KAJIAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL PADA PASIEN
INTENSIVE CARE UNIT
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JULI – DESEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Paulina Elvira Ringgi Wangge
NIM : 108114063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KAJIAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL PADA PASIEN
INTENSIVE CARE UNIT
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA PERIODE JULI – DESEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Paulina Elvira Ringgi Wangge
NIM : 108114063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
“
Dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Dan pengharapan tidak mengecewakan karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam
hati kita oleh Roh kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”
(Rm 5:4-5)
“Kamu Harus Bertahan Dalam Keadaan Sekejam Apapun”
(Hunter X Hunter)
Dengan penuh rasa syukur,
kupersembahkan karyaku yang sangat berarti ini untuk: :
Allah Bapa di Surga
Yesus Kristus Sumber kekuatanku
Bunda Maria
Bapakku Sebagai Kado Ulang Tahun Yang Ke-55 tahun
Mamaku Yang Paling Kucintai
Kakak Yolis, Kakak Ivon dan Adik Astin Tercinta
Keluarga Besarku
Sahabat-sahabatku Yang Luar Biasa
Alamamaterku Sanata Dharma
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Mari
karena atas segala berkat, kekuatan, kesabaran, perlindungan, dan penyertaanNya
yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian
Pemberian Nutrisi Parenteral Pada Pasien
Intensive Care Unit
( ICU) Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli – Desember 2012” dengan baik.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skrispsi ini banyak doa dan dukungan yang penulis
dapatkan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapa, Mama, kakak Yolis, kakak ivon, dan adik Astin atas doa, cinta, kasih
sayang, dan pengorbanan yang selalu mendukung penulis untuk tidak mudah
putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
3.
Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. Dan ibu Dra. A. M.
Wara Kusharwanti, M. Si., Apt.
selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing, memberikan masukan, dan waktu yang diluangkan
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
viii
5.
Ibu Phebe Hendra, M. Si., Apt., Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik
yang bersedia dan sabar membimbing penulis dalam meraih gelar sarjana di
Fakultas Farmasi.
6. Karyawan karyawati fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu peneliti untuk melakukan penelitian dan meraih gelar sarjana
Farmasi.
7.
Direktur, Kepala bagian personalia, kepala bagian rekam medis, dan
karyawan karyawati rekam medis rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta yang
bersedia memberikan izin penulis dan membantu peneliti untuk melakukan
penelitian pada rumah sakit tersebut.
10. Teman-teman seperjuangan (Agnes, Ndanda, Tyas, Venta, dan Taning),
teman-teman Farmasi 2010, dan untuk sahabat – sahabatku Juli, Jui, Nini,
Magie,Viktor, Yanis, Erfan, Frit, kakak Yudith, kakak Carol, kakak Ria,
kakak Novi, Wiwi, Tere, Irma, Uny, Tesa, Asri, Sandra, Feby, dan Visky.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk kemajuan
ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Yogyakarta, 16 Juni 2014
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN...
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ...
vi
PRAKATA...
vii
DAFTAR ISI...
ix
DAFTAR TABEL...
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...
xiv
INTISARI...
xv
ABSTRACT ...
xvi
BAB I PENGANTAR ...
1
A. Latar Belakang...
1
1.
Permasalahan ...
3
x
3.
Manfaat penelitian ...
4
B. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum...
4
2.
Tujuan khusus...
4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...
6
A.
Intensive Care Unit
...
6
B. Kebutuhan Nutrisi Parentral di ICU ...
6
1. Nutrisi Parenteral ...
7
a. Definisi ...
7
b. Pemberian Awal Nutrisi Parenteral ...
7
c. Rute Pemberian...
8
d. Formulasi Nutrisi Parenteral...
10
e. Komponen Nutrisi Parenteral ...
10
2. Perhitungan Kebutuhan Cairan...
13
3. Komplikasi...
14
C. Nutrisi Parenteral Untuk Setiap Penyakit
...
14
1. Gangguan Kardiovaskular
...
14
2. Gangguan Ginjal
...
16
3. Ganggaun Metabolisme
...
17
4. Gangguan Saluran Pernapasan
...
18
5. Infeksi
...
18
6. Pembedahan
...
19
xi
D. Keterangan Empiris
...
21
BAB III METODE PENELITIAN...
22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...
22
B. Variabel dan Definisi Operasional...
22
1.
Variabel Penelitian ...
22
2.
Definisi operasional ...
23
C. Instrumen Penelitian ...
24
D. Bahan Penelitian ...
24
E. Lokasi Penelitian ...
24
F. Tata Cara Penelitian...
24
1. Tahap perencanaan ...
24
2. Tahap pengumpulan data...
24
3. Tahap pengolahan data ...
25
G. Tata Cara Analisis Hasil ...
25
H. Keterbatasan Penelitian ...
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...
27
A. Profil Pemberian Nutrisi Parenteral di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta...
27
B. Jenis Nutrisi Parenteral, Cairan, dan Elektrolit ...
28
C. Kajian Pemberian Nutrisi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
31
1. Kajian Pemberian Jenis Nutrisi Parenteral Dengan Diagnosis....
32
2. Kajian Kebutuhan Kalori Pasien ...
35
xii
A. Kesimpulan ...
38
B. Saran ...
38
DAFTAR PUSTAKA ...
39
LAMPIRAN ...
42
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Komponen elektrolit ...
10
Tabel II.
Persamaan untuk memperkirakan BMR...
12
Tabel III.
Nutrisi yang disarankan pada pasien gangguan ginjal ...
15
Tabel IV.
Nutrisi yang disarankan oleh pasien obesitas dengan DM tipe II
yang melakukan
hypocaloric diet
...
17
Tabel V.
Karakteristik demografi pasien ICU yang diberikan nutrisi
parenteral ...
27
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lembar kerja... 41
Lampiran 2.
Jumlah volume cairan nutrisi parenteral yang diberikan... 43
Lampiran 3.
Pengelompokkan Nutrisi Parenteral ... 44
Lampiran 4.
