• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRASTIF FONOLOGIS BAHASA INDONESIA, BATAK ANGKOLA, ACEH,MINANGKABAU DAN BAHASA INGGRIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONTRASTIF FONOLOGIS BAHASA INDONESIA, BATAK ANGKOLA, ACEH,MINANGKABAU DAN BAHASA INGGRIS."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A

NALISIS

K

ONTRASTIF

F

ONOLOGIS

B

AHASA

I

NDONESIA

,

B

ATAK

A

NGKOLA

,

A

CEH

,

M

INANGKABAU

D

AN

B

AHASA

I

NGGRIS

M Joharis Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

A

BSTRAK

Analisis kontraktif merupakan suatu metode yang membandingkan. Perusahaan dan perbedaan antara bahasa dengan menggunakan berbagai teori. Tujuann penelitian ini untuk memberikan bekal kepada guru bahasa Indonesia, mengatasi kesulitan pemerolehan bahasa Indonesia siswa, dengan jalan menelususri sebab-sebab kesalahan siswa dan dapat memperbaikinya dengan mudah. Penelitian ini dilakukan di Unimed, karena sebagian besar mahasiswa menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Berdasarkan penelitian ini dapat diperoleh gambaran bahwa persamaan-persamaan fonologi antara beberapa bahasa akan memper mudah pemerolehan bahasa kedua, sebaiknya perbedaan-perbedaan antara beberapa bahasa semakin besar pula kesulitan memperoleh bahasa.

Kata Kunci : Fonologis bahasa Indonesia, Batak Angkola, Aceh,Minangkabau dan Inggris

P

ENDAHULUAN

Berbahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Di dalam berbahasa, tujuan utama yang hendak dicapai ialah keberhasilan penyampaian maksud dan tujuan kita kepada pendengar. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam berbahasa, salah satunya adalah bunyi bahasa atau dalam istilah linguistic disebut fonologi

Fonologi setiap bahasa di dunia memiliki karakteristik tersendiri, terutama dalam penggunaan huruf vokal maupun konsonan. Karakteristik fonologi khususnya penggunaan huruf vokal maupun konsonan dalam berbahasa ini dapat dilihat dari keragaman fonologi bahasa Indonesia, Batak Angkola, Aceh, Minangkabau, dan bahasa Inggris. Keragaman karakteristik fonologi khususnya dalam tataran huruf vokal dan konsonan dari tiap-tiap suku bangsa di dunia ini, merupakan suatu masalah yang menyebabkan para siswa kesulitan dalam mempelajari bahasa kedua. Kesulitan ini mengakibatkan terjadinya banyak kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua tersebut.

Dari asumsi di atas, penelitian khusus dalam bidang fonologi sebenarnya sangat dibutuhkan. Terutama penelitian mengenai analisis kontrastif fonologis yang mencakup huruf vokal dan konsonan dari tiap-tiap bahasa yang telah ditentukan di atas. Penelitian kontrastif fonologis dalam bahasa yang telah ditentukan di atas bertujuan untuk menelusuri sebab kesalahan siswa ketika belajar berbahasa.

(2)

penyimpangan-penyimpangan, pelanggaran-pelanggaran, ataupun kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh dwibahasawan.

Analisis kontrastif merupakan suatu proses kerja yang memiliki empat langkah yakni membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua, memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, memilih bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahan yang tepat dalam rangka mengefesiensikan dan mengefektifkan pengajaran bahasa kedua.

Aspek-aspek analisis kontrastif terbagi atas dua, yaitu aspek linguistik dan psikologi (teori belajar). Aspek linguistik berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa untuk menemukan perbedaan-perbedaannya. Sedangkan aspek psikologi berkaitan dengan langkah kedua berdasarkan perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua yang akan dipelajari siswa, diprediksikan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang mungkin dihadapi siswa dalam belajar bahasa kedua. Dasar psikologi analisis kontrastif ada dua, yaitu asosiasionisme dan teori stimulus respon Berdasarkan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa itu, disusun bahan pengajaran bahasa kedua yang lebih tepat susunannya, urutannya dan penekanannya. Bahan pengajaran itu disajikan dengan cara-cara tertentu pula.

