• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI TENAGA KERJA NELAYAN LAMAHALA (ANALISIS TERHADAP HUBUNGAN PATRON-KLIEN) KECAMATAN ADONARA TIMUR KAB. FLORES TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKSISTENSI TENAGA KERJA NELAYAN LAMAHALA (ANALISIS TERHADAP HUBUNGAN PATRON-KLIEN) KECAMATAN ADONARA TIMUR KAB. FLORES TIMUR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

PUTRI RAJA BUNGA

10538256112

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

(2)

KEGIATAN KEMUHAMMADIYAHAAN

PUTRY RAJA BUNGA 10538256112

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MEI 2016

KEGIATAN KEMUHAMMADIYAHAAN

PUTRY RAJA BUNGA 10538256112

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MEI 2016

KEGIATAN KEMUHAMMADIYAHAAN

PUTRY RAJA BUNGA 10538256112

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MEI 2016

(3)

ii

Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) berkaitan dengan kegiatan kemuhammadiyahaan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, Tahun 2016, dinyatakan diterima dan disahkan

Yang melaksanakan kegiatan ini adalah:

Nama: Riska Febriani NIM: 10533709512 Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia Nama : Sebastianus Raya NIM: 10533704112 Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia Nama : Serlina NIM: 10533716512 Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia Nama : Sinarti NIM: 10533722812 Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia Nama : Siti Nurjadi NIM: 10533710512 Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia Nama : Sofian NIM: 10533704312 Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia Nama : Rizky Mustari NIM: 10536403511 Prodi: Matematika

Nama : Asriani Amir NIM: 10536435312 Prodi: Matematika Nama : Zulfiah Ramadani NIM:10536432212 Prodi: Matematika Nama : Nur Rahmah NIM: 10536431012 Prodi: Matematika Nama : Ratna Bte Ahmat NIM: 10536434112 Prodi: Matematika Nama : Rois Rohullah NIM:10536434012 Prodi: Matematika Nama : Ika Nur Fahmi.K NIM: 105350512312 Prodi: Bahasa Inggris Nama : Verawati .D NIM: 105350512712 Prodi: Bahasa Inggris Nama: Mutia Mutmainnah NIM: 105350512012 Prodi: Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Takalar, Mei 2016 Disahkan Oleh;

Pimpinan Cabang/Ranting Muhammadiyah

Dosen Pembimbing

M. Qadar M. Kr.Moncong NBM.118 5236

DR.HJ.Rosmini Madeamin,M.Pd NIDN.092912196002

(4)

iii

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat Rahmat dan karunia-Nya sehingga Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pengabdian Kemuhammadiyahaan oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar di SMA Negeri 1Polongbangkeng Utara yang berlangsung sebagaimana mestinya sampai dengan terselesaikannya laporan ini.

Pengabdian kemuhammadiyahan adalah bagian Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) yang merupakan salah satu persyaratan akademik dalam lingkungan Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kegiatan pengabdian kemuhammadiyahan dilaksanakan atas persetujuan Mahasiswa P2K Unismuh Makassar yang berlokasi di desa Bonto Baddo Kec. Polongbangkeng Utara Kab. Gowa serta pimpinan instansi dan organisasi.

Kegiatan ini dapat terlaksana dan berjalan hingga akhir sesuai dengan yang diharapakan karena dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah mendukung kami selama pelaksanaan Kegiatan pengabdian Kemuhammadiyahaan Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K). Olehnya itu, kami selaku Mahasiswa/Mahasiswi P2K di SMA Negeri 1 Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya serta pengharapan yang tak ternilai kepada:

1. Ibu Dr.Hj.Rosmini Madeamin,M.Pd., selaku Dosen Pembimbing.

2. Bapak M. Qadar M. Kr.Moncong sebagai Ketua Cabang

Kemuhammadiyahaan di Kecamatan Polongbangkeng Utarayang telah bersedia memberikan informasi kepada kami.

(5)

iv

telah bekerjasama dengan baik sehingga kegiatan dan laporan ini bisa terselesaikan.

5. Seluruh warga Kecamatan Polongbangkeng Utara terutama yang berada di Kelurahan Malewang , Bonto Baddo

Kami menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari kekurangan ataupun kesalahan, olehnya itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan laporan selanjutnya.

Demikian laporan pelaksanaan kegiatan pengabdian kemuhammadiyahan ini kami buat, semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-Nya dan semua amal bakti kita dapat bernilai ibadah disisi-Nya.Amin ya Rabbil Alamin.

Billahi Fiisabilil Haq Fastabiqul Khaerat.

Wassalamulaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

Takalar, Mei 2016

Putri raja bunga NIM.10538256112

(6)

v

Kata Pengantarb ... iii

Daftar Isi ... v

A. Lokasi Pimpinan CabangPolongbangkeng Utara... 1

B. Pendahuluan ... 1

C. Struktur Organisasi PCM Polongbangkeng Utara... 4

D. Program Kerja PCM Polongbangkeng Utara... 7

E. Realisasi Program Kerja PCM Polongbangkeng Utara... 7

F. Hambatan dan Tantangan ... 8

G. Deskripsi Kegiatan Kemuhammadiyahan yang dilakukan oleh Mahasiswa ... 8

1. Kegiatan .I ... 8

2. Kegiatan,II... 9

3. Kegiatan III ... 10

H. Penutup ... 13 Lampiran-Lampiran

1. Dokumentasi Kegiatan 2. Kuisioner Pimpinan Ranting 3. Kuisioner Pimpinan Cabang

(7)

Muhammadiyah Makassar Nomor : tahun 1434 H/2013 M pada Tanggal 18 Dzulhujjah 2013 H/ Desember 2013 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassaar pada hari tanggal 2013

27 Dzulhujjah 2013 H Makassar, ---

Desember 2015 M

PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Dr. Irwan Akib, M.Pd. (...) 2. Ketua : Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. (...) 3. Sekretaris : Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum. (...)

4. Penguji : 1. (...)

2. (...)

3. (...)

4. (...)

Disahkan oleh:

Dekan FKIP Unismuh Makassar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum.

NBM : 858 625

(8)

Judul skripsi : Eksistensi Tenaga Kerja Nelayan Di Lamahala (Analisis Hubungan Patron Klien)

Nama : Putri Raja Bunga Stambuk : 10538 256112 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, 2016

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Nurlina Subair,M.Si Jamaluddin Arifin.S.Pd.M.Pd

Mengetahui ,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Sosiologi

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr. H. Nursalam, M.Si

NBM.858 625 NBM. 951 829

(9)

Judul skripsi :Esistensi Tenaga Kerja Nelayan Di Lamahala(Analisis Hubungan Patron Klien)

Nama : Putri Raja Bunga Stambuk : 10538 256112 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan layak untuk diujikan.

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Nurlina Subair,M.Si. Jamaluddin,Arifin,S.,Pd.,M.Pd Mengetahui

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Sosiologi

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr. H. Nursalam, M.Si

NBM.858 625 NBM. 951 829

(10)

Saya yang bertanda tangan dibawa ini :

Nama : Putri Raja Bunga

Stambuk : 10538256112

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapa pun)

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar,

Yang Membuat perjanjian

PUTRI RAJA BUNGa Nim. 10538265112 Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam, M.Si NBM.951 829.

(11)

Setiap manusia adalah khalifa dan setiap khalifa,akan diminta pertanggung jawaban diakirat kelak(Al-quran)

Saya bukanlah manusia yang hebat,tetapi dengan usaha dan kerja keras ,insya Allah saya akan mempertanggung jawabkan apa-apa yang tela aku

ikrarkan.

Makhluk yang mampu bertahan hidup bukanlah makluk yang kuat atau yang cerdas, tetapi makhluk yang bisa merespon perubahan_

Doa orang tua anak sukses_

PERSEMBAHAN

“Kupersembakan Kado Ini untuk

Ayahanda dan Ibunda tercinta,kakak-kakaku dan semua

keluargaku tersayang,serta Kekasiku Yang Telah Menjadi

Motifasi Dan Inspirasi Dan Tidak Henti Memberi Dukungan

Serta Doa”nya Buat Aku”

(12)

i

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Esistensi Tenaga Kerja Nelayan(Analisis Terhadap Hubungan Patron Klien Di Desa Lamahalah)skripsi ini disusun guna memenui persyaratan dalam memperole gelar serjana pendidikan,jurusan pendidikan sosiologi fakultas keguruan Dan ilmu pendidikan Unifersitas Muhamaddiyah Makassar.

