• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Instalasi Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Instalasi Listrik"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Listrik

Berdasarkan “Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan tenaga listrik No.023/PRT/1978 pada pasal 1 ayat 5 tentang instalasi listrik meyatakan bahwa instalasi listrik merupakan saluran tenaga listrik termasuk semua peralatan yang terpasang di dalam maupun diluar area bangunan untuk menyalurkan arus listrik setelah pesawat pembatas/meter milik perusahaan”[6]. Instalasi listrik digunakan untuk membantu menyalurkan energi listrik agar bisa digunakan dengan optimal dalam mencukupi keperluan masyarakat pada penggunaanya. Instalasi listrik terdiri dari 2 tipe yakni:

a. Instalasi elektrikal b. Instalasi mekanikal

Instalasi elektrikal merupakan rangkain instalasi listrik yang mencakup segala hal tentang beban-beban penerangan yang terpasang pada suatu gedung atau bangunan, sedangkan instalasi mekanikal adalah struktur listrik yang dimanfaatkan sebagai operasional mesin listrik yang terdapat pada bangunan untuk menyuplai listrik bagi semua elemen yang memerlukan listrik pada suatu bangunan. Suatu rencana instalasi listrik wajib sesuai dengan perundang-undangan dan standar yang ada di negara ini.

Seperti yang telah dijelaskan pada “PUIL 2000 ayat 1.1 yang menyatakan bahwa maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan lingkungan”[7].

Instalasi listrik yang dipasang wajib dikonfirmasi oleh Komite Nasional Keselamatan untuk Instalasi Listrik (KONSUIL) atau Perkumpulan Perlindungan Instalasi Listrik Nasional (PPILN) yang sekarang sudah memperoleh perizinan dan sah dari pihak yang berhak, yakni Direktorat Jendral Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sesudah dikatakan mencukupi persyaratan sehingga instalasi listrik dikatakan layak digunakan dan akan ada Sertifikat Laik Operasi (LSO) yang dikeluarkan, dan instalasi listrik bisa

(2)

7

digunakan. Menurut “Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan, Sertifikat Laik Operasi untuk konsumen voltase rendah berlaku paling lama 15 (limabelas) tahun, setelah itu dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama”[8].

2.2 Rancangan Sistem Instalasi dan Distribusi Tenaga Listrik

Menurut “PUIL 2000 ayat 4.1.2 yang menyatakan bahwa rancangan sistem instlalasi dan distribusi daya listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik”[7]. Rencangan instalasi listrik wajib disusun dengan tepat dan bisa mempermudah ketika dibaca dan ketika dipahami oleh pekerja listrik. Pada perencanaan instalasi listrik wajib memperhatikan keselamatan makhluk hidup dan keamanan instalasi listrik. Tidak hanya itu saja, operasional listrik wajib pada kondisi yang baik dan sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Sehingga wajib mengikuti ketetapan dan standar yang ada. Rancangan instalasi listrik adalah sebagai berikut:

a. Gambar kondisi, yang memperlihatkan dengan jelas posisi bangunan letak instalasi yang akan dipasang dan rencana sambungan dengan asal tenaha listrik.

b. Gambar instalasi terdiri dari:

Rencana lokasi yang memperilhatiakn dengan jelas tempat peralatan listrik dan media pelayanan yang meliputi lampu, stop kontrak, saklar, motor listri, PHB dan lain sebagainya.

c. Diagram garis tunggal, terdiri dari:

Diagram PHB lengkap dengan keterangan terkait dimensi dan besarnya pengenal elemennya. Keterangan terkait tipe dan bobot yang dipasang dan pembagiannya, pola pembumian dan dimensi serta tipe penghantar listrik yang digunakan.

d. Gambar detil yang terdiri dari:

Asumsi dimensi PHB secara fisiknya, metode pasangan kelengkapan listrik, metode pasangan kabel dan metode kerja instalasi kendali.

(3)

8

2.3 Komponen Sistem Instalasi dan Distribusi Tenaga Listrik Pada Gedung Diagram sistem distribusi daya listrik dalam bangunan umumnya ditunjukan dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Gedung 2.3.1 Gardu Induk (Substation)

Gardu Induk selaku sebuah elemen dalam sistem pemasok listrik yang memiliki peran penting yang disebabkan sebagai penghubung layanan listrik kepada pelanggan [9]. Peran gardu induk sebagai berikut:

a. Mendapatkan dan memberikan daya listrik berdasarkan keperluan dalam tegangan tertentu dengan keamanan.

b. Memberikan tenaga kepada gardu induk lain dan gardu pemasok dengan melakukan penyulangan tengangan menengah.

