• Tidak ada hasil yang ditemukan

IND P PROFIL KEMENTERIAN KESEHATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IND P PROFIL KEMENTERIAN KESEHATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2012"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2012

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2013 KEMENTERIAN

KESEHATAN

351.770.2 IND

P

(2)

1

KATA PENGANTAR

Tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari periode Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, dalam dokumen RPJMN 2010-2014 Program Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang tercantum di dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2010-2014.

Untuk melihat hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode tahun 2012 dan beberapa tahun sebelumnya maka penerbitan Profil PP dan PL 2012 sangatlah tepat. Profil PP dan PL disusun setiap tahun, merupakan sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan khususnya di bidang PP dan PL.

Tantangan pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di masa yang akan datang semakin berat, keberhasilannya ditentukan oleh kerjasama berbagai pihak, Pemerintah Pusat, Daerah, LSM, Swasta, Peran Serta Masyarakat serta pihak-pihak terkait lainnya.

Dengan diterbitkannya Profil PP dan PL diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan untuk mendukung perencanaan kesehatan yang berdasarkan fakta (evidence based) serta bahan masukan dalam menyusun kebijakan-kebijakan program maupun pengambilan keputusan yang kesemuanya sejalan dengan Visi Kementerian Kesehatan yang baru yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.

Saran, kritik serta masukan-masukan sangat kami harapkan guna peningkatan mutu Profil PP dan PL di tahun-tahun mendatang. Penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih disampaikan kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Profil Tahun 2012.

Jakarta, Juli 2013 Direktur Jenderal PP&PL

ttd

Prof. dr Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K) NIP 195509031980121001

(3)

2 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISIDAFTAR ISI DAFTAR ISI ... 2

DAFTAR GRAFIK ... 4

DAFTAR TABEL ... 9

DAFTAR GAMBAR ... 10

I. PENDAHULUAN ... 13

A. LATAR BELAKANG ... 13

B. TUJUAN ... 13

1. Tujuan Umum... 14

2. Tujuan Khusus ... 14

C. LINGKUP KEGIATAN PP&PL ... 14

D. ORGANISASI ... 15

II. PENCAPAIAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN ... 17

A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI, KARANTINA KESEHATAN, DAN KESEHATAN MATRA ... 17

1. Surveilans Epidemiologi ... 17

2. Imunisasi ... 28

3. Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan ... 39

4. Kesehatan Matra ... 49

B. PENGENDALIAN PENYALIT MENULAR LANGSUNG ... 56

1. Tuberkulosis ... 56

2. HIV/AIDS dan IIMS ... 75

3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ... 87

4. Pengendalian Penyakit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan ... 92

5. Pengendalian Penyakit Kusta dan Frambusia ... 100

C. PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (PPBB) ... 105

1. Pengendalian Penyakit Filariasia dan Schistosomiasis ... 105

2. Pengendalian Penyakit Arbovirosis ... 114

3. Pengendalian Penyakit Malaria ... 122

4. Pengendalian Vektor ... 132

5. Pengendalian Penyakit Zoonosis ... 142

D. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PPTM) ... 153

E. PENYEHATAN LINGKUNGAN (PL) ... 161

1. Penyelenggaraan Kegiatan Penyehatan Air & Sanitasi Dasar ... 161

2. Penyelenggaraan Kegiatan Penyehatan Kawasan dan Sanitasi Darurat (PKSD) ... 168

3. Penyelenggaraan Kegiatan Penyehatan Pemukiman dan Tempat-tempat Umum (PP dan TTU) ... 177

4. Penyelenggaraan Kegiatan Pengamanan Limbah, Udara dan Radiasi ... 189

5. Penyelenggaran Kegiatan Higiene Sanitasi Pangan (HSP) ... 198

III. PENUNJANG KEGIATAN PP&PL ...204

A. Ketenagaan ... 204

B. Program dan Informasi ... 206

C. Keuangan ... 208

(4)

3 D. Hukum, Organisasi & Humas... 212 IV. UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PP&PL ...220 A. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) ... 220 B. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) ... 224 DAFTAR SINGKATAN ...254 TIM PENYUSUN ...260

(5)

4 DAFTAR GRAFIK

NO. NAMA GRAFIK

Grafik 2.A.1.1 Trend Capaian Indikator Kinerja Surveilans AFP di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A1..2 Trend Jumlah Kasus Campak Rutin, Frekuensi KLB Campak,

dan Jumlah Kasus pada KLB Campak Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.1.3 KLB Campak yang Dilaporkan dan Konfirmasi Laboratorium Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.1.4 Kasus Campak Rutin Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.1.5 Kasus Tetanus Neonatorum Berdasarkan Faktor Risiko Tahun 2012

Grafik 2.A.1.6 Cakupan Vaksin TT2+ dengan Kasus Tetanus Neonatorum Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.1.7 Target dan Pencapaian Indikator Penanggulangan KLB < 24 Jam Tahun 2009 sd 2014 Grafik 2.A.1.8 Frekuensi KLB Berdasarkan Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.A.1.9 Frekuensi KLB Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun 2012 Grafik 2.A.1.10 Frekuensi KLB Berdasarkan Bulan Tahun 2012

Grafik 2.A.1.11 Persentase Lama Waktu KLB Direspon Tahun 2012 Grafik 2.A.1.12 Persentase Respon KLB Berdasarkan Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.A.1.13 Persentase Respon KLB Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun 2012 Grafik 2.A.1.14 Persentase Respon KLB Berdasarkan Bulan Tahun 2012

Grafik 2.A.2.1 Pencapaian Cakupan Imunisasi HB0 (<7 hari) Per Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.A.2.2 Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG Per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.A.2.3 Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT-HB1 Per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.A.2.4 Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG, HB0 (<7 hari), dan DPT-HB1 Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.2.5 Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT-HB3 Per Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.A.2.6 Pencapaian Cakupan Imunisasi Polio4 Per Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.A.2.7 Pencapaian Cakupan Imunisasi Campak Per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.A.2.8 Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT-HB3, Polio4, dan Campak Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.2.9 Pencapaian Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.A.2.10 Pencapaian Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.2.11 Pencapaian UCI Desa Per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.A.2.12 Pencapaian UCI Desa Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.2.13 Angka Drop Out (DPT1-Campak) Tahun 2012

Grafik 2.A.2.14 Pencapaian Angka Drop Out (DPT1-Campak) Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.2.15 Cakupan BIAS Tahun 2012

Grafik 2.A.2.16 Cakupan BIAS Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.2.17 Pencapaian Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Tahun 2012

Grafik 2.A.2.18 Pencapaian Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Tahun 2007 sd 2011 Grafik 2.A.2.19 Pencapaian Cakupan Imunisasi pada Sub PIN Difteri di Jawa Timur Tahun 2012 Grafik 2.A.3.1 Kedatangan Kapal dari Dalam dan Luar Negeri Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.2 Keberangkatan Kapal Ke Dalam dan Luar Negeri Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.3.3 Kedatangan Pesawat Dari Dalam dan Luar Negeri Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.4 Pemeriksaan General Declaration (Gendec) Pada Pesawat yang Datang Dari Luar Negeri Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.5 Keberangkatan Pesawat Ke Dalam dan Luar Negeri Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.6 Kedatangan Penumpang Kapal/Pesawat dari Dalam Negeri dan Luar Negeri di Seluruh KKP Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.7 Keberangkatan Penumpang Kapal/Pesawat Ke Dalam Negeri dan Luar Negeri di Seluruh KKP Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.8 Keberangkatan dan Kedatangan ABK dan Crew Dari dan Ke Luar Negeri di Seluruh KKP Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.9 Penerbitan SSCEC dan SSCC Oleh KKP Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.3.10 Pemberian Buku Kesehatan Kapal Oleh KKP Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.3.11 Jenis Penyakit Tertinggi Dalam Kunjungan Poliklinik di KKP Seluruh Indonesia Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.4.1 Jumlah Peselam yang Dilakukan Survei Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.4.2 Peselam yang Pernah Mendapatkan Penyuluhan Tentang Kesehatan Penyelaman Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.4.3 Teknik yang Digunakan Peselam Dalam Kegiatan Penyelaman Tahun 2008 sd 2012

(6)

