PROSPEK IMPLEMENTASI ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA EKONOMI
TIONGKOK DI ASIA TENGGARA
(STUDI KASUS : AIIB DI INDONESIA DAN MYANMAR)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional
Oleh :
SITTI MARDHIYAH RANI E13113017
DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas segala berkah, rahmat, serta karunia yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Prospek Implementasi Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) terhadap Peningkatan Kerjasama Ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara (Studi Kasus : Indonesia dan Myanmar) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtua penulis, Bapak (Rani Ladaude) dan Mama (St.
Rachmatiah, S.Pd, M.Pd). Keduanya merupakan motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih atas segala doa dan motivasinya. Terimakasih juga karena masih mengizinkan penulis untuk tetap aktif beraktivitas di organisasi-organisasi yang penulis ikuti, yang terkadang menyita sebagian besar waktu penulis di luar rumah hingga larut malam meskipun dikejar deadline penyelesaian skripsi. Terimakasih atas segala kepercayaan yang diberikan kepada penulis.
2. Rektor Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. beserta jajarannya.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Prof.
Dr. A. Alimuddin Unde, M.Si, beserta jajarannya. Terimakasih banyak atas segala bantuannya kepada penulis.
4. Dosen Pembimbing penulis, H. Darwis, M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing I sekaligus ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin dan Pusparida Syahdan, S.IP.,M.Si. selaku dosen pembimbing II. Terimakasih atas segala waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis di tengah kesibukan pribadi bapak dan ibu. Terimakasih telah membimbing dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Para Dosen dan staf Departemen Ilmu Hubungan Internasional, khususnya Kak Rahma dan Bunda yang baik hati yang selama ini membantu penulis dalam urusan akademik dan administrasinya. Terimakasih telah membantu penulis dari semenjak penulis menjadi mahasiswa baru di Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNHAS.
6. Teman-teman dekat penulis dari MTsN Model Makassar. Siti Fatmala Rezeky, S.KM, Syakirah Mahani, Nurul Thayyibah Thamrin, Siti Khumaerah Mufti, Fadel Muhammad, S.H. Terimakasih telah menjadi tempat curhat penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ajakan makan pisang epe’nya di masa-masa berat penulis dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih semoga kalian selalu sehat dan cepat sarjana semuanya.
7. Teman-teman dekat penulis dari SMAN 2 Makassar. Yusticia Zahrani, S.H., Siti Hirmawadina Tahir, S.H., A.Md, Andi Nur Aisyah Abbas, S.Ft. yang telah sarjana lebih dulu mendahului penulis. Terimakasih telah memotivasi penulis untuk bisa mengejar dan memperoleh gelar sarjana secepatnya.
Terimakasih telah selalu mempertanyakan kapan penulis ujian, hingga penulis bersemangat mengejar dosen pembimbing untuk bimbingan dan bisa ujian secepatnya.
8. Teman-teman dekat penulis di HI, Nuryanti Awallia, S.IP., Tifanny Nanda Nartari, S.IP., Jennifer Beatrice, S.IP., Puji Chayrani S.IP., dan Dea Angela Seftyana, S.IP. Terimakasih karena kalian semua juga sudah sarjana lebih dulu mendahului penulis, sehingga penulis merasa semakin termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini dan memperoleh gelar sarjana sesegera mungkin. Juga, terimakasih sudah setia mendengarkan curhatan penulis soal Doi’ dulu, hahahaha.
9. M. Fajar Nur, M. Nur Setia Budi, A. Ayyub Ansarullah, 3 lelaki cerdas yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas segala saran, masukan, bimbingan, serta motivasi yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kalian bisa sukses dan menjadi insan-insan yang membanggakan bagi bangsa dan negara kita.
10. SEATTLE HI 2013, teman-teman seangkatan Penulis di Departemen Ilmu Hubungan Internasional. Teman-teman rasa saudara kandung. Terimakasih sudah hadir dalam kehidupan penulis. Adalah kali pertama penulis merasakan memiliki saudara sebanyak 70 orang lebih bersama kalian. Terimakasih geng
maret Yanti, Jen, Kiki, Enggra, Ina, Astari, Budi, Nica, Shita, Fahira, Rani, Anni, Dwiki, Chufi, geng juni yang sempat kutemani urus berkas tapi batal ujian dan wisuda bareng, makasih nah weew Fany, Dea, Chandra, Puput, Tenri, Avy, Puji, Woching, Pupe, Ilham, Ayyub, Dyva, Asrin, Vijay, Eda, Rian, Windos, Hasbullah, Arfan, Eki, Eka. Geng wisuda periode selanjutnya (desember 2017 InsyaAllah) Patrik, Fajar, Husnul, Dyla, Upi, Hilda, Sandi, Dipo, Mekay, Opi, Ryan, Aldy, Aufar, Afan, Fadhil, Thorgib, Eca, Sisca, Ikka, Bob, Ayat, Akbar, Rasya, Aila, Lia, Tira, Lena, Zia, Ari, Abel, Pimpim, Oji, Jo, Maul, Iswan, Jabal, Ziza.
Semangatkiii! Terimakasih atas pengalaman berharga bersama kalian selama 4 tahun kehidupan penulis di kampus. Semoga kekompakan kita dapat selalu terjaga hingga akhir hayat.
11. Special thanks untuk Upi, Aldy, Aufar, Fajar, Dyla, Tira, Patrik, yang telah setia menemani penulis di masa-masa ketika kampus sudah sepi karena teman-teman seangkatan banyak yang sudah sarjana, semoga segala urusan kalian menuju ujian akhir diperlancar. Juga terimakasih kepada Tenri, Ikka, Ayyub, Asrin, Chandra, Kiki, Afan, Arfan, Bob, Dipo, Puput, Sisca, Mekay, Shita, Ilham, Husnul, Hilda, Ryan, Ardi, Ayat, Pupe, Upi, Aldy, Aufar, Fajar, Dyla, Tira, Patrik, teman-teman Seattle yang sudah datang di hari penulis ujian.
12. Teman-teman ujian penulis, Kak Syahrul Rauf (HI 2010), Kak Alfryarnes Pongtiku (HI 2012), juga Indah Angraini Sawal, Nadiah Khaeriah Kadir, dan Ikhsanul Amal Tajuddin dari Seattle-ku tercinta. Terimakasih sudah
mau berjuang, susah-susah ngurus-ngurus sama-sama di detik-detik terakhir masa ujian akhir untuk wisuda Periode September. We did it, gengs. Ternyata kita bisa!.
13. HIMAHI FISIP UNHAS, terimakasih karena telah menjadi bagian dari fase terpenting dalam kehidupan penulis. Terimakasih karena telah membukakan ruang bagi penulis untuk lebih mengenal dunia kampus dan arti menjadi mahasiswa di masa transisi penulis dari seorang siswa SMA menjadi seorang mahasiswa. Terimakasih atas ruang-ruang diskusi yang senantiasa terbuka lebar bagi penulis kapanpun penulis mau butuh berdiskusi. Semoga HIMAHI FISIP UNHAS semakin maju dan mampu membentuk kader-kader yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
14. Dewan Pengawas Organisasi HIMAHI FISIP UNHAS Periode 2014-2015, Kak Evan, Kak Eqi, Kak Aji, Kak Toso, Kak Ade, Zia, Beatrix.
Terimakasih sudah menjadi orang-orang yang berpengaruh bagi penulis pada masanya.
15. Departemen HUMAS dan Infokom HIMAHI FISIP UNHAS Periode 2015- 2016, Thorgib Kordicu, Ivonne, Aufar, Aldy, Febe, Inggi. Terimakasih atas pengalaman berorganisasi terasik dan ternyaman yang diberikan.
16. UNHAS MUN Community. Terimakasih atas segala pengalaman berharga yang diberikan kepada penulis.
17. Keluarga besar D’B3 Voice FISIP UNHAS. Lingkungan ternyaman bagi penulis hingga saat ini. Lingkungan yang tidak bisa penulis abaikan dan tinggalkan meskipun dalam masa sibuk penulisan skripsi. Lingkungan yang
selalu penulis rindukan tiap harinya. Terimakasih telah membawa keceriaan bagi penulis. Juga, terimakasih atas segala rasa dan pengalaman sangat berharga yang telah diberikan bagi penulis, termasuk pengalaman naik pesawat pertama kali, pengalaman keluar negeri pertama kali, pengalaman menjadi ketua pemberangkatan pertama kali, pengalaman berbicara langsung dengan pemimpin-pemimpin daerah pertama kali, pengalaman pertama kali menyanyi di depan banyak orang baik secara kelompok maupun seorang diri, dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang pertama kali penulis rasakan bersama D’B3 Voice. D’B3 Voice merupakan salah satu lingkungan yang paling berpengaruh penulis, yang membawa banyak perubahan positif bagi penulis selama 4 tahun masa perkuliahan penulis di Kampus. Semoga D’B3 Voice selalu eksis hingga berpuluh-puluh tahun kedepan. Aamiin.
18. Kakak-kakak Favorit penulis di D’B3 Voice. Kak Achie, Kak Muttia, Kak Elis, Kak Cumi, Kak Chelsy, Kak Ulil, Kak Tata, Kak Manda, Kak Nunu, Kak Gen, Kak Satria, Kak Ama. Terimakasih telah menginspirasi dan memotivasi Penulis. Terimakasih telah selalu mendengarkan keluh-kesah, galau, bimbang, ragu, penulis selama ini. Terimakasih atas segala ilmu dan pengalaman, serta canda dan tawa yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga kakak-kakak selalu sehat dan berada dalam lindungan Allah SWT.
19. Kakak-kakak Favorit Penulis di HI UNHAS. Kak Aumi, Kak Agor, Kak Haedar, Kak Eqi, Kak Riri, Kak Ignas, Kak Michael, Kak Radit, Kak Viko, Kak Nofal, Kak Aji, kak Toso, Kak Ade, Kak Dina, Kak Fifi, Kak Frischa, Kak Dian, Kak Tika, Kak Amel, Kak Ai, Kak Yuli, Kak Vivi,
Kak Gufron, Kak Rial, Kak Dewe, Kak Bayu, Kak Tillah, Kak Kharji, Kak Tyo, Kak Fahmi, Kak Winda, Kak Umi, Kak Irene, Kak Ino, Kak Sirton. Terimakasih telah banyak menginspirasi penulis.
20. Adik-adik favorit Penulis di HI UNHAS. Felix, Aul, Wira, Tirza, Ani, Febe, Inggi, Gandhi, Raisa, Indah, Marwah, Ulfa, Wulan, Devina, Fila, April, Caca, Amel, Kahima (Fiqri), Iyam, Asrul, Mety, Gun, Restu, Fiqram, Adit, Askel, Dea, Aria, Moty, Mulya, Nabila, Jemima, Tita, Yuspus, Titan. Kalian adik-adik yang keren, semoga bisa membawa Departemen HI menjadi lebih baik kedepannya dengan prestasi-prestasi yang gemilang.
Terakhir, Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang turut berjasa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak sempat penulis tuliskan satu-persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Makassar, 20 Agustus 2017
Sitti Mardhiyah Rani
ABSTRAKSI
Sitti Mardhiyah Rani, E 131 13 017, dengan “Prospek Implementasi Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) terhadap Peningkatan Kerjasama Ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara (Studi Kasus : AIIB di Indonesia dan Myanmar)”, di bawah bimbingan H. Darwis selaku pembimbing I dan Pusparida Syahdan selaku pembimbing II, pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prospek implementasi Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) terhadap peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara khususnya di Indonesia dan Myanmar. AIIB merupakan sebuah institusi finansial internasional baru yang diprakarsai oleh pemerintah Tiongkok sejak tahun 2010 dan resmi beroperasi pada tahun 2016.
Berbeda dengan bank-bank pembangunan sebelumnya, AIIB muncul sebagai sebuah bank pembangunan baru bagi kawasan Asia yang bergerak khusus di bidang infrastruktur.
Pembahasan difokuskan untuk meneliti prospek implementasi Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) terhadap peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara khususnya di Indonesia dan Myanmar sebab Indonesia dan Myanmar merupakan dua negara di kawasan Asia Tenggara yang saat ini menerima bantuan dana pembangunan dari AIIB. Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif-Analitik. Adapun teknik pengumpulan data, penulis memperoleh dari studi pustaka yang menelaah sejumlah buku, jurnal, dokumen, surat kabar dan artikel ilmiah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi AIIB di Asia Tenggara berprospek baik bagi peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok dengan negara- negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Myanmar. Sebab Tiongkok sebagai founder AIIB yang memiliki pangsa suara tertinggi di AIIB memiliki kepentingan terhadap Indonesia dan Myanmar yang berhubungan dengan kebijakan luar negerinya (One Belt One Road). Sementara baik Indonesia dan Myanmar membutuhkan bantuan dana dari AIIB untuk membangun infrastruktur untuk meningkatkan perekonomiannya. Meskipun begitu, implementasi AIIB terhadap peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Indonesia dan Myanmar juga menghadapi beberapa tantangan.
Kata kunci : Prospek, Asian Infrastructure Investment Bank, Tiongkok, Indonesia, Myanmar, Kerjasama Ekonomi, Asia Tenggara, Bank Pembangunan Multilateral, Infrastruktur
ABSTRACT
Sitti Mardhiyah Rani, E 131 13 017, with the "Prospects of Implementation of the Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) towards the Improvement of China’s Economic Cooperation in Southeast Asia (Case Study : AIIB in Indonesia and Myanmar)", under the guidance of H. Darwis and Pusparida Syahdan in the Department of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences of Hasanuddin University.
This study aims to describe the prospect of implementation of Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) to increase the economic cooperation of China in Southeast Asia especially in Indonesia and Myanmar. AIIB is a new international financial institution initiated by the Chinese government since 2010 and officially opened in 2016. In contrast to previous development banks, AIIB emerged as a new development bank for the region who specialized in the field of infrastructure.
Discussions focused on researching the prospects for the implementation of the Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) to increase economic cooperation of China in Southeast Asia, especially in Indonesia and Myanmar, since Indonesia and Myanmar are two countries in Southeast Asia are currently receiving assistance from the AIIB. The type of research the author uses in this study is Descriptive-Analytic. As for data collection techniques, the authors obtained from literature studies that reviewed a number of books, journals, documents, newspapers and scientific articles.
The results show that the implementation of AIIB in Southeast Asia has good prospects for increasing China's economic cooperation with Southeast Asian countries, especially Indonesia and Myanmar. For China as the founder of AIIB which has the highest voting share in AIIB have an interest in Indonesia and Myanmar that is related to China’s foreign policy (One Belt One Road). While both Indonesia and Myanmar need funding from AIIB to build infrastructure, to boost their economy. Nevertheless, AIIB's implementation towards the improvement of China's economic cooperation in Indonesia and Myanmar also faces some challenges.
Keywords : Prospect, Asian Infrastructure Investment Bank, China, Indonesia, Myanmar, Economic Cooperation, Southeast Asia, Multilateral Development Bank, Infrastructure
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAKSI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 2
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
D. Kerangka Konseptual ... 7
E. Metode Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
A. Konsep Kepentingan Nasional ... 15
B. Konsep Kerjasama Internasional ... 20
C. Teori Neoliberal Institusional ... 25
D. Konsep Bantuan Luar Negeri ... 30
BAB III PEMBENTUKAN ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) DAN KERJASAMA EKONOMI TIONGKOK DI
ASIA TENGGARA ... 35
A. Perkembangan Ekonomi Tiongkok ... 35
B. Pembentukan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) ... 39
1. Sejarah Pembentukan AIIB ... 39
2. Tujuan dan Fungsi AIIB ... 44
3. Karakteristik AIIB ... 45
a) Keanggotaan ... 45
b) Tata Kelola AIIB ... 48
c) Mekanisme Pemberian Dana Pembangunan Infrastruktur 52 4. Kerjasama Ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara ... 59
BAB IV KEPENTINGAN TIONGKOK DAN PROSPEK IMPLEMENTASI ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA EKONOMI TIONGKOK DI ASIA TENGGARA ... 65
A. Kepentingan Tiongkok melalui Pembentukan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) ... 65
1. Kepentingan Tiongkok di Indonesia melalui AIIB ... 76
2. Kepentingan Tiongkok di Myanmar melalui AIIB ... 79
B. Prospek Implementasi Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) terhadap Peningkatan Kerjasama Ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara ... 81
1. Prospek a. Prospek terhadap Kerjasama Ekonomi Tiongkok di Indonesia ... 85
b. Prospek terhadap Kerjasama Ekonomi Tiongkok di Myanmar ... 86
2. Tantangan Implementasi AIIB terhadap kerjasama ekonomi
Tiongkok di Asia Tenggara ... 87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN ... 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Penyebaran Negara-negara Anggota Pendiri AIIB ... 41 Gambar 3.2 Struktur Tata Kelola Asian Infrastructure Investment Bank
(AIIB) ... 50 Gambar 3.3 Alokasi Modal dan Pangsa Suara dalam Manajemen Asian
Infrastructure Investment Bank (AIIB) ... 51 Gambar 3.4 Distribusi Pangsa Suara di Asian Infrastructure Investment Bank
(AIIB) ... 51 Gambar 3.5 Mode Operasi Finansial Multilateral Development Bank
(MDB) ... 53 Gambar 3.6 Peningkatan volume perdagangan Indonesia dan Tiongkok
pada tahun 1996-2013 ... 60 Gambar 3.7 Partner Perdagangan Myanmar di tahun 2012-2013 ... 62 Gambar 4.1 Peta Wilayah Negara Anggota AIIB dan Rencana Proyek One
Belt One Road AIIB (OBOR) ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Urutan 10 Negara dengan GDP Nominal dan GDP PPP Tertinggi di dunia ... 38 Tabel 3.2 Daftar Negara Anggota Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)
hingga April 2017 ... 47 Tabel 3.3 Daftar Proyek Pendanaan yang telah diterima oleh AIIB ... 57
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, Tiongkok telah memperlihatkan eksistensinya sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia. Menurut IMF (International Monetary Fund) dengan mengacu pada indikator PPP (Purchasing Power Parity), Tiongkok telah menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia, menggeser hegemoni Amerika Serikat sejak Perang dunia II. Bahkan pada 2014, GDP Tiongkok telah mencapai US$ 18.976 milyar, berada di peringkat pertama dunia menggusur posisi Amerika Serikat (Bakry, 2015, hal. 246). Ini pertama kalinya dalam sejarah ekonomi dunia modern, Tiongkok melampaui kekuatan ekonomi Amerika Serikat. Padahal sebelumnya Tiongkok merupakan sebuah negara yang terbelakang dan menutup diri dari pergaulan internasional, namun saat ini Tiongkok telah bangkit dan menjadi negara maju dan terbuka, serta patut diperhitungkan oleh negara-negara di dunia.
Kebangkitan ekonomi Tiongkok tidak terlepas dari adanya transfomasi dan pembukaan diri yang dilakukan oleh Tiongkok di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping. Deng melepaskan belenggu ekonomi dan berinovasi dengan melakukan reformasi yang membawa Tiongkok menjadi negara maju saat ini sehingga bisa menjadi penyeimbang dan pesaing kekuatan hegemoni AS.
Hanya dalam kurun waktu tiga dekade dimulai dari kepemimpinan Deng Xiaoping, Tiongkok dapat melakukan berbagai trasformasi yang berbeda
dengan kepemimpinan pendahulunya yaitu Mao Zedong. Di bawah pemerintahan Mao Tiongkok menggunakan sistem pemerintahan yang terpusat, sistem ekonomi komando, dan nasionalisasi perusahaan. Berbeda dengan Mao Zedong, Deng Xiaoping yang menerapkan strategi dan kebijakan baru yaitu open door policy. Melalui kebijakan ini Tiongkok mulai membuka diri terhadap investasi asing. Hal inilah yang kemudian menjadi kunci peningkatan ekonomi Tiongkok dimana sejak saat itu, Tiongkok memulai proses industrialisasinya hingga mampu menjangkau pasar dunia, serta menjadi negara pusat manufaktur dan eksportir terbesar dunia yang mendominasi pasar-pasar di dunia termasuk pasar Amerika Serikat.
Keberhasilan ekonomi Tiongkok juga tidak terlepas dari peranannya dalam pembentukan berbagai rezim dan institusi internasional yang bergerak di bidang perdagangan, investasi, hingga keuangan seperti SCO (Shanghai Cooperation Organization), ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area), BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa), serta yang paling terkini adalah pembentukan AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank).
AIIB merupakan sebuah bank pembangunan yang dibentuk oleh Tiongkok yang berfokus pada investasi di bidang infrastruktur bagi negara- negara di seluruh Asia Pasifik. AIIB telah didirikan sejak 2010, namun penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) AIIB dilangsungkan baru pada 2014, sementara anggotanya dirampungkan pada tahun 2015.
Meskipun banyak negara yang meragukan tata kelola AIIB kedepannya, Tiongkok akhirnya berhasil meraih kepercayaan 57 negara di seluruh dunia
untuk bergabung dalam AIIB. Negara-negara tersebut tidak hanya berasal dari kawasan Asia saja tetapi Tiongkok juga berhasil menarik anggota dari berbagai kekuatan ekonomi dunia lainnya seperti Perancis, Jerman, Italia, dan Australia (Bakry, 2015, hal. 103). Sementara Amerika Serikat dan Jepang sebagai pendiri World Bank dan Asian Development Bank (ADB) sampai saat ini belum memilih bergabung dengan AIIB.
Bagaimanapun juga pembentukan AIIB ini menuai kontroversi, sebab AIIB muncul sebagai sebuah bank baru yang bermaksud membangun perekonomian negara-negara di kawasan Asia, sementara sebelumnya telah ada International Bank of Reconstruction and Development (IBRD) / World Bank yang didirikan oleh Amerika Serikat dan Asian Development Bank (ADB) yang didirikan oleh Sekutu Amerika Serikat, Jepang. World Bank memberi/menjamin kredit-kredit yang ditujukan untuk proyek-proyek rekonstruksi dan pertumbuhan yang produktif di negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya (Amalia, 2007, hal. 42). Selain itu, juga telah berdiri Asian Development Bank (ADB) yang dibentuk untuk membantu pembangunan ekonomi di kawasan Asia. Kemudian, kembali berdiri sebuah bank pembangunan dengan maksud dan tujuan yang serupa, yaitu Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Kehadiran AIIB sebagai sebuah bank pembangunan baru yang juga bermaksud membangun perekonomian di Asia membuat keefektifan bank- bank pembangunan sebelumnya dalam membangun perekonomian di kawasan Asia dipertanyakan. Terlebih lagi melihat respon negara-negara di dunia yang
cukup antusias terhadap pembentukan AIIB. Kedua bank pembangunan yang telah ada sebelumnya baik World Bank maupun Asian Development Bank (ADB) tercatat tidak mampu memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Asia yang terhitung sangatlah besar. Oleh karena itu, pembentukan AIIB dipandang sebagai sebuah jalan yang mampu membawa Asia menjadi kawasan yang lebih baik.
