3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara personal relevance (X1), online interactivity (X2), message (X3), dan brand familiarity (X4) dengan minat beli ulang konsumen di Pipe and Barrel Surabaya (Y).
3.2. Gambaran Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011, p. 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini, penulis menjadikan konsumen Pipe and Barrel yang memgikuti media sosial Pipe and Barrel sebagai populasi dan pernah mengunjungi Pipe and Barrel Surabaya.
3.2.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011) sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin untuk mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Populasi yang diteliti bersifat infinite (tidak terbatas) yaitu jumlah unit analisisnya (anggota populasi) tidak dapat dihitung karena terlalu banyak atau tidak terdefinisi, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, karena sampel yang akan terpilih tidak diketahui. Jenis nonprobability sampling yang digunakan adalah judgement sampling dimana penulis melakukan penilaian untuk memilih anggota populasi yang dinilai paling tepat sebagai sumber informasi yang akurat (Malhotra, 2005, p. 373). Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah pernah mengkonsumsi produk dari Pipe and
Barrel Surabaya, berusia minimal 18 tahun karena merupakan usia produktif yang termasuk dalam rentang usia tenaga kerja sehingga dapat menentukan keputusan pembelian secara mandiri.
Sugiyono (2001, p. 13) menyatakan jika dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multi variat, maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini jumlah variabel bebas sebanyak 4 variabel, dan variabel terikat sebanyak 1 variabel. Dari hasil perhitungan tersebut maka diketahui pengambilan sampel yang diperlukan sebesar 50 responden. Jadi penulis akan menyebarkan kuesioner sebanyak 110 lembar secara online dan offline (bentuk fisik) untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang tidak valid.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. “Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian atau observasi yang telah dilakukan” (Simamora, 2004, p. 31). Dalam penelitian ini, data primer didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner terhadap sampel yang sudah ditentukan di awal.
b. “Data sekunder merupakan data yang didapat dari sumber-sumber lain” (Simamora, 2004, p. 32). Pada penelitian ini data sekundernya adalah data yang diperoleh dari intern perusahaan berupa teknik promosi melalui media sosial yang dilakukan oleh Pipe and Barrel.
3.4. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner yang disebarkan adalah kuesioner dengan skala likert dan metode penyebarannya adalah metode survei. Cara pengisian kuesioner adalah responden diminta untuk memberi pendapat tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang sedang diteliti dalam bentuk nilai yang berada diantara rentang 2 sisi.
1 2 3 4 5
1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju
3 = netral 4 = setuju 5 = sangat setuju
Angka-angka di atas adalah bobot atau skor pada masing-masing skala yang telah ditentukan dimana mewakili pernyataan sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Untuk hasil akhir, responden juga diminta untuk memberi pendapat mengenai apakah minat beli ulang konsumen dipengaruhi oleh keempat variabel promosi melalui media sosial (personal relevance, online interactivity, message, dan brand familiarity). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dirumuskan sesuai tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh promosi melalui media sosial yang dilakukan terhadap minat beli ulang konsumen di Pipe and Barrel Surabaya.
Penyebaran kuesioner dilakukan selama 2 minggu dan kuesioner offline disebarkan kepada konsumen Pipe and Barrel Surabaya. Selain itu penulis juga menyebarkan kuesioner online dengan cara broadcast message.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini berfokus pada pengaruh personal relevance, online interactivity, message, brand familiarity terhadap minat beli ulang di Pipe and Barrel. Dalam penelitian ini ada empat variabel bebas dan satu variabel terikat.
3.5.1. Variabel Bebas (X) 1. Personal Relevance (X1)
Membangun hubungan personal dengan konsumen. Menurut Ronomenggolo (2013) indikator personal relevance adalah initiative, trust, relationship.
a. Initiative
Pipe and Barrel memberikan informasi yang lengkap mengenai produk, harga, dan discount di media sosial.
Pipe and Barrel berinisiatif menyapa saya pada hari-hari besar nasional dan keagamaan di media sosial.
b. Trust
Pipe and Barrel memberikan informasi sesuai dengan kenyataan mengenai produk, harga, dan discount.
c. Relationship
Pipe and Barrel selalu memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menyampaikan pertanyaan, kritik, dan saran.
2. Online Interactivity (X2)
Intensitas interaksi antara produsen dan konsumen. Indikator online interactivity adalah komunikasi, intensitas interaksi, dan interaksi pasca pembelian.
a. Komunikasi
Pipe and Barrel selalu menanggapi pertanyaan yang saya sampaikan di media sosial.
