• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

PENYEDIAAN VARIETAS UNGGUL BARU MELALUI UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) DI

PROVINSI BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

(2)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

PENYEDIAAN VARIETAS UNGGUL BARU MELALUI UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DI PROVINSI

BENGKULU

Oleh:

WAHYU WIBAWA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2014

(3)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN NOMOR : 26/1801.25/011/RODHP/2014

1. JUDUL RDHP : UPBS/Perbenihan di Provinsi Bengkulu 2. SUMBER DANA : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014

3. PROGRAM : Penciptaan Teknologi dan

Diseminasi/Advokasi Berdaya Saing

a. Komoditas : Padi

b. Jenis Kegiatan : Diseminasi

d. Status Kegiatan : Lanjutan (L)

4. JUDUL KEGIATAN : Penyediaan Varietas Unggul Baru Melalui Unit Pengelola Benih Sumber di Provinsi Bengkulu.

5. LOKASI KEGIATAN PENGKAJIAN : Provinsi Bengkulu

KATA KUNCI : Benih sumber, padi, varietas

6. PENELITI YANG TERLIBAT : Peneliti 4 orang, Teknisi 3 orang dan Tenaga Administrasi 1 orang.

7. TUJUAN

Tujuan kegiatan Produksi Benih/Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) pada tahun 2014 adalah:

1.

Menyediakan benih sumber (logistik) Vareitas Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target produksi benih tahun 2014 sebanyak 45 ton benih (kelas FS dan SS).

2.

Mempercepat proses penyebaran VUB spesifik lokasi melalui berbagai media dan metode penyampaian informasi teknologi di Provinsi Bengkulu.

3.

Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu

4. Memetakan penyebaran dan keberlanjutan VUB padi yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

(4)

Tujuan tahun 2015 adalah:

1. Menciptakan harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan (UPBS, Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.

2. Petani memahami dan mengadopsi penggunaan VUB berkualitas yang spesifik lokasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi.

3. Menyusun data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah (BBI, BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. Membentuk UPBS sebagai penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

8. LATAR BELAKANG

Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang Pertanian berkewajiban untuk mempercepat penyebarluasan varietas unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Percepatan penyebarluasan varietas dilakukan melalui pembentukan UPBS di setiap BPTP berdasarkan Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang UPBS (Badan Litbang Pertanian, 2011).

UPBS merupakan salah satu kelembagaan internal di BPTP yang dibentuk dalam rangka mengakomodasi perubahan lingkungan strategis dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB) komoditas strategis yang diantaranya adalah padi, jagung dan kedelai (BBP2TP, 2013). Keberadaan UPBS diharapkan dapat menjamin pemenuhan 6 tepat perbenihan yaitu tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga.

VUB merupakan salah satu inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian dalam peningkatan produktivitas dan produksi pangan (Saryoko, 2009). VUB perlu dipromosikan dan diseminasikan dalam percepatan adopsi dan difusi teknologi (Ruskandar, 2012). Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan swasembada dan swasembada pangan berkelanjutan.

(5)

UPBS dilembagakan sebagai bentuk tindakan reponsif atas lemahnya kinerja kelembagaan perbenihan di daerah, kurangnya promosi dan diseminasi VUB oleh Balai Besar Penelitian/Balit komoditas, minimnya stok dan logistik benih VUB adaptif serta jauhnya rentang kendali antara produsen (sumber benih: Balai Besar Penelitian dan Balit Komoditas) dan pengguna benih (BBI, BBU dan petani penangkar). UPBS di BPTP mempunyai mandat untuk menghasilkan benih sumber kelas FS dan SS dengan jumlah dan varietas yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial budaya setempat (BBP2TP, 2013).

Pada tahun 2014 UPBS BPTP Bengkulu akan memproduksi benih sumber padi sebanyak benih 40 ton dengan kelas benih SS dan ES. VUB padi yang akan diproduksi adalah Inpari, Inpara, Inpago yang adaptif pada tipe lahan sawah, rawa dan lahan kering.

9. DASAR PERTIMBANGAN

1. Produktivitas tanaman pangan strategis padi di Provinsi Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,29 t/ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2012).

2. Tingkat kesadaran petani dalam memanfaatkan VUB spesifik lokasi masih rendah. Hal ini dimungkinkan oleh kurangnya promosi, kampanye dan diseminasi VUB spesifik lokasi serta lemahnya kinerja perbenihan dalam penyediaan logistik VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

3. Penyebarluasan VUB spesifik lokasi dapat diwujudkan secara cepat dengan cara mendekatkan teknologi kepada stakeholders (pengambil kebijakan) dan petani pengguna. Keunggulan VUB dapat disebarluaskan kepada petani maupun stakeholders melalui kegiatan demplot, penangkaran, temu lapang dan temu usaha. VUB cepat diadopsi jika stakeholders dan petani yakin bahwa VUB yang ditawarkan dapat meningkatkan produktivitas, kualitas hasil serta pendapatan usahatani.