Melalui perbandingan struktur dua bahasa, dapat diungkapkan enam hal yaitu: (1) tidak ada perbedaan antara dua bahasa tersebut, misalnya konsonan / l, m, n / diucapkan sama baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa inggris. (2) fenomena konvergen, dua butir atau lebih dalam bahasa pertama menjadi satu butir dalam bahasa kedua, misalnya kata-kata padi, beras, nasi dalam bahasa Indonesia menjadi satu dalam bahasa inggris yakni rice. (3) ketidakadaan, butir atau sistem tertentu dalam bahasa pertama tidak terdapat atau tidak ada dalam bahasa kedua atau sebaliknya. Misalnya sistem perjamakan dengan penanda –s atau –es dalam bahasa inggris tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya sistem perjamakan dengan pengulangan kata dalam bahasa Indonesia (meja-meja, kursi-kursi, sayur-sayur) tidak ada dalam bahasa Inggris. (4) beda distribusi, butir tertentu dalam bahasa pertama berbeda distribusi dengan butir yang sama dalam bahasa yang kedua, misalnya fonem /ng/ dalam bahasa Indonesia dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir (ngeri, dengan, sayang). Sedangkan dalam bahasa Inggris fonem /ng/ menduduki posisi tengah dan akhir (linguistic, sing). (5) tiada persamaan, butir tertentu dalam bahasa pertama tidak mempunyai persamaan dalam bahasa kedua, misalnya predikat kata sifat dan kata benda dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam bahasa Inggris. Misalnya: Dia kaya  He is rich; Dia guru He is teacher. (6) fenomena divergen, satu butir tertentu dalam bahasa pertama menjadi dua butir dalam bahasa kedua. Misalnya kata we dalam bahasa Inggris menjadi

kita atau kami dalam bahasa Indonesia.

Tujuan analisis kontastif adalah mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dan dialami oleh siswa dalam proses belajar dan mengajar bahasa kedua. Metodologi analisis kontrastif adalah langkah-langkah kerja analisis kontrastif sekaligus melukiskan daerah cakupan analisis kontrastif. Dalam hal ini, populasinya semua mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Bahasa Inggris FBS Unimed. Sampelnya sebanyak 50 orang. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan daftar swadesh, yakni daftar yang terbagi dari 200 kosa kata berupa kata penunjuk, kata ganti, istilah kewarnaan, menyatakan variasi bunyi, menyatakan besar-kecil, kata untuk tindakan sederhana, untuk ukuran dan kata bilangan.

Teknik analisis datanya dilakukan sesuai dengan Kenneth L. Pike dalam bukunya

(3)

mengalisis pasangan bunyi yang meragukan; membuat daftar fonem dalam bahasa Indonesia, Batak Angkola, Aceh, Minangkabau, dan Inggris; dan terakhir mengubah data dalam bentuk fonemis.

B

AHASA

I

NDONESIA

Vokal dalam bahasa Indonesia ada enam vokal: /i/,/e/,/6/,/a/ dan /o/. Tiap-tiap vokal mempunyai alofon. Keseluruhan fonem dan alofonnya pada vokal bahasa Indonesia berjumlah 10 buah, yaitu:

{I},{I},{e},{6},{u},{o},[], dan {4}.

Vokal bahasa Indonesia terbagi atas vokal depan, tengah dan belakang dan berada pada posisi tinggi, sedang dan rendah. Berikut gambaran posisi vokal bahasa Indonesia.

Vokal Bahasa Indonesia

Depan Tengah Belakang

Tinggi I U

Sedang e 6 O

Rendah A

Sementara itu, konsonan bahasa Indonesia sesuai dengan artikulasinya dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor yakni (1) keadaan pita suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasi. Dalam bahasa Indonesia dikenal 22 konsonan. Cara memberi nama konsosnan adalah dengan menyebut cara artikulasi lebih dulu, kemudian daerah artikulasinya dan akhirnya keadaan pita suaranya. Berikut gambaran konsonan dalam bhasa Indonesia:

Bagan Konsonan Bahasa Indonesia

Art Bilabial Labio dental

Alveolar Palatal Velar Glotal

(4)

Vokal bahasa Batak Angkola terbagi atas lima yaitu, /a/,/i/,/u/,/E/,/o/. Jumlah seluruh fonem dan alofonnya adalah 6, yaitu {i},{I},{e},{u},{o}, dan {a}. Berikut gambaran posisi vokal bahasa Batak Angkola:

Vokal Bahasa Batak Angkola

Depan Tengah Belakang

Tinggi i u

Sedang o

Rendah a

Sementara itu konsonan Batak Angkola terbagi atas /b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,//,/n/,/p/,/r/,/s/,/t/,/w/,/y/. sementara konsonan /q/,/v/,/x/, merupakan interferensi bahasa asing seperti Bahasa Arab. Berikut gambaran konsonan bahasa Batak Angkola:

Bagan Konsonan Bahasa Batak Angkola

Art Bilabial Labio dental

Alveolar Palatal Velar Glotal

Stop fonem dan alofon Bahasa Minang berjumlah 8 buah, yaitu: {i},{i},{e},{},{u},{o} dan {a}.Berikut adalah bagan vokal Bahasa Minang:

Vokal Bahasa Minang

Depan Tengah Belakang

Tinggi i u

(5)