Berdasarkan “Keputusan Presiden No.67 Tahun 1994 telah membakukan penggolongan pelanggan berdasarkan berbagai aspek yang meliputi penggunaan tenaga listrik dengan nama Golongan Tarif Tenaga Listrik”. Sesuai dengan hal itu sehingga kita mengetahui terdapat 24 kelompok customer PLN. Dan sesuai dengan pasal 6 pada Permen ESDM No.28 tahun 2016[10]. Umumnya bobot yang diberikan pelayanan oleh sistem pemasok listrik terdiri dari sejumlah bidang yakni bidang komersil, bisnis dan perumahan [11].

2.3.2 Generator Set (Genset)

Generator Set (Genset) merupakan baack up pembangkit tenaga listri yang ada pada suatu bangunan untuk mencukupi keperluan listrik apabila pada saat kondisi darurat, seperti ketika keadaan listrik dari PLN mati maka genset akan memberikan tegangan sama dengan yang diperoleh panel utama tegangan menengah dari PLN. Untuk menyalakan genset dengan otomatis, panel genset

(4)

9

terdapat AMF-ATS. AMF berperan untuk menghidupkan genset secepatnya sesudah listrik dari PLN mati, biasanya dalam hitungan detik sesudah listrik PLN mati. ATS berperan selaku saklar yang menyalakan genset pada saat aliran listrik PLN padam dan memadamkan genset pada saat aliran listrik PLN hidup lagi.

2.3.3 Transformator

Transformator merupakan suatu media yang membangi tenaga listrik jadi dua sirkuit dengan induksi elektromagnetik. Transformator dimanfaatkan selaku perubah tegangan, dengan mengganti tengangan suatu aliran bolak balik dari sebuah kelas tegangan ke kelas tegangan lain atau bisa disebut sebagai penaik atau penurun tegangan[9]. Demikian ini memberikan peluang adanya penambahan tenaga aliran listrik yang ada dari suatu barang yang mempunyai aliran tegangan listrik yang tidak seimbang.

2.3.4 Perlengkapan Hubung Bagi

Kelengkapan hubung bagi adalah alat yang digunakan untuk mengontrol aliran tenaga listrik dan kemudian didistribuskan dan sekalian mengawasi pemberian tenaga listrik dengan panel utama hingga ke cabang dan PHB ataupun langsung dengan sirkuit akhir atau beban. Terdapat beberapa jenis panel yang terdapat pada sistem distribusi tenaga listrik pada gedung diantaranya:

a. Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP)

Panel utama tegangan menengah atau Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP) difungsikan sebagai panel distribusi atau bisa juga disebut dengan panel pembagi setelah gardu milik PLN yang mendistribusikan listrik tegangan 20 kV dan kemudian dilanjutkan ke trafonsformator step down.

b. Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP)

Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) merupakan panel distribusi atau juga bisa disebut dengan panel pembagi utama tegangan rendah setelah transformator step-down dan juga generator set yang mendistribusikan tegangan rendah 380/220V, kemudian dari panel LVMDP akan didistribusikan kembali kedalam beberapa jenis panel yang memiliki kapasitas lebih kecil yang diantaranya ada panel sub distribution panel (SDP), power panel (PP), dll.

(5)

10 c. Sub Distribusi Panel (SDP)

Panel SDP (Sub Distribution Panel) merupakan panel tegangan rendah yang berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik dari Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) menggunakan Air Circuit Breaker (ACB) ataupun Moulded Case Circuit Breakers (MCCB) sebagai saklar pemutus dan penghubung tenaga listriknya serta menggunkan kabel berjenis NYY sebagai penghantarnya, dan selanjutnya mendistribusikan tenaga listrik ke Power Panel (PP).

d. Power Panel (PP)

Power Panel merupakan panel yang bertanggung jawab khusus untuk menyuplai listrik pada setiap lantai pada sebuah bangunan gedung ataupun komponen yang membutuhkan suplai listrik dengan beban yang cukup besar misalkan saja unit ruangan, ruangan kantor (office), lift, escalator, travelator, maupun motor yang ada dalam gedung.