4. UPBS dapat berperan sebagai penyedia logistik benih dan agent dalam mempromosikan/menyebarluaskan VUB Badan Litbang Pertanian.

5. Keterdediaan benih sumber spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan di daerah (BBI, BBU, UPTD Perbenihan) dan petani penangkar masih kurang dan perlu disediakan secara tepat.

(6)

10. PERKIRAAN KELUARAN Keluaran Tahun 2014

1. Lembaga perbenihan (BBI, BBU) dan petani penangkar mendapatkan benih sumber padi dari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat.

2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu digunakan secara masif oleh petani di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan produktivitas dan produksi dalam mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan.

3. Kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu.

4. Peta penyebarluasan dan keberlanjutan VUB padi Balitbangtan.

Keluaran Tahun 2015

1. Harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan (UPBS, BBI, BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.

2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahami dan diadopsi secara masif oleh petani dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan strategis (padi, jagung, dan kedelai).

3. Data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah (BBI, BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. UPBS menjadi lembaga penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

11. PROSEDUR

PELAKSANAAN a. Lokasi kegiatan dan waktu

Kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2014 akan dilaksanakan di Provinsi Bengkulu diantaranya di Kabupaten Seluma, Rejang Lebong, Mukomuko, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu dan Lebong. Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2014. Pemilihan lokasi didasarkan pada beberapa kriteria yaitu (1) merupakan daerah sentra pertanian tanaman pangan di masing-masing kabupaten/kota, (2) Lahan sawah mudah dijangkau

(7)

dan didukung irigasi teknis yang memadai melalui kerjasama dengan petani penangkar.

b. Ruang lingkup dan cakupan kegiatan

UPBS masih memprioritaskan produksi benih sumber untuk padi. Pada tahun 2014 UPBS akan memproduksi dan mengelola benih sumber padi secara berkelanjutan melalui penangkaran, sertifikasi dan penyebaran VUB. Pada tahun ini, UPBS mentargetkan untuk memproduksi 45 ton produksi benih padi.

Ruang lingkup kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2014 meliputi (a) koordinasi internal dan antar institusi, (b) pelaksanaan penangkaran di lahan petani penangkar, (c) promosi dan sosialisasi benih sumber, (d) pemetaan dan penyebarluasan VUB (e) menjaring umpan balik dengan stakeholders.

c. Bahan dan alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/UPBS antara lain benih VUB padi (Inpari 6, Inpari 10, Inpari 13, dan Inpari 20, Banyuasin, Inpara 2, Inpago 8) kelas FS dan SS, saprodi pupuk (pupuk ponska, urea), pestisida (herbisida, insektisida, fungisida), karung untuk hasil panen, karung kemasan 20 kg, plastik kemasan 5 kg, tali, elpiji

d. Tahapan pelaksanaan kegiatan d.1 Pelaksanaan Kegiatan

Target produksi benih UPBS BPTP Bengkulu sebesar 45 ton benih padi berlabel putih dan benih berlabel ungu. VUB yang akan ditangkarkan sebagai benih sumbernya, diantaranya adalah Inpara 2, Banyuasin, Inpari 6, 10, 13, 20, dan Inpago 8 untuk mengantisipasi permintaannya yang diperkirakan cukup tinggi di Bengkulu pada tahun 2014. Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

(8)

1. Koordinasi internal dan antar institusi

Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan 1 kali dalam sebulan.

Untuk mengevaluasi kemajuan dan tindak lanjut kegiatan UPBS.

Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup Badang Litbang sebagai sumber inovasi teknologi.

2. Pelaksanaan penangkaran

Penentuan lokasi dan petani kooperator

Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.

UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai media diseminasi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan.

Produksi benih sumber oleh UPBS BPTP Bengkulu dilakukan melalui kerjasama dengan petani penangkar. Sistem kerjasama yang dapat dilakukan dengan petani penangkar adalah sistem investasi dimana UPBS membantu biaya pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen sebagai investasi. Setelah panen petani mengembalikan investasi UPBS dalam bentuk gabah dengan harga setempat yang berlaku pada saat panen.

Budidaya penangkaran padi 1). Persemaian

 Kebutuhan benih untuk 1 ha adalah 20-25 kg.