:Dalam penulisan skripsi, penulis banyak memperoleh pengalaman yang sangat berharga, dan tidak lepas dari beberapa rintangan dan halangan. Namun dengan kesabaran, keikhlasan, pengorbanan dan kerja keras serta doa dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

Terselesainya skripsi ini tak lepas dari dukungan dan bantuan pihak-pihak lain, oleh karena lewat lembaran ini pula penulis menghaturkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Mukdar lemak Dan Ibunda Tersayng Fatimah Emma Gehak serta Saudara-sauaraku Dan Kekasiku Nesta Bahi, yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, berjuang, berdoa dan membantu saya baik moril maupun material, mulai saya lahir hingga keperguruan tinggi di Jurusan Pendidikan Sosiologi (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar.Dan tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya Kepada Dr. H.Rahman Rahim,S.E.M.M, Rektor Unismuh Makassar. Dr.Nurlina Subair,M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Jamaluddin,Arifin,S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pembimbung II yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi demi kelancaran penyusunan skripsi hingga selesai.

Tidak lupa pulah, penulis mengucapkan terima kasih kepada, (1) Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr. H. Nursalam, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisversitas Muhammadiyah Makassar, (3) Akhir, S.Pd, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisversitas Muhammadiyah Makassar serta seluruh

(13)

ii

juga,kepad saudara Firdan daeng nicayah,Abdul patimua,ibrahim patimua,ade ummi kalsum,ade wati,wae ratna,Astuti,Aini,asmi,sumi,mentari,admil,dan teman-teman yang ada diAsrama islam lamahala jaya,yang tdak sempat penulis sebutkan namnya karna atas Motifasi dan Dukungannya,sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menuju jalan-Nya dan melimpahkan rahmat dan hidayah-nya.

Makassar, September 2016

Penulis

(14)

xi

Tabel 4.2...72

Tabel4.3...73

Tabel 4.4 ...73

Tabel 4.5... 75

(15)

xii Lampiran 1

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

 Peta Desa Lamahala

 Data Informan

 Informan Penelitian

 Dokumntasi Penelitian

 Persuratan

(16)

xiii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

KARTU KONTROL SKRIPSI PEMBIMBING I ... iv

KARTU KONTROL SKRIPSI PEMBIMBING II... v

SURAT PERNYATAAN... vi

SURAT PERJANJIAN ... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Defenisi Operasional ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Konsep Patron-Klien ... 10

1. Pengertian Patron Klien... 10

(17)

xiv

C. Kohesi Sosial Nelayan Punggawa dan Nelayan Sawi ... 23

D. Krangkah Pikir ... 30

E. Defenisi Operasional ... 32

BAB III MOTEDE PELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian... 34

B. Lokasi Penelitian... 35

C. Informan Penelitian... 35

D. Fokus Penelitian ... 36

E. Enstrumen Penelitian ... 37

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data... 40

H. Analisis Data ... 41

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Kondisi Geografis ... 44

B. Kondisi Demografi... 47

1. Pendidikan dan Keterampilan... 47

2. Tipe Keluarga dan Peranan Wanita ... 48

3. Mata Pencaharian ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ... 51 A. Latar Belakang Hubungan Kerja Antar Punggawa Dan Sawi 51

(18)

xv BAB VI PENUTUP

1. Kesimpulan... 66

2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 71 RIWAYAT HIDUP ...

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dimana dua per tiga wilayahnya merupakan daerah perairan. Terletak pada garis khatulistiwa, Indonesia mempunyai banyak keistimewaan, yaitu terdapat beragamnya sumberdaya hayati dan non hayati. Indonesia mempunyai perairan teritorial dengan luas 3,1 juta km2, selain itu Indonesia juga memiliki hak pengelolaan dan pemanfaatan ikan di zona ekonomi ekslusif (ZEE) dengan luas 2,7 juta km2. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan sumberdaya alam hayati dan nonhayati di perairan yang luasnya sekitar 5,8 juta km2 (Nikijuluw 2002).

Kandungan sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia memberikan pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar didunia. Berdasarkan konferensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS) 1982 dengan luas wilayah nasional 5,0 juta km2 yaitu terdiri 3,1 juta km2 perairan nasional, dan Zona Ekonomi Ekonomi (ZEE) 5,8 juta km2. Luasnya lautan yang menyimpan berbagai kekayaan laut dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Sebagaimana di wilayah pesisir yang mengandung berbagai kekayaan alam dan environmental service, hal ini sangat signifikan dalam menunjang pembangunan sosial, ekonomi, menuju masyarakat yang sejahtera.

(20)

Perikanan merupakan salah satu lahan sumber daya ekonomi sehingga dapat dijadikan modal pembangunan bangsa Indonesia. Sumber daya ikan merupakan sumber daya yang bersifat pulih kembali (renewable) sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan apabila batas-batas pemanfaatannya disesuaikan dengan daya dukung sumber daya ikan dan daya tampung suatu perairan. (Anonymous : 2003)

Secara geografis Desa Lamahala berada di pesisir selatan Pulau Adonara yanG menghadap langsung ke Pulau solor, yaitu kumpulan Pulau yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Flores Timur, propinsi Nusa Tenggara Timur.

Propinsi Nusa Tenggara timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang banyak memiliki pulau dan area laut yang luas dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Keadaan geografis seperti inilah membuat Nusa Tenggata Timur menjadi salah satu lokasi yang menjadi lahan subur, sebagai pemasok sumber daya perikanan. Memanfaatkan sumber daya laut dengan menjadi nelayan merpakan sumber pendapatan utama masyarakat Desa Lamahala baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Masyarakat Nelayan sebagai salah satu sisi kehidupan masyarakat Indonesia, pada umumnya memegang peranan yang cukup penting dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Sebagai suatu pekerjaan di sektor informal, kehidupan masyarakat nelayan perlu mendapat perhatian karena nelayan merupakan salah satu komunitas yang saling ketergantungan satu sama lain, melalui pemberdayaan masyarakat nelayan yang baik maka sebenarnya kita telah berusaha untuk menciptakan kesejahteraan di Indonesia.

(21)

Hubungan kerja dalam masyarakat nelayan selalu berlandaskan pada system sosial budaya setempat. Pada umumnya hubungan kerja diantara nelayan tidak semata-mata ditekankan pada aspek ekonomi dari hubungan kerja itu, tetapi juga dititik beratkan pada asas kebersamaan (solidarity) dan kekeluargaan yang berdasarkan pertimbangan kearifan lokal dalam komunitas desa.

Pekerjaan sebagai nelayan dapat dikatakan merupakan pekerjaan yang cukup berat dan banyak mendapat tantangan, walaupun banyak diantara mereka merupakan pekerjaan turun temurun. Namun sebagian besar nelayan tidak dapat membayangkan bagaimana sulitnya mencari pekerjaan lain terlebih di sector formal dengan berbagai macam yang ada tidak semua orang dapat memasukinya.

Apalagi pada zaman sekarang perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin pesat menuntut perubahan disegala aspek kehidupan.

Bagi masyarakat nelayan hal ini sudah dirasakan pengaruhnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan kemungkinan hubungan kekeluargaan dan persahabatan mulai berkurang dengan adanya pengaruh tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka keberadaan masyarakat nelayan di desa Lamahala Kabupaten Flores Timur menarik untuk di teliti bagaimana prilaku kerjasama sosial yang telah dibangun, karena di tengah pengaruh kota dan modernisasi tetap saja terjadi hubungan Patron-Klien (Punggawa-sawi) yang masih sangat kental, yang dimana hubungan patron-klien merupakan hubungan keatas dan kebawah yang mengandung pengertian bahwa dari atas bersifat memberi pelayanan ekonomi, perlindungan pendidikan informal, sedangkan dari bawah hubungan mengandung muatan ketaatan dan tanggung jawab

(22)

(Lampe,2007:68).