Pipe and Barrel selalu menanggapi keluhan yang disampaikan oleh konsumen di media sosial.
Pipe and Barrel menyampaikan ucapan terimakasih atas apresiasi berupa upload foto yang saya sampaikan di media sosial.
b. Intensitas interaksi
Pipe and Barrel sering posting foto di media sosial.
c. Interaksi pasca pembelian
Pipe and Barrel sering merepost foto dari konsumen terhadap kepuasan produk di media sosial.
3. Message (X3)
Iklan menyampaikan informasi dan menarik perhatian konsumen.
Indikator message adalah isi pesan, struktur pesan, dan format pesan.
a. Isi pesan
Pipe and Barrel melakukan posting foto dan menuliskan caption yang sesuai dengan upcoming event.
b. Struktur pesan
Pipe and Barrel menyusun gagasan mengenai produk terbaru atau terfavorit berupa caption dan gambar yang menyatu di media sosial.
c. Format pesan
Pipe and Barrel mengunggah foto yang indah dan menarik dari segi penataan dan pencahayaannya.
Pipe and Barrel menuliskan caption disertai hashtag sehingga menarik perhatian untuk datang dan membeli produk.
4. Brand Familiarity (x4)
Ukuran kedekatan konsumen pada brand dimana sebuah brand yang cukup terkenal akan mendapat respon positif dibandingkan brand baru.
Indikator brand familiarity adalah well known, asosiasi merek, dan ciri khas yang membedakan produk.
a. Well known
Logo Pipe and Barrel dikenal karena memiliki produk yang enak dan higenis.
b. Asosiasi merek
Ingat Pipe and Barrel, ingat Chef Ken.
c. Ciri khas yang membedakan produk.
Minuman cotton candy menjadi ciri khas Pipe and Barrel.
Tong kayu (barrel) sebagai furniture yang merupakan ciri khas dari Pipe and Barrel.
3.5.2. Variabel Terikat (Y)
Dalam penelitian ini minat beli ulang konsumen merupakan variabel terikat. Menurut Kotler (2003, p.568) minat beli ulang adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum merencanakan untuk membeli suatu produk.
Minat beli ulang dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional
Konsumen berminat untuk membeli kembali produk Pipe and Barrel.
b. Minat refrensial
Konsumen berminat merekomendasikan produk Pipe and Barrel kepada orang lain melalui mention di media sosial.
c. Minat preferensial
Konsumen menjadikan Pipe and Barrel sebagai prioritas utama dalam memilih tempat makan/ restoran.
d. Minat eksploratif
Konsumen akan selalu mencari informasi tentang produk Pipe and Barrel melalui media sosial.
3.6. Teknik Analisa Data
Data yang telah terkumpul melalui penyebaran kuesioner diseleksi dan kemudian diolah oleh penulis. Metode yang digunakan untuk menganalisa data- data yang telah diperoleh penulis adalah dengan perhitungan statistik menggunakan program SPSS. Penulis melakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan beberapa pengujian, antara lain:
3.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat untuk mengukur ketepatan alat ukur penelitian, digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
“Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut” (Ghozali, 2001, p. 135). Langkah-langkah dalam pengujian validitas tersebut adalah seagai berikut (Arikunto, 1999):
a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
b. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden.
Responden diminta untuk menyatakan apakah setuju atau tidak setuju dengan masing-masing pertanyaan
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
d. Menghitung korelasi masing-masing pertanyaan dengan skor total, menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑟 = 𝑛(∑𝑋𝑖𝑌) − (∑𝑋𝑖)(∑𝑌)
√[𝑛𝑋 ∑2𝑖 − (∑𝑋𝑖)2] × √[𝑛∑𝑌2− (∑𝑌)2]
dimana:
r = Koefisien korelasi Xi = Skor pernyataan ke-i
Y = Skor total dari item pernyataan
(3.1)
n = Jumlah responden
e. Membandingkan hasil perhitungan dengan angka kritis tabel korelasi nilai r dengan nilai signifikan sebesar 5%.
i. Korelasi dianggap valid jika tingkat signifikansi tersebut di bawah 0,05
ii. Korelasi dianggap tidak valid jika tingkat signifikansi korelasi melebihi 0,05
3.6.2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditujukan oleh instrument pengukuran. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban responden konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005, p.
41). Uji reliabilitas dikatakan reliable jika Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 atau dengan kata lain alpha nilainya lebih besar dari 0,6. (Solimun, 2002, p. 59).
