• Tidak ada hasil yang ditemukan

Empati. Mengejar Prospek Lebih Profesional. Standarisasi Peksos dan Akreditasi LKS. Empowerment, Education, Humanity. Vol. 10, No.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Empati. Mengejar Prospek Lebih Profesional. Standarisasi Peksos dan Akreditasi LKS. Empowerment, Education, Humanity. Vol. 10, No."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 10, No. 2, April 2013

Empati Empowerment, Education, Humanity

Mengejar Prospek Lebih Profesional

Standarisasi Peksos dan Akreditasi LKS

(2)

SALAM REDAKSI

PembAcA yang budiman, alhamdulillah kami tim redaksi baru saja membuat sebuah tahapan kemajuan, walaupun terbitan juga masih sering terlambat. Tapi yang penting untuk langkah awal di tahun 2013 ini, khususnya pada edisi ke 2 terdapat kemajuan. mau tahu, setelah kami menyebarkan edaran permohonan pengisian tulisan pada majalah ini ternyata banyak yang mengapresiasi. Ada satu orang yang dulu belum pernah menulis, kini tulisan itu muncul di majalah anda ini, dan bagi kalangan kita suda cukup baik dan punya proses tulisan yang lebih banyak lagi. Tapi pembaca juga harus ingat, sepanjang tulisan itu sesai visi dan misi Empati maka tentu akan lolos. mudah saja, tulisannya ringan, enak di baca, hindari format numbering, dan yang penting tulisannya bertutur, tidak menggurui, apalagi seabrek teori. Tapi untuk kali ini tim redaksi masih memaklumi, karena untuk artikel kurikulum terpaksa numbering bisa muncul, ya karena memang harus demikian adanya.

Kemudian kemajuan lagi ada pada proses pencarian data dan nara sumber ataupun reportase. Kami mencoba semua pegawai di balai ini bisa menjadi reproter yang handal dan punya ciri tulisan yang khas. Ingat, kemarin pada edisi ini, kami memberikan keleluasaan pada seluruh pegawai untuk mengambil satu tugas yang kami edarkan. Diantaranya mnjadi reproter pada tulisan akeditsi LKS dan standarisasi peksos. Kalau kita mampu mereportase ambil saja kesempatan itu, nani tim redaksi akan memberi cara bagaimana melaksanakan reportase yng baik dan benar, kemudian juga langkah-langkahnya. Alhamdulillah ternyata maih dari pihak teman-teman lab media dan peksos yang megambil. Sedangkan untuk artikel opini dan andragogi nampaknya lahan halaman sudah mulai menjadi rebutan. “Ini kemajuan bro” karena satu opini sudah diperebutkan 3 penulis.

Nah untuk penulis yang ingin mengirimkan panapatnya di edisi ke tiga nanti, kami juga sudah membuat rumah sendiri di halaman maya. Kirimkan saja tulisan dan foto anda di empatijogja@yahoo.co.id. Disitulah semua naskah kai tampung dan akan kami olah sehingga menjadi tulisan yan sedang Anda baca ini. Kalau Anda menulis dari tepian Pantai Sanur atau Senggigi, maka kami bisa buka saat itu dan kami putuskan bisa masuk atau tidak dalam edisi selanjutnya. Tidak seperti tahun dan edisi lalu, dimana setiap penulis harus menyertakan cD atau flasdisk ke tim redaksi. Nampaknya kami kemarin ketinggalan jaman. baru kali ini kami sadar dan masih bisa melek teknologi sekaligus memudahkan kirim-kiriman berita.

Ya, semoga beberapa langkah ini dapat menjadi pemicu kreativitas penulis untuk kemajuan majalah Empati yang sudah terbit selama 10 tahun. Wow hebat!

“SeLAmAT datang di dunia pro fe- sio nal”. Kalimat itu layak menjadi kabar gembira bagi Pekerja Sosial Indonesia begitu Peraturan menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial diluncurkan pada tanggal 12Juli 2012 lalu. Hal yang sama juga berlaku bagi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang telah diikat dengan Pera- turan menteri Sosial Nomor 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Ke- sejahteraan Sosial. Kedua Permensos tersebut memberi angin segar bagi pelaku dan lembaga kesejahteraan sosial (LKS) akan sebuah pengakuan tentang keberadaan mereka yang sejajar dengan profesi lain yang sudah disertifikasi dan diakreditasi seperti halnya dosen dan perguruan tinggi. Nantinya kita akan mengenal LKS terakreditasi A, b, dan c dan Pekerja Sosial yang sudah tersertifikasi.

Persoalan yang mengemuka adalah apakah akredi- tasi dan sertifikasi itu mencerminkan pelayanan yang profesional dari para pekerja sosial dan tenaga kes- ejahteraan dan lembaga-lembaga bidang kesejahter- aan sosial? Harapan yang diinginkan tentu saja senada dengan status profesionalitas yang disandangnya.

bagi pekerja sosial profesional dengan jenjang asisten pekerja sosial, pekerja sosial generalis dan pekerja sosial spesialis menjadi profesi tertutup yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang memiliki pendidikan SmK Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial, Diploma IV/Strata 1 Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial, Strata 2/Spesialis I Pekerjaan Sosial?Kesejahteraan Sosial. Konsekuensi istilah dan hukum yang berlaku kemudian tidak boleh sembarang orang menyebut dirinya berprofesi pekerja sosial yang selama ini masih salah kaprah di masyarakat Indonesia. Sebelumnya kata pekerja sosial dipakai dengan makna orang yang melakukan pekerjaan menolong tanpa embel-embel pendidikan formal yang sudah ditempuh. Logika berpikir ini sejalan dengan penyebutan dokter yang tidak boleh menggantikan tabib, dukun, paranormal, Kerabat Kerja

Pembina dan Penanggungjawab:

Nur Pujianto Pemimpin Produksi:

A. Wisnu Wardhana Pemimpin redaksi:

Anwar Rosyid redaktur Pelaksana:

Prih Wardoyo editor:

Siti Mulyani Grafis:

Amiruddin reporter:

Suraji, Wijaya, Sri Sugiarti Sirkulasi:

Sangadi, Totok Sumardiyanto, Purwanto alamat redaksi:

BBPPKS Purwomartani, Kalasan, Sleman - Yogyakarta

Telp./Fax. (0274) 496925 Email: empatijogja@yahoo.co.id

http://bbppksjogja.depsos.go.id

“Menghasilkan sumber daya manusia kese-ViSi jahteraan sosial yang memiliki kesadaran, kepedulian, dan kompetensi dalam penye-

lenggaraan kesejahteraan sosial.”

MiSi

v Mewujudkan pendidikan dan pelatihan sosial yang mampu memberikan kompe- tensi, ke sa dar an dan kepedulian sosial bagi setiap pesertanya.

v Melaksanakan advokasi yang efektif dan pe nge lolaan data informasi diklat kesejah- teraan sosial secara komprehensif.

01. editorial

Momentum Profesional ...:: 3 02. laporan utama

Akreditasi Penting, Tapi Kami Jangan Didoktrin ...:: 4 Selayang Pandang Badan Akreditasi Lembaga Kessos ...:: 6 Melindungi Masyarakat untuk Memperoleh Pelayanan ...:: 9 03. opini

Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial ...:: 12 Sertifikasi Pekerjaan Sosial Antara Harapan dan Angan-Angan ...:: 15

04. andragogi

Rancangan Kurikulum Diklat Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ...:: 21

Rancangan Kurikulum Sertifikasi Pekerja Sosial ...:: 21 05. profil

Manfaat Tanyakan pada Klien ...:: 20 06. sisi lain

Rakorbang Kesos ...:: 23

eDITORIAL n

atau penyembuh lainnya. mengikuti Foucault bila su- dah dibiasakan dengan pengaturan masyarakat akan terbiasa nantinya.

Dalam hal akreditasi tentu kita harus menengok apa yang sudah dicapai oleh perguruan tinggi yang dilakukan oleh badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. bila mau mencari tempat kuliah kita sudah terbiasa dengan pertanyaan akreditasinya apa? A atau b atau c? Imbas dari akreditasi ini sangat mem- pengaruhi jumlah calon mahasiswa yang memburu perguruan tinggi bagus dengan nilai A. Konsekuensi lain terjadi kompetisi positif antar perguruan tinggi yang akan berdampak pada jaminan mutu lulusan yang diakui masyarakat. Lalu bagaimana dengan LKS yang terakreditasi? Jawabannya sama saja. Sebuah LKS dengan akreditasi baik akan mendapatkan keper- cayaan masyarakat tentang pelayanan yang diberikan pada klien atau komunitas dampingannya. masyarakat tidak segan dan enggan untuk merujuk klien pada LKS tertentu dan memberikan sumbangan material dan non material. bendera profesional telah dikibarkan.

mari berlomba-lomba meraihnya.

MOMENTUM PROFESIONAL

Vol. 10, No. 2, April 2013

Empati

Empowerment, Education, Humanity

Mengejar Prospek Lebih Profesional

Standarisasi Peksos dan Akreditasi LKS

(3)

n LAPORAN UTAmA LAPORAN UTAmA n

SARANA dan prasarana yang am- bruk akibat gempat tahun 2006, ki ni sudah baru, dan suasanapun ju ga sudah berubah. bagi penghuni panti, suasana nyaman dan lengkap me- rupakan impian semua pengurus panti.

berdiri sejak tahun 1921, su dah saatnya pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan standarisasi yang berlaku.

