• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian, dicantumkan hasil penelitian terdahulu yang hampir sejenis dengan penelitian ini. Pada sub bab ini dijelaskan mengenai studi terdahulu yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu seperti lokus dan fokus penelitian sejenis maupun berbeda dapat membantu menemukan sumber-sumber pemecahan masalah serta menjadikan bahan acuan, dimana memuat beberapa jurnal yang dijadikan referensi berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai Sistem Informasi Pemerintahan Daerah berdasarkan ketetapan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 antara lain, sebagai berikut :

Peneliti Rangga & Wulandari (2020) mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Pontianak melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) untuk memfasilitasi proses perencanaan pembangunan daerah dengan menggunakan teori Duncan dalam Steers (1985:

53) yang ditinjau dari dimensi pencapaian tujuan, integrasi, serta adaptasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif campuran kualitatif dan kuantitatif dan menggunakan teknik pengumpulan data ditetapkan secara purposive sampling melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu berfokus pada kajian penerapan dari adanya suatu program Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) terhadap perencanaan pembangunan daerah di kabupaten Tulungagung. Dimana sesuai dengan ketetapan terbaru mengenai sistem tersebut yaitu Permendagri Nomor 70 Tahun 2019 mendukung kerja aparatur dalam hal informasi pembangunan daerah, informasi keuangan daerah, dan informasi pemerintahan daerah lainnya. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah mengupayakan penerapan e-government untuk

(2)

21 mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, efektif, efisien, serta akuntabel dalam setiap perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Tulungagung. Sedangkan metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif dan menggunakan teknik pengumpulan data ditetapkan secara purposive sampling melalui wawancara, turun lapang, observasi, dan dokumentasi.

Peneliti Nadya Citta et al. (2020) mengungkapkan bahwa penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) belum terlaksanakan dengan baik di Kota Manado karena kurangnya keefisien waktu seperti banyaknya SKPD tidak dapat memasukkan data tepat waktu yang sudah ditentukan oleh Bappelitbangda, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam memasukkan data perencanaan. Kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas dan kurangnya bimbingan teknis juga menyebabkan banyak operator tidak dapat mengoperasikan SIPD. Teori yang digunakan adalah teori implementasi kebijakan menurut George Edward (III) dalam buku penerapan kebijakan publik (2004). Sedikit berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu selain adanya faktor penghambat dalam pengoperasian Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD), adanya faktor pendukung seperti faktor teknis (infrastruktur TIK, SOP, pelatihan fitur, )dan faktor sosial/organisasi (komitmen pimpinan, budaya kerja, komunikasi, Sumber Daya Manusia (SDM)) juga merupakan salah satu keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dalam menerapkan perencanaan pembangunan berbasis online satu data ini. Sedangkan teori yang digunakan peneliti saat ini adalah teori implementasi program menurut Charles O. Jones yang ditinjau dari tahapan pengorganisasian, interprestasi, dan penerapan aplikasi.

Peneliti Juniawan (2019) mengungkapkan bahwa penyusunan perencanaan jangka menengah di Kabupaten Gianyar tahun 2018-2023 telah menggunakan sistem perencanaan pembangunan yang terintegrasi sesuai dengan ketetapan Permendagari Nomor 86 Tahun 2017. Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai penyusunan perencanaan pembangunan menengah daerah yang telah menggunakan sistem perencanaan pembangunan terintegrasi yaitu E-Planning

(3)

22 sesuai dengan ketetapan Permendagari Nomor 86 Tahun 2017. Teori yang digunakan menurut Geyer (2006:1) yang ditinjau dari fase 0 (persiapan) dalam mengumpulkan data dan informasi pembangunan, fase 1 (analisis), fase 2 (strategi) yaitu pada saat pemasukan dan verifikasi usulan Musrenbang RPJMD, fase 3 (proyek), fase 4 (integrasi) yaitu mengintegrasi misi, tujuan, sasaran, sampai program daerah dengan OPD, dan fase 5 (persetujuan).

Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berfokus pada penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) terhadap perencanaan pembangunan daerah di Bappeda Kabupaten Tulungagung sesuai dengan ketetapan terbaru yaitu Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019. Dimana sistem informasi tersebut memuat 3 (tiga) aspek informasi yaitu informasi pembangunan daerah, informasi keuangan daerah, dan informasi pemerintahan daerah lainnya termasuk sistem pembinaan dan pengawasan pemerintahan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan dan memudahkan percepatan dalam pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelayanan publik.

Peneliti Amanah (2018) mengungkapkan bahwa implementasi Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencaaan Pembangunan Daerah Kota Serang belum berjalan dengan baik karena dari hasil pengujian hipotesis menggunakan rumus T-test satu sampel didapat 61,7% kurang dari nilai yang dihipotesiskan sebesar 70%.

Teori yang digunakan adalah teori implementasi menurut George Edward III yang memiliki indikator sumberdaya, komunikasi, disposisi, dan struktur birokrasi. Sedangkan untuk metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan populasi dalam penelitian ini seluruh Kasubag Perencanaan dan satu staf SKPD di Kota Serang dan menggunakan teknik pengambilan sampel secara non probability sampling. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berfokus pada penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) sesuai dengan ketetapan terbaru Permendagri Nomor 70 Tahun 2019 di Bappeda Kabupaten Tulungagung, dimana sistem informasi tersebut ditujukan sebagai alat bantu proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Teori yang digunakan peneliti

(4)

23 saat ini adalah teori implementasi program menurut Charles O. Jones yang ditinjau dari tahapan pengorganisasian, interprestasi, dan penerapan aplikasi.

Sedangkan metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data secara purposive sampling atau pengambilan sampel secara acak melalui wawancara.