5

Grafik 2.A.4.4 Keluhan yang Dialami Peselam Dalam Kegiatan Penyelaman Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.A.4.5 Jenis Keluhan yang Dialami Peselam Tahun 2012

Grafik 2.A.4.6 Pencarian Pengobatan Pertama Setelah Menderita Keluhan Tahun 2007 sd 2011

Grafik 2.A.4.7 Tempat Pencarian Pengobatan Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.A.4.8 Jumlah KK, Jiwa dan Lokasi Transmigrasi yang dikunjungi Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.B.1.1 Angka Penjaringan Suspek Tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.2 Angka Penjaringan Suspek per Provinsi Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.B.1.3 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa (Positivity Rate) Tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.4 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa (Positivity Rate) per Provinsi Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.B.1.5 Proporsi BTA positif di antara seluruh kasus tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.6 Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh kasus Tahun 2011 sd 2012 Grafik 2.B.1.7 Angka Notifikasi Kasus BTA Positif dan Seluruh Kasus per 100.000 Penduduk Tahun

2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.8 Angka Notifikasi Kasus (case notification) Kasus Baru TB Paru BTA Positif Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.B.1.9 Angka Notifikasi Kasus (case notification) Seluruh Kasus Tahun 2011 sd 2012 Grafik 2.B.1.10 Proporsi Kasus TB Anak di Antara Seluruh Kasus Tahun 2011 sd 2012 Grafik 2.B.1.11 Angka Penemuan Kasus atau case detection rate (CDR)

Tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.12 Angka Konversi atau Convertion Rate di Indonesia Tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.13 Angka Konversi atau Convertion Rate per Provinsi di Indonesia Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.B.1.14 Angka Keberhasilan Pengobatan (success rate /SR) Tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.1.15 Angka Kesembuhan atau Cure Rate Tahun 2010 sd 2012

Grafik 2.B.1.16 Angka Keberhasilan Pengobatan (success rate/SR) per Provinsi di Indonesia Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.B.1.17 Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Uji Silang Tahun 2009 sd 2011

Grafik 2.B.1.18 Presentase Fasyankes melaksanakan Uji Silang dan Fasyankes dengan Kualitas Baik Tahun 2010 sd 2011

Grafik 2.B.1.19 Hasil Uji Silang Tahun 2012

Grafik 2.B.1.20 Penemuan Kasus TB di Beberapa Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.B.1.21 Hasil Akhir Pengobatan di Beberapa Tipe Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2012 Grafik 2.B.2.1 Jumlah Kasus HIV dan AIDS Menurut Tahun di Indonesia

Tahun 2005 sd 2012

Grafik 2.B.2.2 Persentase Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 2012

Grafik 2.B.2.3 Persentase Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin di Indonesia s/d 31 Desember 2012

Grafik 2.B.2.4 Persentase Kasus AIDS Menurut Kelompok Umur di Indonesia Tahun 2012

Graf3k 2.B.2.5 Persentase Kumulatif Kasus AIDS Menurut Kelompok Umur di Indonesia s/d 31 Desember 2012

Grafik 2.B.2.6 Persentase Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko Tahun 2012

Grafik 2.B.2.7 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Kasus AIDS Terbanyak di Indonesia Tahun 2012

Grafik 2.B.2.8 Persentase Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko per Periode 5 Tahunan 1991 sd 1995, 1996 sd 2000, 2001 sd 2005 dan 2006 sd 2010

Grafik 2.B.2.9 Peningkatan Jumlah ODHA yang Mendapatkan ARV Tahun 2007 sd 2012 Grafik 2.B.3.1 Cakupan Penemuan Pnemonia Balita di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.B.3.2 Cakupan Penemuan Pnemonia Balita di 33 Provinsi Tahun 2012

(7)

6

Grafik 2.B.3.3 Proporsi (%) Kasus Pneumonia Berdasarkan Kelompok Umur di 40 Puskesmas Sentinel Tahun 2011 dan 2012

Grafik 2.B.3.4 Proporsi (%) Kasus Pneumonia Berdasarkan Kelompok Umur di 40 RS Sentinel Tahun 2011 dan 2012

Grafik 2.B.3.5 Kasus Kematian Karena Pneumonia pada Bayi dan Balita di 40 RS Sentinel Tahun 2012

Grafik 2.B.4.1 Distribusi Frekuensi Penderita Diare Di Indonesia Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.B.4.2 Distribusi Frekuensi Cakupan Pelayanan Diare Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.B.4.3 Distribusi Angka Kematian Saat KLB (CFR) Di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.B.4.4 Proporsi Penggunaan Oralit Di Puskesmas di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.B.4.5 Proporsi Penggunaan Antibiotik Tidak Rasional Di Indonesia

Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.B.4.6 Proporsi Penggunaan Anti Diare Di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.B.4.7 Persentase Kualitas Tatalaksana Diare Sesuai Standar

Tahun 2008 sd 2011

Grafik 2.B.5.1 Trend Angka Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru Kusta New Case Detection Rate (NCDR) Tahun 2007 sd 2012

Grafik 2.B.5.2 Proporsi Penderita MB di antara Kasus Baru Kusta Tahun 2007 sd 2012

Grafik 2.B.5.3 Proporsi Cacat Tingkat 2 Kusta dan Proporsi Anak di antara Kasus Baru Tahun 2007 sd 2012

Grafik 2.B.5.4 Tren Jumlah Kasus Frambusia Tahun 2007 sd 2011

Grafik 2.C.1.1 Kasus Klinis Filariasis per Tahun di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.1.2 Persentase Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.1.3 Cakupan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.1.4 Prevalensi Schistosomiasis pada Manusia

Grafik 2.C.1.5 Prevalensi Schistosomiasis pada Tikus Grafik 2.C.1.6 Prevalensi Schistosomiasis pada Keong Grafik 2.C.1.7 Prevalensi Cacingan Tahun 2012

Grafik 2.C.2.1 Jumlah Kasus DBD Per Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.C.2.2 Jumlah Kematian DBD per Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.C.2.3 Angka Kesakitan/ IR DBD per Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.C.2.4 Angka Kematian/ CFR DBD per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.C.2.5 Jumlah Kabupaten/ Kota Terjangkit DBD Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.2.6 Angka Bebas Jentik (ABJ) Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.C.2.7 Tren Angka Kesakitan (IR) dan Angka Kematian (CFR) DBD Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.2.8 Pola Kasus DBD Bulanan Tahun 2011 sd 2012

Grafik 2.C.2.9 Kasus Demam Chikungunya Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.C.2.10 Kasus Tersangka Japanese Encephalitis Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.3.1 Distribusi Jumlah Kasus Malaria per Provinsi di Indonesia

Grafik 2.C.3.2 Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah Suspeck Malaria Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.3.3 Jumlah Kelambu yang sudah Didistribusikan ke Masyarakat Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.4.1 Persentase Pemetaan Vektor pada Kabupaten/Kota per Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.C.4.2 Pelatihan Entomologi Kesehatan yang diselenggarakan di Pusat dan di Daerah Tahun 2012

Grafik 2.C.5.1 Jumlah Kasus, Kematian dan CFR Penyakit FB di Indonesia

Grafik 2.C.5.2 Distribusi kasus dan kematian Flu Burung Indonesia Bulan Juni 2005 sd Desember 2012

Grafik 2.C.5.3 Kasus Flu Burung menurut jenis kelamin,Bulan Juni 2005 sd Desember 2012 Grafik 2.C.5.4 Kasus Flu Burung menurut Kelompok Umur Bulan Juni 2005 sd Desember 2012 Grafik 2.C.5.5 Kasus Flu Burung menurut Faktor Risiko Bulan Juni 2005 sd Desember 2012 Grafik 2.C.5.6 Jumlah Spesimen Positif Rabies pada hewan Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.C.5.7 Jumlah Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dan Post Exposure Treatment (PET) Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.C.5.8 Provinsi & Kabupaten/Kota yang Melaporkan Adanya Lyssa Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.C.5.9 Lyssa per-Provinsi Tahun 2011 sd 2012

(8)

7

Grafik 2.C.5.10 Provinsi yang melaporkan adanya kasus Leptospirosis Tahun 2005 sd 2012 Grafik 2.C.5.11 Distribusi Kasus Leptospirosis Tahun 2004 sd 2012