Wacana akreditasi bagi Lem ba- ga Kesejahteran Sosial sudah di so- sialisasikan dan diberlakukan oleh Ke- menterian Sosial RI. menurut pe ngasuh PAYPm Drs. bambang Teguh Riyanto, lembaga sudah dikirimi buku-buku dari Kementerian Sosial. “Pihak dinas sosial propinsi memandang panti kami yang paling tua walau bukan yang terbaik, maka dianjurkan untuk mengajukan akreditasi LKS,’ ujarnya kepada reporter majalah empati Wisnu Wardhana di ruang kantor.

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan panti bambang mengatakan semua bisa berjalan. Dari segi ad minis- trasi dan manajemen memang masih membutuhkan pembinaan. Disatu sisi progrom kegiatan sudah banyak kita lakukan dan tersusun secara biasa dan sudah brjalan lancar. “Hanya saja

Pintu gerbang yang kokoh dan kekar, dulu berdiri tegak di halaman muka Panti Asuhan Yatim Putra muhammadiyah (PAYPm) Yogyakarta. Kini pintu gerbang sudah tak ada, diganti pagar tembok dan pintu baru layaknya bangunan lainnya. Itulah gambaran sekelumit bangunan yang bisa di lihat pada album foto yang terletak di meja kantor.

AKREDITASI PENTING, TAPI KAMI JANGAN DI DOKTRIN

n A. Wisnu Wardhana Pekrja Sosial madya

sebagain tidak tersusun secara tertulis dan tersusun rapi, layaknya sebuah pendidikan modern,” katanya.

menanggapi sosialisasi akreditasi yang sedang diwacanakan itu, ia me- ngaku masih melengkapi bebe rapa hal yang diperlukan untuk proses akreditsi tersebut. Sewaktu mendapatkan informasi tentang akreditasi memang ada beberapa segi yang harus dinilai dan distandarisasi, sehingga menjadi sebuah hasil yang terstandar. maka dari itu akreditasi untuk LKSA akan dinilai dari segi manajemen, sumber daya manusia, program, dan hasil pe la yanan . “Semua itu sebetulnya sudah kami lakukan, sehingga ketika kita mendapatkan sosialiasi itu Insya Allah siap untuk mengikuti akreditasi,”

tambahnya. menurut bambang pantinya memang sudah didorong untuk di daftarkan ke Kementerian Sosial untuk diproses akreditasinya.

Walaupun sebetulnya, menurut bambang, terlepas dari kebijakan pemerintah, kita tidak terlalu berharap adanya akeditasi, walaupun nilainya A.

Kita hanya sebatas mitra kerja dengan pemerintah dalam menangani panti, karena kita merupakan panti tertua.

bahkan karena merupakan panti tertua, seringkali dikunjungi dan bisa dija dikan pionir dari yang lainnya.

Toh demikian, bagi bambang adanya akreditasi, pantinya juga tidak mau mengulur-ulur waktu, sebab dengan anjuran dari pemerintah kita juga akan terus berbenah.

Sampai saat ini pihak panti su- dah mulai mengurus persya ratan- nya.”Sebetulya kita cuma mem per- siapkan administrasi saja, sebab pe ngelolaan dilapangan ataupun praktek perpantian sudah ada, “ kata bambang siang itu. Ditambahkan, bahwa persiapan hanya sebatas me- ngisi formulir atau instrumen yang harus diisi, seperti data anak didik, kurikulum panti, visi dan misi, profil panti dan lainnya. “Yang kurang tertib administrasinya kita akan tertibkan agar bisa terakreditasi,” tambahnya.

Dikatakan lagi, bahwa petugas akreditasi dari Kementerian Sosial sudah pernah datang, waktu itu kita diberi waktu pengisian hanya 2 hari.

Kita dianjurkan untuk membuat pro- posal dan berkas-berkas yang sifatnya tertulis, semacam profil panti sejak awal hingga kini. “bahkan disarankan foto anak-anak juga dilampirkan, setelah lengkap berkas dikirim ke dinas sosial untuk dteruskan ke Jakarta.”

Imbuhnya.

Untuk menjadi panti lebih maju itu- lah bambang beserta seluruh pe ngurus panti berusaha untuk meningkatkan SDmnya. Pendamping yang hanya 2 orang dirasa masih kurang, maka

kami mengkuliahkan satu orang untuk menjadi asistensi sebagai pengasuh agar bisa membuat progam dan mana- jemennya. Sementara ini di PAYPm keahlian mengelola panti di dapatkan dari program-program pelaihan yang diadakan pemerintah ataupun LSm.

Diceritakan kembali bahwa dalam bidang pendidikan dan pembnaan anak, PAYPm mempunyai 3 pendidikan.

Pertama, pendidikan formal yaitu anak disekolahkan secara formal pada bakat dan minatnya, dan diutamakan sekolah kejuruan. Kedua, pendidikan in formal, yaitu penambahan pengetahun dan keahlian dalam bidang agama dan itu wajiba bagi semua siswa, seperti Qur’an, Hadist, Fiqih, Akhlaq, Tajwid, Qiroah. Ketiga, pendidikan on-formal meliputi kegiatan ketrampilan dan olah raga. “Untuk ketrampilan banyak macamnya dan anak tinggal memilih sendiri seperti, pertanian, perkebunan, perikanan, sablon, elektronika, dan komputer,” tambah bambang. Ia menambahkan bahwa untuk sarana dan prasarana kebutuhan anak dan

kanto dirasakan sudah cukup, karena semua ketrampilan tambahan tersebut sudah tersedia dan siap dimanfaatkan siswa.

melihat dari kesiapan pengurus PAYPm untuk memperoleh panti yang ter akreditai, nampakany masih perlu waktu lama. menurut bambang, kita sudah di assesmen bulan Nopember 2012, kemudian tahun 2013 baru saja menerima surat akan di tinjau kembali dan sudah menyebar angket. “Ternyata sampai maret kemarin belum ada kabar, bahkan kami kembali dikirimi panduan dan istrumen untuk diisi, tapi untuk kesekian kalinya proses akeditasinya juga belum berjalan,”

tegas bambang tak berharap banyak.

Ia tak mengerti apa penyebab kelambatannya, mungkin beberapa instrumen masih dirasakan kurang jelas pengisiannya.

menurut bambang yang sudah puluhan tahun mengasuh di PAYPm tersebut, tentu ada saja kendalanya, baik dalam pengasuhan maupun manajemen pantinya. Katanya, kalau

dari segi kegiatan hampir semua yang ada kita sudah lakukan. Karena seperti yang ada saat ini sarana dan prasarana sudah tersedia. Hanya saja semua itu tidak terprogram secara baik dan terus menerus, sebab SDm nya sangat terbatas. “Kami tidak seperti panti milik pemerintah yang tersedia SDmnya dan profesional,” ujarnya.

Kalau di panti pemerintah kegiatan terjadwal dengan baik, maka di panti swasta boleh dibilang berjalan sesuai keadaan dan tidak bisa dipaksa, sebab mereka hanya relawan,pekerja sosial yang belum bisa memberikan insentif seperti pegawai negeri,” ungkapnya.

Jadi untuk swasta belum mungkin untuk semua itu. Ia mengaku bahwa dalam pelayanan kepada klien tetap saja hak asuh pertama tetaap dalam keluarga, sangkan disini hanya alternaif saja. “Panti sebagai batu loncatan tak masalah, selama ia belum menemukan hak asuhnya yang sesungguhnya,”

tuturnya

bersambung ke hlm. 21 Anak asuh PAY PM

(4)

Tanya: Apa sebetulnya BALKS itu?

Jawab: bALKS yang (ditugaskan) melakukan penilaian untuk mene tap- kan tingkat kelayakan dan stan dardisasi lembaga di bidang kesejahteraan sosial.

badan ini pembentukannya diinisiasi dan difasililitasi oleh Kemensos RI tetapi bukan badan/organ yang berada di bawah Kemensos RI. Dengan kata lain, badan Akreditasi ini dibentuk dan bertanggung jawab kepada menteri Sosial (Pasal 13 Permensos nomor 17 Tahun 2012).

Sementara itu, menurut Pasal 16 nya, badan Akreditasi ini berwenang mengusulkan kepada mensos:

a. Pengangkatan dan pemberhentian asesor

b. Hasil penilaian akreditasi ter hadap

Layaknya sebuah jurusan pendidikan di lingkungan per - gu ruan tinggi, kalau tak terakreditasi maka jurusan itu di anggap tak bernilai dan kurang diminati masyarakat.

Ke menterian Sosial RI berupaya untuk memberikan akre- ditasi kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial. Namun baru Lembaga Kesejahteran Sosial Anak (LKSA) yang di- be ri penilaian akreditasinya. Sekretaris badan Akreditasi Lem baga Kesejahteraan Sosial (bALKS) yang juga Kepala Sub bidang Akreditasi pada Pusbin Jabfung Peksos dan Pen sos badiklitkesos, Dr. Imron Rosadi, S.Sos., m.Si men ja wab beberapa pertanyan dari Report- er majalah Empati, Anwar Rosyid melalui media Online. berikut ini wa wan ca ra tertulisnya.

lembaga di bidang kesos

Tanya: Sasarannya untuk lem­

baga apa saja ?