Sehingga satu hal yang cukup mendapat perhatian yaitu hubungan kerjasama yang terjalin antara punggawa-sawi dalam masyarakat nelayan di desa Lamahala. Hal ini dengan melihat bahwa keberadaan sawi sebagian besar hidup dalam keterbatasan ekonomi (kemiskinan), sekalipun bekerja tanpa henti yang dimana dominasi dan hegemoni punggawa terhadap seluruh system kehidupan dari sawi, maka perlu mewujudkan sebuah penelitian terhadap masyarakat nelayan mengenai hubungan kerja dan hubungan sosial serta bagaimana pengaruhnya kedepan terhadap kelangsungan hubungan tersebut.

Penelitian mengenai hubungan sosial yang dibangun oleh masyarakat nelayan pesisir berdasarkan hubungan patron-klien ini telah dilakukan sebelumnya oleh Khadijah (Mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Hasanuddin) sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelas S1 di Kelurahan Ponjalae Kecamatan Wara Timur Kota Palopo Tahun 2013. Khadijah menyimpulkan “Pola hubungan punggawa sawi mengenai hubungan sosial ekonomi, merupakan hubungan kerja antara lain pembagian kerja dan pembagian hasil. Hubungan itu terjalin secara fungsional oleh karena adanya kesamaan tujuan yakni berusaha untuk memenuhi tuntutan hidup masing-masing.

Keanggotaan kelompok nelayan ini sifatnya terbuka, dalam arti bebas menerima siapa saja untuk bekerjasama selama hubungan yang terjalin itu berdasarkan kesepakatan bersama yang mengatur mengena pembagian kerja dan pembagian hasil sebelum melakukan kegiatan mencari ikan atau melaut”.

(23)

Kemudian yang didapatkan oleh Khadijah (2013) melakukan penelitian tentang

”Pola hubungan pegawai sawi mengenai hubungan sosial ekonomi, merupakan hubungan kerja antara lain pembagian kerja dan pembagian hasil. Hubungan ini terjalin secara fungsional oleh karna adanya kesaman tujuan yakni berusaha untuk memenuhi tuntunan hidup masing masing. Keanggotaan kelompok nelayan ini sifatnya terbuka, dalam arti bebas menerima siapa saja untuk bekerja sama selama hubungan yang terjalin itu berdasarkan kesempatan bersama yang mengatur mengena pembagian hasil sebelum melakukan kegiatan mencari ikan melaut”.

Dalam jurnal Andi Sukri Syamsury dan Muhammad Akhir nomor 3 (2) 2015. Pengertian eksistensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu existere yang memiliki arti : muncul, ada, timbul dan berada. Hal ini yang kemudian melahirkan empat penjelasan baru eksistensi antara lain :

1. Eksistensi adalah apa yang ada.

2. Eksistensi adalah apa yang memiliki.

3. Eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dengan penekanan bahwa sesuatu itu ada.

4. Eksistensi adalah kesempurnaan.

Pendek kata pengertian eksistensi adalah keadaan yang hidup atau menjadi nyata.

Masyarakat nelayan seperti yang telah kita ketahui adalah kelompok masyarakat yang didalam mempertahankan hidupnya tergantung kepada sumber daya yang ada di lautan, terutama yang berada disekitar lingkungan masyarakat

(24)

tersebut. Dalam mengelola sumber daya alam tersebut masyarakat nelayan melakukan dengan cara yang amat sederhana, inilah yang pada masa lalu memberi ciri bagi masyarakat nelayan. Namun demikian ciri tersebut pada saat ini sudah mengalami perubahan, terutama dengan adanya peralatan penangkapan ikan yang diperkenalkan oleh pemerintah maupun dikalangan swasta yang dianggap lebih modern.

Walaupun sekarang zaman sudah modern tetapi tidak memungkinkan nelayan untuk menghindar dari bantuan orang lain dalam melakukan usaha penangkapan ikan, walaupun mungkin bantuan itu datangnya dari anggota keluarga batihnya sendiri. Berdasarkan uraian diatas yang sekaligus menjadi latar belakang bagi penulis untuk meberikan judul pada karya ilmiah ini sebagai berikut :

“Eksistensi Tenaga Kerja Nelayan Lamahala (Analisis Terhadap Hubungan Patron-Klien)”

B. Rumusan Masalah

Pembahasan masalah kehidupan masyarakat nelayan merupakan satu dari pembahasan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Begitupun masalah yang dihadapi masyarakatarakat di Kabupaten Flores Timur khususnya di Desa Lamahala secara keseluruhan cukup sulit, maka dari itu pada ini fokus kajian masalah dititikberatkan pada persoalan menganalisa hubungan kerja antar nelayan di Desa lamahala. Uraian dari fokus masalah dalam bentuk pernyataan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan kerja antara nelayan punggawa dan nelayan sawi

(25)

di Desa Lamahala Jaya Kabupaten Flores Timur?

2. Bagaimana cara mempertahankan kerjasama yang telah dibangun dalam hubungan patron-klien antara nelayan punggawa dan nelayan sawi dala sosial ekonomi kedepannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini disusun sebagai berikut:

1. Untuk mengetahu bagaimana hubungan kerja antara nelayan punggawa dan nelayan sawi di Desa Lamahala jaya, Kabupaten Flores Timur.

2. Untuk mengetahui cara bagaimana mempertahankan kerjasama yang telah dibangun dalam hubungan patron-klien antara nelayan punggawa dan nelayan sawi dala sosial ekonomi kedepannya?

D. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membri manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam upaya untuk usaha pengembangan disiplin ilmu, khususnya sosiologi yang menyangkut tentang hubungan social ekonomi masyarakat nelayan serta kerjasama yang dapat terjalin.

b. Manfaat akademis

(26)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan maupun perbandingan bagi para peneliti lainnya yang erat kaitannya dengan permasalahan penelitian.

c. Manfaat secara praktis

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangan pikiran bagi pemerintah setempat untuk dijadikan landasan dalam pengambilan kebijaksanaan dalam pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat nelayan yang juga merupakan bagian vital dari pembangunan bangsa.

E. Defenisi Operasional

Defenisi opreasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan Perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dala judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Eksistensi Tenaga Kerja Nelayan Lamahala (Analaisis Terhadap hubunga Patron-Klien) di Desa Lamahala Jaya, Kabupaten Flores Timur.” Maka defenii Operasional perlu dijelaskan, sebagai berikut :

1. Eksistensi yaitu keberadaan sesuatu pada kenyataan sehingga diakui kondsisnya. Dalam penelitian ini diartikan sebagai keberadaan nelayan di desa Lamahala Jaya.

2. Tenaga Kerja Nelayan yaitu seorang yang mata pencaharian utamanya adalah dari usaha menangkap ikan di laut (KBBL, 2003: 686). Pada penelitian ini digunakan tenaga kerja karena melihat ada hubungan yang dibangun dengan sesorang memperkerjakan yang lainnya dalam suatu

(27)

struktur hubungan dalam masyarakat.

3. Patron-Klien yaitu hubungan yang terjadi antara individu- individu yang berbeda status sosial ekonominya yaitu pihak yang satu lebih banyak membari dan pihak yang lain banyak menerima (Ahimsa-Putra dkk, 2003: 24). Dalam hal ini hubungan sosial yang muncul melalui dan dalam interaksi-interaksi sosial yang mempunyai ciri bersifat spontan dan pribadi, dan adanya interaksi tatap muka diantara pelaku yang berlangsung secara berkesinambungan.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Patron-Klien 1. Pengertian Patron-Klien

Hubungan patron klien adalah hubungan yang terjadi antara individu- individu yang berbeda status sosial ekonominya yaitu pihak yang satu lebih banyak membari dan pihak yang lain banyak menerima (Ahimsa-Putra dkk, 2003: 24). Hubungan patron klien adalah hubungan sosial yang muncul melalui dan dalam interaksi-interaksi sosial yang mempunyai ciri bersifat spontan dan pribadi, dan adanya interaksi tatap muka diantara pelaku yang berlangsung secara berkesinambungan.