Grafik 2.C.5.12 Distribusi Kasus Leptospirosis menurut Provinsi Tahun 2012 Grafik 2.C.5.13 Situasi Antraks pada manusia di Indonesia Tahun 2008 sd 2012

Grafik 2.C.5.14 Situasi Antraks pada Manusia di Daerah Endemis Antraks Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.C.5.15 Situasi Spesimen Pes pada Manusia yang Diperiksa Tahun 2004 sd 2012 Grafik 2.C.5.16 Situasi Spesimen yang diperiksa pada Rodent

Tahun 2004 sd 2012

Grafik 2.D.1 Distribusi Kematian Pada Semua Umur menurut Kelompok Penyakit SKRT 1995-2001 dan Riskesdas 2007

Grafik 2.D.2 Proporsi Penyebab Kematian yang Disebabkan oleh PTM Tahun 2007

Grafik 2.D.3 Persentase Provinsi yang Memiliki Peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tahun 2010 sd 2012

Grafik 2.E.1.1 Capaian Desa Melaksanakan STBM Kumulatif Tahun 2010 sd 2012 Grafik 2.E.1.2 Kumulatif Capaian Desa Melaksanakan STBM per Provinsi di

Wilayah Indonesia Bagian Barat Tahun 2010 sd 2012 Grafik 2.E.1.3 Kumulatif Capaian Desa Melaksanakan STBM per Provinsi di

Wilayah Indonesia Bagian Tengah Tahun 2010 sd 2012 Grafik 2.E.1.4 Kumulatif Capaian Desa Melaksanakan STBM per Provinsi di

Wilayah Indonesia Bagian Timur Tahun 2010 sd 2012

Grafik 2.E.1.5 Trend Proporsi Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Minum Layak Tahun 2002 sd 2012

Grafik 2.E.1.6 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Terhadap Sumber Air Minum Layak Menurut Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.E.1.7 Trend Persentase Rumah Tangga dengan Akses Sanitasi Layak Tahun 1993 sd 2012

Grafik 2.E.1.8 Proporsi Penduduk Dengan Akses Sanitasi Dasar Layak Berdasarkan Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.E.2.1 Perbandingan Kab/Kota Penyelenggara KKS dan yang Belum per Provinsi Tahun 2011

Grafik 2.E.3.1 Capaian Rumah Sehat Tahun 2012

Grafik 2.E.3.2 Target dan Capaian Rumah Sehat Tahun 2010 sd 2012 Grafik 2.E.3.3 Capaian TTU Sehat Tahun 2012

Grafik 2.E.3.4 Target dan Capaian TTU Sehat Tahun 2010 sd 2012 Grafik 2.E.3.5 Opsi Sarana yang Dibangun di Pondok Pesantren Grafik 2.E.4.1 Distribusi limbah yang dihasilkan Rumah Sakit

Grafik 2.E.4.2 Kabupaten/Kota yang Melakukan Pembinaan Pengelolaan Limbah Medis Fayankes Tahun 2012

Grafik 2.E.4.3 Distribusi RS yang Memiliki IPAL Tahun 2012

Grafik 2.E.4.4 Distribusi RS dengan IPAL yang Berfungsi Baik Tahun 2012 Grafik 2.E.4.5 Distribusi RS yang Memiliki Alat Pengolah Limbah Medis Padat

Tahun 2012

Grafik 2.E.4.6 Distribusi RS yang Menyerahkan Limbah Medis Padat ke Pihak Luar yang Berijin Tahun 2012

Grafik 2.E.4.7 Distribusi RS menurut Keberadaan Organisasi Internal dengan Tupoksi Pengelolaan Limbah Tahun 2012

Grafik 2.E.4.8 Distribusi RS Responden Monev menurut Adanya Kebijakan Internal Tahun 2012 Grafik 2.E.4.9 Distribusi RS Responden Monev yang Telah Melakukan Pemilahan Limbah Medis dan

Non Medis dari Sumbernya Tahun 2012

Grafik 2.E.4.10 Distribusi RS Responden Monev Menurut Kepemilikan Ijin Incinerator Tahun 2012 Grafik 2.E.4.11 Distribusi RS Responden Monev menurut Kepemilikan SDM Pengelola Limbah Medis

yang Terlatih Tahun 2012

Grafik 2.E.4.12 Jumlah Dokumen berdasarkan Jenis Dokumen Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.E.4.13 Jumlah Dokumen berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2008 sd 2012 Grafik 2.E.5.1 Persentase Target dan Capaian TPM Memenuhi Syarat Kesehatan

Tahun 2010 sd 2012

Grafik 2.E.5.2 Cakupan TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Berdasarkan Provinsi

(9)

8

Tahun 2011

Grafik 2.E.5.3 Cakpan TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Berdasarkan Provinsi Tahun 2012

Grafik 2.E.5.4 Angka Kejadian Keracunan Pangan Tahun 2011 Grafik 2.E.5.5 Angka Kejadian Keracunan Pangan Tahun 2012

Grafik 2.E.5.6 Kejadian Keracunan Pangan Berdasarkan Tempat Kejadian Tahun 2012 Grafik 2.E.5.7 Tren Kejadian Keracunan Pangan di Indonesia Tahun 2008 sd 2012 Grafik 3.A.1 Distribusi Pegawai Ditjen PP dan PL beserta UPT Tahun 2012 Grafik 3.A.2 Distribusi Pegawai Ditjen PP dan PL Unit Pusat Tahun 2012

Grafik 3.A.3 Distribusi Pegawai Ditjen PP dan PL beserta UPT berdasarkan Pendidikan Tahun 2012

Grafik 3.A.4 Distribusi Pegawai Ditjen PP dan PL beserta UPT berdasarkan Jabatan Tahun 2012

Grafik 3.A.5 Distribusi Pegawai Ditjen PP dan PL beserta UPT berdasarkan Jabatan Fungsional Kesehatan

Grafik 3.A.6 Distribusi pegawai Ditjen PP dan PL berdasarkan Golongan Tahun 2012

Grafik 3.C.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.2 Alokasi dan Realisasi Anggaran Satker Pusat, UPT, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.3 Persentase Realisasi Anggaran Satker Pusat, UPT, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.4 Alokasi Anggaran Ditjen PP dan PL Berdasarkan Sumber Dana

Rupiah Murni, Pinjaman Luar Negeri, Hibah Luar Negeri, Rupiah Murni Pendamping, dan PNBP Tahun Anggaran 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.5 Realisasi Anggaran Ditjen PP & PL berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.6 Realisasi Anggaran Ditjen PP & PL berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.7 Target dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahun Anggaran 2010, 2011, dan 2012

Grafik 3.C.8 Target dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahun Anggaran 2010 dan 2011

Grafik 3.D.1 Bantuan Hukum yang Ditangani Ditjen PP dan PL Tahun 2010 sd 2012 Grafik 3.D.2 Trend Produk Hukum yang Dihasilkan Ditjen PP dan PL Tahun 2010 sd 2012 Grafik 3.D.3 Perkembangan Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Tahun 2004 sd 2012

Grafik 3.D.4 Perkembangan Klasifikasi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Tahun 2004 sd 2012 Grafik 3.D.5 Proporsi Pelaksanaan Kegiatan Peliputan berdasarkan Bulan Tahun 2012

Grafik 3.D.6 Distribusi SK PPID di Lingkungan Unit Pelaksana Teknis Tahun 2012

(10)

9 DAFTAR TABEL

NO. NAMA TABEL

Tabel 2.A.2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi

Tabel 2.A.3.1 Pemberian Free Pratique Untuk Kapal Yang Datang Dari Luar Negeri Tabel 2.A.4.1 Jenis Keluhan yang Dialami Peselam Tahun 2008 sd 2012

Tabel 2.B.1.1 Estimasi Insidensi, Prevalensi dan Mortalitas TB Tahun 1990, 2011 dan 2012 Tabel 2.B.1.2 Hasil Kegiatan Kolaborasi TB HIV dari Unit TB Tahun 2009 sd 2012

Tabel 2.B.2.1 Jumlah Kasus AIDS Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 1987 sd 2012 Tabel 2.B.2.2 Jumlah Kematian AIDS Menurut Tahun di Indonesia Tahun 1987 sd 2012 Tabel 2.B.2.3 Jumlah Kasus HIV Menurut Faktor Risiko di Indonesia Tahun 2010 sd 2012