Jawab: Dengan sendirinya, badan ini melakukan akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang melakukan pelayanan sosial langsung terhadap PmKS dan PSKS. Lembaga ini dapat berupa:

a. Unit Pelaksana Teknis milik peme- rintah pusat (UPT Kemensos RI) b. Unit Pelaksana Teknis milik peme-

rintah daerah (UPT dinas/instansi sosial provinsi. Kab/kota)

c. Unit Pelayanan Sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial/

Organisasi sosial masyarakat mau- pun yang mandiri

SELAYANG PANDANG BADAN

AKREDITASI LEMBAGA KESSOS

Tanya: Mengapa lembaga harus di akreditasi melalui BALKS

Jawab: Lembaga di bidang Kesos harus diakreditasi melalui bALKS, karena beberapa alasan/hal.

Pertama, bALKS memang diberi- kan tugas dan kewenangan untuk me lakukan akreditasi terhadap lem- ba ga tersebut. Sesuai UU No 11 Ta- hun 2009 tentang Kesos di pasal 25 memang salah satu tanggung ja wab pemerintah adalah melakukan akre- ditasi dan sertifikasi, sementara itu di pasal 55 dan 56 pemerintah me- la ku kan pembinaan dan evaluasi ter hadap penyelenggaraan kesos, ter- masuk yang dilakukan oleh lembaga di bidang kesos.

Kedua, untuk melaksanakan ke- wajiban dan tanggung jawab itu agar

lebih fair dan independen, obyektif dan transparan maka Pemerintah (Ke- mensos RI) memandang perlu mem- bentuk badan Akreditasi yang selama ini belum pernah ada dalam konteks penyelenggaraan kesos.

Tanya: Apakah setiap lembaga kesos itu wajib lulus BALKS

Jawab: Akreditasi ini bersifat hak dan pilihan bagi lembaga di bidang kesejahteraan sosial. Jadi bukan/

belum kewajiban bagi lembaga. Na- mun demikian, sebaiknya lembaga mengikuti akreditasi yang dilalukan oleh bALKS agar lembaga ini memiliki akuntabilitas dan kredibilitas di ma ta publik, karena pelayanan sosial lang- sung yang diselenggarakannya su- dah teruji kelayakan dan standarnya, yang diakreditasi oleh satu badan in dependen dalam penyelenggaraan kesos, yaitu bALKS.

Tanya: Bagaimana LKS yang be­

lum terstandar?

Jawab: Lembaga di bidang kesos yang belum terstandar mengandung makna:

a. Lembaga itu belum terakreditasi oleh badan Akreditasi tersebut b. Lembaga itu belum memenuhi

Standar Pelayanan minimal (SPm) yang ditetapkan pemerintah (Ke- mensos RI)

Dengan demikian, LKS yang be- lum terstandar secara de jure tidak a kan memperoleh sanksi hukum/

le gal apa-apa, tetapi secara de facto LKS ini ya belum/tidak dapat diukur ke layakan dan standardisasi pelayanan so sialnya. Hal ini sedikit banyak ini akan mempengaruhi penilaian publik/

pi hak lain.

Oleh karena itu, kewajiban dan tugas Kemensos RI untuk melakukan pem binaan dan pendampingan, bim- bingan teknis dan supervisi kepada lem baga di bidang kesejahteraan so sial. Ini menjadi tugas unit teknis operasional yang membidangi lem- ba ga di bidang kesos berkolaborasi de ngan badan Akreditasi dan Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan Penyuluh yang memfasilitasi

kegiatan akreditasi ini.

Tanya: Apa syarat sebuah lem­

baga Kesos harus lulus BALKS?

Jawab: Sebuah lembaga di bidang kesos akan terakreditasi apabila:

a. mengikuti seluruh tahapan pro- ses akreditasi dari mulai pen daf- taran hingga penetapan hasil dan peringkat akreditasi yang di tetapkan oleh Pemerintah (mensos RI) b. Sudah dinyatakan dan ditetapkan

berhasil/lulus/terakreditasi, de ngan memenuhi berbagai standar seperti:

1) Program’

2) Sumberdaya manusia 3) manajemen Organisasi 4) Sarana dan Prasarana 5) Proses pelayanan 6) Hasil Pelayanan

begitupun, LKS harus memenuhi standar pelayanan sosial minimal (SPm) menurut jenis layanannya masing-ma- sing, misalnya untuk pelayanan anak ter lantar maka LKSA terakreditasi ji ka memenuhi Standar Nasional Pe- nga suhan Anak untuk LKSA (sesuai Per mensos RI nomor 30 tahun 2011), yang mencakup:

7) Standar Respon Yang Tepat 8) Standar Pelayanan Pengasuhan,

dan

9) Standar Kelembagaan

Tanya: bIla dianalogikan bALKS se perti bAN PT (badan Akreditasi Na sional Perguruan Tinggi), apakah Lem baga Kesos saat ini mampu me- ngikuti syarat yang diajukan bALKS atau standar yang ditetapkan dalam akreditasi?

Jawab: Ini mestinya dikonfirmasi dan diklarifikasi langsung kepada Pengurus/Pengelola lembaga di bidang kesos.

Namun demikian, menurut hasil respon dari mereka pada saat kami me lakukan sosialisasi di berbagai ko ta besar seperti Jakarta, bandung, Yog yakarta, Semarang, Surabaya dan makassar, kami mendapatkan satu

‘benang merah’ dan ‘lesson learn’ bahwa ka pasitas mereka beragam dalam me- menuhi persyaratan akreditasi lem-

baga di bidang kesejahteraan sosial ini.

Keberagaman lembaga di bidang kesos untuk memenuhi standar-stan- dar tersebut ditentukan oleh berbagai determinan (faktor penentu) baik yang bersifat internal maupun eksternal, dari sisi supply side (yang ada di dalam diri lembaga) dan sisi demand side (yang merupakan faktor luar, dan lingkungan strategis yang mempengaruhi lembaga di bidang kesos ini).

Dalam hal ini, yang lebih pen ting adalah upaya kita bersama dan ke- mitraan bersama dalam me ning kat kan kapasitas lembaga untuk me ngikuti akreditasi dan memenuhi standar- standar yang dipersyaratkan dalam akreditasi.

Dalam peta jalan (road map) pe- ngembangan SDm Profesional, dije- laskan bahwa jalan untuk mencapai itu adalah meliputi antara lain:

a. Penataan peraturan perundang- undangan (legal reform), termasuk dalam kaitan dengan akreditasi lembaga di bidang kesos

b. Pengembangan jaringan kemitraan kerja, baik dengan internal ke men- sos, (dengan sesama unit di badiklit dan dengan unit teknis operasional yang memberikan pembinaan tek nis terkait layanan masing-ma- sing, seperti dengan Direktorat Ke sejahteraan Sosial Anak, Direk- torat Pelayanan Sosial lansia, dll) maupun dengan eksternal kemen- sos (seperti dengan Save the chil- dren, Aisyiyah-muhammadiyah dll) c. Peningkatan kapasitas kelem ba- gaan LKS dan kompetensi pro fe- sional pekerjaan sosial

d. Pengembangan sistem informasi dan manajemen

e. Desentralisasi penyelenggaraan akreditasi lembaga di bidang kesos Tanya: Saya tanyakan di dinso, kabaranya Sosialisasi BALK belum sepenuhnya sampai ? Apa benar?

Jawab: Ini bukan soal benar atau salah, tetapi soal kemampuan ki ta dalam mengoptimalkan segala po- tensi dan sumberdaya yang ada agar

n LAPORAN UTAmA LAPORAN UTAmA n

n Anwar Rosyid, Humas muda

Dr. Imron Rosadi, S.Sos., M.Si

(5)

LAPORAN UTAmA n n LAPORAN UTAmA

akreditasi dan keberadaan bALKS sam pai pada taraf ‘self belonging’, ‘self responsibilty’ baik pada diri lembaga di bidang kesos, unit-unit teknis dan operasional atau unit kerja di Ke- men sos, dan mitra kerja di daerah se- perti Dinas/Instansi sosial di provinsi, kabupaten/kota.

Dari sisi sumberdaya anggaran dan SDm intenal di Pusbinjabfung Peksos dan Pensos dan/atau bALKS, hampir pasti kita akan sama –sama maklum bahwa sosialisasi dan diseminasi kegiatan ini hanya akan menjangkau beberapa titik kegiatan maksimal di ibukota dari balai-balai besar diklat kesos yang ada di enam regional (Padang, bandung, Yogyakarta, banjar- masin, makassar dan Jayapura) dengan kapasitas 100-150 LKS yang ada; plus jabodetabek dan beberapa kota me- nengah lain yang bisa dijangkau.