Peneliti Putri (2021) mengungkapkan bahwa pemanfaatan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) sudah dilalui efektif oleh mayoritas desa Kabupaten Deli seperti sebagai pelaksanaan koordinasi musrenbang tingkat desa sangat memudahkan para pemangku kebijakan untuk merumuskan, memilah, dan menyusun hasil musrenbang karena layanan internet yang dinilai sudah memadai. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dengan mengambil 4 (empat) narasumber. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berfokus pada penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah terhadap perencanaan pembangunan daerah di Bappeda Kabupaten Tulungagung sesuai dengan ketetapan Permendagri Nomor 70 Tahun 2019.

Dimana adanya sistem terbaru tersebut diharapkan mampu memudahkan penggunannya dari tingkat yang paling bawah yaitu desa dan tingkat yang lebih tinggi yaitu Bappeda Kabupaten Tulungagung. Sedangkan metode penelitian menggunakan teknik purposive sampling atau sampel secara acak tidak membatasi jumlah narasumber.

Berdasarkan pernyataan diatas terdapat beberapa teori yang membahas mengenai penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah dan perencanaan pembangunan daerah, namun yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori dari Charles O. Jones. Dalam teori tersebut menyebutkan bahwa ada beberapa tahapan penerapan perencanaan pembangunan daerah diantaranya adalah pengorganisasian, interpretasi, dan penerapan aplikasi.

Berdasarkan hal itu, masing-masing memiliki makna dan arti tersendiri, pengorganisasian berarti setiap organisasi wajib mempunyai struktur organisasi, terbentuknya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana, dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta dukungan dengan perangkat hukum yang jelas. Interprestasi berarti memiliki tanggung

(5)

24 jawab dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan kaidah peraturan yang berlaku dan wajib dilihat apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan SOP yaitu petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pejabat yang memiliki kewenangan. Sedangkan penerapan aplikasi berarti kaidah peraturan kebijakan terkait petunjuk pelaksana serta petunjuk teknis dalam menjalanlan sesuatu sesuai dengan ketentuan-ketentuannya.

B. Konsep Implementasi Program Sistem Informasi

Dalam melakukan sebuah penelitian, penting kaitannya memberikan batasan pengertian yang relevan sebagai dasar dan penentu arah pembasahan lebih lanjut. Batasan pengertian tersebut disesuaikan berdasarkan ruang lingkup tema penelitian yang diangkat. Berikut penguraian mengenai batasan pengertian yang dimaksud akan dipaparkan dalam bab ini, diantaranya : 1. Implementasi Program

Implementasi merupakan suatu proses yang sangat penting ketika berbicara mengenai penerapan program baik yang bersifat sosial ataupun dalam dunia pendidikan. Implementasi program merupakan langkah- langkah pelaksanaan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program itu sendiri, Jones (dalam Arif Rohman 2009: 101-102) menyebutkan bahwa implementasi program adalah salah satu komponen dalam suatu kebijakan dan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

Menurut Charles O. Jones (Latifi Suryana, 2009) ada 3 (tiga) pilar aktivitas dalam mengoperasikan program, antara lain sebagai berikut : a) Pengorganisasian

Pengorganisasian diartikan sebagai struktur organisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program, sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.

(6)

25 b) Interprestasi

Interprestasi diartikan untuk para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

c) Penerapan atau Aplikasi

Penerapan aplikasi diartikan sebagai perlu adanya prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan, sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya.

Salah satu model implementasi program yaitu model yang digunakan oleh David C. Korten (dalam Haedar Akib dan Antonius Tarigan 2000:

12), model ini memakai pendekatan proses pembelajaran dan lebih dikenal dengan model kesesuaian implementasi program.

Adapun gambar dari model kesesuaian implementasi program antara lain, sebagai berikut :

Gambar 1. Model Kesesuaian Implementasi Program PROGRAM

Sumber: Haedar Akib dan Antonius Tarigan (2000: 12)

David C. Korten (dalam Haedar Akib dan Antonius Tarigan 2000: 12) memaparkan model di atas yang berisikan 3 (tiga) elemen terhadap upaya menjalankan suatu sistem informasi terdiri dari program itu sendiri, pelaksanaan program, serta sasaran kelompok. Adapun keharmonisan

Output

[Cite your source here.]

Tugas

[Cite your source here.]

PEMANFAAT

[Cite your source here.]

ORGANISASI

[Cite your source here.]

Tuntutan

[Cite your source here.]

Putusan

[Cite your source here.]

Kebutuhan

[Cite your source here.]

Kompetensi

(7)

26 untuk menjalankan suatu implementasi program terdiri dari beberapa unsur, diantaranya :

a) Keselarasan antara program dengan keuntungan yang didapatkan atau dapat diartikan keselarasan antara apa yang disuguhkan oleh program dengan apa yang diperlukan oleh sasaran kelompok.

b) Keselarasan antara program terhadap sumber daya manusia atau dapat diartikan keselarasan antara tugas dan fungsi yang disyaratkan oleh program terhadap kemampuan sumber daya manusia.

c) Keselarasan antara kelompok pemanfaat terhadap sumber daya manusia yaitu keselarasan antara ketentuan yang ditetapkan organisasi untuk medapatkan keluaran program terhadap apa yang dapat dijalankan oleh sasaran kelompok program.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan kesanggupan seseorang untuk menerapkan ide, tatacara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip dalam situasi yang nyata. Berikut unsur-unsur penerapan, diantaranya :

a) Terdapat program yang harus dilaksanakan.

b) Terdapat kelompok target meliputi masyarakat yang menjadi sasaran serta diharapkan mampu menerima manfaat atau keuntungan dari program tersebut.

c) Terdapat pelaksanan yang meliputi organisasi atau perorangan yang mampu bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pelaksanaan, ataupun pengawasan dari proses penerapan tersebut.