Tabel 2.B.2.4 Jumlah Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko dan Tahun di Indonesia Tahun1987 sd 2012 Tabel 2.B.2.5 Jumlah Kasus AIDS Menurut Penyakit Penyerta di Indonesia Tahun 2007 sd 2012 Tabel 2.B.2.6 Indikator terkait HIV & AIDS dan Pencapaiannya Tahun 2012

Tabel 2.B.2.7 Target dan Pencapaian MDGs Tahun 2012 Tabel 2.B.4.1 Rekapitulasi KLB Diare Tahun 2011 Tabel 2.B.4.2 Rekapitulasi KLB Diare Tahun 2012 Tabel 2.B.4.3 Rekapitulasi KLB Diare di Indonesia

Tahun 2008 sd 2012

Tabel 2.B.5.1 Jumlah Penderita Terdaftar dan Penderita Baru Kusta Tahun 2007 sd 2012 Tabel 2.C.1.1 Distribusi Kasus Klinis Filariasis per Provinsi Tahun 2008 sd 2012

Tabel 2.C.1.2 Distribusi Obat (Prazikuantel) Schistosomis dan F. Buski Tahun 2008 sd 2012 Tabel 2.C.1.3 Kabupaten/Kota yang Disurvei Cacing Tahun 2012

Tabel 2.C.3.1 Tingkat Endemisitas Kabupaten/Kota di Indonesia berdasarkan API Tahun 2010 sd 2012 Tabel 2.C.3.1 Target dan capaian Indikator P2 Malaria pada Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun

2010 sd 2014

Tabel 2.C.4.1 Realisasi Pemetaan Vektor di Indonesia Tahun 2010 sd 2012 Tabel 2.C.4.2 Beberapa Kegiatan Survai Cepat, Longitudinal Survei

Tabel 2.C.4.3 Hasil Uji Kerentanan Vektor Malaria dan Demam Berdarah Dengue Tabel 2.C.4.4 Beberapa Kegiatan Fasilitasi/Sosialisasi/Narasumber

di Subdit Pengendalian Vektor

Tabel 2.C.4.5 Beberapa Jenis Pelatihan (Jabatan Fungsional, TOT Entokes, Pelatihan Teknis Pengendalian Vektor)

Tabel 2.C.5.1 Beberapa Kasus Antraks Kulit

Tabel 2.D.1 Hasil Pemeriksaan Faktor Risiko Pengemudi

Tabel 2.E.1.1 Perkembangan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tabel 2.E.1.2 Kegiatan Fasilitasi Pasar Sehat Percontohan di 8 (Delapan) Lokasi Tahun 2012 Tabel 2.E.3.1 Target dan Capaian Indikator Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2010 sd 2014

Penyehatan Permukiman dan Tempat-Tempat Umum serta Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kesehatan

Tabel 2.E.3.2 Provinsi Peserta Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional Tahun 2012 Tabel 2.E.3.3 Pemenang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional Tahun 2012

Tabel 2.E.3.4 Daftar Provinsi, Kabupaten, dan Pondok Pesantren Penerima Bantuan Stimulan Tahun 2012

Tabel 3.B.1 Alokasi Anggaran berdasarkan Kegiatan Tahun 2012 Tabel 3.B.1 Alokasi Anggaran per Satuan Kerja Tahun 2012

Tabel 3.C.1 Sumber Pinjaman dan Hibah Luar Negeri di lingkungan Ditjen PP & PL Tahun 2010, 2011, dan 2012

Tabel 3.D.1 Hasil Pengukuran Kinerja Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

Tabel 4.1 Wilayah Kerja Regional B/BTKL–PP Seluruh Indonesia Tahun 2012

(11)

10 DAFTAR GAMBAR

NO. NAMA GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Ditjen PP dan PL Gambar 1.2 Sruktur & Foto Dirjen, Sesditjen dan ParaDirektur

Gambar 2.A.1.1 Pencapaian Non Polio AFP Rate Per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2012

Gambar 2.A.1.2 Pencapaian Spesimen Adekuat Menurut Provinsi Tahun 2012 Gambar 2.A.1.3 Distribusi Kasus Campak Rutin di Indonesia Tahun 2012 Gambar 2.A.1.4 Distribusi Kasus Tetanus Neonatorum Per ProvinsiTahun 2012 Gambar 2.A.2.1 Sebaran Kasus Difteri Menurut Provinsi Tahun 2012

Gambar 2.B.3.1 Peta Cakupan Penemuan Pneumonia Balita di Indonesia Tahun 2012 Gambar 2.B.5.1 Situasi Beban Penyakit Kusta di Indonesia Tahun 2012

Gambar 2.C.1.1 Kabupaten/Kota yang Melaksanakan MDA Tahun 2012 Gambar 2.C.1.2 Daerah fokus keong Oncomelania hupensis lindoensis Gambar 2.C.1.3 Siklus Penularan Schistosomiasis

Gambar 2.C.2.1 Pencanangan Gerakan Bersama Pemberantasan Sarang Nyamuk (GEBER PSN) Dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional ke -48 di Palangkaraya-Kalimantan Tengah Tanggal 20 November 2012

Gambar 2.C.2.2 Kegiatan Penyuluhan oleh Jumantik di Wilayah Bandung Jawa Barat Gambar 2.C.2.3 Kegiatan Pemantauan Jentik oleh Jumantik di Wilayah Bandung Jawa Barat Gambar 2.C.2.4 Peringatan Hari Dengue ASEAN (ASEAN Dengue Day) ke-2 tanggal 15 Juni 2012 di

Kota Medan

Gambar 2.C.3.1 Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2010 Gambar 2.C.3.2 Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2011 Gambar 2.C.3.3 Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2012 Gambar 2.C.3.4 Malaria Center di Halmahera Selatan Maluku Utara Gambar 2.C.3.5 Malaria Center di Mandailing Natal Sumatera Utara Gambar 2.C.3.6 ATM Center di Aceh

Gambar 2.C.3.7 Pos Malaria Desa dan Kader Posmaldes Gambar 2.C.4.1 Peta Sebaran Vektor Malaria di Indonesia

Gambar 2.C.4.2 Peta Resistensi Ae. Aegypti di Indonesia Tahun 2004 sd 2012 Gambar 2.C.4.3 Peta Resistensi Vektor Malaria di Indonesia Tahun 2007 sd 2012 Gambar 2.C.4.4 Pelatihan Pengendalian Vektor di Bapelkes Cikarang Bekasi Gambar 2.C.4.5 Pelatihan Pengendalian Vektor di Situ Burung Bogor Gambar 2.D.1 Sebaran Posbindu dan Kegiatan Posbindu

Gambar 2.D.2 Daerah yang Mengembangkan Program Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

Gambar 2.D.3 Pemeriksaan FR Terpadu dalam Rangka Kesiapsiagaan pada Mudik Lebaran Gambar 2.E.1.1 Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia Tahun 2012

Gambar 2.E.1.2 Kegiatan STBM

Gambar 2.E.2.1 Kegiatan Lokakarya Nasional Kabupaten Kota Sehat

Gambar 2.E.2.2 Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang ada di Pasar Tradisional Gambar 2.E.2.3 Beberapa Persyaratan Faktor Kesehatan Lingkungan di Pasar Tradisonal Gambar 2.E.2.4 Proses Kegiatan Fasilitasi Masyarakat di Pasar

Gambar 2.E.2.5 Orientasi Pasar Sehat

Gambar 2.E.2.6 Kondisi Banjir di Daerah Banten Tahun 2012 Gambar 2.E.2.7 Peta Pusat Daerah Bencana

Gambar 2.E.2.8 Bencana yang ditangani oleh Tim Direktorat Penyehatan Lingkungan

(12)

11

Gambar 2.E.3.1 Capacity Building MPA PHAST Kesling Pontren bagi Petugas Provinsi dan Kabupaten Gambar 2.E.4.1 Wadah Limbah Medis Infeksius dan Limbah Tajam yang Ditempatkan di Sumber

Penghasil (Ruangan)

Gambar 2.E.4.2 Pemilahan Limbah dari Sumber Penghasil dengan Menggunakan Wadah Berbeda untuk Tiap Jenis Limbah dan Menggunakan Label

