• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan (Alifah et al., 2013) tentang Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT.

Gandum Malang, yang mana perusahaan ini bergerak pada bidang produksi rokok. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis deskriptif. Dan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengendalian intern dalam pelaksanaan sistem informasi akuntansi untuk penjualan dan penerimaan kas pada PT. Gandum Malang dilaksanakan dengan cukup baik, namun beberapa unsur pengendalian intern belum efektif terlaksanakan terlihat dari pemisahan tugas, dokumen, dan catatan yang memadai. Pada unsur pengendalian intern dokumen dan catatan yang memadai terdapat pada bukti kas masuk yang belum bernomor urut tercetak. Beberapa unsur pengendalian intern yang belum terpenuhi tersebut menyebabkan sistem informasi akuntansi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Gandum Malang belum berjalan efektif.

Penelitian yang dilakukan (Jaya, 2018) tentang Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas Dalam Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Putra Indo Cahaya Batam, yang mana perusahaan ini bergerak dalam bidang distributor tas. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penelitian ini menggunakan metode penelitian

(2)

7

kualitatif, analisis deskriptif. Dan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa analisis penerapan sistem informasi akuntansi dalam penjualan tunai dan penerimaan kas pada PT. Putra Indo Cahaya Batam masih kurang baik terlihat dari adanya fungsi ganda, yaitu fungsi pengiriman yang ganda sebagai fungsi gudang dan kurangnya data dan kelengkapan dokumen yang digunakan dalam penjualan tunai dan penerimaan kas. Analisis sistem informasi akuntansi penjualan tunai dan penerimaan kas dalam pengendalian internal pada PT. Putra Indo Cahaya Batam masih kurang baik dan lemah karena tidak ada cap yang dilunasi dalam tagihan dari fungsi tunai atau fungsi pengiriman, dan jumlah penerimaan kas dari penjualan tunai disetorkan ke bank pada hari ketiga bukan pada hari transaksi terjadi atau hari berikutnya, itu menyebabkan penyalahgunaan dan pengalihan kas.

Kemudian, juga tidak ada pengecekan saldo kas dan cash opname secara berkala atau tiba-tiba oleh kontrol internal.

Penelitian yang dilakukan (Voets et al., 2016) tentang Analisis Sistem Informasi Akuntansi Siklus Penjualan Dan Penerimaan Kas Untuk Meningkatkan Pengendalian Intern Pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart) Cabang Manado, yang mana perusahaan ini bergerak pada bidang perdagangan dan distribusi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis deskriptif. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart) Cabang Manado telah menerapkan sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi yang langsung terhubung dengan kantor pusat sehingga pelaksanaan kegiatan

(3)

8

perusahaan terkontrol dengan baik meskipun terdapat kelemahan dalam pengendalian intern, yaitu pengiriman uang ke kas kantor pusat dan dokumen yang diotorisasi oleh bagian yang tidak sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Penelitian yang dilakukan (Rosmaneliana, 2017) tentang Analisis Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dan Penerimaan Kas Terhadap Pengendalian Intern pada PT. Deltamas Surya Indah, yang mana perusahaan ini bergerak pada bidang penjualan mobil baru, service mesin, body repaire dan penjualan sparepart. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis deskriptif. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi yang diterapkan pada PT. Deltamas Surya Indah Mulia dalam memproses transaksi penjualan dan penerimaan kas sudah dapat menghasilkan informasi yang dapat diandalkan saat ini dan di masa depan. Tetapi penting untuk membuat fungsi pemisahan untuk mencegah tugas yang tumpang tindih.

Penelitian yang dilakukan (Jannah, 2020) tentang Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Segar Murni Utama, yang mana perusahaan ini bergerak pada bidang industri pangan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis deskriptif.

Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Segar Murni Utama, sudah cukup baik dan sesuai dengan prosedur yang ada, namun masih terdapat beberapa

(4)

9

kelemahan yaitu rangkap fungsi dan kewenangan dalam prosedur penjualan dan penerimaan kas.