2.4 Komponen Penyusun PHB

PHB adalah alat yang berperan untuk menyalurkan tenaga listrik dari PLN kemudian mendistribusikan sekaligus mengawasi pada sebuah sistem instalasi listrik supaya sebuah sistem bisa beroperasi dengan aman dan optimal sebelum didistribusikan langsung ke beban. Komponen penyusun perlengkapan hubung bagi pada suatu panel tersusun dari kombinasi beberapa komponen, diantaranya:

2.4.1 Penghantar Rel (Busbar)

Sistem rel yang digunakan dalam panel induk sistem tiga di bangunan tinggi dikatakan sebagai “Sistem 5 rel”. 3 rel digunakan sebagai penghantar 3 fasa setiap rel L1/R, L2/S serta L3/T, satu rel netral dan 1 nya digunakan sebagai grounding, yang ditaruh pada bawah dalam panel. Lalu untuk rel fasanya diletakan pada di atas dengan mendatar. Berhubungan dengan kemampuan memikul beban dari rel pokok ini, dimensi rel wajib disesuai dengan baik. Selaku landasan untuk menetapkan dimensi rel yakni keadaan pelaksanaan normal dan rating alirannya, keadaan hubungan singkat dan tingginya tengangan dinamis. Sehingga data dari pabril rel ini wajib sesuai dengan standar perencanaan panel yang sudah ditentukan berdasarkan dengan ketetapan.

(6)

11 2.4.2 Saklar Pemutus Tenaga

Saklar Pemutur Tenaga (PMT) adalah electrical switch yang berjalan langsung atas beban lebih dan juga hubungan singkat [13]. Hal ini tidak sama dengan sekring yang hanya beroperasi sekali saja, saklar pemutus tenaga bisa dimanfaatkan berkali-kali dan juga bisa disetting untuk kembali pada tempat kondisi normal. Saklar pemutus tenaga disusun dengan beraneka kekuatan dari tegangan minimal untuk perumahan hingga untuk industri besar dengan tegangan yang maksimal.

Circuit Breaker wajib bisa mendeteksi keadaan yang tidak sesuai dengan membuka kontak untuk mengintrupsi rangkaian. Kontrak saklar ini wajib bisa membebani aliran bebas dengan tidak ada panas yang berlebihan dan wajib tahan dengan api yang didapatkan dikarenakan interupsi rangkaian. Saklar ini dirancang dengan peran pokok untuk memberikan keamanan pembebanan atas aliran hubung singkat dan beban yang berlebihan, buka dan tutup rangkaian listrik serta selaku pemberi keamanan atas rusaknya isolator.

Dari beberapa jenis Circuit Breaker yang umum dimanfaatkan dalam sistem instalasi dan pemasok aliran listrik yaitu:

a. Air Circuit Breaker (ACB)

ACB merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara[12]. ACB banyak digunakan pada sistem distribusi maupun instalasi tenaga listrik tegangan menengah dan tegangan rendah. Udara pada tekanan ruang atmosfer dipergunakan sebagai peredam busur api yang terjadi pada saat proses switching ataupun akibat gangguan hubung singkat.

Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan bantuan solenoid motor ataupun pneumatic. Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan pada ACB adalah Over Current Relay (OCR) dan Under Voltage Rellay (UVR).

(7)

12

Gambar 2.2 ACB (Air Circuit Breaker) b. Modeled Casing Circuit Breaker (MCCB)

MCCB adalah sebuah pengaman tegangan menengah yang berjalan dengan otomatis atas beban yang berlebih dan hubungan singkat [12]. Arus nominal pada rating MCCB wajib besar dari aliran yang diperlukan oleh media yang terikat. Namun bedanya dengan MCB yaitu casing, yang mana MCB 3 fasa mempunyai casing dari 3 MCB 1 fasa yang kopel. Namun MCCB mempunyai 3 fasa pada sebuah casing. Sehingga MCCB dikatakan sebagai Modeled Casing Circuit Breaker.

Gambar 2.3 MCCB (Modeled Case Circuit Breaker) c. Miniature Circuit Breaker (MCB)

MCB merupakan pengaman rangkaian yang terdapat pengaman bimetal untuk mengamankan beban yang berlebihan dan terdapat relay elektromagenet untuk mengamankan hubungan singkat [12]. MCB biasa dimanfaatkan untuk mengamankan sirkit 1 fasa dan 3 fasa. MCB dirancang dengan peran pokoknya untuk memberikan keamanan pada kabel atas beban yang berlebihan dan hubungan singkat dalam rumah. Kemudian arus yang melewati circuit breaker wajib sesuai dengan kapasitas tingginya aliran beban yang dilalui kabel dan lebih kecil dari aliran yang disetujui. MCB bisa memberhentikan sikuit dengan otomatis jika alirannya melebihi dari rating

(8)

13

MCB itu. Pengaman otomatis bisa langsung digunakan ulang sesudah terjadinya trip yang disebabkan gejala aliran hubung singkat dan beban yang berlebihan.

