• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. Deskripsi Pustaka 1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam a. Pengertian Filsafat - KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (PERSPEKTIF SAYYID MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS DAN MUHAMMAD ATHIYAH AL-ABRASYI) - STAIN Kudus Reposi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. Deskripsi Pustaka 1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam a. Pengertian Filsafat - KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (PERSPEKTIF SAYYID MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS DAN MUHAMMAD ATHIYAH AL-ABRASYI) - STAIN Kudus Reposi"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

13 1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam

a. Pengertian Filsafat

Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah,

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy dan semuanya

berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata

philain yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan

(love of wisdom)dalam arti sedalam-dalamnya. Mengartikan Sophia

dengan pengetahuan (wisdom atau hikmah). Orang yang cinta

pengetahuan disebut philosophia atau failasuf dalam ucapan arabnya.

Sementara itu secara terminologi ada banyak pendapat tentang filsafat.

Pengertian filsafat dari segi istilah ini mengalami perkembangan dari

zaman ke zaman.1

Ketika ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa menjawab

singkat: filsafat itu mencari kebenaran. Dengan cara berfikir dan bertanya

terus-menerus. Tentang segala hal: dari persoalan gajah sampai persoalan

semut, dari soal hokum dan politik hingga soal moral dan metafisika, dari

soal galaksi hingga bakteri.2 Pendapat yang lebih jelas lagi tentang filsafat antara lain dikemukakan oleh Sidi Gazalba, Menurutnya, filsafat adalah

berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka

mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.3 Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Filsafat sebagai metode berfikir.

Sebagai metode berfikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan

terhadap permasalahan hidup manusia. Dengan berfikir manusia

1

Adri Efferi,Filsafat Pendidikan islam,kudus,Nora Media Enterprise Hal 4 2

Adian Husaini,Filsafat Ilmu Perspektif barat dan Islam,Gema Insani, 2013 Hlm 13 3

(2)

menemukan tingkat dan jenis berfikir, antara lain: berfikir religious,

berfikir sosiologis, berfikir empiris, berfikir filosofis, dan berfikir

synopsis.

2. Filsafat adalah berfikir mendalam atau berfikir radikal

3. Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup

4. Filsaft sebagai suatu rumpum problema

5. Filsafat adalah mempertanyakan permasalahan yang ada didunia ini

6. Filsafat sebagai sistem pemikiran. Sebagai sistem pemikiran filsafat

terbagi kedalam tga aspek, yaitu: logika, Erika, dan metafisika.

7. Filsafat sebagai aliran atau teori, sebagai aliran idealisme, realism, dan

sebagainya.

Filsafat merupakan sikap. Sebuah sikap hidup dan sikap terhadap

kehidupan. Dengan melakukan penyikapan terhadap hidup maka manusia

perlu mengetahui hakikat hidup ini. Pengetahuan tentang hidup ini menjadi

penerang jalan kehidupan. Setelah manusia memilki jalan kehidupan maka

manusia dapat mencapai tujuan hidupnya. Pengertian filsafat dari segi

istilah sangat beragam. Keragaman tersebut disebabkan oleh keragaman

pemikiran dan perbedaan sudut pandang ketika melihatsuatu objek filsafat.

Berkenaan dengan pengertian filsafat tersebut, bisa menggunakan dan

mencarikannya dengan pendekatan filosofis. Tentunya, jika hal itu yang

digunakan, maka sangat wajar pendefinisian tentang filsafat sangat

beragam dan bervariasi, baik dari segi makna maupun ruang lingkupnya.4 Berfilsafat berarti berfikir secara radikal, atau merenung secara

mendalam terhadap segala sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh

atau universal untuk mencari hakikat sesuatu, "the most general

science….philosophy has been both the seeking of wisdom and the wisdom tought…" (Dagobert D. Runner Dictionary of Philosophy). "Filsafat,

berarti ilmu yang paling umum…..yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta kebijaksanaan". Para filosof Islam berusaha untuk

4

(3)

mendapatkan suatu sandaran bagi pengertian tersebut dari sumber-sumber

agamanya. Dan untuk itu mereka antara lain mengemukakan ayat

Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 269:

















  













Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).(Q.S. Al-Baqarah ayat 269).5

Para filosof Islam mengemukakan perkataan "hikmah" untuk

"kebijaksanaan" atau "Sophia" diatas. Hikmah mengandung kematangan

wawasan, cakrawala pemikiran yang jauh, pemahaman yang mendalam,

yang tidak dapat dicapai pengamatan sepintas saja. Masih ada yang

menambahkan persyaratan lain dari hikmah, yaitu mengetahui pelaksanaan

pengetahuan dan dapat melaksanakannya.6

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah

berfilsafat. Berfikir dalam arti berfilsafat adalah berfikir yang

konsepsional sehingga menyentuh esensi obyek yang dipikirkan. Ada

beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan yakni sebagai berikut.

1.Radikal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya.

Berfikir sampai ke hakikatnya, esensi atau sampai substansiyang

dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnyaberusaha untuk

menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala

pengetahuan indra.

2.Universal (umum), berfikir sacara universal adalah berfikir tentang

hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum. Filsafat bersangkutan dengan

pengalaman umum dari umat manusia (common experience of mankind)

5

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1 6

(4)

dengan jalan penjajagan, filsafat berusaha untuk sampai pada

kesimpulan-kesimpulan yang universal.