 Luas lahan untuk persemaian adalah 2-4% dari luas areal pertanaman atau sekitar 200-400 m2.

 Tanah diolah sempurna dengan bajak/cangkul.

 Bedengan dibuat dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan ukuran petakan sawah.

 Tabur benih secara merata pada persemaian.

(9)

2). Penyiapan lahan

 Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak yang pertama, lalu digenangi selama 2 hari, dan kemudian dikeringkan selama 7 hari.

Setelah itu dibajak yang ke kedua, lalu digenangi selama 2 hari dan kemudian dikeringkan lagi selama 7 hari. Terakhir tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

 Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari atau sesuai dengan anjuran.

3). Penanaman

 Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari dengan 1-3 bibit per lubang.

 Sistem tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1 (tergantung kondisi lahan dan varietas yang ditanam).

 Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan bibit dari varietas dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari.

4). Pemupukan

 Pemupukan dilakukan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman.

 Pupuk yang digunakan adalah Urea dan Ponska dengan dosis 200 kg/ha untuk Urea dan 300 kg/ha Ponska.

5). Pengairan

 Selesai tanam, ketinggian air sekitar 3 cm selama tiga hari.

 Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibiarkan pada kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.

 Pengairan selanjutnya dilakukan secara intermitan (selang-seling).

Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar proses pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan produksi benih tidak becek

(10)

sehingga memudahkan saat panen (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2013b).

6). Penyiangan dan pengendalian OPT

 Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma secara khemis, landak atau gasrok. Penyiangan dilakukan menjelang pemupukan susulan pertama dan kedua.

Tujuannya agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi secara optimal.

 Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas yang dapat menyebabkan penurunan hasil. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu berdasar pada prinsip- prinsip PHT yaitu 1) Budidaya tanaman sehat, 2) pelestarian dan pembudidayaan musuh alami, 3) Pengamatan lahan/monitoring secara teratur. Penggunaan pestisida harus dilakukan dengan bijaksana.

7). Roughing

Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST)

 Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Roughing pada fase vegetatif akhir/anakan maksimum ( 50 – 60 HST)

 Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

(11)

 Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Roughing pada Fase Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)

 Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

 Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.

Roughing pada generatif akhir /masak ( 100 – 115 HST)

 Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

 Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang.

 Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

 Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.

8). Panen dan Pasca penen 1. Persiapan panen

 Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.

 Semua malai dari kegiatan roughing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roughing.

(12)

 Persiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan.

2. Waktu panen

Panen dilakukan pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning.

3. Proses panen

 Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih.

 Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot.

 Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture tester.

 Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label (yang berisi: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.) lalu diangkut untuk diproses lebih lanjut.

 Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.

4. Pengeringan

Pengeringan adalah penurunan kadar air benih sampai dengan kadar air yang aman untuk diproses lebih lanjut. Penjemuran dapat dilakukan dengan menggunakan lantai jemur atau menggunakan alat pengering (dryer). Tujuan dari pengeringan adalah menurunkan kadar air benih, yaitu untuk menekan laju metabolisme benih sehingga benih dapat disimpan dan dapat diolah, memiliki mutu fisik dan fisiolosis yang baik.

Penjemuran menggunakan lantai jemur

Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.

 Gunakan alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.

 Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati.

(13)

 Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.

 Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC.

 Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

Penjemuran dengan alat pengering

 Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.

 Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan).

 Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).

 Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC.

 Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.

 Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

10). Prosesing

Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Pembersihan dalam skala kecil dapat menggunakan tampi atau nyiru sedangkan untuk skala besar dapat menggunakan air screen cleaner. Grading (pemilahan benih) adalah proses pemilahan benih berdasarkan bentuk, ukuran dan bobot benih. Grading dapat dilakukan dengan alat-alat dalam pemilahan benih. Tujuan pembersihan adalah untuk memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun padi yang terbawa) juga untuk

(14)

membuang benih hampa. Tujuan dari grading adalah untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya. Adapun langkah - langkah dalam prosesing adalah sebagai berikut :

 Sebelum proses pengolahan dimulai, cek peralatan dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.

 Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah terlebih dahulu sampai selesai. Kemudian pengolahan dilanjutkan untuk varietas lainnya.

 Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang jelas di dalam dan di luar karung.

 Jika alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah benih dari beberapa varietas yang berbeda, mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.

Laporan hasil prosesing berisi tentang varietas, kelas benih, berat benih bersih dan susut selama pengolahan.