Pembangunan Infrastruktur di Asia tercatat membutuhkan dana sebesar US$8.22 triliun dari tahun 2010 ke tahun 2020, sementara ADB tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut yang besarnya terhitung 4,5 kali lebih besar dari pada ADB’s subscribed capital (Mun, 2015). Sementara untuk kawasan Asia Tenggara saja membutuhkan US$ 60 milyar pertahun untuk investasi perbaikan jalanan, listrik, air dan infrastruktur penting lainnya. Di tahun 2014, World Bank menyediakan sekitar US$24 milyar untuk pendanaan infrastruktur global. Sedangkan ADB menyediakan US$13 milyar pertahun untuk pendanaan infratruktur di kawasan tersebut (Inclusive Development International, 2016). Namun, pemberlakuan pembatasan peminjaman dana pembangunan oleh kedua institusi keuangan ini di tengah-tengah besarnya kebutuhan pembangunan infrastruktur bagi Asia membuat AIIB disambut dengan antusias oleh pemerintah negara-negara berkembang di kawasan Asia.
Sejak AIIB telah resmi beroperasi yaitu pada tahun 2016 kemarin, AIIB telah menerima beberapa proposal proyek dari negara-negara kawasan Asia, dua diantaranya berasal dari dua negara kawasan Asia Tenggara yaitu Myanmar dan Indonesia. Di Myanmar sendiri, AIIB menerima proposal
proyek untuk pembangunan dan pengoperasian sebuah tenaga pembangkit listrik “Combined Cycle Gas Turbine (CCGT)” 225 MW di kawasan Mandalay di Myanmar. Sementara di indonesia, AIIB telah menerima proposal proyek peminjaman dana sebesar 216.5 juta dollar untuk perbaikan pemukiman kumuh di Indonesia. Jadi proyek ini bermaksud menciptakan lingkungan tinggal yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia yang masih tinggal di pemukiman kumuh. Selain itu, proyek ini bermaksud untuk memperbaiki akses menuju infrastruktur dan pelayanan masyarakat kota yang ditargetkan untuk beberapa pemukiman kumuh di 154 kota di indonesia.
Selain proyek ini, Indonesia juga telah mengajukan dua proposal proyek yang berbeda ke AIIB yang saat ini masih sedang menunggu status penerimaannya.
Asia tenggara merupakan salah satu kawasan yang terdiri dari negara- negara yang masih dikategorikan sedang berkembang seperti Myanmar, Laos, Indonesia, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, dan Brunei Darussalam.
Kedelapan negara ini telah menyatakan keanggotaannya dalam AIIB yang berada di bawah pengaruh Tiongkok yang telah muncul sebagai kekuatan ekonomi dunia saat ini. Melalui pembentukan AIIB ini penulis percaya akan membawa pengaruh-pengaruh ekonomi terhadap hubungan bilateral Asia Tenggara dan Tiongkok kedepannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Prospek Implementasi Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) terhadap Peningkatan Kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Banyaknya negara di dunia yang ingin menjadi negara anggota AIIB tentunya memberi dampak terhadap konstelasi ekonomi politik dunia terutama bagi Tiongkok itu sendiri. Namun, penelitian ini hanya akan melihat prospek implementasi AIIB terhadap peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara khususnya pada dua negara yang telah menerima pinjaman dana pembangunan infrastruktur dari AIIB saat ini yaitu Myanmar dan Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan membahas seputar masa penggagasan pembentukan AIIB (2010) hingga implementasi AIIB saat ini (2017).
Dengan batasan tersebut, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana kepentingan Tiongkok di Asia Tenggara melalui pembentukan AIIB?