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KKP Kelas I Gambar 4.2 Struktur Organisasi KKP Kelas II Gambar 4.3 Struktur Organisasi KKP Kelas III

Gambar 4.4 Peta Wilayah Kerja Regional B/BTKL-PP Seluruh Indonesia Tahun 2012

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit

Gambar 4.6 Struktur Organisasi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Kelas I

Gambar 4.7 Struktur Organisasi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Kelas II

(13)

12 DAFTAR LAMPIRAN

NO. NAMA LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kantor Kesehatan Pelabuhan di Lingkungan Kementerian Kesehatan Lampiran 2 Unit Organisasi dan Eselon Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Lampiran 3 Daftar Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Lampiran 4 Jumlah Infeksi HIV dari layanan VCT di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2012 Lampiran 5 Jumlah ODHA yang diobati dan mendapat ARV Tahun 2010 sd 2012

Lampiran 6 Hasil Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pemetaan Kerentanan Vektor DBD Tahun 2012

Lampiran 7 Hasil Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pemetaan Kerentanan Vektor Malaria Tahun 2012

Lampiran 8 Lokasi Uji Efikasi Kelambu pada 7 Provinsi di Pulau Kalimantan dan Sulawesi Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Pemeriksanan Kualitas Air Minum PDAM Tahun 2012 Lampiran 10 Distribusi Desa STBM Tahun 2012

Lampiran 11 Daftar Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

Lampiran 12 Kegiatan Peliputan Bagian Hukormas Tahun 2012

(14)

13 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini kita memasuki tahun ketiga pada Periode Rencana Pembangunan baru yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, merupakan moment yang sangat penting untuk mengawali pelaksanaan pembangunan kita.

Disamping itu Kementerian Kesehatanpun telah menyusun Rencana Strategis yang baru untuk tahun 2010 – 2014 dengan visi baru yaitu ”Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan” dengan Misinya ;(1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Arah kebijaka, sasaran, strategi, fokus prioritas serta program-program dilingkungan Kementerian Keseha telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 60 Tahun 2010.

Dalam RPJMN 2010 – 2014 Program Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkunan menjadi satu kesatuan dengan sasaran pencapaian indikator untuk setiap kegiatan.

Agar diperoleh pencapaian keberhasilan dalam pelaksaaan Program-program tersebut perlu didukung oleh data & informasi tahun-tahun sebelumnya. Buku Profil ini memuat gambaran cakupan setiap kegiatan yang dikumpulkan dari setiap Direktorat dilingkungan Ditjen PP & PL untuk tahun 2012 dan juga trend tahun-tahun sebelumnya

Secara ringkas Buku Profil memuat tentang gambaran Organisasi Ditjen PP & PL, pencapaian cakupan kegiatan Direktorat Simkar Kesma, pencapaian cakupan kegatan Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, pencapaian cakupan kegiatan Direktorat Penhendalian Penyakit Menular Langsung, pencapaian cakupan kegatan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, pencapaian cakupan kegatan Direktorat Penyehatan Lingkungan, informasi ringkas tentang Unit Pelaksana Teknis yang berada dilingkungan Ditjen PP &PL yang terdiri dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (B/BTKL-PP).

Disamping itu yang tidak kalah penting dalam menunjang kegiatan program adalah bidang ke-sekretariatan yang terdiri dari Kepegawaian, Keuangan, Umum dan Program &

Informasi.

Pencapaian cakupan kegiatan digambarkan dalam bentuk Grafik, Tabel maupun Peta/Map juga disertai analisa ringkas dari penyajian tersebut.

Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin bertambah berat, dan kompleks, dengan berbagai upaya kita terus berjuang untuk mencapai target- target/sasaran pembangunan kesehatan khsusnya dalam bidang pengendalian penyakit

& penyehatan lingkungan.

B. TUJUAN

Tujuan diterbitkannya Buku Profil Pengendalian Penyakit &penyehatan Lingkungan Tahun 2012 ini adalah :

(15)

14 1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran/informasi kepada pembaca tentang latar belakang, kondisi saat ini dari suatu kegiatan dan hasilnya pada tahun ybs atau perbandingan/trend dengan tahun sebelumnya

2. Tujuan Khusus

a. Tersajinya data & informasi organisasi PP & PL

b. Tersajinya data & informasi cakupan kegiatan tiap Direktorat dilingkungan Ditjen PP & PL sampai tahun 2011

c. Tersajinya data & informasi Unit Pelaksana Teknis Ditjen PP & PL d. Tersajinya data & informasi ke pendukung program PP & PL C. LINGKUP KEGIATAN PP&PL

1. Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra a. Surveilans dan Respon Kejadian Luar Biasa (KLB);

b. Imunisasi;

c. Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan;

d. Kesehatan Matra;

2. Penyakit Menular Langsung a. TB

b. HIV/AIDS & Penyakit Menular Seksual c. ISPA

d. Diare dan Penyakit Saluran Pencernaan e. Kusta & Frambusia

3. Penyakit Bersumber Binatang a. Malaria

b. Arbovirosis c. Zoonosis

d. Filariasis, Schistosomiasis dan Kecacingan e. Pengendalian Vektor

4. Penyakit Tidak Menular

a. Penyakit Jantung & Pembuluh Darah b. Kanker

c. Diabetes Mellitus & Penyakit Metabolis d. Penyakit Kronis & Degeneratif Lainnya

e. Gangguan Akibat Kecelakaan & Tindak Kekerasan 5. Penyehatan Lingkungan

a. Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar;

b. Penyehatan Permukiman dan Tempat-Tempat Umum;

c. Penyehatan Kawasan dan Sanitasi Darurat;

d. Higiene Sanitasi Pangan;

e. Pengamanan Limbah, Udara, dan Radiasi;

(16)

15 D. ORGANISASI

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575 tahun 2005 jo 439 tahun 2009 jo 1144/Menkes/Per/VIII/2010, Direktorat Jenderal PP&PL bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan.

Bagan Struktur Organisasi Ditjen PP&PL sesuai SK Menkes 1575/2005dan SK Menkes 439/2009 dapat dilihat pada Gambar1.1 dan Gambar 1.2berikut ini:

Gambar 1.1

Bagan Struktur Organisasi Ditjen PP dan PL (1144/MENKES/PER/VIII/2010)

(17)

16

Gambar 1.2

Sruktur & Foto Dirjen, Sesditjen dan Para Direktur

(18)

17 II. PENCAPAIAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN

LINGKUNGAN

A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI, KARANTINA KESEHATAN, DAN KESEHATAN MATRA

1. Surveilans Epidemiologi

a. Surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis = Lumpuh Layuh Akut)

Salah satu upaya dalam pemberantasan polio adalah dengan melakukan surveilans AFP. Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh akut (acute flaccid paralysis/AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit polio, dalam upaya untuk menemukan adanya transmisi polio liar. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah berisiko terjadinya transmisi virus polio liar, memantau perkembangan program eradikasi polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio.

Surveilans AFP tersebut dilaksanakan dalam dua hal, surveilans berbasis masyarakat maupun surveilans berbasis rumah sakit. Dalam hal ini, ada dua indikator utama kinerja surveilans AFP sesuai dengan standar sertifikasi yaitu :

• Non Polio AFP rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 th

• Persentase spesimen adekuat minimal 80%

Gambar 2.A.1.1

Pencapaian Non Polio AFP Rate Per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2012

Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Secara nasional, Non Polio AFP rate pada tahun 2012 telah memenuhi target, yaitu 2,77/100.000 populasi anak < 15 tahun. Namun, ada 1 provinsi yang masih belum mencapai target, yaitu Maluku Utara.

NP AFP rate 1-1,99 NP AFP rate >=2 NP AFP rate < 1 No case/report

(19)

18 Gambar 2.A.1.2

Pencapaian Spesimen Adekuat Menurut Provinsi Tahun 2012

Pada tahun 2012, capaian indikator spesimen adekuat secara nasional telah mencapai target yaitu 89,6%. Ada 3 provinsi yang mencapai 100%, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, dan Maluku. Namun, ada 6 provinsi dengan spesimen adekuat yang masih berada di bawah target.