3. Promosi dan Sosialisai UPBS

Promosi/sosialisasi untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan produk Produksi Benih/UPBS BPTP Bengkulu kepada dinas/instansi lingkup pertanian tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, BUMN, penangkar dan petani padi. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan (temu lapang, temu usaha, sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan stakeholder), penyebarluasan informasi dalam bentuk tercetak (leaflet, brosur, banner, poster) serta website. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB tanaman pangan di lahan petani.

Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB padi di lahan petani.

(15)

Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada pengguna, maka dapat dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme yaitu (1) promosi/ diseminasi dan (2) komersial.

1. Distribusi untuk kegiatan promosi/diseminasi Kegiatan yang akan dilakukan antara lain :

(1) Sosialisasi benih VUB kepada dinas pertanian (provinsi/kabupaten/kota), badan koordinasi penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.

(2) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui dinas pertanian kabupaten/kota dan/atau badan pelaksana penyuluhan pertanian kabupaten/kota setempat untuk dimanfatkan dalam kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot, display varietas unggul baru (VUB), dan kaji terap varietas unggul.

(3) Temu lapang hasil kegiatan penangkaran.

(5) Pertemuan evaluasi hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb.

(6) Mengikuti pameran.

2. Distribusi benih secara komersial

Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka hasil penjualan sepenuhnya harus disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Pada prinsipnya dalam penyaluran (distribusi) benih, baik yang bersifat bantuan (gratis) maupun benih yang dikomersialkan (dijual) sebagai PNBP, maka perlu dilengkapi dengan bukti tanda terima (serah-terima) benih atau berita acara serah terima benih.

4. Evaluasi Kinerja UPBS dan Produktivitas Petani Penangkar

Kinerja UPBS BPTP Bengkulu dan produktivitas petani penangkar dilakukan dengan menggunakan daftar/blanko isian yang sudah disiapkan, yang meliputi aspek perbenihan, pengelolaan penangkaran, kelembagaan dan distribusi/pemasaran (Lampiran 1, Lampiran 2a, Lampiran 2b).

(16)

5. Analisis Penyebaran VUB (Pemetaan)

Untuk memperoleh data sebaran VUB di Provinsi Bengkulu dilakukan survey dan wawancara terhadap petani (penangkar dan bukan penangkar) pada 10 Kabupaten/Kota dengan menggunakan daftar/blanko isian yang sudah disiapkan, yang meliputi varietas, luas lahan dan jumlah benih yang digunakan dalam usahatani padi (Lampiran 3).

6. Pelaporan

Menyusunan laporan pelaksanaan yang terdiri atas laporan bulanan, semester dan laporan akhir. Isi laporan meliputi : (1) target produksi, (2) pelaksanaan kegiatan : lokasi, varietas benih, mekanisme produksi, (3) realisasi produksi, distribusi, (4) peran UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih padi Balitbangtan di Provinsi Bengkulu.

d.2 Parameter yang Diukur

 Produksi benih sumber padi

 Jumlah benih yang produksi dan disalurkan oleh UPBS BPTP Bengkulu.

 Kinerja UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih sumber di Provinsi Bengkulu.

 Jumlah penangkar yang dibina.

 Peta penyebaran VUB padi Balitbangtan di Provinsi Bengkulu.

(17)

12. RENCANA OPERASIONAL

No. Uraian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan, penyusunan (RODHP,

Juklak) xx

2 Penentuan lokasi, petani kooperator

x x

3 Produksi benih di lapangan x x x x x X x x

4 Prosesing benih x x x x

5 Sosialisasi/Open House x x x

6 Pelaporan x x

7 Evaluasi penyebaran benih x x

8 Penyampaian hasil x x x x

13. DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2011. Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang Unit Pengelola Benih Sumber. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013a. Petunjuk Teknis UPBS. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Bogor.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013b. Petunjuk Teknis Produksi Benih. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.

BPS. 2012. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.

http://bengkulu.bps.go.id/pubstat/2013/bda2013/bda2013/assets/basic- html/index.html#255.

BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu Nomor 43/11/17/Th. V, 1 November 2011. BPS Provinsi Bengkulu.

Daradjat, A.A., Agus S., A.K. Makarim, A. Hasanuddin. 2008. Padi – Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press. Jakarta.

Hanizar, M. dan Barianto. 2011. Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Makalah disampaikan dalam Temu Lapang Penangkaran Padi di Kota Bengkulu tanggal 12 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.

Harini, R. 2003. Tingkat Efisiensi Perubahan Usahatani Padi di Kecamatan Seyegan.

Majalah Geografi Indonesia 17(2): 81-94.