Dari sisi metode dan pendekatan sosialisasi dan diseminasi, maka ka mi sedang dan terus melakukan tero- bosan dengan mengoptimalkan jari- ngan kerja yang ada di pilar-pilar pe kerjaan sosial seperti IPSPI dan IPPSI serta Orsos-Orsos Koordinatif dan LKS tingkat nasional. begitupun kami sedang mengembangan jaringan dunia maya melalui perancangan web- site (P4S.kemsos.go.id) atau jejaring media sosial seperti Fb dan lainnya.

Itu semua dilakukan agar penye- lenggaraan akreditasi berjalan lebih efektif dan masif.

Tanya: Apakah ada formulir yang harus diisi, bila LKS mengajukan BALKS?

Jawab: Secara singkat kami dapat men jelaskan bahwa pada intinya for mulir yang disediakan dalam me- ngikuti proses akreditasi ini mencakup:

1. Surat Permohonan mengikuti Akre- ditasi

2. Surat Rekomendasi dari Dinas/Ins- tansi sosial setempat

3. Form 1 Identitas Lembaga dan/atau Deskripsi Diri Lembaga

4. Form 2 Instrumen Asesmen Lem- baga di bidang Kesos (Standar Pelayanan yang dipenuhi lembaga)

Form ini bisa diakses dan diperoleh langsung melalui jejaring dunia maya atau berkorespondensi kepada kami di Sekretariat badan Akreditasi Lembaga di bidang Kesos di Jalan Dewi Sartika 200 cawang III Jakarta Timur.

Tanya: Apa manfaat LKS me ng­

ikuti/mendapatkan akreditasi dari BALKS?

Jawab: Pertanyaan ini paling ba- nyak diajukan dalam setiap kali sesi ka- mi bertemu dengan para pengurus LKS atau UPT dan UPTD. mari saya jelaskan:

a. Jika ‘manfaat’ itu dimaknai sebagai

‘benefit’ bagi lembaga dan bagi kami penyelenggara maka ada beberap manfaat potensial dan real aktual yang perlu dicermati, meli puti:

• Kesempatan memperoleh dan mengembangkan diklat dan sema camnya

• Tunjangan/Subsidi/asistensi teknis baik berupa uang, barang atau jenis lainnya

• Apresiasi (penghargaan) dan re kognisi (pengakuan) akan kre dibilitas lembaga yang su- dah diakreditasi, dalam ber- bagai bentuknya seperti a ward tersendiri, pemberian fa silitas atau kemudahan meng ak ses program/kegiatan pe nye leng- garaan kesos dan seba gainya.

b. manfaat ini hanya akan terwujud optimal jika kita bersama mampu menjadikan akreditasi ini sebagai

‘kepentingan bersama’ (common in­

terest) dan ‘isu publik’ (public is sues) minimal di lingkungan ke men sos dan pilar-pilar pekerjaan so sial.

c. Upaya-upaya seperti itu sedang terus digulirkan dan dikembangkan seperti baru-baru ini akan ada ko laborasi kegiatan akreditasi dan sesudahnya dengan Save the chil dren, dengan Direktorat Kesos Anak, dengan Pengurus Pusat Aisyi- yah, yang semuanya bermuara agar akreditasi ini bermanfaat nyata, khususnya bagi lembaga di bidang kesos.

Tanya: Apa kendala dan ham­

batan yang ditemui saat ini oleh BALKS?

Jawab: Kami menyebutnya sebagai tantangan bALKS. Ke depan bALKS akan menghadapi tantangan:

a. Tantangan Kemandirian kelem- bagaan, harus ada masanya dalam jangka 3-5 tahun ke depan, bALKS menjadi lembaga negara/lembaga publik yang mandiri dari sisi pe- nge lolaan keuangan dan status ke lembagaannya, apakah menjadi semacam badan Layanan Umum atau status kelembagaan lainnya yang memungkinkan badan ini bergerak lebih independen, lebih cepat geraknya karena relatif tidak meghadapi kendala legal-formal dan luas jangkauan pelayanannnya b. Tantangan Penguatan SDm. Ke

de pan, badan Akreditasi harus di isi oleh orang-orang terbaik, yang merupakan gabungan dari re presentasi pilar-pilar pekerjaan sosial, dan kompetensi profesional (pendidikan, jam terbang praktek, dan pengalamanan relevan). bukan berarti saat ini kondisi ini tidak ter wujud, namun perlu antisipasi se kian langkah ke depan lebih maju dan siap lagi dari sisi penataan SDm Tanya: Sejauh mana pelaksanaan pro gram dan kegiatan BALKS se ka­

rang?

Jawab: Selama 2012 s.d. 2013 sesuai dengan tugas dan wewenangnya, maka bALKS telah melaksanakan dan menghasilkan kegiatan sebagai berikut:

a. melaksanakan akreditasi terhadap 29 LKSA di 4 lokasi (Jakarta, cianjur, bandung dan Yogyakarta), dengan hasil perlunya dilakukan visitasi lanjutan pada 2013 ini terhadap 21 LKSA tersebut (on going process) b. merekrut dan mempersiapkan dan

menguatkan kapasitas asesor, saat ini telah ada 6 asesor akreditasi lembaga di bidang kesos, yang terpilih dari 30-an calon asesor c. Ikut menyusun dan mengusulkan

Permensos tentang Akreditasi yang

akhirnya ada penetapan melalui Permensos RI Nomor 17 tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesos. Upaya ini dilakukan bersama pilar pekerjaan sosial, PusbinJabfung Peksos dan pensos, Sekretriat badiklit Kesos dan pemangku kepentingan lainnya.

d. melakukan sosialisasi dan di se- minasi di berbagai lokasi seperti Jabodetabek dan Pantura Jabar, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY dan ibukota lokasi balai-balai besar diklat kesos regional di Padang, bandung, Sleman DIY, banjarmasin, makassar dan Jayapura.

e. mempersiapkan akreditasi lembaga di bidang kesos tahun 2013, ter- utama terhadap LKSA dengan me nyusun instrumen akreditasi LKSA mengacu kepada Standar Na sional Pengasuhan untuk LKSA (Per mensos nomor 30 tahun 2011) Tanya: Lantas peran Balai DIklat bagaimana ?

Jawab: Dalam konteks peta jalan (roadmap) akreditasi lembaga di bidang kesos maka keberadaan balai besar diklat diperanfungsikan dan didayagunakan dalam kaitan dengan:

1. Desentrasilisasi proses dan ha sil akreditasi, seperti dengan mem per- siapklan sarana dan SDm perwakilan sekretariat bALKS di 6 balai-balai besar diklat regional: Padang Su- mabr, Lembang bandung barat, Sle man DIY, banjarmasin Kalsel, ma- kassar Sulsel dan Jayapura Papua 2. menginisiasi kebijakan, program

dan kegiatan internal balai ba- lai besar diklat kesos, untuk pe- ngembangan diklat regional ten- tang, misalnya: manajemen LKS, diklat praktek peksos bagi pengurus LKS, diklat SPm Pelayanan Sosial Anak, NAPZA, lansia dan lain lain.

3. Inisiatif lokal terkait supervisi ter- hadap LKS setempat dan asistensi teknis tentang SDm Kesos yang ada di LKS dalam wilayah binaan balai- balai besar diklat kesos.

Melindungi Masyarakat untuk Memperoleh

Pelayanan

Lembaga Sertifikasi Pekerjaan Sosial (LSPS) adalah lembaga sertifikasi yang dibentuk menteri Sosial dengan Peraturan menteri Sosial No. 16 Tahun 2012 untuk melaksanakan penilaian terhadap Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial. Saat ini telah dilakukan penilaian dan penetapan Pekerja Sosial di Yogyakarta dan bandung. berikut ini wawancara singkat Empati dengan Rudi Saprudin Darwis sebagai Ketua LSPS, beberapa waktu lalu.

n Siti mulyani, Widyaiswara muda

Apa latar belakang pembentukan Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial Profesional dan TKS?

Pelayanan kesejehteraan sosial di Indonesia selama ini dilaksanakan oleh mereka yang berlatar belakang pen- didikan pekerjaan sosial (kesejahteraan sosial) maupun non pendidikan pe- ker jaan sosial. Dalam prakteknya untuk menghasilkan pelayanan sosial yang berkualitas, maka penerapan standardisasi dalam praktek pelayanan kesejahteraan sosial merupakan suatu yang mutlak harus dilaksanakan.

Stan dardisasi ini dengan sendirinya akan menuntut kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan ke butuhan. melalui sertifikasi, kita dapat menentukan tingkat kualitas SDm dalam praktik pekerjaan sosial.

Diharapkan dengan kualitas SDm yang tersertifikasi maka diharapkan kualitas pelayanan yang diperoleh masyarakat menjadi lebih terjamin. Untuk itu perlu lembaga yang melakukan pengujian kualifikasi SDm kesejahteraan sosial berdasarkan standard kompetensi yang ditetapkan. Adanya sertifikasi pekerja sosial profesional dan TKS

memberikan implikasi yang lebih luas yaitu mendorong dilakukannya standarisasi dalam berbagai aspek praktik pekerjaan sosial, terutama pe ngaturan mengenai standardisasi kualifikasi SDm kesejahteraan sosial di Indonesia.