Rendah a

Konsonan Bahasa Minang terbagi atas 20 konsonan yang terdapat di bawah ini: Bagan Konsonan Bahasa Minang

Art Bilabial Labio dental

Alveolar Palatal Velar Glotal

Stop ai,ie,ce,oe,ue,ui,oi, dan eue. Berikut adalah gambaran vokal Bahasa Aceh:

VOKAL BAHASA ACEH

Depan Tengah Belakang

Tinggi i eu u

Sedang e

e o o o

Rendah a

Sementara itu konsonan Bahasa Aceh terbagi atas 20 buah yang terangkum dalam tabel berikut:

Bagan Konsonan Bahasa Aceh

Art Bilabial Labio dental

(6)

Stop

Vokal dalam bahasa Inggris terbagi atas 12 buah. Berikut gambaran vokal dalam bahasa Inggris:

Vokal Bahasa Inggris

Depan Tengah Belakang

Tinggi i

I u u

Sedang e

e o

Rendah A a

Sementara itu konsonan dalam bahasa Inggris terbagi atas 24 buah.

Dari bagan-bagan di atas dapat dilihat dengan jelas deskripsi dari vokal bahasa Inggris, Batak Angkola, Minang, Aceh dan bahasa Indonesia

1. Dari posisi vokal depan, Bahasa Inggris mempunyai 5 vokal depan yaitu /i/,/I/,/e/,/e/,//; vokal tengah //,/A/; dan vokal belakang /u/,/u/,/o/,/a/,//. Jadi jumlah vocal Bahasa Inggris 12 buah.

2. Bahasa Batak Angkola, hanya mempunyai 2 vokal depan yaitu /i/ dan/e/; tidak ada vocal tengah; 3 vokal belakang yaitu /u/,/o/, dan /a/. Jadi jumlah vokal Batak Angkola adalah 5.

3. Bahasa Minang mempunyai 3 vokal depan yaitu /i/,/e/,/e/; tidak ada vokal tengah dan 3 vokal belakang /u/,/o/, dan /a/. Jadi jumlah vokal Bahasa Minang adalah 6. 4. Bahasa Aceh mempunyai 3 vokal depan yaitu /i/,/e/,//, vokal tengah /cu/,//,//; dan 4

vokal belakang /u/,/o/,// dan /a/. Jumlah vokal Bahasa Aceh ada 10.

(7)

D

AFTAR

P

USTAKA

Astuti, Sori. 2003. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya

Lado, Robert. 1960. Linguistik Aeross Cultur. Ambon: Michigan Press Langaeker, Ronald. 1968. Foundation of Langue, Cited by James E. Alatis

Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: Gramedia Marsono. 1986. Fonetik. Yogyakarta: Gajahmada University Press Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia

Seleinker. 1972. “Interlangue” in Jack C. Richard Error Analisis. London: Longman Group Limited

Stockwell, Robert P. 1986. Kontrative Analysis and Lopsed Time

Swadesh, Morris. 1972. The Origin and Diversification of Langue (ed by Joel Serzen. London: Roodledge Kegan Paul

Wahub, Abdul. 1991. Isu Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press Weinreigh, Uriel. 1970. Langue in Contact. The Hague Mauton

(8)

Sekilas tentang penulis : Drs. M. Joharis Lubis, M.M., M.Pd. adalah dosen pada

Gambar

tabel berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam ini adalah menggunakan pendekatan partisipatif yaitu melaksanakan pendidikan dan pelatihan masyarakat dengan pihak akademisi (Dosen

Ez az a feladat, amely a legkevésbé népszerű a hallgatók körében, viszont ahhoz, hogy a topográfiai térképek.. olvasásában és egy térképi adatokhoz

Hasil penelitian dengan yaitu (1) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara strategi pembelajaran terhadap hasil belajar matematika, (2) terdapat

20 (86,96,17 %) indikator mengalami penurunan, yaitu: 1) Minat terhadap perkuliahan statistika dasar; 2) Kehadiran tepat waktu dalam perkuliahan; 3) Keinginan untuk

Sedangkan hasil monitoring dengan Konsep Nilai Hasil menggunakan metode Monte Carlo adalah nilai RAB proyek berada di bawah nilai EAC mean, median, maksimum yang

Hasil penelitian menunjukkan kenaikan kadar kolesterol total dan trigliserida serum yang signifikan setelah pemberian pakan tinggi kolesterol selama 14 hari pada

Program Keluarga Harapan yang merupakan kebijakan pemerintah melalui Kementrian Sosial untuk membantu masyarakat yang termasuk kategori KSM untuk dapat memenuhi kebutuhan

Dengan data tersebut bahwa merencanakan sebuah tempat pendidikan Informal di Kecamatan Cipayung Kota Depok ini merupakan sebuah solusi untuk membantu Program Dinas