Irawan, B. 2011. Prosedur Penangkaran Benih Padi. Makalah disampaikan dalam Sosialisasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Kegiatan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) di Kabupaten Bengkulu Utara tanggal 13 Desember 2011.

BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.

(18)

Ishak, A., Afrizon, Yahumri, Yesmawati, Y. Oktavia, dan T. Hidayat. 2011. Laporan Akhir Tahun Kegiatan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

Bengkulu: Kementerian Pertanian..

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010- 2014. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Manuwoto. 1992. Sinkronisasi Kebijakan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan, Suatu Upaya Pencegahan Alih Fungsi Lahan. Dalam: Utomo, M., E. Rivai, dan A. Thahar (Ed.). Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Bandar Lampung: Universitas Lampung. p. 45-57.

Nugraha, U.S, Sri Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007. Perbenihan di Indonesia. Prosiding Hasil Penelitian Padi Tahun 2007. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.

Ruskandar, A. 2012. Varietas Unggul Baru Padi yang Banyak Ditunggu Petani.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st260706-1.pdf

Saryoko, A. 2009. Kajian Pendekatan Penanda Padi (Rice Check) di Provinsi Banten.

Widyariset 12(2):43-52.

Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D.

Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.

Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah disampaikan dalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2001 dan Koordinasi UPBS 2012 tanggal 28-29 November 2011. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

(19)

14. LEMBAR PENGESAHAN

Penanggung Jawab RODHP

Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001

MENYETUJUI Penanggung Jawab RDHP

Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001

Ketua Kelji Budidaya

Drs. Afrizon, M.Si NIP. 19620415 199303 1 001 MENGETAHUI :

Kepala BPTP Bengkulu

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

(20)

15. LAMPIRAN

Lampiran 1. Blanko isian evaluasi kinerja UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014

No Kriteria Skala/status

A. ASPEK PERBENIHAN

1 Status Lahan Penangkaran

Sewa

Bagi Hasil

Investasi

2 Ketersediaan saprodi (pupuk dan

pestisida/fungisida)

Cukup

Kurang

Tidak tersedia

3 Asal benih sumber Badan Litbang

Dinas

Swasta

4 Penyebarluasan benih Dijual

Diberikan dg persyaratan Diberikan dg gratis 5 Ketepatan dalam

memperoleh benih sumber

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat

Tidak tepat

a. Waktu Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

b. Mutu Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

c. Varietas Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

d. Jumlah Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

e. Harga Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

(21)

f. Tempat Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat 6 Ketersediaan fasilitas dan

peralatan (sarana lapangan, sarana

pengolahan benih, sarana laboratorium)

Cukup

Kurang

Tidak tersedia

7 Ketersediaan stok benih Ada dan kontinu Ada tidak kontinu Tidak tersedia

B. ASPEK PENGELOLAAN PENANGKARAN

1 Jumlah kelompok penangkar yang dibina

2 Jumlah kelompok

penangkar saat ini

3 Persentase

perkembangan jumlah penangkaran (awal sampai saat ini)

4 Jumlah VUB yang ditanam

6 Pengguna benih Sendiri

Anggota Poktan

Poktan lain

7 Pemasaran benih Sendiri

Poktan/Gapoktan Swasta

8 Permodalan Kas kelompok

Bantuan

Tidak ada

9 Administrasi pengelolaan benih

Ada dan tertib

Ada dan tidak tertib

Tidak ada

(22)

10 Sarana dan prasarana a. Prasarana bangunan

(Gudang benih)

Baik

Rusak Tidak ada b. Sarana penunjang

produksi

- Seed Cleaner Baik Rusak Tidak ada - Power Tresher Baik

Rusak Tidak ada - Mesin penjahit

karung

Baik

Rusak Tidak ada

- Alat Tanam

(Caplak) Baik

Rusak Tidak ada

c. Sarana Pengolahan

- Dryer Baik

Rusak Tidak ada

d. Sarana Laboratorium

- Gedung & Alat

Laboratorium Baik

Rusak Tidak ada - Alat pengukur PH

Tanah Baik

Rusak Tidak ada - Alat Pengukur

Kadar Air Benih Baik

Rusak Tidak ada - Alat Pengukur

Bagan Daun Baik

Rusak Tidak ada

(23)

a. Sarana Mobilitas - Kendaraan

Operasional Roda 3

Baik

Rusak Tidak ada

- Gerobak Dorong Baik

Rusak Tidak ada

b. Prasarana Lain

- Sumber Listrik Baik

Rusak Tidak ada

- Sumber Air Baik

Rusak Tidak ada C. ASPEK KELEMBAGAAN

1 Keterlibatan Gapoktan/KUD

Tinggi

Sedang

Rendah

2 Keterlibatan petugas lapang/PPL

Tinggi

Sedang

Rendah

3 Keterlibatan aparat/unsur kab/kota

Tinggi

Sedang

Rendah

(24)