Menurut H. Cohen (dalam Ahimsa-Putra, 1988: 30) pendekatan dalam analisis ikatan patron klien memandang gejala ini sebagai gejala yang muncul karena adanya kondisi-kondisi tertentu dalam masyarakat. Misalnya mengulas gejala patronase di Bornu, Afrika, dari sudut ini. Akan tetapi disitu dia tidak menggunakan istilah hubungan patron klien, melainkan hubungan feodal, yaitu hubungan yang melibatkan dua orang, yang satu lebih tinggi atau superior daripada yang lain, dimana pihak yang lebih tinggi memberikan perlindungan, keamanan ekonomi dan kedudukan dalam masyarakat sebagai ganti atas kesetiaan, kepatuhan serta jasa yang telah diberikan oleh pihak yang lebih rendah atau subordibat.

(29)

W.F Wertheim (dalam Ahimsa-Putra 1988: 32) mengenai bentuk hubungan patronase berpendapat bahwa dalam hubungan tersebut dapat masuk suatu bentuk eksploitasi yang jelas, namun karena relasi bersifat, pribadi, informal dan sedikit paternalism akan ada kecenderungan untuk memanusiawikan. Dalam hal ini lebih tidak melihat perbedaan antara hubungan yang eksploitatif dengan hubungan patron klien. Di balik sudut pandang ini terselip suatu asumsi jika klien-klien seorang patron tidak bisa melepaskan diri dari ikatan tersebut, atau setidaknya mereka tidak mampu menghitung secara tepat bahwa apa yang dia berikan adalah melebihi dari apa yang dia terima dari sang patron. Namun seperti yang kita lihat, relasi patron klien ini sifatnya suka rela. Seorang tidak perlu dipaksa untuk patron dan tidak perlu pula dipaksa menjadi klien, karena seorangpun dapat memutuskan hubungan dengan patronnya jika ia merasakan tidak adanya keseimbangan lagi dari hubungan timbal-balik mereka.

Menurut (James Scott), Hubungan patron-klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pola pertukaran yang tersebar, jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh

(30)

masing-masing pihak. Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh james scott berkaitan dengan kehidupan petani adalah:

Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap atau lahan/peralatan untuk memperoleh hasil

Jaminan krisis subsistensi, patron menjamin dasar subsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh permasalahan usaha pencaharian yang akan mengganggu kehidupan kliennya

Perlindungan dari tekanan luar

Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas perlindungannya.

Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.

Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah:

Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian makanan secara periodik dll.

(31)

Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi tingkat ketergantungan dan penlegitimasiannya kepada patron adalah perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar kemungkinannya ia melihat ikatan patron-klien itu menjadi sah dan legal.

Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi dikeduanya.

2. Tujuan Dasar Patron-Klien

Tujuan dasar dari hubungan patron klien bagi klien yang sebenarnya adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila

(32)

hubungan dagang/pertukaran yang menjadi dasar pola hubungan patron klien ini melemah karena tidak lagi memberikan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan maka klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron menjadi tidak adil dan eksploitatif. Yang terjadi kemudian legitimasi bukanlah berfungsi linear dari neraca pertukaran itu.Oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada tuntutan dari pihak klien terhadap patronnnya untuk memenuhi janji-janji atau kebutuhan dasarnya sesuai dengan peran dan fungsinya. Saya menemukan hubungan seperti sifatnya akan langgeng dan permanen jika masing-masing pihak menemukan kesesuaiannya dan manfaatnya. Dalam konteks hubungan antar kelompok atau suku bangsa, hubungan patron klien ini lambat laun menjadi hubungan yang sifatnya struktural dan dominatif. Dan diterima sebagai suatu kebenaran yang diwariskan secara turun-temurun. Seperti misalnya seperti terhadap masyarakat Orang Rimba yang saya pernah teliti dimana ia mendapatkan pengaruh yang kuat dari masyarakat melayu.Dalam kasus hubungan antara Orang Rimba dan Orang Melayu hubungan itu bahkan jauh ke dalam hingga mempengaruhi dasar kosmologis dan keyakinan keagaamaan mereka.

Namun hubungan patron-klien ini juga mempunyai akhir atau bisa diakhiri. Bagi Scott, ada ambang batas yang menyebabkan seorang klien berpikir bahwa hubungan patron klien ini telah berubah menjadi hubungan yang tidak adil dan eksploitatif yaitu ambang batas yang berdimensi kultural dan dimensi obyektif. Dimensi kultural disini oleh Scott diartikan sebagai pemenuhan terhadap kebutuhan minimum secara kultural para klien. Pemenuhan kebutuhan minimum kultural itu misalnya acara ritual, kebutuhan sosial kolektif/kelompok dll.

(33)

Sedangkan dimensi obyektif lebih cenderung kepada pemenuhan kebutuhan dasar/minimun yang mendasarkan pada kepuasan diri. Seperti lahan yang cukup utk memberi makan, memberi bantuan utk org sakit dll. Hubungan ketergantungan yang memasok jaminan-jaminan minimal ini akan mempertahankan legitimasi hubungan antara patron-kliennya. Jika para patron tidak sanggup memenuhi 2 dimensi kebutuhan tersebut dalam konteks kepuasan para klien, maka menurut Scott klien akan berpikir hubungan patron klien ini menjadi hubungan yang sifatnya dominatif dan eksploitatif.

Untuk menjaga agar sikap klien tetap konsisten terhadap patronnya maka patron selalu mengembangkan sistem yang sifatnya mengawasi keberadaan kliennya. Namun demikian ada keterbatasan kemampuan patron untuk mengawasi kliennya karena

1. kemampuan relatif dari struktur kerabat dan desa sebagai pengganti bagi beberapa fungsi patron

2. tersedianya lahan yang tidak berpenghuni

3. kelemahan negara pusata yang tidak mempunyai ketangguhan untuk mendukung kekuasaan elit lokal/lokalisasi kekuasaan

4. ada sumber daya yang menjadi daya tawart-menawar bagi klien kepada patron.

Pada dasarnya sifat ikatan patronasi juga bervariasi, namun lebuh kuat tertanam dalam sistem stratifikasi kerajaan, dimana pembagian peran otoritas lokal/daerah kadang didasarkan atas hubungan patronase tersebut. Peran otoritas pada tingkat

(34)

lokal diambil alih/terletak pada tokoh-tokoh yang mampu untuk menggerakan pengikutnya sehingga lalu diakui sebagai agen pemimpin di daerah. Ketika seiring melemahnya sistem kerajaan tradisional dan menguatnya sistem pemerintahan modern maka yang terjadi adalah jaringan patron-kliern yang terstruktur tidak teratur dilokasi sekitar jalur-jalur perdagangan, pemajakan. Atau secara kultural dan geografis dapat dikatakan bahwa semakin jauh dari pusat – pada tempat dan kebudayaan pinggir dan pada dasar dari hirarki sosial- ikatan patron klien kurang terlembaga dan karenanya sifatnya menjadi fleksibel.

3. Unsur-unsur Patron-Klien

Agar hubungan patron klien dapat berjalan dengan mulus maka diperlukan unsur-unsur didalamnya. Unsur-unsur inilah yang akan mengatur pola interaksi berdasarkan kepentingan antara kedua pihak. Unsur-unsur tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a) Apa yang diberikan oleh satu pihak adalah sesuatu yang berharga dimata pihak lain, baik pemberian itu berupa barang ataupun jasa.

b) Timbal balik, artinya dengan pemberian itu pihak penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya.

Menurut Scott (dalam Ahimsa-Putra dkk, 2003: 241), untuk menjadi seorang patron, dalam hal ini dalah juragan setidak-tidaknya ada tiga macam sumber daya yang harus dimiliki:

a) Pengetahuan dan keahlian b) Sumber daya ekonomi dan sosial

c) Kekuasaan atas orang lain yang dikontrakan secara langsung

(35)

Adapun secara teoritik terdapat beberapa bentuk dari hubungan patron klien yakni sebagai berikut (Sadikin dalam Rahmawaty, 2007: 11-12):

a. Hubungan patron klien yang terjadi karena adanya kepentingan-kepentingan ekonomi pada pihak-pihak yang terlibat. Pihak yang bertundak sbagai patron (juragan) ingin menguasai sumber-sumber yang penting untuk mencapai tujuannya, yaitu terlaksananya proses distribusi dengan lancar.