3. Konseptual. Yang dimaksud dengan konsep disini adalah hasil

generalisasi dan abstraksi dai pengalaman tentang hal-hal serta

proses-proses individual.

4. Koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah

berfikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Baik

koheren maupun konsisten, keduanya dapat diartikan sebagai bagan

konseptual yang memuat pendapat-pendapat yang tidak saling

bertentangan di dalamnya.

5.Sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terdapat suatu masalah para

filsuf atau ahli filsafat memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari

proses berfikir yang disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang

merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur

dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

6. Komprehensif. Berfikir secara kefilsafatan beruaha untuk menjelaskan

alam semesta secara keseluruhan. Kalau suatu sistem filsafat harus bersifat

komprehensif, berarti sistem filsafat itu mencakup secara menyeluruh,

tidak ada sesuatupun yang berada diluarnya.

7. Bebas. Sampai batas-batas yang luas sehingga setiap filsafat boleh

dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari

prasangka sosial, historis maupun kultural. Kebebasan berfikir itu adalah

kebebasan yang berdisiplin.

8. Bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang berfikir

sambil bertanggung jawab.

Demikian uraian ciri berfikir filsafat yang menjadi parameter

dalam menentukan proses berfikir seperti apa yang harus dilakukan sistem

filsafat dalam pengertian sebagai suatu cara berfikir. Filsafat tidak

semata-mata hanya proses berfikir saja, tetapi lebih dari itu, berfikir dengan

menggambarkan ciri-ciri tersebut. Manakala persoalan-persoalan yang

(5)

konsisten, serta sistematik, disitulah formulasi filsafat menepati posisinya.

Dalam tahap ini, filsafat diartikan sebagai suatu proses menggunakan suatu

cara dan metode berfikir tertentu yang sesuai dengan objeknya. Filsafat

dalam pengertian ini tidak lagi merupakan suatu kumpulan dogama yang

hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu aktifitas berfilsafat,

tetapi merupakan suatu proses dinamis dengan menggunakan cara berfikir

yang khas dan tersendiri.7

Dalam pengertian tradisional, filsafat dipandang sebagai suatu

bentuk ilmu pengetahuan, sebagai sebuah metode mencari kebenaran atau

mencari pengetahuan.8 Menurut Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang

bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajran agama Islam tentang hakikat

kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta

dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh

ajaran Islam.9

Istilah filsafat pendidikan Islam mengacu pada pengertian

pendidikan Islam secara filosofis, yang sampai ini istilah kejelasan

pendidikan Islam masih menjadi perdebatan dalam kosep dan realitanya.

Secara kelembagaan, khususnya negara Indonesia, realitas pendidikan

Islam kurang mempunyai tempat yang layak dimata pemerintah. Secara

sosial, lembaga pendidikan Islam juga kurang mendapat apresiasi yang

menggembirakan dikalangan masyarakat, yang secara kualitatif justru

mayoritas beragama Islam. fenomena ini tentu mengundang keprihatinan,

apa yang menjadikan lembaga pendidikan Islam kurang menjadi

pendidikan yang utama dikalangan masyarakat Indonesia? Jawaban dari

pertanyaan ini mengundang wacana epistemologis yang tiada henti.10

7

Mahmud,Pemikiran Pendidikan Islam,Bandung, CV. Pustaka Setia, Cet 1, 2011 hlm 31-32

8

Abdurrahman Saleh Abdullah,Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, Jakarta, PT.RINEKA CIPTA, Februari 1994, Hlm 29

9

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,Op.Cit, Hlm 13 10

(6)

Tema filsafat pendidikan Islam menjadi wacana yang belum juga

ada jawabannya, belum ada kata sepakat tentang pengertian konsep

pendidikan Islam, pada satu sisi. Sedangkan disisi lain masih ada

pandangan bahwa pendidikan agama, khususnya Islam, merupakan

wilayah individu yang tidak dapat masuk wilayah publik. Sehingga

pendidikan yang diartikan secara universal mengalami keterasingan untuk

dikaitkan dengan agama. Kesimpulannya, ada dua wilayah yang terpisah

antara keduanya, yakni wilayah individu dan wilayah umum, antar wilayah

teologi dan wilayah skuler, antara wilayah duniawi dan akhirat.11

Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang

pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja

atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keIslaman semata-mata,

melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas, seluas

aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik

toalk studinya adalah ilmu pengetahuan teoretis dan praktis dalam segala

bidang keilmuan yang berkaitan dengan maslah kependidikan yang ada

dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa

mengalami kemandekan. Inilah salah satu cirri masyarakat modern

sekarang, dinamika (geraknya) terus melaju sesuai dengan tuntutan

kebutuhan hidupnya yang semakin meningkat.12

Salah satu tugas pokok dari Filsafat Pendidikan Islam adalah

memberikan arah dalam pencapaian tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan

pendidikan yang hendak dicapai, harus direncanakan (diprogram) melalui

kurikulum pendidikan. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang

sangat penting dalam proses pendidikan maupun lembaga pendidikan

Islam. segla hal yang harus diketahui, diresapi atau dihayati oleh anak

didik harus diterapkan dalam kurikulum. Begitu juga segala hal yang harus

diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya. Dengan demikian,

kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang

11Ibid,

Hlm 3-4 12

(7)

harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan

anak didik.13

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat

pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk

merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada

prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan

filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran

tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya

terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang

alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan

bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya

didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan

juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan

ajaran Islam lainnya.14

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan

Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari

keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak

bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat

pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga

cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara mikro objek

kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau

komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen

pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik,

alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan

lingkungan pendidikan. Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat

pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup

13

Abdul Ghofur, Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal At-Tarbawi, Kajian Pendidikan Islam, STAIN Surakarta. Vol.3. No.1. Mei-Oktober 2005 hlm 1