Lampiran 2a. Blanko isian evaluasi kinerja dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu tahun 2014

No. Kriteria Skala/status Kabupaten/Kota

KOTA SLMA Muko2 RL KPHG LEBONG BENTENG BS KAUR BU

A. ASPEK PERBENIHAN

1 Status Lahan Penangkaran

Sewa

Bagi Hasil

Investasi

2 Ketersediaan saprodi (pupuk dan

pestisida/fungisida)

Cukup

Kurang

Tidak tersedia

3 Asal benih sumber Badan Litbang

Dinas

Swasta

4 Penyebarluasan benih

Dijual

Diberikan dg persyaratan

Diberikan dg gratis

5 Ketepatan dalam memperoleh benih sumber

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat

Tidak tepat

g. Waktu

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

(25)

h. Mutu

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

i. Varietas

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

j. Jumlah

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

k. Harga

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

l. Tempat

Tepat (Sesuai kebutuhan saat tanam)

Belum tepat Tidak tepat

(26)

6 Ketersediaan fasilitas dan peralatan (sarana lapangan, sarana pengolahan benih, sarana laboratorium)

Cukup

Kurang

Tidak tersedia

7 Ketersediaan stok benih

Ada dan kontinu

Ada tidak kontinu Tidak tersedia

B. ASPEK PENGELOLAAN PENANGKARAN

1 Jumlah kelompok penangkar yang dibina

2 Jumlah kelompok penangkar saat ini

3 Persentase perkembangan jumlah penangkaran (awal sampai saat ini)

4 Jumlah VUB yang ditanam

(27)

6 Pengguna benih Sendiri

Anggota Poktan

Poktan lain

7 Pemasaran benih Sendiri

Poktan/Gapoktan Swasta

8 Permodalan Kas kelompok

Gotong royong/iuran

Tidak ada

9 Administrasi pengelolaan benih

Ada dan tertib

Ada dan tidak tertib

Tidak ada

10 Sarana dan prasarana e. Prasarana

bangunan (Gudang benih)

Baik

Rusak Tidak ada

(28)

f. Sarana penunjang produksi

- Seed Cleaner Baik Rusak Tidak ada - Power Tresher Baik

Rusak Tidak ada - Mesin

penjahit karung

Baik

Rusak Tidak ada

- Mesin

Pemotong Padi

Baik

Rusak Tidak ada

- Alat Tanam

(Caplak) Baik

Rusak Tidak ada

(29)

g. Sarana Pengolahan

- Hand Traktor Baik

Rusak Tidak ada

- Kulti Factor Baik

Rusak Tidak ada

- Dryer Baik

Rusak Tidak ada

- Silo Baik

Rusak Tidak ada - Perontok

Jagung

Baik

Rusak Tidak ada

h. Sarana

Laboratorium - Gedung & Alat

Laboratorium Baik

Rusak Tidak ada

(30)

- Alat pengukur

PH Tanah Baik

Rusak Tidak ada - Alat Pengukur

Kadar Air Benih

Baik

Rusak Tidak ada - Alat Pengukur

Bagan Daun Baik

Rusak Tidak ada

a. Sarana Mobilitas

- Kendaraan Operasional Roda 4

Baik

Rusak Tidak ada - Kendaraan

Operasional Roda 2

Baik

Rusak Tidak ada - Gerobak

Dorong Baik

Rusak Tidak ada

(31)

b. Prasarana Lain

- Sumber Listrik Baik

Rusak Tidak ada

- Sumber Air Baik

Rusak Tidak ada C. ASPEK KELEMBAGAAN

1 Keterlibatan Gapoktan/KUD

Tinggi

Sedang

Rendah

2 Keterlibatan petugas lapang/PPL

Tinggi

Sedang

Rendah

3 Keterlibatan aparat/unsur kab/kota

Tinggi

Sedang

Rendah

(32)

Lampiran 2b. Kuesioner penyebaran VUB

KUESIONER

IDENTIFIKASI PENANGKAR BENIH PADI PROVINSI BENGKULU A. Data Penangkar Benih Padi

1. Nama penangkar :

2. Nama unit organisasi :

3. Umur :

4. Pendidikan terakhir :

5. Pernah ikut pelatihan penangkaran : ya / tidak (pilih salah satu) 6. Pengalaman menangkar padi : ... tahun

7. Alamat :

a. Desa/Kelurahan :

b. Kecamatan :

c. Kabupaten/Kota :