Sumber-sumber ini adalah tengkulak/bakul sebagai pelaksana jalinan distribusi. Untuk menguasai sumber ini juragan berupaya melestarikan hubungan dengan para tengkulak/bakul melalui beberapa strategi.

b. Hubungan patron klien yang terjadi karena pihak patron memiliki kewajiban untuk memberi perhatian pada kliennya layaknya seorang bapak kepada anaknya. Sebaliknya pihak klien memiliki kewajiban untuk menunjukkan perhatian dan kesetian pada patronnya. Kelanggengan sebuah hubungan patron klien bergantung pada keselarasan antara patron dan kliennya dalam menjalankan hak dan kewajiban yang melekat pada masing- masing pihak, terjalinnya hubungan yang saling menguntungkan serta saling menguntungkan serta saling memberi dan menerima.

B. Kondisi Budaya Masyarakat Nelayan

Nelayan adalah seorang yang mata pencaharian utamanya adalah dari usaha menangkap ikan di laut (KBBL, 2003:686). Jadi masyarakat nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada

(36)

umumnya tinggal di pinggir/pesisir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan.

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor kebudayaan inilah yang menjadi pembeda antara masyarakat nelayan dengan kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelautan.

Dalam evolusi mata pencaharian manusia, menangkap ikan merupakan pekerjaan penting bagi mereka yang bermukim didekat pantai, meskipun mereka masih menggunakan alat-alat penangkapan yang sederhana. Dalam perkembangannya (perkembangan teknologi), ia menyatakan bahwa mata pencaharian sebagai nelayan lebih banyak tergantung pada perkembangan teknologi (Koentjaraningrat, 2007 : 31).

Pada dasawarsa terakhir ini, perhatian pada kaum nelayan boleh dikatakan cukup besar. Hal ini ditandai dengan banyaknya penelitian diarahkan kepada mereka. Paling tidak perhatian itu terutama ditujukan mengenai kondisi mata pencaharian yang digelutinya.

Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah penyumbang utama kuantitas

(37)

produksi perikanan tangkap nasional. Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif sehingga sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara. Para pedagang inilah yang sesungguhnya menjadi penguasa ekonomi di desa-desa nelayan. Kondisi demikian terus berlangsung menimpa nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana mengakhirinya.

Hal ini telah melahirkan sejumlah masalah sosial ekonomi yang krusial pada masyarakat nelayan. Namun demikian, belenggu struktural dalam aktivitas perdagangan tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor yang menimbulkan persoalan sosial di kalangan nelayan, faktor-faktor lain yang sinergi, seperti semakin meningkatnya kelangkaan sumberdaya perikanan, kerusakan ekosistem pesisir dan laut, serta keterbatasan kualitas dan kapasitas teknologi penangkapan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, ketimpangan akses terhadap sumberdaya perikanan, serta lemahnya proteksi kebijakan dan duakungan fasilitas pembangunan untuk masyarakat nelayan masih menjadi faktor yang menimbulkan persoalan.(Kusnadi 2007)

Kondisi kesejahteraan sosial yang memburuk di kalangan nelayan sangat dirasakan di desa-desa pesisir yang perairannya mengalami overfishing (tangkap lebih) sehingga hasil tangkap atau pendapatan yang di peroleh nelayan bersifat fluktuatif, tidak pasti, dan semakin menurun dari waktu ke waktu. Dalam situasi demikian, rumah tangga nelayan akan senantiasa berhadapan dengan tiga persoalan yang sangat krusial dalam kehidupan mereka, yaitu:

(38)

1. pergulatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

2. Tersendat-sendatnya pemenuhan kebutuhan pendidikan anak- anaknya, dan 3. Terbatasnya akses mereka terhadap jaminan kesehatan.

Ketiga akses diatas merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar dalam rumah tangga nelayan, yang sering tidak terpenuhi secara optimal. Dengan realitas kehidupan yang demikian, sangat sulit merumuskan dan membangun kualitas sumberdaya masyarakat nelayan, agar mereka memiliki kemampuan optimal dalam mengelola potensi sumber daya pesisir laut yang ada. Ketiadaan atau kekurangan kemampuan kreatif masyarakat nelayan untuk mengatasi sosial ekonomi didaerahnya akan mendorong mereka masuk perangkat keterbelakangan yang berkepanjangan sehingga dapat mengganggu pencapaian tujuan kebijakan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan. Untuk itu, perlu dipikirkan solusi strategi alternatif untuk mengatasi persoalan kehidupan sosial-ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat nelayan. Dalam hal ini, program jaminan sosial (sosial security) yang dirancang secara formal merupakan salah satu strategi yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi kemelut sosial ekonomi yang menimpa kehidupan dari masyarakat nelayan.

Sekalipun negara atau pemerintah telah mengimplementasikan sejumlah kebijakan untuk membangun sektor perikanan tangkap dan pemberdayaan ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun hasil yang dicapai masih belum maksimal. Kalau kita perhatikan, selama ini spirit kebijakan nasional dalam Sekalipun negara atau pemerintah telah mengimplementasikan sejumlah kebijakan untuk membangun sektor perikanan tangkap dan

(39)

pemberdayaan ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun hasil yang dicapai masih belum maksimal pembangunan perikanan sejak awa 1970-an dan masih terus di berlakukan hingga saat ini yang mengutamakan meningkatan produksi, mengakibatkan kelangkaan sumberdaya perikanan, kerusakan ekosistem pesisir laut, kemiskinan, dan kesenjangan sosial.

Kebijakan demikian tidak disertai atau di kawal dengan kebijakan pembanding tentang bagaimana masyarakat nelayan harus menjaga keberlanjutan sumberdaya kelautan. Sebenarnya, kebijakan ini memberi keuntungan ekonomi bagi paranelayan bermodal besar yang secara kuantitatif berjumlah sedikit, namun pda akhirnya semua nelayan dari berbagai kategori usaha mengahadapi persoalan yang sama.

Demikian juga kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan yang selama ini diterapkan. Kalau dianalogikan dengan orang memancing, kebijakan tersebut hanya memberi ikan kepada nelayan, tetapi tidak memberikan jaminan keberlanjutan bagaiaman seandainya alat pemancing itu rusak. Hal ini dapat ditunjukkan dengan lemahnya dukungan kebijakan lembaga-lembaga perbankan resmi untuk penyaluran kredit dengan bunga rendah kepada masyarakat nelayan secara berkesinambungan dan konsisten. Pada dasarnya, dukungan ini sangat dibutuhkan nelayan untuk menjaga kelanjutan usaha perikanannya.

(Kusnadi 2007)

Gejala fluktual diatas mencerminkan belum adanya payung kebijakan pemberdayaan yang bersifat nasional dan menjadi referensi para penentu keputusan setingkat menteri sehingga hal demikian memberikan rasa aman bagi

(40)

lembaga perbankan untuk bekerja sama dengan nelayan dalam transaksi bantuan kredit. Disamping itu, tidak adanya pihak-pihak yang membantu secara total dan bersungguh-sungguh dalam membangun masyarakat nelayan, mendorong masyarakat nelayan mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi. Kemandirian ini membangkitkan sikap-sikap otonom dikalangan nelayan merupakan modal sosial yang sangat berharga sebagai basis kelangsungan hidup mereka. Manifestasi dari sikap-sikap otonom nelayan terwujud dalam konstruksi pranata sosial, seperti perkumpulan simpan pinjam, arisan, dan jaringan sosial berfungsi untuk menggalang kemampuan sumberdaya ekonomi kolektif dalam relasi timbal balik sehingga eksistensi masyarakat nelayan tetap terjamin. Jaringan patron-klien merupakan wadah dan sarana yang menyediakan sumber daya jaminan sosial secara tradisional untuk menjaga kelangsungan hidup nelayan. Kekuatan hubungan patron-klien ini dapat dilihat pada pola-pola relasi sosial antara (1) nelayan pemilik dengan nelayan buruh, (2) nelayan pemilik dengan penyedia modal usaha, (pedagang ikan/pedagang perantara, (3) nelayan (nelayan pemilik dan nelayan buruh) dengan pemilik toko yang menyediakan kebutuhan hidup dan kebutuhan melaut. Jika hasil tangkapan nelayan diberikan dalam bentuk ikan, biasanya hubungan patron-klien antara nelayan buruh dan pedagang ikan juga intensif.