Untuk dapat melihat tren kinerja surveilans AFP selama 5 tahun terakhir, berikut ini adalah gambaran capaian indikator kinerja Surveilans AFP di Indonesia tahun 2008- 2012:

Grafik 2.A.1.1

Trend Capaian Indikator Kinerja Surveilans AFP di Indonesia Tahun 2008 sd 2012

Dalam 5 tahun terakhir, kinerja surveilans AFP cukup baik. Non Polio AFP rate mampu mencapai target yang ditetapkan dan cenderung meningkat pada setahun terakhir. Untuk spesimen adekuat, indikator tersebut telah mencapai target (> 80%) dan dan mengalami peningkatan pada 5 tahun terakhir. Namun, pencapaian indikator laporan nihil (zero report), baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas, selama 5 tahun terakhir masih berada dibawah target (< 90%).

Adeq. Spec >=80%

Adeq . Spec 60-79%

Adeq. Spec <60%

No case/report

(20)

19 a. Surveilans Campak

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Campak ditularkan dari orang ke orang melalui droplet (percikan ludah) dan transmisi melalui udara, terutama batuk, bersin, atau sekresi hidung. Kekebalan terhadap campak didapat, baik secara alamiah ketika seseorang telah terkena penyakit campak, maupun secara buatan melalui vaksinasi campak. Untuk pengamatan terhadap penyakit campak tersebut, surveilans yang dilakukan berbasis kasus yang terjadi di masyarakat (Case Based Measles Surveilans/CBMS)

Pada tahun 2012, kasus campak yang rutin dilaporkan sebesar 15.987 kasus. Kasus campak rutin tersebut terbanyak dilaporkan dari provinsi Jawa Barat (4.276 kasus), kemudian Jakarta (4.192 kasus) dan Banten (1.093 kasus). Dari seluruh kasus campak rutin tersebut, ada 4 kasus meninggal, yang dilaporkan dari provinsi Kalimantan Barat (3 kasus) dan Sulawesi Selatan (1 kasus).

Gambar 2.A.1.3

Distribusi Kasus Campak Rutin di Indonesia Tahun 2012

Kasus campak tersebut dapat terjadi KLB campak apabila ada 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi. KLB campak yang terjadi di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 160 kejadian, dengan jumlah kasus sebanyak 2.303 kasus. Frekuensi KLB dan jumlah kasus pada KLB campak mengalami penurunan dibanding tahun- tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan surveilans campak berjalan baik.

(21)

20 Grafik 2.A.1.2

Trend Jumlah Kasus Campak Rutin, Frekuensi KLB Campak, dan Jumlah Kasus pada KLB Campak

Tahun 2008 sd 2012

Berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium, sebagian besar kasus pada KLB adalah positif campak. Pada tahun 2008 dan tahun 2012, kasus campak konfirmasi jumlahnya hampir sama dengan kasus rubella. Namun, pada tahun 2009, kasus rubella justru lebih banyak dibandingkan campak kasus campak. Perbandingan hasil laboratorium KLB campak dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 2.A.1.3

KLB Campak yang Dilaporkan dan Konfirmasi Laboratorium Tahun 2008 sd 2012

Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.

Selama periode 5 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5- 9 tahun, kemudian kelompok umur yang lebih muda (1-4 tahun). Pada golongan umur yang lebih tinggi (> 14 tahun), kasusnya cenderung meningkat setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan karena telah terjadi akumulasi kelompok yang rentan terkena campak dari tahun ke tahun.

(22)

21 Grafik 2.A.1.4

Kasus Campak Rutin Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008 sd 2012

c. Surveilans Tetanus Neonatorum

Status Eliminasi Tetanus Neonatorum adalah ditemukannya kasus Tetanus Neonatorum <1 per 1.000 kelahiran hidup per tahun per Kabupaten/Kota, dengan catatan yaitu cakupan imunisasi TT2 positif lebih dari 80%, persalinan oleh tenaga kesehatan >70% dan laporan Puskesmas dan Rumah Sakit >80%. Hasil validasi Eliminasi Tetanus Maternal-Neonatal (Maternal Neonatal Tetanus Elimination/

MNTE) tahun 2011 menyimpulkan bahwa regional Jawa-Bali, Sumatera, dan Kalimantan-Sulawesi-Nusa Tenggara telah mencapai Eliminasi Tetanus Neonatal dan Maternal. Untuk regional 4 (Maluku-Papua), belum mendapatkan status eliminasi tersebut.

Gambar 2.A.1.4

Distribusi Kasus Tetanus Neonatorum Per Provinsi Tahun 2012

Pada tahun 2012, kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Indonesia dilaporkan sebanyak 114 kasus yang tersebar di 20 provinsi. Adapun jumlah meninggal akibat Tetanus Neonatorum tersebut sebanyak 59 kasus. Kasus TN paling banyak terjadi di provinsi Banten (32 kasus) dan Jawa Timur (29 kasus).

(23)

22 Grafik 2.A.1.5

Kasus Tetanus Neonatorum Berdasarkan Faktor Risiko Tahun 2012

Pemeriksaan kehamilan sebagian besar kasus TN dilakukan oleh bidan/perawat (54%). Namun menurut faktor risiko penolong persalinan, sebagian besar kasus TN justru ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Untuk pemotongan tali pusat, alat yang digunakan lebih banyak berupa gunting (60%) dibandingkan alat tradisional lain, seperti bambu (26%). Namun, hal tersebut menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kasus TN karena alat yang digunakan mungkin tidak steril. Jika dilihat dari status imunisasi, sebagian besar kasus (65%) terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi TT. Lebih lanjut lagi, hubungan antara cakupan TT2+ pada ibu hamil dengan kasus Tetanus Neonatorum selama tahun 2008-2012 dapat dilihat dari grafik tersebut.

Grafik 2.A.1.6

Cakupan Vaksin TT2+ dengan Kasus Tetanus Neonatorum Tahun 2008 sd 2012

(24)

23 Jika dilihat keterkaitannya, hal yang diharapkan adalah trend grafik kasus TN berbanding terbalik dengan cakupan TT2+. Artinya, kasus TN menurun seiring dengan meningkatnya cakupan imunisasi TT2+. Namun berdasarkan grafik tersebut, ada kecenderungan bahwa penurunan cakupan imunisasi TT2+ diikuti pula dengan penurunan kasus TN, dan sebaliknya. Pola keterkaitan tersebut belum bisa disimpulkan karena secara umum cakupan TT2+ masih dibawah target.

d. Surveilans Difteri

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernapasan bagian atas. Untuk pengamatan penyakit tersebut, Surveilans Difteri mulai diintegrasikan dengan Surveilans AFP, Campak, dan Tetanus Neonatorum pada tahun 2006.

Jumlah kasus difteri pada tahun 2012 sebanyak 1.192 kasus, dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 76 kasus. Dari 18 provinsi yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak 954 kasus (80%), diikuti oleh Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan masing-masing sebanyak 61 kasus (5,1%) dan 50 kasus (4,2%).

Gambar 2.A.1.5

Sebaran Kasus Difteri Menurut Provinsi Tahun 2012

e. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

Penanggulangan KLB < 24 jam merupakan salah satu indikator kinerja dalam Renstra Kementerian Kesehatan yang ditargetkan tercapai 100% pada tahun 2014. Target ini ditetapkan secara bertahap mulai tahun 2009 hingga 2014. Tahun 2012, capaian indikator penanggulangan KLB < 24 jam sebesar 80,3% dan telah mencapai target yang ditetapkan.

(25)

24 Grafik 2.A.1.7

Target dan Pencapaian Indikator Penanggulangan KLB < 24 Jam Tahun 2009 sd 2014

1) Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Grafik 2.A.1.8

Frekuensi KLB Berdasarkan Provinsi Tahun 2012

Tahun 2012, telah terjadi 1.528 KLB di seluruh Indonesia. Pada tahun 2012, frekuensi KLB tertinggi terjadi di Jawa Timur (415 kejadian), kemudian diikuti Jawa Timur (171 kejadian) dan Jawa Barat 118 (8.89%). Tingginya KLB di Jawa Timur tersebut sebagian besar adalah KLB Difteri. Secara umum, frekuensi KLB tertinggi masih didominasi oleh provinsi dengan jumlah penduduk yang padat.