Menurut Budi (2006, p. 248) tingkat reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1. Skala tersebut dikelompokkan menjadi lima kelas dengan range yang sama, seperti table berikut:
Tabel 3.1. Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai alpha Alpha (α) Tingkat reliabilitas 0,00 s.d. 0,20 Kurang reliabel
> 0,20 s.d 0,40 Agak reliabel
> 0,40 s.d. 0,60 Cukup reliabel
> 0,60 s.d. 0,80 Reliabel
> 0,80 s.d. 1,00 Sangat Reliabel Sumber: Budi (2006, p. 248)
𝜎2 =∑𝑥2 −(∑𝑥)2 𝑛 𝑛
Dimana:
σ2 = varian
(3.2)
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari butir-butir pertanyaan) 3.6.3. Analisa Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik data baik dalam teks maupun diagram. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi (Sugiyono, 2007, p. 169).
Mean (X) atau rata-rata merupakan penjumlahan seluruh data dibagi dengan banyaknya data yang ada. Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
𝑋 =∑𝑖=1𝑛 𝑥𝑡 𝑛
Keterangan: X = rata-rata (mean)
n = jumlah atau banyaknya data
Dalam penelitian ini akan dicari rata-rata dari semua variabel yang ada.
Untuk menentukan klasifikasi penilaian terhadap variabel-variabel penelitian, baik ditinjau dari indikator pengukuran maupun sampel penelitian, dilakukan bedasarkan interval kelas dengan rumus sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
Standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, dan seberapa dekat titik data individu ke nilai rata-rata – nilai sampel. Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menunjukkan bahwa semua nilai-nilai dalam himpunan tersebut adalah sama. Sebuah nilai yang lebih besar akan menunjukkan bahwa titik data individu jauh dari nilai rata-rata. Rumus standar deviasi menurut Umar (2001, p.165) adalah:
𝑆 = √𝑆 (𝑋1−𝑋̅)
𝑛−1
(3.3)
(3.4)
(3.5)
Keterangan:
S = Standar deviasi Xi = nilai data 𝑋̅ = nilai rata-rata N = jumlah data
3.6.4. Koefisien Determinasi berganda (R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan presentase pengaruh semua variable independen terhadap variable dependen maka dari itu untuk mencarinya butuh analisa koefisien determenasi berganda, yang menggambarkan seberapa jauh naik atau turunnya variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas dan model. Koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai adjusted R square, karena lebih dapat dipercaya dalam mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Berbeda dengan R square yang pasti akan meningkat setiap tambahan satu variabel independen, tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel dependen. Menurut Umar ( 2001, p. 180) rumusnya adalah:
R2 = b1SX1y + b2SX2y + b3SX3y + b4SX4y / Sy2 Keterangan:
b1, b2, b3, b4 = koefisien prediktor X1, X2, X3, X4
SX(1. 2, 3, 4)y = jumlah produk antara X1, X2, X3, X4. Sy2 = jumlah kuadrat kriterium Y.
Dimana R2 terletak diantara 0 dan 1, 0 = R2 = 1
Bila R2 = 1 berarti ada pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Bila R2 mendekati 0 berarti tidak ada pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Jadi semakin tinggi nilai R2 atau semakin mendekati 1, maka semakin baik model yang digunakan.
(3.6)
3.6.5. Koefisien Korelasi Berganda (R)
Ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan korelasi antar variabel-variabel dinamakan koefisien korelasi. Untuk mengetahui adanya hubungan bermakna antara X1, X2, X3, X4 dan Y maka digunakan koefisien korelasi berganda. Koefisien ini dapat diperoleh dengan mengambil akar dari koefisien determinasi.
Koefisien korelasi berganda (R) antara -1 ‹ R ‹1, dimana R yang mengukur kuatnya hubungan antara variabel bebas X1, X2, X3, X4 secara bersama- sama terhadap variabel terikat (Y).
Bila R=0 atau mendekati 0, maka hubungan antara variabel bebas X1, X2, X3, X4 dengan variabel terikat (Y) sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
Bila R=+1 atau mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas X1, X2, X3, X4 dengan variabel terikat (Y) sangat kuat dan positif.
Bila R=-1 atau mendekati -1, maka hubungan antara variabel bebas X1, X2, X3, X4 dengan variabel terikat (Y) sangat kuat dan negatif.
Rumus dari keofisien korelasi Pearson menurut Philip G. Enns (1985, p.
435) adalah:
Ry(1,2,3,4) = √𝑏1𝑆𝑋1𝑦 + 𝑏2𝑆𝑋2𝑦 + 𝑏3𝑆𝑋3𝑦 + 𝑏4𝑆𝑋4𝑦 / 𝑆𝑦2
Keterangan:
Ry(1, 2, 3, 4) = koefisien korelasi antara Y dengan X1, X2, X3, X4. b1, b2, b3, b4 = koefisien prediktor X1, X2, X3, X4.