(41)

C. Kohesi sosial Nelayan Punggawa dan Nelayan Sawi.

Secara historis, Ponggawa atau punggawa dapat diartikan sebagai pemimpin bagi suatu etnis tertentu. Karena sifatnya lokalitas, maka kekuatan hubungan sosialnya juga ikut terpengaruh, seperti tingginya tingkat kepercayaan dan gantungan harapan oleh pengikutnya (Sawi) kepada Ponggawanya. Hubungan ini juga timbul sedikit banyak dipengaruhi akibat perang fisik yang terjadi di masa lalu, saat itu kelompok etnis tertentu mencari seorang yang dapat dijadikan pemimpin di dalam hal penyediaan perlindungan. Persepsi perlindungan ini terus berlanjut dari hal perlingan fisik menjadi perlindungan akan perolehan sumber hidup berasal dari sumberdaya sekitarnya. Akibatnya terbentuk suatu kepatuhan norma dan hubungan mengikat yang secara sosial terbentuk untuk kelangsungan hidup mereka. Sedangkan pengikut yang dinormakan sebagai kepatuhan untuk memenuhi petunjuk atau perintah yang diberikan oleh ponggwa.

Hubungan antara patron klien dalam masyarakat Lamahala tidak hanya sebatas pada wilayah pesisir saja, tapi hubungan ini juga terdapat dalam masyarakat agrarisnya, atau dikenal sebagai hubungan antara petani dan tengkulak (Walinono, 1974). Hubungan ini hanya semata didasari oleh kepentingan bisnis yang dilakukan jika saat musim panen dalam bentuk perkiraan nilai jual produknya (lebih populer dikenal sebagai sistem Ijon). Perbedaan antara sistem ponggawa-sawi dan tengkulak-petani didasari oleh terdapat atau tidaknya norma dan hubungan kekerabatan. Pada tengkulak-petani, seringkali tidak terdapat hubungan etnis yang mengikat; dan kondisi petani berada dalam posisi tawar

(42)

menawar kepada tengkulak akibat status kepemilikan lahan. (Mubyarto et al, 1983).

Untuk daerah flores timur, beberapa etnis mendominasi atau menerapkan tingkat perolehan sumber hidup dengan menggunakan perangkat hubungan patron klien.. Hubungan antara ponggawa dan sawi bersifat sukarela dan bisa berakhir kapan saja. Ponggawa bisa saja meninggalkan sawinya (tidak lagi dianggap sebagai bagian hubungan) jika dianggap tidak cukup patuh menjalankan norma yang telah disepakati. Sebaliknya, para sawi ini akan berpindah ke ponggawa lainnya jika ponggawanya tidak cukup untuk melindunginya. Dalam situasi demikian bisa saja diantara para sawi muncul seorang dengan derajat sosial yang lebih tinggi dan mampu memimpin kelompoknya, dan orang ini kemudian bisa menjadi ponggawa baru. Jika seorang sawi pindah ke Ponggawa lainnya, maka atas permufakatan antara calon ponggawa dengan ponggawa terdahulu dapat mentrasfer sawi tersebut dengan konsesi pembayaran utang atau nilai lainnya yang sepadan dengan kepindahan sawi.

Bentuk hubungan ini menguntungkan kedua belah pihak; ponggawa mempunyai buruh yang dapat menjalankan usahanya dan layanan sosial lainnya;

sedangkan sawi mempunyai jaminan hidup atau sumber pendapatan di dalam hidupnya. Dengan jumlah sawi yang banyak akan meningkatkan status sosial ponggawa demikian juga dengan kelompok etnisnya. Jika ponggawa ingin lebih jauh meningkatkan jumlah sawi dan tingkat loyalitas, maka ponggawa harus berperan sebagai “ponggawa yang dapat dicontoh atau dijadikan panutan” dengan cara meningkatkan keyakinan sawinya dalam hal jaminan hidup; dan jika hal ini

(43)

tidak dapat dipenuhi atau dipertahankan, maka sawi tersebut akan dengan mudah meninggalkan ponggawa. Ponggawa menghadapi dua pilihan; pertama menjaga hubungan sosial dengan sawi dengan cara tidak memaksakan sawinya untuk bekerja demi peningkatan perolehan hasil tangkapan yang seringkali sawi akan memilih ponggawa lainnya jika ruang waktu dimungkinkan untuk lebih rendah hari atau frekwensi kerjanya.

Chabot (1950) dan Stein (1974) mengatakan bahwa umumnya ada dua cara untuk mendapatkan sawi yang dilakukan dalam mekanisme tunggal. Sawi yang mengalami musibah, misalnya kematian atau tidak mampu lagi berperan sebagai buruh akan mentrasferkan fungsinya kepada anak-anaknya, tapi proses ini jauh dari kategori otomatis. Cara lainnya adalah dengan membentuk hubungan patron klien baru dalam lingkungan etnisnya sendiri; dan ini terutama terjadi pada saat pertama kali ponggawa membentuk usaha baru. Hal ini terjadi akibat kehati- hatian ponggawa akan usaha barunya sehingga tingkat loyalitas dan kepercayaan lebih banyak disandarkan pada anggota keluarga terdekatnya. Ada tiga faktor utama yang terjadi dalam hal ini; yaitu tingkat status sosial, kepemilikan dan kepribadian seorang ponggawa terhadap sawinya. Tentu saja makin tinggi tingkat sosial seseorang, maka besar peluang untuk mendapatkan sawi atau pengikut sepanjang didukung oleh kualitas kepribadian yang diharapkan dapat dijadikan panutan untuk seorang ponggawa yang baik dalam bentuk; inisiasi, kemauan untuk memulai inisiatif, ketrampilan dalam kegiatan, kemampuan membangkitkan semangat pengikutnya, atau kemampuan untuk menarik simpati pengikutnya.

Kemampuan ponggawa dalam aspek kepemimpinan merupakan modal utama

(44)

akan keterikatan atau ketertarikan seorang atau sekelompok sawi untuk percaya dan mau bekerja padanya.

Biasanya, seorang patron atau ponggawa adalah seorang yang mampu (Sallatang 1983: Putra1983). Ponggawa dan sawi diikat dalam suatu norma kewajiban dan hak yang nantinya dijabarkan dalam bentuk kepatuhan dan pemberian perlindungan dari kemiskinan (Walinono 1979). Hubungan ponggawa- sawi dapat dikategorikan dengan kekerabatan, keetnisan, berbasis buruh semata, sistem kepercayaan, penghormatan, saling ketergantungan, loyal, solider, dan kewajiban antara kedua pihak (Scott 1977). Terutama pada daerah terisolasi dari hubungan dengan daerah lain, maka sistem ponggawa-sawi mungkin hanya satu- satunya alternatif bagi anggota masyarakat dengan tingkat sosial rendah untuk mendapatkan atau menjamin perolehan pendapatan sehari-hari.

Lebih lanjut diterangkan oleh Yusran 2002 bahwa potensi atau besarnya pengaruh ponggawa yang didasarkan oleh aturan norma di Lamahala adalah;

menonjolnya prilaku kepemimpinan, kemampuan organisasi, mobilisasi, perekat kekerabatan, dan penegakan aturan hukum dalam bentuk kesepakatan yang mengikat. Walaupun akhirnya terjadi pembagian kelompok manusia, yang dicirikan oleh batas wilayah, tingkat sosial dan kedudukan dalam suatu etnis.