Sedangkan program merupakan interprestasi dari sebuah kebijakan pemerintah yang berisi kumpulan instruksi dibuat untuk memperbaiki permasalahan yang sedang berkembang. Program harus ada dalam mengimplementasikan suatu kebijakan agar hal tersebut dapat berjalan dengan sistematik dan sesuai dengan tujuan awal dari program tersebut.

Dengan demikian implementasi program harus dilaksanakan sesuai

(8)

27 dengan proses jelas dan sistematis agar program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan optimal.

Sistem informasi diartikan sebagai pola yang ditentukan sebagai wadah untuk mengumpulkan, memasukkan, serta mengolah data dan menyimpan data. Pola yang ditetapkan untuk melaporkan, mengendalikan, mengelola bahkan menyimpan informasi yang pada akhirnya suatu organisasi mampu mencapai tujuannya (Putri & Septiana, 2019).

a) Sistem Informasi

Sistem menurut (Nugroho, 2008:17) yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan.

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem adalah elemen-elemennya. Tentunya setiap sistem memiliki elemen-elemen sendiri yang kombinasinya berbeda dengan antara sistem yang satu dengan sistm yang lain, namun demikian susunan dasarnya tetap sama. Sistem dikatakan baik jika memiliki beberapa karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem (Sutabiri, 2016:10). Adapun karakteristik sistem, diantaranya sebagai berikut, karakteristik dalam sistem diantaranya : 1) Komponen Sistem (Components)

Components diartikan sebagai suatu sistem yang meliputi beberapa komponen yang saling terhubung serta melakukan suatu usaha bersama untuk membentuk satu kesatuan. Komponen- komponen sistem tersebut mampu berbentuk satu bentuk subsistem.

2) Batasan Sistem (Boundary)

Boundary diartikan sebagai ruang lingkup sistem daerah yang menyekat antara satu sistem dengan sistem lainnya atau sistem dengan lingkungan eksternalnya.

3) Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Environment sebagai penyekat sistem yang memengaruhi operasi sistem dikatakan dengan artian lingkungan luar sistem.

(9)

28 Lingkungan luar sistem ini mampu memberikan keuntungan serta mampu memberikan kerugian pada sistem tersebut.

4) Penghubung Sistem (interface)

Interface sebagai alat sarana yang menghubungkan sistem dengan sub sistem lainnya dikatakan dengan sebutan penghubung sistem (interface). Penghubung tersebut menjadikan mungkin untuk sumber-sumber daya berpindah tempat dari satu sub sitem ke sub sistem lainnya.

5) Masukan Sistem (input)

Emasukan sistem (input) diartikan sebagai energi yang dimasukkan ke dalam sistem yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (singnal input).

6) Keluaran Sistem (output)

Keluaran sistem (output) diartikan sebagai hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.

Keluaran ini diperuntukkan bagi sub sistem yang lain.

7) Pengolah Sistem (procces)

Pengolah sistem (procces) diartikan sebagai suatu sistem yang mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.

8) Sasaran Sistem (objective)

Sasaran sistem (objective) diartikan sebagai suatu sistem yang memiliki tujuan dan sasaran pasti dan bersifat deterministik. Jika suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak berguna. Suatu sistem dikatakan berhasil jika mengenai sasaran atau tujuan yang sudah ditetapkan.

Informasi adalah data serta elemennya yang diproses menjadi pola yang lebih memiliki maksud luas serta bermakna untuk pemanfaatnya. Gordon B. Davis mengatakan bahwa informasi diartikan dengan data yang diproses menjadi suatu pola yang utama untuk penerimanya serta memiliki nilai konkrit. Fungsi pokok dari suatu informasi yaitu memberi tambahan

(10)

29 pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian terhadap pemanfaat informasi supaya informasi itu bermanfaat atau memberikan keuntungan untuk memberikan visualisasi suatu konflik yang bertujuan sebagai pengambilan keputusan yang tepat. Adapun manfaat suatu informasi ditujukan kepada, yaitu :

1) Penerima, jika tujuan awal sebagai pemberi masukan atau arahan kepada informan, maka informasi yang diberikan wajib memberikan masukan ataupun arahan kepada informan untuk mendapatkan sebuah jawaban yang tepat serta cepat.

2) Cermat Penyampaian serta Pengolahan Data, pada hal ini penyampaian serta pengolahan terkait data informasi penting kaitanya data valid dan cermat tetap dipertahankan atau ditingkatkan

3) Ruang Lingkup, sebagaimana informasi didapatkan harus sesuai dengan ruang lingkup yang tepat dan informan yang tepat dalam memanfaatkan sumber-sumber informasi.

4) Pola, informan jika mendapatkan suatu informasi harus dipergunakan secara efektif tanpa mengurangi kaidah dari informasi yang didapatkan. Hal itu dapat menunjukkan hubungan yang diperlukan antara informan dengan bidangnya.

5) Semantik, suatu sistem menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh informan, oleh karena itu porsi kata dan kalimat yang diinginkan memungkinkan cukup jelas dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa sistem informasi adalah suatu sistem yang ada di sebuah organisasi yang didalamnya terdapat kebutuhan

(11)

30 pengelolaan transaksi harian dan mendukung operasi yang bersifat manajerial serta kegiatan strategi lainnya dari sebuah organisasi.

b) Klasifikasi Sistem

Klasifikasi aspek-aspek suatu sistem informasi yang relevan untuk dijabarkan menurut (Tyoso, 2016:5), diantaranya sebagai berikut : 1) Sistem Alami (natural system), suatu sistem informasi yang

tertampil secara alamiah tanpa adanya urusan campur tangan dari manusia untuk mempengaruhi agar sistem tersebut tidak valid.

