PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN REDFIN (Epalzeorhynchos frenatum)
Effect of Stocking density on the growth rate Redfin fish (Epalzeorhynchos frenatum)
Rewaldy Siregar1), Eriyusni2), Indra Lesmana2)
]
1)Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email : [email protected])
2)Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Redfin fish is one of an interesting ornamental fish. Intensive cultivation can be done by optimizing the stocking density. This reasearch aims to determine the effect of stocking density of redfin fish, on the growth and determine the optimum stocking density with an average length is 5,04 cm and an average weight is 1,01 gram. Redfin are used as much as 162 fishes and maintenance container used are 9 aquariums with size 40 cm x 20 cm x 20 cm and the volume water are 12 liters each aquarium. During the observed, fish are given an artificial feed as much as 5% of body weight per day.
Feeding frequency are 3 times a day. The method used is Completely Randomized Design with the treatment of stocking density 1 fish/liter (P1), 1,5 fish/liter (P2), and 2 fish/liter (P3). Ended treatment showed length P1 5,59 cm; P2 5,49 cm; P3 5,24 cm and weight P1 1,40 gr; P2 1,28 gr; P3 1,15 gr and feed comsumption 409,05 gr. Treatment P1 shows the best of daily length and weight growth. Treatment P3 shows the lowest of daily length and weight growth. Stocking density significantly affected on the daily length and weight growth rate. Tukey result has showed that the treatment P2 and P3 significantly different from P1.
Key word: Epalzeorhynchos frenatum, Redfin, Stocking Density, Growth Rate,
PENDAHULUAN
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Pada umumnya ikan hias masih diproduksi oleh petani dengan skala kecil. Ada banyak jenis ikan hias yang dibudidayakan oleh petani ikan hias di Indonesia. Salah satunya adalah ikan Redfin (E. frenatum).
Ikan hias akan memiliki harga yang lebih tinggi jika memiliki ukuran panjang yang lebih besar atau
penampilan yang menarik. Untuk memenuhi permintaan pasar, maka budidaya dengan teknologi dan manajemen yang baik sangat diperlukan agar memperoleh hasil yang memuaskan. Salah satunya adalah dengan melakukan pembudidayaan ikan intensif (buatan dengan perlakuan khusus) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas. benih ikan Redfin (E.
frenatum). Usaha budidaya ikan Redfin dapat dikelompokkan menjadi usaha pembenihan dan pembesaran.
Pembudidayaan ikan intensif dapat
dilakukan dengan meningkatkan padat penebaran dan memperhatikan kualitas air pada wadah pemeliharaan.
Peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya akan dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tesebut adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Sehingga peningkatan padat penebaran harus sesuai dengan daya dukung.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Maret 2015, di Labolatorium Basah, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuarium dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebanyak 9 buah, pompa air, bak fiber berbentuk tabung, pH meter, winkler, thermometer, ammoniak tes kit, kertas milimeter, timbangan digital, rak kayu.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain ikan Redfin dengan ukuran panjang rata-rata 5,04 cm dan bobot rata-rata 1,01 gram sebanyak 162 ekor, pakan ikan hias buatan.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali yaitu
; Perlakuan 1 dengan padat tebar 1 ekor/liter (P1) ; Perlakuan 2 dengan padat tebar 1,5 ekor/liter (P2) ;
Perlakuan 3 dengan padat tebar 2 ekor/liter (P3).
Rancangan ini digunakan karena keragaman kondisi lingkungan, alat, bahan dan media yang digunakan adalah homogen atau letak/posisi masing- masing unit tidak mempengaruhi hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali atau setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk menempati akuarium percobaan (Hanafiah, 2007).
Prosedur Penelitian
a. Persiapan Bahan dan Alat Alat yang digunakan seperti akuarium, serokan dan pipa termasuk ember peliharaan yang digunakan untuk adaptasi dicuci terlebih dahulu dengan larutan desinfektan yang diperbolehkan bagi perikanan kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih.