Nama dagang dan kompenen nutrisi ...44
Lampiran 5.
Penggolongan penyakit ...46
Lampiran 6.
Data pasien ... 47
xv
INTISARI
Nutrisi merupakan zat dalam makanan yang dibutuhkan oleh pasien untuk
mempertahankan dan memelihara kesehatan. Penurunan status nutrisi dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien ICU. Nutrisi dibutuhkan oleh pasien
ICU agar dapat menyokong kebutuhan kalori pasien, sehingga membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien. Kajian ini dapat dilihat dari jenis nutrisi yang
diberikan dengan penyakit yang diderita pasien, dan jumlah kalori yang dibutuhkan
setiap pasien.
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental deskriptif evaluatif dengan
rancangan penelitian
cross-sectional
. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
dengan menggunakan lembar rekam medik. Data yang diperoleh akan dibandingkan
dengan standar yang sesuai.
Kasus yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 24 orang. Hasil kajian
pemberian nutirisi adalah penggunaan nutrisi yang paling banyak digunakan adalah
elektrolit yaitu 45,68% dan terdapat peerbedaan jumlah kalori pada 24 pasien dengan
standar yang digunakan dalam penelitian.
ABSTRACT
Nutrient is a substance contained in foods that is needed by the patient
for preserving and mantaining health. A degradation of nutrient status could
increase morbidity and mortility from an ICU patient. Nutrient is essential by the
ICU patient to support the needs of calories which will improve the quality of the
patient’s life. The objectives of this study are to identify the kind of nutrients that
is given with the patient's illness, and the amount of calories needed by each
patient.
This study is a descriptive evaluative by using cross-sectional study
design. The data is taken retrospectively using patient’s medical record. The
obtained data will be compared with the appropriate standards.
Patients which meet the inclusion criteria are 24 patients. The result of
this study found that the most used nutrient is electrolite at 45,68% and there is a
differentiation in the amount of calories on 24 patients compared with the
standards which is used in this research.
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Nutrisi merupakan asupan makanan yang dibutuhkan tubuh manusia untuk
membentuk energi yang berfungsi dalam mempertahankan kesehatan, pertumbuhan
dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ serta jaringan agar dapat
melakukan aktivitas. Nutrisi parenteral dibutuhkan oleh pasien yang mengalami
peningkatan kebutuhan nutrisi dan status nutrisinya tidak dapat dipertahankan dengan
baik jika diberikan asupan nutrisi melalui oral atau enteral, serta dapat menimbulkan
terjadinya kontraindikasi (ACI, 2010).
The European Society for Clinical Nutrition
and Metabolism
(ESPEN) menyarankan bahwa semua pasien yang tidak bisa
menerima nutrisi enteral, terjadi
kontraindikasi, dan tidak dianjurkan untuk
melakukan diet normal, maka pasien tersebut dalam waktu tiga hari harus diberikan
nutrisi parenteral, serta dimulai dalam waktu 24 - 48 jam (
Singer, 2009).
Pemberian
nutrisi harus dimulai lebih awal pada pasien yang memiliki risiko komplikasi deplesi
nutrisi yang lebih besar (ACI, 2010).
Pasien dengan perawatan di
Intensive Care Unit
(ICU) adalah pasien dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Kondisi pasien kritis selalu mengalami
perubahan dalam jangka waktu yang cepat. Nutrisi parenteral sangat dibutuhkan oleh
pasien ICU yang mengalami penurunan status nutrisi dan tidak memperoleh asupan
ICU dapat mempengaruhi peningkatkan risiko kematian. Nutrisi parenteral diberikan
pada pasien kritis agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh dan
mempertahankan status nutrisi dari pasien tersebut sehingga tidak mengalami
penurunan status nutrisi, dan malnutrisi. Pemberian nutrisi parenteral yang sesuai
dengan penyakit dan kebutuhan merupakan salah satu cara untuk membantu dan
mencegah terjadi risiko peningkatan komplikasi dan mengoptimalkan peluang untuk
sembuh (Singer, 2009).
Pentingnya nutrisi terutama untuk pasien-pasien kritis membuat para klinisi
harus mengetahui informasi yang benar tentang pemberian nutrisi parenteral dan
pengaruh pemberian nutrisi parenteral pada pasien yang dirawat di ICU. Farmasis
harus terlibat dalam keseluruhan proses pemberian nutirisi parenteral karena farmasis
yang mengetahui tentang pencampuran, komposisi nutrisi parenteral, penentuan
regimen, pemantuan profil biokimia pasien, status cairan tubuh, dan respon obat
dalam terapi nutrisi parenteral sehingga dapat mencegah intraksi obat yang dapat
menimbulkan gangguan dalam pemberian nutrisi. Farmasis juga mengawasi dan
berkonsultasi dalam pemilihan formulasi nutrisi parenteral dan bahan tambahan
dengan ahli gizi (Evans, 2011).
Penelitian ini merupakan penelitian perorangan yang dilakukan di rumah
sakit Panti Rapih Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
diketahui kesesuian dalam pemberian nutrisi parenteral di ICU sehingga hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pemberian nutrisi parenteral dan dapat
1.
Permasalahan
a.
Seperti apa profil pasien di ICU Rumah Sakit Panti Rapih yang mendapat
nutrisi ?
b.
Apakah pemberian jenis-jenis nutrisi parenteral pada pasien ICU di Rumah
Sakit Panti Rapih sudah sesuai dengan diagnosis pasien ?
c.
Berapa Jumlah kebutuhan kalori pasien yang dirawat di ICU Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta ?
2.
Keaslian penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Kajian
Pemberian Nutrisi Pada Pasien di ICU Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode
Juli- Desember 2012 ” belum pernah dilakukan.
Penelitian terkait yang pernah
dilakukan adalah “
Nutritional Support”
yang dilakukan oleh Wiley (1997) .
