• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

ISBN: 978-602-7998-43-8

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN

EKONOMI PERDESAAN I

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

(2)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

Penanggung Jawab:

Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura

Editor:

Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014

(3)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

Katalog dalam Terbitan

Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, UTM Press 2014

viii + 396 hlm.; 17x24 cm

ISBN 978-602-7998-43-8

Editor: : Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati Layouter : Taufik R D A Nugroho Cover design : Didik Purwanto

Penerbit : UTM Press

* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan

Telp : 031-3013234 Fax : 031-3011506

(4)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei 2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan.

Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi, SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono, PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo. Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis, sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.

Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).

Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

Bangkalan, Juni 2014. Ketua Panitia,

(5)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ... iv DAFTAR ISI ... v

AGRIBISNIS

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA ... 3 P. Julius F. Nagel

TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK PERTANIAN ... 14

Joko Mariyono

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ... 21

Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra

PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN ... 32

Renny Oktafia

PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ... 41

I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ... 57

Selamet Joko Utomo

RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ... 68

Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani

KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ... 83

Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ... 107

Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho

SOSIOLOGI

RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ... 121

(6)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ... 133

Isbandi dan S.Rusdiana

RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR ... 146

Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO ... 159

Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di Kota Malang) ... 168

Ike Kusdyah Rachmawati

PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ... 181

Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ... 194

Mohamad Ikbal Bahua

NILAI TAMBAH

PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ... 213

Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI KABUPATEN BANGKALAN ... 224

Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari

STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN ... 234

Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari

INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL ... 250

(7)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ... 258

Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati

UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ... 270

Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari

POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ... 280 Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati

PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK ... 290

Sri Hastuti

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI MADURA301

Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KABUPATEN BANGKALAN ... 312

Iffan Maflahah

SOSIAL EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ... 331

Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini

PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN ... 343

Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO ... 351

Eni Istiyanti, Lestari Rahayu,Supriyadi

VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ... 367 Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko Mariyono

ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI INDONESIA ... 381

Tutik Setyawati

KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ... 389

(8)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT)

Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, dan Ali Imron Universitas Negeri Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Sosiologi Tita.hikmawan@gmail.com, asrofin11@gmail.com, erwinmera@yahoo.co.id, dan

aimron8883@gmail.com

ABSTRAK

Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu ikon penting yang tengah gencar dilakukan oleh sejumlah instansi baik daerah maupun pusat, seperti halnya program PNPM M (Program Nasional Pembangunan Masyarakat Mandiri) Perdesaan maupun Perkotaan. Pada program PNPM MP dibutuhkan adanya korelasi antara pemberi program dengan masyarakat agar target yang ingin dicapai dapat terselenggara baik. Masyarakat perdesaan terutamanya, akan jarang sekali mau melakukan program baru ketika tidak ada aktor yang mengawalinya terlebih dahulu. Hal ini terjadi pula di Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik. Masyarakat perdesaan yang bergerak di sektor pertanian diberdayakan untuk membuat produk unggulan dan variatif yaitu olahan terong. Pada artikel ini, muncul adanya hubungan atau relasi dari aktor masyarakat bekerjasama dengan pemerintah setempat serta penggerak PNPM MP berusaha mewujudkan ide yang secara bottom up diprakarsai oleh aktor masyarakat. Relasi inilah yang selanjutnya berpengaruh dalam pelaksanaan pemberdayaan sekaligus pemasaran produk Terra (Terong Rakyat) dari Desa Sidojangkung, Menganti, Gresik.

Kata kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Perdesaan, Relasi Aktor, Terra (Terong

Rakyat)

RELATIONS ACTORS IN COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH TERRA PRODUCTS (EGGPLANTS FOLK)

ABSTRACT

Community empowerment to become one of the important central icon repeatedly committed by a number of agencies as well as Centre areas, as does the program PNPM M (National Independent Community Development Program) the rural as well as urban areas. On the program PNPM MP required the existence of a correlation between its programs with the community in order for the target to be achieved can be made good. Rural community primarily, will rarely want to do a new program when there is no actor who first first. This happens also in the village Sidojangkung, Menganti district, Gresik Regency. Rural communities engaged in the agricultural sector are empowered to create excellent products and variaty. In this article, appear to relation or relation of the actors of society in cooperation with the local government as well as the drivers of the PNPM MP trying to embody the idea that are bottom up initiated by community actors. This partnership is further influenced in the implementation of empowerment as well as product marketing Terra (Eggplant people) from the village of Sidojangkung, Menganti, Gresik.