14

(8)

disaj ikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara

makro.15

b. Aliran Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi, Epistimologi, Aksiologi

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan

bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat dibalik alam nyata

ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang

sangat terbatas dari pancaindra kita. Bagaimana realita yang ada ini,

apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa

perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur

(dualism), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).

Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab

pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan

menangka pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Memuat

epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari

pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia.

Epistemologi mebahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas dan hakikat

pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminanbagi guru bahwa

ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.

Sedangkan aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa

pertanyaan pakah yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi

merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua

nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya, nilai-nilai

tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.16

15

http://eprints.walisongo.ac.id/811/3/083111098_BAB2.pdf 16

(9)

c. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

1. Ontologi

Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut

sebagai proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan

yang bahasanya adalah hakikat sesuatu , keesaan, persekutuan, sebab dan

akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi

atau segala sesuatu yang ada dibumi dengan tenaga-tenaga yang ada

dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala, dan surga.

Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama

dibidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi

adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas

ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.

Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan:

apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini ? apakah realitas yang

tampak ini sesuatu realita materi saja ? adakah sesuatu dibalik realita itu ?

apakah realita ini terdiri dari satu unsur (monoisme),dua unsur (dualisme),

ataukah terdiri dari unsur yang banyak(pluralisme).

Didalam pendidikan, Pandangan ontologi secara praktis akan

menjadi masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya

dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak,

baik di masyrakat maupun disekolah, selalu dihadapkan pada realita, objek

pengalaman, benda mati, benda hidup, dan sebagainya. Disini kewajiban

pendidik ialah membina daya piker yang tinggi dan kritis.

2. Epistemologi

Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F. Ferier pada

abad ke-19 di Institut of Metafisics (1854). Dalam Encyclopedia of

Philosophy, epistemologi di definisikan sebagai cabang filsafat yang

bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan

praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan

(10)

materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni

pengetahuan. Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana

kita mengetahui benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh

pertanyaan yang menggunakan kata "tahu" dan mengandung pengertian

yang berbeda-beda, baik sumbernya maupun validitasnya.

3. Aksiologi

Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).

Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan didalam aksiologi.

Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin

khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang

melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan sosio-politik.

Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.

Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan

menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan

manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk

mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi

menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.17

d. Pengertian Pendidikan Islam

Rangkaian kata "pendidikan Islam" bisa dipahami dalam arti

berbeda-beda, antara lain: istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam,

berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai

dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari al-Qur'an

dan as-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) islam, berdasar atas

perspektif bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban

yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam

"proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat islam".

sedangkan istilah ketiga, pendidikan (dalam) Islam, pendidikan agama

Islam dalam hal ini bisa dipahami sebagai "proses dan upaya serta cara dan

transformasi ajaran-ajaran islam tersebut, agar menjadi rujukan dan

17

(11)

pandangan hidup bagi umat Islam". dengan demikian, pendidikan (agama)

Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam.18

Pendidikan Islam adalah pendidikan Islami, pendidikan yang

mempunyai karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang

didirikan dan dikembangkan diatas dasar ajaran Islam. hal ini member arti

yang signifikan, bahwa seluruh pemikiran dan aktifitas pendidikan Islam

tidak mungkin lepas dari ketentuan bahwa semua pengembangan dan

aktifitas kependidikan Islam haruslah benar-benar merupakan realisasi

atau pengembangan dari ajaran Islam itu sendiri.19

Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem

kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

oleh hamba Allah, sebagaiman Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh

aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.20 Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah

(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya.21 Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab, terdapat

berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dan tokoh-tokoh

pendidikan islam dalam memberikan pengertian tentang pendidikan islam

dan sekaligus diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Tanpa

mengurangi penghormatan terhadap orang yang berpendapat lain, kiranya

kata at-tarbiyah itu lebih tepat untuk diterapkan dalam pengertian

"pendidikan". Karena dalam istilah at-tarbiyah tercakup didalamnya

segala kegiatan yang berupa menumbuhkan, mengembangkan,

memperbaiki, mengurus, memimpin, mengawasi serta menjaga anak didik,

yang semua kegiatan itu memang tercakup dalam pengertian "pendidikan"

18

Ahmad Tantowi,Pendidikan Islam di Era Transformasi Global,Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, Mei 2008 Hal 7-8