Setelah dicuci bersih alat tersebut dijemur selama 1 hari di bawah sinar matahari. Hal ini di maksud untuk menghilangkan atau memutuskan mata rantai bibit penyakit. Pada ikan redfin yang akan digunakan diadaptasi terlebih dahulu selama tiga hari dalam bak pemeliharaan. Hal ini dimaksud agar ikan tidak stres dan dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan.
b. Teknis Pemeliharaan
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan adalah akuarium dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebanyak 9 buah dengan volume air sebanyak 12 liter. Akuarium yang akan digunakan dicuci menggunakan larutan desinfektan kemudian dibilas dengan bersih dan di isi air bersih dan diaerasi selama 24 jam. Selama penelitian atau 40 hari akan dilakukan apabila diperlukan atau apabila kualitas air menurun. Pergantian air setinggi 3 cm dari tinggi air di akuarium atau 20%
dari volume air pemeliharaan di akuarium atau sebanyak 2,4 liter untuk membersihkan bak filter, bak penampungan serta mengurangi kotoran dan menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap sesuai dengan kualitas air yang dibutuhkan oleh ikan Redfin dan membersihkan bak filter.
Pergantian air dilakukan dengan mematikan pompa terlebih dahulu selama 5 menit dengan tujuan agar amoniak dan kotoran mengendap di dasar bak tandon, kemudian di buang dan diganti dengan air yang baru sesuai dengan jumlah air yang dibuang.
Penebaran Ikan Uji
Ikan yang digunakan adalah ikan Redfin (E. frenatum). Sebelum ditebar, dilakukan beberapa tahapan perlakuan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut Ikan dari bak pemeliharaan sementara diambil kemudian direndam dalam larutan desinfektan bagi perikanan selama 10 menit dan diberi aerasi. Hal tersebut bertujuan agar kuman penyakit atau bibit penyakit yang ada pada ikan mati sehingga sewaktu penelitian ikan tidak akan terserang penyakit., Selanjutnya ikan yang sudah direndam dipindahkan ke media air yang baru dan dibiarkan hingga beberapa saat, hal ini agar ikan tidak stres. Kemudian dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan di akuarium sebagai data awal. Pada tahapan akhir dilakukan pengukuran panjang dan berat ikan kemudian dimasukkan ke dalam 9 akuarium, dengan kepadatan masing-masing 1 ekor/liter, 1,5 ekor/liter dan 2 ekor/liter dan diulang sebanyak 3 kali.
Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan buatan (pelet ikan hias), dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam
satu hari yaitu pukul 09.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan per hari.
Pengumpulan Data
a. Laju Pertumbuhan Panjang Harian
Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter.
Dengan mengukur seluruhnya dari jumlah ikan uji pada setiap wadah percobaan. Pertumbuhan panjang harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yudhistira, 2010) : Ph = [(ln Lt – ln L0)/t] x 100%
Keterangan:
Ph = Pertumbuhan panjang harian (%)
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) L0 = Panjang rata-rata awal (cm) t = Lama pemeliharaan (hari)
b. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pengukuran pertumbuhan bobot dilakukan setiap 10 hari dan dengan mengukur seluruh ikan dari jumlah ikan uji pada setiap wadah percobaan. Laju pertumbuhan bobot harian (α) dihitung dengan rumus (Panjaitan, 2004) :
keterangan:
α = Laju pertumbuhan bobot harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)
W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)
t = Lama pemeliharaan (hari)
Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup ikan uji diamati untuk mengetahui perbandingan jumlah total ikan uji pada saat awal penebaran sampai saat akhir percobaan yang dilakukan pada setiap perlakuan.
pengambilan sampel ikan dilakukan setiap 10 hari sekali dengan pengambilan contoh ikan secara total Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Panjaitan, 2004) :
Keterangan :
SR = Kelangsungan hidup benih (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian
(ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor).
Kualitas Air
Parameter kualitas air media pemeliharaan ditentukan dengan mengukur parameter kualitas air selama penelitian yang terdiri dari parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan yaitu pH, Ammonia, DO, suhu. Data ini digunakan untuk menentukan kelayakan kualitas air media pemeliharaan selama penelitian apakah masih memenuhi baku kelayakan hidup ikan Redfin.
Pengukuran Suhu, DO, ammonia dan pH dilakukan setiap melakukan sampling.