(9)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

PENDAHULUAN

Desa merupakan wilayah yang berbeda dengan perkotaan, dimana lingkungan alamnya yang masih alami dan masyarakatnya yang masih tradisional serta masih memegang teguh adat radisi masyarakat setempat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan. (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/pengertian%20desa. htm, diakses 15 April 2014).

Desa yang memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas harus dikembangkan ke arah desa mandiri (desa swasembada), yaitu desa yang memiliki adat istiadat yang tidak mengikat, hubungan antar manusia yang bersifat rasional, mata pencaharian penduduk yang sudah beraneka ragam dan bergerak di sektor tersier, teknologi baru yang sudah benar-benar dimanfaatkan di bidang pertanian, sehingga produktifitasnya tinggi, diimbangi dengan sarana dan prasarana desa yang cukup (Kartasapoetro, G, dkk, 2007: 210).

Hal tersebut bisa dicapai dengan cara melakuan berbagai program pembangunan di berbagai sektor mulai dari sektor pertanian, ekonomi, sosial, dan budaya. Salah satu usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat desa adalah program pemberdayaan. Pemberdayaan harus mengikutsertakan masyarakat sebagai subjek bukan sebagai objek dengan cara menampung inisiatif dari warga masyarakat desa. Dapat dikatakan bahwa masyarakat tidak lagi berperan sebagai penerima kebijakan yang sifatnya top down (dari atas ke bawah) namun juga bottom up (dari bawah ke atas) dengan mengembangkan ide dan potensi yang disarankan oleh masyarakat. Mereka didorong untuk menciptakan suatu ide kreatif dalam pemberdayaan tersebut, jadi pembangunan akan bersifat dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

Salah satu contoh pemberdayaan yang ada di masyarakat desa adalah yang ada di Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik. Pemberdayaan ini memanfaatkan potensi desa sebagai salah desa penghasil terong selain produk pertanian utama, yaitu: padi dan jagung. Pemberdayaan ini menghasilkan produk-produk makanan dan minuman seperti: es krim terong, sari terong, bolu terong, nugget terong, dan berbagai produk olahan kue serta minuman berbahan dasar terong. Pemberdayaan ini di beri nama Republik Terra (terong Rakyat).

Pemberdayaan ini berawal dari program PNPM sebagai penyokong awal dari adanya program pemberdayaan Republik Terra (Terong Rakyat) ini. Namun, dalam perkembanganya pemberdayaan ini banyak didukung oleh pihak-pihak lain seperti Disnaker (Dinas Tenaga Kerja), Dinas Sosial serta beberapa dinas lain yang turut serta

(10)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

menjadikan olahan terong ini sebagai salah satu hidangan pada kegiatan mereka. Pemberdayaan ini bermula dari tiga tahun lalu dimana program pemberdayaan ini merupakan pengembangan program PNPM Mandiri Perkotaan. Pada proses awal pemberdayaan, memang sangat sulit untuk membangkitkan inisiatif warga agar ikut serta. Namun, setelah ada beberapa prestasi yang didapat dari program pemberdayaan ini, seperti menjadi juara dua dalam salah satu even tingkat provinsi menyebabkan banyak warga mulai tertarik untuk bergabung dengan kelompok pemberdayaan ini.

Sebagai pembanding penulis, hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Materi pembanding pertama yaitu jurnal yang ditulis oleh Jack Mangowal tentang “Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Meningkatkan Pengembangan Ekonomi Pedesaan Di Desa Tumani Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan”. Penelitian ini menjelaskan tentang usaha tani atau pertanian yang belum banyak memberikan manfaat bagi peningkatan taraf hidup masyarakat petani sehingga muncul ide pemberdayaan untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada mereka agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya sendiri.

Ada pula jurnal yang ditulis oleh Valeriana Darwis dan I Wayan Rusastra, berjudul “Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Program PUAP Dengan Desa Mandiri Pangan”. Penelitian ini membahas tentang pemberdayaan menggunakan pendekatan pesinergian antara program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian) dengan program Demapan (Desa Mandiri Pangan) dalam rangka meningkatkan koordinasi dan mengoptimalkan kinerja di tingkat masyarakat perdesaan. Selain itu, terdapat pula artikel yang ditulis oleh Ketut Gede Mudiarta “Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat”. Dalam penelitian ini, ia mencoba menggabungkan dua bidang ilmu antara ekonomi dan sosiologi dalam melakukan pendekatan analisis fenomena yang ada di dalam masyarakat, yang melahirkan perspektif terkait aspek produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang, jasa, dan sumber daya, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraan.