SX(1. 2, 3, 4)y = jumlah produk antara X1, X2, X3, X4. Sy2 = jumlah kuadrat kriterium Y.
Atau dapat juga dituliskan dengan:
R= √𝑅2
3.6.6. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan persyaratan untuk menggunakan formulasi regresi berganda. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji multikolinearitas, uji normalitas, dan uji heterokedastisitas.
(3.7)
1. Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolineritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
Untuk mendeteksi multikolinearitas didalam model berikut adalah kriterianya:
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi namun secara individual variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Jika dalam matriks korelasi variabel independen, ada korelasi variabel independen yang cukup tinggi, umumnya di atas 0.9, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤0.1 atau VIF ≥10
2. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah variasi dalam variabel yang tidak boleh sama.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena penafsiran yang diperoleh tidak efisien. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heterokedastisitas. Salah satu pengujian adalah dengan mengguakan uji glesjer. Uji glesjer dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen absolut residual lebih dari 0.05 maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas. Untuk melakukan uji heterokedastisitas akan digunakan program SPSS 21.0.
3. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk mengetahui bentuk kenormalan distribusi data salah satu cara adalah dengan menggunakan metode kolmogorov smirnov, yaitu dengan melihat nilai signifikansinya. Jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka distribusi adalah tidak normal, jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka distribusi adalah normal.
3.6.7. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel bebas dengan satu variabel terikat (Sugiyono, 2004, p. 204). Model ini digunakan untuk mengetahui secara langsung pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variable terikat, yang secara signifikan memiliki pengaruh dominan terhadap variable terikat dengan membuat persamaan garis regresi linier berganda.
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑥1+ 𝑏2𝑥2 + 𝑏3𝑥3+ 𝑏4𝑥4 Dimana:
Y = minat beli ulang konsumen X1 = Personal Relevance
X2 = Online Interactivity X3 = Message
X4 = Brand Familiarity α = Konstanta
B1 = Koefisien regresi Personal Relevance B2 = Koefisien regresi Online Interactivity B3 = Koefisien regresi Message
B4 = Koefisien regresi Brand Familiarity 3.6.8. Uji F
Di dalam regresi berganda, uji F memiliki peran menyeluruh bagi model, dan masing- masing variabel bebas dinilai dengan uji t terpisah. Menurut Philip G.
Enns (1985, p.486), rumus uji F adalah:
𝐹 = 𝑅2/𝑘
(1 − 𝑅2) / (𝑁 − 𝑘 − 1) Keterangan:
R2 = jumlah kuadrat regresi N = banyaknya variabel
(3.8)
(3.9)
k = jumlah variabel
Syarat-syarat mengenai daerah penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
a. Tingkat signifikasi (a) ditetapkan sebesar 5%
b. Pengujian memakai satu sisi, sebelah kanan.
c. Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel:
H0 ditolak bila : Fhitung › F (k; n-k-1; 0,05), sehingga hipotesis yang diajukan (H1) diterima.
H0 diterima bila : Fhitung ‹ F (k; n-k-1; 0,05), sehingga hipotesis yang diajukan (H1) ditolak.
3.6.9. Uji t
Digunakan untuk pengujian satu arah dan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel- variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y) secara parsial. Pengujian dengan mengikuti distribusi t untuk derajat bebas n-5.
Menurut Philip G. Enns (1985, p.490), rumus uji t:
𝑡 = 𝑏1 𝑆𝐸 𝑏1 Keterangan:
b1 = koefisien regresi dari variabel bebas ke-1
SE b1 = standard error dari koefisien regresi yang menjadi pembilang Dimana:
𝑆𝐸𝑏1 = √𝑆𝐸2/ 𝑋12
(1 − 𝑅𝑥𝑗∗ 𝑋12)
⁄
Keterangan:
SE = standard error estimasi
Rxj * 𝑋12 =determinasi koefisien korelasi ganda antar variabel X (dependent variable), dengan salah satu variabel X sebagai kriterium.
Nilai dari standard error estimasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:
(3.10)
(3.11)
𝑆𝐸 = √𝐽𝐾𝐺 𝑛 − 1 − 𝑘⁄
Membandingkan nilai t hitung dengan tabel untuk setiap variabel bebas, kemudian menentukan hipotesis:
H0 ditolak bila : thitung › ta
H0 diterima bila : thitung ‹ ta
(3.12)