2. Bagaimana prospek implementasi AIIB terhadap peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kepentingan Tiongkok di Asia Tenggara melalui pembentukan AIIB
b. Untuk mengetahui prospek implementasi AIIB terhadap peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi akedemisi Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Dosen dan Mahasiswa dalam mengkaji dan memahami Ekonomi Politik Internasional.
b. Sebagai referensi tambahan bagi setiap aktor hubungan internasional, baik itu individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi non- pemerintah baik dalam tingkat nasional, regional maupun internasional tentang prospek implementasi AIIB bagi peningkatan kerjasama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara yang saat ini muncul sebagai new global power mengimbangi Amerika Serikat.
D. Kerangka Konseptual
Dalam hubungan internasional, interaksi antar negara tidak dapat terelakkan sebab suatu negara membutuhkan negara lain untuk dapat memenuhi kepentingan nasionalnya baik itu diperoleh dengan kekerasan ataupun melalui kerjasama. Urgensitas pemenuhan kepentingan nasional itu sendiri terletak pada bagaimana eksistensi suatu negara di dunia internasional dan juga bagaimana power atau kekuatan suatu negara diatas negara-negara lainnya. Sebab apabila kepentingan nasional suatu negara terpenuhi, akan memberikan dampak langsung bagi pertimbangan negara agar mendapat pengakuan dunia. Dengan demikian, secara konseptual kepentingan nasional dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu Negara. Sebagaimana menurut Hans J. Morgenthau ;
“Kepentingan nasional merupakan kemampuan minimum negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik (wilayah, tanah, territorial) politik (rezim ekonomi politik), dan kultural (norma, etnis, liguistik, sejarah) dari gangguan negara-negara lain”.
Berdasarkan uraian Morgenthau di atas, dapat dipahami bahwa Kepentingan nasional membutuhkan peran negara melalui perumusan kebijakan luar negerinya untuk melakukan apapun yang dapat membentuk atau mempertahankan pengendalian terhadap negara lain agar terbebas dari berbagai gangguan yang mengancam identitas fisik (wilayah, tanah, territorial) politik (rezim ekonomi politik), dan kultural (norma, etnis, liguistik, sejarah) suatu negara. Pengendalian ini berhubungan dengan “power” yang tercipta melalui paksaan ataupun kerjasama. Dengan demikian, pemenuhan kepentingan nasional dapat dilakukan secara konfliktual maupun koperatif atau kerjasama.
Kerjasama pada dasarnya dapat terjadi apabila ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Perbedaan kesepahaman akan membuat kerjasama yang dilakukan tidak akan dapat berlangsung lama. Dalam hubungan internasional, kerjasama ditunjukkan dengan keterlibatan negara-negara dalam forum-forum ataupun institusi internasional yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian, Letter of Intent, Memorandum of Understanding, traktat, dan sebagainya. Kerjasama internasional terdiri dari berbagai bidang seperti kerjasama di bidang politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, ekonomi, serta keuangan.
Dalam keuangan internasional, kerjasama antar negara ditandai, mengikuti Keohane (1984), dengan penyesuaian bersama akan perilaku yang ingin dicapai melalui proses implisit maupun eksplisit dari negosiasi.
Kerjasama dapat bervariasi dalam intensitas, mulai dari konsultasi sederhana atau manejemen krisis yang sesekali tejadi sampai kolaborasi sebagian atau bahkan kerjasama penuh dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan (Carlsnaes, Risse, & Simmons, 2004).
Sementara dalam bidang ekonomi internasional, kerjasama telah menjadi sangat kompleks dengan kemunculan rezim-rezim serta institusi- institusi internasional yang bergerak bidang perdagangan dan investasi baik yang bersifat bilateral maupun multilateral. Hal ini membuat aktor di dunia internasional tidak lagi hanya didominasi oleh negara saja tetapi juga telah ada aktor-aktor non negara.
Di era globalisasi ini, kerjasama internasional yang melibatkan negara- negara dan aktor-aktor lainnya dalam sistem internasional menjadi perhatian dari kajian neoliberalisme. Berbeda dari kajian realisme, neoliberalisme berpendapat bahwa perkembangan-perkembangan yang terjadi saat ini membuat kerjasama internasional semakin mudah dicapai. Perkembangan ini sejalan dengan munculnya institusi-institusi internasional baik yang bersifat formal maupun non formal yang memainkan peran dalam keseharian politik global kontemporer.
Institusi formal merupakan organisasi-organisasi multilateral yang memiliki lokasi fisik, bangunan, staf-staf, anggaran, dan sebagainya.