Dari beberapa contoh penelitian di atas, tampak para pelakunya atau pemberi program hanya memberikan pemahaman tentang mencari solusi atau ide pemberdayaan sehingga hal tersebut sebatas memahami persoalan dan mencari solusi, tanpa disertai contoh action dari masyarakat sendiri. Berbeda dengan penelitian pemberdayaan yang peneliti lakukan, pada penelitian kali ini, peneliti memberikan gambaran secara nyata bahwa pemberdayaan Republik Terong dengan produk Terra (Terong Rakyat) ini benar adanya dan masih berjalan hingga saat ini serta terus dikembangkan oleh para aktor-aktor pemberdayaan.

Penelitian ini berusaha memberikan deskripsi kepada pembaca bahwa terdapat pemberdayaan di Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, yang mengangkat potensi desa sebagai penghasil terong dan menjadikan terong tersebut menjadi produk yang laku di pasaran selain hanya memanfaatkannya sebagai teman

(11)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

antara pihak desa, pemberi program, sekaligus masyarakat pada pemberdayaan. Mengingat seringkali terjadi ketidaksinambungan dalam pemberdayaan baik antara pemerintah desa, masyarakat, dan pihak di luar pemerintah desa yang ingin melakukan pengembangan.

Seperti halnya yang terjadi di Kota Kediri, Jawa Timur, dimana terdapat pemberdayaan perempuan desa dengan melakukan pemberdayaan melalui penanaman tanaman obat keluarga (toga) sebagai salah satu alternatif produk selain rokok linting di luar produksi perusahaan. Pemberdayaan ini telah didanai penuh oleh perusahaan rokok Gudang Garam namun dari pemerintahnya sendiri justru tidak memberikan kontribusi dukungan apapun, mereka hanya diam dan membiarkan masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui bila seringkali pemberdayaan membuat satu sisi aktor merasa terbebani dengan tanggung jawab melakukan perubahan melalui aksi namun di sisi lain, aktor pemerintah justru tidak memberikan kontribusi dan cenderung menurunkan semangat masyarakat untuk semakin berkembang. Hal inilah yang ingin diteliti lebih jauh pada penelitian kali ini, apakah hal serupa akan terjadi pula di Sidojangkung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami relasi 3 aktor, yaitu pihak LKM Citra Abadi (sebagai aktor pemberdayaan dari program PNPM Mandiri Perkotaan), pemerintah desa, dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk menjelaskan relasi yang ada tersebut secara purposive dengan melakukan pertimbangan atas pemilihan subyek wawancara. Sekaligus pada penelitian kali ini, peneliti juga melakukan pendekatan fenomenologi, dimana dalam pola pikir subjektif dengan tidak hanya memandang dari gejala yang tampak tetapi berusaha mengenali makna di balik gejala tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat sebagai cross check atas informasi yang diberikan oleh pihak aktor yang sebelumnya telah diambil informasinya.

Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa saja yang memenuhi syarat untuk dijadikan informan. Subyek dalam penelitian ini antara lain Kepala Desa yang mewaliki pihak pemerintah setempat, kemudian pengurus LKM Citra Abadi sebagai agen penggerak program pemberdayaan. Di samping itu untuk melengkapi data juga diambil informan dari masyarakat, yang keseluruhannya mewakili kepentingan berbeda-beda.

Untuk mengawali penelitian peneliti terlebih dahulu melakukan observasi kemudian melakukan wawancara secara in-dept interview dan pada akhirnya dilakukan analisis data menggunakan matriks untuk mengetahui relasi yang terjadi diantara ketiga variabel. Dengan bantuan matriks akan mempermudah pembaca untuk melihat bagaimana keterkaitan dan peran dari masing-masing variable, yaitu antara pemerintah lokal desa, LKM Citra Abadi dan masyarakat Sidojangkung. Pada kesimpulannya nanti akan diketahui mengenai ketercapaian program pemberdayaan tersebut dan diketahui pula posisi masyarakat dalam program pemberdayaan tersebut.

(12)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

Untuk menghasilkan hasil yang valid, peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik sebagai salah satu daerah yang telah mengembangkan konsep pemberdayaan sekaligus pemanfaatan tumbuhan hasil pertanian secara lebih variatif. Kemudian, kegiatan analisis data dilakukan menggunakan deskriptif analitis dengan pencatatan data yang terkumpul dalam bentuk field note. Dari hasil field note akan dikategorisasikan dalam matrik-matrik untuk membentuk kategorisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan data, baru langkah berikutnya yaitu: melakukan interpretasi teoritis dengan dialektika tiga momentum aktor dari Peter L. Berger.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Sidojangkung terlihat dalam observasi lapangan yang peneliti lakukan merupakan daerah pedesaan di perbatasan Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya. Kondisi lingkungannya tampak beberapa lahan pertanian yang ditanami padi, jagung dan terong. Desa Sidojangkung secara geografis terletak di sebelah selatan pusat pemerintahan Gresik, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kota Surabaya. Secara administrasi, Desa Sidojangkung masuk dalam wilayah Kecamatan Menganti yang diapit 2 Kecamatan yakni Driyorejo dan Cerme. Kecamatan Menganti merupakan areal hijau (green area) karena masih banyak lahan pertanian produktif.