B. Teori Dan Kajian Pustaka 1. Sistem Informasi Akuntansi

a. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem menurut West Churchman dalam (Krismiaji, 2015) buku Sistem Informasi Akuntansi mendefinisikan bahwa sistem adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sesuai dengan definisi tersebut, sebuah sistem memiliki tiga karakteristik, yaitu:

1) Komponen, yaitu sesuatu yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan;

2) Proses, yaitu kegiatan untuk mengkoordinasikan komponen yang terlibat dalam sebuah sistem;

3) Tujuan, yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai dari kegiatan koordinasi komponen tersebut.

Informasi Menurut (Krismiaji, 2015) informasi adalah data yang telah memiliki kegunaan dan manfaat. Data adalah fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan, dan diproses oleh sistem. Dan informasi memiliki lima karakteristik, yaitu:

1) Relevan, menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan dengan cara mengurangi ketidak pastian,

(5)

10

menaikkan kemampuan memprediksi, menegaskan maupun membenarkan ekspektasi semula.

2) Dapat dipercaya, bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi.

3) Lengkap, tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai.

4) Mudah dipahami, disajikan dalam format yang mudah dimengerti.

5) Dapat diuji kebenarannya, memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independen.

Akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas/transaksi suatu badan usaha dalam bentuk informasi keuangan (Rudianto, 2010).

Menurut (Romney & Steinbart., 2018) sistem informasi akuntansi adalah sistem yang dapat mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi para pembuat keputusan. Hal ini termasuk orang, prosedur dan instruksi, data, perangkat lunak, infrastruktur teknologi informasi, kontrol internal serta langkah-langkah keamanan.

(6)

11

Menurut (Stair & Reynolds, 2010) sistem informasi akuntansi adalah seperangkat elemen atau komponen yang saling terkait yang mengumpulkan (input), memanipulasi (memproses), menyimpan, dan menyebarluaskan (output) data dan informasi, dan memberikan reaksi korektif (mekanisme umpan balik) untuk memenuhi tujuan. Input adalah aktivitas mengumpulkan dan menangkap data mentah. Pemrosesan adalah mengubah atau mentransformasikan data menjadi keluaran yang bermanfaat, keluaran adalah hasil dari informasi yang berguna, biasanya dalam bentuk dokumen dan laporan, umpan balik adalah oputput yang digunakan untuk membuat perubahan pada input atau kegiatan pemrosesan.

Berdasarkan pada teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah kegiatan pengambilan keputusan berdasarkan hasil data akuntansi yang diproses dalam bentuk informasi dan dapat diperoleh secara real time untuk pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan.

b. Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

1) Tujuan sistem informasi akuntansi menurut (Krismiaji, 2010) adalah sebagai berikut:

(7)

12

a) Mengumpulkan dan memproses data tentang kegiatan organisasi bisnis secara efektif dan efisien.

b) Menghasilkan informasi yang berguna untuk pembuatan keputusan.

c) Melakukan pengawasan yang memadai untuk menjamin bahwa data transaksi telah dicatat dan diproses secara akurat

d) Untuk melindungi data tersebut dan aktiva lain yang dimiliki oleh perusahaan.

2) Fungsi sistem informasi akuntansi menurut (Susanto, 2017) adalah sebagai berikut:

a) Mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari, suatu perusahaan agar dapat tetap eksis perusahaan tersebut harus terus beroperasi dengan melakukan sejumlah aktivitas bisnis yang peristiwanya disebut sebagai transaksi seperti melakukan pembelian, penyimpanan, proses produksi dan penjualan.

b) Mendukung proses pengambilan keputusan, tujuannya sama pentingnya dari sistem informasi akuntansi adalah untuk memberi informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan harus dibuat dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengendalian

(8)

13

aktivitas perusahaan. Informasi yang tidak dapat diperoleh dari sistem informasi akuntansi tapi diperlukan dalam proses pengambilan keputusan biasanya berupa informasi kuantitatif yang tidak bersifat uang dan data kualitatif. Informasi ini dapat diperoleh jika perusahaan menerapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM), karena Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi perusahaan keseluruhan sedangkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan bagian terbesar dari SIM tersebut dan informasi akuntansi yang dihasilkannya bersifat detail.

c) Membantu pengelola perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak eksternal, setiap perusahaan harus memenuhi tanggung jawab hukum.