19

Muhammad As Said,Op.Cit.hlm 10 20

M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner,Bumi Aksara 1994 Hlm 8

21

(12)

dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian maka istilah "pendidikan

islam" dalam bahasa arabnya bisa dipakai istilah at-tarbiyah

al-islamiyah.22

Sementara itu pendapat lain dari Sayyid Muhammad Naquib

Al-Attas mengemukakan bahwa al-ta’dib adalah yang paling tepat untuk diidentikkan dengan pendidikan. Addaba berarti mendidik. al-Ta’dib

berarti pendidikan. al-Ta’dib,menurutnya adalah penyemaian adab dalam diri seseorang. Argumentasi Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas

dalam hal ini adalah bahwa al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad, yang oleh mayoritas

kalangan akademik muslim disebut sebagai manusia sempurna atau

manusia universal. Oleh karena itu,pendidikan Islam harus merefleksikan

manusia sempurna dan manusia universal.23

Dan menurut Zakiyah Darajat, pendidikan Islam didefinisikan

dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu

menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.24

Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses

kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam

berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan

redaksi yang agak singkat, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan

yang berdasarkan Islam. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan

manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan besumber pada Al-Qur'an

dan Hadits serta akal. Kata "Islam" dalam "pendidikan Islam"

menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna

Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.

22

Ahmad Falah,Aspek-Aspek Pendiddikan Islam,Yogyakarta, Idea Press 2010 23

http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/34/36/pdf 24

(13)

pembahasan ini tentulah agak berbau filsafat suatu hal yang sulit

dihindari.25

Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah,

maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang

bernafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui dan

mengakui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam

masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula

jasa-jasanya telah tampak mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang

tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya.

Pendidikan Islam seperti yang dikehendaki umat Islam, harus mengubah

strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi

menuntut perombakan model-model sampai dengan institut-institutnya

sehingga lebih efektif dan efisien. Dalam artian pedagogis, sosiologis, dan

kultural.26

Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang

jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan

penyebaran Islam. tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan

idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai

ganda dengan tuntunan hidup yang multikompleks pula.27

Pendidikan Islam itu merupakan satu proses yang tidak hanya

menyangkut transfer ilmu, akan tetapi bagaimana menjadikan manusia

makhluk berakhlak dengan akhlak yang baik serta dari hasil pendidikan itu

dapat membantu kehidupan diri dan kemasyarakatannya dengan

berlandasan ajaran Islam.28

25

Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, cet.II. hlm 12

26

Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2003, Hlm 4-5

27

Ibid,hlm 7

28

Zulkarnain Yani, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan

Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung) Jurnal Penelitian Agam dan Masyrakat,

(14)

Istilah pendidikan Islam dalam pandangan Hasan Langgulung

digunakan sekurang-kurangnya untuk depalan pengertian dan dalam

konteks yang berbeda yaitu:

1. Pendidikan Keagamaan(al-Tarbiyah al-Diny)

2. Pengajaran Agama(al-Ta'lim al-din)

3. Pengajaran Keagamaan(al-Ta'lim al-Diny)

4. Pendidikan Keislaman(al-Ta'lim al-Islami)

5. Pendidikan dalam Islam(al-Tarbiyah fi al-Islam)

6. Pendidikan dikalangan orang Islam(al-Tarbiyah Inda al-Muslimin)

7. Pendidikan orang-orang Islam(Tarbiyah al-Muslimin)

8. Pendidikan Islam(al-Tarbiyah al-Islamiyah).29

Diantara kata-kata yang sering didengar dan diulang-ulangi oleh

orang-orang pendidikan, kadang-kadang karena kejahilan, kadang-kadang

karena meniru orang barat, dan kadang-kadang karena maksud jahat untuk

memburuk-burukan Islam, adalah bahwa tidak ada teori pendidikan

Islamdan tidak ada pemikiran pendidikan Islam. tidak mungkin

dibayangkan ada pendidikan Islam, sistem pendidikan yang mempunyai

ciri-ciri, filsafat dan tujuan-tujuannya, yang mencerminkan ideologi

kehidupan dalam masyarakat Islam tanpa adanya teori pendidikan Islam,

atau pemikiran pendidikan Islam. kejahilan terhadap pendidikan Islam,

pemikiran pendidikan Islam, dan filosof-filosof pendidikan Islam tidaklah

mengurangi derajat Islam dan pendidikan Islam, hanyalah menurunkan

derajat orang-orang yang tidak mengetahuinya. Seharusnya mereka

mengetahuinya dengan sempurna sebagai orang-orang Islam.30 nilai pemikiran pendidikan Islam terdapat dalam sebuah Hadits Rasulullah

SAW yang bermakna :

" aku telah meninggalkan bagimu sesuatu yang jika kamu perpegangi dengan teguh niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku"

29

Zulkarnain Yani,Op.Cit,hlm 257-258 30

(15)

ini sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW di berbagai keadaan.

                               

Artinya: 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S. Al-Ahzab:21)31                       

Artinya : 80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.(Q.S. An-Nisaa' :80)32

Jadi berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah itulah yang

memlihara masyarakat Islam pada zaman kuatnya dari diresapi oleh

faktor-faktor yang melemahkan.33

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali

diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa

Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu

pengetahuan.