Menurut data statistik (Kecamatan Menganti dalam angka 2012), Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik memiliki luas wilayah 2,00 Km2, dengan jumlah penduduk 4.541 jiwa, luas lahan garap 200,08 ha, crah hujan 22,38 mm per hari, dan tadah hujan 60,98 ha, merupakan sebuah daerah yang memang masih dapat dikatakan sebagai daerah yang perlu untuk mendapatkan perhatian lebih dalam tentang peningkatan sumber daya manusia. Melihat letak geografis dan tipografis masyarakat, sesungguhnya banyak potensi alam yang terdapat di Sidojangkung, namun warga setempat kurang mampu memanfaatkan potensi yang ada secara efektif akibat keterbatasan pengalaman dan pendidikan yang cukup.

Informan pertama yaitu Ibu Dyah Prasasti merupakan salah satu aktor program pemberdayaan yang berasal dari masyarakat. Informan menyatakan bila awalnya terdapat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan masuk pada tahun 2009 di Desa Sidojangkung, mereka terdorong untuk menggali potensi yang ada dengan memunculkan suatu produk unggulan desa, yang kemudian bisa memberikan pendapatan ekonomi bagi masyarakat khususnya warga miskin. Melalui Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Citra Abadi sebagai institutisi formal dan legal, yang dibentuk oleh masyarakat dan memiliki model kepemimpinan kolektif, mereka menghimpun seluruh komponen masyarakat untuk memetakan potensi yang ada di Desa Sidojangkung. Diperlukan adanya tahapan pemetaan teori potensi dalam suatu daerah. Adapun potongan paparan informan pada sesi wawancara yaitu:

“…untuk mengembangkan sebuah kemampuan dari suatu daerah perlu adanya kesadaran diri terlebih dahulu, apapun itu potensimu kembangkanlah, perluas pengetahuan dan pengalaman.. Itu prinsip yang saya pegang dalam

(13)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

mengembangkan program pemberdayaan ini, jadi pemetaan potensi itu penting.”

Melihat letak geografis dan tipografi masyarakat, sesungguhnya banyak potensi alam yang terdapat di Sidojangkung. Namun, warga setempat kurang mampu memanfaatkan potensi yang ada secara efektif dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pendidikan yang cukup (http://www.p2kp.org/ksmdetil.asp?mid=39&catid=2&, 16 April 2014).

Warga Desa Sidojangkung kebanyakan masih berpendidikan rendah, mayoritas lulusan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Hanya ada sedikit warga yang mampu menempuh pendidikan tinggi. Dengan kepemilikan jaringan sosial dari sosok informan yang notabene merupakan salah satu aktor terdidik, produk dan program pemberdayaan desa Sidojangkung mampu memperluas pemasarannya. Sering pula terdapat beberapa pelatihan olahan terong yang dilakukan warga di Dinas Tenaga Kerja tempat dimana informan bekerja. Informan juga sering memasarkan produk olahan terong kepada rekan kerjanya sehingga warga sering menerima pesanan ketika ada rapat-rapat dalam jumlah yang cukup banyak.

Beberapa produk olahan terong antara lain sari terong, ice krim, pudding, nugget, selai, roti boy, rainbow cake, dodol, nastar, brownis, dan kabin rougut yang semuanya berbahan dasar terong. Dalam pembuatan olahan terong masih dilakukan di rumah warga, belum ada tempat khusus yang memproduksi olahan terong tersebut. Dalam pembuatan produk ini, dikelompokkan dalam beberapa tempat dalam kelompok masyarakat yang dispesialisasikan dalam satu produk saja. Ketika ada pesanan mereka baru membuat produk tersebut. Kadar gas yang ada dalam buah terong membuat mereka tidak mampu memproduksi produk dalam jumlah banyak dan dipasarkan secara umum. Olahan terong dari Terra (Terong Rakyat) tidak mampu bertahan lama, selain tidak mengandung pengawet, kadar gas yang tinggi tersebut membuat olahan terong menjadi lekas busuk sehingga mereka hanya akan produksi kalau ada pesanan.