Salah satu tanggung jawab penting adalah keharusannya memberi informasi kepada pemakai yang berada diluar perusahaan atau stakeholder yang meliputi pemasok, pelanggan, pemegang saham, kreditor, investor besar, serikat kerja, analis keuangan, assosiasi industri, atau bahkan publik secara umum.

c. Unsur-Unsur Sistem Informasi Akuntansi

Menurut (Mulyadi, 2010) menyatakan bahwa unsur-unsur dari sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

(9)

14

1) Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi, sehingga data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan.

2) Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data lainnya yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan.

3) Buku besar, terdiri dari akun-akun yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang akan dicatat sebelumnya dalam jurnal. Akun-akun dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Buku Pembantu, jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu.

4) Buku pembantu, terdiri dari akun-akun pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam akun tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan akuntansi terakhir karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.

(10)

15

5) Laporan, hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.

2. Penjualan

a. Pengertian Penjualan

Menurut (Marwan, 1991) penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Menurut Basu Swastha dalam (Sahaja, 2014) penjualan adalah suatu proses pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli.

Menurut (Mulyadi, 2016) definisi penjualan adalah kegiatan yang terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa baik secara kredit maupun secara tunai.

b. Fungsi Penjualan

Menurut (Mulyadi, 2016) fungsi penjualan adalah sebagai berikut :

(11)

16

1) Fungsi penjualan, fungsi ini bertanggungjawab untuk menerima surat order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti spesifikasi barang dan rute pengiriman), menentukan jadwal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, serta mengisi surat order pengiriman.

2) Fungsi kredit, fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

3) Fungsi gudang, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang di pesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.

4) Fungsi pengiriman, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan.

5) Fungsi penagihan, fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirim faktur penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.

(12)

17

6) Fungsi akuntansi, fungsi ini bertanggungjawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirim pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan penjualan.

c. Bentuk-bentuk Penjualan

1) Penjualan tunai, penjualan ini bersifat cash and carry, di mana penjualan umumnya terjadi kontan serta pembayaran dari pembeli selama sebulan dianggap kontan. Penjualan ini terjadi setelah ada kesepakatan harga antara penjual dan pembeli.

2) Penjualan kredit, penjualan ini termasuk non cash dengan tenggang waktu tertentu yang rata-rata di atas sebulan.

3) Penjualan tender, penjualan yang dilaksanakan lewat prosedur tender untuk memenuhi permintaan pembeli yang membuka tender.

4) Penjualan grosir, penjualan yang tidak langsung kepada pembeli melalui pedagang perantara yang menjadi perantara pabrik atau importir dengan pedagang eceran.

5) Penjualan ekspor, penjualan ini dilaksanakan dengan pihak pembeli, luar negeri mengimpor barang yang menggunakan fasilitas letter of credit.

(13)

18

6) Penjualan konsinyasi, penjualan barang titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual. Jika barang tersebut tidak terjual, barang akan dikembalikan kepada penjual.

d. Dokumen penjualan

1) Dokumen yang digunakan saat penjualan tunai menurut (Mulyadi, 2010) :

a) Faktur Penjualan Tunai, merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.

b) Pita Register, sebagai bukti penerimaan atau dokumen pendukung yang dicatat dalam jurnal penjualan.

c) Rekapitulasi Harga Penjualan, sebagai dokumen pendukung atas penjualan yang telah dilakukan.

2) Dokumen yang digunakan saat penjualan kredit menurut (Mulyadi, 2016) :

a) Surat Order Pengiriman, surat order pengiriman berguna untuk mencatat order keperluan pelanggan.

b) Faktur Penjualan, merekam informasi yang diperlukan dan untuk mencatat piutang.

c) Rekapitulasi Harga Penjualan, menghitung total harga penjualan yang telah terjadi dalam suatu periode.