2) Sistem Tiruan (artifical system), sistem yang ditujukan sebagai bahan atau alat untuk mendukung suatu tujuan tertentu seperti pekerjaan pebisnis dalam upaya mendapatkan sebuah informasi yang valid, namun diperbolehkan mencari keuntungan informasi lainnya.

3) Sistem Deterministik (deterministic system), sejenis sistem informasi yang bekerja dapat diramalkan atau menduga sebelum informasi itu dimunculkan dalam sistem.

4) Sistem Probabilistik (probabillistic system), pada sistem ini sebuah informasi dapat dilacak dengan menggunakan nilai atau unsur distribusi probabilitas namun jika tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan informasi yang didapatkan selalu tidak pasti.

5) Sistem Tertutup (closed system), pada sistem tertutup ini tidak memungkinkan terjadi pergantian atau pemanfaatan dari sumber daya luar atau lingkungannya karena pada dasarnya sistem tertutup ini tidak menggunakan masukan dari lingkungannya, oleh karena itu keluaran dari sistem ini tidak terjalin hubungan dengan faktor lingkungan.

2. Digital Government

Pemerintah mempunyai kewajiban memberikan pelayanan publik secara keseluruhan untuk seluruh penduduk di Indonesia, sehingga dalam menjalankan sebuah keharusan tersebut, pemerintah harus selalu berusaha

(12)

31 memperbaiki serta meningkatkan pelayanannnya dengan menggunakan kecanggihan teknologi informasi yang sesuai dengan yang diperlukan suatu organisasi atau lembaga. Tujuan dari digital government yaitu mengurus data dengan cepat serta tepat, efektif efisien dan memberikan informasi yang valid dan akurat. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut pemerintah memberikan fasilitas beserta mengembangkan pelayanan publik berbasis elektronik (e-government).

a) Pengertian dan Manfaat e-Government

Pelayanan publik Ii (2009) menjelaskan bahwa pemanfaatan sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi yang telah diupayakan oleh pemerintah sebagai hakikat mengefisiensikan waktu pelayanan publik diartikan dengan sebutan e-government. E- government bertumpu terhadap penggunaan teknologi informasi oleh organisasi atau instansi pemerintahan yang mempunyai kewenangan untuk mengurus rumah tangga pemerintah atau rumah tangga warga negaranya, lembaga pebisnis, serta unit lain yang terhubung dengan pemerintah. Selebihnya itu, teknologi yang digunakan mampu memberikan pelayanan berbagai keragaman yang berbeda-beda seperti meningkatkan pelayanan publik yang lebih luas cakupannya.

Sedangkan Yong (2003:43) menjelaskan e-Government sebagai penggunaan teknologi oleh pemerintah terkhusus penggunaan sistem informasi berbasis web untuk meningkatkan akses serta pemberian pelayanan publik dari pemerintah untuk warga negara, mitra bisnis, pegawai, dan badan pemerintah lainnya. Begitu juga Dhillon (2009:1) menjelaskan pemerintahan berbasis elektronik sebagai peralihan proses internal dan eksternal pemerintah menggunakan teknologi komunikasi dan informasi sebagai bahan atau alat penyedia pelayanan publik secara luas dan tepat.

Akadun (2009:130) ikut memberikan pandangan terkait electronic administration yang berkembang dengan memiliki electronic business, electronic commerce, serta electronic market.

(13)

32 Melaksanakan electronic government mampu memberikan dampak positif dalam upaya penyelenggaraan urusan pemerintah. Adapun manfaat yang diperoleh adanyamenerapkan pemerintahan berbasis elektronik menurut Indrajit (2012:5), diantaranya sebagai berikut : 1) Meningkatkan dan memperbaiki tingkat baik dan buruknya

pelayanan pemerintah pada stakeholder seperti masyarakat, kalangan bisnis, dan industri. Terumata dalam hal kinerja efektivitas serta efisiensi pada berbagai bidang kehidupan bernegara.

2) Peningkatan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan urusan pemerintah dalam rangka implementasi rancangan atau gambaran terkait Good Corporate Governance.

3) Dapat meminimalisir pengeluaran biaya administrasi, relasi, serta interaksi yang dikeluarkan para pemerintah ataupun stakeholder sebagai kebutuhan kegiatan sehari-hari.

4) Memberikan peluang bagi pemerintah untuk memperoleh sumber- sumber informasi terkini melalui hubunganya dengan berbagai pihak terkait.

5) Menciptakan ruang lingkup masyarakat baru secara cepat dan tepat menjawab berbagai konflik yang dihadapi setujuan dengan alur perubahan kondisi masa kini seperti global ataupun trend yang ada.

6) Memberdayakan masyarakat serta pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah untuk bekerjasama dalam proses pengambilan berbagai peraturan terkait pelayanan publik secara merata dan demokratis.

Sedangkan berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah, pengembangan e- Government dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, diantaranya sebagai berikut :

a. Tingkat 1 – Persiapan meliputi :

- Pembuatan situs informasi di setiap lembaga.

- Penyiapan sumber daya manusia (SDM).

(14)

33 - Penyiapan sarana akses yang mudah seperti menyediakan

sarana Warnet, SME-Center.

- Sosialisasi situs informasi baik secara internal maupun secara publik.

b. Tingkat 2 – Pematangan meliputi :

- Pembuatan situs informasi publik interaktif.

- Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain.

c. Tingkat 3 – Pemantapan meliputi :

- Pembuatan situs transaksi pelayanan publik.

- Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain.

d. Tingkat 4 – Pemanfaatan meliputi :

- Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B, G2C, dan G2E yang terintegrasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam memaknai e-government untuk penggunaan teknologi oleh pemerintah terutama penggunaan aplikasi berbasis elektronik sebagai peningkatan akses serta pemberian pelayanan publik dengan luas, tertata, dan optimal.

b) Model Electronic Government

Penyelenggaraan e-government dilakukan dalam berbagai model atau bentuk, namun yang jelas e-government dilakukan dengan memanfaatkan sistem pemerintahan yang mana terkait dengan aspek information, communication, dan technology (ICT). Penyelenggaraan e-government juga dilakukan dalam beberapa model menurut Indrajit (2012:41), diantaranya sebagai berikut :

1) Government to Citizen (G2G)

Relasi G2G merupakan aplikasi e-government yang paling umum, yaitu pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. G2G adalah

(15)

34 sektor pelayanan berfokus pada keahlian pemerintah dan warga negara dalam bertukar informasi dari satu ke yang lain terhadap pembentukan elektronik yang efisien.

2) Government to Business (G2B)

Relasi G2B berfokus terhadap penyediaan pelayanan informasi untuk kalangan bisnis, dalam melakukan aktivitas sehari- hari seperti perusahaan swasta membutuhkan banyak data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, adanya interaksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya. Tujuan pelayanan publik ini memudahkan aktor yang berkepentingan melakukan bisnis dengan biaya yang cukup efektif dalam memperoleh data untuk dianalisis atau membantu dalam hal menentukan keputusan.

3) Government to Government (G2G)

Relasi G2G diartikan sebagai kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah yang lain dengan tujuan untuk memperlancar kerjasama antara pemerintah lokal dengan pemerintah pusat dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses politik, mekanisme, hubungan sosial, ekonomi, dan budaya. Manfaat dari relasi ini yaitu peningkatan kemampuan pendeteksian tidak kriminal, sistem respon tindakan darurat, penegakan hukum, dan keamanan wilayah.

4) Government to Employee (G2E)

Relasi G2E merupakan aplikasi e-government yang diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

Bersama e-government, pandangan pelayanan publik bertransformasi dari sudut pandang birokrasi menjadi sudut pandang e-government yang mengutamakan efisiensi, transparansi, serta

(16)

35 fleksibilitas yang akhirnya berfokus terhadap kepuasan pengguna layanan publik. Berikut transformasi sudut pandang atau paradigma yang dikelompokkan menurut Alfred dalam Wibawa (2002), diantaranya :

Tabel 1. Pergeseran Paradigma Birokrasi Menjadi E-Government

No. Unsur-Unsur Paradigma Birokratis Paradigma e-Government

1. Orientasi Meminimalisir biaya produksi sehingga menjadi lebih efisien

Meningkatkan kepuasan pengguna (customer),

pengawasan cukup ketat, dan mudah digunakan (fleksibel) 2. Proses Sistem

Organisasi

Mampu mempertimbangkan secara logis peranan masing- masing seperti pembagian dan pembentukan tupoksi serta pengawasan dengan pedekatan hirarki vertikal

Mendapatkan kemudahan dalam mencari berbagai

jaringan informasi, saling tukar menukar informasi dengan para informan, dan

pengawasan dengan

pendekatan hirarki horizontal 3. Prinsip Manajemen

(principle manajement)

Seseorang yang bertanggung jawab secara efektif

berdasarkan peraturan atau perintah yang berlaku

Manajemen secara fleksibel, kerja sama (teamwork) antara departemen bersama pusat yang saling berkoordinasi satu sama lain

4. Gaya Kepemimpinan (leadership style)

Kepala pimpinan yang diberikan kewenangan memerintah bawahan dan mengawasi jalannya birokrasi

Kepala pimpinan yang memiliki wewenang sebagai fasilitator bagi anggota pelaksana dibawahnya, koordinatif terhadap beban tugas yang diberikan, dan menjadi salah satu

enterpreneurship innovative bagi jalannya suatu birokrasi yag rapih

5. Komunikasi Internal Komunikasi yang terjadi secara terpusat, sesuai dengan

Komunikasi yang terjadi dengan fleksibel bisa formal

(17)

36 adat kebiasaan formal, dan

saluran jaringan terbatas

maupun informal asalkan nyaman dan mudah dipahami oleh para anggota, feeback langsung, cepat, tepat, dan banyak jaringan yang terhubung

6. Gaya Penyampaian Pelayanan Publik

Penyampaian pelayanan publik kepada masyarakat masih bersifat dokumen tertulis atau interaksi face to face antar personal satu dengan lainnya

Penyampaian informasi atau data kepada masyarakat

melalui media elekronik secara cepat tanpa mengeluarkan biaya dan tenaga serta tidak perlu interaksi secara tatap muka atau non face to face 7. Prinsip-Prinsip

Penyampaian Pelayanan Publik

Indikasi penyampaian pelayanan berstatus

terstandarkan dan bersikap adil

Dalam penyampaian informasi ataupun data, masyarakat memiliki hak yang sama antara satu dengan yang lain untuk mendapatkan informasi valid.

Namun jika ada yang bersifat privasi bersifat personal

3. Sistem Informasi Pemerintahan Daerah

a) Pengertian Sistem Informasi Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa SIPD ialah pengelolaan suatu informasi pembangunan daerah, informasi keuangan daerah, dan informasi pemerintahan daerah lainnya yang masih berkolerasi dalam urusan penyelenggaraan pembangunan daerah. Oleh sebab itu, Permendagri Nomor 70 Tahun 2019 ini menjadi tumpuan implementatif pelaksanaan sinkronasi perencanaan pembangunan serta penganggaran pembangunan daerah.

Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

(18)

37 pembangungan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kinerja pemerintah daerah.

Data SIPD ini terdiri dari 8 (delapan) (data umum, sosial budaya, sumber daya alam, infrastruktur, ekonomi, keuangan daerah, politik/hukum/keamanan dan insidental), 31 jenis data, dan 2691 elemen data (Winarno et al., 2019) & (Ekasaputra, 2021).