Produksi olahan terong baru pertama kali ada di Desa Sidojangkung dan ini benar-benar produk orisinil dari warga, belum pernah ada orang yang berusaha mengembangkan produksi terong. Sehingga memunculkan ide dari mereka untuk membuat sebuah outlet sendiri yang menjual berbagai macam hasil olahan tersebut. Tetapi karena terhalang oleh dana maka keinginan tersebut belum mampu terealisasikan. Selain itu juga ada beberapa rencana yang harus ditunda karena keterbatasan dana. Dana yang mereka gunakan untuk mengembangkan program tersebut dari pendanaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perkotaan. Menganti dimasukkan dalam kategori cakupan PNPM perkotaan seperti daerah yaitu Driyorejo yang juga masuk dalam wilayah Kabupaten Gresik.

Dalam pemasarannya mereka juga sering ikut dalam event pameran-pameran yang diadakan instansi pemerintah daerah sampai pusat dan instansi swasta. Begitu pula event lomba untuk produk masyarakat selalu diikuti dan banyak penghargaan yang diterima dari produk olahan terong dalam even perlombaan tersebut. Selain itu mereka juga memanfaatkan media promosi seperti iklan seperti membuat brosur atau pamflet.

(14)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

Yang paling besar pengaruhnya dengan pemasaran dari mulut ke mulut yang gencar dilakukan baik di lingkungan desa melalui pemerintah desa, jama’ah yasin dan tahlil, perkumpulan ibu-ibu PKK dan karang taruna.

Olahan terong tersebut dikenalkan melalui instansi pemerintah kabupaten dan organisasi-organisasi masyarakat yang ada sehingga cukup banyak kegiatan-kegiatan instansi yang memilih produk olahan terong untuk paket konsumsi kegiatan mereka. Memang untuk jumlah pemasaran masih terbilang sedikit karena belum sampai pada target yang mereka inginkan dikarenakan jangkauan pasarnya belum luas dikenal masyarakat dan permodalan dalam usaha ini masih lemah.

Sampai saat ini program pemberdayaan tersebut sudah dapat dibilang mampu untuk memberdayaan masyarakat sasaran. Masyarakat yang memang tergolong miskin dan memang hanya mengandalkan alam sebagai sumber pendapatan mereka. Kebanyakan dari mereka yang ikut menjadi anggota KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Sidojangkung Bestari tetapi yang juga secara aktif berperan serta dalam kegiatan terbilang sedikit. Kemungkinan mereka tidak sabar menjalani beberapa tahapan proses pemberdayaan. Masyarakat sekarang cenderung hanya tidak bisa menghargai adanya sebuah proses, mereka terbiasa dengan sesuatu yang instan. Melihat potensi yang ada, Desa Sidojangkung memiliki potensi yang cukup kuat untuk mengembangkan produk olahan terong dengan mengusung Republik Terong atau Terong Rakyat (Terra). Usaha produksi tersebut dapat berkembang pesat karena ketersediaan bahan baku yang mudah didapat.

Informasi dari informan pertama turut didukung oleh salah satu perwakilan kesekretariatan LKM Citra Abadi yang berasal dari kalangan muda masyarakat Desa Sidojangkung yaitu Lilis (informan kedua). Untuk menjalankan program pemberdayaan ini memang sangatlah diperlukan kejelian. Di samping membutuhkan kesabaran dalam memperoleh hasilnya juga diperlukan peran serta aktif dari masyarakat. Pada kenyataannya banyak kendala dihadapi oleh LKM selaku penggerak pemberdayaan ke masyarakat, mulai dari bahan baku yang panennya musiman, kurang responsifnya masyarakat terhadap pemberdayaan, dan produksi yang hanya dilakukan setelah ada pemesanan membuat beberapa anggota masyarakat yang dulunya bergabung mulai menurun semangatnya. Terkait dengan pembagian hasil memang tidak tentu dalam pemberiannya karena memang mereka hanya produksi by order (ketika ada pemesanan saja) sehingga pendapatan mereka juga tidak menentu. Tetapi pada nantinya pembagian hasil ditentukan berdasarkan hasil yang mereka capai yang memang sudah dicatat di bagian administrasi LKM Citra Abadi. Keseringannya mereka membagi hasil dalam sebulan sekali.

Ketika ditanyakan mengenai keterlibatan pemerintah desa, dipaparkan bahwa mereka juga sering mengundang kepala desa setiap ada kegiatan dari LKM Citra Abadi. Memang sebagai kepala desa, beliau kurang tahu mengenai kinerja pemberdayaan tersebut. Karena memang pemberdayaan tersebut dibebankan pada PNPM Mandiri Perkotaan. Sehingga pemerintah desa seakan-akan tidak mau campur tangan dengan

(15)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

urusan tersebut. Mereka hanya sekedar tahu bahwa ada program pemberdayaan yang berusaha mengolah terong menjadi beberapa macam varian makanan saja.