(14)

19

d) Bukti Memorial, dokumen untuk mencatat kegiatan operasional perusahaan baik penjualan, penerimaan kas, dan melihat saldo akhir.

e. Fungsi yang terkait dalam penjualan

1) Fungsi yang terkait dalam penjualan tunai menurut (Mulyadi, 2010) :

a) Fungsi penjualan, Fungsi ini bertugas menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk melakukan transaksi serta pembayaran barang ke fungsi kas.

b) Fungsi kas, Fungsi ini bertugas menginput data pembelian barang dan penerima kas dari pembeli.

c) Fungsi akuntansi, Fungsi ini bertugas sebagai pencatat transaksi penjualan, penerimaan kas dan membuat laporan penjualan.

(15)

20

Sumber : (Mulyadi, 2010) Gambar 2.1

Sistem Informasi Akuntansi Pada Flowchart Penjualan Tunai

2) Fungsi yang terkait dalam penjualan kredit menurut (Krismiaji, 2010):

a) Fungsi penjualan, Fungsi ini bertugas menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli transaksi serta pembayaran barang ke fungsi kas.

b) Fungsi kas, Fungsi ini bertugas menginput data pembelian barang dan penerima kas dari pembeli.

(16)

21

c) Fungsi gudang, Fungsi ini bertugas menyiapkan barang yang telah dipesan sesuai orderan pembeli serta menyerahkan barang tersebut kebagian pengiriman.

d) Fungsi pengiriman, Fungsi ini bertugas mengecek ulang pesanan dan mengirimkan barang kepada cabang-cabang outlet.

e) Fungsi penagihan, Fungsi ini bertugas sebagai pembuat dan mengirimkan faktur kepada pelanggan.

f) Bagian piutang, Fungsi ini bertugas memposting transaksi penjualan kepada pelanggan.

Sumber : (Mulyadi, 2010) dan (Krismiaji, 2010) Gambar 2.2

(17)

22

Sistem Informasi Akutansi Pada Flowchart Penjualan Kredit

Sumber : (Mulyadi, 2010) dan (Krismiaji, 2010) Gambar 2.3

Sistem Informasi Akuntansi Pada Flowchart Penjualan Kredit

3. Penjualan Konsinyasi (Titip Jual) a. Pengertian Penjualan Konsinyasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah konsinyasi diartikan sebagai kegiatan penitipan barang dagangan kepada agen atau orang untuk dijualkan dengan pembayaran kemudian (jual titip).

Menurut (Utoyo, 1999) penjualan konsinyasi adalah pengiriman atau penitipan barang dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan dengan memberikan komisi. Dalam hubungan penjualan konsinyasi tersebut, pemilik

(18)

23

produk disebut sebagai (consignor) dan pihak yang dititipkan barang disebut sebagai komisioner (consignee). Barang yang dikirim oleh pemilik produk (consignor) atas dasar penjualan konsinyasi disebut sebagai barang konsinyasi, sedangkan barang yang diterima oleh komisioner (consignee) atas penjualan konsinyasi disebut barang komisi.

Penjualan konsinyasi memiliki perbedaan dengan penjualan biasa. Pada penjualan biasa, umumnya hak milik dari barang telah berpindah tangan jika barang telah dikirim oleh penjual kepada pembeli, sedangkan pada penjualan konsinyasi hak milik barang tetap berada di tangan pemilik produk (consignor). Hak milik baru berpindah tangan jika barang telah terjual oleh komisioner (consignee) kepada pihak lainnya. Ketidak berpindahan hak milik dalam penjualan konsinyasi mengakibatkan biaya operasional dan uang penjualan menjadi kewajiban dan hak dari pemilik produk (consignor), sedangkan komisioner (consignee) akan menerima komisi dari transaksi penjualan barang yang laku. Kepemilikan atas hasil penjualan tersebut diaplikasikan dengan penetapan harga dan komisi yang pasti bagi komisioner (consignee). Sebagai penerima amanat atau komisioner (consignee) tidak diperbolehkan untuk menggunakan uang hasil penjualan produk tersebut.

(19)

24

Sumber : (Mulyadi, 2010) Gambar 2.4

Flowchart penjualan konsinyasi.

(20)

25

Sumber : (Mulyadi, 2010) Gambar 2.5

Flowchart pembayaran konsinyasi

(21)

26

Sumber : (Mulyadi, 2010) Gambar 2.6

Flowchart penagihan konsinyasi

b. Hak Dan Kewajiban Penerima Barang (Consignee)

1) Menurut (Yunus & Harnanto, 2013) tentang hak-hak penerima barang (consignee):

a) Pihak komisioner (consignee) berhak untuk mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian diantara kedua pihak.

(22)

27

b) Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan pihak komisioner (consignee) berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada pengamanat (consignor) seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang dititipkan, pengamanat (consignor) dapat memberikan batasan-batasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

2) Menurut (Yunus & Harnanto, 2013) tentang kewajiban penerima barang (consignee):

a) Melindungi keamanan dan keselamatan barang yang diterima dari pihak pengamanat (consignor).

b) Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat (consignor) sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam perjanjian. Pihak penerima barang (consignee) harus menjual barang-barang tersebut sesuai dengan harga yang dinyatakan dalam perjanjian.

c) Mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun administratif terhadap barang-barang milik pengamanat (consignor), sehingga identitas barang-barang tersebut tetap diketahui setiap saat. Pembukuan yang tertib dan teratur harus dilaksanakan terhadap transaksi-transaksi

(23)

28

penjualan barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya penggantian, persediaan barang dan piutang dari penjualan barang-barang konsinyasi semuanya harus dicatatkan dengan jelas di dalam pembukuan untuk melindungi hak-hak pengamanat (consignor).

d) Membuat laporan keuangan secara periodik tentang barang-barang yang diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.

c. Alasan Pihak Consignor Mengadakan Perjanjian Konsinyasi

Menurut (Yunus & Harnanto, 2013) ada beberapa alasan bagi pihak pengamanat (consignor) melakukan perjanjian konsinyasi :

1) Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor terutama apabila :

a) Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak tertentu dan belum terkenal.

b) Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan.

(24)

29

c) Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan.

2) Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat (Consignor). Barang-barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak consignee. Jadi lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.

3) Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat (consignor), demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barang.

d. Alasan Pihak Consignee Menerima Perjanjian Konsinyasi

Menurut (Yunus & Harnanto, 2013) ada beberapa alasan bagi pihak komisioner (consignee) menerima perjanjian konsinyasi, anatara lain:

1) Pihak komisioner (consignee) dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk memasarkan barang-barang tersebut atas keharusan menjual dengan rugi.

2) Risiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan.

(25)

30

3) Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-barang konsinyasi yang diterima atau dititipkan oleh pihak pengamanat (consignor).

e. Prosedur Penjualan Konsinyasi

Menurut (Yunus & Harnanto, 2013) dalam prosedur penjualan konsinyasi terdapat beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1) Melakukan perjanjian penjualan konsinyasi atau disebut dengan Surat Perjanjian Konsinyasi (SPK) dimana surat perjanjian tersebut yaitu berhubungan dengan harga, diskon, komisi, dan lain-lain yang akan didapatkan oleh pihak komisoner (consignee).

2) Melakukan pengiriman barang yaitu proses pemindahan barang dari gudang perusahaan ke gudang tempat penjualan konsinyasi.

3) Menerima laporan barang-barang yang terjual dari pihak komisioner (consignee) yaitu dimana barang yang telah terjual diinformasikan ke pihak pengamanat (consignor).

4) Melakukan proses pengurangan stok dimana pengurangan stok ini mengurangi stok barang yang ada di gudang tempat penjualan konsinyasi bukan di gudang perusahaan atau pihak pengamanat (consignor).

(26)

31

5) Memberikan tagihan atas hasil penjualan dari pihak komisoner (consignee) yaitu memberikan faktur penagihan atas barang yang telah terjual dan jumlah tagihan tersebut telah dikurangi dengan diskon yang telah disepakati.

f. Keuntungan Sistem Penjualan Konsinyasi

1) Keuntungan bagi pemilik produk (Consignor), menurut (Enterpreneur, n.d.)

a) Untuk memperluas daerah pemasaran dan menghemat biaya promosi suatu produk oleh pengamatan (Consignor).

b) Menghemat biaya SDM dan pelayanan.

c) Fokus terhadap produk.

2) Keuntungan bagi komisioner (Consignee), menurut (Enterpreneur, n.d.)

a) Dapat keuntungan tanpa mengeluarkan modal.

b) Risiko kecil barang tidak laku.

c) Display produk bertambah.

g. Kekurangan Sistem Penjualan Konsinyasi

1) Kekurangan bagi pemilik produk (Consignor), menurut (Enterpreneur, n.d.)

(27)

32

a) Mengalami kerugian akibat produk yang tidak sesuai pemasaran.

b) Promosi yang tidak sesuai.

c) Uang tidak dapat langsung diterima.

2) Kekurangan komisioner (Consignee), menurut (Enterpreneur, n.d.)

Sistem penjualan konsinyasi tidak memiliki risiko ataupun kelemahan apa pun bagi komisioner, karena produk yang dijual memang bukan produk mereka sendiri. Bagi komisioner, keuntungan dapat diperhitungkan dari berapa banyak barang yang dijual. Tetapi jika memang tidak banyak produk yang terjual, maka komisioner juga tidak rugi karena pemilik produk bisa saja menarik produk tersebut.

h. Sistem Operasi Penjualan Konsinyasi

Menurut (Utoyo, 1999) dalam melaksanakan penjualan konsinyasi, pengamatan dan komisioner harus membuat kontrak perjanjian terlebih dahulu. Adapun isi dari kontrak perjanjian tersebut, antara lain:

1) Beban- beban pengeluaran komisioner yang akan ditanggung oleh pemilik produk. Misalkan seperti beban pengangkutan, beban reparasi, beban kuli, beban sewa gudang, dan lain sebagainya.

(28)

33

2) Kebijaksanaan harga jual dan syarat kredit yang harus dijalankan oleh komisioner atas instruksi dari pemilik produk.

3) Komisi atau keuntungan yang akan diberikan oleh pemilik produk kepada komisioner.

4) Laporan pertanggungjawaban oleh komisioner kepada pengamatan yang dilakukan secara berkala atas barang- barang yang sudah terjual dan pengiriman uang hasil penjualan tersebut.

5) After sales service (garansi) yang harus ditanggung oleh pengamatan atas barang-barang yang telah dijual oleh komisioner.

6) Hal-hal yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak.

i. Dokumen dalam Penjualan Konsinyasi.

Menurut (Mulyadi, 2010) dokumen yang diperlukan ketika melakukan penjualan konsinyasi adalah sebagai berikut:

1) Nota Konsinyasi yaitu berisi data-data nama pemilik barang, nomor telepon pengirim, nama barang yang dikirim, jumlah barang, harga, tanggal pemesanan.

2) Laporan Penjualan yaitu berisi data-data nama atau jenis produk yang terjual, jumlah barang yang terjual serta jumlah total dari hasil penjualan barang tersebut.

(29)

34

3) Surat Tagihan yaitu berisi tanggal transaksi penjualan, jumlah yang harus dibayarkan kepada perusahaan sesuai dengan barang yang telah dijual serta menyertakan nomor faktur penjualan.

4. Penerimaan Kas a. Pengertian Kas

Menurut (Bahri, 2016) kas merupakan alat pembayaran yang siap untuk dipergunakan berupa uang tunai (uang kertas dan uang logam) dan cek kontan untuk kegiatan umum perusahaan.

Menurut (Harahap, 2013) kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas.

2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat.

3) Kecil risiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.

Menurut (Syam, 2014) informasi tentang aliran kas suatu perusahaan berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan dalam menghasilkan kas dan menilai kebutuhan untuk

(30)

35

menggunakan kas tersebut. Dalam akuntansi ada beberapa jenis kas yang meliputi:

1) Uang kertas merupakan uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu sehingga digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.

2) Uang logam merupakan uang yang terbuat dari logam yang memiliki dua sisi yaitu menampilkan nilai uang dan berbentuk gambar.

3) Cek yang belum disetor merupakan biaya pengeluaran yang belum diberikan atau belum dicairkan dan masih berupa cek belum berupa uang.

4) Simpanan dalam bentuk giro merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek dan sarana pembayaran lain.