Firman Allah dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :

                                         

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada apa yang tidak ketahui.(QS. Al-‘Alaq : 1-5)34

31

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 418 32

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 77 33

Hasan Langgulung,Op.Cit,Hlm 126 34

(16)

Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong

umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis

dan diteruskan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Islam

disamping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh

umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, jadi Islam

mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Melakukan proses belajar dan

mengajar adalah bersifat manusiawi, yaitu sesuai dengan harkat

kemanusiaannya, sebagai makhluk homo educandus, dalam arti manusia

itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Banyak ayat

Al-Qur'an dan Hadits yang menjelaskan hal tersebut antara lain.35 Surah Al-Taubah ayat 122

                                          .

Artinya : 122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S. Al-Taubah 122)36

Surah Al-Maidah ayat 67

                                              

Artinya : 67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Maidah ayat 67)

Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

35

Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991, Hlm 98-99 36

(17)

Surah Az-Zumar ayat 9                                              

Artinya : 9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Q.S. Az-Zumar ayat 9)37 Sabda Nabi

Artinya : Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap ,uslim pria dan wanita (H.R. Ibnu Abdil Bar)

Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya

mengandung berbagai dimensi. Seperti dimensi manusia sebagai subyek

atau pelaku pendidikan (baik berstatus sebagai pendidik atau peserta

didik), maupun dimensi landasan, tujuan, materi atau kurikulum,

metodologi, dan dimensi institusi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Dimensi dimensi tersebut merupakan faktor penting yang mendukung

keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan pendidikan, dan masing-masing

dimensi ini memiliki paradigma fungsional sendiri-sendiri dan saling

terkait untuk bersinergi dalam sebuah sistem pendidikan.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

hidup dan kehidupan manusia. John Dewey dalam Jalaludin menyatakan,

bahwa: Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai

bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan

serta membentuk disiplin ilmu. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan

bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia,

memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum,

kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan di

37

(18)

dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan

hidup manusia. Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan

manusia, karena pendidikan Islam berorientasi dalam memberikan bekal

kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, pendidikan menjadi perhatian utama dalam rangka

memajukan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. Semestinya

pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam

rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal,

agar manusia tidak hanya menginginkan kebahagiaan hidup setelah mati

(eskatologis), namun kebahagiaan di duniapun bisa diraihnya, Pada

kehidupan masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup

yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan

keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan

teoretis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Dalam

perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran

yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada

aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan

sekalipun, sebagai akumulasi dari respon dari sejarah pemikiran manusia

dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua

model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak

tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan

Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih

menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung

eksklusif-literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan

ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh mendasarnya.38

Secara teori, pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu merupakan

konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat

dikembangkan dari hipotesa-hipotesa yang bersumber dari Al-Qur'an dan

Hadits baik dari segi sistem, proses, dan produk yang diharapkan mampu

38

(19)

membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya.

Dari segi teori, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang

proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan

optimal anak didik yang berlangsung diatas landasan nilai-nilai ajaran

Islam.39

Para ahli pendidikan Islam biasanya telah menyoroti istilah-istilah

tersebut yaitu istilah At-Ta'diib, At-Ta'liim dan At-Tarbiyah dari aspek

perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Muhammad Athiyah

Al-Abrasyi dan Muhammad Yunus menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan

Ta'lim dari segi makna istilah maupun aplikasinya memiliki perbedaan

mendasar, mengingat dari segi makna istilah Tarbiyah berarti mendidik,

sementara Ta'lim berarti mengajar, dua istilah tersebut secara subtansial

tidak bisa disamakan. Imam Baidawi mengatakan bahwa istilah pendidik

(Tarbiyah) lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Islam.

sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil kajiannya berkesimpulan

bahwa istilah pengajaran(Ta'lim)lebih luas jangkauannya dan lebih umum

sifatnya dari pada pendidikan. Kajian lainnya berusaha membandingkan

dua istilah diatas dengan istilah Ta'dib, sebagaiman dikatakan oleh Sayyid

Muhammad Al-Naquib Al-Attas bahwa dari hasil kajiannya ditemukan

bahwa istilah Ta'dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks

pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilahTarbiyah

danTa'lim.40

Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang

berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini,

maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep

ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada

39

Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers, Juli 2002, Hlm 9-10

40

(20)

peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis

mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.41

e. Dasar pendidikan Islam

Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan

nilai-nilai dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya

proses kependidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Untuk tujuan

itu, harus memahami falsafah pendidikan Islam, karena ia menjadi

dasarnya dan sekaligus mengarahkan tujuan. Oleh karena menyangkut

permasalahan falsafah maka dalam pola dasar pendidikan Islam itu

mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan alam

raya, prinsip kehidupan manusia sebagai pribadi, dan

prinsip-prinsip kehidupannya sebgai makhluk sosial. Ketiga prinsip-prinsip tersebut akan

melibatkan pembahasan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis

berturut-turut sebagai berikut :

Ontologi : yang membahas tentang asal-usul kejadian alam nyata dan

dibalik alam nyata.

Epistemologi : yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahui

gejala alam.

Aksiologi : yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori nilai atau

yang disebut etika.42

Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of

culture dan bermanfaat bagi amnesia, maka perlu acuan pokok yang

mendasarinya. Karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari

kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagogik, maka

acuan yang menjadi dasar pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari

pandangan hidup suatu masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan.43

41

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers Juli 2002 hlm 32

42

M. Arifin,Op.Cit.Hlm 37 43

(21)

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan

kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar

yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah

bagi pelaksanaan pendidikan yang telah deprogramkan. Dalam konteks ini,

dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kea

rah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari

pendidikan Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah (Hadits).