8. Nomor telepon/HP :

9. Luas lahan penangkaran (ha) :

10. Nomor SKPB :

11. Sumber benih :

12. Harga beli benih (Rp/kg) : a. Benih Penjenis (BS)/kuning:

b. Benih Dasar (FS)/putih : c. Benih Pokok (SS)/ungu : 13. Produksi benih (ton/thn) : 14. Tujuan pemasaran benih :

No Pembeli Jumlah benih (%)

1 Dinas/instansi pemerintah

2 Perusahaan (a. PT. Pertani b. SHS) 3 Gapoktan/kelompok tani/petani

15. Harga jual benih (Rp/kg) : a. Benih Dasar (FS)/putih : b. Benih Pokok (SS)/ungu : c. Benih Sebar (ES)/biru : 16. Mitra penangkaran : 17. Fasilitas pendukung :

No Uraian Jumlah

1 Luas lahan penangkaran (ha) 2 Luas lantai jemur (m2)

3 Kapasitas gudang penyimpan (ton) 4 Power thresher (unit)

5 Alat pengering gabah (unit) 6 Seed cleaner (unit)

6 Kipas angin (unit)

7 Alat pengukur kadar air (buah) 8 Penjahit karung (buah)

9 Traktor (unit) 10 Timbangan (buah)

Tanggal :

Enumerator :

(33)

18. IP penangkaran padi : 19. Tujuan penangkaran padi : 20. Varietas yang ditangkarkan : B. Stock Opname / Standing Crops

1. Stok benih saat ini (Stock Opname)

No Varietas Kelas benih Jumlah (kg) Tanggal kadaluarsa

1 2 3

2. Penangkaran benih saat ini (Standing Crops)

No Varietas Kelas

benih

Luas tanam

(ha)

Tanggal Target

produksi (ton)

Tanam Perkiraan

panen 1

2 3

C. Analisa Usahatani Produksi Benih Musim Tanam yang lalu

No Uraian Jumlah Harga

satuan (Rp)

Harga total (Rp)

Keterangan

1 Luas lahan (ha) sesuai kondisi 2 Sarana produksi

Benih

Pupuk Urea ... kali pupuk

Pupuk NPK Phonska ... kali pupuk

Pupuk NPK Mutiara ... kali pupuk

Pupuk SP-36 (kg) ... kali pupuk

Pupuk KCl ... kali pupuk

Pupuk lainnya

- ...

- ...

Pupuk organik

ZPT ... kali pemberian

Pestisida

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

... kali pemberian

... kali pemberian

... kali pemberian

... kali pemberian

... kali pemberian

... kali pemberian

... kali pemberian

... kali pemberian

(34)

3 Biaya bajak per hektar ... kali bajak 4 Tenaga kerja per hektar

(HOK)

Pengolahan lahan/persemaian

Penanaman Sistem tanam

...

Penyulaman

Pemupukan ... kali

Penyiangan

Pembersihan CVL, tipe simpang, tanaman terserang hama

... kali

Jaga burung Panen

Perontokan gabah Pengangkutan Pembersihan gabah Penjemuran

Penyimpanan 5 Hasil (ton)

6 Benih yang lulus (ton) 7 Distribusi benih

- ...

.

- ...

.

- ...

.

- ...

.

- ...

.

(35)

D. Identifikasi Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Penangkaran Benih

Pengisian jawaban dengan cara menuliskan tanda centang (√) pada baris dan kolom yang sesuai (faktor pendorong atau penghambat), kemudian diberikan nomor sesuai urutan prioritas.

No Pernyataan Pendorong Penghambat

Tanda Urutan Tanda Urutan 1 Permodalan (cukup atau kurang, dana

sendiri/pinjam)

2 Ketersediaan lahan (milik sendiri/milik petani)

3 Kondisi irigasi (mencukupi atau tidak) 4 Ketersediaan benih sumber

5 Harga benih sumber

6 Penguasaan terhadap prosedur penangkaran 7 Koordinasi dengan pengawas benih

8 Ketersediaan pupuk dan pestisida 9 Ketersediaan tenaga kerja dalam

penanganan benih

10 Sarana/prasarana pendukung produksi benih 11 Pemasaran

12 Kestabilan harga jual benih

13 Kerjasama/kemitraan/jaringan pemasaran 14 Kebutuhan benih petani

15 Daya beli petani

16 Tingkat kepercayaan petani terhadap hasil produksi benih

17 Serangan hama penyakit 18 Kualitas produksi benih 19 Permintaan benih

20 Kesinambungan produksi benih 21 Persaingan antar penangkar 22 Sistem informasi manajemen Khusus untuk Balai Benih

23 Ketepatan pencairan dana dengan musim tanam

24 Dukungan dana dari Pemda

25 Dukungan kebijakan pusat/daerah

26 Perdagangan benih dari daerah lain

(36)