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis dalam
hal lokasi, nutrisi yang diberikan, dan subyek penelitian. Pada penelitian Wiley
(1997) nutrisi yang diberikan adalah nutrisi enteral dan subyek dalam penelitiannya
adalah pasien yang mengalami malnutrisi. Dalam hasil penelitiannya diketahui
pemberian glutamin 0,2 sampai 0,5 g per kilogram per hari dapat meningkatkan
kesimbangan nitrogen.
Penelitian lain adalah “
Parenteral Nutrition in the Critically Ill Patient
,”
yang dilakukan oleh Ziegler ( 2009 ). Persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis adalah sama-sama meneliti tentang nutrisi parenteral di
Intensive Care Unit
membahas tentang pasien diabetes melitus tipe II yang mengalami malnutrisi. Hasil
dari penelitian ini adalah glutamin yang ditambahkan pada nutrisi parenteral memiliki
efek anabolik protein, meningkatkan fungsi tubuh, dan mengurangi infeksi yang
diperoleh di rumah sakit.
3.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terkait dengan
pemberian nutrisi di ICU.
b.
Manfaat praktis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai referensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dalam pemberian
nutrisi di ICU.
B. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pemberian nutrisi pada
pasien di ICU Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember 2012
berdasarkan pedoman ASPEN 2008,
ESPEN 2009,
Parenteral Nutrition in the
Critically Ill Patient,
, dan Farmasi Klinis.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi profil pasien profil pasien di ICU Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta yang mendapat nutrisi
b.
Mengidentifikasi jenis-jenis nutrisi yang diberikan pada pasien ICU Rumah
c.
Mengidentifikasi jumlah kebutuhan kalori pasien ICU di Rumah Sakit Panti
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A.
Intensive Care Unit
(ICU)
Pasien kritis memiliki perbedaan dengan pasien biasa. Pasien kritis
memerlukan perawatan intensif karena mengalami perubahan penyakit dan
peningkatan komplikasi yang sangat cepat (Senaka, 2009).
Intensive Care Unit
(ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit memiliki
staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan,
terapi pasien yang menderita penyakit akut, cedera, komplikasi yang mengancam
nyawa atau memiliki potensi mengancam nyawa dengan prognosis tidak menentu
yang diharapkan masih dapat kembali (KEMENKES, 2011).
B. Kebutuhan Nutrisi Parenteral di ICU
Asupan gizi yang memadai sangat penting untuk sel, fungsi organ, dan
proses penyembuhan luka. Pasien di ICU memiliki potensi yang besar untuk
mengalami malnutrisi, yang dapat memperburuk kondisi pasien serta
meningkatkan kematian dan komplikasi. Nutrisi parenteral dibutuhkan oleh pasien
di ICU agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dan membantu mencegah
terjadinya malnutrisi. Nutrisi enteral sering menjadi pilihan pertama dalam
pemberian nutrisi, tetapi nutrisi enteral tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi
pasien yang mengalami intoleransi gastrointestinal yang dapat mengakibatkan
underfeeding
dan malnutrisi, sehingga dibutuhkan nutrisi parenteral agar dapat
Dalam pemberian nutrisi dibutuhkan penilaian terhadap status nutrisi
pasien. Tujuan dari penilaian status nutrisi adalah untuk mengidentifikasi laju
perkembangan status nutrisi. Perkembangan status nutrisi pasien dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya berat badan, lama penurunan berat badan, status
protein, hasil laboratorium yang menunjukkan nilai dari cairan tubuh, elektrolit,
nutrisi potensial, kondisi klinis, dan pemberian makanan yang mungkin dilakukan
secara oral, enteral, dan parenteral ( ACI, 2011).
1.
Nutrisi Parenteral
a.
Definisi
Nutrisi parenteral merupakan nutrisi yang diberikan melalaui infus
intravena, diperlukan ketika saluran pencernaan tidak berfungsi, terjadi kebocoran
usus, pasien mengalami kontraindikasi untuk menerima nutrisi melalui oral atau
enteral dan diperkirakan selama 7 hari akan menjalani rawat inap dirumah sakit
(ACI, 2011).
b.
Pemberian Awal Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral harus diberikan apabila pasien mengalami penurunan
nutrisi dan tidak dapat mencapai status gizi normal dalam tiga hari. Pasien juga
menerima nutrisi parenteral selama 24-48 jam apabila nutrisi enteral yang
diberikan selama tidak dapat memenuhi kebutuhan nurtisi pasien (Singer, 2009).
Inisiasi pemberian infus nutrisi parenteral :
1)
Nutrisi parenteral diberikan sebanyak 25 ml/jam untuk 8 jam, dan juga
diberikan dalam jumlah yang sama yaitu 25 ml/jam setiap 8 jam sampai
2)
Kadar gula didalam darah harus ≤ 250 mg/dL sebelum memulai pemberian
nutrisi parenteral.
3)
Melakukan pengontrolan kadar gula darah menggunakansetiap 6 jam sampai
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. Selanjutnya harus dilakukan monitoring
glukosa darah apabila ≤ 150 mg dan pasien diberikan insulin setiap 6 jam
(Singer, 2009).
c.
Rute Pemberian
Nutrisi parenteral diberikan melalui akses intravena, dengan memasukkan
silikon halus atau tabung poliuretan ke dalam pembuluh darah yang menuju ke
lumen. Nutrisi parenteral harus diberikan pada pembuluh darah
yang
diindikasikan untuk pemberian nutrisi parenteral sehingga tidak boleh digunakan
untuk memberikan obat atau zat lain. Nutrisi parenteral dapat diberikan melaui
dua rute yaitu, periferal dan sentral.