Sebagaimana Pasal 4 ayat (1) Permendagri Nomor 70 Tahun 2019, Pemerintah Daerah diharuskan menyediakan informasi-informasi terkait urusan kepemerintahan, yaitu :

1) Informasi Pembangunan Daerah

Suatu sistem yang berfungsi sebagai pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah beserta analisis dan profil pembangunan daerah. Informasi pembangunan daerah tersebut, seperti :

a. Data perencanaan dan pembangunan daerah.

b. Analisis serta profil pembangunan daerah.

c. Informasi perencanaan dan pembangunan daerah.

Selain itu, sistem informasi pembangunan daerah juga menyediakan fasilitas dalam proses penyusunan perencanaan dan pembangunan daerah lainnya seperti RPJPD, RPJMD, RKPD, RENSTRA PD, dan RENJA PD yang membuat analisis dan profil dari pelaksanaan pembangunan daerah tersebut mudah didapatkan serta menjadi tolak ukur atau dasar terhadap pembaharuan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.

Beberapa data perencanaan yang terdapat dalam aspek ini seperti bagaimana keadaan geografis daerah, demografi, potensi sumber daya daerah, perekonomian daerah, kemakmuran masyarakat, pelayanan umum terpadu, serta daya saing daerah (Nasution & Nurwani, 2021).

2) Informasi Keuangan Daerah

(19)

38 Suatu sistem yang berfungsi sebagai pengelolaan data dan informasi beserta penyusunannya, monev terkait dokumen pengelolaan keuangan daerah secara elektronik. Mengelola data keuangan daerah bersama elemen-elemen terkait menggunakan media elektronik menjadikan lebih efektif dan efisien dengan tetap memperhatikan asas akuntabilitas dan transparansi secara detail (Negeri, 2019).

Informasi keuangan daerah yang diamanatkan pada Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 padal 393 ayat (1) mengatur bahwa informasi keuangan daerah setidaknya berisikan informasi terkait anggaran, pelaksanaan anggaran, dan laporan keuangan. Sedangkan Permendagri Nomor 70 Tahun 2019 mengatur jika Informasi Keuangan Daerah paling setidaknya meliputi :

a. Informasi perencanaan anggaran daerah.

b. Informasi pelaksanaan serta penatausahaan keuangan daerah.

c. Informasi keuangan serta pelaporan keuangan daerah.

d. Informasi pertanggungjawaban terhadap proses keputusan keuangan daerah.

e. Informasi barang milik daerah.

f. Informasi keuangan daerah lainnya.

Mengelola data keuangan daerah menjadi sangat penting terutama dalam mencegah terjadinya suatu peristiwa negatif atau praktik penyalahgunaan kewenangan oleh para pelaksana khususnya keuangan daerah. Oleh sebab itu, adanya pengkodean serta pos anggaran daerah akan dipetakan secara detail terhadap proses perencanaan dan dilaksanakan dengan tepat, sehingga membuahkan keluaran pelaporan yang lebih akurat, valiad, dan cepat. Pengkodean keuangan daerah ini terintegrasi secara nasional oleh sistem informasi pemerintahan pusat yang berfokus terhadap penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan daerah (Nasution &

Nurwani, 2021).

(20)

39 3) Informasi Pemerintah Daerah Lainnya

Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) dapat memberikan informasi umum lainnya yang berhubungan dengan urusan pemerintahan. Informasi umum ini terdiri dari Laporan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) selama satu tahun, PERDA, serta informasi umum lainnya yang diberlakukan oleh berbagai elemen terkait (Nasution & Nurwani, 2021).

b) Fungsi Aplikasi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah

Sebagaimana sistem informasi pada umumnya, Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) berfungsi sebagai jejaring dalam hal pengumpulan data secara konkrit dan cepat dengan penggunaan teknologi informasi sebagai sarana pendukung terhadap perencanaan program kegiatan serta evaluasi pembangunan daerah secara rasional, efektif, dan efisien untuk melakukan pengelolaan secara transparansi dan bertanggungjawab. Selain itu, mekanisme SIPD ini terintegrasi secara nasional sebagai bahan dukungan untuk pemanfaatan data terkait pembangunan daerah pada masing-masing instansi pemerintah.

Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) terintegrasi menyeluruh serta mempermudah penggunanya dari tingkat yang paling bawah seperti desa untuk mengelola data usulan atau keluhan masyarakat yang sudah dimusyawarahkan dan data usulan tersebut dapat diatur berdasarkan pengelompokan kegiatan prioritas yang nantinya data tersebut akan dinaikkan ke Kecamatan, kemudian dikirimkan ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai pengelola perencanaan pembangunan daerah untuk masyarakat.

Pemetaan fungsi-fungsi pada SIPD untuk Pemerintah Pusat serta Pemerintah Daerah (SIPD Terintegrasi Salah Satu Pencegahan KKN, n.d.). Berikut fungsi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) pada Pemerintah Kabupaten/Kota, diantaranya sebagai berikut :

1. Database perencanaan Kabupaten/Kota

(21)

40 2. Database referensi perencanaan dan pembangunan Kabupaten/Kota 3. Database referensi standar satuan harga daerah

4. Penyusunan perencanaan daerah (Renja dan RKPD) 5. Penyusunan KUA dan PPAS Kabupaten/Kota 6. Penyusunan APBD Kabupaten/Kota

Adapun fungsi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) pada Pemerintah Pusat, diantaranya sebagai berikut :

