits Rasulullah
SAW yang bermakna :
" aku telah meninggalkan bagimu sesuatu yang jika kamu perpegangi dengan teguh niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku"
29
Zulkarnain Yani,Op.Cit,hlm 257-258 30
ini sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW di berbagai keadaan.
Artinya: 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S. Al-Ahzab:21)31
Artinya : 80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.(Q.S. An-Nisaa' :80)32
Jadi berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah itulah yang
memlihara masyarakat Islam pada zaman kuatnya dari diresapi oleh
faktor-faktor yang melemahkan.33
Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa
Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu
pengetahuan.
Firman Allah dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada apa yang tidak ketahui.(QS. Al-‘Alaq : 1-5)34
31
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 418 32
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 77 33
Hasan Langgulung,Op.Cit,Hlm 126 34
Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong
umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis
dan diteruskan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Islam
disamping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh
umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, jadi Islam
mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Melakukan proses belajar dan
mengajar adalah bersifat manusiawi, yaitu sesuai dengan harkat
kemanusiaannya, sebagai makhluk homo educandus, dalam arti manusia
itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Banyak ayat
Al-Qur'an dan Hadits yang menjelaskan hal tersebut antara lain.35 Surah Al-Taubah ayat 122
.
Artinya : 122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S. Al-Taubah 122)36
Surah Al-Maidah ayat 67
Artinya : 67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Maidah ayat 67)
Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.
35
Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991, Hlm 98-99 36
Surah Az-Zumar ayat 9
Artinya : 9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Q.S. Az-Zumar ayat 9)37 Sabda Nabi
Artinya : Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap ,uslim pria dan wanita (H.R. Ibnu Abdil Bar)
Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya
mengandung berbagai dimensi. Seperti dimensi manusia sebagai subyek
atau pelaku pendidikan (baik berstatus sebagai pendidik atau peserta
didik), maupun dimensi landasan, tujuan, materi atau kurikulum,
metodologi, dan dimensi institusi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dimensi dimensi tersebut merupakan faktor penting yang mendukung
keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan pendidikan, dan masing-masing
dimensi ini memiliki paradigma fungsional sendiri-sendiri dan saling
terkait untuk bersinergi dalam sebuah sistem pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
hidup dan kehidupan manusia. John Dewey dalam Jalaludin menyatakan,
bahwa: Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai
bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan
serta membentuk disiplin ilmu. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan
bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia,
memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum,
kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan di
37
dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan
hidup manusia. Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan
manusia, karena pendidikan Islam berorientasi dalam memberikan bekal
kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Oleh karena itu, pendidikan menjadi perhatian utama dalam rangka
memajukan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. Semestinya
pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam
rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal,
agar manusia tidak hanya menginginkan kebahagiaan hidup setelah mati
(eskatologis), namun kebahagiaan di duniapun bisa diraihnya, Pada
kehidupan masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup
yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan
keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan
teoretis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Dalam
perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran
yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada
aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan
sekalipun, sebagai akumulasi dari respon dari sejarah pemikiran manusia
dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua
model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak
tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan
Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih
menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung
eksklusif-literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan
ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh mendasarnya.38
Secara teori, pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu merupakan
konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat
dikembangkan dari hipotesa-hipotesa yang bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadits baik dari segi sistem, proses, dan produk yang diharapkan mampu
38
membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya.
Dari segi teori, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang
proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan
optimal anak didik yang berlangsung diatas landasan nilai-nilai ajaran
Islam.39
Para ahli pendidikan Islam biasanya telah menyoroti istilah-istilah
tersebut yaitu istilah At-Ta'diib, At-Ta'liim dan At-Tarbiyah dari aspek
perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Muhammad Athiyah
Al-Abrasyi dan Muhammad Yunus menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan
Ta'lim dari segi makna istilah maupun aplikasinya memiliki perbedaan
mendasar, mengingat dari segi makna istilah Tarbiyah berarti mendidik,
sementara Ta'lim berarti mengajar, dua istilah tersebut secara subtansial
tidak bisa disamakan. Imam Baidawi mengatakan bahwa istilah pendidik
(Tarbiyah) lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Islam.
sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil kajiannya berkesimpulan
bahwa istilah pengajaran(Ta'lim)lebih luas jangkauannya dan lebih umum
sifatnya dari pada pendidikan. Kajian lainnya berusaha membandingkan
dua istilah diatas dengan istilah Ta'dib, sebagaiman dikatakan oleh Sayyid
Muhammad Al-Naquib Al-Attas bahwa dari hasil kajiannya ditemukan
bahwa istilah Ta'dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks
pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilahTarbiyah
danTa'lim.40
Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang
berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini,
maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep
ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada
39
Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers, Juli 2002, Hlm 9-10
40
peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis
mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.41
e. Dasar pendidikan Islam
Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan
nilai-nilai dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya
proses kependidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Untuk tujuan
itu, harus memahami falsafah pendidikan Islam, karena ia menjadi
dasarnya dan sekaligus mengarahkan tujuan. Oleh karena menyangkut
permasalahan falsafah maka dalam pola dasar pendidikan Islam itu
mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan alam
raya, prinsip kehidupan manusia sebagai pribadi, dan
prinsip-prinsip kehidupannya sebgai makhluk sosial. Ketiga prinsip-prinsip tersebut akan
melibatkan pembahasan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis
berturut-turut sebagai berikut :
Ontologi : yang membahas tentang asal-usul kejadian alam nyata dan
dibalik alam nyata.
Epistemologi : yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahui
gejala alam.
Aksiologi : yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori nilai atau
yang disebut etika.42
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of
culture dan bermanfaat bagi amnesia, maka perlu acuan pokok yang
mendasarinya. Karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari
kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagogik, maka
acuan yang menjadi dasar pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari
pandangan hidup suatu masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan.43
41
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers Juli 2002 hlm 32
42
M. Arifin,Op.Cit.Hlm 37 43
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan
kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar
yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah
bagi pelaksanaan pendidikan yang telah deprogramkan. Dalam konteks ini,
dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber
nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kea
rah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari
pendidikan Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah (Hadits).
Menetapkan al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat
dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai
pedoman, al-Qur'an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara
kesucian dan kebenarannya. Baik dalam pembinaan aspek kehidupan
spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula
dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam.
secara umum, Hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang didasarkan
kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.
Keperibadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang
baik. Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh
Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua
fungsi, yaitu : (1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat
dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
(2). Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama
sahabat, pelakunya terdapat anak-anak, dan pendidikan keimanan yang
pernah dilakukannya.44
44
f. Tujuan Pendidikan Islam
Melihat posisi sentral manusia dalam proses pendidikan yang
melibatkan potensi fitrah, cita rasa ketuhanan dan hakikat serta wujud
manusia menurut pandangan Islam, maka tujuan pendidikan Islam adalah
untuk aktualisasi dari potensi-potensi kemanusiaan tersebut. Karena
potensi yang ada merupakan nilai-nilai ideal yang dalam wujud
implementasinya akan membentuk pribadi manusia secara utuh, sempurna
dan mandiri. Bahkan tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah untuk
perwujudan penyerahan mitlak kepada Allah, pada tingkat individual,
masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.45
Secara etimologi, "tujuan" adalah arah, maksud atau haluan. Dalam
bahasa Arab "tujuan" diistilahkan dengan "Ghayat, Ahdaf, atau
Maqashid". Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan "goal,
purpose, objectives, atau aim". Secara termonologi, "tujuan" berarti
"Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan
selesai".46
Adapun tujuan pendidikan adalah untuk membentuk pribadi
muslim yang berakhlak mulia (al-khuluq al-syarif), yaitu pribadi yang
mulia secara subtansial dan esensial, bukan kemuliaan yang temporal dan
eksidental serta mewujudkan pribadi yang baik, sempurna dan bahagia.47 Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya tujuan
pendidikan Islam adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul
dengan sesama manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar
ma'ruf nahi mungkar kepada sesama manusia. Anak didik yang telah
dibina dan digembleng oleh pola pendidikan Islam adalah anak didik yang
sukses dalm kehidupan karena ia memilki kemampuan dan kemauan yang
kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang di
ridhai Allah dan Rasul-Nya. Pendidikan Islam bertujuan membangun
45
Dakir dan Sardimi,Op.Cit, 54 46
Armai Arief,Op.Cit. Hlm 15 47
Muhammad Zaini, Wacana Pendidikan Islam Jurnal Ilmiah Tarbiyah Refleksi
karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam
kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah:11
Artinya : 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadilah:11)48
Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan
kepada umat Islam untuk membangun atau memiliki lembaga pendidikan
agar generasi mendatang kaum muslimin memilki kecerdasan yang
mumpuni, mentalitas yang kuat dan keshalehan individual dan sosial yang
fumdamental.49
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan keperibadian manusia (peserta didik), secara menyeluruh dan
seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual),
diri manusia yang rasional: perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan
hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut
berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir
48
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 542 49
pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna
kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia.50 Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip Dakir dan Sardimi
memberikan merumuskan mengenai fungsi tujuan pendidikan Islamyang
harus mengenai empat macam yaitu:
1. Mengakhiri usaha
2. Mengarahkan usaha
3. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik
tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan utama
4. Memberikan nilai(sifat) pada usaha-usaha itu.51
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada : tujuan
umum, tujuan sementara, tujuan akhir, tujuan operasional. Tujuan umum
adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik
dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan
yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu
yang direncanakan dalamsebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan
yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna
(insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara Tujuan
operasional adalah tujuan praktis yag akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu.52
Secara normatif tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam melipti
tiga dimensi, pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak
mulia. (yang tercermin dalam ibadah dan mu'amalah). Dimensi spiritual ini
tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak mulia, yang menurut Muhammad
Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama pendidikan Islam. Muhammad
Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan bahwa ulama-ulama dan sarjana-sarjana
Muslim (terdahulu) dengan penuh perhatian telah berusaha menanamkan
akhlak mulia kepada peserta didik, membiasakan mereka berpegang
ke[ada moral yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. Berfikir
50
Samsul Nizar.Op.Cit. Hlm 37-38 51
Dakir dan Sardimi, Op.Cit,Hlm 55 52
secara rohaniah dan imsaniah, serta menggunakan waktu untuk belajar
ilmu-ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan, tanpa melirik pada
keuntungan materiil.53
Pendidikan merupakan usaha dan kegiatan yang sarat dengan
tujuan. Kedudukan tujuan dalam pendidikan cukup strategis, karena selain
memberikan panduan tentang karakteristik manusia yang ingin dihasilkan
oleh pendidikan tersebut, sekaligus pula menentukan arah dan
langkah-langkah dalam melakukan seluruh kegiatan dan proses penyelenggaraan
pendidikan. Oleh karena itulah berbagai pembahasan dan penelusuran
terhadap suatu sistem pendidikan seringkali mengalami kegagalan
disebabkan mengabaikan kajian terhadap konsep-konsep tujuan
pendidikan yang dicanangkannya, hal itu berarti bahwa untuk memahami
konsep-konsep pendidikan Islam, tentulah diperlukan pemahaman yang
memadai tentang tujuan pendidikan Islam.54
Tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah suatu upaya untuk dapat
merealisasikan identitas Islam, yaitu menyangkut nilai perilaku manusia
yang didasari oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber
kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Kongres Pendidikan Islam sedunia di
Islamamad Tahun 1980 merumuskan tujuan pendidikan Islam adalah :
merealisasikan cita-cita (idealisme) Islami yang mencakup pengembangan
kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis,
berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis (jasmaniah) manusia yang
mengacu pada keimanan dan sekaligus ilmu pengetahuan secara
berkeseimbangan, sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang
berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah SWT.55
53
M.Athiyah Al-Abrasyi,Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,Jakarta, Bulan Bintang, 1993, 19970 hlm 10-11
54
Ahmad Falah.Op.Citbab 3 55
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Al-An’am:162).56
Tujuan pendidikan Islam dapat diklarifikasikan kepada tiga yaitu:
1. Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu
pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah
2. Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan Akhlaq
al-karimah
3. Tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta didik mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dengan ketiga tujuan ini diharapkan pendidikan yang diprogramkan akan
mampu mengantarkan peserta didik pada kedekatan diri kepada Allah.57 Ada dua sarana pokok untuk mencapai tujuan pendidikan:
Pertama, bidang pengetahuan yang harus menjadi bekal para murid.