Norma pengelompokan manusia ini hampir tidak pernah dipermasalahkan akibat sifatnya yang secara sukarela, dan keberlangsungan hubungan antara ponggawa dan sawi tergantung dari kesepakatan keduanya.

Untuk masyarakat pedesaan di Lamahala yang didominasi oleh wilayah laut atau pesisir menjadikan sistem ponggawa-sawi menjadi vital atau dominan.

(45)

Sistem ini juga terdapat di wilayah pertambakan yang umumnya dimiliki oleh hanya sekelompok orang (dapat dikategorikan sebagai ponggawa darat).

Kebanyakan pemilik lahan tambak ini tidak langsung mengelola miliknya, tapi menyerahkan atau memanggil sekelompok orang terdekat untuk mengolahnya dengan sistem bagi hasil yang disepakati.

Agak sulit mendefinisikan antara nelayan yang tergantung kepada ponggawa sebagai nelayan independen, akibat terdapatnya hubungan ekonomi diantara keduanya. Jika sawi semata, maka ini berarti sawi tersebut hanya bersifat atau berperan sebagai buruh tanpa adanya kepemilikan alat tangkap; sedangkan nelayan independen mempunyai alat produksi yang seringkali diperoleh dengan meminjam permodalan dari ponggawa sehingga ada norma kesepakatan bahwa segala hasil tangkapan akan diserahkan kepada ponggawa dengan menggunakan sistem kesepakatan pembagian hasil produksi. Nilai produksi ini ditentukan oleh ponggawa yang dibayarkan oleh nelayan independen sebagai bentuk cicilan pembayaran pinjaman. Dalam skala usaha penangkapan ikan yang menggunakan alat produksi sederhana, maka ponggawa seringkali bertindak dua fungsi; yaitu sebagai pemilik usaha dan ponggawa lopi (nakhoda) dan mempekerjakan hanya beberapa sawi.

Dalam sistem ponggawa-sawi sebagai suatu institusi, biasanya menerapkan sejumlah aturan, seperti yang dijelaskan oleh Suriamihardja dan Yusran (1997)

 Rekruitmen sawi biasanya dilakukan pada musim penangkapan;

 Membentuk kader dalam suatu kelompok

(46)

 Pinjaman dan mekanisme pengembalian pinjaman

 Komunikasi tertentu dengan kelompok sawi dalam mencapai suatu tujuan

 Distribusi pendapatan

Norma yang mengikat pada aturan tersebut meliputi;

 Pola prilaku institusi

 Pengaturan prilaku perseorangan dalam institusi dan atau masyarakat

 Pola yang mengikutsertakan kesepakatan normatif, dan memuat sanksi dan appresiasi yang diakui menurut norma yang berlaku Ponggawa-sawi sebagai suatu institusi sosial ekonomi tradisional, sedangkan KUD (Koperasi Unit Desa) dan Bank dianggap sebagai institusi sosial ekonomi modern. Terlepas dari pengelompokan tersebut, posisi sistem ponggawa- sawi dalam konfigurasi sistem perikanan maupun dalam sistem pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir masih dianggap faktor penghambat akibat orientasi ekonomi semata. Bahkan dalam konfigurasi kategori nelayan tradisional atau small-scale fishers masih belum mengakomodasi sistem ponggawa-sawi.

Menurut Djalal (1997) bahwa yang disebut nelayan kecil adalah:

1. Nelayan yang memanfaatkan sumberdaya pesisir selama hidupnya 2. Nelayan yang menggunakan alat penangkapan ikan dalam skala

sederhana

3. Tingkat ketergantungan hidupnya semata-mata dari wilayah pesisir

(47)

Kalau kita mendasarkan pada pengertian tersebut, maka sistem ponggawa- sawi yang diyakini memanfaatkan sumberdaya di daerahnya, selayaknya masuk dalam kategori nelayan kecil, walaupun strategi pemanfaatan sumberdaya perikanan berbeda dengan nelayan kebanyakan. Dalam sejarahnya, sistem ponggawa-sawi telah lama digunakan oleh sebagian besar masyarakat pesisir yang memanfaatkan sumberdaya perikanan, karenanya sistem tradisional ini tidak dapat dianggap sepele. Disamping kuatnya peran sosial yang emban atau yang diperankan oleh seorang ponggawa, pusat informasi pemanfaatan dan akses pemasaran hasil tangkapan lebih banyak bertumpu pada seorang ponggawa.

Namun demikian, untuk dapat melihat rasionalisasi peran dan fungsi ponggawa, maka proporsi sistem ponggawa-sawi harus diletakkan pada seberapa jauh norma dan peran sosial berdinamika yang dapat dijadikan rujukan bagi proses partisipasi.

Status ponggawa-sawi sampai saat ini terus menerus mendapatkan tekanan dari proses perkembangan perikanan pantai, dan ketidakjelasan statusnya dalam pembangunan perikanan dan kebijakan manajemen. Sistem tradisional ini kemudian dilemahkan posisinya dalam konsep manajemen perikanan dalam konfigurasi hukum perikanan Indonesia No. 9/1985 dan Undang-Undang Pemerintahan Desa No. 5/1979. walau demikian, sistem tradisional ini masih tetap digunakan oleh sebagian besar kelompok masyarakat pesisir dalam memfasilitasi jaminan perolehan sumber hidup (Huliselan 1996; Mantjoro 1996; Nikijuluw 1996). Issue strategis pada sistem ponggawa-sawi adalah bagaimana merobah pola pikir orientasi bisnis menjadi pola pikir pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan.

(48)

D. Kerangka pikir

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mengalami perkembangan dalam berbagai aspek seiring dengan perjalanan waktu. Perkembangan tersebut adalah akibat tuntutan hidup yang harus dipenuhi, mengingat hal tersebut adalah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Manusia pada umumnya bekerja dan berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan primer maupun kebutuhan lainnya, demikian halnya nelayan.

Dengan kondisi ekonomi yang pada taraf hidup lemah, kriteria pembedaan masyarakat pada hakekatnya memiliki sifat yang dinamis. Artinya masyarakat senantiasa mencari kriteria khusus untuk membedakan satu kelompok social dengan kelompok lainnya.

Kebersamaan dan kestabilan hidup bermasyarakat sangat erat kaitannya dengan karakteristik kepribadian seseorang, keadaan social ekonomi maupun keadaan alam. Namun dari beberapa factor tersebut, nampaknya perilaku manusia sendiri yang sangat berpengaruh terutama yang berkaitan dengan hubungan kerja masyarakat nelayan. Hal ini patut disadari bahwa hubungan tersebut merupakan wujud kelangsungan hidup bagi setiap anggota nelayan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam penelitian ini yang menjadi ukuran adalah kepemilikan modal yaitu nelayan yang memiliki modal serta yang tidak memiliki modal atau yang hanya mempunyai kemampuan dan keterampilan. Masyarakat nelayan yang dimaksudkan disini adalah sekelompok orang atau manusia yang hidup

(49)

bersama dalam waktu yang cukup lama secara sadar merupakan satu kesatuan yang mempunyai mata pencaharian sebagai penangkap ikan.

Didalam masyarakat nelayan terdapat hubungan punggawa dan sawi yaitu: Punggawa adalah nelayan yang memiliki modal dan mempunyai alat-alat penangkapan ikan, perahu dan sarana-sarana lainnya. Sedangkan Sawi adalah nelayan penggarap yang hanya memiliki modal tenaga dan keterampilan didalam melakukan usaha penangkapan ikan dan bertanggung jawab kepada punggawanya.

Hubungan punggawa sawi secara sederhana diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok- kelompok manusia saling bertemu dan menentukan system serta bentuk-bentuk hubungan tersebut serta apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara hidup yang telah ada atau dengan kata lain, hubungan punggawa sawi diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa hubungan punggawa sawi yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang tidak berdiri sendiri dan saling berlepasan, melainkan senantiasa berkaitan dengan berbagai macam faktor lain baik yang melekat pada diri seseorang itu sendiri maupun yang ada disekelilingnya sebagai suatu bentuk kehidupan bersama.