1)
Nutrisi parenteral perifer (PPN)
PPN ditujukan untuk terapi jangka pendek pada pasien dengan toleransi
cairan yang baik dan tidak mengalami stress metabolik yang parah. Pasien
dengan akses vena perifer yang buruk (pasien lanjut usia, sakit kronis, atau
menerima terapi kortikosteroid jangka panjang) tidak dianjurkan untuk menerima
nutrisi parenteral perifer Indikasi parenteral perifer :
a) Suplementasi terhadap nutrisi enteral tidak adekuat
b) Pemenuhan kebutuhan basal pada penderita nin-deplesi dan dapat
mentoleransi 3 liter cairan perhari
Nutrisi parenteral dengan osmolaritas rendah (< 850 bmOsmol/ L)
dirancang untuk diberikan melalui vena perifer, tetapi pada pasien kritis, PPN
tidak dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien pasien kritis
karena osmolaritasnya tinggi, sehingga pemberian nutrisi melalui vena sentral
sering menjadi pilihan yang tepat (Singer, 2009).
2)
Nutrisi parenteral sentral
Pemberian nutrisi melalui kateter vena sentral mengurangi timbulnya
komplikasi seperti peristiwa trombotik, apabila dibandingkan dengan kateter yang
dimasukan melalui vena perifer (Singer, 2009).
Indikasi nutrisi parenteral sentral:
a)
Nutrisi parenteral dalam jangka waktu lebih dari tujuh hari
b)
Jalur verna perifer tidak adekuat
c)
Membutuhkan nutrisi spesisifik tertentu
d)
Akses vena sentral tersedia, misalnya pada yang dirawat di ICU
dengan monitoring tekanan vena sentral
e)
Jalur vena perifer diperkirakan sulit untuk digunakan
dan
dipertahankan.
f)
Membutuhkan volume nutrisi yang besar, misalnya pada penderita
fistula enterokutaneus denga
output
tinggi (Hamilton, 2000).
Pasien ICU harus menerima nutrisi parenteral dalam formulasi yang
lengkap agar dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan nutrisi mereka . Jika nutrisi
kebutuhan pasien maka nutrisi parenteral harus diberikan secara sentral (ESPEN,
2009).
d.
Formulasi Nutrisi Parenteral
Formulasi nutrisi parenteral sangat kompleks karena digunakan secara
intravena. Penentuan formulasi membutuhkan pertimbangan yang sangat hati-hati
dan menghindari terjadinya ketidakstabilan dari komponen yang dibutuhkan.
Pencampuran yang tidak sesuai dapat menyembabkan kerugian serius pada pasien
yang menerima nutrisi parenteral (Mirtallo, 2004). Nutrisi parenteral meliputi
semua formulasi nutrisi parenteral,
total nutrient admixture
(TNA) yang
merupakan formulasi yang meliputi emulsi lemak intravena . Dua dalam satu
formulasi nutrisi parenteral tidak termasuk emulsi lemak intravena (ASPEN,
2013).
e.
Komponen Nutrisi Parenteral
1)
Mikronutrien Nutrisi parenteral
Pasien ICU berada dalam keadaan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan
trace
elemen dan vitamin. Pada umumnya pasien kritis mengalami
kekurangan tiamin, vitamin C, selenium, dan seng. Kebutuhan mikronutrien pada
pasien yang memiliki kondisi stabil berbeda dengan pasien ICU. Pada pasien ICU
terjadi peningkatan kebutuhan mikronutrien seperti kromium, selenium, seng, zat
besi, yodium, mangan, dan pengurangan tembaga (kecuali pada luka bakar)
apabila dibandingkan dengan mikronutrien yang tersedia untuk pasien dengan
kondisi yang stabil. Multivitamin harus diberikan pada pasien ICU, dan
seperti luka bakar, dan terapi penggantian ginjal karena pasien-pasien tersebut
mengalami kehilangan mikronutrien larut air (Singer, 2009).
Elektrolit dibutuhkan oleh pasien kritis karena natrium dan cairan pada
pada pasien kritis rentan mengalami kenaikan dan adanya disfungsi ginjal,
sehingga dibutuhkan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam
tubuh. Elektrolit digunakan sebagai elemen tetap pada nutrisi parenteral.
Kebutuhan elektrolit setiap pasien bervariasi, oleh karena itu untuk menentukan
jumlah elektrolit yang dibutuhkan harus dilakukan pemantauan elektrolit pada
plasma . Dosis pemberian elektrolit dapat dilihat pada tabel 1 (Singer, 2009).
Tabel I. Komponen Elektrolit
( Singer, 2009 )
Elektrolit
Persyaratan normal
sehari -hari
Na, K
1 – 2 mEq / kg
Cl, asetat
Seperti yang dibutuhkan
untuk
keseimbangan
asam - basa
Fosfor
20 – 40 mmol
Kalsium
10 – 15 mEq
Magnesium
8 – 20 mEq
2)
Makronutrien nutrisi parenteral
a) Protein
Protein diperoleh dari campuran asam amino. Asam amino digunakan
untuk merangsang sintesis protein dan melindungi otot rangka. Dosis yang
diberikan adalah 1,3-1,5 g/Kg IBW/ hari. Protein tubuh yang optimal dapat
mengurangi timbulnya sepsis dan trauma. Dukungan glutamin dalam asam amino
diperlukan untuk aktivitas perbaikan sel dan kekebalan tubuh. Penurunan plasma
mengandung glutamine 0,2-0,4 g/ Kg IBW/ hal telah terbukti menurunkan angka
kematian dengan mengurangi infeksi dan memperbaiki kontrol glikemik (Singer,
2009).
b) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan bagian penting dalam proses metabolisme, tetapi
dapat diperoleh dari sintesis asam amino yang masih menjadi pilihan utama untuk
memberikan energi pada pasien. Sintesis asam amino ini diperoleh dengan
merusak otot, hal ini dapat menyebabkan hilangnya otot yang secara langsung
berkaitan dengan kematian di ICU (Loh, 2009).
Dengan memberikan jumlah
karbohidrat yang cukup (dan insulin) dapat mengurangi katabolisme otot. Jumlah
minimum karbohidrat yang harus diberikan adalah 2 g/ Kg IBW/ hari untuk
mengurangi pemecahan protein bersama-sama dengan insulin (Singer, 2009).
c) Lipid
Lipid menyediakan sumber energi yang berguna untuk tubuh, dan
menghindari pemberian glukosa dengan dosis tinggi yang diperlukan untuk
mencapai sasaran kebutuhan kalori yang diperoleh dari karbohidrat saja.