Analisis Data
Untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati berpengatuh nyata atau tidak kemudian dilakukan uji analisis ragam (ANOVA) dan uji F pada selang kepercayaan 95%. Jika ada perbedaan nyata, maka akan diuji lanjut dengan menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur) pada selang kepercayaan 95% dan
selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
a. Laju Pertumbuhan Panjang Harian
Laju pertumbuhan harian ikan redfin yang dipelihara selama 40 hari pada setiap perlakuan P1, P2, P3 berturut – turut adalah 0.25%, 0.19%, dan 0.10%. Laju pertumbuhan panjang harian tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yakni sebesar 0,25% sedangkan laju pertumbuhan panjang harian terkecil terdapat pada P3 yaitu sebesar 0,10%.
Pengukuran panjang harian dengan menggunakan kertas milimeter pada gambar 1.
Gambar 1. Pengukuran Panjang Ikan Redfin
Berdasarkan pengamatan peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan redfin juga mempengaruhi kenaikan laju pertumbuhan panjang harian ikan redfin.. selama masa pemeliharaan 40 hari. Selama pengamatan dilakukan, pertumbuhan mulai terlihat pada hri ke- 10 pemeliharaan Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan panjang harian. Hasil dari uji lanjut pelakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2 dan P3, begitu juga dengan perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P3.
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Panjang (Cm) Ikan Redfin yang Dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 40 Hari.
b. Laju Pertumbuhan Berat Harian Laju pertumbuhan berat harian atau laju spesifik yang dipelihara pada tingkat kepadatan P1, P2, P3 berturut- turut adalah 0.78%, 0.57%, dan 0.38%.
Laju pertumbuhan berat harian tertinggi ada pada perlakuan P1 yaitu 0.78%, sedangkan laju pertumbuhan berat harian terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 0.38%. pengukuran berat harian dilakukan dengan menggunakan timbangan digital seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Pengukuran Berat Ikan Redfin Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan setiap sepuluh hari, peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan redfin mempengaruhi laju berat harian ikan redfin selama masa pemeliharaan 40 hari. Dari hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan berat harian atau pertumbuhan spesifik ikan redfin dan berdasakan uji lanjut pelakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3, tetapi perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2.
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Berat (gram) ikan Redfin yang dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 40 Hari.
c. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan redfin yang dipelihara dengan tingkat kepadatan 1 ekor/liter (P1), 1,5 ekor/liter (P2) dan 2 ekor/liter (P3) selama 40 hari berkisar 81,99% - 94,44%. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar 94,44%, P2 88,88% daan nilai terendah pada perlakuan P3 81,99%.
d. Kualitas Air
Selama 40 Hari pemeliharaan, terjadi penurunan beberapa parameter kualitas air seperti kandungan pH, amoniak, dan oksigen terlarut (Disolved Oksigen) karena meningkatnya padat penebaran ikan redfin dalam wadah pemeliharaan perlakuan dan akibat pakan yang terbuag begitu juga kotoran atau feses ikan redfin tersebut seperti pada Tabel 1. Namun pada parameter kualitas air pH, suhu dan kadar amoniak adalah
sama pada setiap perlakuan karena pemeliharaan dilakukan di ruangan yang terjaga lingkungan pemeliharaannya.
Tabel 1. Data Kualitas Air Selama Pemeliharaan
Pembahasan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu (Effendie, 2002). Laju pertumbuhan panjang harian tertinggi dan pertumbuhan berat harian tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu berturut – turut yakni 0.25% dan 0.78%, sedangkan laju pertumbuhan harian dan laju pertumbuhan berat terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 0.10%. dan 0.38%. Berdasarkan uji lanjut (BNJ) menunjukkan bahwa pelakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P3. Pertambahan panjang ikan redfin diiringi dengan pertambahan berat ikan tersebut atau laju pertumbuhan panjang harian berbanding lurus dengan pertumbuhan berat harian ikan redfin.