1. Kendali aplikasi nasional

2. Kendali data perencanaan, anggaran, dan referensi nasional 3. Dashboard perencanaan dan keuangan daerah

4. Analisa eksekutif

c) Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Pemerintahan Daerah

Penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah untuk Pemerintah Daerah, baik pada tingkat Provinsi ataupun Kabupaten/Kota bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang jauh lebih berkualitas, inovatif, serta meningkatkan serta memudahkan percepatan dalam pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelayanan publik dan dalam menjalankan program ini memerlukan kerjasama dari setiap instansi yang terlibat.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa Permendagri Nomor 90 Tahun 2019 menjadi pedoman pemerintah daerah terhadap penyediaan serta penyajian informasi secara berjenjang dan mandiri terdiri dari penggolongan atau pengelompokkan, pemberian kode, dan daftar penamaan menuju single codebase yang ditujukan untuk penggunaan terhadap penyusunan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pertanggung jawaban dan pelaporan kinerja keuangan. Dalam hal itu, berikut tujuan utama penggolongan atau pengelompokkan, pemberian kode, serta daftar penamaan menuju single codebase adalah :

1. Sebagai sarana penyediaan statistik tentang keuangan Pemerintah Daerah.

(22)

41 2. Sebagai sarana untuk menunjang evaluasi perencanaan dan

pembangunan daerah serta pengelolaan keuangan daerah.

3. Dapat membantu seorang kepala daerah jika akan melakukan evaluasi kinerja terhadap keuangan daerah.

4. Dapat mendukung urusan penyelenggaraan mekanisme Sistem Informasi Pemerintahan Daerah.

Sedangkan tujuan Kementerian Dalam Negeri meluncurkan dan menerapkan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah ialah untuk mempermudah daerah dalam menjalankan alur perencanaan dan penyusunan dokumen pembangunan maupun penganggaran secara berkala by-system aplikasi yang telah terintegrasi nasional pada seluruh daerah (Ekasaputra, 2021).

Selain itu, aplikasi SIPD banyak manfaat yang dirasakan seperti penataan usulan-usulan kegiatan dari berbagai OPD sudah terarah rapih sesuai dengan tupoksi OPD terkait, sehingga meminimalisir terjadinya OPD sembarangan saat mengusulkan kegiatan. Pada mekanisme sistem data-data kegiatan memiliki kelebihan yaitu otomatis terkunci sesuai nomenklatur yang menaungi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) (Ekasaputra, 2021).

d) Pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah

Perkembangan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) telah menjadi suatu alasan untuk mempersatukan seluruh sumber daya informasi yang dimiliki, sehingga memudahkan seluluh pihak yang terkait untuk mengelola dan memanfaatkan informasi yang tersedia bagi kepentingan publik maupun pemerintah. Berikut yang perlu dilakukan terkait dengan pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD), diantaraya :

1. Aspek suprastruktur yang menyangkut peralatan teknis telekomunikasi dan jaringan internet.

2. Aspek infrastruktur jaringan yang menyangkut peralatan teknis telekomunikasi dan jaringan internet.

(23)

42 3. Aspek aplikasi yaitu SIPD mendukung Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik (SPBE) terpadu nasional.

4. Aspek infrastruktur konten data yang terkandung dalam SIPD.

Berikut (Nataniel & Hatta, 2009) menjelaskan pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) menuju Sistem Pemerintahan Berbasis Ekektronik (SPBE) terpadu nasional yang terdiri dari seluruh aspek teknis dan non teknis berintegrasi nasional, diantaranya :

1. Aspek Fundamental

Pada aspek ini perkembangan SIPD disusun menurut kebutuhan masyarakat mengenai informasi yang transparan, sehingga menimbulkan inisiatif dari pemerintah untuk mengembangkan sekaligus memperbaiki sistem informasi terdahulu sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat menuju good governance yang bersih. Selanjutnya dimunculkannya suprastruktur yang terdiri dari kepemimpinan, regulasi, serta pemenuhan SDM. Setelah suprastruktur tersebut terbentuk, selanjutnya pembentukan pengelolaan beserta pengendalian fungsi-fungsi manajemen terkait pelaksanaan dan pengembangan mekanisme SIPD beserta satuan kerja pendukung teknis terkait pelaksanaan SIPD.

2. Aspek Teknis

Setelah keseluruh landasan SIPD bertumpu, maka dibentuklah jaringan infrastruktur teknis tentang bagaimana SIPD dapat dibangun beserta ruang lingkup teknologi yang memadai dan permasalahan yang memungkinkan terjadi mulai dari tingkat daerah hingga pusat. Beberapa bahasan pokok terbentuknya kerangka teknis, diantaranya :

a) Bahasan terkait infrastruktur jaringan b) Bahasan terkait infrastruktur informasi c) Bahasan terkait arsitektur aplikasi d) Bahasan terkait proses bisnis

(24)

43 e) Bahasan terkait proses terintegrasi data antara sistem

pendukung SIPD ataupun dengan sistem informasi yang lain 3. Aspek Pendukung

Aspek pendukung dari implementasi SIPD terdiri dari proses serta mekanisme yang jelas tentang integrasi data dengan sistem informasi dan mengelola pengendalian SIPD terhadap satuan kerja pendukung.

4. Perencanaan Pembangunan Daerah

a) Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan merupakan suatu pengarahan untuk mewujudkan pembangunan daerah sesuai dengan tujuan yang diinginkan agar mewujudkan keadaan sosial yang lebih maju dan efektif (Listyianingsih, 2014 : 92). Perencanaan pembangunan daerah ialah suatu proses penyusunan langkah-langkah yang melibatkan berbagai elemen terkait, guna memanfaatkan serta mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada dalam tujuan meningkatkan kesejahteraan kemakmuran sosial di lingkungan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan (Riyadi, 2007).

Perencanaan pembangunan ditujukan untuk bahan pengambilan keputusan kebijakan serta program pembangunan daerah oleh pemerintah Provinsi atau pemerintah Kabupaten/Kota yang dilaksanakan secara terpadu untuk peningkatan kesejahteraan kemakmuran masyarakat di daerah yang terhubung pemanfaatan dan memperhitungkan kemampuan sumber daya, informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta memperhatikan perkembangan nasional.

Mekanisme dalam model perencanaan pembangunan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, sebagai berikut : (Akuntasi, 2021).

(25)

44 1. RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang

mengacu pada RPJP Nasional.

2. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional.

3. RPKD ialah penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, terdiri dari rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dijalankan langsung oleh pemerintahan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

4. Renstra-SKPD terdiri dari visi, misi, tujan, strategi, kebijakan, program, serta kegiatan pembangunan yang dikelompokkan berdasarkan tupoksi SKPD serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat secara indikatif.

5. Renja-SKPD dikelompokkan dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP, terdiri dari kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dijalankan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

b) Jenis – Jenis Perencanaan Pembangunan Daerah

Jenis perencanaan dan pembangunan daerah terdiri dari kriteria waktu ada 3 (tiga). Sebelum menyusun suatu perencanaan diperlukan terlebih dahulu menetapkan apakah yang akan disusun termasuk kelompok perencanaan jangka pendek atau lainnya, sehingga langkah- langkah kegiatan sanggup tersusun serta tujuan akhir kegiatan tercapai sesuai dengan keinginan (Akuntasi, 2021).

1. Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu 10, 20 atau 25 tahun. Sedangkan dalam perspektif Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

(26)

45 Nasional rencana jangka panjang memiliki rentang waktu selama 20 tahun.

Panjangnya siklus perencanaan jangka panjang ini memuat rencana-rencana yang bersifat umum, global, dan belum terperinci.

Perencanaan jangka panjang juga lebih bersifat perspektif yaitu memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang berjangka eaktu lebih pendek. Perencanaan jangka panjang masih perlu dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek.

2. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah biasanya mempunyai 4 sampai 7 tahun, sedangkan dalam perspektif Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional rencana jangka menengah memiliki rentang waktu selama 5 tahun.

Perencanaan jangka menengah disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang yang selanjutnya dijabarkan menjadi perencanaan jangka pendek. Repelita termasuk jenis perencanaan jangka menengah yang kemudian dijabarkan ke dalam perencanaan tahunan yaitu perencanaan jangka pendek yang bersifat operasional.

Perencanaan jangka menengah seperti repelita adalah yang paling efisien ditinjau dari segi pelaksanaannya. Di dalamnya dicantumkan tujuan dan target secara lebih jelas sehingga memberikan dasar-dasar yang pasti bagi kegiatan yang direncanakan dan tidak heran mayoritas memilih perencanaan jangka menengah dengan sistem berkelanjutan. Dalam hal ini, rencana tersebut diperpanjang 1 (satu) tahun pada suatu waktu dengan tetap memperbaiki sasaran-sasaran berdasarkan pengalaman saat melaksanakan. Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek biasanya memiliki jangka waktu kurang dari 4 tahun dan menurut perspektif Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional,

(27)

46 rencana jangka pendek memiliki rentang waktu selama 1 tahun atau yang disebut dengan perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan atau perencanaan operasional pada negara Indonesia praktiknya dikatakan suatu siklus yang selalu berulang dari tahun ke tahun yaitu mulai awal bulan April sampai akhir bulan Maret.

c) Tujuan Perencanaan Pembangunan Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Sispenas) tujuan perencanan pembangunan, sebagai berikut :

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahan maupun antar pusat dan daerah.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasn mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

4. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efeisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan (Pasal 2).

d) Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu :

1. Penyusunan rencana 2. Pengendalian 3. Pelaksanaan rencana

4. Evaluasi pelaksanaan rencana

Tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga dapat membentuk suatu siklus perencanaan yang menyeluruh. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses perencanaan yaitu :

(28)

47 1. Pendekatan politik, yaitu pemilihan Presiden/Kepala Daerah

menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning) khususnya penjabaran visi dan misi dalam RPJMD.

2. Pendekatan teknokratik, yaitu menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

3. Pendekatan partisipatif, yaitu dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders antara lain melalui Musrenbang.

4. Pendekatan atas-bawah/top-down dan bawah-atas/bottom-up, dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik ditingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa (Putri, 2021).

Gambar

Gambar 1. Model Kesesuaian Implementasi Program  PROGRAM
Tabel 1. Pergeseran Paradigma Birokrasi Menjadi E-Government

Referensi

Dokumen terkait

Juga MSDOS tidak memiliki dukungan yang baik agar dapat berinteroperasi dengan sistem operasi lainnya, termasuk tidak tersedianya perangkat lunak network, program

Sequence diagram menjelaskan secara detail urutan proses yang dilakukan dalam sistem untuk mencapai tujuan dari use case: interaksi yang terjadi antar class, operasi apa

Suatu sistem yang baik harus mempunyai tujuan dan sasaran yang tepat karena hal ini akan sangat menentukan dalam mendefenisikan masukan yang dibutuhkan sistem

Tujuan dan sasaran SMK3 sesuai Permenaker tersebut adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga

Sistem ERP juga membantu membawa visibilitas ke dalam operasi organisasi oleh karena itu mereka memiliki peran penting dalam meningkatkan pengambilan keputusan manajemen,

Dengan demikian, proses developing dapat dilakukan menggunakan sistem operasi yang berbeda dengan sistem operasi yang digunakan setelah publish (misalnya, developing

Sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan komponen lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda setiap kasus yang terjadi yang ada

Dalam artian yang lebih sempit kampanye Public Relations memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran target sasaran untuk menumbuhkan pandangan