Gambar 2.4 Miniature Circuit Breaker (MCB) 2.5 Komponen Sistem Instalasi Listrik

Komponen sistem instalasi listrik merupakan bahan ataupun benda yang terpasang, baik sebagai komponen utama maupun komponen bantu atau pendukung, sehingga membentuk satu kesatuan dalam rangkaian suatu sistem instalasi listrik, dianataranya:

2.5.1 Penghantar

Berdasarkan “PUIL 2000 pasal 7.1.1 tentang persyaratan umum penghantar, menerangkan bahwa semua penghantar yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta telah diperiksa dan diuji menurut standar penghantar yang dikeluarkan atau diakui oleh instansi yang berwenang”[7]. Kabel memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan fungsinya diantaranya kabel instalasi, kabel tanah dan kabel fleksibel. Kabel instalasi dimanfaatkan untuk media penerangan, tipe kabel yang umum dimanfaatkan untuk perumahan yang pemasangannya tetap yakni NYA dan NYM.

Kabel tanah umumnya dipadang pada daerah taman. Kabel tanah ini yaitu kabel tanah termoplastik dengan tidak ada prisai atapun yang terdapat perisainya. Namun kabel fleksibel merupakan kabel yang umum digunakan pada lift.

Beberapa jenis kabel yang sering digunakan dalam instalasi listrik diantaranya:

a. Kabel NYA

Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar atau kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam sesuai dengan peraturan PUIL. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis

(9)

14

sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang. Gambar berikut ini merupakan contoh kabel NYA.

Gambar 2.5 Kabel NYA b. Kabel NYM

Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu- abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam. Gambar berikut ini merupakan contoh dari kabel NYM.

Gambar 2.6 Kabel NYM c. Kabel NYY

Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang

(10)

15

terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus. Gambar Berikut ini merupakan contoh dari kabel NYY.

Gambar 2.7 Kabel NYY d. Kabel NYAF

Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi. Gambar berikut ini merupakan contoh dari kabel NYAF.

Gambar 2.8 Kabel NYAF e. Kabel NYFGbY

Kabel NYFGbY digunakan untuk keperluan instalasi listrik bawah tanah, ruangan, saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka yang membutuhkan perlindungan terhadap gangguan mekanis, atau untuk tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.

(11)

16

Gambar 2.9 Kabel NYFGbY

f. Kabel BCC

Kabel Bare Copper Conductor (BCC) merupakan kawat tembaga telanjang yang biasanya digunakan untuk saluran udara dan kabel tanah. Konduktor jenis BCC ini digunakan untuk transmisi daya saluran udara. Kabel BCC sering digunakan dalam instalasi penyalur petir dan pentanahan.

Gambar 2.10 Kabel BCC 2.5.2 Pemilihan Luas Penampang Penghantar

Pemilihan luas penampang penghantar harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

a. Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa “penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125%

arus pengenal beban penuh.”

• Rumus menghitung arus listrik untuk satu fasa

I =

𝑃

𝑉.𝑐𝑜𝑠 𝜙 (2.1) Keterangan: I : Arus Listrik (Ampere)

P : Daya Beban Listrik (Watt) V : Tegangan Listrik (Volt) Cos 𝜙 : Faktor Daya Listrik

• Rumus menghitung arus lidtrik untuk tiga fasa

I =

𝑃

𝑉𝐿𝐿√3.𝑐𝑜𝑠 𝜙 (2.2) Keterangan: I : Arus Listrik (Ampere)

P : Daya Beban Listrik (Watt) 𝑉𝐿𝐿 : Tegangan Listrik (Volt) Cos 𝜙 : Faktor Daya Listrik

• Rumus untuk menghitung kapasitas hantar arus minum kabel:

𝐼𝐾𝐻𝐴 = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔𝑀𝐶𝐶𝐵× 125% (2.3)

(12)