Dibuktikan bahwa dukungan nutrisi menggunakan campuran glukosa dan lipid
jauh lebih baik dalam menjaga masa tubuh agar tidak megalami penurunan.
Disarankan bahwa penyediaan untuk lipid harus 15-30 % dari kalori non-protein
(Singer, 2009). Dosis aman untuk lipid adalah 0,7-1,5 g/ Kg/ IBW/ hari (Griffiths,
2.
Perhitungan Kebutuhan Cairan
1)
Cairan pemeliharaan
Volume ml/hari = 1500 ml + 20 ( BB -20 kg )
Perkiraan cairan pemeliharaan berkisar 30 ml/kg BB/hari – 35 ml/kg
BB/hari (Aslam, 2003).
2)
Kebutuhan energi
a)
Basal Metabolic Rate
( BMR )
Tabel II. Persamaan Untuk Memperkirakan BMR
(Aslam, 2003).
Umur ( tahun )
Wanita
(Kkal/hari)
Pria
(Kkal/hari)
15-18
13,3 BB + 690
17,6 BB + 656
18-30
14,8 BB + 485
15 BB + 690
30-60
8,1 BB + 842
11,4 BB + 870
>60
9 BB + 656
11,7 BB + 585
b) Faktor stres
1. Penurunan berat badan > 10 % dari BMR harus ditambahkan
5 % - 15 % energi
2. Luka bakar ringan, paska operasi fraktur tulang > 4 hari
ditambahkan 10 % energi
3. Infeksi kenaikan suhu > 2° C ditambahkan 25 % energi
3. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari nutrisi parenteral adalah :
1)
Komplikasi dari insersi vena kateter
Kejadian ini paling sering terjadi ketika penggunaan vena kateter. Ada risiko
terjadinya cedera terhadap pembuluh darah subklavia dan juga dapat
menimbulkan pneumotoraks.
2)
Dapat menimbulkan sepsis
Sepsis lebih seiring terjadi pada pemberian nutrisi parenteral melalui vena sentral
daripada vena peripheral. Deman merupakan tanda yang menunjukkan
line
sepsis.
3)
Dapat menimbulkan komplikasi metabolik
Pemberian nutrisi parenteral dapat mengakibatkan komplikasi metabolik yang
berkaitan dengan hiperglikemia.
(ACI, 2011).
C. Nutrisi Parenteral Untuk Setiap Penyakit
1.
Gangguan Kardiovaskular
Pasien yang mengalami penyakit kardiovaskular membutuhkan nutirisi
parenteral ketika pasien mengalami peningkatan pengeluaran energi dan gangguan
anabolisme. Penurunan fungsi jantung dapat mengakibatkan terjadinya edema
pada dinding usus dan pengurangan perfusi usus yang menimbulkan malabsorpsi.
Nutrisi parenteral tidak dianjurkan untuk diberikan apabila pasien tidak
mengalami malabsorbsi dan nutrisi enteral tidak efektif dalam pemenuhan nutirisi
Pasien kardiovaskular harus melakukan diet untuk menjaga berat badan
agar tidak terjadi obesitas yang dapat meningkatkan kerja jantung dan
menimbulkan komplikasi seperti diabetes melitus tipe II, serta stroke. Energi yang
dibutuhkan oleh pasien kardiovaskuler harus berasal dari 5 % - 10 % protein, 50%
- 55% karbohidrat, lemak tidak jenuh
(poly-unsaturated dan mono-unsaturated
)
> 20 % dari total energi yang diberikan, terdiri dari omega-6
polyunsaturated
4%-8% dan omega-3
polyunsaturated
2 gram/hari dari
linoleic
serta 200 mg/hari
dari rantai panjang asam amino. Protein yang diberikan sebaiknya merupakan
protein yang mengandung asam amino esensial. Sedangkan karbohidrat yang
dianjurkan adalah karbohidrat yang mengandung banyak serat didalamnya. Pasien
kardiovaskular harus mengurangi konsumsi garam karena dapat meningkatkan
tekanan darah. Asupan garam harus dibatasi 2,3 g/hari (Higgins
, et al
., 2007).
Pasien yang menderita gangguan kardiovaskular juga mengalami gangguan
elektrolit yang disebabkan oleh aktivasi neurohumoral (stimulasi sistem renin
angiotensin aldosteron dan stimulasi
sympathoadrenergic
). Elektrolit dibutuhkan
pada pasien gagal jantung karena memilki peranan penting dalam pengembangan
aritmia jantung . Konsentrasi kalium dan magnesium yang rendah meningkatkan
toksisitas pada glikosida jantung yang dapat menimbulkan kematian (Lorgeril,
2005).
Nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh pasien kardiovaskular adalah
Very
Long Chain Omega-3 Fatty Acids
(OM3). Hal ini disebabkan karena
VLC-OM3 berfungsi sebagai kardioprotektif sehingga dapat meningkatkan mortilitas
Mikronutrien yang dibutuhkan oleh pasien kardiovaskular adalah seng,
magnesium, dan vitamin B6. Kekurangan mikronutrien ini dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan sintesis asam arakidonat dan VLC-OM3. Apabila terjadi
penurunan VLC-OM3 maka akan menimbulkan komplikasi jantung lainnya dan
kematian jantung secara mendadak ( Lorgeril, 2005).
2.
Gangguan Ginjal
Nutrisi parenteral dibutuhkan pada pasien yang mengalami gagal ginjal
akut atau kronis dan penyakit akut tetapi tanpa tambahan terapi penggantian
extracorporeal
ginjal, pasien gagal ginjal akut atau kronis dengan tambahan
terapi penggantian
extracorporeal
ginjal, terapi hemodialisis, dialisis peritoneal,
atau terapi penggantian ginjal secara terus-menerus, dan pasien terapi
hemodialisis dengan nutrisi parenteral
intradialytic
(Druml, 2009).