Selain itu terdapat paparan dari informan ketiga dimana ia adalah Yudhi Santoso yang berperan sebagai fasilitator kelompok dari PNPM Mandiri Perkotaan. Sebelumnya mungkin timbul pertanyaan mengapa dari Desa Sidojangkung ini dimasukkan dalam Mandiri Perkotaan? Hal tersebut disebabkan oleh jarak antara Sidojangkung dengan Kota Surabaya sehingga dapat dikatakan daerah ini termasuk kawasan semi pheri-pheri dari Surabaya. Menurut informan kedua, terdapat beberapa hal mengenai hubungannya selaku pihak pengembangan pemberdayaan di luar pemerintah desa, diharapkan mampu memberikan stimulan yang baik bagi perkembangan usaha masyarakat tersebut. Selain turut serta menjalankan program secara top down, ternyata masyarakat melalui aktornya telah mampu memberikan dorongan sekaligus ide segar dalam pengembangan masyarakat. Dari sisi ini maka antara pihak masyarakat dan swasta mampu memberikan relasi baik dalam pemberdayaan masyarakat desa.

Ada pula informasi yang diberikan oleh informan keempat dimana beliau merupakan kepala Desa Sidojangkung yaitu Pak Sugianto. Beliau justru tidak banyak mengetahui mengenai perkembangan proses pemberdayaan yang dilakukan oleh LKM Citra Abadi. Menurut informan, beliau hanya memperoleh laporan ketika LKM Citra Abadi akan mengadakan pertemuan, pelatihan, maupun ada penghargaan yang diberikan kepada LKM selaku pembuat produk Terra (Terong Rakyat). Beliau sudah cukup mempercayai kinerja sekretariatan LKM sehingga tidak banyak melakukan ikut campur. Informan pun menyadari bila tidak banyak kontribusi yang bisa beliau sumbangkan untuk mendukung, hanya saja ketika beliau dibutuhkan, beliau siap melakukan pergerakan. Untuk masalah dana operasional, hingga saat ini belum dapat diselesaikan mengingat sulitnya mencari sumber dana yang tepat. Masyarakat hanya diminta menunggu dan lebih sering bersabar dalam masalah dana.

Untuk membuat perbandingan antara informasi yang diberikan oleh para birokrasi baik yang berasal dari LKM Citra Abadi maupun pemerintah desa, peneliti akan memaparkan hasil wawancara dengan masyarakat. Informan kelima yaitu tetangga dari aktor yang aktif dalam LKM Citra Abadi. Beliau adalah Ibu Anita yang justru kurang mengetahui adanya pemberdayaan dengan model pembuatan Terra (Terong Rakyat). Informan hanya mengetahui bahwa memang ada beberapa produk yang sering disajikan pada saat ada rapat maupun arisan warga, produk tersebut terbuat dari terong namun informan kurang mengetahui bahwa produk tersebut berasal dari program pemberdayaan padahal informan sendiri rumahnya berdekatan sekitar 10 meter dari rumah salah satu aktor pemberdayaan yaitu Ibu Diah. Informan hanya pernah mencoba beberapa produk dari pemberdayaan yaitu sari terong dan es krim terong saja. Untuk keikutsertaan sendiri, beliau jarang diajak dalam kegiatan pelatihan sehingga cukup minim pengetahuannya tentang Terra (Terong Rakyat) ini.

(16)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

Muncul tambahan informasi dari saudara kepala desa, yaitu Ibu Rahma dimana beliau yang aktif PKK tidak banyak mengetahui pula mengenai program pemberdayaan dengan produk Terra ini. Memang terdapat pelatihan-pelatihan yang mengajarkan bagaimana mengelola terong menjadi suatu produk yang berbeda dan diminati oleh pasar dengan bantuan salah satu dosen UNESA saat itu terong diolah menjadi beberapa produk seperti nugget terong, roti boy terong, sari terong, es krim terong, pudding terong dll. Dengan adanya pelatihan tersebut, masyarakat dibawa untuk melakukan kegiatan pemberdayaan agar dapat meningkatkan atau setidaknya mempunyai pekerjaan sampingan sehingga pendapatan meningkat masyarakat juga difasilitasi dengan adanya Kopwan (Koperasi Wanita). Informan sedikit banyak masih mengetahui mengenai perkembangan kegiatan meskipun beliau tidak berperan aktif dalam kegiatan pemberdayaan tersebut.