Sebagaimana negara-negara di dunia secara sukarela membentuk institusi inter-governmental seperti UN (United Nations), IMF (International Monetary Fund), World Bank, termasuk AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank) untuk memenuhi kepentingan kolektif dari negara-negara yang terlibat. Selain itu, negara-negara juga menciptakan institusi-institusi informal yang dikenal biasanya dikenal dengan rezim internasional yang menerapkan prinsip-prinsip, norma-norma, aturan, atau prosedur pengambilan keputusan baik secara implisit maupun eksplisit (Sterling, 2010, hal. 114). Keberadaan institusi- institusi internasional ini menandakan tingginya derajat interdependensi antarnegara di dunia sehingga terbentuk upaya-upaya untuk melakukan kerjasama lintas batas negara terkait isu-isu tertentu.
Dalam studi hubungan internasional saat ini, isu mengenai ekonomi politik internasional juga turut berkembang seiring berkembannya masalah- masalah yang terjadi dalam sistem internasional. Oleh karena itu, pengkaji ekonomi politik internasional membutuhkan kolaborasi teori-teori dari ilmu ekonomi dan politik untuk membantu menjelaskan masalah-masalah tersebut seperti masalah-masalah dalam isu perdagangan internasional, moneter, pembangunan ekonomi, dan sebagainya.
Ekonomi dan politik merupakan dua elemen yang memiliki keterkaitan dan pengaruh yang bersifat timbal balik. Para sarjana “ekonomi modern”
memahami bahwa Ekonomi Politik/Ekonomi Politik Internasional sebagai interaksi antara Ekonomi dan Politik (Bakry, 2015). Sebagaimana Robert Gilpin mendefinisikan konsep ekonomi politik sebagai dinamika interaksi
global antara pengejaran kekuasaan (politik) dan pengejaran kekayaan (ekonomi). Dengan demikian, Negara dan Pasar saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan dan kekayaan dalam hubungan internasional (Perwita, 2005, hal. 76).
Ekonomi Politik Internasional mengkaji bagaimana unsur “kekayaan”
mempengaruhi atau memberi kekuatan kepada suatu negara sehingga dapat memainkan peran atau mendapatkan posisi tertentu dalam hubungan internasional. Namun juga sebaliknya bagaimana unsur-unsur power (baik tangible maupun intangible) dapat digunakan untuk mendapatkan sumber- sumber kekayaan (wealth) yang ada dalam arena internasional.
Dalam studi Ekonomi Politik Internasional, terdapat beberapa konsepsi yang relevan untuk menjelaskan interaksi antara ekonomi dan politik. Salah satunya adalah konsepsi mengenai bantuan asing (foreign aid) atau bantuan luar negeri. Bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai pemindahan sumberdaya dari suatu negara ke negara lain yang dapat berbentuk barang ataupun dana. Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk kepentingan jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang (Perwita, 2005, hal. 82). Aliran modal bantuan luarr negeri ini dapat berupa pemberian (grant) atau pinjaman luar negeri (loan) yang dibeikan oleh negara-negara donor melalui lembaga- lembaga keuangan internasional yang dibentuk untuk memberikan bantuan luar negeri seperti World Bank, Asian Development Bank (ADB),
International Monetary Fund (IMF), hingga Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif- analitik yaitu berusaha menggambarkan bagaimana pembentukan AIIB memberikan pengaruh terhadap perluasan ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Library Research atau telaah pustaka untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Data tersebut bersumber dari berbagai hasi penelitian terdahulu baik itu berupa buku-buku, jurnal, dokumen-dokumen, koran/surat kabar serta dari artikel-artikel yang dimuat dalam situs internet. Ataupun data lainnya yang bersumber dari beberapa tempat yang penulis rencananya akan kunjungi demi penelitian ini, yaitu:
a. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin di Makassar
b. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar c. Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia di Jakarta
3. Jenis dan Sumber Data
Untuk mencapai tujuan penelitian penulis data. Data merupakan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (obsevasi) suatu objek. Data juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diketahui atau dianggap yang berarti sesuatu yang sudah terjadi atau merupakan fakta. Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), dan relevan atau mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh.
Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder yaitu data yang bersumber dari berbagai hasil penelitian terdahulu baik itu berupa buku-buku, jurnal, dokumen-dokumen, koran/surat kabar, serta dari artikel-artikel yang dimuat dalam situs internet, ataupun data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan narasumber tertentu yang dianggap mempunyai kapabilitas untuk memberi informasi terkait permasalahan dalam penelitian ini.
4. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah teknik analisis kualitatif.
Dalam hal ini, penulis menganalisis permasalahan penelitian dengan menghubungkan data dan fakta yang ada dengan fakta lainnya. Kemudian
dibahas menggunakan teori dan konsep yang dianggap relevan terhadap permasalahan penelitian sehingga mampu menghasilkan sebuah argumen yang tepat.
5. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu dengan menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus dalam menganalisis data.