17

Keterangan: 𝐼𝐾𝐻𝐴 = Kapasitas hantar arus minimal kabel (Ampere) b. Jatuhnya Nilai Tegangan

Drop voltage adalah beda tengangan asal dengan tegangan pada beban, dikarenakan tegangan pada beban berbeda dengan tegangan asal yakni tegangan pada beban rendah daripada tegangan asal, bisa dikarenakan aspek aliran impedansi arus.

c. Arus Berlebih

Situasi dimana arus listrik yang lebih besar dari yang dimaksudkan ada yang melalui konduktor yang menyebabkan timbulnya panas yang berlebihan dan menimbulkan risiko kebakaran ataupun kerusakan pada komponen.

d. Perbaikan Faktor Daya

Usaha memberikan nilai yang ideal dengan tindakan melakukan perbaikan faktor daya dengan penambahan kapasitor bank. Kapasitor bank akan membangun daya reaktif dari beban induktif secara statis dan diskrit tanpa menggunakan komponen bergerak. Komponen yang dimaksud ialah menggunakan kapasitor bank sebagai suplay daya reaktif yang diperlukan komponen yang lebih mengarah menghasilkan beban bersifat induktif.

Penyempurnaan nilai faktor daya didapatkan dengan menggunakan persamaan analogi segitiga daya:

𝑄2= √𝑆2 2− 𝑃2 (2.4) Notasi:

P= Daya Real (W)

S= Daya Semu (Volt Ampere/VA)

Q= Daya Semu (Volt Ampere Reactive/VAR)

Menetapkan rating kapasitor yang diperlukan:

𝑄𝐶 = 𝑃 ∗ (𝑇𝑎𝑛(𝜃1) − 𝑇𝑎𝑛(𝜃2) (2.5) 2.5.3 Tray dan Ladder

Pada dasarnya Cable Management System gabungan elemen pendukung kabel, untuk menghubungkan kabel listrik atau kabel data pada instalasi berdasarkan dengan tata kelola runagan yang diinginkan. Terdapat 2 jenis elemen pokok Cable Management System, yakni Cable Tray dan Cable Ladder. Elemen lain Cable Managemen System merupakan elemen pendukung

(13)

18

Gambar 2.11 Cable Tray

1. Cable Tray merupakan elemen pendukung kabel yang tersusun dari lapisan bawah selaku dasar yang mempunyai tepi yang tegak, atau berkaitan dengan elemen tepi. Tepian ini melindungi supaya kabel di atas dasar tidak keluar tray. Kebel jenis ini terdapat penutup atas dan tetutup semuanya dari gejala yang ada diluar. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Cable Tray diantaranya:

a. Akan terlihat lebih rapih dari bawah.

b. Umum dimanfaatkan selaku pendukung interior ruang.

c. Digunakan untuk mendukung kabel sepanjang kabel itu, tidak hanya pada tempat tertentu. Hal ini penting untuk kabel fiber optic.

d. Menyediakan perlindungan atas gejala dari luar.

e. Menyedikan penambahan lindungan atas gejala elektromagnet.

2. Cable Ladder merupakan elemen pendukung kabel yang dibuat layaknya tangga (karena itu disebut ladder, atau tangga), yaitu terdiri dari komponen tepian kiri dan kanan, beserta anak-anak tangga yang menghubungkan kedua tepian tersebut. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Cable Ladder diantaranya:

a. Struktur Cable Ladder dapat disebut lebih kuat dibanding cable tray.

Berbentuk layaknya tangga, memiliki struktur yang padat, tidak gampang ganti bentuk apabila memperoleh tekanan.

(14)

19

b. Berbentuk layaknya tangga juga bermakna mudah meninjau operasional kabel dari bawah. Apabila terdapat masalah akan gampang melihat dari bawah.

c. Cable Ladder susunannya terbuka, dan kabel yang dipasang bisa beroperasi pada suhu normalnya.

2.5.4 Piping Pipa Instalasi

Untuk instalasi listrik didalam gedung sering kali digunakan kabel yang dipasang dalam pipa instalasi. Fungsi pipa pelindung untuk melindungi pemasangan kawat penghantar. Pipa instalasi harus cukup tahan terhadap tekanan mekanis, tahan panas dan lebab dan tidak boleh menjalarkan nyala api. Permukaan luar maupu dalam pipa instalasi harus licin dan rata serta terlindungi dengan baik terhadap proses pengkaratan. Dengan pemasangan pipa dan proses piping yang baik akan memperoleh bentuk instalasi yang aman dan rapih sesuai dengan prinsip dasar instalasi listrik.