5) Kas kecil merupakan sejumlah dana yang dibentuk untuk membayar pengeluaran yang jumlahnya kecil bersifat mendadak atau rutin.

b. Penerimaan Kas

Menurut (Bahri, 2016) Sistem akuntansi penerimaan kas yaitu berfungsi untuk mencatat seluruh transaksi penerimaan kas. Sistem akuntansi penerimaan kas berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan

(31)

36

kas dari penagihan piutang. Dalam penerimaan kas dari penjualan tunai terdiri atas penerimaan kas dari over-the-counter sale, cash-on-delivery sale, dan credit card sale. Sedangkan

penerimaan kas dari penagihan piutang dapat melalui penagihan perusahaan, kantor pos, dan lock-box-collection plan.

c. Dokumen dalam Sistem Penerimaan Kas

Menurut (Mulyadi, 2016), dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut:

1) Faktur Penjualan Tunai, dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.

2) Pita Register Kas (Cash Register Tape), dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas (cash register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang di catat dalam jurnal penjualan.

3) Credit Card Sale Slip, dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi anggota kartu kredit.

(32)

37

4) Bill of Lading, dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pengiriman dalam penjualan COD yang penyerahan barangnya dilakukan oleh perusahaan angkutan umum.

5) Faktur Penjualan COD, dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD. Tembusan faktur penjualan COD diserahkan kepada pelanggan melalui bagian angkutan perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum dan dimintakan tanda tangan penerimaan barang dari pelanggan sebagai bukti telah diterimanya barang oleh pelanggan. Tembusan faktur penjualan COD digunakan oleh perusahaan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan pada saat penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan.

6) Bukti Setor Bank, dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetoran kas dari hasil penjualan tunai ke bank.

Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditandatangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi

(33)

38

sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal penerimaan kas.

7) Rekap Beban Pokok Penjualan, dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode (misalnya satu bulan).

Menurut (Mulyadi, 2017) dokumen catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas menurut adalah sebagai berikut:

1) Jurnal penjualan, digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan.

2) Jurnal penerimaan kas, digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya penjualan tunai.

3) Jurnal umum, digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

4) Kartu persediaan, digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual.

5) Kartu Gudang, digunakan untuk mencatat berkurangnya kuantitas produk yang dijual.

d. Fungsi dalam Sistem Penerimaan Kas

(34)

39

Menurut (Mulyadi, 2017) fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penagihan piutang adalah sebagai berikut:

1) Fungsi penjualan, menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang kebagian kas.

2) Fungsi kas, dalam transaksi penjualan tunai, bagian ini bertangguang jawab sebagai penerima kas dari pembeli.

3) Fungsi gudang, bertanggung jawab dalam menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut kepada bagian pengiriman.

4) Fungsi pengiriman, bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya dari pembeli.

5) Fungsi kasir, bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan penerimaan kas dan membuat laporan penjualan.

(35)

40

(36)

41

Sumber : (Mulyadi, 2013) Gambar 2.7

Bagan Sistem Penerimaan Kas dari Cash-on-Delivery Sale 5. Sistem Pengendalian Internal

a. Pengertian Pengendalian Internal

Setiap perusahaan harus menggunakan sistem untuk mengatur kegiatan operasional perusahaan. Dengan menggunakan sistem yang baik, maka perusahaan bisa mencegah kecurangan-kecurangan yang akan terjadi. Salah satu

(37)

42

sistem yang baik bagi perusahaan adalah sistem pengendalian internal.

Menurut (Mulyadi, 2017) sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut (Krismiaji, 2010) pengendalian internal (Internal Control) adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

b. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal

Menurut (Mulyadi, 2017) unsur pokok sistem pengendalian internal ada 4 unsur, yaitu:

1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab dan wewenang secara tegas. Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit- unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan pokok perusahaan.

2) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya

(38)

43

transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.

3) Praktik yang sehat. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah diterapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya.