Penurunan nilai laju pertumbuhan panjang harian, pertumbuhan panjang mutlak dan nilai koefisien keragaman ikan yang tinggi diduga karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan meningkatnya padat penebaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wedemeyer (1996), peningkatan padat penebaran akan mengganggu tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada
akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Rata-rata ikan yang mati adalah ikan yang berukuran kecil karena adanya kompetisi dengan ikan yang berukuran lebih besar dalam perebutan ruang gerak. Sehingga ikan yang lebih besar akan mendominasi ikan yang lebih kecil.
Kualitas air juga menjadi salah satu faktor pendukung pada pertumbuhan ikan redfin, dimana pada penelitian diperoleh kualitas air antara lain suhu 28oC-30oC, pH 6,5-7,3, DO 5,8-7,0 dan amoniak 0-0,1. Sedangkan menurut Murtejo (2010) Ikan redfin dapat tumbuh mencapai panjang 14 - 15 cm. Ikan Redfin hidup pada pH 6.2 - 7.5 (optimum 7.0), dan suhu berkisar 23 - 26°C.
Jumlah pakan yang diberikan pada setiap perlakuan adalah sama atau homogen yakni 5% dari bobot tubuh ikan redfin setiap harinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Livianto dan Afrianto (1990) yang menyatakan bahwa jumlah pakan yang umum diberikan bagi ikan redfin adalah 3-5%
dari bobot tubuh. Pertumbuhan akan semakin cepat jika makanan yang diberikan sesuai kebutuhan ikan, sedangkan jika pakan diberikan secara berlebih ke dalam wadah pemeliharaan akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Kandungan gizi dalam pakan ikan juga mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang biasa digunakan oleh pembudidaya ikan hias.
Pakan yang diberikan adalah pakan dari dari jenis yang sama dan merek dagang yang sama pada tiap perlakuan.
Penurunan kualitas air juga dapat disebabkan karena pemberian jumlah pakan yang berlebih yang menyebabkan pakan tersisa dan tidak termakan oleh ikan. Pakan yang tersisa akan terakumulasi menjadi racun dan toksik
bagi ikan budidaya karena adanya proses penguraian bahan organik dimana proses tersebut dilakukan bakteri anaerob yang menggunakan oksigen terlarut dalam air untuk membantu proses dekomposisi.
Menurut Barus (2004) keseimbangan amonium dan ammonia di dalam air sangat dipengaruhi oleh nilai pH air.
Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi ammonia yang bersifat toksik bagi perairan. Kematian ikan terjadi akibat dari persaingan yang timbul dari tingkat kepadatan yang tinggi sehingga kepadatan menjadi salah satu faktor pembatas terhadap kelangsungan hidup ikan redfin. Hal ini dapat juga terjadi karena perlakuan pada padat tebar tertinggi telah melampaui daya dukung perairan. Daya dukung merupakan kemampuan suatu perairan untuk dapat mendukung kehidupan biota dalam perairan tanpa menambah atau mengurangi biomassanya.
Peningkatan padat penebaran akan mengganggu tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Pemeliharaan pada penelitian ini menggunakan pakan pellet, sedangkan pada habitat aslinya ikan redfin Redfin menyukai jenis makanan berupa alga, pelet, sayuran, bayam, tubifex, dapnia dan serangga kecil. Kualitas air media budidaya dipengaruhi oleh kandungan amoniak didalamnya. Penurunan kualitas air hingga berada di bawah batas layak bagi budidaya ikan redfin akan menyebabkan ikan stress yang kemudian dapat mengganggu laju pertumbuhan ikan.
Nilai kelangsungan hidup ikan redfin pada akhir penelitian berkisar antara 81,9% - 94,4%, berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa padat
tebar ikan redfin P1, P2 dan P3 yang dipelihara selama 40 hari.
Sebagaimana makhluk hidup lainnya ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat.
Kualitas air merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup serta pertumbuhan dari segala jenis ikan. Murtejo (2010) menyatakan bahwa ikan redfin dapat tumbuh mencapai panjang 14 - 15 cm. Ikan Redfin hidup pada pH 6.2 - 7.5 (optimum 7.0), dengan nilai DO berkisar antara 4,5 – 6,5 mg/l , dan suhu berkisar 23 - 30°C. Berdasarkan pengukuran kualitas air media pemeliharaan, nilai DO selama pemeliharaan berkisar antara 5,6-7,0 mg/L. nilai DO 7,0 mg/L hanya terdapat pada awal pemeliharaan kemudian terus turun hingga di akhir pemeliharaan nilai DO terendah yaitu 5,3 mg/L terdapat pada perlakuan P3 dan terjadi pada minggu terakhir pengamatan. Pada parameter DO, pH, terjadi penurunan sedangkan pada parameter amoniak terjadi peningkatan di setiap perlakuan padat penebaran.