Menetapkan al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam

bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada

keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam

kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat

dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai

pedoman, al-Qur'an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara

kesucian dan kebenarannya. Baik dalam pembinaan aspek kehidupan

spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula

dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam.

secara umum, Hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang didasarkan

kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.

Keperibadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang

baik. Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh

Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua

fungsi, yaitu : (1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat

dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.

(2). Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama

sahabat, pelakunya terdapat anak-anak, dan pendidikan keimanan yang

pernah dilakukannya.44

44

(22)

f. Tujuan Pendidikan Islam

Melihat posisi sentral manusia dalam proses pendidikan yang

melibatkan potensi fitrah, cita rasa ketuhanan dan hakikat serta wujud

manusia menurut pandangan Islam, maka tujuan pendidikan Islam adalah

untuk aktualisasi dari potensi-potensi kemanusiaan tersebut. Karena

potensi yang ada merupakan nilai-nilai ideal yang dalam wujud

implementasinya akan membentuk pribadi manusia secara utuh, sempurna

dan mandiri. Bahkan tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah untuk

perwujudan penyerahan mitlak kepada Allah, pada tingkat individual,

masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.45

Secara etimologi, "tujuan" adalah arah, maksud atau haluan. Dalam

bahasa Arab "tujuan" diistilahkan dengan "Ghayat, Ahdaf, atau

Maqashid". Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan "goal,

purpose, objectives, atau aim". Secara termonologi, "tujuan" berarti

"Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan

selesai".46

Adapun tujuan pendidikan adalah untuk membentuk pribadi

muslim yang berakhlak mulia (al-khuluq al-syarif), yaitu pribadi yang

mulia secara subtansial dan esensial, bukan kemuliaan yang temporal dan

eksidental serta mewujudkan pribadi yang baik, sempurna dan bahagia.47 Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya tujuan

pendidikan Islam adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul

dengan sesama manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar

ma'ruf nahi mungkar kepada sesama manusia. Anak didik yang telah

dibina dan digembleng oleh pola pendidikan Islam adalah anak didik yang

sukses dalm kehidupan karena ia memilki kemampuan dan kemauan yang

kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang di

ridhai Allah dan Rasul-Nya. Pendidikan Islam bertujuan membangun

45

Dakir dan Sardimi,Op.Cit, 54 46

Armai Arief,Op.Cit. Hlm 15 47

Muhammad Zaini, Wacana Pendidikan Islam Jurnal Ilmiah Tarbiyah Refleksi

(23)

karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam

kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah

yang dihadapi. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah:11

                                                         

Artinya : 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadilah:11)48

Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan

kepada umat Islam untuk membangun atau memiliki lembaga pendidikan

agar generasi mendatang kaum muslimin memilki kecerdasan yang

mumpuni, mentalitas yang kuat dan keshalehan individual dan sosial yang

fumdamental.49

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan keperibadian manusia (peserta didik), secara menyeluruh dan

seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual),

diri manusia yang rasional: perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan

hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,

aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara

individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut

berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir

48

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 542 49

(24)

pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna

kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia.50 Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip Dakir dan Sardimi

memberikan merumuskan mengenai fungsi tujuan pendidikan Islamyang

harus mengenai empat macam yaitu:

1. Mengakhiri usaha

2. Mengarahkan usaha

3. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik

tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan utama

4. Memberikan nilai(sifat) pada usaha-usaha itu.51

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada : tujuan

umum, tujuan sementara, tujuan akhir, tujuan operasional. Tujuan umum

adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik

dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan

yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu

yang direncanakan dalamsebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan

yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna

(insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara Tujuan

operasional adalah tujuan praktis yag akan dicapai dengan sejumlah

kegiatan pendidikan tertentu.52

Secara normatif tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam melipti

tiga dimensi, pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak

mulia. (yang tercermin dalam ibadah dan mu'amalah). Dimensi spiritual ini

tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak mulia, yang menurut Muhammad

Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama pendidikan Islam. Muhammad

Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan bahwa ulama-ulama dan sarjana-sarjana

Muslim (terdahulu) dengan penuh perhatian telah berusaha menanamkan

akhlak mulia kepada peserta didik, membiasakan mereka berpegang

ke[ada moral yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. Berfikir

50

Samsul Nizar.Op.Cit. Hlm 37-38 51

Dakir dan Sardimi, Op.Cit,Hlm 55 52

(25)

secara rohaniah dan imsaniah, serta menggunakan waktu untuk belajar

ilmu-ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan, tanpa melirik pada

keuntungan materiil.53

Pendidikan merupakan usaha dan kegiatan yang sarat dengan

tujuan. Kedudukan tujuan dalam pendidikan cukup strategis, karena selain

memberikan panduan tentang karakteristik manusia yang ingin dihasilkan

oleh pendidikan tersebut, sekaligus pula menentukan arah dan

langkah-langkah dalam melakukan seluruh kegiatan dan proses penyelenggaraan

pendidikan. Oleh karena itulah berbagai pembahasan dan penelusuran

terhadap suatu sistem pendidikan seringkali mengalami kegagalan

disebabkan mengabaikan kajian terhadap konsep-konsep tujuan

pendidikan yang dicanangkannya, hal itu berarti bahwa untuk memahami

konsep-konsep pendidikan Islam, tentulah diperlukan pemahaman yang

memadai tentang tujuan pendidikan Islam.54

Tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah suatu upaya untuk dapat

merealisasikan identitas Islam, yaitu menyangkut nilai perilaku manusia

yang didasari oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber

kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Kongres Pendidikan Islam sedunia di