Mengapa baru sekarang ada LSPS dan TKS? Apa yang terjadi de­

ngan profesi Pekerja sosial selama ini?

munculnya lembaga sertifikasi ti dak terlepas dari semakin kuatnya dorongan untuk melakukan stan dar- disasi kualitas pelayanan dan kualitas SDm kesejahteraan sosial. Globalisasi juga menuntut dilakukannya stan- dardisasi kompetensi SDm kese jah- teraan sosial. Pemerintah Indonesia perlu menetapkan standard kom pe- tensi pekerja sosial maupun tenaga ke sejahteraan sosial, sehingga da- pat menetapkan kualitas pemberi pelayanan kesejhtaeraan sosial yang dapat bekerja di wilayah Republik Indoensia. Selain itu, tuntutan ini sejalan pula dengan adanya kesadaran bersama komunitas pekerjaan sosial

(6)

n LAPORAN UTAmA LAPORAN UTAmA n

di Indonesia akan perlunya penataan SDm pelayanan kesejahteraan sosial, terutama para pekerja sosial. Penataan ini dirasakan perlu untuk mempertegas keberadaan pekerja sosial di Indonesia.

Selama ini Pekerjaan Sosial di Indonesia mengalami perkembangan yang kurang menguntungkan, pekerjaan sosial belum dianggap sebagai sebuah profesi. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah adanya pandangan bahwa praktik pekerjaan sosial dapat dilakukan oleh siapapun dan menjadikan mereka sebagai pekerja sosial meskipun tidak berlatar belakang pendidikan pekerjaan sosial;

yang sebenarnya adalah profesi pekerja sosial mensyaratkan latar belakang pendidikan pekerjaan sosial, sebagaimana pada umumnya sebuah profesi pertolongan.

Mengapa harus dipisahkan antara Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial?

Kegiatan pelayanan kesejahteraan s o s i a l m e m a n g t i d a k h a n y a

dilakukan oleh pekerja sosial, namun dilakukan pula oleh mereka yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan seperti hukum, psikologi, administrasi, ekonomi, dan lain-lain serta melakukannya secara profesional berdasarkan latar belakang pendidikan dan keahliannya, maupun dilakukan oleh para relawan atas dasar kepeduliannya terhadap permasalahan kesejahteraan sosial.

Keberadaan mereka dalam kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial tetap harus diakui dan diapresiasi karena kinerja dan prestasi mereka dalam pelayanan kesejahteraan sosial.

mereka yang terlibat dalam kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial namun tidak berlatar belakang pendidikan pekerjaan sosial dikategorikan sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial, bukan sebagai Pekerja Sosial. Dengan begitu, kompetensi yang harus dimiliki oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial pun tidak sama dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh Pekerja Sosial. Tenaga Kesejahteraan Sosial ini menjalankan

peran dan tanggung jawabnya dalam pelayanan kesejahteraan sosial sesuai dengan bidang keahliannya, sedangkan pekerja sosial akan diuji dalam melakukan praktik pekerjaan sosial. TKS tidak dapat dituntut untuk menjalankan peran dan tanggung jawab seperti yang ditujukan kepada Pekerja Sosial. Dengan demikian, uji kompetensi yang dibuat untuk pekerja sosial dibedakan dari uji kompetensi untuk Tenaga Kesejahteraan Sosial.

Uji kompetensi untuk Tenaga Kesejahteraan Sosial tidak untuk menjadikan mereka bersetifikast sebagai pekerja sosial, tetapi sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial; bahkan bisa saja dia disertifikasi oleh komunitas profesionalnya sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Bilamana sudah tersertifikasi apa keuntungan bagi pekerja sosial dan TKS?

Ser tifik asi dilakuk an untuk memberikan pengakuan terhadap kompetensi dan kualifikasi seseorang dalan pelayanan kesejahteraan sosial.

Pengakuan ini dilakukan melalui mekanisme uji kompetensi yang selanjutnya akan diberikan sertifikat kompetensi kepada yang dinyatakan lulus uji kompetensi. Keuntungan utama yang akan diperoleh pekerja sosial atau TKS yang tersertifikasi adalah pengakuan bahwa dia memiliki kualifikasi yang memadai untuk melakukan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial sesuai dengan peran dan kewenangannya. Dengan begitu, dia berhak atas penghargaan yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja sosial atau TKS yang belum bersertifikat. Penghargaan ini bisa berbentuk kewenangan yang lebih besar yang diimplementasikan dalam bentuk kedudukan yang lebih tinggi dalam struktur sumberdaya manusia pada pekerjaannya. Penghargaan ini selanjutnya akan berimplikasi kepada penghargaan dalam bentuk finansial, yaitu pemberian upah yang lebih baik kepada pekerja sosial dan TKS tersertifikasi, baik dalam bentuk tunjangan ataupun upah lainnya.

Pengaturan mengenai standard penghargaan untuk pekerja sosial dan TKS perlu diatur dengan regulasi yang akan memberikan landasan dalam pengupahan maupun pengupahan lainnya.

Pada profesi yang yang sudah tersertifikasi sebelumnya seperti guru misalnya saat ini masih terjebak dengan isu tunjangan sertifikasi dan administrasi sementara dari segi kemajuan atau kualitas guru yang sudah tersertifikasi belum signifikan. Bagaimana LSPS dan TKS mengantisipasi persoalan ini?

Tunjangan ataupun bentuk penghargaan lainnya bagi pekerja sosial ataupun TKS tidak diatur oleh LSPS. Pengaturan mengenai p e n g h a r g a a n d a l a m b e n t u tunjangan, upah, ataupun bentuk lainnya diharapkan akan diatur oleh lembaga tempat bekerja; diharapkan pemerintah juga akan ikut mengatur pemberian penghargaan melalui

regulasi yang akan dapat dijadikan acuan oleh berbagai pihak. berkaitan dengan upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas SDm, Lembaga Sertifikasi bukanlah satu-satunya lembaga yang menaungi Pekerja Sosial dan TKS di Indonesia. Ada beberapa lembaga yang menjadi stakeholders pengembangan SDm kesejahteraan sosial, yaitu IPSPI (ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia), IPPSI (Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial indonesia), DNIKS (Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraa Sosial), KPSI (Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia), dan Kementerian Sosial RI.

mekanisme sertifikasi dan yang dibuat oleh lembaga sertifikasi diharapkan akan menjadi bahan bagi stakeholders lainnya dalam mengembangkan program pemeliharaan ataupun peningkatan kualitas pekerja sosial profesional maupun TKS. Situasi demikian akan menciptakan sinergi diantara stakeholders pekerjaan sosial di Indoensia.

Dalam ranah pengetahuan dan ketrampilan dalam pekerjaan sosial bisa terukur dengan instrument yang tersedia. Tetapi bagaimana dengan ranah nilai yang sulit untuk mengukurnya?Sering kita lihat pelanggaran nilai­nilai yang dilakukan oleh pekerja sosial dan TKS namun dia tetap ‘aman­aman’ dalam bidang pekerjaannya?Bagaimana mekanisme LSPS dan TKS mengatur hal ini? Apakah mungkin ada sangsi hukum kecuali sangsi etis?

Uji kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai.

Uji kompetensi ini dilakukan dengan penilaian portofolio, ujian tulis dan ujian praktik. Pengukuran kompetensi pada aspek nilai dilakukan dalam konteks praktik. Artinya pengukuran kompetensi aspek nilai dilakukan dalam integrasinya dengan aspek pengetahuan dan keterampilan dalam praktik, yang ditunjukan pada portofolio yang dibuatnya maupun bersambung ke hlm. 22

Rudi Saprudin Darwis

Peserta Diklat, Praktik Wawancara

(7)

OPINI n

AKReDITASI merupakan suatu pro- ses dan hasil. Sebagai proses, akreditasi merupakan suatu upaya untuk menilai dan menentukan status mutu institusi pelayanan sosial berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Sebagai hasil, akreditasi merupakan status mutu LKS yang harus diumumkan kepada masyarakat, terkait dengan penilaian kinerja dan mutu pelayanannya. Sistem akreditasi ini akan menjadi standar prosedur operasional dari lembaga sosial kepada pengguna pelayanan, yaitu standar prosedur operasional pelayanan sosial berbasis panti yang sudah disiapkan untuk memastikan terlaksananya pelayanan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan.

Penjaminan dan pengendalian mutu pelayanan kesejahteraan so- sial yang sesuai dengan standar pe- la yanan minimal perlu dilakukan

dalam tiga program terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.

Penjaminan mutu pelayanan kesejah- teraan sosial ini bertujuan untuk melin dungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan pembinaan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara kesejahteraan sosial.

Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pelayanan kesejahteraan sosial harus diarahkan pada upaya untuk menjamin terselenggaranya layanan kesejahteraan sosial yang bermutu sehingga menghasilkan keluaran sesuai standar yang ditetapkan.

mengingat pentingnya akreditasi sebagai salah satu upaya untuk men- jamin dan mengendalikan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial, ma- ka pemerintah melalui Peraturan men teri Sosial Nomor 17 Tahun 2012 pa sal 13 ayat 2 membentuk badan

Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (bALKS). Dalam pasal ini, selain melaksanakan penilaian terhadap LKS, bALKS memiliki tugas; 1) menyusun, menetapkan kriteria dan tugas asesor;

2) melaksanakan seleksi asesor; 3) menugaskan kepada asesor untuk melaksanakan penilaian akreditasi;

dan 4) memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan akreditasi oleh asesor. Hasil penilaian tersebut sebagai bahan rekomendasi kepada menteri Sosial RI untuk penetapan tingkatan akreditasi institusi pelayanan kesejahteraan sosial. Proses akreditasi ini dapat memberikan informasi ten- tang kelayakan LKS atau program yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Pelayanan minimal. Di samping itu melalui akreditasi akan memberikan pe ngakuan peringkat kelayakan; dan memberikan rekomendasi ten tang penjaminan mutu pelayanan kese- jahteraan sosial kepada program yang diakreditasi dan pihak terkait.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus dijadikan acuan oleh para pengelola LKS, dan di sisi lain menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk mencapai standar minimal yang ditetapkan. Penegasan akreditasi ini penting karena memiliki tujuan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan praktik pekerjaan sosial yang dilakukan oleh lembaga di bidang kesejahteraan sosial; me - ningkatkan kualitas pelayanan ke- se jahteraan sosial; dan memenuhi ke butuhan masyarakat akan pelaya- nan kesejahteraan sosial; serta

berbeda dari bentuk penilaian mutu lainnya, akreditasi dilakukan oleh pakar sejawat dan mereka yang memahami hakikat pengelolaan sebuah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial sebagai Tim atau Kelompok Asesor. Keputusan mengenai mutu didasarkan pada penilaian terhadap berbagai bukti yang terkait dengan standar yang ditetapkan dan berdasarkan nalar serta pertimbangan para pakar sejawat. bukti-bukti yang diperlukan termasuk laporan tertulis yang disiapkan oleh institusi kesejahteraan sosial (baca; LKS) yang akan diakreditasi, diverifikasi dan divalidasi melalui kunjungan para pakar sejawat ke tempat kedudukan LKS.

AKREDITASI LEMBAGA

KESEJAHTERAAN SOSIAL

(harapan kualitas pelayanan baru)

n bambang Tjahjono, Widyaiswara muda

n OPINI

meningkatkan peran aktif pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas penye- lenggaraan kesejahteraan sosial. Un- tuk mencapai tujuan tersebut, ma- ka proses akreditasi ini hendaknya dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan untuk membantu dan memberdayakan unit LKS agar mampu mengembangkan sumberdayanya dalam mencapai tujuan pelayanan kesejahteraan sosial yang lebih optimal.

Akreditasi LKS merupakan proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pela ya- nan, yang hasilnya diwujudkan da- lam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikem- bangkan berdasarkan standar yang dikembangkan oleh bALKS, di mana di dalamnya memuat kriteria tentang komponen standar pelayanan minimal pelaksanaan kesejahteraan sosial, yang meliputi program, sumber daya manusia, manajemen organisasi, sarana dan prasarana, proses pelayanan dan hasil pelayanan.

bagi lembaga pelayanan, akreditasi akan bermanfaat sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan rencana pengembangan LKS, selain itu juga sebagai umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja LKS dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan program lembaga. melalui akreditasi ini pula dapat dijadikan motivasi agar LKS terus meningkatkan mutu pela- yanan secara bertahap, terencana, dan kompetitif. Oleh sebab itu dengan akreditasi dapat berguna sebagai bahan informasi bagi peningkatan dukungan baik dari pemerintah, masyarakat, mau pun sektor swasta dalam hal pro- fesionalisme, moral, tenaga, dan dana, serta acuan bagi lembaga terkait dalam mempertimbangkan kewenangan bALKS sebagai penyelenggara akre- ditasi.

bagi pimpinan LKS, akreditasi dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk pemetaan indikator kelayakan

lembaga, kinerja sumber daya, ter- masuk kinerja pimpinan selama periode kepemimpinannya. Selain itu, akreditasi juga diperlukan oleh pimpinan sebagai bahan masukan untuk penyusunan peningkatan kualitas pelayanan di masa datang. bagi tenaga pelayanan dan/atau pekerja sosial, akreditasi me rupakan dorongan untuk selalu me ningkatkan diri dan bekerja keras dalam memberikan layanan ter baik bagi penerima manfaat guna mem- pertahankan dan meningkatkan mutu layanan, dan moral bagi seluruh yang terlibat untuk senantiasa menjaga ki- nerja lembaga agar tetap diakui seba gai LKS yang bermutu. bagi masyarakat dan khususnya penerima manfaat, hasil akreditasi diharapkan menjadi informasi yang akurat tentang layanan sosial yang ditawarkan oleh lembaga, sehingga secara sadar dan bertanggung jawab masyarakat dapat membuat keputusan dan pilihan yang tepat dalam kaitannya dengan pelayanan klien sesuai kebu tu- han dan kemampuannya. bagi pene- rima manfaat, hasil akreditasi akan me numbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka memperoleh layanan yang baik, dan harapannya, sertifikat dari LKS yang terakreditasi merupakan bukti bahwa mereka menerima pelayanan yang bermutu tinggi.

Prinsip-prinsip yang dijadikan pija- kan dalam melaksanakan akreditasi harus objektif, komprehensif, adil, trans paran, akuntabel dan profesional.

Objektif, dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh informasi tentang keberadaannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya untuk di- ban dingkan dengan kondisi yang di harapkan maka dalam prosesnya digunakan indikator-indikator terkait dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.

Komprehensif artinya, fokus penilaian tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi ber bagai komponen dan bersifat me- nyeluruh. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dapat menggambarkan se cara utuh kondisi kelayakan LKS

tersebut. Adil artinya harus diperlakukan sama dengan tidak membedakan atas dasar kultur, keyakinan, sosial budaya, dan tidak memandang baik LKS milik pemerintah ataupun swasta. LKS harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil dan/atau tidak diskriminatif. Transparan, seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi dan lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukannya. Akuntabel harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Profesional oleh orang- orang yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi.

Permasalahan mutu pelayanan ke- sejahteraan sosial tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dalam satu sistem yang saling mepengaruhi. mutu keluaran dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses. Secara eksternal, kom- ponen masukan secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan. Penilaian mutu dalam rangka akreditasi institusi pelayanan sosial harus dilandasi oleh standar yang lengkap dan jelas sebagai tolok ukur penilaian tersebut, dan juga me- merlukan penjelasan operasional me- ngenai prosedur dan langkah-langkah yang ditempuh, sehingga penilaian itu dapat dilakukan secara sistemik dan sistematis. Proses pen capaian mutu tersebut harus didukung standar tenaga pelayanan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pe layanan. Pencapaian mutu secara ber tahap, sistematis, dan terencana da lam suatu program secara terus me- nerus dan berkelanjutan merupakan upaya penjaminan mutu sistem pela- yanan kesejahteraan sosial yang ber- sangkutan. mutu institusi pelayanan sosial merupakan totalitas keadaan dan karakteristik masukan, proses dan produk atau layanan institusi pelayanan sosial/LKS yang diukur dari sejumlah standar sebagai tolok ukur penilaian untuk menentukan dan mencerminkan mutu institusi LKS tersebut. Semoga.

(8)

n OPINI

so sial dapat membuka tempat prak- tek pelayanan pekerjaan sosial di masya rakat dengan ijin resmi yang di keluarkan oleh Kementerian Sosial.

Dengan demikian profesi pekerja so- sial bisa disamakan dengan profesi psikiater, sosiolog, ataupun dokter yang bisa melayani masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Jadi sudah menjadi harapan bersama apabila hal ini bisa diwujudkan, bagi pemegang kebijakan berharap bah wa para pekerja sosial dapat be kerja secara profesional sehingga ma salah kesejahteraan sosial bisa ber kurang dan bagi profesi pekerja sosial akan menambah kompetensi pe- layanannya kepada masyarakat serta dapat menjadi patner masyarakat se cara profesional dalam mengatasi kesejahteraan sosial.

Implementasi Peraturan menteri Sosial No 16 Tahun 2012 tentang Serti fikasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Peraturan menteri Sosial No 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial dapat menjadi suatu harapan diatas apabila kebijakan ini didasari dengan konsep-konsep yang jelas akan model sertifikasi pe kerja sosial. Apabila arahan model sertifikasi ini berpandangan pada konsep pekerja sosial yang ada pada negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, dan lain sebagainya dimana pekerja sosial menjadi aktor utama dalam praktek pekerjaan so sial yang menjamin sebagai peme cah masalah sosial bagi individu mau pun kelompok maka harapan di atas memang menjadi susuatu hal yang mudah diwujudkan. Peran pekerja sosial di negara-negara maju sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Kompleksnya masalah-masalah sosial yang dialami masyarakat di negara maju menjadikan profesi pekerja sosial di negara maju menjadi suatu profesi yang dicari-cari oleh masyarakat untuk memberikan solusi yang tepat dalam masalah sosial yang dihadapinya. maka lembaga pemerintah sebagai pembina dari para pekerja sosial pada negara maju memberikan arahan dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya peran pekerja sosial dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Disamping itu

lembaga pemerintah juga memberikan pembinaaan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan terhadap kompetensi pekerja sosial se bagai proses pembinaan dalam pe ningkatan cognetive, afektif dan skill pekerja sosial melalui unit balai ke dik latan.