Dalam analisis teori terhadap permasalahan tersebut, Berger dalam Ritzer, 2008, meyakini eksisnya dialektika tiga momentum yang dialami individu dalam masyarakat, yakni eksternalisasi, internalisasi dan obyektivasi, dimana ketiganya menunjukkan eksistensi individu sebagai produk masyarakat dan begitu pula sebaliknya, masyarakat sebagai produk individu. Eksternalisasi adalah kondisi dimana individu lebih dominan daripada masyarakat, dalam kondisi yang demikian individu aktif memproduksi nilai, norma dan budaya bagi masyarakatnya. Sebaliknya, internalisasi adalah kondisi ketika individu lebih dormant daripada masyarakatnya, dalam kondisi tersebut individu aktif mengadopsi nilai, norma dan budaya yang terdapat dalam masyarakat. Di satu sisi, obyektivasi menunjuk pada keterkaitan sekaligus keterpisahan antara individu dengan masyarakat. Pada penelitian ini terdapat fakta bahwa ada beberapa individu yaitu aktor pemberdayaan yang berasal dari masyarakat (informan 1) mempunyai kecenderungan proses eksternalisasi dimana ia membentuk nilai dan norma baru pada masyarakat, mengenalkan pemberdayaan ini melalui sosialisasi antar masyarakat baru kemudian ketika masyarakat sebagai individu telah mampu menerapkan hal tersebut maka proses internalisasi telah berjalan. Kemudian ketika pemberdayaan ini berjalan, relasi antar aktor cenderung bersifat obyektivasi atau terpisah dari kepentingan masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan masyarakat secara luas dan mencoba tidak mendoktrin atau menuntun masyarakat terus-menerus dalam proses pemberdayaan ini.

Adapun peneliti dapat menyajikan diagram untuk menggambarkan hubungan antara ketiga aktor pemberdayaan tersebut yaitu:

(17)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Keterangan:

1. Tanda panah yang mengarah pada satu sisi menunjukkan adanya hubungan garis pemberian program tanpa adanya timbal balik atas hasil program tersebut. Ini ditunjukkan pada hubungan antara pemerintah desa kepada masyarakat dimana program PNPM Mandiri Perkotaan hanya sebatas diberikan tanpa adanya ruang untuk membuat masyarakat mengajukan program maupun penambahan konsep baru. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan terjadinya proses obyektivasi dimana telah muncul pemisahan antara individu dan masyarakat. Individu yang dimaksud adalah kepala desa dengan karakteristik pemberi namun kurang menerima masukan atau saran dari masyarakat di luar pemerintahan sehingga tidak terjadi relasi yang baik pada proses pemberdayaan masyarakat ini.

2. Tanda panah yang mengarah pada dua sisi menunjukkan adanya hubungan garis koordinasi dan evaluasi dimana proses internalisasi terjadi pada individu terutama aktor penggerak pemberdayaan yang secara aktif mengadopsi ide baru dan membaginya kepada masyarakat. Sebaliknya masyarakat yang meskipun belum keseluruhannya memperoleh pengetahuan maupun tergabung dalam kegiatan pemberdayaan perlahan mulai menunjukkan inisiatif sekaligus ketertarikan ketika ada stimulus berupa ajakan untuk ikut pada pelatihan. Pihak LKM pun secara rutin melakukan pertemuan dengan masyarakat untuk mencari ide baru dan masyarakat yang telah mahir membuat produk Terra (Terong Rakyat) kemudian mulai aktif memberikan iuran maupun melakukan kegiatan transaksi di LKM Citra Abadi. 3. Tanda panah yang mengarah pada dua sisi terakhir menunjukkan adanya hubungan

garis koordinasi dan evaluasi antara LKM Citra Abadi dan pemerintah desa. Hal ini dapat digambarkan melalui koordinasi dari pihak desa lebih kepada ikhwal yang sifatnya memantau ketika terjadi keluhan ataupun hal lain di luar kewenangan LKM sedangkan LKM sendiri melakukan hal yang sama dengan secara rutin melakukan pelaporan kepada pemerintah desa pasca kegiatan pelatihan maupun pemberdayaan lanjutan. Pemerintah Desa Masyarakat LKM Citra Abadi (Aktor Pemberdayaan)

(18)

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014

Kemudian dari diagram tersebut, dapat dilanjutkan pula dengan penggambaran matriks wewenang maupun hak yang dilakukan oleh ketiga aktor di atas, yaitu:

No. Konsep Pemerintah

Desa

LKM Citra Abadi (aktor pemberdayaan)