Dengan kata lain materi pendidikan yang harus dipelajari murid. Kedua,
cara terbaik untuk menyajikan pengetahuan dan bahasan pengajaran dari
suatu materi pendidikan, hingga terpenuhilah apa yang di inginkan dan
bisa mengambil manfaat dari materi itu. Dengan demikian murid dapat
mencapai tujuan yang di inginkan dari pendidikan dan pengajarannya.
Al-Ghazali merumuskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidup
dan nilai-nilai yang mendasarinya. Atau singkatnya sesuai dengan
filsafatnya.58
Menurut Ibn Khaldun ada tiga tingkat tujuan pendidikan Islam
yaitu:
1. Pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu, orang awan bisa
memiliki pemahaman yang sama tentang suatu persoalan dengan
seorang ilmuan, akan tetapi, potensi al-makalah atau Skill tidak bisa
dimiiki oleh stiap orang, kecuali setelah ia benar-benar memahami dan
56
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128 57
Samsul Nizar.Op.Cit.hlm 87 58
mendalami satu disiplin tertentu, semenatara itu sampai pada tahap ini,
diperlukan pendidikan yang sistematis dan mendalam
2. Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman,
dalam hal ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh
keterampilan yang tinggi pada profesi tertentu.
3. Pembinaan pemikiran yang baik. Kemampuan berpikir merupakan
garis pembeda antara manusia dan binatang. Oleh karena itu
pendidikan hendaknya diformat dan dilaksanakan dengan terlebih
dahulu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi
psikologis peserta didik.59
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia
dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang
berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran:
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.(Al-Dzariyat:56)60
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam Keadaan beragama Islam (Al-Imron:102)61
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam apada hakikatnya adalah
realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi
kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat. Rumusan-rumusan
tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli
59
Samsul Nizar.Op.Cit.hlm hlm 93-94 60
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599 61
pendidikan Islam dari semua golongan dan madzab dalam Islam, misalnya
sebagai berikut:
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam
mempunyai tujuan yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan
hidup manusia sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial
yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya. Oleh karena itu, pendidikan
Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat
melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra.
Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya,
baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun
bahasanya (secara perorangan maupun secara kelompok). Pendidikan
tersebut harus mendorong semua aspek ke arah keutamaan serta
pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan akhir dari pendidikan Islam itu
terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah,
baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara
keseluruhan.62
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia
dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang
berbahagia di dunia dan akhirat.
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Al-Dzariat:56).63
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam..(Q.S. S. ali Imran: 102)64
62
M. Arifin,Op.Cit, Hlm 28 63
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599 64
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan
lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir
pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa
yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis,
sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi
ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini
dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap
tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
telah dicapai. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu
merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh
Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada
Allah. Seperti dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Adz-Dzariyat:56)65
Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya
agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan
hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.66
Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam
adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW sewaktu hidupnya, yaitu terbentuknya moral yang tinggi, karena
pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa
mengabaikan pendidikan jasmani, akal, dan ilmu praktis. Dengan berpijak
pada firman Allah,67sebagai berikut:
65
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599 66
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh1367246107.pdf 67
Artinya : dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S. Al-Qashash:77)68
Mengutip pendapat Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas,
Hasan Langgulung menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim
sama artinya dengan do'a yang selalu dibaca dalam shalat, yaitu :
Artinya : Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".(Q.S. Al-An'am:163)69
Tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan Islam
sepanjang sejarah, semenjak zaman Nabi Muhammad SAW hingga akhir
zaman.70
g. Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islam adalah
memberikan kompas atau arah dan tujuan pendidikan Islam. suatu tujuan
kependidikan yang hendak dicapai harus direncanakan (diprogramkan)
dalam apa yang disebut "kurikulum".
Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau
kesinambungan. Tujuan yang hendak dicapai harus tergambar didalam
68
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 385 69
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128 70
program yang tertuang didalam kurikulum, bahkan program itulah yang
mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses
kependidikan.
Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting
dalm proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan Islam.
segala hal yang harus diketahui atau diresapi juga dihayati oleh anak didik
harus ditetapkan dalam kurikulum itu. Juga segala hal yang harus
diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya, harus dijabarkan didalam
kurikulum.71
Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai suatu
sistem adalah materi. Materi pendidikan Islam ialah semua bahan pelajaran
yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem instruksional
pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum.
Sedangkan kurikulum menunjuk kepada materi yang sebelumnya telah
disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.72 Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu
curiryang arinya pelari dancurereyang berarti jarak yang harus ditempuh
oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga yang
berarti " a little racecourse" (suatu jarak yang harus ditempuh dalam
pertandingan olah raga). Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya
dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai "circle of
instruction" yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid
terlibat didalamnya. Sementara pendapat yang lain dikemukakan bahwa
kurikulum adalah arena pertandingan, tempat pelajar bertanding untuk
menguasai pelajaran guna mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah
atau gelar kesarjanaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunkan pendidik
untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang di
71
Muzayyin Arifin,Op.Cit.77 72
inginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental.73
Sedangakan secara terminologi, berarti rancangan program
pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada
peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui
serangkaian pengalaman belajar. Kedua aspek tersebut, tujuan dan
pengalaman belajar dalam sebuah kurikulum ditentukan oleh keinginan,
keyakinan atau pengetahuan serta kemampuan anggota masyarakat yang
menyelenggarakan program pendidikan tersebut.74
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
a. Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan
dan diamalkan harus berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta
ijtihad para ulama'.
b. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek
pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.
c. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman
serta kegiatan pengajaran.
Sebelum membuat dan menentukan suatu kurikulum, ada beberapa
prinsip yang patut dipertimbangkan yaitu:
1. Mata pelajaran dapat berpengaruh terhadap pendidikan jiwa serta
kesempurnaan jiwa anak didik.
2. Mata pelajaran yang diberikan dapat memberikan petunjuk serta
tuntunan untuk menjalani hidup dengan mulia.
3. Mata pelajaran sebaiknya secara langsung dapat memberikan manfaat
bagi anak didik didalam hidupnya.
4. Mata pelajaran hendaknya mencerminkan pendidikan kejiwaan yang
sesuai dengan bakat dan keinginan anak.
73
Samsul Nizar,OP.Cit,Hlm 55-56 74
5. Mata pelajaran hendaknya dapat menjadi alat pembuka jalan untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri
kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi
anak didik untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap
Tuhan, terhadap diri dan terhadap lingkungan sekitar.75
Pada umumnya kurikulum adalah nama-nama mata pelajaran
beserta silabinya atau pokok bahasan. Esensi kurikulum adalah program
dalam mencapai tujuan pendidikan.76 Kurikulum adalah konsep yang sering terdengar dalam dunia pendidikan, tetapi banyak yang mengartikan
kurikulum identik dengan mata pelajaran atau mata kuliah. Sesungguhnya
istilah kurikulum berasal dari bahasa latin curriculum yang arti asalnya a
ranning course, or race course dan dalam bahasa Prancis berasal dari
bahasa courier yang artinya berlari. Istilah kurikulum digunakan sebagai
makna majazi dari mengejar mata pelajaran demi mencapai ijazah dan
gelar. Kurikulum bukan sekedar mata pelajaran atau mata kuliah.
Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses
pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha
lembaga pendidikan