Kementerian Sosial yang melun- curkan kebijakan sertifikasi terhadap profesi pekerja sosial di Indonesia harus dapat memposisiskan lembaga pembinaan seperti yang ada pada negara-negara maju. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan sosialisasi sertifikasi profesi pekerjaan sosial kepada masyarakat dan juga khususnya kepada para pekerja so- sial baik pemerintah maupun masya- rakat. Sosialisasi ini dilakukan agar eksistensi pekerja sosial dalam meme cahkan masalah kesejahteraan sosial dimasyarakat akan terwujud.

masyarakat akan mengetahui dan memahami bahwa profesi pekerja sosial merupakan sebagai seorang yang mampu mengatasi permasalahan sosial yang dialaminya dan juga diajadikan sebagai agen perubahan terhadapa kondisi sosial yang dialami. Dengan program sosialisasi demikian maka Kementerian Sosial dapat me ngeluarkan ijin praktek pekerja sosial yang memiliki kompetensi yang tersertifikasi. Kedua, Kementerian sosial juga harus melakukan pembinaan secara terstruktur terhadap kompetensi pekerja sosial. Pembinaan ini bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan keahlian yang terakreditasi dimana seorang pekerja sosial juga diberikan kepastian tentang spesialisasi pekerjaan sosialnya.

Sehingga masyarakat akan mengetahui mau mendatangi praktek pekerja sosial mana yang sesuia dengan masalah sosial yang dialaminya. Ketiga, Kementerian sosial juga bisa menjadi pengawas terhadap proses praktek pekerjaan sosial sehingga bisa melakukan evaluasi terhadapa proses praktek pekerjaan sosial kepada masyarakat. Apabila terjadi suatu penyimpangan maka Kementerian Sosial berhak mencabut sertifikasi yang diberikan kepada pekerja sosial.

Sebagai pekerja sosial dengan adanya sertifikasi juga harus dapat menempatkan diri sebagai profesi

yang dibutuhkan masyarakat. Layaknya dokter yang dibutuhkan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan, pekerja sosial dibutuhkan masyarakat sebagai penyembuh masalah sosial yang dihadapai masyarakat. Dengan demikia pekerja sosial harus terus m e l a k u k a n m e n g e m b a n g k a n pengetahuan praktek pekerja sosial untuk mempertahankan sertifikasi kompetensi yang didapatkanya.

Para pekerja sosial juga tidak asal- asal dalam melakukan pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat dalam memecahkan masalah sosial dan tujuannya untuk dapat menciptakan keberfungsian sosial.

Kebijakan Kementerian Sosial tentang sertifikasi pekerja sosial dan akreditasi lembaga kesejahteraan sosial akan menjadi premis terbalik apabila program-program diatas tidak terlaksana. Proses sertifikasi yang sudah dilaksanakan tanpa adanya tindak lanjut dari lembaga pembina pekerja sosial sama saja sayur tanpa bumbu.

Harapan untuk mengeksistensikan pekerja sosial profesional sebagai aktor pemecah masalah sosial pada masyarakat tidak berjalan. Karena masyarakat masih saja menganggap pekerja sosial sebagai pendamping saja atau sebagai penyalur anggaran program-program pemerintah.

Akibatnya masalah sosial tersebut hanya terobati sesaat bukan untuk menyembuhkan atau menyelesaikan dalam membentuk keberfungsian sosial. Disamping itu pekerja sosial yang mendapatkan sertifikasi juga akan bertanya-tanya tentang tujuan adanya sertifikasi ini. Apabila tidak ada pembinaan lebih lanjut maka sertifikasi ini hanya menjadi kertas yang tidak memiliki makna. Oleh karena itu inilah harapan atau angan-angan bahwa sertifikasi ini masih perlu banyak pengkajian baik dari penggunaannya dan penunjang profesi pekerja sosial di Indonesia. Harapan atau angan- angan apakah sertifikasi ini mampu mengeksistensikan pekerja sosial secara profesional dan masyarakat akan selalu mencari dan membutuhkan pelayanan dan pendampingan masalah sosial.

OPINI n

KALAU profesi dan lembaga lain mam pu mengapa profesi pekerja so- sial dan lembaga di bidang kesejah- teraan sosial tidak? momentum ser ti- fi kasi dan akreditasi itu disadari be tul oleh Kementerian Sosial yang sejak tahun 2009 sudah merintis kelem ba- gaan dan perangkat sertifikasi dan akreditasi. Terakhir Kementerian So sial menetapkan Peraturan menteri So sial No 16 Tahun 2012 tentang Ser tifi kasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Pe ra turan menteri Sosial No 17 Tahun 2012 ten - tang Akreditasi Lembaga Kese jah tera an Sosial.

Penyelenggaraan sertifikasi pekerja sosial dan akreditasi lembaga di bi- dang kesejahteraan sosial bukan ha- nya menjadi concern dan urusan Ke - menterian Sosial, oleh karena itu se- mua pemangku kepentingan sudah banyak diikutsertakan dalam berbagai proses sertifikasi dan akreditasi. Duku- ngan dari berbagai pihak baik pe- merintah dan swasta yang bertugas pada masalah kesejahteraan sosial

SERTIFIKASI PEKERJAAN SOSIAL

ANTARA HARAPAN DAN ANGAN-ANGAN

n Achmad buchory, S.Sos., Staff Penyelenggara Diklat

Sudah sekian lama komunitas Pekerja Sosial Indonesia menanti datangnya kesempatan ketika eksistensi mereka dan lembaga di bidang kesejahteraan sosial lebih diakui dan mendapat pengakuan secara luas. mereka ingin seperti profesi dan lembaga lain contohnya guru yang sudah bersertifikat, atau lembaga pendidikan yang sudah terakreditasi. Dengan diakuinya profesi pekerja sosial dan lembaga bidang kesejahteraan sosial ini maka diharapkan akan dapat menjadi gerbang menuju praktek pekerjaan sosial kepada masyarakat secara profesional guna mendorong terwujudnya kesejahteraan sosial. Dukungan yang optimal akan dapat menjadi dorongan bagi para pelaku kesejahteraan sosial untuk memotivasi diri dalam membangun kesejahteraan sosial di masyarakat.

sangat dibutuhkan agar pelaksanaan ser tifikasi pekerja sosial profesional dan akreditasi lembaga kesejahteraan sosial benar-benar berjalan sesuai tu juan yaitu menciptakan pelayanan so sial berbasiskan kompetensi dan pro fesional.

Hal ini tercermin pada keberadaan Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial dan badan Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang bersifat independen tetapi tetap difasilitasi dan didukung penuh oleh Kementerian Sosial. Untuk lebih memahami kon s - truksi, sistem, mekanisme dan kelem- bagaan sertifikasi dan akreditasi maka publik perlu mendapat informasi yang jelas dan utuh tentang payung hukum dan penataan peraturan yang ada yang tercermin dalam Peraturan menteri Sosial No 16 Tahun 2012 tentang Ser tifikasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Peraturan menteri Sosial No 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial. (Puslitbang Kesos- Kementerian Sosial RI)

Kebijakan Kementerian Sosial di- atas menjadi suatu harapan bagi para pro fesi pekerja sosial di Indonesia. Pro- fesi yang memiliki peran dalam pem- bangunan kesejahteraan sosial yang menjadi domain kebijakan Ke menterian Sosial. Jadi sudah sewa jar nya apabila Kementerian Sosial yang menjadi lembaga pemerintah pembina pekerja sosial memberikan kebijakan yang dapat memberikan motivasi bagi para pekerja sosial. mo del sertifikasi terhadap para pekerja sosial merupakan suatu harapan untuk meningkatkan profesionalisme pekerja sosial sehingga proses pelayanan ke sejahteraan sosial dapat terwujud dengan tujuan yang maksimal. Ser- tifikasi ini juga dapat dijadikan sebagai penunjang para pekerja sosial dalam menjalankan praktek pekerjaan sosial di masyarakat yang nantinya akan me ningkatkan kompetensi pekerja so sial dalam pelayanan kepada ma- sya rakat dalam memecahkan masalah k esejahteraan sosial. Sehingga harapan untuk dapat diakuinya profesi pekerja sosial dimasyarakat benar-benar ter- wujud.