\

(50)

BAGAN KERANGKA PIKIR

E. Definisi Operasional

1. Menurut Durkheim mengartikan bahwa sosial adalah, ilmu yang mempelajari tentang fakta sosial yang bersifat eksternal dan memiliki sifat memaksa kepada individu warga masyarakat, dan hal

KOMUNITAS NELAYAN

OPERASIONAL

PUNGGAWA SAWI

HUBUNGAN KERJA

SOLIDARITAS SOSIAL

MEKANIK ORGANIK

KERJA SAMA

(51)

ini harus dijelaskan oleh fakta sosial lainnya. sedangkan solidaritas organik adalah jenis hubungan masyarakat yang dilandaskan kepada asas untung dan rugi serta lebih cenderung ke arah individualistsis karena tingkat kesadarahan kerja sama masih rendah, dan solidaritas mekanik adalah hubungan masyarakat yang terjalin akrab berkat rasa kekeluargaan (kesedaran kolektif) yang tinggi, masih cenderung menerapkan sistem gototong royong dan tidak ada pembagian kerja diantara anggota kelompok.

2. Secara historis, Ponggawa atau punggawa dapat diartikan sebagai pemimpin bagi suatu etnis tertentu. Karena sifatnya lokalitas, maka kekuatan hubungan sosialnya juga ikut terpengaruh, seperti tingginya tingkat kepercayaan dan gantungan harapan oleh pengikutnya (Sawi) kepada Ponggawanya.

3. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama merupakan interaksi paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehinggga ia senantiasa membutuhkan (punggawa dan sawi).

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk menangkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena sosial yang ada di masyarakat. Metode deskriptif kualitatif menggunakan teori sebagai awal melakukan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian bahwa sesungguhnya pandangan penelitian dengan terlebih dahulu meggunakan teori sebagai alat, ukuran, dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis sehingga peneliti secara tidak langsung menggunakan teori sebagai “kacamata kuda”nya dalam masalah penelitian. (Arikunto : 1998)

Jenis penelitian ini meliputi dasar dan tipe penelitian, yang diuraikan sebagai berikut : (Ahmadin : 2013)

a. Dasar Penelitian

Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu dengan menggunakan suatu pendekatan untuk melihat objek penelitian sebagai suatu kesatuan yang terpadu agar dapat memperoleh fakta yang meyakinkan.

b. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model teorisasi deduktif. yaitu suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu permasalahan sosial yang berangkat

(53)

dari penguasaan teori-teori tertentu yang relevan dengan permasalan yang dikaji.

B. Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun V Desa Lamahala Jaya, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur, yang mana daerah ini merupakan pusat kegiatan nelayan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan agustus sampai bulan september 2016.

C. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (teknik sampling bertujuan), yakni pemilihan siapa subyek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

(Ahmadin : 2013)

Penetuan subjek dalam hal ini dimaksud adalah nelayan yang ada di Desa Lamahala yaitu nelayan pemilik modal (punggawa darat), punggawa laut dan nelayan penggarap (sawi) sebagai sumber informan yang dianggap dapat memberikan informasi dari pengalamannya.

(54)

D. Fokus Penelitian

Di desa nelayan Lamahala jaya, kabupaten Flores timur telah terbangun hubungan patron klien sudah terlaksana secara turun temurun. Salah satu hubungan yang telah terjalin sejak lama yakni pola hubungan kerja diantara nelayan, yang mana tidak semata-mata ditekankan pada aspek ekonomi dari hubungan kerja itu, tetapi juga dititik beratkan pada asas kebersamaan (solidarity) dan kekeluargaan yang berdasarkan pertimbangan kearifan lokal dalam komunitas desa.

Begitu pula halnya dengan keberadaan masyarakat nelayan di desa Lamahala Jaya, yang menjaga prilaku kerja sama sosial yang telah di bangun, karena ditengah pengaruh kota dan modernisasi, tetap saja terjadi hubungan patro klien (punggawa-sawi) yang berasakan kekeluargaan yang masih sangat kental.

Maka dari itu beberapa pertanyaan yang coba dijawab melalui penelitian ini yang juga dianggap sebagai fokus penelitian, yaitu:

1. Bagaimana hubungan kerja antara nelayan punggawa dan nelayan sawi di Desa Lamahala Jaya Kabupaten Flores Timur?

2. Bagaimana cara masyarakat nelayan lamahala mempertahankan kerjasama yang telah dibangun dalam hubungan patron-klien antara nelayan punggawa dan nelayan sawi dalam hubungan sosial ekonomi kedepannya?

(55)

E. Instumen Penelitian

Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menyusun instrumen penelitian atau disebut juga alat pengumpul data. Menurut Arikunto “Instrumen Penelitian merupakan alat yang dapat menampung sejumlah data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesisi penelitian.” (Arikunto : 2002)

Proses pengumpulan data merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas suatu penelitian serta sukses maupun gagalnya. Dengan demikian, beberapa hal terkait pengumpulan data ahrus diperhatikan oleh seorang peneliti baik pemula maupun yang sudah memiliki cukup pengalaman dalam kegiatan riset. (Ahmadi 2012).

Berdsarkan alasan diatas makan pemilihan instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah peneliti itu sendiri, sehingga validasi akan dilakukan oleh peneliti itu sendiri dengan beberapa memperhatikan hal-hal diantaranya: (Sutrisno Hadi : 1987)

a. Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian

b. Penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti dn tujuan dari peneltian

c. Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian secara akademik maupun logistik

(56)

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Data

Data merupakan satu atau beberapa pernyataan yang telah dikumpulkan oleh seorang peneliti melalui pencatatan atas fakta yang diperoleh dari subyek penelitian (individu yang diamati). Data tidak mutlak merupakan suatu pernyataan secara verbal dari informan atas pertanyaan yang diajukan seorang peneliti kepadanya, seperti juga dapat berupa sikap, perangai, dan sejumlah ekpresi yang ditunjukan. (Riduan : 2004)

Dari segi jenisnya data yang akan digolongkan dalam penelitian ini di golongkan sebagai berikut : (Ulber Silalahi : 2012)

a. Opini, yakni ekspresi verbal seseorang atasapa yang dipikikannya tentang satu isu atau kejadian

b. Sikap, yakni dinyatakan oleh informan melalui perasaan positif atau negatif, setuju atau tidak setuju, terhadap orang, objek, peristiwa atau keadaan.

c. Keyakinan dan persepsi, terkait pertanyaan berhubungan dengan kepercayaan dan persepsi responden ysng dirancang untuk menagkses apa yang dipikir adalah benar atau tidak benar atau apa mereka percaya atau tidak percaya.

d. Motif adalah alasan mengapa seseorang berkelaqkuan dalam dalam cara- cara tertentu atau berpegang pada pendapat atau sikap tertentu.

e. Perilaku, yakni keterangan tentang apa yang orang telah lakukan pada masa lalu dan masa sekarang

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komitmen organisasi dengan 3 pendekatan, yaitu affective , perceived cost , dan normative sebagai pemoderasi atas

Ombudsman perwakilan Maluku Utara tentunya banyak memiliki kelemahan ataupun kekurangan dalam melakukan fungsi pengawasannya, melihat kondisi birokrasi Maluku Utara

Hasil analisis regresi linear sederhana didapat persamaan perhitungan sebagai berikut : Y = 31,786 + 0,672X, dimana Y merupakan kepuasan pelanggan dan X merupakan

Terapi Clien-Centered menempatkan tanggung jawab utama terhadap arah terapi pada klien, tujuan umunya ialah menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai

Penelitian mengenai penanaman budi pekerti bagi anak Taman Kanak-kanak melalui pembelajaran mendongeng ini dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh 2 (dua) orang

Tentang akhlak pergaulan peserta didik yang berbusana muslimah. khususnya dengan

Dalam kerangka aplikasi radiasi pada pengembangan bahan polimer yang berasal dari tumbuhan laut, telah dievaluasi karakter fisiko-kimia agar-agar dalam bentuk

Selama ini masalah yang banyak dihadapi oleh pengajin ikan mangut/ikan asap: (1) belum memahami cara-cara pengasapan ikan mangut/ ikan panggangyang benar, berkualitas,