Islamamad Tahun 1980 merumuskan tujuan pendidikan Islam adalah :

merealisasikan cita-cita (idealisme) Islami yang mencakup pengembangan

kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis,

berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis (jasmaniah) manusia yang

mengacu pada keimanan dan sekaligus ilmu pengetahuan secara

berkeseimbangan, sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang

berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah SWT.55





















53

M.Athiyah Al-Abrasyi,Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,Jakarta, Bulan Bintang, 1993, 19970 hlm 10-11

54

Ahmad Falah.Op.Citbab 3 55

(26)

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Al-An’am:162).56

Tujuan pendidikan Islam dapat diklarifikasikan kepada tiga yaitu:

1. Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu

pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah

2. Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan Akhlaq

al-karimah

3. Tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta didik mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan ketiga tujuan ini diharapkan pendidikan yang diprogramkan akan

mampu mengantarkan peserta didik pada kedekatan diri kepada Allah.57 Ada dua sarana pokok untuk mencapai tujuan pendidikan:

Pertama, bidang pengetahuan yang harus menjadi bekal para murid.

Dengan kata lain materi pendidikan yang harus dipelajari murid. Kedua,

cara terbaik untuk menyajikan pengetahuan dan bahasan pengajaran dari

suatu materi pendidikan, hingga terpenuhilah apa yang di inginkan dan

bisa mengambil manfaat dari materi itu. Dengan demikian murid dapat

mencapai tujuan yang di inginkan dari pendidikan dan pengajarannya.

Al-Ghazali merumuskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidup

dan nilai-nilai yang mendasarinya. Atau singkatnya sesuai dengan

filsafatnya.58

Menurut Ibn Khaldun ada tiga tingkat tujuan pendidikan Islam

yaitu:

1. Pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu, orang awan bisa

memiliki pemahaman yang sama tentang suatu persoalan dengan

seorang ilmuan, akan tetapi, potensi al-makalah atau Skill tidak bisa

dimiiki oleh stiap orang, kecuali setelah ia benar-benar memahami dan

56

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128 57

Samsul Nizar.Op.Cit.hlm 87 58

(27)

mendalami satu disiplin tertentu, semenatara itu sampai pada tahap ini,

diperlukan pendidikan yang sistematis dan mendalam

2. Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman,

dalam hal ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh

keterampilan yang tinggi pada profesi tertentu.

3. Pembinaan pemikiran yang baik. Kemampuan berpikir merupakan

garis pembeda antara manusia dan binatang. Oleh karena itu

pendidikan hendaknya diformat dan dilaksanakan dengan terlebih

dahulu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi

psikologis peserta didik.59

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang

berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran:











 

Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.(Al-Dzariyat:56)60























 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam Keadaan beragama Islam (Al-Imron:102)61

Adapun tujuan akhir pendidikan Islam apada hakikatnya adalah

realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi

kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat. Rumusan-rumusan

tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli

59

Samsul Nizar.Op.Cit.hlm hlm 93-94 60

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599 61

(28)

pendidikan Islam dari semua golongan dan madzab dalam Islam, misalnya

sebagai berikut:

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam

mempunyai tujuan yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan

hidup manusia sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial

yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya. Oleh karena itu, pendidikan

Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat

melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra.

Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya,

baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun

bahasanya (secara perorangan maupun secara kelompok). Pendidikan

tersebut harus mendorong semua aspek ke arah keutamaan serta

pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan akhir dari pendidikan Islam itu

terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah,

baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara

keseluruhan.62

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang

berbahagia di dunia dan akhirat.











 

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Al-Dzariat:56).63























 

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam..(Q.S. S. ali Imran: 102)64

62

M. Arifin,Op.Cit, Hlm 28 63

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599 64

(29)

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan

lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir

pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa

yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis,

sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi

ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini

dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap

tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang

telah dicapai. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh

Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada

Allah. Seperti dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56











 

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Adz-Dzariyat:56)65

Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya

agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan

hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang

dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang

disangkutkan dengan Allah.66

Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam

adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad

SAW sewaktu hidupnya, yaitu terbentuknya moral yang tinggi, karena

pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa

mengabaikan pendidikan jasmani, akal, dan ilmu praktis. Dengan berpijak

pada firman Allah,67sebagai berikut:

65

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599 66

http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh1367246107.pdf 67

(30)

                                                    

Artinya : dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S. Al-Qashash:77)68

Mengutip pendapat Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas,

Hasan Langgulung menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim

sama artinya dengan do'a yang selalu dibaca dalam shalat, yaitu :

                

Artinya : Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".(Q.S. Al-An'am:163)69

Tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan Islam

sepanjang sejarah, semenjak zaman Nabi Muhammad SAW hingga akhir

zaman.70

g. Kurikulum Pendidikan Islam

Salah satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islam adalah

memberikan kompas atau arah dan tujuan pendidikan Islam. suatu tujuan

kependidikan yang hendak dicapai harus direncanakan (diprogramkan)

dalam apa yang disebut "kurikulum".

Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau

kesinambungan. Tujuan yang hendak dicapai harus tergambar didalam

68

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 385 69

Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128 70

(31)

program yang tertuang didalam kurikulum, bahkan program itulah yang

mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses

kependidikan.

Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting

dalm proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan Islam.

segala hal yang harus diketahui atau diresapi juga dihayati oleh anak didik

harus ditetapkan dalam kurikulum itu. Juga segala hal yang harus

diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya, harus dijabarkan didalam

kurikulum.71

Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai suatu

sistem adalah materi. Materi pendidikan Islam ialah semua bahan pelajaran

yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem instruksional

pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum.

Sedangkan kurikulum menunjuk kepada materi yang sebelumnya telah

disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.72 Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu

curiryang arinya pelari dancurereyang berarti jarak yang harus ditempuh

oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga yang

berarti " a little racecourse" (suatu jarak yang harus ditempuh dalam

pertandingan olah raga). Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya

dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai "circle of

instruction" yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid

terlibat didalamnya. Sementara pendapat yang lain dikemukakan bahwa

kurikulum adalah arena pertandingan, tempat pelajar bertanding untuk

menguasai pelajaran guna mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah

atau gelar kesarjanaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunkan pendidik

untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang di

71

Muzayyin Arifin,Op.Cit.77 72

(32)

inginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap

mental.73

Sedangakan secara terminologi, berarti rancangan program

pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada

peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui

serangkaian pengalaman belajar. Kedua aspek tersebut, tujuan dan

pengalaman belajar dalam sebuah kurikulum ditentukan oleh keinginan,

keyakinan atau pengetahuan serta kemampuan anggota masyarakat yang

menyelenggarakan program pendidikan tersebut.74

Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

a. Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan

dan diamalkan harus berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta

ijtihad para ulama'.

b. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek

pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.

c. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman

serta kegiatan pengajaran.

Sebelum membuat dan menentukan suatu kurikulum, ada beberapa

prinsip yang patut dipertimbangkan yaitu:

1. Mata pelajaran dapat berpengaruh terhadap pendidikan jiwa serta

kesempurnaan jiwa anak didik.

2. Mata pelajaran yang diberikan dapat memberikan petunjuk serta

tuntunan untuk menjalani hidup dengan mulia.

3. Mata pelajaran sebaiknya secara langsung dapat memberikan manfaat

bagi anak didik didalam hidupnya.

4. Mata pelajaran hendaknya mencerminkan pendidikan kejiwaan yang

sesuai dengan bakat dan keinginan anak.

73

Samsul Nizar,OP.Cit,Hlm 55-56 74

(33)

5. Mata pelajaran hendaknya dapat menjadi alat pembuka jalan untuk

mempelajari ilmu-ilmu lain.

Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri

kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi

anak didik untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap

Tuhan, terhadap diri dan terhadap lingkungan sekitar.75

Pada umumnya kurikulum adalah nama-nama mata pelajaran

beserta silabinya atau pokok bahasan. Esensi kurikulum adalah program

dalam mencapai tujuan pendidikan.76 Kurikulum adalah konsep yang sering terdengar dalam dunia pendidikan, tetapi banyak yang mengartikan

kurikulum identik dengan mata pelajaran atau mata kuliah. Sesungguhnya

istilah kurikulum berasal dari bahasa latin curriculum yang arti asalnya a

ranning course, or race course dan dalam bahasa Prancis berasal dari

bahasa courier yang artinya berlari. Istilah kurikulum digunakan sebagai

makna majazi dari mengejar mata pelajaran demi mencapai ijazah dan

gelar. Kurikulum bukan sekedar mata pelajaran atau mata kuliah.

Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses

pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha

lembaga pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana partai politik (parpol) pengusung dan pendukung kedua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati OKU dalam Pemilukada serentak 2015 memanfaatkan jejaring sosial

Tijdschrift van Het kononklijk Nederlandsch, Aardrijkskundundig Genootschap, Deel LII, 1935 , hlm.. Pada akhir Maret pada harga ini transaksi pertama dengan

Analisa ini meliputi faktor 4M (man, machine, methode, material) 1E(environment) pada permasalahan yang akan ditanggulangi, yaitu kapasitas produksi yang lebih kecil

Hasil Pengukuran Tingkat Nyeri haid sebelum dilakukan Teknik Relaksasi pada remaja putri SMPN 1 Kartoharjo mendapatkan skala nyeri dengan intensitas nyeri sedang dan untuk

Dari penelitian yang telah dilakukan, dengan penerapan model pembelajaran project based learning dan metode pembelajaran demonstrasi baik pada siklus I maupun

Penentuan Vertical Flow Sub-Surface Flow Constructed Wetland dengan substrat batu vulkanik yang akan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan Vertical Flow

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan mengandung tepung lumpur sawit tidak dan difermentasi sampai level 15 % dapat diberikan pada ternak ayam

Osa näistä toissijaisen osalta kumotuista päätöksistä saattavat osittain selittyä myös sillä, että Maahanmuuttovirasto ei ole riittävästi sel- vittänyt sisäisen paon