(26)

25 Grafik 2.A.1.9

Frekuensi KLB Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun 2012

Selama tahun 2012 beberapa penyakit memiliki frekuensi KLB yang tinggi di beberapa provinsi di Indonesia, yang didominasi penyakit-penyakit endemis.

Difteri merupakan KLB yang paling banyak terjadi dengan frekuensi KLB 384 kejadian, kemudian diikuti dengan KLB keracunan pangan (248 kejadian) dan KLB campak (178 kejadian). Hal tersebut berbeda dengan tahun sebelumnya, dengan campak sebagai penyakit dengan frekuensi tertinggi, yang diikuti dengan keracunan pangan dan difteri.

Grafik 2.A.1.10

Frekuensi KLB Berdasarkan Bulan Tahun 2012

Distribusi atau frekuensi data menurut waktu sangat penting ditampilkan untuk melihat waktu peningkatan dan penurunan KLB terjadi. Berdasarkan bulan, frekuensi KLB cenderung menurun sampai dengan pertengahan tahun. Namun, terjadi sedikit peningkatan menjelang akhir tahun 2012. KLB tertinggi terjadi di awal tahun, bulan Januari 2012 (233 kejadian).

2) Respon Penanggulangan KLB < 24 Jam

Beberapa daerah di Indonesia saat ini masih mengalami kejadian luar biasa (KLB).

Penanganan yang cepat terbukti mampu mengurangi dampak KLB dengan didukung oleh pelaporan yang cepat. Di bawah ini adalah beberapa analisis yang berhubungan dengan respon KLB.

(27)

26 Grafik 2.A.1.11

Persentase Lama Waktu KLB Direspon Tahun 2012

Grafik di atas memperlihatkan lama waktu respon sejak terjadi KLB. Dari 1528 KLB, 80,35% KLB dari data tersebut direspon kurang dari 24 jam. Tahun 2012 target KLB yang direspon kurang dari 24 jam adalah 80%. Beberapa kendala yang ditemukan dalam pencapaian target respon KLB kurang dari 24 jam adalah terlambat diketahuinya KLB yang terjadi.

Grafik 2.A.1.12

Persentase Respon KLB Berdasarkan Provinsi Tahun 2012

Dari peta di atas tampak bahwa terdapat 4 Propinsi yang berhasil merespon kurang dari 24 jam dari seluruh KLB yang terjadi, yaitu provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Papua Barat sedangkan di beberapa provinsi lain angkanya masih bervariasi. Provinsi yang respon KLB nya kurang dari 24 jam masih dibawah 50% adalah Aceh, Bangka Belitung, NTB, NTT, Papua, Riau dan Sulawesi Tengah. Sedangkan provinsi lain memiliki respon kurang dari 24 jam berkisar antara 50-90%.

(28)

27 Grafik 2.A.1.13

Persentase Respon KLB Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun 2012

Grafik diatas mengambarkan persentase respon KLB berdasarkan 10 jenis penyakit/kejadian terbesar. Dari 10 jenis KLB tersebut, respon kurang dari 24 jam yang tertinggi adalah Keracunan pangan (96,37%), sedangkan KLB yang respon kurang dari 24 jam masih dibawah 50% adalah campak dan chikungunya.

Sementara penyakit lainnya sekitar 50%-80% direspon kurang dari 24 jam.

Rendahnya angka respon pada penyakit tertentu khususnya penyakit yang endemis di suatu daerah disebabkan adanya kesalahan dalam menetapkan kapan KLB mulai terjadi. Untuk menetapkan kriteria KLB mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501 tahun 2010.

Grafik 2.A.1.14

Persentase Respon KLB Berdasarkan Bulan Tahun 2012

(29)

28 Rata-rata respon KLB kurang dari 24 jam berdasarkan bulan adalah 70%, hanya pada bulan Agustus respon KLB kurang dari 24 jam masih dikisaran 50%. Masalah yang mungkin menyebabkan belum tercapainya target respon < 24 jam di beberapa provinsi adalah KLB terjadi di daerah yang sulit sehingga lambat diketahui, dan masih terbatasnya tenaga, anggaran dan untuk penanggulangan.

2.

2.

2.2. ImunisasiImunisasiImunisasiImunisasi

a. Imunisasi Rutin

1) Imunisasi Dasar Bayi

Bayi usia kurang dari 1 tahun harus diberikan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari imunisasi Hepatitis B (1 dosis), BCG (1 dosis), DPT-HB (3 dosis), Polio (4 dosis) dan Campak (1 dosis). Jadwal pemberian dari masing-masing jenis imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.A.2.1

Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi

Dari sudut pandang program, cakupan imunisasi BCG, HB (< 7 hari) dan DPT-HB1 merupakan indikator bagi jangkauan program, Drop Out/DO (DPT1-DPT3 atau DPT1-Campak) merupakan indikator manajemen program, sedangkan cakupan imunisasi DPT-HB3, Polio4 dan Campak adalah indikator bagi tingkat perlindungan program. Tiap jenis imunisasi tersebut memiliki target cakupan masing-masing. Pencapaian cakupan tiap jenis imunisasi akan disajikan dalam beberapa grafik di bawah ini.

Grafik 2.A.2.1

Pencapaian Cakupan Imunisasi HB0 (<7 hari) Per Provinsi Tahun 2012

Cakupan imunisasi HB0 (< 7 hari) secara nasional telah mencapai target (≥ 80%), yaitu 85,6%. Ada 10 provinsi yang telah mencapai target cakupan. Provinsi dengan

UsiaUsiaUsia

Usia Jenis Imunisasi yang Diberik anJenis Imunisasi yang Diberik anJenis Imunisasi yang Diberik anJenis Imunisasi yang Diberik an

0-7 Hari Hepatitis B

1 Bulan BCG, Polio 1

2 Bulan DPT-HB 1, Polio 2 3 Bulan DPT-HB 2, Polio 3 4 Bulan DPT-HB 3, Polio 4

9 Bulan Campak

(30)

29 cakupan imunisasi HB0 (< 7 hari) tertinggi adalah provinsi Jambi (102,4%), sedangkan cakupan terendah adalah provinsi Papua Barat (38,1%).

Grafik 2.A.2.2

Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG Per Provinsi Tahun 2012

Secara nasional, capaian cakupan imunisasi BCG adalah 99,6%, dan telah mencapai target ≥95%. Provinsi yang sudah mencapai target sebanyak 14 provinsi, 9 provinsi diantaranya memiliki cakupan imunisasi BCG >100%. Provinsi dengan cakupan imunisasi BCG tertinggi adalah provinsi Jambi (112,7%), sedangkan cakupan terendah ada pada provinsi Papua (75,2%).

Grafik 2.A.2.3

Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT-HB1 Per Provinsi Tahun 2012

Cakupan imunisasi DPT-HB 1 nasional telah mencapai target (≥ 95%), yaitu 103%.

Dari 21 provinsi telah mencapai target, dua pertiga diantaranya memiliki cakupan

>100%. Berdasarkan grafik, provinsi dengan cakupan imunisasi DPT-HB 1

(31)

30 tertinggi yaitu provinsi Jambi (113,2%), sedangkan cakupan terendah ada pada provinsi Papua (80,3%).

Grafik 2.A.2.4

Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG, HB0 (<7 hari), dan DPT-HB1 Tahun 2008 sd 2012

Dalam 5 tahun terakhir, baik cakupan imunisasi BCG, HB0 (< 7 hari), maupun DPT- HB1 cenderung mengalami peningkatan. Jangkauan program imunisasi semakin baik dengan semakin meningkatnya capaian cakupan ketiga imunisasi tersebut.

Pada tahun 2012, ada peningkatan cakupan ketiga jenis imunisasi tersebut yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini karena adanya perubahan data sasaran bayi (0—11 bulan), yang dalam hal ini digunakan sebagai denominator pada perhitungan cakupan.

Grafik 2.A.2.5

Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT-HB3 Per Provinsi Tahun 2012

Pada tahun 2012, cakupan imunisasi DPT-HB3 nasional telah mencapai target (≥

90%), yaitu 100,9%. Sebagian besar provinsi telah mencapai target cakupan imunisasi DPT-HB3, bahkan setengah diantaranya melebihi 100%. Provinsi

(32)

31 dengan cakupan imunisasi DPT-HB3 tertinggi yaitu provinsi Jambi (112,8%), sedangkan cakupan terendah ada pada provinsi Papua (71,4%).