Tabel III. Nutrisi Yang Disarankan Pada Pasien gangguan Ginjal
(Druml, 2009).
Jenis Gangguan
Ginjal
Nutrisi Yang Disarankan
Kronis
Energi : ≥ 30-35 kkal/kg/hari
Protein : 0,6-0,7 g/kg BB/hari
Karbohidrat : 3-5 g/kg/hari
Lemak : 0,8-1,2 /kg/hari
Fosfat : 600-1000 mg/hari
Potassium : 1500-2000 mg/hari
Sodium : 1,8-2,5 g/hari
Akut
Energi : 20-30 kkal/kg/hari
Protein : 0,6-0,7 g/kg BB/hari
Karbohidrat : 3-5 (maks. 7) g/kg/hari
Lemak : 0,8-1,2 (maks. 1,0)
g/kg/hari
Untuk pasien dengan gangguan ginjal kronis pembatasan protein 0,7 g/kg BB/hari
mempertahankan keseimbangan status gizi pada pasien gagal ginjal kronis yang
tidak menderita diabetes (Druml, 2009).
3.
Gangguan Metabolisme
Pasien dengan gangguan metabolisme seperti diabetes melitus tipe II
(DM tipe II) memerlukan pengontrolan glukosa darah. Pemberian nutrisi
parenteral pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme memiliki manfaat
yaitu membantu dalam pemeliharaan cairan dan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh (Sandra, 2011).
Pengontrolan glukosa dalam darah dapat menurunkan terjadinya
kematian, penyakit
kritis, polineuropati, bakteremia, dan peradangan.
Pengontrolan glukosa darah juga dapat meningkatkan keseimbangan cairan karena
membantu mempertahankan beban glukosa yang disaring sehingga mengurangi
risiko diuresis osmotik dan penurunan cairan serta elektrolit didalam tubuh. Kadar
glukosa darah yang disarankan pada pasien sakit kritis adalahn 80 mg/dL - 110
mg/dL (Sandra, 2011).
Energi yang dibutuhkan oleh pasien dengan gangguan metabolisme (DM
tipe II) sebesar 30-35 kkal/kg/hari. Energi ini harus berasal dari karbohidrat 55 %
- 60% yang berasal dari glukosa, lemak 30% - 40% (terdiri dari 10% asam lemak
jenuh, 12% asam lemak tidak jenuh, 6 %, asam lemak
polysaturated
)
,
dan protein
atau asam amino 0,8-2,0 g/kg/hari (tergantung situasi klinis). Produksi glukosa
oleh lakat dan alanin mengalami peningkatan selama terjadinya kondisi steres
metabolik. Apabila terjadi kenaikan glukosa darah diatas 7 mmol (125 mg/dl)
Tabel IV. Nutrisi yang disarankan oleh pasien obesitas dengan DM
tipe II yang melakukan
hypocaloric diet
(ESPEN, 2013)
Substrat
Gram/hari
Kkal/hari
Protein/asam amino
80-160
320-640
Karbohidrat
150-220
600-880
Lemak
20
200
Total
-
1120-1720
4.
Gangguan Saluran Pernapasan
Pasien yang mengalami gangguan saluran pernapasan membutuhkan
nutrisi yang berfungsi untuk menjaga fungsi dari paru-paru. Malnutrisi dapat
mengurangi efek kekuatan otot pernapasan, mengubah kapasitas ventilasi, dan
merusak kekebalan tubuh. Nutrisi pada pasien gangguan saluran pernapasan yang
harus dikontrol adalah karbohidrat dan lemak. Sedangkan kebutuhan protein pada
pasien gangguan saluraran pernapasan tidak terlalu berbeda singnifikan dengan
kebutuhan protein pada pasien biasa. Kebutuhan protein pada pasien yang
mengalami
Acute Respiratory Failure
adalah 1-3 gram/kg/hari atau sekitar 20%
dari energi yang diperlukan (Pingleton, 2000).
Rekomendasi nutrisi untuk pasien yang mengalami gangguan saluran
pernapasan adalah 20% protein dari total kalori (1-2 g/kg/hari), 60%-70%, dan
lemak 20%-30%. Kelebihan glukosa dapat menimbulkan hiperkapnia, karena
terjadi peningkatan produksi CO2
dan total kalori juga dapat meningkatkan
produksi CO
2(Pingleton, 2000).
5.
Infeksi
Pada pasien dengan infeksi (sepsis) disarankan untuk diberikan asupan
kalori yang rendah yaitu tidak lebih dari 500 kkal/hari pada minggu pertama.
diberikan secara enteral dan oral. Nutrisi parenteral juga dapat diberikan ketika
nutrisi enteral tidak mencukupi kebutuhan nutrisi pasien. Pemberian nutrisi
sebaiknya tidak diberikan bersama imunomodulasi spesifik pada pasien dengan
severe sepsis. Pemberian nutrisi parenteral menyebabkan waktu tinggal di ICU
lebih lama, karena dapat meningkatkan terjadinya infeksi (Dellinger,2012)
Rekomendasi nutrisi pada pasien sepsis adalah glukosa 50%-60% dari
kebutuhan kalori (4-5 mg/kg/hari) atau 60%-70% dari kalori non-protein, lemak
25%-30% atau 30%-40% dari kalori non-protein, dan protein 1,2 g/kg/hari atau
15%-20% dari kebutuhan kalori total (Zeuner, 2001). Pemberian glukosa dan
lemak perlu dilakukan pengontrolan agar tidak terjadi
overfeeding
yang dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Kelebihan karbohidrat dapat
mengakibatkan terjadinya hipertrigliseridemia, hiperglikemia, diuresis osmotik,
dehidrasi, peningkatan produksi CO2
yang dapat memperburuk insufiesiensi
pernafasan. Sedangkan pemberian lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan
disfungsi netrofil dan limfosit, mengahalangi sistem fagositosik mononuklear,
merangsang hipoksemia, dan meningkatkan sintesis PGE2
(Wiryana, 2007).
6.
Pembedahan
Nutrisi yang diberikan pada pasien yang melakukan pembedahan
bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, mempertahankan
kekebalan tubuh, dan mencegah terjadinya malnutrisi (Braga, 2009). Nutrisi
parenteral sebaiknya diberikan pada pasien yang melakukan puasa sebelum
operasi dan yang mengalami gangguan asupan nutrisi setelah operasi. Nutrisi
mengalami komplikasi setelah melakukan operasi dan tidak dapat menyerap
makanan mealalui gastrosintestinal dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya (Braga, 2009).
Kombinasi nurtisi parenteral dan enteral harus dipertimbangkan pada
pasien yang membutuhkan nutrisi lebih dari 60% dan tidak dapat dipenuhi dengan
pemberian secara enteral. Pemberian nutrisi berupa karbohidrat melalui rute oral
sangat disarankan pada pasien sebelum melakukan pembedahan. Energi yang
dibutuhkan pada pasien pembedahan sama dengan kebutuhan energi pada
umumnya yaitu 25 kkal/kg, tetapi pada pasien yang mengalami stress berat
kebutuhan kalorinya meningkat menjadi 30 kkal/kg. Pemberian glutamin pasca
operasi dapat meningkatkan keseimbangan nitrogen, mengurangi angka kematian,
mengurangi terjadinya infeksi dan kerusakan organ. Sedangkan pemberian arginin
dapat menstimulasi fungsi sel T dan prekursor nitrit oksida. Pemberian arginin
dengan nutrisi imunomodulator dapat menurunkan terjadinya infeksi setelah
operasi (Braga, 2009).
7.
Gangguan Liver
Pada pasien dengan sirosis hati nutrisi parenteral disarankan untuk
diberikan pada pasien apabila pasien tidak dapat memperoleh asupan makanan
selama lebih dari 12 jam dan pasien menjalani puasa selama lebih dari 72 jam.
Nutrisi parenteral juga dapat diberikan ketika pasien mengalami gangguan saluran
pernapasan dan mengalami batuk pada saat menelan. Nutrisi yang disarankan
untuk pasien yang mengalami sirosis hati adalah glukosa 50%-60% dari
larut dalam air serta elemen tambahan pada pemberian nutrisi parenteral di hari
pertama . Pada pasien yang mengalami hiperglikemia diperlukan penurunan
pemberian infus glukosa sebesar 2-3 g/kg/hari. Pada pasien yang mengalami
gangguan liver karena alkohol disarankan untuk diberikan tambahan vitamin B1
pada saat pemberian infus glukosa untuk mengurangi terjadinya
Wernicke’s
encephalopathy
. Monitoring yang perlu dilakukan pada pasien yang mengalami
sirosi hati adalah monitoring fosfat, potasium, magnesium dan kadar glukosa
dalam darah pada pasien hiperglikemia (Plauth, 2009).
Sedangkan rekomendasi nutrisi pada pasien yang mengalami gangguan
liver akut adalah glukosa 2-3 g/kg/hari (untuk profilaksis atau terapi pada
hipoglikemia), lemak 0,8-1,2 g/kg/hari, dan asam amino 0,8-1,2 gram/kg/hari.
Monitoring yang perlu dilakukan adalah monitoring glukosa dalam darah, dan
asam amino untuk menyesuaikan kebutuhan asam amino pasien (Plauth, 2009).
D. Keterangan Empiris
Dalam penelitian ini masih ada perbedaan pemberian jenis-jenis
nutrisi dan jumlah kebutuhan kalori pada pasien ICU Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta dengan pedoman ASPEN (2008),
ESPEN (2009),
Parenteral
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang kajian kesesuaian pemberian nutrisi parenteral pada
pasien
Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Juli - Desember 2012 merupakan deskriptif evaluatif karena peneliti tidak
melakukan intervensi terhadap subyek uji dan penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi gambaran fenomena kesehatan yang terjadi pada populasi pasien
yang diberikan nutrisi. Rancangan penelitian ini adalah
cross-sectional/potong
lintang karena pengukuran terhadap variabel-variabel penelitian dilakukan satu
kali, pada waktu yang sama.
Pengambilan data
dilakukan secara retrospektif dengan melakukan
penelusuran dokumen terdahulu berupa lembar catatan medis. Dari data yang
diperoleh dilakukan kajian jenis nutrisi yang diberikan dan total kalori setiap
pasien.
B.Variabel dan Definisi Operasional
1.
Variabel penelitian
Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variabel penelitian pada
kesesuaian pemberian nutrisi parenteral di ICU dengan pedoman ASPEN 2008
(American Society for Parenteral and Enteral Nutrition), ESPEN 2009 (The
European Society for Clinical Nutrition and Metabolism),
Parenteral Nutrition in
the Critically Ill Patient 2005,
dan Farmasi Klinis 2003 adalah umur pasien, jenis
pemberian, jenis dan total volume cairan nutrisi parenteral, dan nutris enteral yang
diberikan.
2.
Definisi operasional
a.
Parenteral nutrisi adalah nutrisi yang diberikan berupa makronutrien dan
mikronutrien yang diberikan melalui vena sentral dan perifer pada pasien di
ICU Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
b.
Volume pemberian adalah banyaknya nutrisi yang parenteral yang diberikan
(ml/hari).
c.
Total volume yang dibutuhkan adalah kecukupan cairan setiap hari yang
diperlukan oleh pasien ICU sesuai dengan penyakit yang diderita (ml/hari).
d.
Waktu tinggal adalah keberadaan pasien ICU di rumah sakit minimal 3 hari
tinggal dan maksimal 10 hari tinggal.
e.
Kebutuhan kalori adalah jumlah kalori yang dibutuhkan setiap pasien dalam
waktu 24 jam (kkal/hari) berdasarkan Aslam, dkk pada tahun 2003.
f.