Pekerja sosial profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lem- baga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam praktik pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan/

atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tu- gas pelayanan dan penanganan ma- salah sosial. Atas pengertian ini maka sertifikasi menjadi hal yang sangat penting sehingga kompetensi pekerja sosial di masyarakat benar-benar te- ruji dalam melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial. Adanya sertifikasi ini pula menjadikan para pekerja

(9)

n ANDRAGOGI

IV. Mata diklat dan silabi

MATA DIKLAT SILABI JMLH JAMLAT TEORI PRAKTEK METODE

1. Standar tentang pe ran LKS anak dalam pe layanan bagi anak.

2. Standar perencanaan pengasuhan

3. Standar pendekatan awal dan penerimaan rujukan.

4. Standar pelayanan pengasuhan olehLKS anak

5. Standar pelayanan berbasis LKS anak

6. Standar pelaksana pengasuhan

7. Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan untuk anak 8. Visi, misi dan tujuan LKS anak

9. Pendirian, perijinan dan akreditasi LKS anak

10. Fasilitas

1. Peran Lembaga Kese jah teraan Sosial Anak 2. Pencegahan dari keter pisahan 3. Peran untuk me ne rima rujukan

4. Respon berdasarkan ases men yang akurat 5. Respon terhadap ke butuhan pengasuhan 6. Respon terhadap ke butuhan perlindungan khusus 7. Respon terhadap kebutuhan ekonomi

8. Respon terhadap kebutuhan pendidikan 1. Rencana pengasuhan

2. Pengasuhan darurat 3. Pengasuhan jangka pendek 4. Pengasuhan jangka panjang

5. Transisi menuju pengasuhan yang lebih permanen 1. Pendekatan awal

2. Penerimaan rujukan 3. Asesmen awal

4. Pengambilan keputusan pelayanan 5. Kesepakatan

6. Rujukan ke insatansi lain 7. Kebersamaan anak bersaudara 1. Asesmen dan Rencana Pengasuhan 2. Pelaksanaan Rencana Pengasuhan 1. Pelayanan pengasuhan dalam LKS 2. Peran sebagai pengganti orang tua 3. martabat anak sebagai manusia 4. Perlindungan anak

5. Perkembangan anak 6. Identitas anak 7. Relasi anak 8. Partisipasi anak 9. makanan dan pakaian

10. Akses terhadap pendidikan dan kesehatan 11. Privasi/Kerahasiaan Pribadi Anak 12. Pengaturan waktu anak

13. Kegiatan/pekerjaan anak di LKS Anak 14. Aturan, disiplin, dan sanksi 1. Orang tua dan keluarga 2. Pengasuh

3. Pekerja sosial profesional

1. Review penempatan dan pengasuhan

2. Pelaporan anak yang melarikan diri atau pengasuhannya diakhiri 3. Pengakhiran Pelayanan

1. membuat Visi, misi dan tujuan 2. mengaplikasikan Visi,misi dan tujuan 1. Pendirian LKS Anak

2. Perizinan untuk menyelenggarakan pelayanan sosial melalui LKS Anak

1. Penyediaan fasilitas

2. Fasilitas yang mendukung privasi anak 3. Fasilitas pendukung

4. Kesiapan menghadapi bencana

5. Pengaturan Staf 6. Pendanaan 7. Jaringan Kerja 8. Administrasi

9. Pencatatan dan pelaporan 10. monitoring dan evaluasi

8

8

16

6 12

6

6

4 6

8

2

2

2

2 2

2

2

- 2

2 6

6

14

4 10

4

4

4 4

6

1. ceramah dan Tanya jawab 2. bronstor-

ming 3. Si mulasi 4. Dis kuisi 5. Penu gasan

& Latihan

JUmLAH 80

8. Visi, misi dan tujuan LKS anak 9. Pendirian, perijinan dan akre di ta si

LKS anak 10. Fasilitas

III. SASARAN

Yang menjadi sasaran diklat LKS anak adalah :

1. manajer LKS anak

2. Petugas/Pembimbing yang me- ngua sai masalah LKS anak.

3. Pimpinan yayasan/lembaga yang ber gerak dibidang LKS anak atau sejenisnya

4. Dinsos Kabuapen/Kota yang me- nangani LKS

I. PENDAHULUAN A. DISKRIPSI SINGKAT

UNTUK menilai kinerja dan mu- tu pelayanan lembaga sosial, Ke- menterian Sosial (Kemensos) te lah membuat sebuah sistem ak re ditasi lembaga sosial. Sistem akre ditasi ini akan menjadi standar pro se- dur operasional dari lembaga so- sial kepada pengguna layanan. Hal tersebut dimaksudkan untuk me- nilai dan memperoleh gambaran perihal kelayakan dan standardisasi lem baga-lembaga khususnya yang melakukan aktivitas atau intervensi layanan dibidang kesejahteraan so- sial. Semacam ini sesuai dasar hu- kum atau regulasi yang ditetapkan stan dar prosedur operasional pela- yanan sosial berbasis panti sudah disiapkan untuk memastikan terlak- sananya pelayanan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan.

Lem baga akreditasi yang bersifat inde penden ini nantinya akan menilai kinerja dan mutu fasilitas pelayanan sosial secara berkala.

Sesuai dengan PeRmeNSOS No- mor:107/HUK/2009 tentang Akre ditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dalam penentuan tingkat kelayakan dan standarisasi penyelenggaraan sosial yang diberikan kepada lembaga di bidang kesejahteraan, dimana yang diberikan kewenangan adalah badan Akreditasi. PeRmeNSOS tersebut telah disempurnakan lagi menjadi Peraturan menteri Sosial Republik In donesia Nomor : 12/ HUK /2011 ten- tang Perubahan atas peraturan menteri Sosial RI Nomor : 107/HUK /2009 tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dan Penjelasan.

Penilaian akreditasi kali ini difo-

kuskan pada LKS dalam setting ke- sejahteraan sosial dan perlindungan anak atau LKSA (Lembaga Kesejah- teraan Sosial Anak) baik berupa panti sosial asuhan anak (PSAA) atau taman anak sejahtera (TAS) serta lainnya.

Dari kondisi tersebut maka sa- ngatlah tepat bila balai diklat Ke sejah- teraan Sosial (bbPPKS) Jogyakarta sudah sewajarnya untuk memberikan diklat sebagai kontribusi kepada pelak- sanan lembaga pelayanan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya secara manajemen administrasi bagi para petugas ter- sebut, agar dapat mencapai sesuai standar yang telah di tetapkan oleh badan akreditasi.

B. Filosopi pembelajaran.

bagi para peserta pelatihan, yang terdiri dari para personal atau pe- tugas yang bekerja dilingkungan lem baga pelayanan kesejahteraan sosial anak. Dalam pelaksanaan diklat para petugas tersebut nantinya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. melakukan prinsip-prinsip pem - belajaran andragogi, yaitu me- laku kan proses pembelajaran pada orang dewasa. Untuk itu pa ra peserta perlu dihargai dan dihormati setiap pendapat dan gagasannya dalam setiap me- ngungkapkan gagasan dari ber ba- gai pengalamannya, mereka adalah orang-orang yang mem punyai banyak pengalaman. Untuk itu dipertimbangkan pula setiap ide, gagasan dan pen dapatnya, sejauh didalam kontek pelatihan. Selain itu perlu pula para peserta tidak boleh dilecehkan, digurui atau diabaikan.

2. Pada peserta berhak untuk men- dapatkan suatu paket pem bela- jaran tentang kesiapan secara ad ministrasi hal-hal yang terkait dengan proses akreditasi dilem- baga masing-masing. melakukan gaya belajar yang sesuai apa yang ia miliki, baik secara visual, au- ditorial maupun kinestetik (gera- kan), melakukan inovasi sendiri.

Tidak dapat dilupakan pula me reka belajar dengan modal penge ta- huan yang ia miliki masing-ma - sing dengan bekal yang ia mi liki sebelumnya kemudian akan men- dapat bimbingan dari fa silitator.

II. TUJUAN A. Tujuan Umum

meningkatkan kemampuan ba gi petugas lembaga pelayanan ke se jah- tera an sosial anak :

1. Agar mempunyai kesiapan ma- najemen administrasi yang lebih, da lam menghadapi tim penilaian akreditasi .

2. memahami kandungan standar pelayanan minimal lembaga pe- layanan kesejahteraan sosial anak B. Tujuan Khusus, peserta dapat

mengaplikasikan:

1. Standar tentang peran LKS anak dalam pelayanan bagi anak.

2. Standar perencanaan pengasuhan 3. Standar pendekatan awal dan pe-

nerimaan rujukan.

4. Standar pelayanan pengasuhan olehLKS anak

5. Standar pelayanan berbasis LKS anak

6. Standar pelaksana pengasuhan 7. Standar evaluasi serta pengakhiran

pelayanan dan pengasuhan untuk anak

ANDRAGOGI n

Rancangan Kurikulum Diklat Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

n Drs. Joko Sumarno, mSi., Widyaiswara madya

Referensi

Dokumen terkait

Formula 3 CC cream yang mengandung Virgin Coconut Oil, bahan aktif, dengan ekstrak Aloe vera yang disimpan dalam climatic chamber selama waktu penyimpanan 30 hari

Bukti yang mendukung evolusi prokariot menjadi eukariot adalah bahwa kloroplas dan mitokondria diduga merupakan evolusi dari bakteri prokariot yang bergabung secara

Berdasarkan hasil analisis mengenai Implementasi Desa Adat Osing Dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi dari

Kasir.Showdialog() ‘ menyebabkan hanya form kasir yang tampil.

PERAN INSTRUKTUR KOMPUTER DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK MELALUI PELATIHAN PROGRAM STUDI TERPADU (PST). Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA ANTAR ANGGOTA GABUNGAN KELOMPOK TANI LEMBANG AGRI DESA

persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kabupaten Musi Rawas Utara yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi,