Oleh:
AGA PRIMA MIERTA 1310024427005
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
2018
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI FRONT MENUJU STOCKPILE PADA PENAMBANGAN BATUBARA
BLOK B PT. MINEMEX INDONESIA MANDIANGIN-JAMBI
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh:
AGA PRIMA MIERTA 1310024427005
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT.
Minemex Indonesia, Mandingin Jambi Nama : Aga Prima Mierta
Program studi : Teknik Pertambangan Jurusan : Teknik Pertambangan
Padang, Agustus 2018 Menyutujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Tamrin Kasim, MT Riam Marlina, MT
NIDN. 0010085305 NUP. 9910676467
Ketua Jurusan, Ketua STTIND Padang,
Dr. Murad MS, MT H. Riko Ervil, MT
NIDN. 007116308 NIDN. 1014057501
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI FRONT MUNUJU STOCKPILE PADA PENAMBANGAN BATUBARA
BLOK B PT. MINEMEX INDONESIA MANDIANGIN-AMBI
Nama : Aga PrimaMierta
NPM : 1310024427005
Pembimbing I : Drs. Tamrin Kasim, M.T.
Pembimbing II : Riam Marlina, M.T.
RINGKASAN
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasional penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungin terdapat di sepanjang jalan harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja. Untuk pencapaian Target produksi PT. Minemex Indonesia cukup besar yaitu 120.000 ton/bulan. Untuk mencapai target tersebut tentu harus didukung oleh kondisi geometri jalan angkut yang baik agar aktivitas pengangkutan berjalan lancar, aman dan terhindar dari kecelakaan kerja. Tujuan penelitian untuk mendapat geometri jalan angkut yang ideal sesuai dengan dimensi Dump Truck terbesar yang dugunakan di PT. Minemex Indonesia agar lalu lintas berjalan lancar dan terhindar dari kecelakan kerja.
Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, geometri jalan dinilai tidak sesuai dengan ukuran alat angkut terbesar yang digunakan sehingga sering terjadi antrian kendaraan ketika berpaspasan. Berdasarkan perhitungan The American ossaciation of state highway dan transportasion officials (AASHTO) Manual Higway Design 1793, lebar minimum jalan angkut agar dapat dilalui dengan baik oleh dump truck Scania P380 adalah 9,1 meter untuk jalan lurus, 12.2 meter untuk lebar jalan tikungan, superelevasi dengan kemiringan 2.6° supaya alat angkut bisa melewati tikungan dengan kecepatan maksimal, kemiringan pada tanjakan akan dibuat sebesar 4.5°
sehingga dump truck tidak terpaksa untuk mendaki. Berdasarkan lebar jalan yang akan dibuat cross slopenya akan dibuat yaitu 20.22 mm terhadap sisi jalan agar jalan tidak digenangi air pada jalan.
Kata Kunci: Lebar Jalan Angkut, Superelevasi, grade resisten, cross slope.
EVALUATION OF THE GEOMETRY OF THE ROAD TRANSPORTS FROM THE FRONT TOWARDS THE STOCKPILE IN COAL MINING BLOCKS B PT. MINEMEX
INDONESIA MANDIANGI-JAMBI
Name : Aga PrimaMierta
NPM : 1310024427005
Advisor I : Drs. Tamrin Kasim, M.T.
Advisor II : Riam Marlina, M.T.
ABSTRACT
The main function of road transport, in general, is to support the smooth operations of the mining activities, especially in transport. There may be a severe terrain along the way must be addressed by changing the design of the road to enhance the security and safety. For the achievement of the target production of PT Minemex Indonesia is quite large i.e. 120,000 tons/month. To achieve the target, of course, it should be supported by the good condition of the road geometry. In order to make the transportation activity is running smoothly, safely and avoid accidents. Based on direct observation, the geometry of the streets is assessed not according to the size of the largest transport tools used so, often the case when the vehicles passed it causing queue. Based on the calculation of The American Association of Transportation and State Highway Officials (AASHTO) Manual Highway Design 1793, the minimum width of the road transport to be traversed by a Scania dump truck P380 is 9.1 for the straight road, 12.2 meters width for the road bends, superelevation with a slope of 2.6 ° so that transport could pass the bend tool with the maximum speed, slope on the incline will be made about 4.5 ° so that the dump truck was not forced to climb.
Based on the width of the road that will be made for the cross slope i.e. 20.22 mm against the side of the road so that the road was not flooded.
Keywords: Road Transport Width, Superelevation, resistant grade, cross slope.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa pencipta seluruh alam semesta yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan Tugas Akhir ini dengan judul, Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT. Minemex Indonesia Mandiangin Jambi. Yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik, Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Pada kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Riko Ervil, MT Selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Drs. Tamrin Kasim, MT. selaku pembimbing I dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Ibuk Riam Marlina, MT. selaku pembimbing II dalam penulisan tugas akhir ini.
5. Bapak Apriko, ST. sebagai pembimbing lapangan serta karyawan PT. Minemex Indonesia yang terkait dalam membantu penyusunan tugas akhir ini.
6. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan STTIND Padang yang
tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
ii
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan dan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Agustus 2018
Aga Prima Mierta
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI RINGKASAN
ABSTRACT
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 11.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Rumusan Masalah ... 3
1.5 Tujuan Penelitian ... 3
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ... 5iv
2.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan... ... 5
2.1.2 Pengertian Jalan Angkut ... ... 9
1. Geometri Jalan Angkut ... 9
2. Lebar Jalan Angkut ... 10
1). Lebar Jalan Angkut Lurus……… 10
2). Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan………. 11
3). Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi) … 12
4). Kemiringan Jalan Pada Tanjakan (Grade Resistance) 14 5). Kemiringan Melintang (cross slope)……… 16
6). Fasilitas Pendukung Kelancaran dan Keselamatan Kerja…… 17
2.2 Kerangka Konseptual ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1 Tempat Penelitian ... 23
3.2.2 Waktu Penelitian ... 24
3.3 Variabel Penelitian ... 24
3.4 Data dan Sumber Data ... 25
3.4.1 Data... 25
3.4.1 Sumber Data……… 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.6 Teknik Pengolahan Data... 26
v
3.7 Analisa Data ... 27
3.8 Kerangka Metodologi ... 27
BAB 1V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data………. 30
4.1.1 Data Primer ………. 30
4.1.2 Data Sekunder ……… 35
4.2 Pengolahan Data ……….. 35
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 5.1 Geometri Jalan Angkut Yang Ideal……….. 40
5.2 Rancangan Geometri Jalan Angkut Ideal Dalam Bentuk 3Dimensi………. 43
BAB V1 PENUTUP 6.1 Kesimpulan ……….. 47
6.2 Saran ……… 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Statigrafi IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia….. 9
Gambar 2.2. Sayatan Melintang lebar Jalan Angkut`………... . 11
Gambar 2.3. Jalan Angkut Dua Jalur Pada Tikungan ... ... .. 12
Gambar 2.4. Gaya Sentrifugal Pada Tikungan……… 14
Gambar 2.5. Perhitungan Kemiringan Jalan…... ………. 15
Gambar 2.6. Penampang melintang jalan angkut………... 17
Gambar 2.7. Kerangka Konseptual……….. 22
Gambar 2.1. Peta Lokasi IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia……. 24
Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian……….... 29
Gambar 4.1. Pengukuran Jalan Aktual Dilapangan ……….. 31
Gambar 4.2. Pengukuran Superelevasi Aktual Dilapangan PT. MMI……….. 33
Gambar 4.3. Pengukuran Grade Resisten PT. MMI………. 33
Gambar 4.4. Pengukuran Cross Slope Aktual PT. MMI……….. 34
Gambar 4.5. Pengukuran Tanggul Pengaman………... 35
Gambar 4.6 Kemiringan Jalan Aktual……….. 38
Gambar 5.1. Bentuk Penampang dari lebar jalan lurus……… 41
Gambar 5.2. Rancangan Lebar Jalan Angkut Lurus 3D………... 44
Gambar 5.3 Rancangan Jalan Angkut Pada Tikungan 3D……….. 44
Gambar 5.4 Rancangan Superelevasi 3D………. 45
Gambar 5.5 Rancangan Grade Resisten 3D……….... 45
vii
Gambar 5.6 Rancangan Cross Slope 3D………... 46 Gambar 5.7 Potongan Rancangan Cross Slope... 46
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data Lebar Jalan Lurus aktual PT. Minemex Indonesia………….. 30
Tabel 4.2. Sfesifikasi Alat Dump truck Scania P 380……… 32
Tabel 4.3. Data Lebar Jalan Tikungan Aktual……… 32
Tabel 4.4. Data Pengukuran Superelevasi Aktual PT. MMI ……….. 32
Tabel 4.5. Data Pengukuran Grade Resisten ………. 33
Tabel 4.6. Data Pengukuran Cross slope Aktual ……….. 34
Tabel 4.7. Data Pengukuran Pengaman ( Safety Berm)………. 34
Tabel 5.1. Evaluasi Perhitungan Jalan Angkut Lurus……… 40
Tabel 5.2. Analisis lebar Jalan Pada Tikungan……….. 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Peta Geologi PT. Minemex Indonesia ………... 53
B. Peta Situasi Tambang……….. 54
C. Peta Koordinat IUP………. 55
D. Peta Topografi………. 56
E. Spesifikasi Alat-alat angkut Scania P380 PT. Minemex Indonesia.. 57
F. Dokumentasi Lapangan Dan Kondisi Jalan Tambang Batubara di blok B PT. Minemex Indonesia……….. 59
G. Surat Bukti Prapenelitian Di PT. Minemex Indonesia………... 65
H. Surat Bukti Penelitian Di PT. Minemex Indonesia……….... 66
I. Situasi dan Segmen Jalan Tambang aktual dari Front Tambang Menuju Stockpile………. 67
J. Rancangan jalan angkut ideal PT. MMI……… 68
K. Desain Rancangan Superelevasi………. 69
L. Desain Rancangan Cross Slope……….. 70
M. Penampang jalan aktual PT. Minemex Indonesia……….. 71
N. Rancangan lebar jalan ideal………... 72
O. Kemiringan Tanjakan grade Aktual PT. MMI……….. 73
P. Kemiringan tanjakan grade rencana PT. MMI……….. 74
Q. Rancangan Lebar Jalan Angkut 3D……… 75
x
R. Rancangan Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan 3D………... 76 S. Rancangan Kemiringan Pada tikungan Superelevasi 3D……… 77 T. Rancangan kemiringan tanjakan grade Ideal 3D……… 78 U. Rancangan Kemiringan Melintang Cross Slope Ideal 3D………….. 79 V. Rancangan Jalan Dari Front Penambangan Menuju Stockpile 3D…. 80 W. Rancangan saluran dan tanggul pengaman jalan tambang PT. MMI.. 81 X. Tabel Hasil Evaluasi Geometri Jalan Angkut Ideal PT. Minemex
Indonesia………. 82 Y. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permintaan pasar akan batubara yang semakin meningkat mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan-perusahan yang bergerak dibidang pertambangan khususnya batubara, salah satunya adalah PT. Minemex Indonesia yang terletak di Desa Talang Serdang, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
PT. Minemex Indonesia mempunyai luas wilayah IUP Operasi Produksi seluas 3700 Ha, yang terbagi atas tiga blok penambangan. PT. Minemex Indonesia merupakan anak perusahaan dari Thriveni Earthmovers mulai merintis usaha pertambangannya di Indonesia pada tahun 2007 dan mulai Produksi batubara pada tahun 2010, dan telah memasarkan batubara di dalam negeri seperti Jakarta, Dumai, Medan dan untuk kebutuhan ekspor seperti Negara India.
Data produksi PT. Minemex Indonesia yaitu 120.000 ton/bulan. Untuk mencapai target tersebut tentu harus didukung oleh kondisi geometri jalan angkut yang baik agar aktivitas pengangkutan berjalan lancar, aman dan terhindar dari kecelakaan kerja.
Akses jalan merupakan faktor penting dalam tercapainya volume batuan yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka perlu diketahui dimensi alat angkut yang akan melalui jalan tersebut. Jalan yang baik akan
mendukung terpenuhinya target produksi yang diinginkan. Geometri jalan yang harus diperhatikan yaitu, lebar jalan angkut, superelevasi, grade resisten dan Cross slope. Alat angkut atau truck-truck tambang umumnya berdimensi lebih besar, panjang dan lebih berat dibandingkan kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya.
Oleh sebab itu, geometri jalan angkut tambang harus sesuai dengan dimensi alat angkut tambang terbesar yang digunakan, agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.
Pengamatan yang dilakukan di lapangan masih banyak titik-titik geometri jalan yang tidak memenuhi kaedah menurut teori, seperti lebar jalan yang tidak sesuai dengan ukuran dump truck yang digunakan, superelevasi/ kemiringan pada tikungan mengarah kearah luar tikungan sehingga bisa menyebabkan dump truck terpental keluar pada saat melewati tikungan, grade jalan pada tanjakan yang curam mencapai 19°, sedangkan grade yang ideal nya 4,5°, permukaan jalan yang datar sehingga air tergenang ditengah jalan pada saat hujan karena cross slopenya tidak ada.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti di PT. Minemex Indonesia dengan judul, Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT. Minemex Indonesia Mandiangin- Jambi.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari latar belakang penelitian di atas adalah:
a. Lebar jalan yang tidak sesuai dengan ukuran dimensi dump truck yang digunakan,sehingga menyebabkan antrian kendaraan ketika berpapasan.
b. Kemiringan pada tikungan mengarah ke arah luar tikungan sehingga bisa menyebabkan truck terpental pada saat dilewati.
c. Kemiringan tanjakan yang curam yaitu 19°.
d. Permukaan jalan yang datar sehingga menyembabkan air tergenang pada jalan karena cros slopenya tidak ada.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
Evaluasi geometri jalan angkut dari front penambangan menuju stockpile dengan jarak tempuh 1,2 km, pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Berapakah geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex Indonesia?
b. Berapakah geometri jalan angkut Ideal setiap segmen dari front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex Indonesia?
c. Bagaimanakah rancangan geometri jalan angkut yang ideal setiap segmen dari front penambangan ke stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex Indonesia.
b. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
c. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
1.6. Manfaat penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Hasil ini bisa jadi bahan pertimbangan atau pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi produksi sebagai pemegang IUP Operasi Produksi.
b. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke dalam bentuk penelitian, menambah wawasan pengetahuan, merubah pola pikir dan memperoleh ilmu yang yang tidak dapat dibangku perkuliahan.
c. Bagi STTIND Padang
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa/mahasiswi yang membacanya, dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan pedoman atau referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan Variabel penelitian sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan penelitian..
2.1.1. Tinjauan Umum Perusahaan
Pada tahun 1991 Thriveni inc. dibentuk sebagai perusahaan partnership. Pada tahun 1996 Trhiveni inc. mulai memasuki dunia pertambangan sebagai penyedia jasa transportasi tambang lignit di Neyveli Lignite Corporation, Ltd.Pada tahun 1998, Thriveni inc. mulai mengembangkan usahanya dan mendapatkan kontrak dengan Hindustan Cooper, Ltd. salah satu perusahaan tambang bijih tembaga untuk mengelola tambang milik Negara India tersebut.
Pada tahun 1991 status badan hukum Trhiveni berubah menjadi Limited (Ltd) sekaligus mengubah namanya menjadi Thriveni Earthmovers, Ltd. Nama Thriveni Earthmovers, Ltd. mulai mendapat perhatian dari para pemilik tambang untuk mengadakan kerja sama dengan perusahaan ini, terbukti pada tahun 2004 Thriveni Earthmovers, Ltd. mendapat kontrak dari Sao & Sons, Ltd. sebagai kontraktor di perusahaan tambang yang bergerak dalam pertambangan bijih emas.
Setelah berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam dunia pertambangan, akhirnya pada tahun 2007, PT. Trhiveni Earthmovers mulai merintis usaha pertambangannya di Indonesia dengan mendirikan anak perusahaan atas nama PT.
Minemex Indonesia di Desa Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. PT. Minemex Indonesia yang selanjutnya disebut PT. MMI telah memulai produksi batubara pada tahun 2010, dan telah memasarkan batubara baik dalam negeri seperti Jakarta, Dumai, Medan maupun untuk kebutuhan ekspor menuju Negara India.
1. Keadaan Topografi dan Statigrafi a. Topografi
Topografi daerah Mandiangin merupakan daerah perbukitan dengan relief yang landai hingga terjal yang memanjang dari arah Tenggara hingga Barat Laut dengan ketinggian antara 28-70 mdpl (meter diatas permukaan laut) dan berbatasan dengan Sungai Tembesi di sebelah Barat. Pada daerah yang lebih rendah dipenuhi oleh perkebunan sawit dan durian. Sedangkan daerah perbukitanya dipenuhi dengan hutan.
b. Stratigrafi
Wilayah kuasa pertambangan PT. MMI secara regional termasuk dalam cekungan Sumatera Selatan bagian barat yang disebut sebagai Sub-Cekungan Palembang. Batuan dasar dari cekungan ini terdiri dari batuan beku dan batuan malihan yang berumur Pra-Tersier.
Litologi daerah penyelidikan didasari oleh penemuan-penemuan satuan batuan (outcrops unit) yang ditemukan di lokasi dan pada umumnya memiliki sifat dominan sampai yang tidak dominan yang tersebar secara merata. Peta Geologi Lembar Sarolangun sebagian termasuk dalam Sub-Cekungan Palembang bagian utara. Sub- cekungan tersebut merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan yang terbentuk
pada Zaman Tersier. Pada awal pembentukannya antara kedua sub-cekungan tersebut terdapat Tinggian Tamiang dan Iliran serta Tinggian Melintang Bentayan.
Dalam Lembar Sarolangun terdapat dua satuan stratigrafi batuan yang diendapkan selama Zaman Tersier, yakni Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang. Runtunan Litologinya menunjukkan, bahwa Kelompok Telisa merupakan satuan batuan yang terbentuk dalam fasa genang laut. Sebaliknya Kelompok Palembang terbentuk dalam fasa susutlaut. Yang pertama terdiri dari Formasi Talangakar dan Formasi Gumai, yang kedua, Formasi Air benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.
Batuan sedimen tersier awal cekungan Sumatera Selatan diendapkan selama periode genang laut yang menerus sampai pertengahan Miosen disusul tahap susut laut, dengan susunan formasi sebagai berikut:
1) Formasi Air Benakat
Formasi ini berumur Miosen Tengah – Akhir. Terletak secara selaras diatas Formasi Gumai. Formasi ini terdiri dari batupasir, napal, dan batulanau yang diendapkan di lingkungan laut dangkal yang menunjukkan susut laut dari keadaan laut terbuka Formasi Gumai.
2) Formasi Muara Enim
Formasi muara Enim mendidih secara selaras Formasi Air benakat dan menunjukkan bahwa susut laut dan pendangkalan cekungan berlangsung menerus sampai Kala Pliosen. Batuannya terdiri dari batupasir dan batulempung, sebagian tufaan, banyak mengandung horizon lignit, dan memperlihatkan pengendapan di
lingkungan laut dangkal sampai peralihan (ke darat). Berdasarkan posisi stratigrafinya formasi ini berumur Miosen akhir sampai Pliosen (De Coster, 1974).
3) Formasi Kasai
Di atas Formasi Muara Enim ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kasaiyang berumur Plio-Plistosen. Formasi ini terdiri dari batupasir dan batulempung darat, berbatuapung dan tufaan. Ketidakselarasan memperlihatkan pengangkatan setempat pada Pliosen Akhir yang berkaitan dengan erosi terhadap Pegunungan Barisan, tetapi tidak berkembang di seluruh wilayah dengan tingkat yang sama (Nayoan & Martosono, 1974, Goafoer dkk, 1986). Endapan Rawa, diendapkan tidak selaras di atas satuan batuan lainnya pada Kala Holosen, terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung dengan sisa-sisa tumbuhan.
Gambar 2.1
Stratigrafi WIUP Operasi Produksi PT. Minemex Indonesia Sumber: Departemen Geologi Eksplorasi PT. MMI
2.1.2. Pengertian Jalan Angkut
Jalan adalah prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel ( Undang-Undang No 34 Tahun 2006).
1. Geometri Jalan Angkut
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasional penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang munkin terdapat sepanjang jalan harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja, oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya yaitu: lebar jalan angkut lurus, lebar jalan pada tikungan, superelevasi, kemiringan jalan pada tanjakan dan cros slope.
Pada umumnya alat angkut yang bekerja di tambang berdimensi lebih besar, panjang dan lebih berat dari dibandingkan alat angkut yang bekerja dijalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut lebih leluasa bergerak pada kecepatan norman dan aman.
Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran jalan yang sesuai dengan tipe ( bentuk, ukuran, sfesifikasi ) alat angkut yang digunakan dan kondisi medan yang dilalui (Yanto Indonesianto ,hal 58, 2005).
2. Lebar Jalan Angkut
Untuk menghitung lebar jalan angkut dibedakan menjadi dua macam yaitu lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut untuk belokan (tikungan). Penentuan lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut belokan dalam perhitungan berbeda, dimaksudkan untuk meningkatkan kelancaran dan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas (Syamsudin, hal 320, 2016).
1). Lebar Jalan Angkut Lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan jalur ganda atau lebih, menurut The American ossaciation of state highway dan transportasion officials (AASHTO) Manual Higway Design 1793, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari ketentuan tersebut dapat dilakukan dengan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan dengan menggunakan rumus:
n Wt
n 1
12 Wt
L (2.1) Keterangan:
L = Lebar jalan angkut minimum, (m) n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (total), m
Perumusan diatas digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n) nilai 0,5 di sini artinya yaitu lebar terbesar dari dump truck yang digunakan dan ukuran amanmasing- masing kendaraan di tepi kanan kiri jalan (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005).
Gambar 2.2
Sayatan Melintang Lebar Jalan Angkut Sumber: (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005) 2). Lebar Jalan Pada Tikungan
Lebar jalan tambang pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan mendasarkan pada:
a. Lebar jejak ban
b. Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok
c. Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan d. Jarak dari kedua tepi jalan.
Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar 2.3 dapat dihitung lebar jalan minimum pada belokan, yaitu seperti dibawah ini (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005).
Gambar 2.3
Gambar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Tikungan Sumber: (Yanto Indonesianto, hal 59, 2005)
Wn
UFaFbZ
C (2.2) Keterangan:W = Lebar jalan angkut pada belokan (m) N = jumlah jalur
U = Jarak jejak roda dump truck (m) Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar juntai belakang (m)
Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m)
C = Jarak antar truck (m) (Yanto Indonesianto, hal 58, 2005).
3). Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi )
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan ketinggian.
Menurut teori dari T. Atkinson D.I.C pada kondisi jalan yang kering, nilai
superelevasi merupakan harga maksimum 90 mm/m sedangkan kondisi jalan yang penuh lumpur atau licin superelevasinya terbesar 60 mm/m.
Bagian tikungan jalan perlu diberi superelevasi, yakni dengan cara meninggikan jalan pada sisi luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari/
mencegah kendaraan yang lewat tergelincir ke luar atau terguling. Untuk setiap kombinasi jari jari tikungan dan kecepatan kendaraan, terdapat super elevasi sfesifik yang dapat mengimbangi besarnya gaya senterifugal. Gaya sentrifugal bekerja diatas permukaan jalan melalui titik pertemuan roda luar dan lapisan perkerasan. Momen perlawanannya stabilizing moment (momen stabilisasi) yang timbul akibat titik berat kendaraan yang mengarah ke bawah ke titik pusat bumi. Kendaraan akan terguling apabila momen guling lebih besar dari momen stabilisasi.
Kemiringan jalan ini secara matematis merupakan perbandingan antara kenaikan tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menetukan besarnya kemiringan tikungan jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan yang melaluinya dan koefisien friksinya. seperti terlihat pada gambar gaya N mempunyai komponen vertical yang besarnya N cos Ø dan komponen horizontal yang besarnya N sin ø yang mengarah ke pusat sebagai gaya sentripetal. Jika V merupakan kecepatan dan R jari jari tikungan, maka sudut miring ø sebagai super elevasi jika dapat dihitung sebagai berikut:
N sin ø = (m. v²): R (2.3)
Karena tidak ada percepatan vartikal maka N cos ø = w sehingga dari kedua persamaan tersebut besarnya superelevasi adalah:
Tan ø = v² : (R.g), m/m atau mm/m (2.4) Keterangan :
v = kecepatan rencana km/jam R = radius tikungan, m
g = Gravitasi bumi, 9,8 m/det2.
Sehingga dengan mendasarkan rumus tersebut maka untuk menghindari terjadi slip, pada tikungan pada tikungan superelevasi sebesar 0,20 m/m atau mm/m (Yanto Indonesianto, hal 59, 2005):
Gambar 2.4
Gaya Sentrifugal Pada Tikungan Sumber: (Yanto Indonesianto, hal 59, 2005) 4). Kemiringan Jalan Tanjakan (Grade Resistance)
Kemiringan jalan angkut dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan menurun, yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan. Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman
maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemampuan dalam mengatasi tanjakan untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan jalan biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus satuan panjang jarak mendatar.
Tahanan kemiringan (grade resistance) ialah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Tahanan kemiringan tergantung dua faktor, yaitu:
a. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen.
b. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam ton.
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari rimpull untuk tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada kemiringan 1 %.
Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase, dimana kemiringan 1
% merupakan kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun 1 meter secara vertikal dalam jarak horizontal 100 meter. Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yanto Indonesianto, hal 60, 2005):
B h
x
x A Gambar 2.5 Perhitungan Kemiringan Jalan
(Sumber: Construction planning equipment, and method, 82 :1985)
(2.5)
Keterangan:
h: Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)
x: Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)
Secara umum kemiringan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkutnbesarnya besarnya antara 18% - 10%. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8% (4,5°) (Yanto Indonesianto, hal 60, 2005).
5). Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk penampang melintang cembung, dibuat demikian dengan tujuan untuk menghindari agar disaat hujan, air tidak tergenang pada jalan, dan tidak mengumpul pada permukaan jalan, hal ini sangat penting karena air yang tergenang pada permukaan jalan dapat membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat kerusakan jalan.
Maka pembuatan kemiringan melintang (cross slope) dilakukan dengan cara membuat bagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan.
Setelah mengetahui cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak vertical dan horintal dengan satuan mm/m, pada kontruksi jalan angkut surface mining cross slope dianjurkan mempunyai ketebalan antara ¼ sampai
100% x% h
Grade x
dengan ½ inch untuk tiap feet jarak horizontal atau sekitar 20 mm sampai 40 mm untuk tiap meter (Azwari, hal 94, 2016).
Gambar 2.6
Penampang Melintang Jalan Angkut Sumber: (Azwari, hal 94, 2016)
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertical (b) dan horizontal (a) dengan satuan mm/m, jalan angkut yang baik memiliki cross slope 40 mm/m. untuk menghitung penampang melintang dapat digunakan rumus sebagai berikut:
P= ½. L (2.6)
L : Lebar Jalan
2.1.3. Fasilitas Pendukung Kelancaran Dan Keselamatan Kerja
Perawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus,hal ini bertujuan untuk tidak terganggu kegiatan operasional penambangan yang akhirnya akan mengganggu kelancaran produksi.
Pada umumnya pemeliharan jalan tambang ditekankan pada kondisi jalan dan
pemeliharan saluran air (drainase). Pemeliharaan jalan yang baik,tetepi pemeliharaan drainase yang ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan sebaliknya.
Pada musim kemarau, lapisan permukaan akan berdebu yang sangat menggangu kenyamanan dan kesehatan pengemudi. Sedangkan pada musim penghujan, debu tersebut menjadi lumpur yang menggenangi jalan dan akibatnya jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat laju dari alat angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan mengurangi kecepatan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk keamanan dan keselamatan pengangkutan di sepanjang jalur jalan angkut menurut (Syamsudin Dkk, hal 20, 2017) yaitu:
1. Rambu-Rambu Pada Jalan Angkut
Lebih menjamin keamanan sehubung dengan dioperasikannya jalan angkut tambang, maka perlu dipasang rambu-rambu lalu lintas, rambu-rambu yang perlu dipasang antara lain:
a. Tanda belokan
b. Tanda persimpangan jalan
c. Peringatan adanya tanjakan maupun jalan menurun d. Kecepatan maksimum yang diizinkan
e. Tanda peringatan karena ada jalan yang licin, jembatan
2. Lampu Penerangan
Lampu penerangan mutlak harus dipasang apabila jalan angkut tambang digunakan pada malam hari. Biasanya pemasangan sarana penerangan dilakukan berdasarkan interval jarak dan tingkat bahayanya. Lampu-lampu tersebut dipasang antara lain pada:
a. Belokan
b. Persimpangan jalan
c. Tanjakan atau turunan tajam
d. Jalan yang berbatasan langsung dengan tebing 3. Tanggul Pengaman (safety berms)
Menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena kendaraan selip atau kerusakan rem atau karena sebab lain, maka pada jalan angkut tambang tersebut perlu dibuat tanggul jalan dikedua sisinya. Hal ini terutama biala jalan berbatasan langsung dengan daerah curam, sehingga bila terjadi dengan hal-hal yang tidak diinginkan alat angkut tidak terperosok ke daerah yang curam.
4. Parit (trench) Pada Jalan Angkut
Jalan angkut tambang harus diberi penirisan maupun gorong-gorong, karena air akan menggenangi permukaan jalan dan menyebabkan becek, berlumpur atau licin pada saat hujan. Ukuran sistem penirisan tergantung pada besarnya curah hujan, luas daerah pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanika material dan tempat membuang air. Penirisan di kiri-kanan jalan angkut sebaiknya dilengkapi dengan saluran penirisan dengan ukuran yang sesuai dengan jumlah curah hujan.
2.2 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang terdiri atas:
2.2.1. Input, Yaitu Data- Data Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian Ini Terdiri Dari:
2.2.1.1 Data Primer
a. Jarak dari front tambang ke stockpile b Jumlah Jalur yang digunakan
c. Geometri jalan angkut
1. Kebar jalan lurus dan tikungan 2. Kemiringan tikungan / superelevasi
3. Kemiringan jalan tanjakan/ grade resistance 4. Kemiringan melintang / cross slope .
d. Dokumen PT. Minemex Indonesia e. Data pengukuran langsung dilapangan 2.2.1.2 Data Sekunder
a. Peta situasi tambang pit B PT. Minemex Indonesia b. Peta Geologi PT. Minemex Indonesia
c. Peta Topografi PT. Minemex Indonesia d. Data spesifikasi alat angkut DT Scania P380 e. Koordinat IUP PT. Minemex Indonesia
2.2.2. Proses, Yaitu Teknik Pemecahan Masalah Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Yang Terdiri Atas:
Geometri jalan angkut:
1. Lebar jalan angkut a. Lebar jalan lurus b. Lebar jalan belokan
2. Kemiringan tikungan / superelevasi
3. Lemiringan jalan tanjakan/ grade resistance 4. Kemiringan melintang / cros slope .
2.2.3 Output, Yaitu Hasil Yang Diharapkan Dari Penelitian Ini, Yaitu:
a. Geometri jalan angkut dan rancangan jalan ideal dari front Penambangan menuju stockpile PT. minemex Indonesia.
Input
Data Primer: a. Jarak angkut dari front tambang ke stockpile blok B PT.
Minemex Indonesia b. Jumlah Jalur yang digunakan c. Geometri jalan angkut aktual Data Sekunder: a. Peta Geologi
b. Peta tofografi c. Peta situasi tambang
d. Sfesifikasi Dump Truck DT Scania 380
A
Proses
a. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT.
Minemex Indonesia.
b. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
c. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
Rumus yang digunakan:
Lebar jalan lurus :
L n Wt n 1 1 2 Wt
Lebar jalan pada tikungan : W= n ( U + Fa + Fb + Z))+ C Superlevasi : Tan ø = V² : (R.g), m/m atau mm/m Grade Resisten :
Grade (%): ∆ℎ
∆𝑥𝑥 100%
Cross Slope : P= ½. L
Output
Untuk mendapat geometri jalan angkut yang ideal sesuai dengan dimensi Dump Truck terbesar yang dugunakan di PT. Minemex Indonesia agar lalu lintas
berjalan lancar dan terhindar dari kecelakan kerja Gambar 2.7
Kerangka Konseptual
A
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan (applied research), yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu.
Menurut Sugiono (2009 : 10-11), penelitian terapan ini digolongkan dalam penggolongan menurut tujuan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Minemex Indonesia yang secara geografis terletak pada 103026’25”-1030 29’43,30” BT dan 2007’00”-2007’17,80” LS. Peta lokasi wilayah IUP Operasi Produksi PT. Minemex Indonesia.
1. Dari Padang, Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) kearah Sarolangun melalui Solok - Dhamasraya - Muara Bungo dengan jarak tempuh 479 km atau sekitar 8 jam.
2. Dari Jambi, Bandar Udara Sultan Taha Saipun kearah Kota Sarolangun dengan jarak tempuh 130 km atau sekitar 3 jam.
Dari Kota Sarolangun untuk menuju lokasi penambangan di Desa Talang Sedang Kecamatan Mandiangin dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan jarak ±50 km atau sekitar 1 jam
Gambar 3.1
Peta Lokasi IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan 01 Februari s/d 10 Februari 2018 di PT.
Minemex Indonesia.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah lebar jalan, superelevasi, kemiringan jalan produksi grade resistance dan cross slope.
3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data
Data yang di butuhkan pada penelitian ini adalah:
1. Data primer
Adalah data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, yang termasuk data primer pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Geometri jalan angkut dari front penambangan menuju stockpile PT. Minemex Indonesia.
2. Data sekunder
Merupakan data penunjang yang digunakan dalam perhitungan dan pengolahan data, diperoleh dari data-data yang sudah ada di PT. Minemex Indonesia, yang termasuk data sekunder pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Peta Situasi Tambang b. Peta Geologi
c. Peta Topografi
d. Sfesifikasi Dump Truck DT Scania P380 e. Foto Lapangan.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini:
1. Data primer: Yaitu data yang di dapatkan langsung dari lapangan oleh peneliti, sumber data ini adalah geometri jalan angkut dari front tambang ke stockpile PT. Minemex Indonesia.
2. Data Sekunder: Yaitu data yang diambil oleh peneliti dari dokumen- dokumen PT. Minemex Indonesia dan studi kepustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data di lakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Studi observasi
a. Pengukuran lebar jalan lurus secara langsung dilapangan menggunakan meteran.
b. Pengukuran lebar jalan pada tikungan menggunakan meteran secara manual dilapangan.
c. Pengukuran superlevasi secara langsung menggunakan waterpass dilapangan.
d. Pengukuran Grade secara langsung menggunakan waterpass.
e. Pengukuran secara langsung Cross Slope menggunakan waterpass
2. Studi pustaka, mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku- buku literatur dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan masalah.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
d. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B di PT. Minemex
Indonesia.
e. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
f. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia.
Rumus yang digunakan:
Lebar jalan lurus :
L n Wt n 1 1 2 Wt
Lebar jalan pada tikungan : W= n ( U + Fa + Fb + Z))+ C Superlevasi : Tan ø = V² : (R.g), m/m atau mm/m
Grade Resisten :
Grade (%): ∆ℎ
∆𝑥𝑥 100%
Cross Slope : P= ½. L 3.7 Analisa Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka dilakukan analisa data dari pengelohan data yang didapat selama melakukan penelelitian.
3.8 Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian seperti diagram alir penelitian di bawah ini
A
Identifikasi Masalah
a. Lebar jalan yang tidak sesuai dengan ukuran dimensi dump truck yang digunakan,sehingga menyebabkan antrian karena tidak bisa berpapasan.
b. Kemiringan pada tikungan mengarah ke arah luar tikungan sehingga bisa menyebabkan truck terpental pada saat dilewati
c. Kemiringan tanjakan yang curam yaitu 19°
d. Air tergenang di badan jalan pada saat hujan croos slopenya tidak ada menyebabkan jalan rusak dan licin
Tujuan
1. Mengungkapkan geometri jalan angkut aktual setiap segmen dari front tambang menuju stockpile pada penambangan batubara Blok B PT. Minemex Indonesia.
2. Mendapatkan hasil analisis geometri jalan ideal setiap segmen dari front penambangan menuju stockpile pada Blok B PT. Minemex Indonesia
3. Mendapatkan rancangan geometri jalan angkut ideal pada penambangan batubara Blok B PT. Minemex Indonesia
Evaluasi Geometri Jalan Angkut Dari Front Menuju Stockpile Pada Penambangan Batubara Blok B PT. Minemex
Indonesia Desa Talang Serdang Mandiangin Jambi.
A
B
Data Primer 1. Jarak dari front
penambangan ke stockpille 2. Jumlah jalur..
3. Geometri jalan angkut PT Minemex Indonesia.
Data Sekunder 1. Spesifikasi dump
truck DT Scania 380
2. Peta situasi tambang.
3. Peta geologi tambang 4. Koordinat IUP
PT. Minemex Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Geometri jalan angkut (dengan persamaan Yanto Indonesianto) a. Lebar jalan Angkut
b. superelevasi c. grade d. cross slope
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
B
Analisa Data
1 Menganalisis dan merancang geometri jalan angkut ideal pada PT. Minemex Indonesia
Hasil
Sebagai Bahan Evaluasi Perusahaan.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian, yaitu secara berurutan tentang deskripsi data, pengolahan data, dan pembahasan.
4.1. Pengumpulan Data
Dari hasil pengumpulan data berikut adalah data-data yang dikumpulkan:
4.1.1 Data Primer
Data primer pada penelitian ini meliputi:
a. Panjang Jalan Dari Front Tambang Ke Stockpile Blok B PT. Minemex Indonesia Adalah 1200 M atau 1,2 km.
b. Lebar Jalan Lurus Aktual PT. MMI
Tabel 4.1
Data Lebar Jalan Lurus aktual PT. Minemex Indonesia No Segmen
Lebar jalan(m)
Cross Slope Aktual
Kemiringan Tanjakan
Aktual
Keterangan
1 1 6
0°
Dua Jalur
2 6,6 Dua Jalur
3 6,7 Dua Jalur
4 2 12
1°
Dua Jalur
5 11 Dua Jalur
6 10,6 Dua Jalur
7 3 7,7
1°
Dua Jalur
8 6,7 Dua Jalur
9 8,7 Dua Jalur
10 4 11,3
0°
Dua Jalur
11 11,6 Dua Jalur
31
12 9,1 Dua Jalur
13 5 8,1
0°
Dua Jalur
14 11,6 Dua Jalur
15 6 12,9
1°
Dua Jalur
16 7,67 Dua Jalur
17 5,97 Dua Jalur
18 7 7,04
0°
Dua Jalur
19 7,29 19° Dua Jalur
20 8 5,2 19° Dua Jalur
21 6,98 1,5° Dua Jalur
22 9 5,3
0°
Dua Jalur
23 7,8 Dua Jalur
24 10,75 Dua Jalur
25 10 10,75
1°
Dua Jalur
26 10,7 Dua Jalur
27 10,03 Dua Jalur
Gambar 4.1
Pengukuran Jalan Aktual Di Lapangan
c. Sfesifikasi Alat Angkut Scania P 380 Tabel 4.2
Sfesifikasi Alat Dump truck Scania P 380 Lebar Alat Angkut 2600 mm Tinggi Alat Angkut 3640 mm Panjang Alat Angkut 9205 mm
Radius Tikungan 8,7
Jarak jejak Roda 2460
Lebai juntai depan 0,35 cm Lebai Juntai Belakang 0,70 cm
d. Lebar Jalan Tikungan Aktual PT.MMI Tabel 4.3
Data Lebar Jalan Tikungan Aktual No
Titik Pengukuran
Lebar Jalan Pada
Tikungan (m) Superelevasi Keterangan
1 tikungan 1 8,3 0° Dua Jalur
2 tikungan 2 5,27 2° Dua Jalur
3 tikungan 3 7,3 1° Dua Jalur
e. Pengukuran Superelevasi Aktual PT. MMI
Kemiringan jalan tikungan/ Superelevasi pada beberapa titik pengukuran pada PT. Minemex Indonesia.
Tabel. 4.4
Data Pengukuran Superelevasi Aktual PT.MMI No Superelevasi(°)
1 0°
0°
2
2°
4°
3
1°
3°
Gambar 4.2
Pengukuran Superelevasi Aktual Di Lapangan PT. MMI f. Pengukuran Grade Resisten Aktual Di Ladangan PT.MMI
Kemiringan tanjakan/Grade Resisten pada PT. Minemex Indonesia adalah 19°
Tabel 4.5
Data Pengukuran Grade Resisten No Grade Resisten %
1 19°
Gambar 4.3
Pengukuran Grade Resisten Aktual PT. MMI
g. Pengukuran Cross Slope Aktual PT. MMI
Data hasil pengukuran kemiringan melintang/ cross slope PT. Minemex Indoensia
Tabel. 4.6
Data Pengukuran Cross slope Aktual NO Cross Slope
1 1°
2 0°
3 1°
4 0°
Gambar 4.4
Pengukuran Cross Slope Aktual PT. MMI
h. Pengukuran Tanggul Pengaman ( Safety Berm) Tabel. 4.7
Data Pengukuran Pengaman ( Safety Berm) No Tinggi Tanggul Lebar Tanggul
1 90 cm 1,34 m
2 95 cm 1,28 m
Gambar 4.5
Pengukuran Tanggul Pengaman PT. MMI 4.1.2 Data Sekunder
a. Peta Geologi PT. Minemex Indonesia . b. Peta Situasi Tambang.
c. Peta Koordinat IUP.
d. Spesifikasi Alat-alat angkut Scania P380 e. Peta Topografi
4.2. Pengolahan Data
a. Perhitungan Lebar Jalan Lurus
1. Lebar Jalan Lurus Aktual PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan di PT. Minemex Indonesia lebar jalan lurus aktul antara 5 meter sampai dengan 12 meter.
2. Lebar Jalan Lurus Berdasarkan Teori
Penentuan lebar jalan angkut tambang didasarkan pada unit alat angkut yang memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi saat itu pada jalan tambang. Berdasarkan pengukuran aktual, dump truck Scania P380 mempunyai lebar 2,600 meter.
n Wt
n 1
12 Wt
L
Jadi lebar jalan angkut Ideal pada PT. Minemex Indonesia berdasarkan teori adalah 9,1 meter.
b. Perhitungan Lebar Jalan Pada Tikungan
1. Lebar Jalan Pada Tikungan Aktual PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan di PT. Minemex Indonesia lebar jalan pada tikungan aktual antara 5 meter sampai 8 meter.
2. Lebar Jalan Pada Tikungan Berdasarkan Teori
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus,hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan truck saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda dapat menggunakan persamaan berikut.
meter 100
, 9
900 , 3 200 , 5
300 , 1 3 200 , 5
2,600 12
1 2 600 , 2 2 L
W = n ( U + Fa + Fb + Z))+ C
meter 220
, 12
110 , 6 2
300 , 1 810 , 4 2
300 , 1 1,300 70
, 0 35 , 0 2,460 2
W
Lebar jalan ideal pada tikungan berdasarkan teori pada PT. Minemex Indonesia adalah 12,220 meter.
c. Perhitungan Kemiringan Pada Tikungan (Superelevasi)
1. Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi) Aktual Pada PT. MMI Berdasarkan pengukuran di lapangan kemiringan jalan pada tikungan superelevasi pada PT. Minemex Indonesia sebesar 0°sampai dengan 4°.
2. Kemiringan Jalan Pada Tikungan Superelevasi Berdasarkan Teori Jari Jari Tikungan
R =
WbSin ∝
=
4,053𝑆𝑖𝑛 15°
=
4,0530,258
m
= 15, 65 meter
Tan ø = v² : (R.g), m/m atau mm/m Tan ∅ = 202 km/ jam : (15,65 m × 9,8 m/det2)
= 400 𝑘𝑚2/ jam2 :153,37 m2 /det2
= ( 400 𝑥 106 m2/jam2 : 153,37 m2/det2
= ( 4.108 𝑚²
12.560.000 𝑑𝑒𝑡 ²) : 153, 37 m2/det2
= ( 400.000.000 𝑚2/12.960.000) : 153,37 m2/det2
= 30,86 : 153,37 = 0,201
= 11,36°
d. Kemiringan Jalan Tanjakan (Grade Resisten) 1. Kemiringan Grade Resisten Aktual di PT. MMI
Berdasarkan pengukuran di lapangan kemiringan grade resisten pada PT.
Minemex Indoenesia Grade% =∆h
∆x
X 100 %
B 32,55 m
A 94,55 m
Gambar 4.6 Kemiringan Jalan Aktual
Grade % = 32,55
94,55
× 100 %
= 34,42 % = 19°
2. Kemiringan Grade Resisten Berdasarkan Teori
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10 % sampai 18 %. Akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan
maksimum sebesar 8 % ( 4.5º ). menurut buku Yanto Indonesianto (2005, hal 60).
e. Kemiringan Melintang (Cross Slope)
1. Berdasarkan pengukuran di lapangan kemiringan melintang aktual (Cross Slope) pada PT. Minemex Indoenesia sebesar 0°-1°.
2. Kemiringan melintang Cross slope berdasarkan teori
Z. Pengukuran Tanggul Pengaman ( Safety Berm)
1. Berdasarkan pengukuran di lapangan tinggi tanggul pengaman adalah 90-95 cm dan lebar 1,28 m.
2. Safety Berm berdasarkan teori
Safety berm yang aman berdasarkan teori adalah setengah dari tinggi roda yang digunakan agar apabila terjadi rem belong, tanggung bisa menahan laju kendaraan agar tidak jatuh ke jurang.
mm 02 , 20
mm/m 2 , 200
mm/m 44 M 55 , 4 b
M 55 , 4
9,100 12
P
BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.2. Geometri Jalan Angkut Yang Ideal 1. Analisa Perhitungan Jalan Angkut Lurus
Tabel. 5.1
Evaluasi Perhitungan Jalan Angkut lurus Ideal No
Seg men
Lebar Jalan Lurus Aktual
(m)
Lebar jalan lurus Ideal
( m)
Lebar Jalan Yang Harus Diperbaiki
(m)
Cross Slope Ideal
Kemiring an Tanjakan
Ideal
Keterang an
1
1
6 9,1 -3,1
20,02 mm
Dua Jalur
2 6,6 9,1 -2,5 Dua Jalur
3 6,7 9,1 -2,4 Dua Jalur
4
2
12 9,1 2,9
20,02 mm
Dua Jalur
5 11 9,1 1,9 Dua Jalur
6 10,6 9,1 1,5 Dua Jalur
7
3
7,7 9,1 -1,4
20,02 mm
Dua Jalur
8 6,7 9,1 -2,4 Dua Jalur
9 8,7 9,1 -0,4 Dua Jalur
10 4
11,3 9,1 2,2 20,02
mm
Dua Jalur
11 11,6 9,1 2,5 Dua Jalur
12 9,1 9,1 0 Dua Jalur
13 5 8,1 9,1 -1 20,02
mm
Dua Jalur
14 11,6 9,1 2,5 Dua Jalur
15 6
12,9 9,1 3,8 20,02
mm
Dua Jalur
16 7,67 9,1 -1,43 Dua Jalur
17 5,97 9,1 -3,13 Dua Jalur
18 7 7,04 9,1 -2,06 20,02
mm
Dua Jalur
19 7,29 9,1 -1,81 4,5° Dua Jalur
20 8 5,2 9,1 -3,9 20,02
mm
Dua Jalur
21 6,98 9,1 -2,12 4,5° Dua Jalur
22 9
5,3 9,1 -3,8
20,02 mm
Dua Jalur
23 7,8 9,1 -1,3 Dua Jalur
24 10,75 9,1 1,65 Dua Jalur
41
25
10
10,75 9,1 1,65
20,02 mm
Dua Jalur
26 10,7 9,1 1,6 Dua Jalur
27 10,03 9,1 0,93 Dua Jalur
Hasil analisa perhitungan lebar jalan lurus secara teori mengunakan dump truck terbesar pada PT. Minemex Indonesia yaitu scania P380 lebar jalannya ideal adalah 9,1 meter, sedangkan dari data aktual masih banyak lebar jalan yang belum memenuhi standar minimum dilihat pada Tabel 5.1, maka perlu dilakukan pelebaran jalan agar aktivitas pengangkutan operasi produksi maupun pengangkutan overburden pada PT. Minenex Indonesia berjalan dengan lancar dan terhindar dari kecelakaan kerja.
Gambar 5.1 Bentuk Penampang Dari Lebar Jalan Lurus
2. Analisis Lebar Jalan Angkut Pada tikungan Tabel 5.2
Analisis lebar Jalan Pada Tikungan
No
Titik Penguku
ran
Lebar Jalan Pada Tikungan Aktual(m)
Lebar Jalan Tikungan Ideal (m)
Panambah an Lebar
Jalan ideal(m)
Superelevasi Keterangan
1
tikungan
1 8,3 12,2 -3,9 11,36° Dua Jalur
2
tikungan
2 5,27 12,2 -6,93 11,36° Dua Jalur
3
tikungan
3 7,3 12,2 -4,9 11,36° Dua Jalur
Dari hasil perhitungan secara teori lebar jalan tikungan ideal adalah 12,2 meter, sedangkan secara aktual di lapangan jalan pada PT. MMI belum memenuhi standar minimum, maka lebar jalan pada tikungan pada PT. MMI perlu dilakukan penambahan lebar jalan pada tikungan demi keamanan dan kelancaran lalu pada kegiatan pengangkutan, penambahan lebar jalan pada tikungan pertama sebesar 3,9 meter, pada tikungan ke dua dilakukan penambahan jalan pada tikungan sebesar 6,93 meter, kemudian pada tikungan ketiga dilakukan penambahan sebesar 4,9 meter dilihat pada tabel 5.2.
3. Analisis Kemiringan Jalan Pada Tikungan ( Superelevasi)
Dari hasil analisis data secara teori kemiringan pada tikungan (Superelevasi)di PT.MMI adalah 11,36°, sedangkan kemiringan ( Superelevasi) aktual pada PT. MMI adalah sebesar 0°-4°, maka perlu dilakukan perbaikan agar kendaraan yang melintas pada tikungan tersebut terhindar dari kecelakaan kerja,