Gambar 2.12 Piping Pipa PVC

Pipa instalasi yang sering dipakai dalam system instalasi penerangan didalam gedung pada umunya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:

1. Pipa Union

Pipa union merupakan jenis pipa yang tersusun dari besi, dalam proses pembentkannya dilakukan oleh pabrik langsung dengan tidak memanfaatkan las dan dicat merah. Pipa tipe ini pada pembuatannya relatif gampang dikarenakan fleksible pada kondisi dingin.

2. Pipa Polyvinil Chloride (PVC)

Pipa ini terbuat dari bahan Polyvinil Chloride (PVC), keuntungan menggunakan pipa PVC ini dibanding dengan pipa union antara lain adalah pipa PVC lebih ringan, mudah dalam proses pengerjaannya, mudah dalam

(15)

20

proses pembendingan, dan yang lebih penting adalah pipa Polyvinil Chloride (PVC) sendiri merupakan bahan isolasi sehingga dalam pemasangannya tidak akan mengakibatkan terjadi hubungan pendek antara penghantar dengan pipa dan tidak mudah terbakar.

3. Pipa Fleksibel

Pipa jenis ini ada yang terbuat dari logam dan juga ada yang terbuat dari Polyvinil Chloride (PVC), akan tetapi yang sering ditemui pada instalasi dalam ruangan yaitu yang terbuat dari PVC. Pipa ini memiliki karakteristik yang mudah diatur dan lenturoleh karena itu dinamakan dengan pipa fleksibel. Sebagai contoh misalnya dipakai dari dak standar menuju APP atau PHB dan sebagai belokan jalur penghantar.

2.5.5 Kotak Hubung

Menurut “PUIL 2011 Penyambungan tidak boleh dilakukan didalam konduit, tetapi boleh dilakukan dalam kotak penghubung atau kotak tarik, Kotak sambung harus dipasang sedemikian sehingga dapat dipertahankan kelangsungan mekanis dari konduit, lapisan konduit dan sebagainya yang dimasukkan di dalamnya, Kelangsungan listriknya harus dipertahankan secara efektif”. Ada beberapa jenis kotak hubung yang dijumpai dalam instalasi listrik dalam gedung:

1. Kotak hubung cabang dua, yang digunakan pada sambungan lurus.

2. Kotak hubung cabang tiga, digunakan pada sambungan percabangan tiga.

3. Kotak hubung cabang empat, yang digukan pada sambungan cross atau cabang empat

Gambar 2.13 Pengaplikasian Kotak Hubung 2.5.6 Kotak kontak

Kotak kontak merupakan sebuah elemen instalasi listri yang digunakan selaku muara tenaga listrik dari penyalur ke beban atau media yang memerlukan daya. Pada instalasi stop kontak wajib dipadang dengan benar dan tangguh supaya

(16)

21

tidak memunculkan panas yang berlebihan pada saat disalurkan beban. Pada pemasangan stop kontrak dinding harusnya dipasang minimal 1,5 m dari atas lantai dan tahan atas ledakan, walaupun ada yang dipasangan kurang dari 1,5 m atau jenis stop kontrak lantai aturannya harus diberu tutupan yang sesuai dengan SNI untuk diletakan pada lantai. Tarikan pada stop kontrak wajib memanfaatkan kabel tembaga minimun berdimensi 2.5 mm2.

Gambar 2.14 Kotak Kontak Ada 2 jenis stop kontak yakni:

a. Stop kontak dengan pembumian yakni memiliki 2 lobang kontak pada setiap lobangnya, lempeng logam ini menghubungkan stop kontak dengan grounding.

b. Stop kontrak tidak ada pembumian yakni hanya mempunyai 2 lobang, 1 nya selaku fase dan 1 nya lagi netral.

2.5.7 Lampu

Lampu merupakan sebuah piranti yang memproduksi cahaya, berdasarkan sistem kerjanya lampu dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Gambar 2.15 Pengaplikasian Lampu

(17)

22 1. Lampu pijar

Lampu Pijar adalah asal cahaya yang dibuat dari hasil pemberian aliran listrik melalui filamen pijar lalu adanya pemanasan yang bisa memberikan cahaya.