4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian internal yang sangat penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

c. Komponen-Komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut (Sujarweni, 2015) sistem pengendalian internal memiliki 5 komponen utama sebagai berikut:

1) Lingkungan pengendalian, merupakan dasar dari semua komponen pengendalian intern lainnya yang membuat organisasi menjadi disiplin dan terstruktur.

(39)

44

2) Penaksiran risiko, merupakan mengidentifikasi berbagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan agar dapat mengambil tindakan pencegahan.

3) Aktivitas pengendalian, merupakan prosedur yang dilakukan perusahaan untuk menegakkan pengawasan atau pengendalian operasi.

4) Informasi dan komunikasi, hal yang diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi ini untuk menilai standar eksternal. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berhubungan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

5) Pemantauan adalah kegiatan untuk mengikuti jalannya sistem informasi akuntansi, sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat segera diambil tindakan.

6. Sistem Pengendalian Internal Penjualan

Menurut (Mulyadi, 2001) pengendalian internal pada sistem penjualan yaitu:

1) Struktur organisasi, fungsi yang harus terpisah dilakukan kegiatan pengecekan internal terhadap penjualan dengan adanya kemungkinan risiko buruk yang dapat terjadi. Misalnya piutang tak tertagih, catatan akuntansi, dan risiko lainya.

(40)

45

2) Prosedur pembukuan, setiap terjadi transaksi penjualan, prosedur pencatatan berguna untuk terjaminnya harta perusahaan dan sebagai bukti telah terjadi transaksi penjualan.

3) Komponen praktik sehat, perusahaan harus memiliki aturan dalam pelaksanaan proses penjualan misalnya pencetakan formulir dengan nomor urut yang tercetak, pelaksanaan rekonsiliasi secara periodik, dan kegiatan praktik sehat lainnya.

7. Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Kas

Pengendalian intern penerimaan kas yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai atas terjadinya penerimaan kas ataupun pengeluaran kas. Pengendalian intern yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian :

1) Terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatatan transaksi kas.

2) Semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian.

3) Semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek; kecuali untuk pengeluaran yang kecil

(41)

46

jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil.

Prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengawasi kas, bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, seperti besarnya perusahaan, jumlah karyawan, sumber-sumber kas, dan sebagainya.

Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan tunai sebaiknya dilakukan dengan melalui kas register pada saat transaksi penjualan terjadi. Pengawasan atas penerimaan kas yang berasal dari penjualan tunai dan penerimaan kas melalui kas, merupakan hal yang penting akan tetapi kecurangan atau penyelewengan biasanya jarang terjadi melalui transaksi penerimaan kas, melainkan melalui pengeluaran kas atau dengan menggunakan faktur fiktif (palsu).

Oleh karena itu pengawasan atas pengeluaran kas sama pentingnya atau bahkan kadang-kadang lebih penting daripada penerimaan kas.

Penerimaan kas diperoleh dari penjualan tunai maupun penjualan kredit. Pengawasan penerimaan kas yang berasal dari penjualan tunai dan penerimaan kas, dibutuhkan pengawasan intens supaya kecurangan atau penyelewengan tidak data terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu , لا namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah

Dengan menggunakan metode content analysis terhadap empat suratakabar ibukota (Kompas, Media Indonesia, Republika dan Rakyat Merdeka), maka berdasarkan fenomena salience issue dan

LPG, (b) karakteristik ibu rumah tangga dan keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, pendapatan, dan pengeluaran per kapita) dengan sikap terhadap LPG; (2) Uji

Bahan aktif yang relatif banyak digunakan oleh petani untuk menanggulangi hama wereng batang coklat yaitu imidakloprid dan buprofrezin.. Produk pengendali hama

Pengembangan ba- han ajar bahasa Inggris dengan media audio untuk SMP dalam penelitian ini juga telah mendapatkan penilaian yang positif baik dari ahli bahasa Inggris, ahli

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

Dalam penelitian ini akan dilakukan kegiatan evaluasi Usaha Kecil dan Menengah dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya berupa evaluasi kelengkapan

Prosedur statistik korelasi Rank Spearman bertujuan untuk mengkorelasi antar variabel dengan jenis data seperti ordinal dengan ordinal, ordinal dengan interval, dan