Setelah masa pemeliharaan selama 40 hari, terjadi pertumbuhan panjang dan berat ikan redfi seiring pertambahan waktu. Efisiensi ekonomi dapat dilihat dari perhitungan keuntungan usaha pemeliharaan ikan redfin dilakukan pada saat mencapai akhir penelitian. Ukuran ikan di akhir pemeliharaan pada penelitian adalah 5,59 cm. Harga ikan redfin pada ukuran 5 cm di pasaran sebesar Rp.2500/ekor dan harga ikan redfin pada ukuran 5 cm ke atas di pasaran sebesar Rp.3000/ekor – Rp.4500/ekor (harga di toko akuarium kota Medan 2015). Perbedaan ukuran panjang pada akhir masa pemeliharaan mengakibatkan perbedaan harga per ekornya. Dari perbedaan harga yang diperoleh maka efesiensi ekonomi pada budidaya ini menguntungkan jadi layak
untuk digunakan oleh para petani ikan hias. Besar kecilnya nilai efisiensi ekonomi tersebut tidak hanya ditentukan oleh jumlah pakan yang diberikan, melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepadatan, berat setiap individu, umur kelompok hewan, kualitas air dan cara pemberian pakan (Setiawati dkk, 2013).
Tabel 2. Efesiensi Pakan
Nilai efisien:
<1 = Menguntungkan
=1 = Kurang Efisien
>1 = Tidak Efisien
Dilihat dari hasil efisiensi maka nilainya masih menguntungkan karena nilai efisiensi lebih kecil dari 1 (satu).
Menurut Nurmatias (2008), nilai efisiensi kecil dari satu maka efisien, jika nilai efisiensi sama dengan satu maka kurang efisien, jika nilai efisiensi lebih besar dari satu maka usahanya tidak efisiensi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa angka efisiensi lebih kecil dari satu, hal ini menunjukan bahwa padat penebaran masih memberi keuntungan bagi pembudidaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika ingin meningkatkan harga jual ikan maka pembudidaya dapat melakukan budidaya dengan menerapkan sstem padat penebaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan padat tebar dan efesiensi perlakuan P1 lebih baik karena pertumbuhan tertinggi ada pada perlakuan ini begitu juga dengan efisiensi lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan P2 dan P3.
2. Berdasarkan hasil Uji lanjut perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2 dan P3 sehingga diperoleh perlakuan terbaik adalah perlakuan P1. Jadi padat tebar optimal pada pemeliharaan ikan redfin adalah 1 ekor/liter
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya pada ukuran yang lebih kecil atau dengan perlakuan dibawah 1 ekor/liter sebagai pembanding.
2. Pada hari ke-40 masih terjadi peningkatan pertumbuhan, jadi perlu dilakukan penelitian lebih lama lagi untuk memperoleh pertumbuhan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Barus. T. A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Nurmatias. 2008. Tingkat Efisiensi Beberapa Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Udang Galah. Sekolah Tinggi Keluatan dan Perikanan Indonesia. Lubuk Pakam. Tidak Diterbitkan.
Hanafiah, K.A. 2007. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Murtejo, H.E. 2008. Effektivitas Egg Stimulant dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad dan Produktifitas Ikan Redfin Shark (Epalzeorhynchos frenatum).
[Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Panjaitan, E.F. 2004. Pengaruh Suhu Air yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Botia (Botia macracanthus) Bleeker.
[Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur
Setiawati, J.E., Y.T. Tarsim, Adiputra dan S. Hudaidah. 2013.
Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). e- Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol.1 No.2.
ISSN: 2302-3600.
Yudhistira. A. 2010. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Redfin (Epalzeorhynchos frenatum) Pada Kepadatan Yang Berbeda. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.