Lampu pijar juga memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu:

a. Memiliki angka CRI 100% yang cahayanya tidak mengganti warna sesungguhnya.

b. Memiliki bentuk yang minimalis, sederhana, pemasangannya yang praktis dan menarik.

c. Ekonomis dan dengan mudah diperoleh dari toko.

d. Tidak membutuhkan kelengkapan yang kompleks pada instalasi rumahan.

e. Lampu bisa langsung nyala.

f. Cahayanya bisa diatur oleh dimmer.

g. Cahaya bisa dikonsentrasikan.

Kerugian lampu pijar adalah

a. Memiliki tingkat efisiensi yang minimal, disebabkan tenaga yang diperoleh untuk cahaya 10% dan selebihnya sebagai panas (400°C);

b. Memiliki efikasi minimal yakni sebanyak 12 watt c. Usia lampu yang pendek daripada jenis lampu lainnya d. Sensitif terhadap tegangan;

e. Silau.

2. Lampu tabung atau neon sign

Lampu tabung atau neon sign biasa dikatakan sebagai lampu pendar.

Lampu jenis ini merupakan sebuah lampu dari gas yang memanfaatkan tenaga listrik untuk eksitasi uap raksa. Hasil dari eksitasi uap memancarkan cahaya ultraungi yang kemudian menghasilkan fasor berpendar dan memberikan cahaya kasat mata. Tidak sama dengan lampu pijar, lampu tabung tidak memberikan cahaya dari filamen namun dengan tahapan eksilasi gas ataupun uap logam yang ada pada tabung gas.

a. Lampu Tube Luminescent (TL) atau Fluorenst Lamp

(18)

23

Lampu fluouresen merupakan jenis lampu yang berasal dari uap air raksa yang memiliki tekanan minimal. Lampu ini tidak memberikan cahaya dari filamen pijar namun dari hasil uap logam pada tabung.

Tabungnya memuat uap air raksa yang bertekanan minimal yang memberikan cahaya biru dan ultraviolet pada saat terjadinya ionisasi, cahaya ini lalu diubah jadi cahaya putih oleh serbuk lapisan pada dalam tabung.

Kelebihan lampu flouresen adalah:

• Memiliki efikasi yang lebih besar dibanding lampu pijar, dan bisa lebih hemat.

• Cahaya yang diberikan lebih terang dibanding lampu pijar dengan kekuatan yang sama persis.

• Waktu penggunaan lebih lama dengan waktu 8.000–20.000 jam.

Kekurangan lampu flouresen adalah:

• Mempunyai CRI yang minimal

• Efek cahaya yang diberikan atas benda tampak tidak sama dengan warna yang sesungguhnya.

b. Lampu Hemat Energi

Lampu tipe ini memiliki elemen listrik yaitu starter, kapasitor kompensasi dan balast yang terangkai. Lampu dikatakan “compact flourescence” dan sejumlah penggunan lampu menyebutnya lampu SL dan PL.

Referensi

Dokumen terkait

4 Form Praktikum 4 Digunakan untuk proses merangkai instalasi rangkaian saklar, stop kontak dan lampu dalam 1 group.

Steker atau Staker berfungsi untuk menghubungkan alat listrik dengan aliran listrik yang ditancapkan pada kanal stop kontak sehingga alat listrik tersebut dapat digunakan. Alat

MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah komponen dalam instalasi listrik rumah yang berfungsi sebagai alat proteksi dalam instalasi listrik bila terjadi beban lebih dan hubung

Kepada semua pihak baik rumah sakit maupun unit-unit kesehatan lainnya yang memerlukan instalasi listrik pada peralatan radiologi, agar mengacuberpedoman kepada buku ini

Sistem instalasi listrik diartikan juga sebagai cara penyaluran tenaga listrik atau peralatan listrik untuk semua barang yang memerlukan tenaga listrik, dimana

Pada suatu instalasi listrik gedung bertingkat dimana banyak terdapat beban-beban antara lain, motor-motor, lampu flourescent / TL dengan ballast electronic, peralatan

Sambungan Stop Kontak untuk Satu Lampu Material yang dibutuhkan adalah kabel 2 x 1,5 mm untuk hubungan ke sumber listrik, saklar tunggal dan lampu pada gambar itunjukkan dengan no 1, 2

Kesimpulan Hasil simulasi dan perhitungan kondisi eksisting pada Gedung Teknik Kimia Universitas Diponegoro didapatkan terdapat drop tegangan pada kabel Stop Kontak B2 sebesar