Grafik 2.A.2.6

Pencapaian Cakupan Imunisasi Polio4 Per Provinsi Tahun 2012

Secara nasional, cakupan imunisasi Polio4 telah mencapai target (≥ 90%) yaitu 100,9%. Sebanyak 25 provinsi telah mencapai target cakupan imunisasi Polio4.

Provinsi dengan cakupan imunisasi Polio4 tertinggi yaitu provinsi Jambi (113,7%), sedangkan cakupan terendah adalah provinsi Papua (72,6%).

Grafik 2.A.2.7

Pencapaian Cakupan Imunisasi Campak Per Provinsi Tahun 2012

Cakupan imunisasi campak nasional telah mencapai target (≥ 90%), yaitu 99,3%.

Hampir dua pertiga provinsi telah mencapai target cakupan imunisasi campak tersebut. Provinsi dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu provinsi Jambi (113,2%), sedangkan cakupan terendah adalah provinsi Papua Barat (72,7%).

Dalam 5 tahun terakhir, cakupan imunisasi DPT-HB3, Polio4, dan Campak cenderung mengalami peningkatan dan selalu mencapai target. Namun, pada

(33)

32 tahun 2012, cakupan imunisasi DPT-HB3, Polio4, dan Campak mengalami peningkatan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya dan melebih 100%. Hal ini karena adanya perubahan data sasaran bayi (0—11 bulan), yang dalam hal ini digunakan sebagai denominator pada perhitungan cakupan. Pencapaian cakupan ketiga imunisasi tersebut selama periode 2008-2012 dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 2.A.2.8

Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT-HB3, Polio4, dan Campak Tahun 2008 sd 2012

Keberhasilan program imunisasi dasar lengkap dapat diukur melalui capaian cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan). Cakupan imunisasi dasar lengkap nasional tahun 2012 adalah 86,8% dan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu ≥ 85%. Dari 33 provinsi, 15 provinsi telah dapat mencapai target tersebut. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah NTB (107,4%), sedangkan provinsi Maluku memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap yang terendah (36,5%). Pencapaian cakupan imunisasi dasar lengkap per provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 2.A.2.9

Pencapaian Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Per Provinsi Tahun 2012

(34)

33 Pencapaian cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2008-2012 cenderung meningkat setiap tahunnya dan mencapai ≥90%. Namun, pada tahun 2012, capaian cakupan imunisasi dasar lengkap tersebut mengalami penurunan tetapi tetap dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2012, perhitungan capaian cakupan tersebut telah didasarkan pada catatan kohort bayi. Seorang bayi dapat dikatakan telah mendapat imunisasi dasar lengkap jika telah mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar berdasarkan catatan pada kohort bayi.

Grafik 2.A.2.10

Pencapaian Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2008 sd 2012

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan imunisasi adalah capaian cakupan UCI desa. Universal Child Immunization (UCI) merupakan gambaran dimana ≥80% dari jumlah bayi yang ada di suatu desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Pada tahun 2014, target cakupan UCI desa adalah 100%, artinya seluruh desa yang ada di Indonesia dapat mencapai UCI.

Sebagai upaya pencapaian target tersebut, Kementerian Kesehatan melaksanakan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI (GAIN UCI) dengan beberapa strategi, yaitu penguatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), penyiapan sumber daya, pemberdayaan masyarakat dan pemerataan jangkauan pelayanan.

Pencapaian UCI Desa secara nasional pada tahun 2012 belum memenuhi target (≥90%), yaitu 79,3%. Namun demikian, ada 10 provinsi yang telah mencapai target cakupan. Provinsi yang memiliki cakupan UCI desa sangat rendah adalah provinsi Papua Barat (29,6%) dan Papua (16,6%). Salah satu hambatan dalam mencapai UCI desa di kedua provinsi tersebut adalah geografi, dengan letak desa yang terpencil. Pencapaian cakupan UCI desa per provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut.

(35)

34 Grafik 2.A.2.11

Pencapaian UCI Desa Per Provinsi Tahun 2012

Selama tahun 2008-2012, terlihat bahwa cakupan UCI desa cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya GAIN UCI yang dicanangkan sejak tahun 2010 dapat meningkatkan pencapaian cakupan UCI desa dari 68%

pada tahun 2009 menjadi 75,3% di tahun 2010.

Grafik 2.A.2.12 Pencapaian UCI Desa

Tahun 2008 sd 2012

Drop out imunisasi terjadi ketika bayi yang seharusnya mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal pemberian dan dosis yang dianjurkan, namun ternyata bayi tersebut tidak memperolehnya secara lengkap. Angka Drop Out (DO) merupakan indikator untuk menilai efektivitas program, dihitung berdasarkan persentase penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT-HB 1. Angka Drop Out yang diharapkan adalah tidak melebihi 5%.

Pencapaian angka DO secara nasional pada tahun 2012 telah memenuhi target (5), yaitu 3,6%. Sebanyak 15 provinsi telah mencapai target angka DO. Namun, masih ada beberapa provinsi yang belum memenuhi target. Pencapaian angka Drop Out per provinsi dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

(36)

35 Grafik 2.A.2.13

Angka Drop Out (DPT1-Campak) Tahun 2012

Jika dilihat dari tahun 2008-2012, angka Drop Out menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Angka Drop Out sejak empat tahun terakhir sudah sesuai dengan target yakni ≤ 5%. Hal ini berarti kecenderungan bayi tidak mendapat imunisasi lengkap pun semakin menurun.

Grafik 2.A.2.14

Pencapaian Angka Drop Out (DPT1-Campak) Tahun 2008 sd 2012

2) Imunisasi Anak Sekolah

Anak yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada waktu bayi, masih perlu diberikan imunisasi lanjutan pada saat Sekolah Dasar. Imunisasi pada anak sekolah terdiri dari imunisasi Campak dan DT pada siswa kelas 1 dan imunisasi Td pada siswa kelas 2 dan 3. Pemberian imunisasi tersebut dilaksanakan pada bulan Agustus untuk imunisasi Campak dan bulan November untuk imunisasi DT dan Td, dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Tujuan dari BIAS ini adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang bagi anak terhadap penyakit Campak, Difteri, dan Tetanus.

Gambar

Grafik di atas memperlihatkan lama waktu respon sejak terjadi KLB. Dari 1528  KLB, 80,35% KLB dari  data tersebut direspon kurang  dari 24 jam
Grafik  diatas  mengambarkan  persentase  respon  KLB  berdasarkan  10  jenis  penyakit/kejadian terbesar
Grafik 2.A.2.12  Pencapaian UCI Desa
Grafik di atas menunjukkan jumlah responden yang disurvei terkait kegiatan  kesehatan  penyelaman  pada  setiap  tahunnya  mengalami  fluktuasi  dan  kecendrungan  menurun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dengan asumsi bahwa Trichoderma memiliki kemampuan antagonis yang tinggi maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat

Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: (1) menggali dan mendeskripsikan berbagai kearifan lokal suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq di

Atas dasar itu, HAM menjadi suatu konstruksi sosial yang dibangun dari kesadaran bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang bebas dan berakal harus dijamin oleh

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah menghasilkan perhitungan analisa struktur beton pratekan yang rasional dengan memenuhi persyaratan keamanan struktur yang berdasarkan ACI

Yang kedua wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan tanpa membuat daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden atau

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Asset, Debt to Equity Ratio dan Market Value Added Terhadap Harga Saham Dalam Kelompok Jakarta

Rajah 7 di ruang jawapan menunjukkan sebuah segi empat sama PQRS dengan sisi 8 unit yang dilukis pada grid segi empat sama bersisi 1 unit.O. adalah adalah tiga titik yang bergerak

Peran Keluarga dalam Membentuk Kesehatan Jiwa Anak.http://indonesian.irib.ir/keluarga1//asset_publisher/3HXo/content/pe ran-keluarga-dalam-membentuk-kesehatan-jiwa-anak.Diakses pada