Masyarakat

1. Hak yang dapat diterima selama proses pemberdayaan Laporan atas kinerja LKM Menerima timbal balik saran dari masyarakat sekaligus hasil evaluasi dari PNPM Mandiri Perkotaan “Hanya” sekedar menerima program jadi dan tinggal menyatakan kesanggupan untuk ikut serta 2. Wewenang Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di daerah Sidojangkung Memberikan stimulus berupa pelatihan kepada masyarakat yang telah ikut serta dalam pembuatan produk maupun mencari ide menu baru sebagai pengembangan produksi Terra (Terong Rakyat) Melakukan kegiatan yang telah dijadwalkan baik oleh LKM Citra Abadi maupun pihak desa

Sehingga dapat dikatakan bila pemberdayaan yang terjadi pada pembuatan produk Terra ini hanya sebatas program top down (dari atas ke bawah) atau dari pemerintah kepada masyarakat. Meskipun pada prakteknya masyarakat kerapkali diajak berunding menentukan keputusan namun segala keputusan tetap disesuaikan dengan anggaran maupun teknik pelaksanaan program awal. Masyarakat perdesaan dengan karakteristik yang cenderung serba ingin tahu hasil tanpa mau melakukan uji coba resiko terhadap program baru tentu menghambat perkembangan program pemberdayaan yang dilakukan. Selain itu, birokrasi pemerintah lokal pun menjadi “angkat tangan” ketika program sudah diatasnamakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan, segala urusan dikembalikan kepada mereka. Pergerakan masif hanya terjadi pada salah satu aktor saja sehingga kesinambungan antara ketiga sulit dilakukan.

(19)

Mei, 2014

Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

KESIMPULAN

Masyarakat Desa Sidojangkung mengembangkan produksi olahan terong

melalui produk Terra (Terong Rakyat). Diketahui dalam proses pemberdayaan ini, terdapat relasi aktor pasif dimana program yang ada hanya disiapkan untuk dilaksanakan dan bukan untuk dilakukan evaluasi maupun penggalian ide dari masyarakat secara luas. Kendala karakteristik masyarakat dengan sifat yang cenderung cari aman atau safety first sebagai bagian masyarakat petani turut pula menghambat keinginan untuk mengembangkan usaha Terra (Terong Rakyat) selain kurangnya suplai dana.

DAFTAR PUSTAKA

Admin UT. 2011. Definisi Desa. (Online). (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ sosi4303/pengertian%20desa.htm, diakses 15 April 2014).

Darwis, Valeriana dan Rusastra, I Wayan. 2011. “Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Program PUAP Dengan Desa Mandiri Pangan” dalam Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 9 No. 2, Juni 2011.

Kartosapoetra, G., dkk. 2007. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mangowal, Jack. 2010. “Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Meningkatkan Pengembangan Ekonomi Pedesaan Di Desa Tumani Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan” dalam Jurnal Governance.

Mudiarta, Ketut Gede. 2011. Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat” dalam Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 29 No. 1, Juli 2011.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2008. Teori-Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Santoso, Yudhi. 2013. Terra (Terong Rakyat) dari Republik Terong Sidojangkung Gresik. (Online). (

http://mengantiline.blogspot.com/2013/08/republik-terong-cita-cita-wong-ndeso.html: Republik Terong, diakses 15 April 2014).

. 2013. Republik Terong Gapai Kesejahteraan Kolektif. (Online). (http://www.p2kp.org/ksmdetil.asp?mid=39&catid=2&, diakses 16 April 2014).

Referensi

Dokumen terkait

“Implikasi hukum lelang hak tanggungan tanpa melalui restrukturisasi kredit bahwa Restrukturisasi kredit didasarkan atas Pera- turan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.2, angka buta aksara pemuda yang berumur 30-35 tahun lebih tinggi dibanding yang berumur 25-29 tahun, begitu juga angka buta aksara pada kelompok

Kecenderungan skala usaha dalam jumlah yang terbatas pada kedua model usaha seperti ini hanya untuk mendapatkan keuntungan seadanya, disesuaikan dengan modal (uang) yang

Syukur alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran Asupan Kalsium

Faktor yang mempengaruhi penerapan alat dan program K3 dalam sebuah proyek konstruksi, menurut responden yang bekerja sebagai tukang / pekerja lapangan; yang menduduki peringkat

Selain menganalisis kasus kebocoran yang terjadi pada beamtube serta pipa cold leg di sisi primer keluaran alat penukar panas , juga dianalisis kasus kebocoran terjadi

Penggambaran karakter guru pada cerpen-cerpen mereka sangat menarik dan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh guru ini juga merupakan permasalahan yang sering