Pedoman acuan adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian dalam
mengkaji kesesuaian pemberian nutrisi parenteral misalnya volume cairan
yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu berupa junal dan buku (ASPEN,
ESPEN,
Parenteral Nutrition in the Critically Ill Patient,
, Farmasi Klinis).
g.
Data catatan medis adalah data pengobatan dan perawatan yang tertulis pada
catatan medis pasien ICU rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta seperti,
umur, jenis kelamin, berat badan, diagnosa di ICU, nutrisi yang diberikan,
h.
MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) adalah pasien yang
menderita lebih dari satu penyakit.
C. Instrumen Penelitan
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman ASPEN (American
Society for Parenteral and Enteral Nutrition), ESPEN (The European Society for
Clinical Nutrition and Metabolism),
Parenteral Nutrition in the Critically Ill
Patient
(2009) dan, Farmasi Klinis (2003) .
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah data sekunder rumah sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Juni-Desember 2012 yang ditulis oleh dokter dan
perawat mengenai data klinis pasien.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai kajian kesesuian pemberian nutrisi pada pasien ICU
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Jalan Cik Di Tiro No. 30 Yogyakarta.
F. Tata Cara Penelitian
1.
Tahap perencanaan
Penelitian dimulai dengan menentukan masalah yang akan diteliti, subyek
uji peneliti, menganalisis situasi dengan membuat surat izin penelitian, dan
mencari informasi pada bagian catatan medis mengenai pemberian nutrisi pada
pasien ICU Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember 2012.
2.
Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang termasuk didalam
dengan lengkap, memiliki waktu tinggal minimal 3 hari, dan lama tinggal
maksimal 10 hari. Sedangkan kriteria eksklusi subyek adalah pasien yang tidak
mempunyai hasil pemeriksaan laboratorium elektrolit, dan pasien yang tidak dapat
diperoleh data rekam mediknya.
3.
Tahap pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi data kualitatif yang
disajikan dalam bentuk uraian dan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel
sedangkan data untuk kajian kesesuaian pemberian nutrisi parenteral berdasarkan
pedoman yang digunakan sebagai standar meliputi penyakit, volume pemberian,
jenis dan total volume nutrisi parenteral yang diberikan, serta jumlah kalori yang
diberikan.
Data yang dikumpulkan kemudian dikaji kesesuaian pemberian
berdasarkan pedoman yang digunakan. Penggolongan jenis nutrisi yang diberikan
oleh pasien berdasarkan formularium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
G. Tata Cara Analisis Hasil
1.
Profil Pasien ICU meliputi umur, jenis kelamin, berat badan, dan diagnosis.
2.
Persentase berdasarkan jenis nutrisi parenteral, cairan, dan elektrolit yang
diberikan pada pasien ICU. Persentase dilakukan dengan cara menghitung
jumlah penggunaan setiap jenis nutrisi parenteral dibagi dengan total
penggunaan nutrisi parenteral kemudian dikalikan dengan 100%.
3.
Menghitung total volume pemberian cairan dengan menggunakan
4.
Mengkaji jenis nutrisi parenteral dengan cara mengidentifikasi jenis nutrisi
parenteral yang tidak sesuai dengan diagnosis pasien.
5.
Mengkaji jumlah kalori pasien dengan cara melakukan perhitungan BMR
6.
Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tabel.
Kajian dilakukan dengan membandingkan kententuan pemberian nutrisi
parenteral yang diberikan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dengan
ASPEN 2008, ESPEN 2009,
Parenteral Nutrition in the Critically Ill Patient
2009 dan, Farmasi Klinis 2003.
H. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peniliti tidak dapat mengetahui jalur pemberian
nutrisi parenteral yaitu melalui vena perifer atau vena sentral karena dalam rekam
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian
yaitu profil pemberian nutrisi, jenis nutrisi parenteral yang diberikan, dan jumlah
kalori setiap pasien ICU.
A.
Profil Pemberian Nutrisi Parenteral Di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta
Pasien yang menerima nutrisi parenteral di
Intensive Care Unit (ICU)
rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juni-Desember 2012. Dalam
penelitian ditemukan 77 kasus pemberian nutrisi parenteral, tetapi yang sesuai
dengan kriteria inklusi 29 pasien, 6 pasien data rekam medisnya tidak diberikan
oleh rumah sakit. Jadi jumlah pasien yang bisa diambil data rekam medisnya
adalah 24 pasien.
Pasien yang tidak mengalami komplikasi berjumlah 6 orang dan pasien
yang mengalami komplikasi berjumlah 18 orang, sehingga terdapat perbedaan
pemberian nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi pada pasien ICU di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta berdasarkan resep dokter yang dituliskan pada lembaran
rekam medis pasien ICU dan juga bergantung pada ketersediaan nutrisi parenteral
Tabel V. Karakteristik Demografi Pasien ICU Yang Diberikan Nutrisi
ParenteralJenis Kelamin Pria : 17 Wanita : 7 Berat Badan (kg) 50 kg : 8 orang
60 kg : 10 orang 70 kg : 4 orang 80 kg : 2 orang
Umur (Tahun) ≥ 15 - ≤ 35 tahun : 5 orang ≥ 35 - ≤ 55 tahun : 6 orang ≥ 55 - ≤ 75 tahun : 8 orang ≥ 75 - ≤ 95 tahun : 5 orang
Penyakit Kardiovaskular + saluran pernapasan + infeksi 2 orang
Pembedahan + liver 3 orang
Metabolisme + sepsis 2 orang
Kardiovaskular + pembedahan + ginjal +l iver 1 orang Kardiovaskular + pembedahan + ginjal +l iver 1 orang Kardiovaskular + ginjal 1 orang
Kardiovaskular + sepsis 2 orang
Kardiovaskular 1 orang
Liver + sepsis 1 orang Ginjal + sepsis 2 orang Ginjal + metabolisme + pernapasan 1 orang Ginjal 1 orang Ginjal + metabolisme 1 orang
Metabolisme + pembedahan 1 orang
Metabolisme 1 orang
Sepsis 2 orang
Menjalani pembedahan 2 orang