Lampiran 3. Penyebaran VUB

KUESIONER

PETA PENYEBARAN VUB PADI BADAN LITBANG PERTANIAN

1. Nama :

2. Alamat :

a. Desa/Kelurahan :

b. Kecamatan :

c. Kabupaten/Kota :

3. Kelompok tani :

4. Status keanggotaan : a. pengurus b. anggota c. bukan anggota (pilih salah satu)

5. Umur : ... tahun

5. Pendidikan terakhir : ... (... tahun) 6. Pengalaman bertani padi : ... tahun

7. Luas sawah (ha) : ...

8. Status lahan (ha) :

a. Milik : ...

b. Bagi hasil : ...

c. Sewa : ...

10. Nomor telepon/HP :

11. Jumlah tanggungan keluarga : ... orang

12. Pekerjaan utama : ...

13. Pekerjaan sampingan : a. ...

b. ...

14. Jarak dari rumah ke kios saprodi (km) : ...

15. Varietas yang ditanam terakhir : ...

16. Kelas benih : ...

17. Sumber informasi benih : a. petugas b. penangkar c. kios d. petani e. media (pilih salah satu yang utama)

18. Alasan pemilihan varietas : pilih yang sesuai a. Produktivitas tinggi b. Harga jual tinggi c. Rasa nasi enak

d. disukai konsumen e. Tahan hama penyakit

f. Umur pendek g. Tahan rebah

h. Benih mudah diperoleh i. Anakan banyak

j. Malai panjang k. Gabah bernas l. Tahan kekeringan m. Wangi

n. Mutu gabah baik

o. Daun bendera tegak

Tanggal :

Enumerator :

(37)

19. Analisa Usahatani Penyebaran Padi

No Uraian Jumlah Harga

satuan (Rp)

Harga total (Rp)

Keterangan

1 Luas lahan (ha) sesuai kondisi 2 Sarana produksi

Benih

Pupuk Urea ... kali pupuk

Pupuk NPK Phonska ... kali pupuk

Pupuk NPK Mutiara ... kali pupuk

Pupuk SP-36 (kg) ... kali pupuk

Pupuk KCl ... kali pupuk

Pupuk lainnya

- ...

- ...

Pupuk organik

ZPT ... kali pemberian

Pestisida

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

- ...

... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian ... kali pemberian

3 Biaya bajak per hektar ... kali bajak

4 Tenaga kerja per hektar (HOK)

Pengolahan lahan/persemaian

Penanaman Sistem tanam

...

Penyulaman

Pemupukan ... kali

Penyiangan Jaga burung Panen

Perontokan gabah Pengangkutan Pembersihan gabah Penjemuran

Penyimpanan 5 Hasil (ton)

6 Harga gabah (Rp./ton)

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa penyebab terjadinya kesalahan operator pada tindakan pencabutan gigi dan komplikasi yang dapat

Pengguna merupakan setiap individu yang ada dilingkungan Akbid Harapan Mulya Ponorogo yang dapat mengakses sistem informasi sarana prasarana atau petugas yang

Instrumen yang digunakan yaitu meteran dan luxmeter dengan teknik pengumpulan data observasi langsung mengenai kondisi lingkungan fisik (penerangan,

menggambarkan kelas-kelas dalam sebuah sistem dan hubungannya antara satu dengan yang lain, serta dimasukkan pula atribut dan operasi.  Diagram kelas adalah diagram

Dari hasil pengujian didapat bahwa penggunaan blower sebagai supercharger elektrik dapat meningkat, peningkatan rata-rata pada torsi sebesar 0,686 Nm, daya sebesar 0,5631

anggaran, jika tujuan kelompok dengan kohesivitas yang tinggi tidak sesuai dengan tujuan manajemen organisasi maka hal tersebut dapat menimbulkan

Daripada gambar itu, dapat diperhatikan bentuk kelok pengambilan gas oksigen oleh molekul-molekul asam linoleat adalah hampir sama yaitu laju pengambilan oksigen

8 Permodelan Computational Fluid Dinamics (CFD) pada Parameter Proses Pencampuran pada Pierce Smith Converter dengan Perbandingan Permodelan Fisika.